• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

Hal ini tidak mengherankan karena kebijakan moneter memang dilakukan oleh bank sentral untuk mempengaruhi dan mengarahkan berbagai kegiatan perekonomian. Proses tersebut menggambarkan mekanisme yang dikenal dalam teori ekonomi moneter sebagai transmisi kebijakan moneter. Mekanisme transmisi kebijakan moneter pada dasarnya menggambarkan bagaimana kebijakan moneter yang ditempuh oleh bank sentral mempengaruhi berbagai kegiatan ekonomi dan keuangan sehingga pada akhirnya dapat mencapai tujuan akhir yang telah ditetapkan.

3 Fungsi berbagai jalur transmisi kebijakan moneter akan diuraikan lebih rinci pada bagian ketiga buku ini. Pola hubungan antara variabel ekonomi dan keuangan yang berubah dan semakin terputus jelas akan mempengaruhi lamanya waktu mekanisme transmisi kebijakan moneter. Kedua tingkat interaksi transmisi kebijakan moneter dalam proses peredaran uang dapat digambarkan dalam skema berikut.

Transmisi kebijakan moneter tahap kedua dalam proses peredaran uang melibatkan interaksi antara bank dengan pelaku ekonomi. Jelas bahwa bank sentral akan kesulitan merumuskan kebijakan moneter tanpa pemahaman yang baik tentang transmisi moneter. Pemahaman tentang mekanisme transmisi kebijakan moneter akan sangat menentukan efektivitas kebijakan moneter dalam mencapai tujuan akhir yang telah ditetapkan.

Pada tataran empiris, persoalan mekanisme transmisi kebijakan moneter menjadi topik yang menarik bagi dunia akademik.

Saluran Transmisi Kebijakan Moneter

Interaksi ini tidak hanya akan mempengaruhi perkembangan suku bunga jangka pendek di pasar uang, tetapi juga jumlah dana yang diinvestasikan. Berbeda dengan jalur uang dan kredit yang menekankan pada aspek kuantitas dari proses peredaran uang dalam perekonomian adalah jalur suku bunga. Dalam konteks interaksi antara bank sentral dengan perbankan dan pelaku ekonomi dalam proses peredaran uang, mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga dapat dijelaskan sebagai berikut.

Pada tahap pertama, kebijakan moneter yang diterapkan bank sentral akan mempengaruhi perkembangan suku bunga jangka pendek (misalnya suku bunga SBI dan PUAB) di pasar uang rupiah. Pada tahap kedua, transfer suku bunga dari sektor keuangan ke sektor riil akan bergantung pada dampaknya terhadap konsumsi dan permintaan. Dalam kaitan ini, kebijakan moneter yang diterapkan oleh bank sentral akan mempengaruhi pergerakan berbagai tingkat suku bunga di sektor keuangan dan selanjutnya mempengaruhi tingkat inflasi dan output riil.

Secara jelas mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga digambarkan dalam skema 6 berikut ini. Pengaruh suku bunga terhadap permintaan konsumsi terjadi terutama karena bunga simpanan merupakan komponen pendapatan masyarakat (income effect), sedangkan bunga pinjaman merupakan komponen pendapatan masyarakat. digunakan untuk membiayai konsumsi (efek substitusi). Seperti jalur suku bunga, mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur nilai tukar menekankan pentingnya pengaruh perubahan harga aset keuangan terhadap berbagai aktivitas ekonomi.

Dalam konteks interaksi antara bank sentral dengan perbankan dan pelaku ekonomi dalam proses peredaran uang dalam perekonomian, mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur nilai tukar dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada tahap awal, kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral akan berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap perkembangan nilai tukar di pasar valuta asing. Sedangkan pengaruh tidak langsung terhadap nilai tukar terjadi karena kebijakan moneter akan mempengaruhi perkembangan suku bunga di pasar, sehingga terjadi perbedaan antara suku bunga dalam negeri dan luar negeri (interest rate differential), yang selanjutnya mempengaruhi besar kecilnya dana asing. arus serta permintaan dan penawaran di pasar valuta asing.

Pengaruh kebijakan moneter terhadap perkembangan harga aset kemudian akan berdampak pada berbagai aktivitas di sektor real estate. Dengan demikian, perubahan suku bunga dan nilai tukar serta jumlah investasi di pasar rupiah dan valuta asing juga akan mempengaruhi jumlah dan harga obligasi, saham dan aset fisik tersebut. Selain pengaruh perkembangan inflasi sebelumnya (inersia), ekspektasi inflasi umumnya juga dipengaruhi oleh kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral, yang terlihat dari perkembangan suku bunga dan nilai tukar.

Di bidang keuangan, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, kebijakan moneter bank sentral akan mempengaruhi perkembangan suku bunga jangka pendek (misalnya SBI dan PUAB) yang selanjutnya akan mempengaruhi perkembangan suku bunga perbankan (deposito dan kredit) serta melalui transmisi saluran nilai nilai tukar akan mempengaruhi perkembangan nilai tukar. Pengaruh ekspektasi inflasi terhadap permintaan agregat timbul karena pengaruhnya terhadap tingkat suku bunga riil yang diperhitungkan dalam menentukan permintaan konsumsi dan investasi masyarakat.

Transmisi Moneter di Indonesia

Hal tersebut diperparah dengan tidak normalnya fungsi intermediasi perbankan yang berperan penting dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter. Dalam skema ini terlihat bahwa kebijakan moneter yang ditempuh oleh Bank Indonesia, misalnya melalui OPT dengan lelang SBI, akan mempengaruhi perkembangan suku bunga SBI dan uang primer. Bank Indonesia terus melakukan berbagai kajian untuk mengkaji dan merancang jalannya mekanisme transmisi kebijakan moneter di Indonesia.

Kajian awal mengenai topik ini pada periode sebelum krisis menunjukkan semakin pentingnya jalur suku bunga dalam transmisi kebijakan moneter (Sarwono dan Warjiyo, 1998; Warjiyo dan Zulverdi, 1998). Boediono (1998) juga sependapat dengan penilaian akan semakin pentingnya peran interest rate channel dalam kaitannya dengan money channel, meskipun tetap merekomendasikan penggunaan base money sebagai ukuran operasi moneter, terutama pada saat krisis dengan lebih praktis dan pertimbangan pasti sebagai pedoman (anchor) dalam pelaksanaan kebijakan moneter. Sementara itu, Agung (1998) melakukan kajian tentang peran jalur kredit dalam transmisi kebijakan moneter pada periode sebelum krisis.

Ketidakefektifan kebijakan moneter dalam mempengaruhi kredit perbankan pada periode sebelum krisis terutama disebabkan oleh kemampuan bank untuk mengakses dana asing. Bukti empiris menunjukkan pentingnya saluran neraca perusahaan dalam transmisi kebijakan moneter di Indonesia. Hal ini dilakukan dengan menganalisis bagaimana biaya modal serta efek substitusi dan pendapatan mentransmisikan perubahan suku bunga yang terjadi akibat kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Blok pertama ditujukan untuk mengukur apakah kebijakan moneter berperan dominan dalam menentukan pergerakan nilai tukar dibandingkan dengan faktor risiko. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa sebelum krisis 1997, transmisi kebijakan moneter melalui jalur nilai tukar sangat lemah. Pasca krisis, transmisi kebijakan moneter melalui jalur nilai tukar semakin kuat dengan sistem free floating.

Dalam kondisi tersebut, kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga SBI saja tidak dapat mempengaruhi pergerakan nilai tukar. Sebagian besar bank menilai intervensi valuta asing Bank Indonesia merupakan instrumen kebijakan moneter yang paling efektif dalam mempengaruhi nilai tukar rupiah. Analisis ini menunjukkan semakin pentingnya jalur nilai tukar untuk dipantau dan diperhatikan dalam transmisi kebijakan moneter di Indonesia.

Berbagai kajian yang diuraikan di atas menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan mendasar dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter di Indonesia sejak krisis tahun 1997. Kecenderungan tersebut memerlukan bukti empiris untuk kajian lebih lanjut mengenai mekanisme transmisi kebijakan moneter di Indonesia.

Daftar Pustaka

The demand for money in Indonesia and its monetary implications” Bank Indonesia: Director of Riset Ekonomi and Kebijabi Moneter (tidak dipublikasikan). 1992) “The federal funds rate and the monetary transmission channel”, The American Economic Review September 1992, p. pp. 17-47.

Interest rate channel for monetary transmission in Indonesia,” said Perry Warjiyo and Juda Agung (Editor). Exchange rate channel for monetary transmission in Indonesia,” said Perry Warjiyo and Juda Agung (Editor). Towards the Implementation of Inflation Targeting in Indonesia: An Overview of Operational Issues” dalam Charles Joseph and Anton Gunawan (eds.) Monetary Policy and Inflation Targeting in Emerging Economies.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan model ekonometri pada persamaan II.12 dampak parsial variabel persepsi risiko pelaku di sektor perbankan terhadap dinamika kredit adalah II.13 H0 : γ3 + γ6,k = 0 dan H1 :

The Participatory Groundwater Management Programme From the above exercise, it was clear that while we were progressing well on freshwater efficiency and recycling of wastewater, it