Jurnal
llmiah Guru "COPE",
No. |L/TahunXIX/Mei
2015MENGELOLA ORGANISASI INFORMAL DI SEKOLAH
Reni llerawati
Pengawas SMA, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta [email protected], 08 1 802655325
Abstract
\
School organization can be viewedfrom two
dimensions:formal
andinformal.
These two kinds of organization havedffirent
structures. Schoolprincipals
and teachers ere awareof
and ableto
accept the existenceof
formal
structurewithin
a school,butfew
of them understand that there are informol structures in a school. Informal structure is akindof
'hiddenenergt'
that must be realized, managed and mobilized in order to provide a positiverole
inprovidtng good
education manogement. Schoolprincipals
should understand how to rnanage the informal structures in order to be empowered positively and support the implementation ofaformal
organization.Key
words:formal
organization,informal
organization,formal
structure,i nfo r m al s tru c ture, m anagem ent
Pendahuluan
Sekolah adalah organisasi kompleks
yang terdiri dari sub-sub sistem yang
berinteraksi.Pertimbangan
personal dan sosial bercampur dalam penyelenggaraan persekolahanhari
demihari.
Interaksiini
diikat dalam berbagai aturan, peran, praktik- praktik dan teknis yang membentuk sekolah sebagai organisasi formal.
Sekolah sebagai organisasi pendidikan mencakup struktur,
tujuan,
dan apa yang benar-benarterjadi
dalam sekolah. Secara organisasi, sekolah dibagi ke dalam kelas-kelas, hari efektif yang dibagi menjadi jam-jam pembelajaran, guru-guru
yangdibagi
sesuai latar belakang mata pelaja- ran dan tingkatan mereka, dan siswa yang dibagi menjadi kelompok-kelompok sesuai denganjenjang kelas atau prestasi belajar.Seperti organisasi
formal
lainnya, sekolah mempunyai keanggotaan yangterdiri
dariindividu-individu yang
memegang posisiyang
berbedayang
melaksanakan tugas sesuai denganfungsi
dantujuan.
Setiap posisi memegang peran-peran tertentu sep- erti administrasi, pengajaran, pembelajaran, dan penyediaan fungsi pendukung seperti pengemudi dan penyaji minum dan makan.Aktivitas ini
adalah proses persekolahan dan bertujuan untukmencapai tujuan (Hurn, T993; Parson, 1959).Dibalik aturan-aturan, kelas-kelas, struktur,
dantujuan formal
sekolah, ada suatu lapisan yang perlu dieksplorasi yaitu struktur informal. Strukturinformal
secara sederhana dapat dijelaskan dengankalimat 'apa yang sebenarnya terjadi dalam
sekolaho.Ketika kita
memasuki sekolah,ketika kita memasuki kelas, ketika kita
berinteraksi dengan teman-teman guru, atau
ketika kita
mempertimbangkan apa yang akandilakukan di
kelas,kita
sebenarnya sedang berkaitan dengan sisteminformal
(Hurn,
1993;Parson, 1959).Jurnal
llmiah Guru
"C.OPE", No.}I/Tahun XIX/Mei
2015Menurut Philip
Jackson(1968)
siswa mempelajaribaik
sistemformal
maupunsistem informal, masing-masing
sangat penting untuk mengerti bagaimana sekolah berj alan. Kesuksesan sekolah memerlukan penguasaan dua sistem tersebut meskipun duahal
tersebutkontradiksi.
Siswa yang mengallrmi masalahdi
sekolah sebagian adalah Hswa
yang tidak belaj ar menyeim- bangkanke
dua sistem tersebut. Snyder (1,971) menyebut the hidden curuiculumini
sebagai
implicit
demand yang ditemukan dalam setiap institusi belajar dimana siswa harus menemukan dan meresponnya agar dapat survive. Aturan-aturantidak
tertulis dan konsekwensiyang tidak
diharapkan merupakan pendidikanbagi
siswauntuk
belajar mengatasi segala sesuatu yang tidak diharapkan dalam hidupnya.Budaya
daniklim
sekolahyang
ber- gabung menjadi satu dalam sisteminfor-
mal, mengacu pada beberapa pengalamansekolah: interaksi yang dihasilkan dari
pengelompokan siswa, resistansi siswa ter- hadap sekolah, harapan guru terhadap siswa yang mempengaruhi tingkat prestasi siswa.Faktor-faktor
di
dalam dandi
luar sekolah mempengaruhiiklim
sekolah (Ballantine&
Hammack,2012).
Dewasa ini perubahanzamafitelah me- nyebabkan perubahan paradigma pendidi- kan. Masyarakat semakin cerdas, akibatnya mereka menuntut perubahan pengelolaan sekolah menjadi akuntabilitas dan efektif.
Dengan demikian kepala
sekolah harus mampu melaksanakanfungsinya
sebagaimanager
danleader yang baik.
Sebagai pemimpin yang baik pada satuan pendidi- kan, kepala sekolah diharapkan mempunyai tanggungjawab untuk
melaksanakan pe- nyelenggarakan pendidikan secaraefektif di
sekolah.Efektivitas penyelenggaraan pendidikan tidak lepas dari berbagai faktor. Salah satu
faktor yang penting dalam penyelenggaraan pendidikan
di
sekolah adalah struktur or- ganisasi. Organisasi sekolah dapatditinjau
dari dua dimensi struktur. Pertama, setiap organisasi sekolahmemiliki
struktur formal yang mencerminkan alurkerja dan hierarkhirantai
komando dimana suatu organisasi diatur dengan garis kewenangan dan garis komunikasi. Struktur organisasi menentu- kan cara dan luasnya peran, kewenangan, tanggungjawab
didelegasikan,dikoordi-
nasikan, dan bagaimana informasi mengalir antarlevel
manajemendi
dalam sekolah.Struktur ini
merupakankerangka
tubuh yang nampak secara eksplisityang menjadi identitas organisasi sekolah. Struktur formaldi
sekolahmeliputi
garis komando kepala sekolah kepada parawakil
kepala sekolah, para coordinator, guru dan siswa, serta garis koordinasi kepala sekolah dengan komite sekolah dan instansi atau lembaga lain. Se- lain struktur organisasi formal sekolah, ada organisasi formal kelas yang meliputi, guru, siswa dankurikulum dan
pengurus kelas.Kedua, struktur informal yang merupak- an energi yang tersembunyi atau
implisit.
Struktur informal bersifat fleksibel
dan adaptif dan senantiasa berubah mengikuti kondisi lingkungan organisasi. Strukturin-
formal ini terbangun diatas jejaring hubun- gan sosial antar pegawai dan antar siswa yang mampu melintasi batas-batasdivisi,
fungsi dan jenjang hierarkhi.Pembahasan
Keberadaan
OrganisasiFormal
danInformal
Organisasi formal dibentuk
secara sengajadan mencerminkan
pembagian kerja. Organisasi semacamini
merupakan posisi-posisi yang ditetapkan secara formal, dan interaksi-interaksi antar a posi si -po sisi
Jurnal
llmiah Guru "COPE",
No.}l/Tahun XIX/Mei
2015tersebut ditenftrkan keterkaitan peranan darr masing-masing posisi. Organisasi ini secara spesifik disebut birokrasi (Weber, 1978).
Organisasi
informal muncul
sebagai akibat dari adanya kepentingan yang saling menguntungkandiantaru
anggota organ-isasi. Keikut
sertaan anggota organisasiinformd
adalah untuk memenuhi kebutuhan anggota misalnya keamanan, pengakuan, kekeluargaan dan interaksi sosial. MenurutBlau(l
963) organisasiinformal
terbentuk sebagaiindikasi
adanya kebutuhan pega-wai
yangtidak
terpenuhioleh
organisasiformal.
Organisasiini aktif jika
keadaan membutuhkannya (Stevensonand Gilly,
1993). Struktur informal terbentuk dari
jali-
nan berbagai hubungan sosial
di
kalangan pegawai dan antarapegawai dengan orang- orang di sekitarnya. Kelompok informalini
dibentuk secara tidak sengaja (Wenger and Snyder,2000).
Dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah,
sebagian besarkepala
sekolah memberikan perhatian hanya pada organ- isasi formal saja. Pengembangan organisasiformal
dilaksanakan secara terencana, na- mun kepala sekolah tidak menyadari bahwadibalik
organisasi formal tersebut terdapat organisasiinformal yang dibentuk
tanpa sengaja namun sangat berpengaruh padakinerja guru
dan karyawan serta prestasi siswa. Organisasiinformal
adalah j aringan organisasi yang merupakan energi tersem- bunyi dan menciptakan struktur informal.Organisasi
informal
dapat dikatakan masih terabaikan karena belum mendapatperhatian dari praktisi dan akademisi.
Kesadaran
praktisi
akan keberadaan dan manfaat organisasiinformal
masih belummuncul. Hal ini dikarenakan
organisasi informal bersifatimplisit
dan tersembunyi, bahkan mereka yangterlibat di
dalamnya seringjuga tidak
menyadari.Di sisi
lain,prinsip
legalitasformal
dalam budayabi- rokrasi telah menggiring kepala
sekolah untuk hanya memperhatikan hal-hal kasatmata
dan rasional.Andaikan
menyadari adanya organisasiinformal,
kepala seko- lahjuga
enggan membicarakan karenaini
bersifat
implisit
dan rumit.Struktur
informal
bagaikan pisau ber- mata dua. Jika pimpinan tidak mengetahui cara mengidentifikasikan dan mengarahkan- nya, maka ia berpotensi melumpuhkan or- ganisasi. Sebaliknya,jika
pimpinan belajar memupuknya maka kekuatan tersembunyiini bisa dibangkitkan untuk
mendukungefektivitas
penyeleng gataanfungsi
dan tugas organisasi (Krackhardt and Hanson, 1993). Para kepala sekolah banyak yangmencurahkan perhatian pada struktur formal,
namun seharusnya perhatianjuga
diarahkan pada strukturinformal.
Kepala sekolahperlu
mengidentifikasi hubungan antara struktur formal dan informal.Masyarakat Indonesia mempunyai
ciri
bersifat komunal, sehingga dimungkinkan banyak organisasi informal terbentuk. Oleh karena itu kepala sekolah di Indonesia me-miliki
peluang besar untuk memanfaatkankekuatan dari organisasi informal
yang beragam yang mengakar padatradisi
dan budaya daerah maupun nasional. Seperti yang dikatakan MacAndrew (1986), diba-lik
struktur birokrasidi
Indonesiaterdapat hubungan personalyang kompleks
yang berperan banyak dalam pengambilan kepu- fusan, namun demikian potensi organisasiinformal
belum dimanfaatkan secara baik.Oleh
karenaitu struktur informal
dalamsekolah merupakan 'the hidden energy'
yang dapat memberikan peran penting
dalam penyelenggaraan organisasi pendi-dikan.
Contoh struktur organisasi informal dapat dilihat pada tabel 1.Jurnal
llmiah Guru "COPE",
No.}l/Tahun XIX/Mei
2015Dalam contoh struktur
informal
diatas menunjukkan adanya strukturinformal
di sekolah.Guru-guru
secaratidak
sengaja membentuk kelompok-kelompok informal.Ada
empat kelompokinfonnal
yangterli- hat
padastruktur informal
diatas denganjumlah
anggota bervariasi. Terbentuknyakelompok-kelompok informal
tersebut disebabkan karenainteraksi-interaksi
se- hingga menemukan minat yang yang sama.Berbeda dengan organisasi
formal
yangmemfokuskan hubungan
sesuai'dengan posisi pada organisasi, organisasi informalmemfokuskan pada hubungan individu
satu samalain
tanpamelihat posisi
pada organisasi formal.Struktur formal di kelas melibatkan hubungan hierarkhis guru dan siswa serta
kurikulum formal yang berlaku.
Namundibalik itu
sebenarnya ada lapisan tersem- bunyi yaitu struktur informal. Interaksi antar individu maupun kelompok siswa, perilaku siswa dan atmosfer kelas merup akan hidden cuvriculum (Snyder, 1978) yang merupakanimplicit
demand yangtidak
diperoleh darivisible cuwiculum.
Oleh karenanya siswa sebenarnya belajar dalam dua sistem yaituformal dan informal. Menurut
Jackson(1968),
kesuksesan sekolah memerlukan penguasaan keduanya. Siswa yang mempu- nyai masalah di sekolah biasanya yang tidak mempelajari bagaimana menyeimbangkan dua sistem itu.Contoh struktur informal
kelas dapatdilihat padatabel2.
Gambar 2.
Contoh Strukfur Informal Kelas
Permasalahan di Sekolah
Kepala sekolah dan gurumenyadari dan dapat menerima adanya struktur
formal di
sekolah dan di kelas, namun hanya sedikitdari
mereka yangmengerti
akan adanya struktur informal di sekolah maupun di ke- las. Strukturinformal
sebagai 'the hiddenenerg)'
haruslah disadari dan dimobilisasi\
Gambar 1.
Contoh Strukrur Organisasi
Informal
Sekolahffir:
-"frr:$ffii
6019AgC
Jurnal
llmiah Guru "COPE",
No. )L/TahunXIX/Mei
2015agar dapatmemberikan peran positif dalam penyeleng garaan
pendidikan di
sekolahpada umumnya dan
di
kelas pada khusus-nya.
Ketidak pahaman kepala sekolah danguru
akan keberadaanstruktur informal
dalam sekolah dan kelas akan dapat meng- hambat jalannya organisasi formal sekolah dan pembelajaran di kelas.
Sektlatr di Indonesia mempunyai
banyak potensi untuk tumbuhnya struktur
informal.
Contoh efek negatifdari
adanyastruktur informal dikalangan guru
atau karyawan adalah sekompokkecil guru ataukaryawan yang ingin
mempertahankan eksistensi dengan cara melakukan hal yang bertentangan dengankebijakan
sekolah.Sangat sering
dijumpai
bahwa suatu pro- gram sekolah tidak jalan dengan baik hanya karena segelintir guru atau karyawan yang selalu menentang untuk bekerjasama.Hal yang
sangatnegatif
seringterjadi ketika
merekajustru
memprovokasi siswa untukikut
menentang kebijakan sekolah dengan car a y ang tidak terhormat.Dikalangan siswa, efek buruk struktur
informal adalah tumbuhnya kelompok
sosialdari
siswa yang mempunyai energi lebih namun penyalurannya kurangpositif.
Secara
eksplisit perlu dijelaskan
bahwa kelompok sosial tersebut akhirnya tumbuh sebagai geng-gengpelajar. Tidak
dapat dipungkiri bahwa geng-geng pelajar di Yo- gy akarta y ang notebene kota pendidikanini
sangatlah banyak, bahkan hampir di semua sekolah terdapat kelompok semacam itu.
Kecenderungan tumbuhnya struktur in- formal sampai saat
ini
belum mendapatkan perhatian yang cukup dari kepala sekolah, karena hal-hal sebagai berikut.1.
Kepala sekolah dan guru belum sepenuh- nya menyadari adanya strukturinformal
dalam sekolah dan kelas karena organ- isasi informal bersifatimplisit.
2. Kepala
sekolah danguru belum
men-getahui cara memberdayakan
struktur informal
dalam sekolah dan kelas.3. Kepala sekolah dan guru belum
me- nyadari dampak dari struktur informal.4. Kepala sekolah
danguru
cenderung memperhatikanyang legal
dan kasat mataKeberadaan struktur informal
pada sekolah menengah di kota Yogy akarta selalu terbentuk akibat pengaruh sistem masyara- kat yang komunal, budaya serta tradisi yang mengakar. Keberadaan struktur informalini
harus disikapi dengan persepsi dan strategi yang baik oleh kepala sekolah dan guru agar dampak negatif bisa
dieliminasi
sehingga dampakpositif
dapat dimanfaatkan untuk mendukung struktur formal.Mengelola
OrganisasiInformal di
SekolahStruktur informal berpengaruh terhadap cara organisasi berjalan seperti halnya pada organisasi
formal.
Strukturinformal
perlu dipahamioleh
kepala sekolah agar dapatmemprediksi bagaimana pegawai
akan bereaksi terhadap sesuatu, dan bagaimana mengelola mereka dengan baik.Kepala sekolah sebaiknya dapat mem-
berdayakan organisasi informal untuk
pengelolaan organisasi
formal
yang efek-tif. Gunakan struktur informal
sebagaijalur
komunikasi yang sangat bermanfaat karenakomunikasi informal
dapatdilak-
sanakan secara cepat sehingga memberi dukungan pada organisasiformal
secaraefektif ketika
organisasiinformal
dapat menyatu. Kepala sekolah harus mencobamengisi
kesenjanganyang
adadi
antara pegawai dan karyawan. Apabila organisasi informal dapat dikelola secarapositif maka akan memberikan kepuasan psikologis pada anggota. Mereka mendapatkan panggunguntuk
mengekspresikan perasaan mereka.Kehadiran organisasi
informal
mendorongJurnal
Ilmiah Guru "COPE",
No.}l/Tahun XIX/Mei
2015kepala sekolah unfuk membuat rencana dan bertindak dengan cermat. Dengan demikian organisasi informal mendukung dan mem- berikan suplemen pada organisasi formal.
Dalam pengelolaan siswa, kepala seko-
lah
danguru
diseyogyakanuntuk
pandai mengidentifikasi adanya stmktur informal di kalangan siswa.Di
dalam kelas juga ter- dapat kElompok-kelompokinformal
yang terbentuk secara tidak sengaja. Ada kelom- pok yangterdiri
dari siswa yang mencintai kegiatan kerohanian. Kelompok yanglain
adalah kelompok belajar dan sebagainya.Sekolah sebaiknya memberikan kesempatan
bagi
siswa mengembangkan ketrampilan sosial sehingga mereka lakan tumbuh men-jadi
insan yang bisa menyesuaikan dengan keadaan dan tangguh menghadapi masalah.Kebersamaan
mereka akan
mendorong menuju kedewasaan dan untuk hidup secara mandiri.Ada juga kelompok bermain yang mempunyai program-program khusus
melancarkanaksi ketidak jujuran
dalamulangan. Ada juga kelompok ekstrim yang mempunyai hubungan dengan siswa kelas lain atau bahkan siswa di luar sekolah.
Ke-
lompok terakhirinilah
yang sering terlibat dalam tindak pelan ggarantatatertib bahkan terlibat dalam berbagai permasalahan siswa.Struktur
informal tidaklah
mudah diiden-tifikasi,
oleh karenanya guru harus benar- benarjeli dalam memperhatikan keberadaan struktur informal kelas.Yang sangat perlu diperhatikan adalah kelompok-kelompok sosial pelaj ar
negatif
atau
yang sering disebut
sebagai geng.Menurut Malcom Klein (1970)
sebuah geng remaja adalah kelompok rcmaja apa pun yang dapat ditengarai, yang (a) secara umum dipersepsi sebagai sebuah agregasi yang khas oleh orag lain di lingkungannya;(b) mengakui dirinya sendiri sebagai sebuak
kelompok
yang dapat ditengarai (hampirsemua mempunyai nama
kelompok),
dan(c)
pernahterlihat
dalam insiden denganjumlah yang cukup untuk
mengundang respons negatif dari warga lingkungannyadanlatau lembaga penegak hukum.
Untuk dapat mencegah efek buruk
geng kepala sekolah
perlu
memahami se- bab terbentuknya geng. Geng merupakan salah satu dari kelompok sosial yang dapattercipta dalam lingkungan
sekolah yang dapat disebabkan karenapada dasarnya ma- nusia merupakanmakhluk sosial yang tidak mungkin dapathidup sendiri di dunia. Siswa sekolah menengah merupakan remaja yang secara psikologi kemampuan berpikir mer- eka sedang berkembang, memperluas per- gaulan sesama siswa dan berpaling kepada teman sebaya yang lebih mengerti kondisi emosikita,
sehinggatidak
menerima lagi masukan orang fua secara mentah-mentah.Sebagian besar aktivitas geng sama sekali
tidak
mencerminkan manfaatpositif
bagi pelakunya dan kegiatan-kegiatan gengdi-
mana-mana sama yakni menjurus ke hal-hal yang bersifat destruktif.Hal-hal negatif akibat dari
adanya geng sebenarnyatidak
dapat langsungdi-
hilangkan, namun dapatdikurangi
secara perlahan. Karena karakteristik remaja yang masih dalam proses pencarianjati diri.
Jikadi berikan hukuman akan berdampak buruk pada
perkembangan.
Pemberianhuku-
man atau labeling pada siswa yang telah melakuan kekerasan atau perkelahian bukan solusi yang efektif namun justru menying- gung siswa.Dalam hal
ini
kepala sekolah yang se- harusnya memberdayakan peran dan tugas para orang tua, guru, maupunpihak
yangbertanggung jawab untuk memberikan
pencegahan. Sekolah merupakan tempat kedua mereka setelah dirumah karena se- bagian waktu mereka dalam sehari mereka habiskandi
sekolah,jadi
sangat memung-Jurnal
llmiah Guru "COPE",
No.}l/Tahun XIX/Mei
2015kinkan
sekolah menjadi saranauntuk
haltersebut. Sekolah memberikan fasilitas untuk
menyalurkan bakat dan kreativitas siswa, sinergitas antara masyarakat, seko- lah, dan orang tua mutlak diperlukan. Gurutidak boleh
memberikanhukuman yang
keras terhadap siswa yang melakukan ke- nakalan remaja. Sebab selain bisa menim- bukanEbmpak psikologis, anak yang pada awalnya ingin berubah, karena tidak diberi kesempatan justru menjadi semakin terjeru- mus. Persoalan itu semakin bertambahrumit
karena orangtua, sekolah dan masyarakattidak memiliki cara atau fasilitas
yang mendukung, sementararemaja
sekarang semakin kreatif.Guru
harus memberikan teladan bagi anak didiknya, menjadi sumber solusi yang tepat, melakukan tindakan antisipatif terha- dap anak-anaknya, melihat perkembangan emosional,intelektual,
ataupunspiritual
anak, melakukan komunikasi, sebab komu-nikasi
adalah jembatanuntuk
melakukan pengontrolan terhadap anak.Alangkah baiknya jika
memberikantempat
bagi
anakdidik untuk
mengasah minat atau bakat yang merekamiliki,
misal- nya pada ke giatanekstrakurikuleq pramuka, out-bond, atau kegiatan yang bermanfaat lainnya. Kegiatan-kegiatan untuk mengasah soft-skill sangatpositif bagi siswa sehinggatidak
menimbulkan kebosanan disekolah dan dapat mengantisipasibolos
sekolah, atau membuat onar serta tindakan-tindakanyang memicu konflik,
atautawuran
dan diarahkan untuk menggapai prestasi yang gemilang.Kegiatan kesiswaan terutama
MasaOrientasi
PesertaDidik Baru (MOPD),
perkemahan,rekruitmen
anggota peletoninti
harus benar-benar direncanakan,dilak-
sanakan, dan dievaluasi denganbaik. Ke-
giatan semacamini
sering dijadikan celah bagi rekruitmen anggota geng. Di beberapasekolah kegiatan-kegiatan resmi Osis ban- yak yang disusupi oleh kepentingan geng.
Untuk itu kepala sekolah harus benar-benar mengontrol dan menjamin bahwa run down acara
tidak
adayang bertentangan dengan tujuan sekolah.Dari berbagai kegiatan kesiswaan yang
perlu
diwaspadai adalah Masa Orientasi PesertaDidik Bam (MOPD).
Masih tern- giangdi
telingakita
tentang beritajalan- nya Masa Orientasi
PesertaDidik
Baru(MOPD) atau yang dulu disebut
MasaOrientasi
SiswaBaru (MOS)
diberbagai kota yang setiap tahunnya masih menore- hkan kepahitan dan duka. Tak heranjika
setiap tahun ajaran baru, masyarakat dan berbagai media ramai menyoroti jalannya
MOPD. Untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan hampir semua Dinas Pen-didikan
KabupatenlKota telah
membuatrambu-rambu
pelaksanaanMOPD
yangdiedarkan
ke
semua sekolah-sekolah.Ke-
giatan MOPD sudah ada sejak dahulu, dan sampai sekaranghampir
semua sekolahmasih
melakukannya.Namun
meskipun rambu-rambu dari Dinas Pendidikan sudah ada pada praktiknya masing-masing seko-lah
menyelenggarakan dengan cara yang berbeda-beda.Dalarn
beberapatahun terakhir ini,
sebagian besar sekolah telah menyelengga- rakan MOPD dengan memanfaatkan masa orientasi dengan berbagai kegiatan positif.
Sesuai dengan tujuannya, kegiatan
MOPD
adalah pengenalan sekolah danlingkun-
gannya kepada pesertadidik
baru. Hal-hal penting yang perlu dikenalkan pada pesertadidik meliputi
wawasanwiyata
mandala,lingkungan
sekolah, peraturan akademik, peraturan tata-tertib, program ekstrakuri-
kuler dan kegiatan kesiswaan, fasilitas
sekolah, OSIS, dan budaya sekolah. Selain itu berbagai kegiatan positifyang dilakukan seperti melakukan gerakan penghijauan,Jurnal
llmiah Guru
"C.OPE", No.}l/Tahun XIX/Mei
2015pembersihan vandalism, kegiatan penana- man kedisiplinan, penanaman budaya dan karakter dan sebagainya. Namun sangat dis- ayangkan masih banyak sekolah yang masih menerapkan tradisi berupa pemberian tugas kepada peserta didik yang bersifat member- atkan dan tidak humanis, atau dengan kata lain penggojlokkan, perploncoan atau apa- pun istiTihn ya, yangtentu saja menyimpang dari tujuan diselenggarakannya MOPD.
Permasalahan yang muncul
dalarnMOPD
hampir selalu terjadi setiap tahun-nya.
Permasalahanini bukanlah
sesuatu yang muncul dengan tiba-tiba oleh karenaitu
hendaknya semua sekolah dapat men- gantisipasi permasalahan dengan melalu-kan relfeksi
dan perbaikan pelaksanaan.Kerawanan MOPD terjadi umumnya
karena adanya senioritas dalam pelaksa- naan kegiatanini.
Kakak kelas mengambil peran yang lebih daripada yang dilakukanguru. Kakak
kelas dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan sebagian besarmengadopsi praktik lama yang
merekaalami ketika
menjadi pesertadidik
baru.MOPD
dilakukan setiap tahununtuk
me- nyambut pesertadidik
baru, dengan tujuanmemberikan pembekalan, baik materi
maupun pengenalanlingkungan
sekolah serta menanamkan rasa kekeluargaan. Akan tetapi kegiatanini
seringdijadikan
ajang para senior untuk menunjukkan kekuasaan dan senioritasnya. Dengan berdalih untukmelatih
kekuatanfisik
dan mental senior memberikan tugas yang berat yangtidak
mendidik dan tidak relevan dengan tujuanMOPD.
Bahkan banyak orang tua menge- luhkan bahwa MOPD di beberapa sekolah telah merepotkan para orang tua yang harus menyediakan berbagaiatribut
atau bahan yang harus dibawa oleh pesertadidik
baru.Instruksi yang diberikan dengan caraamat cepat, kurang
jelas,
atau bahkanmelalui
radio tentu saja menyulitkan san berpeluangpada kesalahan.
Ujung-ujungnya
adalah kesalahan pesertadidik baru yang
akan menjadi alasan senior melakukan tindakan bentak-bentakan dan kekerasan.Terjadinya penyimpangan dan ke-
kerasandalam MOPD
antaralain
dise-babkan pengelolaan MOPD yang tidak baik oleh sekolah. Sekolah
seharusnya benar-benar memantauMOPD mulai
dari perencanaan, pelaksanaan,dan diakhiri
dengan evaluasi. Dalam perencanaan,
tufl- down
acara harus benar-benar dicermati agar jangan sampaiterdapat
acarayang
memungkinkan terjadinya penyimpangan.Dalam pelaksanaan, sekolah harus benar- benar memantau agar pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan se- hingga
hal-hal yang dikhawatirkan tidak
terjadi. Evaluasi dan refleksi tentu saja perludilakukan
agartidak terjadi tradisi
yangtidak baik
akan terulanglagi
pada waktu yang akan datang.MOPD
harus menekankan pada pent- ingnya pemberian cinta dan kasih sayang dan menciptakan rasa kekeluargaan. Pesertadidik baru harus diterima
denganbaik
agar merasakan sebagai anggota keluarga yang bahagia sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan alami menjadi manu- sia utuh dengan keseimbangan intelektual,
fisik,
emosional, moral, etika, serta agama.Dalam pelaksanaan MOPD hendaknya berprinsip pada peserta
didik
sebagai pusat pembelajaran (student-centered learning),guru dan kakak kelas
harusmelibatkan
peserta didik agar
aktif
melakukan kegiatan secara demokratis dankooperatif.
Tugas yang diberikan bersifat rnelatih kemandirian siswa sesuai dengantingkat
kemampuan- nya.Aktifitas
pembelaj aran dapat berfokus pada pemecahan masalah yang merupakan bagian dari kehidupan. Ciptakaniklim
yang demokratis dan kooperatif dalam pemeca- han masalah tersebut dengan mengembang-Jurnal
llmiah Guru "COPE",
No.}l/Tahun XIX/Mei
2015kan creative thinking.
Sekolah hendaknya melakukan peman- tauan dengan baik. Hal negatif yang sering
terjadi
dalamMOPD
adalah usaha yangdilakukan oleh kakak kelas
ataualumni untuk
mengenalkan suatu komunitas ke-lompok sosial yang menyimpang dari
OSIS.{ekolah
harus menekankan bahwa satu-satunya organisasi siswadi
sekolah adalah OSIS. Semua kegiatan kesiswaan ada dalam naungan OSIS yang dibimbing oleh Pembina OSIS. Perlu diwaspadai pula setelah selesainyaMOPD
ada kegiatan-kegiatan
kesiswaanyang rawan
denganpraktik
bentak-bentakan dan kekerasan,misalnya dalam rekruitmen pleton inti
baris-berbaris, kegiatan pecinta alam, bah-
kan
kegiatan kepramukaan apabilatidak dikelola
dengan benar dapat memberikan peluang kekerasan.MOPD mempunyai tujuan yang mulia.
Sekolah hendaknya memantau agar segala
bentuk
kegiatan harus sesuai dengantu- juan
danprinsip mendidik. Kunci
utama suksesnya kegiatanMOPD
dan kegiatan kesiswaan lain adalah perencanaan, pelak- sanaan, dan pemantauan yang benar. Dalam halini
kepala sekolah memegang peranan yang amat penting demi suksesnya MOPD.Diharapkan
MOPD
dapat berjalan denganbaik,
bersifat mendidik, dan dilaksanakan secara humanis dan menyenangkan untuk membentuk pesertadidik
baru yang men- cakup aspek intelektual,fisik,
emosional, moral, etika, serta agama.Selepas dari MOPD beberapa kegiatan kesiswaan masih menjadi
tradisi
sekolah,misalnya rekruitmen pleton inti,
latihan dasarkepemimpinan, pecinta alam
dsb.Sekolah harus benar-benar memantau ke- giatan kesiswaan agar
tidak
sekalipun ada muatan kekerasan atau yang bersifat tidak mendidik. Sekolah harus melindungi pesertadidik
baru dari kemungkinan direkrut olehkelompok
sosial yangtidak
bertanggung jawab. Semuahal ini dapat dilakukan seko- lah dengan bekerjasama dengan orangtua.Hal yang terjadi di
sekolah dan rencana sekolah dalam pengelolaan siswa sebaiknya selalu dikomunikasikan dengan orang tua.Pengelolaan organisasi informal di
sekolah akanlebih
berhasiljika dilaku- kan melalui
kerjasamadi
antara sekolah.Sebagai
contoh, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta telah memprakarsai pem- bentukan Forum Wakil Kepala
Sekolah Urusan KesiswaanSMA
danSMK Kota
Yogyakarta. Forumini
telah bekerja keras melakukan berbagai macam program untuk mengarahkan siswa-siswa yang tergabung dalam organisasiinformal.
Terbentuknyaforum ini
merupakan breakthroughyang
sangat efektif. Pembinaan psikologis siswadilakukan
denganbekerjasama
dengan Universitas Gajah Mada. Pembinaantidak
hanya berupa diklat, namun ditindaklanjuti denganpendampingan. Forum ini juga
memprakarsaikegiatan yaflg
merangkulperwakilan siswa dari
semuaSMA
danSMK
seKota
Yogyakarta dalam rangka penghapusan corat-coret vandal. Forumini
bersama-sama memecahkan permasalahan yang
terjadi
sepertikonflik
atau tawurandiantara kelompok organisasi informal
sekolah. Alhasil tingkat konflik dan tawuran telah menurun dalam kurun waktu 2 tahun
ini. Namun yang menjadi
permasalahan yang belum selesai adalah mengatasi keg- iatan vandalism. Tentu hal ini membutuhkan kerjasama antara sekolahmelalui
Forum Waka Kesiswaan,Dinas
Pendidikan, dan Dinas Ketertiban.Penutup
Dalam pelaksanaan pendidikan di seko- lah, sebagian besar kepala sekolah dan guru memberikan perhatian hanya pada organ- isasi formal saja. Organisasi informal dapat
Jurnal
llmiah Guru "COPE",
No. 0L/TahunXIX/Mei
2015dikatakan masih terabaikan.
Kesadaran kepala sekolah dan guru akan keberadaan dan manfaat organisasi informal masih be- lum muncul. Hal ini dikarenakan organisasi informal bersifatimplisit
dan tersembunyi, bahkan mereka yangterlibat di
dalamnya sering juga tidak menyadari.Stn$tur informal
mempunyai energitersembunyi yang
sangatkuat. Struktur
informal tidak hanya ada diantara siswa na- mun juga ada diantara guru dan karyawan.Jika kepala sekolah dan guru tidak mampu mengidentifikasikan dan mengarahkannya, maka struktur informal berpotensi melum- puhkan organisasi sekolah dan mengganggu proses pembelajaran. Sebaliknya,
jika
ke- pala sekolah mampu mengidentifikasi dan memobilisasi serta mengolah kekuatan yang tersembunyiini
maka ia akan mendukungefektivitas penyelenggaraan
pendidikandi
sekolah. Kerjasama antara sekolah danorang tua
harusdijalin
agarvisi
dalam menciptakan generasi penerus yang cerdas dan berkarakter dapat tercapai. Kerjasama antar instansi terkaitjuga
sangat mendu-kung
berhasilnya pengelolaan organisasi informal sekolah.DAFTAR PUSTAKA
Ballantine, J.,
&
Hammack, F. (2012). Thesociology of
Education,A
systematic approach (7thed).
Upper Saddle River:NJ: Prentice
Hall.
Blau P. Michael. (1963).
Informal
Organi- zation, C alifornia : Stanford University
Press.Firdaus,
M.
(2006). StrukturInformal:
Po-tens i organis as i yang terabaikan.
Jurnal
Administrasi NegaraGoodlad, J.
I.
(1984). A place called school:Prospects
for
thefuture. New
York:McGraw-Hill
Hurn, C. J. (1993). Thelimits
andpossibili-
tiesof
schooling: An introduction to so-ciologt
of education(jrd
ed.). Boston:Allyn &
Bacon.Jaclrson, P.
E.
(1968).Life in
Classrooms.New York: Holt, Rinehart and Wnston.
Krackhardt, D. & Hanson, J. R. (199
j). In- formal
networl<s: The company behindthe chart.
Harvard
Businesss Review:r04-11 1.
Krackhardt,
D. &
Stern, R.N.
(1988).In- formal
networksand organizational crisis. Social Psychology Quarterly
51(2):123-140.Malcom
W.Klein. (1970). Street
Gang Pattern and Policies, oxford University Press, USA New York: Oxford Univer- sity Press.Parsons,
f.
(1959). The school class as a social system: Someof
itsfunctions
in American s ociety. Harvard Educational Review 29(4), 297-318.Stevenson, W:
B. & Gilly, M. C.
(1993).Problem-s olving netw orl<s in organis a-
tions: International
design and emer- gent structure. Social Science Research 22:92-113.Snyder,
Benson R. (1970) ,The Hidden
Curriculum. New York: Knofp, edition,rsBN 0-394-42842.
Soerjono Soekanto. (1988). Sosiologi Peny- impangan, Raj awali, Jakorta.
Stevenson,
Gilly.
(1993)Formal
Structureand Network, Journal International
Business Study.
Weber,
M.
(1978). Economy and Society.Berkeley: University of California Press.
Wenger, E.
&
Snyder, W. (2000). Learning in Communitie. New York: Knofp.