• Tidak ada hasil yang ditemukan

“ MEMBEDAH UU RI NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH SESUAI KETENTUAN PASAL 5 UU RI NO. 12 TAHUN 2011”

N/A
N/A
Maslikhatul Urivaa

Academic year: 2025

Membagikan "“ MEMBEDAH UU RI NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH SESUAI KETENTUAN PASAL 5 UU RI NO. 12 TAHUN 2011”"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH PROSES LEGISLASI

“ MEMBEDAH UU RI NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH SESUAI KETENTUAN PASAL 5 UU

RI NO. 12 TAHUN 2011”

DISUSUN OLEH : NAMAA

(2)

A. PENDAHULUAN

Pasal 1 Ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Hal ini menegaskan supremasi hukum sebagai landasan utama dalam menjalankan pemerintahan dan kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Negara hukum berarti bahwa segala aspek kehidupan, baik politik, sosial, maupun ekonomi, harus diatur dan dijalankan berdasarkan hukum yang berlaku, bukan berdasarkan kekuasaan individu atau kelompok tertentu.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan menyebutkan bahwa proses pembentukan hukum di Indonesia harus melalui tahapan yang jelas dan sesuai dengan asas-asas hukum yang berlaku. Salah satu undang-undang yang lahir dari proses ini adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. UU ini dibentuk dengan tujuan untuk memperkuat otonomi daerah yang bertujuan mempercepat kesejahteraan masyarakat melalui desentralisasi, dengan memberikan kewenangan yang luas kepada daerah untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan mereka sendiri sesuai dengan potensi dan kebutuhan masing-masing daerah.

Dalam Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004, diatur berbagai ketentuan terkait pembagian wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, yang mencakup berbagai aspek seperti keuangan, hubungan antar susunan pemerintahan, dan pengelolaan sumber daya alam

B. LANDASAN TEORI

Dalam Pasal 7 Ayat 1 Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- Undangan dijelaskan terkait jenis dan hierarki peraturan perundang- undangan yang terdiri atas :

1. UUD 1945

2. KETETAPAN MPR

3. UU/ PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG- UNDANG 4. PERATURAN PEMERINTAH

5. PERATURAN PRESIDEN

6. PERATURAN DAERAH/ PROVINSI

7. PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

Selanjutnya dalam Pasal 5 Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2011, dijelaskan bahwa

(3)

membentuk peraturan perundang- undangan harus dilakukan berdasarkan pada asas pembentukan peraturan perundang- undangan yang baik, yang meliputi :

1. KEJELASAN TUJUAN

2. KELEMBAGAAN ATAU PEJABAT PEMBENTUK YANG TEPAT 3. KESESUAIAN ANTARA JENIS, HIERARKI DAN MATERI MUATAN 4. DAPAT DILAKSANAKAN

5. KEDAYAGUNAAN DAN KEHASILGUNAAN 6. KEJELASAN RUMUSAN

7. KETERBUKAAN

C. PEMBAHASAN

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah merupakan peraturan yang berfungsi sebagai landasan penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan prinsip otonomi daerah. Otonomi ini bertujuan untuk memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan serta kepentingan masyarakat setempat. Untuk memahami bagaimana undang-undang ini disusun dan apakah telah sesuai dengan prinsip-prinsip yang diatur dalam Pasal 5 UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, perlu dilakukan analisis terhadap asas-asas yang digunakan dalam pembentukannya.

1. Kejelasan Tujuan

Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2004 memiliki tujuan yang sangat jelas dalam memberikan dasar hukum bagi penyelenggaraan otonomi daerah. Otonomi daerah sendiri bertujuan untuk memberikan kewenangan yang luas kepada daerah dalam mengelola urusan pemerintahan di wilayahnya masing-masing, sesuai dengan prinsip desentralisasi. Tujuan dari UU ini secara eksplisit dinyatakan dalam bagian pertimbangan (Menimbang), di mana disebutkan bahwa pemerintahan daerah harus diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan partisipasi masyarakat.

Tujuan lain yang sangat penting dari UU ini adalah untuk meningkatkan daya saing daerah dalam menghadapi tantangan global. Peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak hanya dilihat dari segi ekonomi tetapi juga dalam hal keadilan sosial dan pemerataan pembangunan. Dengan demikian, kebijakan yang diterapkan oleh

(4)

pemerintah daerah harus mencerminkan kebutuhan lokal, sekaligus mempertimbangkan kondisi nasional yang lebih luas, serta dinamika internasional.

Lebih jauh lagi, UU ini mengakui keistimewaan dan kekhususan daerah tertentu, seperti daerah dengan karakteristik adat dan budaya yang berbeda, serta daerah dengan status khusus seperti DKI Jakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini menunjukkan bahwa undang-undang ini memiliki tujuan untuk memelihara keragaman Indonesia dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

2. Kelembagaan atau Pejabat Pembentuk yang tepat

Dalam pembentukan UU No. 32 Tahun 2004, lembaga-lembaga yang terlibat adalah lembaga negara yang memiliki otoritas untuk menyusun peraturan perundang- undangan, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Presiden. Keterlibatan DPR dalam perumusan undang-undang memastikan adanya mekanisme checks and balances dalam proses pembentukan regulasi. DPR mewakili kepentingan rakyat, sehingga setiap undang-undang yang disahkan haruslah melalui proses diskusi yang melibatkan berbagai fraksi politik yang mewakili berbagai kelompok masyarakat.

Selain itu, Presiden sebagai kepala eksekutif memiliki peran sentral dalam memberikan persetujuan akhir atas undang-undang tersebut. Pemerintah pusat, melalui Presiden, memiliki otoritas untuk memastikan bahwa peraturan yang disusun sesuai dengan kebijakan nasional yang lebih luas. Hal ini juga dijelaskan dalam UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, yang menegaskan bahwa pembentukan peraturan harus dilakukan oleh pejabat yang berwenang, yang dalam hal ini adalah DPR dan Presiden.

Adanya peran yang jelas dari lembaga eksekutif dan legislatif dalam proses pembentukan undang-undang ini menunjukkan bahwa UU No. 32 Tahun 2004 dihasilkan dari proses yang transparan dan melibatkan banyak pihak. Hal ini sejalan dengan prinsip demokrasi yang mendasari penyusunan peraturan perundang- undangan di Indonesia.

3. Kesesuaian Antara Jenis, Hierarki dan Materi Muatan

UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah merupakan undang-undang yang berada dalam hierarki peraturan perundang-undangan di bawah UUD 1945, sesuai dengan Pasal 7 UU No. 12 Tahun 2011. Undang-undang ini masuk dalam jenis peraturan perundang-undangan yang sifatnya mengatur urusan pemerintahan daerah.

Oleh karena itu, materi muatan yang ada di dalamnya harus sesuai dengan tingkat

(5)

hierarki tersebut, yakni mengatur hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan otonomi daerah, hubungan antara pemerintah pusat dan daerah, serta pembagian kewenangan

Materi muatan UU No. 32 Tahun 2004 meliputi berbagai aspek penting terkait penyelenggaraan pemerintahan di daerah, mulai dari definisi pemerintahan daerah, otonomi daerah, hingga pembagian urusan pemerintahan. Dalam undang-undang ini, diatur bahwa urusan pemerintahan dibagi menjadi urusan yang bersifat wajib dan pilihan, di mana urusan wajib meliputi pelayanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, ketertiban umum, dan lingkungan hidup.

4. Dapat Dilaksanakan

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dirancang untuk dapat dilaksanakan secara efektif oleh pemerintah daerah. Ini tercermin dari pembagian urusan pemerintahan yang jelas antara pemerintah pusat dan daerah, sebagaimana diatur dalam Pasal 10 UU ini. Pembagian ini membuat pemerintah daerah memiliki keleluasaan dalam menyelenggarakan urusan-urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, dengan tetap mempertimbangkan urusan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.

Pelaksanaan UU ini juga didukung oleh adanya pengaturan mengenai perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Dalam Pasal 12, dijelaskan bahwa setiap urusan pemerintahan yang dilimpahkan kepada pemerintah daerah harus disertai dengan pendanaan yang memadai, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian. Hal ini menunjukkan bahwa undang-undang ini dirancang agar dapat diimplementasikan dengan dukungan sumber daya yang memadai.

Selain itu, pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk membentuk Peraturan Daerah (Perda) sebagai pelaksanaan lebih lanjut dari UU ini. Dengan demikian, pelaksanaan UU No. 32 Tahun 2004 di daerah dapat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan spesifik dari masing-masing daerah.

5. Kedayagunaan dan Kehasilgunaan

UU No. 32 Tahun 2004 terbukti memberikan daya guna dan hasil guna yang signifikan dalam meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan daerah. Hal ini terlihat dari kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola urusan pemerintahan secara lebih mandiri, yang pada akhirnya meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik di daerah. Pasal 13 UU ini memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk menangani urusan-urusan yang penting bagi kesejahteraan masyarakat, seperti kesehatan, pendidikan, dan penataan ruang.

(6)

Dengan pelaksanaan otonomi daerah, setiap daerah dapat fokus pada peningkatan kesejahteraan masyarakat berdasarkan kondisi lokal yang ada. Hal ini memungkinkan terciptanya inovasi di berbagai sektor pelayanan publik yang lebih sesuai dengan kebutuhan daerah. Oleh karena itu, UU No. 32 Tahun 2004 memberikan landasan bagi pemerintah daerah untuk menjadi lebih responsif terhadap aspirasi masyarakat dan lebih adaptif terhadap perubahan lingkungan global yang mempengaruhi perkembangan daerah. Sebagai contoh, beberapa daerah yang menerapkan otonomi daerah telah menunjukkan keberhasilan dalam menarik investasi dan meningkatkan daya saing di tingkat nasional maupun internasional.

Dengan demikian, kedayagunaan dan kehasilgunaan dari UU No. 32 Tahun 2004 tercermin dari peningkatan kualitas tata kelola pemerintahan di berbagai daerah, yang pada akhirnya berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

6. Kejelasan Rumusan

Kejelasan rumusan dalam UU No. 32 Tahun 2004 menjadi salah satu faktor penting yang memungkinkan undang-undang ini diimplementasikan secara efektif. Pasal- pasal dalam undang-undang ini dirumuskan dengan bahasa yang lugas dan rinci, yang memberikan penjelasan yang mendalam mengenai definisi dan tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah. Misalnya, Pasal 1 mendefinisikan istilah-istilah penting seperti “pemerintah daerah”, “otonomi daerah”, dan “desentralisasi”, sehingga tidak menimbulkan ambiguitas dalam pelaksanaannya.

Selain itu, Pasal 5 dan Pasal 10 merinci pembagian urusan pemerintahan antara pusat dan daerah dengan jelas. Urusan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah dibagi menjadi urusan wajib dan urusan pilihan, yang masing-masing diuraikan secara rinci. Kejelasan ini memastikan bahwa pemerintah daerah memiliki pemahaman yang sama mengenai kewajiban dan hak-hak mereka dalam menjalankan otonomi daerah. Undang-undang ini juga menjelaskan prosedur pembentukan daerah baru, pemekaran, serta penghapusan dan penggabungan daerah .

Dengan rumusan yang jelas, UU No. 32 Tahun 2004 meminimalkan potensi kesalahpahaman atau penafsiran yang berbeda dalam pelaksanaannya. Hal ini penting untuk menjaga konsistensi dan keseragaman dalam penerapan undang- undang ini di seluruh wilayah Indonesia, baik di tingkat provinsi, kabupaten, maupun kota.

(7)

7. Keterbukaan

Keterbukaan merupakan salah satu asas yang sangat dijunjung tinggi dalam penyusunan dan pelaksanaan UU No. 32 Tahun 2004. Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, partisipasi masyarakat merupakan elemen penting yang diatur dalam undang-undang ini. Pasal 22 menegaskan bahwa daerah memiliki kewajiban untuk melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan daerah serta menyediakan akses informasi yang memadai kepada publik.

Pemerintah daerah diwajibkan untuk melaksanakan asas keterbukaan dalam hal penyusunan anggaran, kebijakan, serta pelaksanaan program-program pembangunan. UU ini mengatur bahwa pemerintah daerah harus menyediakan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan anggaran dan kinerja pemerintahan daerah kepada masyarakat, yang mencerminkan transparansi dalam pengelolaan keuangan daerah. Hal ini bertujuan untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan dan korupsi, serta untuk meningkatkan akuntabilitas pemerintah daerah.

Selain itu, dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah, masyarakat dilibatkan secara langsung dalam memilih pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah.

Proses ini menjamin bahwa pemerintahan daerah yang terbentuk adalah hasil dari aspirasi dan keinginan masyarakat setempat. Keterbukaan juga tercermin dalam proses penyusunan Perda, di mana pemerintah daerah harus membuka ruang bagi partisipasi masyarakat dalam proses perumusan kebijakan.

Dalam keseluruhan penerapannya, UU No. 32 Tahun 2004 memberikan jaminan bahwa setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah harus dilakukan secara terbuka dan transparan, sehingga masyarakat dapat melakukan pengawasan langsung terhadap penyelenggaraan pemerintahan. Dengan demikian, asas keterbukaan yang diterapkan dalam UU ini berfungsi sebagai alat untuk memperkuat demokrasi lokal dan membangun kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah daerah.

D. KESIMPULAN

Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memenuhi ketujuh asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik sesuai dengan Pasal 5 UU No. 12 Tahun 2011. UU ini memiliki tujuan yang jelas untuk memperkuat otonomi daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui desentralisasi, di mana

(8)

pemerintah daerah diberikan keleluasaan dalam mengelola urusan lokal sesuai dengan prinsip demokrasi dan keadilan. Pembentukannya melibatkan lembaga yang tepat, yaitu DPR dan Presiden, sehingga proses legislasi dilakukan secara demokratis dan terbuka.

Selain itu, UU ini sesuai dengan hierarki perundang-undangan dan muatan materinya mencakup pembagian urusan pemerintahan yang jelas antara pusat dan daerah, sehingga dapat dilaksanakan dengan baik. Rumusan pasal-pasalnya dibuat dengan bahasa yang jelas, menghindari ambiguitas, dan memungkinkan implementasi yang efektif di daerah.

Terakhir, asas keterbukaan dijunjung tinggi, di mana partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan dan pengawasan pemerintah daerah diutamakan, menjadikan undang-undang ini sebagai instrumen penting dalam memperkuat demokrasi lokal dan meningkatkan akuntabilitas pemerintahan daerah di Indonesia.

E. REFERENSI

Chryshna, M. (2021, Januari 7). Undang-Undang tentang Pemerintah Daerah Tahun 2004. Kompaspedia. https://kompaspedia.kompas.id/baca/data/dokumen/undang- undang-tentang-pemerintah-daerah-tahun-2004

Badan Pembinaan Hukum Nasional. (2004). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

https://peraturan.bpk.go.id/Details/40768/uu-no-32-tahun-2004

Peraturan Perundang- undangan

1. Undang- Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

2. Undang- Undang RI NO. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang- Undangan

Referensi

Dokumen terkait

Jadi berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Negara Republik Indonesia diatas, peraturan perundang-undangan yang paling

Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang – Undangan  (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik.. Peraturan Daerah Kab. HSU Nomor 18 Tahun 2011 ttg

Undang - Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik

bahwa berdasarkan Pasal 39 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Pasal 42 Peraturan Presiden Republik Indonesia Tahun 2014 tentang

Kedua , kedudukan dan status hukum Ketetapan MPR berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan dengan kedudukan dan status

Secara tegas Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan menyebutkan dalam penjelasan Pasal 2 bahwa: Penempatan Pancasila