Secercah Kisah Hidup Djamin Gintings di Museum Djamin Gintings
Museum yang arsitekturnya mirip seperti kacang tanah ini, menyimpan kisah perjalanan hidup sosok Djamin Gintings. Konon, bentuk kacang tanah menandakan bahwa museum ini akan tetap setia melindungi isinya dari terjangan panas, maupun badai hujan sekalipun.
Sebuah bangunan yang besar dan megah, berdiri di sebuah sudut desa kecil di Kabupaten Karo. Tepatnya di Desa Suka, tanah kelahiran seorang pahlawan Djamin Gintings. Ya, nama pahlawan ini sudah tidak asing lagi di telinga Masyarakat Sumatera Utara. Bangunan ini menyimpan hikayat perjalanan hidup sosok yang lahir pada 12 Januari 1921. Sosok Djamin Gintings begitu erat dengan dunia militer. Setelah selesai menamatkan studinya di sekolah menengah, ia pun memulai karir militernya dengan bergabung ke satuan militer yang dipelopori oleh opsir Jepang di kampungnya di Tiga Panah.
Museum Letjen Jamin Gintings mulai dibangun pada tahun 2011 dan diresmikan oleh Menteri Pertahanan RI di 2013 lalu, tepatnya di tanggal 17 September 2013. Bentuknya yang mirip kacang tanah menandakan perjalanan hidup seorang pemimpin yang tetap setia melindungi tanah airnya, seperti kacang tanah yang melindungi isinya.
Gresia Karo-Karo, salah seorang pengelola museum mengatakan bahwa museum ini memiliki cerita lengkap dari awal mula kisah perjalanan hidup, asmara, hingga karir militer dari sang Jenderal hingga akhir hayatnya. Sebagai catatan, Djamin Gintings wafat saat masih menjabat sebagai Duta Besar Republik Indonesia di Kanada pada usianya yang ke-53 tahun.
“Peran museum ini seperti yang kita ketahui museum khususnya, menyimpan barang bersejarah bapak Djamin Gintings, lengkap. Jadi pengunjung bisa melihat bagaimana kisah hidupnya, romantisnya, hingga sedikit kisah Pak Djamin yang dinobatkan sebagai pahlawan di beberapa tahun lalu,” ungkap Gresia pada DAAI TV.
Sebagai seorang sosok pahlawan asal Tanah Karo, Djamin Gintings dikenal sebagai ayah yang pantang menyerah dan juga suami yang sangat sayang pada istirnya. Hal ini pun diamini oleh Junita Ginting, salah seorang sejarawan karo yang turut andil dalam menulis buku biograf Jamin Gintings : Setia Selamanya. Menurutnya, kehadiran museum ini pun adalah bukti akan rasa cinta sang istri dan anak terhadap sosok pahlawan tersebut.
“Beliau di dalam kesibukkannya ia cukup sibuk tapi di sisi lain, ia adalah seorang ayah, seorang suami, dan juga kepala keluarga yang sangat dekat. Terbukti, setelah ia tiada pun, keluarga terus berjuang untuk mencapai gelar pahlawan tersebut. Selain itu, ada banyak kisah-kisah romantis dari dirinya bersama sang istri, Likas Tarigan,” ujar Junita.
Di dalam museum ini, terdapat beberapa foto-foto tentang perjalanan hidup Djamin Gintings ketika masih berkarir di dunia militer. Selain itu, ada juga seragam-seragam milik sang jenderal, alat-alat yang digunakan saat ia berkarir di dunia militer, hingga beberapa barang milik keluarga Djamin Gintings. Untuk harga tiket masuk pun tidak menguras kantong, yakni
hanya 5 ribu rupiah. Letak museum ini, memakan waktu 3 jam perjalanan dari Kota Medan dengan jarak tempuh 81 kilometer.
Gabriel Siregar, salah seorang pengunjung mengungkapkan, pengalaman di museum ini membuatnya merasa mendapatkan cerita langsung tentang kisah perjalanan hidup seorang Djamin Gintings. Ia pun berharap, akan ada semakin banyak orang yang berkunjung untuk melihat langsung peninggalan dari sang jenderal.
“Dengan adanya museum seperti Museum Letnan Jamin Ginting ini, dan juga museum museum yang lain kita manfaatkan sebagai sarana untuk mengenal lebih jauh pahlawan pahlawan kita. Karena Bapak Sukarno pernah berkata bahwa masyarakat suatu negara satu bangsa yang mengenal pahlawan pahlawannya, itu mampu menjadi negara yang besar,”
jelasnya.