E-ISSN: 2622-304X, P-ISSN: 2622-3031 Available online at:
http://proceedings.itbwigalumajang.ac.id/index.php/progress
Mediasi Manajemen Laba atas Pengaruh Loan to Deposit Ratio terhadap Nilai Perusahaan
Sochib1, Neny Tri Indrianasari2, M. Rijalus Sholihin3
Program Studi Akuntansi, Institut Teknologi dan Bisnis Widya Gama Lumajang, Indonesia1,2,3 Email: [email protected]
Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mendeteksi nilai perusahaan yang diprediksi menggunakan Loan to Deposit Ratio dan manajemen laba. Pengelola dapat melakukan praktik manajemen laba agar laporan keuangan dapat diterima investor. Harapannya nilai perusahaan meningkat dan pasar merespon positif. Penelitian ini menguji mediasi manajemen laba atas pengaruh loan to deposit ratio terhadap nilai perusahaan. Populasinya sebanyak 43 bank umum swasta nasional konvensional di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2019-2021. Dengan menggunakan purpose sampling diperoleh 19 entitas yang diamati selama 3 periode menggunakan teknik Analisis Jalur dengan variabel independen loan to deposit ratio, nilai perusahaan sebagai variabel dependen, dan manajemen laba sebagai variabel intervening. Nilai Perusahaan diukur dengan Tobin’s Q yang menghasilkan kesimpulan bahwa loan to deposit ratio berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan sedangkan manajemen laba tidak bisa memediasi pengaruh loan to deposit ratio terhadap nilai perusahaan.
Kata Kunci: LDR, Manajemen Laba, Nilai Perusahaan
PENDAHULUAN
Setiap bank beroperasional untuk menghasilkan produk jasa yang dijual kepada masyarakat pemakai. Dalam waktu jangka panjang operasional tersebut untuk mencapai tujuan meningkatkan laba. Laba yang diperoleh untuk kemakmuran para pemilik perusahaan atau pemegang saham.
Manajemen menginginkan laba yang diperoleh perusahaan berdampak pada nilai perusahaan.
Konsepnya meningkatnya nilai perusahaan dapat meningkatkan kepercayaan publik terhadap perusahaan. Dari sisi aspek pasar modal akan mendatangkan calon investor baru maupun investor untuk menanamkan investasinya.
Selain menargetkan pencapaian laba optimal bahwa manajemen bank mempertimbangkan juga mengenai nilai perusahaan. Industri perbankan lebih populer disebut institusi intermediasi keuangan yang berfungsi dengan aktivitas menghimpun dana dan menyalurkan dana. Perimbangan kedua aktivitas tersebut dapat menghasilkan laba sebagai kinerja keuangan dan bisa mendorong nilai perusahaan bank. Informasi laba yang dicapai perusahaan akan memberikan sinyal positif di pasar modal. Nilai perusahaan menurut Husnan (1987) sebagai nilai saham ditambah dengan nilai pasar hutang.
Pentingnya nilai perusahaan bagi manajemen, pertama merupakan tujuan aktivitas manajemen yang berdampak kepada pemegang saham dan kedua, sebagai stimulus harga saham di Bursa Efek.
Tujuan manajemen berupaya agar nilai perusahaan optimal dengan upaya meningkatkan keuntungan yang optimal. Sedangkan harga pasar saham diharapkan bergerak mengikuti nilai perusahaan. Laba di perbankan diperoleh dengan upaya menyalurkan dana yang dihimpunnya ke sektor riil yakni pemberian pinjaman ke masyarakat. Dengan kredit itu mengandung pendapatan yang berupa
pendapatan bunga. Laba dan harga saham di Bursa Efek secara fundamental bisa mencerminkan nilai perusahaan.
Upaya manajemen atas rekayasa laporan keuangan dilakukan dengan aktivitas manajemen laba.
Manajemen memperhatikan kepentingan investor atau pemilik perusahaan dengan berupaya meningkatkan kesejahteraannya dengan cara meningkatkan nilai perusahaan. Pertimbangannya bahwa kesejahteraan pemilik itu juga berdampak pada peningkatan nilai perusahaan (Sulistyanto, 2008). Manajemen menjalankan aktivitas manajerial dan operasional, untuk dapat meningkatkan nilai perusahaan. Ukuran menilai keberhasilan pelaksanaan tugas manajemen dengan melihat pada bagaimanakah nilai perusahaan. Memaksimalkan nilai perusahaan secara umum meningkatkan harga saham, karena nilai perusahaan itu adalah harga saham perusahaan (Husnan, 1987). Nilai perusahaan menjadi faktor penting yang harus diperhitungkan dalam setiap kebijakan perusahaan.
Kinerja keuangan perusahaan akan direspon positif oleh Bursa Efek sehingga nilai pasar saham perusahaan meningkat. Nilai perusahaan berhubungan langsung dengan harga pasar saham yang merupakan bagian penting dari kesejahteraan investor atau pemegang saham.
Salah satu tujuan utama dari perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan. Penelitian ini akan meneliti perusahaan perbankan nasional yang ada di dalam Bursa Efek Indonesia (BEI), Perusahaan perbankan merupakan salah satu sektor yang ikut berperan dalam pasar modal. Ukuran tingkat keberhasilan manajemen sebuah perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan dalam meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Harga saham yang meningkat akan membuat nilai perusahaan juga akan meningkat dengan begitu kemakmuran pemilik atau pemegang saham juga akan meningkat (Suwardika & Mustanda, 2017). Kepercayaan investor, tidak hanya terhadap kinerja perusahaan saat ini tetapi juga pada prospek perusahaan di masa yang akan datang, Peningkatan nilai perusahaan karena tingginya harga saham akan membuat pasar percaya pada kinerja perusahaan dan prospeknya di masa yang akan datang. Sehingga nilai perusahaan merupakan suatu hal yang penting dalam sebuah perusahaan untuk menarik dan memberikan kepercayaan terhadap investor untuk menanamkan modalnya di dalam suatu perusahaan.
Persepsi investor pada tingkat keberhasilan dari suatu perusahaan dicerminkan dari nilai perusahaan.
Meningkatkan laba perusahaan dan memaksimumkan nilai perusahaan merupakan tujuan perusahaan yang saling berkaitan untuk meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham, sehingga tujuan tersebut akan menjadi kriteria penting untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan (Rudangga & Sudiarta, 2016).
Banyak faktor yang mempengaruhi terhadap nilai perusahaan, dalam penelitian ini apakah manajemen laba mampu mempengaruhi nilai perusahaan? apakah pemberian kredit kepada nasabah dapat mempengaruhi nilai perusahaan ? apakah manajemen laba mampu memediasi mempengaruhi pemberian kredit terhadap nilai perusahaan ? Karena itu tujuan penelitian yakni membuktikan pengaruh pemberian kredit terhadap nilai perusahaan dan membuktikan kemampuan manajemen laba memediasi pengaruh pemberian kredit terhadap nilai perusahaan.
Nilai perusahaan merupakan nilai jual sebuah perusahaan sebagai suatu bisnis yang sedang beroperasi. Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga saham (Suffah & Riduwan, 2016). Nilai perusahaan menjadi tolak ukur bagi investor atau pemegang saham untuk merespon berhasilan perusahaan. Dengan adanya peningkatan nilai perusahaan maka kemakmuran investor juga akan ikut meningkat. Nilai perusahaan yang tinggi menambah rasa percaya seorang investor terhadap perusahaan akan meningkat (Suwardika &
Mustanda, 2017). Peningkatan nilai perusahaan karena tingginya harga saham akan membuat pasar percaya pada kinerja perusahaan dan prospeknya di masa yang akan datang. Persepsi investor umumnya didorong oleh tingkat keberhasilan perusahaan yang dicerminkan dari harga saham dan berdampak pada nilai perusahaan. Tujuan utama manajemen perusahaan yaitu memaksimalkan nilai perusahaan yang dilakukan dengan mengintegrasikan fungsi manajemen keuangan melalui keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen yang nantinya akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang tercermin dari harga saham (Sochib, 2018).
Setiap entitas yang mempublikasikan laporan keuangannya di Bursa Efek memiliki tujuan yaitu memaksimalkan nilai perusahaan. Aspek ini menjadi tolok ukur investor untuk menilai keberhasilan entitas. Setiap periode harus ada peningkatan nilai perusahaan sekaligus merupakan kemakmuran
pemilik atau pemegang saham. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat kepercayaan seorang investor terhadap sebuah perusahaan akan meningkat (Suwardika & Mustanda, 2017). Peningkatan nilai perusahaan yang direspon dengan tingginya harga saham akan membuat pasar percaya pada kinerja perusahaan dan prospeknya di masa depan.
Nilai perusahaan adalah suatu nilai jual sebuah perusahaan yang sedang melakukan kegiatan operasional dan sebagai cerminan harga saham yang dilakukan di dalam pasar modal dan sebagai sumber informasi bagi seorang investor untuk memutuskan investasi yang akan dilakukan pada sebuah perusahaan (Rahmania, 2020).
Tobin’s Q sebagai satu alternatif yang digunakan menilai perusahaan dengan menggunakan rasio yang menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini. Tobin’s Q dihitung dengan membandingkan rasio nilai pasar saham dan total kewajiban perusahaan dengan nilai buku ekuitas perusahaan.
Pengukuran kinerja perusahaan dengan menggunakan Tobin’s Q tidak hanya memberikan sebuah gambaran pada aspek fundamental saja, tetapi juga akan memberikan gambaran sejauh mana pasar menilai perusahaan dari berbagai aspek yang dilihat oleh pihak luar termasuk investor. Rumus Tobin’s Q yaitu (Total Market Value+Total Book Value of Liabilities) / (Total Book Value of Assets)
Loan to Deposit Ratio
Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio yang digunakan mengukur besanya pinjaman yang diberikan atas dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank. Aspek lain juga merupakan kemampuan bank untuk memenuhi penarikan dana yang dilakukan oleh deposan dengan mengandalkan pinjaman. Loan to Deposit Ratio bank memberikan informasi kepada publik, yang pertama menunjukkan kemampuan bank mengalokasikan dananya ke pemberian pinjaman kepada masyarakat. Kedua, memberikan sinyal kemampuan membayar bank kepada penabung dan deposan yang menarik simpanannya atau debitor yang sudah mendapatkan realisasi pinjaman tetapi masih belum ditarik. Semakin tinggi tingkat LDR, bank dapat menggunakan dana tersebut tetapi kesulitan mengakses likuiditas. Di satu sisi, jika cadangan likuiditas bank rendah, hal ini menunjukkan ketersediaan likuiditas yang cukup, tetapi penyaluran kredit masih rendah dan bank tidak melakukan tugasnya secara efektif sebagai perantara. Penilaian tingkat kesehatan Bank Umum, salah satunya dapat dilihat dari aspek Loan to Deposit Ratio (LDR).
Kredit yang digunakan dalam persamaan rekening adalah jumlah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (pinjaman ke bank lain tidak termasuk) dibagi dana dari modal bank, dana pihak ketiga meliputi tabungan, giro, deposito berjangka (tidak termasuk antar bank), dan surat berharga yang diterbitkan. Penyebab naik turunnya LDR dapat ditelusuri kembali ke kondisi internal maupun eksternal perbankan. Namun secara umum, faktor-faktor berikut dapat mengubah LDR: Pertama, Kondisi ekonomi masyarakat mempengaruhi permintaan kredit dan jumlah tabungan. Jika Dana Pihak Ketiga melambat, LDR kemungkinan akan memperketat kebijakan moneternya. Kedua, Jika tren penyaluran kredit melambat, LDR perbankan akan menjadi lebih longgar. Hal ini juga kemungkinan disebabkan oleh pertumbuhan DPK yang pesat. Ketiga, Menaikkan dan menurunkan suku bunga adalah kebijakan moneter yang diatur oleh bank sentral. Hal ini juga mempengaruhi LDR, sehingga ketika suku bunga rendah, permintaan kredit dapat meningkat.
H1: Loan to Deposit Rasio berpengaruh terhadap Manajemen Laba
Manajemen Laba
Manajer dalam bisnis sebagai pengelola perusahaan yang karena statusnya manajer lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan pada masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Karena itu, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai realitas perusahaan kepada pemilik. Realitas yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi dalam bentuk laporan keuangan. Tetapi kenyataan ini terdapat ketimpangan informasi yang dimiliki manajer sebagai pengelola dengan pemilik perusahaan. Kecenderungan ini memberi peluang manajer menjalankan manajemen laba.
Ketidakseimbangan penguasaan informasi akan memicu munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry). Asimetri antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen
laba (earnings management) dalam rangka menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi perusahaan.
Manajer juga karena tugasnya seharusnya mengupayakan pencapaian target perusahaan sebagai prestasi kinerjanya, terutama dalam wujud pencapaian laba. Karena laba itulah yang memberikan kesejahteraan bagi para investor sebagai kompensasi atas investasinya. Manajemen laba dalam setiap perusahaan merupakan upaya manajerial untuk mengintervensi informasi dalam laporan keuangan dengan cara memanfaatkan kebebasan memilih dan menggunakan metode akuntansi.
Fisher dan Rosenzweig yang dikutip Sulistyanto (2008) bahwa Manajemen laba merupakan tindakan manajer menaikkan atau menurunkan laba tahun berjalan perusahaan yang dikelolanya tanpa menyebabkan adanya kenaikan atau penurunan keuntungan perusahaan jangka panjang.
Harapannya bahwa dengan campur tangan manajerial dalam laporan keuangan memberikan nilai perusahaan yang semakin tinggi. Bisa juga terjadi manajemen laba memberikan dampak yang negatif. Herawaty (2008) menemukan penggunaan earning management akan menurunkan nilai perusahaan. Penemuan lain bahwa manajemen laba dengan pola income decreasing berpengaruh negatif pada nilai perusahaan, dan pola income increasing berpengaruh positif pada nilai perusahaan (Sukartha, 2017).
Tujuan perusahaan dalam operasionalnya mempunyai target-target yang harus dicapai dalam kurun waktu satu periode akuntansi. Manajemen selaku penanggung jawab operasional ingin mencapai target keuangan tersebut untuk pertimbangan kepentingan pemilik dan investor. Disinilah manajemen menjalankan operasionalnya itu dengan taktik manajemen laba.
Manajemen laba yang dikutip Sulistyanto (2008) dari Davidson, Stickney, & Weil (1987), Fisher &
Rosenzweig (1995), sebagai berikut: Manajemen laba merupakan proses untuk mengambil langkah tertentu yang disengaja dalam batas-batas prinsip akuntansi berterima umum untuk menghasilkan tingkat yang diinginkan dari laba yang dilaporkan.
Manajemen laba adalah tindakan-tindakan manajer untuk menaikkan (menurunkan) laba periode berjalan dari sebuah perusahaan yang dikelolanya tanpa menyebabkan kenaikan (penurunan) keuntungan ekonomi perusahaan jangka panjang. Secara umum teknik legal yang biasanya dilakukan dalam praktik manajemen laba dapat digolongkan menajadi lima teknik, yaitu: mengubah metode akuntansi, membuat estimasi akuntansi, mengubah periode pengakuan pendapatan dan biaya, mereklasifikasi akun current dan non current, serta mereklasifikasi akrual diskresioner (accrual discretionary) dan akrual non deskresioner (accrual non discretionary).
Penggunaan Descreationary accruals sebagai proksi Manajemen Laba dihitung dengan menggunakan Modified Jones Model (Dedhy Sulistiawan, Yeni Januarsi, 2011).
TAit =Nit – CFOit
Nilai Total Accrual (TA) yang diestimasi dengan persamaan regresi Ordinary Least Squere (OLS) yakni:
TAit/Ait-1 = a1 (1/Ait-1) + a2 (∆Revit/Ait-1) + a3 (PPEit/Ait-1) + εit
Dengan menggunakan koefisien regresi diatas nilai Non Discreationary Accruals (NDA) dapat dihitung menggunakan rumus:
NDAit = a1 (1/Ait-1) + a2 (∆Revit/Ait-1-∆Recit/Ait-1) + a3 (PPEit/Ait-1) Selanjutnya Discreationary Accruals (DA) dapat dihitung sebagai berikut:
DAit = TAit - NDAit Keterangan:
DAit = Discreationary Accruals perusahaan i pada periode ke t
NDAit = Non Discreationary Accruals perusahaan i pada periode ke t TAit = Total Accruals perusahaan i pada periode ke t
Nit = Laba bersih perusahaan i pada periode ke t
CFOit = Aliran kas dari aktivits operasi perushaan i pada periode ke t Ait-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1
∆Revit = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t PPEt = Aktiva tetap perusahaan pada periode ke t
∆Recit = Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t e = error
Menurut Dedhy Sulistiawan, Yeni Januarsi (2011) yang mengutip rangkuman manajemen laba dari Scott (1977), bahwa pola umum yang banyak dilakukan dalam praktik manajemen laba yaitu taking a bath, income minimization, income maximization, dan income smothing. KR Subramanyam (2010) menjelaskan bentuk manajemen laba pada kenyataannya sangat beragam, beberapa bentuk manajemen laba yang harus diwaspadai: Perubahan metode atau asumsi akuntansi, menghapus keuntungan dan kerugian luar biasa, big baths, penurunan nilai, dan menentukan waktu pengakuan pendapatan dan beban. Harry I. Wolk, Jere R. Francis (1992) mengutip Schipper (1989) Earning Management has been defined by schipper as purposeful intervention in the external financial reporting process, with the intent of obtaining some private gain. (Manajemen Laba didefinisikan oleh schipper sebagai intervensi yang disengaja dalam proses pelaporan keuangan eksternal, dengan maksud memperoleh beberapa keuntungan pribadi).
H2: Loan to Deposit Ratio berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan melalui Manajemen Laba.
METODE
Jenis penelitian yang digunakan yakni pendekatan metode penelitian kuantitatif dengan variabel independen yang akan memprediksi variabel dependen dan variabel mediator. Objek penelitiannya yakni variabel Loan to Deposit Ratio, Manajemen Laba dan Nilai Perusahaan. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan bank umum swasta nasional konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2019-2021.
Jenis data penelitian yang dikumpulkan merupakan data panel yang diperoleh dari publikasi Bursa Efek Indonesia. Data internal masing entitas sampel merupakan data keuangan dari laporan keuangan teraudit. Data keuangan tersebut diakses melalui publikasi dalam website Bursa Efek Indonesia (BEI) (www.idx.co.id).
Populasi merupakan bank umum swasta nasional konvensional yang go public dan terdaftar di dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) yang telah mempublikasikan data intern perusahaan berupa laporan keuangan pada tahun 2019-2021. Teknik pengambilan sampel yang mewakili populasi, teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Entitas Bank Umum swasta nasional konvesional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2019-2021.
2. Menerbitkan laporan tahunan rutin selama periode penelitian tahun 2019-2021.
3. Perusahaan yang menghasilkan laba selama periode penelitian
Penelitian ini menggunakan model analisis jalur dengan variabel independen Loan to Deposit Ratio, variabel dependen Nilai Perusahaan dan variabel intervening Manajemen Laba. Paradigma penelitiannya seperti gambar berikut ini:
Gambar 1. Paradigma Penelitian Sumber: Pengolahan peneliti Pada gambar tersebut terdapat beberapa variabel penelitian yakni:
X = Variabel Loan to Deposit Ratio Y1 = Variabel Manajemen Laba Y2 = Variabel Nilai Perusahaan
Dengan model diagram analisis jalur pada gambar 1 dapat dibuatkan dua model hubungan sebagai berikut:
a. Model pertama, model hubungan antara variabel Loan to Deposit Ratio (X) dengan variabel Manajemen Laba (Y1).
P1
b. Model kedua, model hubungan antara variabel Loan to Deposit Ratio (X) dengan variabel Nilai Perusahaan (Y2) melalui variabel Manajemen Laba (Y1)
Koefisien jalurnya merupakan standardized koefisien beta yang dihitung dengan membuat dua persamaan struktural yaitu persamaan regresi yang menunjukkan hubungan yang dihipotesiskan (Ghozali, 2016). Dalam model penelitian tersebut dua persamaannya sebagai berikut:
a. Persamaan struktural 1 : ML = α + b1 LDR + e1 b. Persamaan struktural 2 : NP= α +b1 LDR + b2 ML + e2 Keterangan:
ML = Manajemen Laba LDR = Loan to Deposit Ratio NP = Nilai Perusahaan e = error
Teknik Analisis Datanya menggunakan Analisis Jalur dengan Variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) sebagai variabel independen, variabel Nilai Peusahaan sebagai variabel dependen dan variabel Manajemen Laba sebagai variabel mediator.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan cara mendeskripsikan mengenai distribusi frekuensi variabel-variabel yang diteliti dalam ukuran nilai tertentu. Hasil analisis statistik deskriptif tertera pada tabel berikut.
Tabel 1 Statistik Deskriptif
Sumber: Hasil olahan SPSS
Variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) mempunyai nilai rata-rata sebesar 67,27 dengan Standar Deviasi atau penyimpangan baku sebesar 21,37 yang nilai keduanya berbeda. Nilai minimum sebesar 11,06 dan nilai maksimum sebesar 119,75. Manajemen Laba mempunyai nilai rata-rata sebesar –0,01 dengan Standar Deviasi atau penyimpangan baku sebesar 0,16 yang keduanya mempunyai jarak yang cukup jauh dari nilai mean. Nilai minimum sebesar – 0,43 dan nilai maksimum sebesar 0,59. Dan Nilai Perusahaan mempunyai nilai rata-rata sebesar 1,04 dengan Standar Deviasi atau penyimpangan baku sebesar 0,23 yang keduanya cukup jauh. Nilai minimum sebesar 0,85 terdapat 28 nilai maksimum sebesar 2,27
Pengujian Koefisien Regresi
Dalam penelitian dengan model analisis jalur terdapat dua model struktural untuk membuktikan secara empiris pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung. Model struktur pertama merupakan pengaruh langsung variabel Loan to Deposit Ratio dengan variabel Manajemen Laba. Dan model struktur kedua yakni pengaruh variabel Loan to Deposit Ratio terhadap variabel Nilai Perusahaan melalui variabel mediator Manajemen Laba sebagai model prediktif.
Pengujian model struktural pertama bertujuan untuk mengetahui pengaruh langsung variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap variabel Manajemen Laba pada bank umum swasta nasional konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2019-2021. Pada tahap pengukuran langsung pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dengan menguji signifikansi koefisien regresi variabel independennya (Ghozali, 2016). Hasil pengujian signifikansi koefisien regresi model struktural 1 pada tabel 2.
Tabel 2 Pengujian Koefisien Regresi Model Struktural 1
Sumber: Hasil olahan SPSS
Hasil analisis model struktur pertama, pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Manajemen Laba dinyatakan dengan angka koefisien regresi dengan nilai p-value 0,00 < 0,05 pada tingkat signifikan 5%. Berarti sesungguhnya terdapat hubungan yang nyata atau terdapat pengaruh yang signifikan variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Manajemen Laba. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Manajemen Laba harus diterima.
Setelah itu dilanjutkan dengan pengujian koefisien regresi struktur model 2. Hasil pengujian koefisien regresi model struktural 2 tertera pada tabel 3.
Tabel 3 Pengujian Koefisien Regresi Model Struktural 2
Sumber: Hasil Olahan SPSS
Pengujian model struktural kedua bertujuan untuk mengetahui pengaruh tidak langsung variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Nilai Perusahaan melalui Manajemen Laba. Hasil analisis secara parsial pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Nilai Perusahan dinyatakan dengan angka koefisien regresi dengan nilai p-value 0,25 > 0,05. Dan pengaruh Manajemen Laba terhadap nilai perusahaan dinyatakan dengan angka koefisien regresi dengan nilai p value 0,37 > 0,05. Hasil analisis ini berarti Loan to Deposit Ratio dan Manajemen Laba secara parsial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Hasil analisis untuk menguji pengaruh tidak langsung membuktikan Loan to Deposit Ratio (LDR) mempunyai nilai Unstandardized Coeficients sebesar -0,002 dengan standar error 0,002. Sedangkan Manajemen Laba sebagai variabel intervening dengan nilai Unstandardized Coefficients sebesar - 0,213 dengan standar error 0,326.
Untuk menguji pengaruh tidak langsung tersebut dianalisis dengan menggunakan Sobel Test.
Standardized Coefficients B Std. Error Beta
(Constant) -,328 ,056 -5,819 ,000
LOAN DEPOSIT RATIO ,005 ,001 ,621 5,883 ,000
1
a. Dependent Variable: MANAJEMEN LABA
Coefficientsa Model
Unstandardized
Coefficients t Sig.
Standardized Coefficients B Std. Error Beta
(Constant) 1,184 ,125 9,442 ,000
LOAN DEPOSIT RATIO -,002 ,002 -,192 -1,162 ,250
MANAJEMEN LABA -,213 ,326 -,149 -0,901 ,372
1
a. Dependent Variable: NILAI PERUSAHAAN
Coefficientsa Model
Unstandardized
Coefficients t Sig.
Tabel 4 Perhitungan Sobel Test
Sumber: Hasil Olahan Sobel Test
Pengujian pengaruh tidak langsung variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Nilai Perusahaan melalui Manajemen Laba menggunakan sobel tes. Hasil pengujian sobel test diperoleh nilai Test Statistics sebesar -0,888 dan nilai P Value atau nilai signifikansinya sebesar 0,37. Dengan p value 0,37 > 0,05 berarti fungsi mediasi manajemen laba atas Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Nilai Perusahaan tidak terbukti. Dengan demikian manajemen laba tidak bisa memediasi Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Nilai Perusahaan. Hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Nilai Perusahaan melalui Manajemen Laba harus ditolak.
Pembahasan Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil analisis pengaruh langsung Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap manajamen laba menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dengan arah positif. Dengan demikian hipotesis penelitian yang menyatakan terdapat pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap manajemen laba cukup bukti untuk diterima. Hal ini menunjukkan bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) mampu menjelaskan perubahan manajemen laba Bank Umum Swasta Nasional Konvensional yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2019-2021.
Secara agregat selama periode penelitian 2019-2021 menunjukkan variabel Loan to Deposit Ratio mengalami penurunan. Fakta empiris menunjukkan penurunan LDR lebih banyak direfleksikan oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK). Sementara itu manajemen laba juga mengalami penurunan hingga posisi negatif yang lebih banyak dicerminkan oleh Cash Flows Operational dengan aliran penerimaan tunai lebih besar dari pembayaran tunai.
Selama periode penelitian ini pengamatan penghimpunan DPK mengalami kenaikan sebesar 29,28%
dari posisi DPK tahun 2019. Pada era pandemi covid 19 yang dimulai tahun 2020 terjadi ekspansi moneter sehingga uang beredar di masyarakat meningkat dan deposan meningkat. Ketika terjadi kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK) manajemen bank dihadapkan pada kondisi sektor riil yang melemah akibat pandemi covid 19 dan entitas perbankan tidak mampu menyalurkan dananya ke masyarakat dalam bentuk kredit dengan maksimal. Pada tahun 2019 posisi LDR atau penyaluran dana pihak ketiga ke sektor kredit perbankan sekitar 76,17%. Posisi LDR ini mengalami penurunan pada tahun 2020 dengan penyaluran kredit sebesar 64,79% dan tahun 2021 kredit yang disalurkan turun menjadi 60,29%.
Di bagian praktik manajemen laba mengalami penurunan signifikan pada tahun 2019 dengan rata- rata Discretionary Accruals (DA) 0,09 menurun lagi pada tahun 2020 dan 2021 masing-masing menjadi -0,07 dan -0,06. Manajemen laba dengan angka negatif lebih banyak direkflesikan oleh Cash Flows Operational positif. Aliran penerimaan tunai bersumber dari penerimaan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mendominasi penerimaan. Sebagaimana hasil riset Dechow (1995) dan Becker et al. (1998) menemukan adanya hubungan yang negatif antara arus kas operasi dengan manajemen laba (S., Natasya, & Widadi3, 2010).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang menyatakan arus kas operasi berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba (S. et al., 2010). Tetapi tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nahar & Erawati (2017) menyatakan Finansial to Deposit Ratio (FDR) secara parsial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba pada bank umum syariah yang terdaftar pada Bank Indonesia berdasarkan data statistik Otoritas Jasa Keuangan sampai tahun 2015.
Variabel
Nilai pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR)
terhadap Manajemen Laba 0,005 a 0,001 Sa Nilai Pengaruh Manajemen Laba terhadap
Nilai Perusahaan -0,213 b 0,236 Sb
Std Error Unstandardized
Coefficient
Pembahasan Pengaruh tidak langsung Loan to Deposit Ratio terhadap Nilai Perusahaan melalui Manajemen laba
Hasil analisis jalur dengan menggunakan sobel test untuk mengukur pengaruh tidak langsung Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap nilai perusahaan melalui manajemen laba yang tidak signifikan (tabel 4). Artinya bahwa perubahan nilai perusahaan tidak dimediasi oleh tindakan manajemen laba.
Hal ini terjadi ketika Loan to Deposit Ratio dan manajemen laba mengalami penurunan tetapi nilai perusahaan pada kondisi yang stagnan.
Bukti empiris menunjukkan nilai perusahaan yang stagnan dikarenakan adanya nilai total market value yang tidak fluktuatif. Hal ini menyebabkan nilai perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q menjadi stagnan. Kondisi ini lebih direfleksikan oleh harga pasar saham penutupan bursa efek yang mencerminkan fundamental perusahaan dan kondisi perekonomian. Pasar saham tidak merespon aktivitas manajemen karena kondisi perekonomian mengalami depresi akibat pandemi covid 19.
Temuan ini tidak mendukung penelitian yang menguak motivasi perilaku manajemen laba yang dilakukan manajer seperti penelitian yang dilakukan oleh Healy (1985), Watts dan Zimmerman (1986) yang mengungkap motivasi badan, terutama motivasi usaha melakukan tindakan manajemen laba (Sulistiawan & Januarsi, 2011).
KESIMPULAN
Penelitian Mediasi Manajemen Laba atas Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Nilai Peusahaan pada Bank Umum Swasta Nasional Konvensional periode 2019-2021 mempunyai kesimpulan yaitu Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh signifikan dengan arah positif terhadap Manajemen Laba. Penurunan LDR direfleksikan oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan manajemen laba mengalami penurunan lebih banyak dicerminkan Cash Flows Operational dengan aliran penerimaan tunai lebih besar dari pembayaran tunai. Manajemen Laba tidak mampu memediasi pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Nilai Perusahaan. Nilai perusahaan yang stagnan dikarenakan adanya nilai total market value yang tidak fluktuatif yang direfleksikan oleh harga pasar saham penutupan bursa efek yang mencerminkan fundamental perusahaan dan kondisi perekonomian.
REFERENCES
Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS 23 (8th ed). Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Harry I. Wolk, Jere R., & Francis, M. G. T. (1992). Accounting Theory, a conceptual and institutional approach (Third Edit). Ohio: South Western Publising Co.
Herawaty, V. (2008). Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 10, 97-108. https://doi.org/10.9744/jak.10.2.pp. 97-108
Husnan, S. (1987). Manajemen Keuangan, Teori dan Penerapan. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Lesmana, I., & Sukartha, I. (2017). Pengaruh Manajemen Laba Pada Nilai Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2015. E-Jurnal Akuntansi, 19(2), 1060- 1087
Nahar, M., & Erawati, T. (2017). Pengaruh Npm, Fdr, Komite Audit, Pertumbuhan Usaha, Leverage.
Akuntansi Dewantara, 1(1), 63–74.
Rahmania, D. (2020). Pengaruh Corporate Social Responsibility, Leverage Dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Gama Lumajang.
Rudangga, I. G. N. G., & Sudiarta, G. M. (2016). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan. E-Jurnal Manajemen Unud, 5(7), 4394–4422.
Sochib. (2018). Mekanisme Fungsi Manajemen Keuangan Dan Nilai Perusahaan. Assets : Jurnal Ilmiah Ilmu Akuntansi, Keuangan dan Pajak, 2(1), 1–7.
https://doi.org/10.30741/assets.v2i1.217
Subramanyam, K. R. (2010). Analisis Laporan Keuangan (Edisi 10). Jakarta: Salemba Empat.
Suffah, R., & Riduwan, A. (2016). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan dan Kebijakan Dividen Pada Nilai Perusahaan. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, 5(2), 1–17.
Sulistiawan, D., & Januarsi, Y. L. A. (2011). Creative Accounting Mengungkap Manajemen Laba dan Skandal Akuntansi (1st ed). Jakarta: Salemba Empat.
Sulistyanto, S. (2008). Manajemen Laba: Teori dan Model Empiris (1st ed.). Jakarta: Grasindo.
Suwardika, I. N. A., & Mustanda, I. K. (2017). Pengaruh Leverage, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, Dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Properti. E-Jurnal Manajemen Unud, 6(3), 1248–1277.
Yanuar N. S, Natasya, & Widadi, B. A. (2010). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba Perusahaan Publik Di Indonesia Pada Tahun 2008. Journal of Applied Finance &
Accounting, 3(1), 60–74. https://doi.org/10.21512/jafa.v3i1.163