• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam upaya untuk mendapatkan gelar sarjana dan menuntaskan kewajiban perkuliahan, terlebih dahulu penulis harus menyelesaikan skripsi berjudul “Penumpasan Gerakan DI/TII di Kabupaten Tegal Tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Dalam upaya untuk mendapatkan gelar sarjana dan menuntaskan kewajiban perkuliahan, terlebih dahulu penulis harus menyelesaikan skripsi berjudul “Penumpasan Gerakan DI/TII di Kabupaten Tegal Tahun "

Copied!
44
0
0

Teks penuh

Dalam upaya meraih gelar sarjana dan memenuhi kewajiban kuliah, penulis harus menyelesaikan terlebih dahulu disertasi yang berjudul “Memusnahkan Gerakan DI/TII di Kabupaten Tegal Tahun. Bangkitnya Gerakan DI/TII di Kabupaten Tegal tidak lepas dari adanya kebijakan Reorganisasi dan Rasionalisasi (Re-Ra) yang berbasis pusat di lingkungan TNI, melancarkan operasi seperti Gerakan Banteng Nasional, Gerakan Perampok Banteng dan operasi gabungan antara pasukan SWKS III dan SWKS IV.

Dalam perkembangannya, operasi penyerangan GBN tidak mampu mengakhiri Gerakan DI/TII sehingga TNI memutuskan untuk membentuk operasi penumpasan baru yang disebut Gerakan Perampok Banteng. Pergerakan DI/TII Kabupaten Tegal berakhir pada tahun 1962, setelah pimpinan DI/TII seperti Amir Fatah, Syamlawi dan Zaenal Abidin memutuskan untuk menyerah. Munculnya Gerakan DI/TII di Tegal tidak lepas dari adanya kebijakan sentral menuju Reorganisasi dan Rasionalisasi (Re-Ra) di lingkungan Tentara Nasional Indonesia.

In its development, Amir Fatah joined Abbas Abdullah in building the DI / TII movement in Tegal. In its development, Gerakan Banteng Negara's eradication operation cannot end the DI/TII movement, so TNI decides to form a new eradication operation called Gerakan Banteng Raiders. The DI/TII movement in the Tegal region was ended in 1962 after DI/TII leaders such as Amir Fatah, Syamlawi and Zaenal Abidin decided to surrender.

PENDAHULUAN

Latar Belakang dan Permasalahan

6Dinas Sejarah Angkatan Darat, Album Peristiwa Pemberontakan DI/TII di Indonesia, (Disjarah TNI AD: Bandung, 1981), hal. Salah satu penyebab terjadinya Gerakan DI/TII di Kabupaten Tegal adalah ditandatanganinya Perjanjian Renville antara pemerintah dan Belanda. Pelopor Gerakan DI/TII Kabupaten Tegal pada mulanya adalah Abbas Abdullah selaku pimpinan Dewan Islam.

Amir Fatah mulai mendirikan gerakan DI/TII Tegal pada tanggal 5 Januari 1949, diawali dengan pertemuan antara Amir Fatah dengan Kamran Cakrabuwana, komandan divisi DI/TII Jawa Barat. Kecewa dengan pergantian kepemimpinan di Istana Pekalongan, Amir Fatah memutuskan untuk mendirikan gerakan DI/TII di Brebes. Pengikut Dewan Islam juga terlibat membantu Amir Fatah mendirikan gerakan DI/TII.

Suryodimejo selaku warga DI/TII Pekalongan.10 Kabar keberhasilan Amir Fatah membangun pemerintahan militer sendiri sampai ke Kartosuwiryo. Kartosuwiryo yang merasa tertarik dengan Amir Fatah kemudian mengutus Kamran Cakrabuwana selaku Panglima Divisi I/SH/TII untuk mengunjungi Amir Fatah dan mengajaknya bergabung dalam Gerakan DI/TII. Tugas Kamran Cakrabuwana adalah mengundang Amir Fatah sekaligus menyebarkan gerakan DI/TII di Jawa Tengah.

Gerakan DI/TII Brebes yang mendapat simpati dari masyarakat Brebes menyebabkan pasukan DI/TII memperluas pergerakannya hingga ke Tegal dan menggugah minat masyarakat Tegal untuk bergabung dengan gerakan DI/TII hingga tutup. Pasukan DI/TII juga menyerang dan melucuti senjata satuan Brimob, menangkap Komandan R.M. Bambang Suprapto ditangkap. Berdasarkan fakta gerakan DI/TII di Kabupaten Tegal, penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan peran TNI dalam menumpas gerakan DI/TII di Kabupaten Tegal.

Penelitian ini penting karena masih banyak penyelidikan yang tidak membahas peristiwa gerakan DI/TII di Kabupaten Tegal dan taktik yang digunakan TNI untuk menekan gerakan tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut, muncul permasalahan menarik dalam tesis ini, yaitu bagaimana kebijakan reorganisasi di lingkungan TNI justru memunculkan gerakan separatis DI/TII di Kabupaten Tegal.

Ruang Lingkup

Pertama, apa penyebab terjadinya gerakan DI/TII Tegal; Kedua, bagaimana proses penyebaran gerakan DI/TII Brebes sehingga gerakan tersebut dapat meluas hingga ke Kabupaten Tegal; Ketiga, bagaimana kronologi pergerakan DI/TII Tegal; Keempat, bagaimana upaya TNI untuk menghancurkan gerakan DI/TII di Tegal? Kabupaten Tegal menjadi cakupan spasial karena Tegal merupakan salah satu tempat penyebaran ideologi DI/TII. Pasukan DI/TII memilih Tegal karena letak Tegal yang dekat dengan Jawa Barat memudahkan koordinasi antara pasukan DI/TII di Jawa Tengah dan pasukan DI/TII di Jawa Barat.

Sejarah militer merupakan ruang lingkup keilmuan karena skripsi ini menitikberatkan pada upaya TNI dalam menekan gerakan DI/TII, sedangkan upaya tersebut banyak dilakukan melalui operasi militer seperti Operasi Gerakan Banteng Nasional, Operasi Fort Raiders dan Operasi Guntur.

Tujuan Penelitian

Tinjauan Pustaka

Relevansi literatur Safrudin dengan skripsi ini adalah untuk memberikan penjelasan rinci dan kronologis mengenai pergerakan DI/TII di Brebes Selatan. Dalam tesisnya, Safrudin menekankan peran satuan paramiliter dalam gerakan DI/TII di Brebes Selatan. Topik skripsi penulis adalah Peran TNI dalam Pemberantasan Gerakan DI/TII di Wilayah Tegal.

Van Dijk.17 Secara umum Van Disk memaparkan kronologi pergerakan DI/TII di Indonesia dalam bukunya. Pentingnya hal ini menjadi penyebab umum pergerakan DI/TII, khususnya di DI/TII Jawa Barat. Penyebab umum terjadinya gerakan DI/TII di Jawa Tengah dan Jawa Barat adalah diberlakukannya aturan reorganisasi oleh pemerintah yang berujung pada demobilisasi prajurit Laskar.

Gerakan DI/TII Tegal mempunyai tujuan yang berbeda-beda, para pimpinan Gerakan DI Tegal mempunyai tujuan mutlak yaitu mewujudkan negara Indonesia berdasarkan ideologi Islam. Pengikut gerakan DI/TII Jawa Barat berasal dari berbagai latar belakang seperti prajurit Hizbullah dan Sabilillah, ulama serta dari kalangan masyarakat Jawa Barat. Dalam upaya mengatasi Gerakan DI/TII Jabar, pemerintah menggunakan dua cara, yakni melalui diplomasi dan operasi mogok.

Informasi penjelasan komposisi tentara dapat penulis gunakan untuk menjelaskan komposisi tentara Islam pada gerakan DI/TII Tegal. Parwanto.20 Dalam tesisnya, Dudun menjelaskan tentang gerakan DI/TII yang terjadi di Kabupaten Tegal dan dampaknya terhadap aktivitas para buruh pabrik di Tegal. Menurut Dudun, terjadinya pergerakan DI/TII Tegal disebabkan oleh beberapa faktor, yakni faktor sosial politik dan faktor sosial ekonomi.

Dari sisi sosial ekonomi, gerakan DI/TII dilatarbelakangi oleh kesenjangan yang ada di masyarakat Tegal. Relevansi literatur Dudun dengan skripsi ini adalah sejauh mana keruangan yang membahas mengenai gerakan DI/TII di Tegal. Tesis Dudun juga menjelaskan bahwa kondisi masyarakat miskin Tegal menjadi salah satu faktor berkembangnya gerakan DI/TII di Tegal.

Dalam tesis Duduni, pengaruh Gerakan DI/TII lebih terasa pada reaksi kaum buruh di Tegal.

Kerangka Pemikiran

Informasi mengenai kondisi masyarakat Tegal berguna bagi penulis untuk menjelaskan cara DI/TII merekrut anggotanya. Banyak buruh yang melakukan protes dengan sasaran agar pemerintah segera menyelesaikan permasalahan DI/TII. Sebab, gerakan-gerakan yang dilakukan DI/TII merugikan pekerja berupa ancaman keselamatan saat bekerja dan menurunkan efisiensi pekerja dalam bekerja.

Para pendiri DI/TII kemudian mendefinisikan istilah DI dalam konferensi yang diadakan di Cirebon. Dalam membangun Gerakan Darul Islam, anggota DI/TII melakukan berbagai hal seperti menyebarkan ajaran jihad kepada masyarakat. Anggota DI/TII menyatakan bahwa upaya pembentukan negara Islam juga merupakan bagian dari jihad karena komponen-komponen Negara Islam dipisahkan dari unsur liberalisme.

Dampak penyerangan DI/TII seringkali juga menimbulkan ancaman terhadap keamanan masyarakat, sehingga TNI sebagai penanggung jawab keamanan nasional turun tangan untuk meredam pergerakan DI/TII. Skripsi ini menggunakan kata penumpasan untuk menggambarkan operasi militer yang dilakukan TNI dalam menumpas gerakan DI/TII di Tegal. Alasan TNI memilih jalur diplomatik adalah untuk menghindari adanya korban jiwa, namun dalam mengembangkan jalur militer TNI harus terus mempercepat penghancuran Gerakan DI/TII.

Alasan TNI menggunakan taktik Perang Gerilya untuk menumpas gerakan DI/TII Tegal adalah karena pemerintah Indonesia pada awal kemerdekaan dihadapkan pada keterbatasan dana yang membuat TNI tidak dapat membeli banyak perlengkapan perang, sehingga untuk mengatasinya TNI memutuskan menggunakan taktik perang gerilya. Salah satu operasi militer yang dilakukan TNI untuk menumpas gerakan DI/TII Tegal adalah Gerakan Banteng Nasional. Kolonel Sarbini sebagai pimpinan GBN mempunyai tugas mencegah pergerakan DI/TII meluas ke luar wilayah Istana Pekalongan.

3.000–5.000 orang.32 Dalam Operasi Gerakan Banteng Negara, satuan tempur yang bertugas menumpas Gerakan DI/TII adalah Brigade Infanteri Divisi III dan Divisi IV. Misi pertama yang dilakukan untuk menyukseskan operasi gerakan Banteng adalah keputusan untuk melakukan koordinasi antara gerakan DI/TII Jawa Tengah dan gerakan DI/TI Jawa Barat.

Metode Penelitian

Brigade Infanteri Divisi 3 dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh beberapa batalyon, antara lain Batalyon Sarjono, Batalyon Suryosumeno, Batalyon Sudarmo, dan Batalyon Surono. Setiap negara mempunyai sistem batalion yang berbeda, namun batalyon biasanya merupakan bagian dari resimen, kelompok, atau brikade. Secara struktur organisasi, Kolonel Gatot Subroto selaku Panglima Divisi III merupakan pimpinan tertinggi Gerakan Banteng Nasional, namun Kepala Komando Operasionalnya adalah Komandan Brigade II/III Letkol Sarbini.

Tugas Letkol Sarbini memimpin pasukan gabungan yang terdiri dari beberapa batalyon, yaitu batalyon tempur, batalion administrasi, dan staf pendukung. Dokumen ini penting dalam penulisan skripsi ini karena Ketua SWKS III menjelaskan dalam dokumen tersebut kegiatan operasional yang dilakukan TNI pada periode 1949-1950 di Brebes dan Tegal. Kendala pencarian sumber di Museum Mandala Bakti adalah sebagian besar sumber berasal dari tahun 1950-an sehingga membuat kertas menjadi lapuk dan mudah sobek.

Surat kabar tersebut diperoleh penulis dari penelusuran di berbagai instansi seperti Depot Arsip Suara Merdeka dan Monumen Pers Nasional. Beberapa judul surat kabar yang penulis temukan saat berkunjung ke Depo Arsip Suara Merdeka seperti judul seperti 401 Tahanan Dibebaskan, Pasukan AUI Lapar Setengah HA Jagung Dimakan dan lain-lain. Monumen Pers Nasional membekali penulis dengan berbagai sumber surat kabar mulai dari Surat Kabar Angkatan Darat, Surat Kabar Merdeka, dan Surat Kabar Mimbar Indonesia.

Sumber sekunder diperoleh melalui tinjauan pustaka buku-buku oleh para sarjana dan peneliti terkait. Fungsi sumber sekunder adalah melengkapi sumber primer untuk memperoleh wawasan dan analisis terhadap peristiwa yang diteliti. Pada tahap ini penulis melakukan kritik internal dengan membandingkan sumber yang diperoleh dari Museum Mandala Bakti dengan surat kabar kontemporer.

Pada peringkat ini, pengarang menggabungkan fakta sejarah yang telah melalui peringkat tafsiran dalam bentuk cerita. Penulis cuba menulis semula sesuatu peristiwa sejarah dalam sebuah tulisan berdasarkan bukti yang dikumpul.

Sistematika Penulisan

Referensi

Dokumen terkait

Implikasi Revolusi Sosial Tiga Daerah (Tegal, Brebes, & Pemalang) Terhadap Kehidupan Masyarakat Di Tegal Oktober- Desember 1945. Cirebon: Fakultas Ushuluddin dan

PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG TERHADAP PROFITABILITAS KOPERASI PEGAWAI KEMENTERIAN SOSIAL RI SEBELUM DAN SEMASA PANDEMI COVID-19 Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh