• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menguak Perlakuan Akuntansi Tanah dan Bangunan sebagai Persediaan serta Pengaruhnya pada Pelaporan Keuangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Menguak Perlakuan Akuntansi Tanah dan Bangunan sebagai Persediaan serta Pengaruhnya pada Pelaporan Keuangan"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

MENGUAK PERLAKUAN AKUNTANSI TANAH DAN BANGUNAN SEBAGAI PERSEDIAAN SERTA PENGARUHNYA

PADA PELAPORAN KEUANGAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Akuntansi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

UIN Alauddin Makassar Rahmi

90400116026 JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2021

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Mahasiswa yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Rahmi

NIM : 90400116026

Tempat/Tgl. Lahir : Bulukumba, 13 Agustus 1998 Jurusan : Akuntansi

Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Alamat : Desa Tamaona, Kec. Kindang,Bulukumba

HP : 085256628691

Judul Skripsi :Menguak Perlakuan Akuntansi Tanah dan Bangunan Sebagai Persediaan serta Pengaruhnya Pada Pelaporan Keuangan”

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Gowa, 29 Mei 2020 Penyusun,

Rahmi

NIM: 90400116026

(3)

ii

(4)

iii

KATA PENGANTAR

ِمي ِح هرلٱ ِن َٰ م ۡح هرلٱ ِ هللَّٱ ِم ۡسِب

Alhamdulillah, segala pujian atas kehadirat Allah SWT.atas berkah, Rahmat, dan Hidayah-Nya serta kekuasaan dan kebesaran-Nya sehingga segala hal kecil dari ilmu yang dimiliki-Nya dizinkan untuk dapat kita ketahui dan penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta Taslim kita panjatkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, sebagai Nabi terakhir yang juga rahmat bagi seluruh alam yang membawa kita dari alam kebodohan menuju alam kecerdasan seperti yang telah kita rasakan saat ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Menguak Perlakuan Akuntansi Tanah dan Bangunan Sebagai Persediaan serta Pengaruhnya Pada Pelaporan Keuangan”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Akuntansi (S.Ak.) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.

Dalam penulisan skripsi yang sederhana ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan atas kehendak Allah Yang Maha Menguasai segala sesuatu. Penulis menyadari bahwa hambatan-hambatan dalam proses penulisan skripsi ini dapat teratasi berkat bantuan, bimbingan dan kerja sama dari berbagai pihak.

Penulis juga menghanturkan terimakasih dari lubuk hati yang paling dalam kepada semua pihak yang telah membimbing dengan penuh sabar dan yang

(5)

mendampingi selama penulis menyelesaikan studi. Secara khusus, terimakasih yang sangat besar kepada keluarga tercinta, yakni kedua orang tuaku ayahandadan ibunda tercinta, dan orang-orang yang tak lelah memberikan dukungan dan motivasi serta semangat kepada penulis. Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak, diantaranya:

1. Bapak Prof. Drs. Hamdan Juhannis, M.A, Ph.D. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

2. Bapak Prof. Dr. H. Abustani Ilyas, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

3. Bapak Memen Suwandi, SE., M.Si., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

4. Ibu Dr. Lince Bulutoding, SE., M.Si., Ak., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

5. Bapak Prof. Dr. H. Muslimin Kara, M. Ag., sebagai dosen pembimbing I yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, saran yang berguna dan motivasi untuk segera menyelesaiakan skripsi ini.

6. Bapak Andi Wawo, SE., M.Sc., Ak., sebagai dosen pembimbing II yang juga telah memberikan pengarahan, bimbingan, saran yang berguna dan motivasi untuk segera menyelesaiakan skripsi ini.

7. Bapak Dr. Saiful Muchlis, SE., M.SA., Ak., Ca., selaku penguji I yang telah menguji dan memberi masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.

(6)

8. Bapak Sumarlin, SE., M.Ak., selaku penguji II yang telah menguji dan memberi masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.

9. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar yang selama ini telah memberikan bekal dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat.

10. Seluruh staf akademik, dan tata usaha serta staf jurusan Akuntansi Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.

11. Seluruh keluarga besarku yang senantiasa memberikan motivasi dan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan studi yang telah mencurahkan kasih sayang, dorongan moril dan materi dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Teman-temanku tersayang, seperjuangan selama kurang lebih 4 tahun ini, serta keluarga besar Eksibanat 20 UKM Seni Budaya eSA yang selama ini yang senantiasa selalu memberikan semangat, motivasi dan bantuan dalam bentuk apapun. Semoga apa yang dicita-citakan segera tercapai.

Sekian dan terimakasih.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Gowa, 29 Mei 2020

Rahmi 90400116026

(7)

DAFTAR ISI

JUDUL ...i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ... x

ABSTRAK ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ... 10

C. Rumusan Masalah ... 10

D. Tujuan Penelitian ... 11

E. Penelitian Terdahulu ... 11

F. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 15

A. Teori Agency ... 15

B. Aset ... 16

C. Persediaan ... 19

D. Laporan Keuangan... 27

E. Perusahaan Pengembangan Real Estat ... 34

F. Kerangka Pikir... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

A. Jenis Penelitian ... 37

B. Pendekatan Penelitian ... 37

C. Sumber Data ... 38

(8)

D. Metode Pengumpulan Data ... 38

E. Instrumen Penelitian ... 39

F. Teknik Analisis Data ... 40

G. Uji Keabsahan Data ... 41

BAB IV PEMBAHASAN ... 43

A. Tanah ... 43

B. Bangunan ... 44

C. Perlakuan Akuntansi Tanah dan Bangunan sebagai Persediaan ... 45

D. Biaya Persediaan Tanah dan Bangunan ... 48

E. Penilaian Tanah dan Bangunan Sebagai Persediaan ... 53

F. Pencatatan Persediaan Tanah dan Bangunan dalam laporan keuangan.... 63

G. Perlakuan Akuntansi Tanah dan Bangunan Sebagai Persediaan Terhadap Laporan Keuangan... 65

BAB V PENUTUP ... 67

A. Kesimpulan ... 67

B. Implikasi ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 75

(9)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.2. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ... 11 Tabel 4.1. Contoh biaya-biaya yang dikapitalisasi dalam persediaan dalam perusahaan pengembang real estat ... 52 Tabel 4.2. Persediaan Menggunakan Metode LCM ... 62 Tabel 4.4 Perubahan Nilai Persediaan Tanah PT ABC ... 67

(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka pikir ... 35

(11)

x

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN A. Konsonan

Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat dilihat pada tabel berikut:

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

ا alif Tidak dilambangkan tidak dilambangkan

ب ba b be

ت ta t te

ث s\a s\ es (dengan titik di atas)

ج Jim j je

ح h}a h} ha (dengan titik di bawah)

خ kha kh ka dan ha

د dal d de

ذ z\al z\ zet (dengan titik di atas)

ر Ra r er

ز zai z Zet

س sin s Es

ش syin sy es dan ye

ص s}ad s} es (dengan titik di bawah)

ض d}ad d} de (dengan titik di bawah)

ط t}a t} te (dengan titik di bawah)

ظ z}a z} zet (dengan titik di bawah)

ع ‘ain ‘ apostrof terbalik

غ gain g Ge

ف Fa f Ef

ق qaf q Qi

ك kaf k Ka

ل lam l El

م mim m Em

ن nun n En

و wau w We

ـه Ha h Ha

ء hamza

h

’ Apostrof

(12)

ى Ya yang Ye

Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (’).

1. Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

T N Huruf Lain Nama

ا

Fath}ah a a

ِا

Kasrah i I

ا

d}ammah u Untuk

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

Contoh:

فـْيـ ك

: kaifa

ل ْوـ ح

: h}aula

2. Penulisan Kata Arab yang Lazim Digunakan dalam Bahasa Indonesia

Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau

Nama Huruf Latin Nama

Tanda

fath}ah dan ya>’

ai a dan i

ْى ـ

fath}ah dan wau au a dan u

ْو ـ

(13)

kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam dunia akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya, kata al-Qur’an (dari al-Qur’a>n), alhamdulillah, dan munaqasyah. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka harus ditransliterasi secara utuh. Contoh:

Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n Al-Sunnah qabl al-tadwi>n 3. Huruf Kapital

Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan. Contoh:

Wa ma> Muh}ammadun illa> rasu>l

Inna awwala baitin wud}i‘a linna>si lallaz\i> bi Bakkata muba>rakan

(14)

Syahru Ramad}a>n al-laz\i> unzila fi>h al-Qur’a>n Nas}i>r al-Di>n al-T{u>si>

Abu>> Nas}r al-Fara>bi>

Al-Gaza>li>

Al-Munqiz\ min al-D}ala>l

Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibnu (anak dari) dan Abu>

(bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, kedua nama terakhir itu harus disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contoh:

B. Daftar Singkatan

Beberapa singkatan yang dibakukan adalah:

swt. = subh}a>nahu> wa ta‘a>la>

saw. = s}allalla>hu ‘alaihi wa sallam a.s. = ‘alaihi al-sala>m

H = Hijrah

M = Masehi

SM = Sebelum Masehi

l. = Lahir tahun (untuk orang yang masih hidup saja) w. = Wafat tahun

QS …/…: 4 = QS al-Baqarah/2: 4 atau QS A<li ‘Imra>n/3: 4

Abu> al-Wali>d Muh}ammad ibn Rusyd, ditulis menjadi: Ibnu Rusyd, Abu> al- Wali>d Muh}ammad (bukan: Rusyd, Abu> al-Wali>d Muh}ammad Ibnu) Nas}r H{a>mid Abu> Zai>d, ditulis menjadi: Abu> Zai>d, Nas}r H{a>mid

(bukan: Zai>d, Nas}r H{ami>d Abu>)

(15)

HR = Hadis Riwayat

UURI = Undang-Undang Republik Indonesia Kab. = Kabupaten

h. = Halaman

(16)

xv ABSTRAK Nama : Rahmi

NIM : 90400116026

Judul : Menguak Perlakuan Akuntansi Tanah dan Bangunan Sebagai Persediaan serta Pengaruhnya Pada Pelaporan Keuangan

Penelitian ini berjudul “Menguak Perlakuan Akuntansi Tanah dan Bangunan Sebagai Persediaan serta Pengaruhnya Pada Pelaporan Keuangan”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlakuan akuntansi atas tanah dan bangunan sebagai persediaan pada perusahaan properti real estat dan pengaruh perlakuan akuntansi tersebut pada laporan keuangan.

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Sumber data yang digunakan adalah sumber data sekunder dengan teknik pengumpulan data melalui studi pustaka dan internet searching. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model Miles dan Huberman yang mengemukakan tiga kegiatan dalam analisis data yaitu tahap reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Persediaan tanah dan bangunan memiliki nilai manfaat yang tinggi sehingga dibutuhkan penilaian kembali dan identifikasi khusus secara konsisten setiap periode pelaporannya agar informasi keuangan pada suatu perusahaan dapat diandalkan. Penilaian dan pencatatan persediaan tanah dan bangunan dicatat sesuai harga dan biaya perolehan. Setelah periode perolehan, tanah dan bangunan harus direvaluasi setelah periode pelaporan.

Penilaian dan pencatatan persediaan akan mempengaruhi laba atau rugi dalam laporan keuangan.

Kata kunci: persediaan, property dan real estate, laporan keuangan

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Persediaan dalam suatu perusahaan berbeda sesuai dengan bidang usahanya.

Persediaan di perusahaan dagang berbeda dengan persediaan di perusahaan manufaktur. Begitu pula dengan persediaan di perusahaan jasa yang berbeda dengan persediaan di perusahaan dagang maupun perusahaan manufaktur. Perusahaan dagang yang menjual pakaian tentu akan berbeda persediaannya dengan perusahaan manufaktur yang menjual gula pasir. Persediaan merupakan objek pendapatan utama dalam suatu usaha perusahaan. Persediaan termasuk dalam aktiva lancar dikarenakan jumlah kas akan bertambah seiring dengan penjualan barang secara tunai.

Perusahaan harus menilai persediaannya sesuai dengan kondisi perusahaan dan harus memiliki berbagai pertimbangan agar tidak terjadi kerugian atau kekeliruan. Kemampuan teknologi informasi yang digunakan dan pengetahuan dari SDM suatu perusahaan sangat memiliki pengaruh dalam mengatasi suatu masalah yang tidak jarang terjadi dalam menyediakan informasi yang tepat serta memudahkan dalam mencatat dan menilai persediaan (Mat et. al., 2018). Pencatatan serta persediaan yang dinilai dengan tepat atau akurat dapat memudahkan user untuk dalam ketepatan pengambilan keputusan (Keso et. al., 2021).

Pencatatan ataupun perlakuan akuntansi suatu perusahaan terkadang belum dilakukan dengan baik atau belum sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.

Beberapa faktor diantaranya yang membuat pencatatan atau perlakuan akuntansi tidak

(18)

sesuai dengan semestinya biasanya karena internal perusahaan tidak memiliki banyak pengetahuan dalam penerapan metode persediaan yang layak, tidak memiliki banyak informasi mengenai metode dalam mencatat dan menilai suatu persediaan, atau perusahaan tidak ingin mengubah metode penilaian dan pencatatan persediaan sesuai peraturan yang berlaku karena sudah memiliki kenyamanan dengan metode persediaan yang sudah lama diimplementasikan dalam perusahaan (Wullur et. al., 2016). Metode dalam pencatatan persediaan perusahaan ada dua yaitu metode fisik dan metode perpetual.

Penggunaan metode penilaian persediaan yang berbeda akan berpengaruh terhadap penentuan besarnya beban pokok penjualan dan laba atau rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan sehingga diperlukan pemilihan metode penilaian persediaan yang tepat, yang akan menentukan akurasi dalam perhitungan beban pokok penjualan dan laba atau rugi. Menurut Yosefa (2016) terdapat tiga metode untuk menilai persediaan yaitu Masuk Pertama Keluar Pertama (FIFO), Masuk Terakhir Keluar Pertama (LIFO), dan Moving Average. Metode Identifikasi Khusus, Metode First In First Out (FIFO), dan Metode Rata-Rata Tertimbang (Average merupakan cara perhitungan persediaan yang digunakan dalam mengukur persediaan sebagaimana dalam PSAK 14 Persediaan.

Laporan keuangan penting bagi suatu perusahaan karena dibutuhkan oleh stakeholders untuk bahan pertimbangan dalam setiap pengambilan keputusan ekonomi. Perusahaan harus sangat hati-hati dalam menimbang metode akuntansi persediaan yang akan digunakan karena hampir setengah investasi besar pada aktiva

(19)

lancar perusahaan dagang dikuasai oleh persediaan yang juga merupakan aktiva dalam suatu perusahaan yang posisinya begitu berharga dalam laporan keuangan (Kadim et. al., 2019). Persediaan adalah aset yang dimiliki perusahaan yang bertujuan dijual kembali untuk mendapatkan pendapatan atau aset yang dimanfaatkan secara habis untuk mendapatkan pendapatan dan kategori persediaan berbeda-beda antara satu industri dengan industri yang lain (Wawo, 2015).

Nilai suatu barang yang diproduksi untuk dijual atau dikonsumsi atau barang yang dibeli untuk dijual disebut persediaan dalam pengertian akuntansi.

Rekening persediaan juga menyajikan jumlah kekayaan perusahaan yang berbentuk persediaan di tangan ataupun persediaan dalam proses (Lau, 2019). Persediaan berefek langsung yang berpengaruh terhadap keuntungan perusahaan karena tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada resiko bahwa perusahaan pada suatu waktu tidak dapat memenuhi order penjualan (Hermanto et. al., 2019).

Perusahaan dihadapkan pada resiko bahwa perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan pelanggan tepat waktu ketika persediaan tidak ada atau kurang (Hutabarat dan Rajagukguk, 2021).

Perusahaan developer mendapatkan kesempatan yang besar untuk memajukan bisnisnya dalam bidang properti untuk tempat tinggal maupun untuk investasi karena saat ini tingkat ketertarikan masyarakat begitu tinggi dalam hal tersebut (Astarini, 2020). Tanah menjadi langka karena permintaan tanah yang mengalami peningkatan yang cukup besar sedangkan tanah yang tersedia tidak mampu memenuhi permintaan itu (Fahirah et. al., 2010). Pemerintah maupun pihak

(20)

swasta yang terkait dalam usaha pengembangan suatu properti berlomba-lomba dalam meningkatkan kualitas pembangunan yang ada saat ini maupun yang terencana dimasa akan datang, sehingga berdampak pula pada perubahan nilai tanah dan bangunan pada suatu properti (Putra, 2011).

Banyak keberagaman dan perbedaan tanah dan bangunan di Indonesia.

Properti yang dibeli masyarakat sekarang ini bukan sekadar memenuhi kebutuhan mereka, namun juga ketertarikan masyarakat untuk mempersiapkan modal dimasa akan datang (investasi). Harga tanah pada wilayah tertentu juga akan bergantung pada faktor permintaan, seperti kepadatan penduduk dan tingkat pertumbuhannya, tingkat kesempatan kerja dan tingkat pendapatan masyarakat serta kapasitas sistem transportasi dan tingkat suku bunga (Fahirah et. al.,2010).

Tanah dan bangunan memiliki sifat yang berbeda dari yang lain dalam hal lokasi serta komposisinya dan tidak bisa dialihkan ke tempat lain. Keunikan tersebut berdampak pada jumlah tanah dan bangunan yang tersedia. Persediaan tanah yang terbatas terjadi karena adanya sudut pandang yang berbeda mengenai makna sebidang tanah (Fahirah et. al., 2010). Sebagian masyarakat membeli tanah kavelingan untuk dibangun rumah, sebagian lagi membeli tanah beserta bangunannya, bahkan sebagian membeli tanah atau bangunan untuk investasi.

Pertambahan jumlah penduduk yang sangat cepat dan pesat membawa pengaruh yang sangat besar terhadap kebutuhan masyarakat akan perumahan atau tanah.

Tanah dan bangunan dalam perusahaan pada umumnya hanya tergolong dalam aset tetap dalam suatu perusahaan, namun hal lain berlaku pada perusahaan

(21)

pengembang real estate. Tanah dan bangunan dalam perusahaan pengembangan real estate tidak hanya tergolong dalam aset tetap, melainkan sebagai persediaan yang tergolong dalam aset lancar perusahaan karena aktivitas utama perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan real estate adalah jual beli tanah dan bangunan atau hanya kaveling tanah. Pada perusahaan dagang, manufaktur, atau jasa, tanah dan bangunan merupakan aset tetap yang hanya digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan seperti kantor, gudang, serta seluruh kegiatan operasional yang bukan untuk dijual/diproses sebagai penghasilan utama perusahaan. Jadi, tanah dan bangunan tergolong dalam aset tetap namun ketika tanah dan bangunan dimiliki untuk dijual maka akan tergolong dalam aset lancar.

Aset berpotensi memberikan manfaat ekonomis pada perusahaan dimasa yang akan datang. Aset adalah sumber daya yang mampu memberikan aliran kas masuk atau kemampuan mengurangi kas keluar (Andini dan Kharisma, 2021).

Kemampuan bertahan suatu perusahaan dapat dilihat dari kemampuan bersaing suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis (Fatrianisa et. al., 2013). Kekeliruan dalam pengelolaan aset dapat berdampak pada operasional perusahaan tidak dapat berjalan secara efisien dan efektif.

Tanah dan bangunan sebagai benda yang dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia memiliki nilai yang membuatnya menjadi berarti bagi manusia. Nilai tersebut ditandai dengan tanah dan bangunan yang langka (scarcity), demand tanah dan bangunan, manfaat tanah dan bangunan bagi user (utility), peralihan kepemilikan tanah dan bangunan (Imbing, 2013). Kondisi ini dimanfaatkan oleh perusahaan-

(22)

perusahaan pengembang untuk mengembangkan bisnis mereka dalam hal penyediaan sarana pemukiman bagi masyarakat seperti perumahan, apartemen, kondominium, dan lain sebagainya (Hajar, et. al., 2017).

Data keuangan akan memiliki arti bagi pihak yang berkepentingan terhadap informasi keuangan jika dapat diperbandingkan dalam dua periode atau lebih serta dianalisa lebih mendalam untuk pengambilan keputusan (Riesmiyantiningtias dan Siagian, 2020). Tidak semua perusahaan dapat menyajikan pelaporan keuangan yang berkualitas. Informasi akuntansi disebut memiliki relevansi nilai apabila berhubungan secara statistik dengan harga pasar suatu saham (Khidmat et. al., 2019).

Laporan keuangan yang baik ditandai dengan laporan keuangan berkualitas harus didukung oleh adanya karakteristik kualitatif laporan keuangan (Waninda dan Arza, 2019). Karakteristik kualitatif pada laporan keuangan merupakan aspek yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat dari laporan keuangan yang disajikan. Manajemen harus mampu melakukan penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku karena sistem atau prosedur yang keliru akan berpengaruh langsung pada neraca keuangan dan laba perusahaan (Kadim et. al., 2019).

Karakteristik kualitatif laporan keuangan merupakan ukuran-ukuran normatif yang penting untuk diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga memenuhi tujuan dari keberadaan laporan keuangan itu sendiri. Empat karakteristik kualitatif (qualitative characteristics) pokok laporan keuangan yang harus terpenuhi yaitu dapat dipahami (understandability), relevan (relevance), keandalan

(23)

(reliability), dan dapat diperbandingkan (comparability) (Inawati et. al., 2021).

Laporan keuangan yang berkualitas memerlukan pertimbangan bahwa manfaat lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan meskipun seharusnya diharapkan dapat menyajikan pelaporan keuangan yang berkualitas karena perusahaan besar cenderung memiliki banyak pemegang kepentingan seperti investor, kreditor, dan publik sehingga pelaporan keuangan yang diterbitkan harus berkualitas dan relevan (Santoso, 2012).

Pihak manajemen harus mampu menyusun laporan keuangan dengan tepat karena laporan keuangan merupakan informasi akuntansi yang merefleksikan kekayaan perusahaan (Utami dan Ratih, 2020). Menurut PSAK 1 Penyajian Laporan Keuangan paragraf 9 menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomik. Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum mengenai posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan lain dalam posisi keuangan (Hermanto et. al., 2019).

Penyajian secara wajar dalam laporan keuangan sangat penting karena laporan keuangan dimanfaatkan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan ekonomi. Islam telah menegaskan bahwa keadilan harus ditegakkan, termasuk berlaku dalam peristiwa-peristiwa ekonomi. Islam menegaskan dalam Al Qur’an Surah Asy-Syu'ara ayat 181-183:

(24)

ِ۞ميِق تْس مْلا ِسا طْسِقْلاِب او ن ِز و ۞ ني ِرِسْخ مْلا نِم او نو ك ت لَ و لْي كْلا او ف ْو أ لَ و

نيِدِسْف م ِض ْر ْلْا يِف ا ْو ثْع ت لَ و ْم ه ءا يْش أ ساهنلا او س خْب ت

۞

Terjemahnya:

“Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan; dan timbanglah dengan timbangan yang lurus; dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan;”

Menurut Shihab (2002: 129) dalam Tafsir Al-Mishbah, kata ( اوسخبت ) tabkhasu/ kamu kurangi terambil dari kata ( سخب ) bahks yang berarti kekurangan akibat kecurangan. Ibn ‘Arabi sebagaimana dikutip oleh Ibn ‘Asyur, mendefinisikan kata ini dalam arti pengurangan dalam bentuk mencela, atau memperburuk sehingga tidak disenangi, atau penipuan dalam nilai atau kecurangan dalam timbangan dan takaran dengan melebihkan atau mengurangi. Kata ( ساطسقلا ) al-qisthas atau al- qusthas ada yang memahaminya dalam arti neraca ada juga dalam arti adil. Hal ini bermakna bahwa wujud keadilan memerlukan tolak ukur yang pasti (neraca/timbangan) sehingga ketika pengukurannya benar maka keadilan akan tercapai.

Merujuk dari penjelasan tafsir mengenai ayat-ayat diatas daat ditarik kesimpulan bahwa, takaran atau timbangan harus adil. Hal ini juga mencerminkan bahwa dalam peristiwa ekonomi seperti transaksi jual beli, penentuan harga dan sebagainya harus dilakukan secara bijak agar tidak ada pihak yang dirugikan.

Timbangan yang baik dan tidak berat sebelah dimaknai dalam laporan keuangan

(25)

sebagai nilai wajar. Hak pengguna laporan keuangan adalam mendapatkan info yang realisatis serta andal. Penyajian informasi yang wajar dan andal atau tidak menyesatkan pengguna laporan keuangan merupakan refleksi dari suatu laporan keuangan yang baik. Kesempurnaan takaran atau informasi dari laporan keuangan adalah hak setiap pengguna laporan keuangan sehingga kekeliruan atau kecurangan dapat merugikan pihak lain atau pengguna laporan keuangan lainnya.

Perusahaan akan melakukan kegiatan penjualan dan pembelian untuk mendapatkan laba sehingga perusahaan harus melakukan penilaian persediaan yang dibeli dan dijual dengan baik dan benar agar tidak terjadi gangguan dalam operasional perusahaan. Besarnya biaya atau ongkos persediaan tergantung pada prosedur akuntansi yang ditetapkan oleh perusahaan dalam menilai persediaan (Lau, 2019). Ada beberapa metode yang digunakan dalam menilai dan mencatat persediaan, manajemen harus bijak dalam pemilihan metode tersebut.

Tanah dan bangunan memiliki nilai lebih yang berbeda dari bentuk persediaan perusahaan dalam industri lainnya. Harga perolehan tanah dan bangunan hingga laba yang diperoleh dari penjualan memiliki relevansi yang saling mempengaruhi sehingga harus perhitungkan dengan baik. Nilai tanah dan bangunan yang bergantung pada kondisi tertentu. Penentuan metode persediaan yang salah akan berdampak pula dalam penentuan biaya atau harga pokok serta harga jual sehingga akan berpengaruh pula pada laporan keuangan.

Perusahaan-perusahaan yang memilih aktivitas operasional dalam bidang pengembangan dan real estat mulai bermunculan seiring dengan kelangkaan tanah

(26)

dan bangunan dan dampak dari meningkatnya permintaan atas tanah dan bangunan terutama disekitar perkotaan. Permasalahan pokok dalam akuntansi persediaan adalah penentuan jumlah biaya yang diakui sebagai aset dan perlakuan akuntansi selanjutnya atas aset tersebut sampai pendapatan terkait diakui. Perlakuan akuntansi atas tanah dan bangunan sebagai aset tetap perusahaan tentu memiliki perbedaan perlakuan pada tanah dan bangunan sebagai persediaan sehingga berdasar pada hal-hal tersebut, peneliti memiliki ketertarikan untuk meneliti dengan judul: “Menguak Perlakuan Akuntansi Tanah dan Bangunan Sebagai Persediaan serta Pengaruhnya Pada Pelaporan Keuangan”.

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

Menguak perlakuan akuntansi terhadap tanah dan bangunan sebagai persediaan yang dikaji dengan menggunakan PSAK yang berkaitan dengan tanah dan bangunan sebagai persediaan merupakan fokus penelitian dalam penelitian ini. Fokus ini dibuat agar penelitian lebih terpusat dan membatasi penelitian agar tidak memiliki lingkup yang terlalu luas serta agar terhindar dari kekeliruan atau menyimpang dari pusat permasalahan yang diteliti.

C. Rumusan Masalah

Perlakuan akuntansi atas tanah dan bangun sebagai persediaan bukanlah hal yang begitu mudah dilakukan. Persediaan sebagai penopang utama operasional perusahaan harus mendapatkan perlakuan yang tepat karena jika terjadi suatu kesalahan dalam persediaan, hal ini tentu akan mempengaruhi operasional perusahaan

(27)

(Kadim et. al., 2019). Merujuk pada hal-hal yang melatarbelakangi penelitian ini, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana perlakuan akuntansi tanah dan bangunan sebagai persediaan?

2. Bagaimana pengaruh perlakuan akuntansi tanah dan bangunan sebagai persediaan terhadap laporan keuangan?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan yang berdasar pada latar belakang dan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perlakuan akuntansi tanah dan bangunan sebagai persediaan.

2. Untuk mengetahui pengaruh akuntansi tanah dan bangunan sebagai persediaan terhadap laporan keuangan.

E. Penelitian Terdahulu

Tabel 1.2. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus No. Nama Peneliti Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil Penelitian 1. Wibowo, Ario,

Placidus Mawar, Saferianus Lalong, dan Romy Narisa.

2020.

Perlakuan Akuntansi Persediaan Barang Dagang dan

Pengaruhnya Terhadap Beban Pokok Penjualan.

Penelitian kualitatif

PT. Setia Makmur, Surabaya menggunakan Metode Fisik (Physical Method) untuk mencatat persediaannya dan Metode LIFO (MTKP) untuk melakukan penilaian terhadap

Persediaan Barang

Dagangannya.

penggunaan Metode LIFO

(28)

(MTKP) dalam penilaian Persediaan Barang Dagangan tidak sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang hanya memperbolehkan Metode Identifikasi Khusus, Metode FIFO (MPKP) dan Metode Average (Rata- rata).

2. Lau, Elfreda Aplonia. 2019

Analisis Pengukuran Persediaan dan Penyajiannya dalam Laporan Keuangan

Penelitian deskriptif

Pengukuran biaya persediaan berdasarkan metode aliran biaya dengan metode

FIFO, LIFO, Rerata Sederhana, Rerata Tertimbang maupun Metode Biaya

Khusus menampilkan nilai persediaan akhir yang berbeda, demikian pula

cara pengukurannya.

3. Kadim, A., Adji Suratman, dan

Muhammad Abdul Muis.

2019.

Analisis

Pengaruh Rasio Lancar,

Perputaran Persediaan Dan Margin Laba Kotor

Terhadap Pemilihan Metode Persediaan Pada Perusahaan Dagang Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2013-2015.

Penelitian kasualitas

Rasio lancar berpengaruh signifikan terhadap pemilihan metode persediaan. Perputaran persediaan tidak signifikan berpengaruh terhadap

pemilihan metode persediaan.

Margin laba kotor signifikan berpengaruh terhadap

pemilihan metode persediaan.

Rasio lancar, perputaran persediaan, dan margin laba kotor secara bersama-sama memiliki pengaruh dalam pemilihan metode persediaan.

4. Sari, Dian Analisis Perhitungan

Penelitian kualitatif

Perusahaan lebih tepat jika menggunakan Metode Average

(29)

indah. 2018. Persediaan dengan Metode

FIFO dan

Average Pada PT. Harapan

daripada metode FIFO dalam menghitung nilai persediaan, karena nilai persediaan akhir metode Average lebih besar daripada metode FIFO.

Metode FIFO sangat cocok digunakan untuk perusahaan- perusahaan yang menjualbarang yang sejenis, cepat kadaluarsa dan model yang cepat berubah.

Sumber: Diolah untuk keperluan penelitian, 2020

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat mendukung dan memperkuat teori yang dikemukakan sebelumnya oleh para ahli akuntansi khususnya mengenai perlakuan akuntansi tanah dan bangunan serta akuntansi persediaan. Persediaan setiap perusahaan tidak selalu sama karena bergantung atau menyesuaiakan pada bidang apa suatu perusahaan bergerak. Tanah dan bangunan yang tidak dijadikan aset tetap akan memberikan pengaruh terhadap laporan keuangan. Tanah dan bangunan sebagai aset tetap tentu akan berbeda perlakuannya ketika sebagai persediaan. Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi tentang tanah dan bangunan yang dijadikan sebagai persediaan dan dapat menjadi referensi pembanding ketika mempelajari tanah dan bangunan sebagai aset tetap, persediaan maupun sebagai properti investasi.

(30)

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan deskripsi bagi pihak-pihak yang membutuhkan informasi mengenai tanah dan bangunan sebagai persediaan. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada berbagai pihak yang berkepentingan untuk lebih teliti dalam menilai dan mencatat tanah atau bangunan dalam suatu perusahaan, baik itu sebagai persediaan, aset tetap, maupun sebagai properti investasi.

(31)

15 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Akuntansi Positif

Positive Accounting Theory atau teori akuntansi positif mengarah pada meramalkan dampak yang akan timbul ketika manager mengambil suatu keputusan atau menentukan pilihan tertentu. Teori akuntansi positif berusaha untuk mengidentifikasi proses dan kebijakan akuntansi yang paling sesuai untuk menghadapi kondisi dan keadaan tertentu pada masa yang akan dating (Iskandar dan Sparta, 2019). Teori ini beranggapan bahwa kebijakan akuntansi yang diimplementasikan dalam suatu perusahaan bisa saja berbeda dengan kebijakan atau perlakuan akuntansi pada perusahaan lainnya atau dengan kata lain, teori ini memberikan kebebasan dalam pemilihan kebijakan akuntansi sesuai kebutuhan suatu perusahaan. Pemilihan perlakuan akuntansi yang bebas sesuai dengan kebutuhan dan tetap berdasar pada PABU dapat menghadirkan peluang (perilaku oportunistik).

Watts dan Zimmerman (1986) memberikan hipootesis-hipotesis yang pada umumnya memiliki keterkaitan dengan perilaku oportunistik, yaitu:

1. Bonus Plan Hypothesis, berkaitan dengan rencana mendapatkan bonus.

Manajer biasanya memilih suatu kebijakan akuntansi atau metode akuntansi yang dapat meningkatkan laba yang dilaporkan pada periode berjalan agar bonus yang manajer peroleh juga meningkat. Hal tersebut karena umumnya, tingkat laba menjadi tolak ukur keberhasilan kinerja yang juga menjadi penentu besarnya bonus yang diperoleh.

(32)

2. Debt Covenant Hypothesis, berkaitan dengan perjanjian hutang.

Perjanjian hutang umumnya memiliki syarat-syarat ketentuan yang harus dipenuhi, baik debitur maupun oleh kreditur (Marwah, 2012).

Semakin dekat suatu perusahaan ke pelanggaran perjanjian hutang, manajer memiliki kecenderungan untuk memilih prosedur akuntansi yang dapat memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan (Iskandar dan Sparta, 2019).

3. Political Cost Hypothesis, timbul dari adanya konflik kepentingan antara pemerintah dengan perusahaan (manajer). Political cost mencakup semua biaya atau transfer kekayaan yang harus ditanggung oleh perusahaan terkait tindakan antitrust, regulasi, subsidi pemerintah, tarif pajak, tuntutan buruh dan sebagainya (Darmanto dan Hogiana, 2020).

B. Aset

Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dimana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan. Aset menjadi bagian penting dalam keberlangsungan perusahaan. Aset ialah Aset merupakan peralatan penunjang kegiatan suatu organisasi dan bermanfaat untuk mencapai suatu tujuan dari perusaahaan atau organisasi tersebut (Dewi et. al., 2018). Pengembangan usaha biasanya akan cenderung menambah jumlah aset perusahaan sehingga membutuhkan dana untuk mencapai

(33)

tujuan tersebut (Maryanti, 2016). Aset diklasifikasikan menjadi aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset tidak berwujud.

1. Aset Lancar

Aset lancar adalah aset yang diharapkan untuk dikonversikan menjadi kas atau untuk digunakan dalam jangka waktu satu tahun (Kusuma dan Bangun, 2011). Aset lancar menggambarkan likuiditas suatu perusahaan. Likuiditas adalah rasio keuangan yang dapat mengambarkan seberapa besar kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan perusahaan dengan aset lancar yang lebih besar daripada hutang lancarnya akan mempunyai kemampuan untuk membayar kewajiban keuangannya tepat waktu (Mulyasri dan Subowo, 2020). Aset lancar dapat membantu perusahaan dalam operasionalnya dan merupakan hal yang sangat penting.

Akun-akun yang tergolong dalam aset lancar yaitu kas, persediaan, perlengkapan, dll.

2. Investasi Jangka Panjang

Investasi jangka panjang umumnya berupa investasi dalam saham dan dalam obligasi perusahaan lain yang biasanya dimiliki dalam jangka waktu lebih dari satu tahun (Kusuma dan Bangun, 2011). Investasi jangka panjang sering disebut juga dengan investasi permanen dan biasanya dilaporkan di neraca dalam perkiraan aktiva tidak lancar dan merupakan sebagian dana yang yang ditanamkan dalam aktiva di luar kegiatan pokok perusahaan dengan tujuan mendapatkan pendapatan terus menerus dalam jangka panjang (Ardila et. al., 2019).

(34)

3. Aset Tetap

Aset tetap (fixed aset) adalah aset yang secara fisik dapat dilihat keberadaannya dan sifatnya relatif permanen serta memiliki masa kegunaan (useful life) yang panjang (Dewi et. al., 2018). Aset tetap adalah aset yang dimiliki perusahaan, berumur lebih dari satu tahun, dan digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan (Kusuma dan Bangun, 2011).Aset tetap merupakan aset yang berwujud (tangible aset). Pada saat aset tetap diakui, maka perusahaan akan mengakuinya sebesar biaya perolehan dari aset tetap dan perusahaan melakukan pengukuran setelah diakui (Wijaya, 2021). Penilaian riil dari aset suatu perusahaan sangat penting menilai aset tetapnya menggunakan salah satu metode diantara cost model atau revaluation model (Salman et. al., 2020). Sinyal peluang investasi dapat diperoleh dari kebijakan revaluasi aset tetap yang mempengaruhi penilaian investor atas saham perusahaan.

4. Aset tidak berwujud

Aset tidak berwujud (intangible asets) yang dimana tidak memiliki wujud fisik dan dihasilkan sebagai akibat dari sebuah kontrak hukum, ekonomi maupun kontrak sosial (Dewi et. al., 2018). Aset tidak berwujud adalah aset yang tidak mempunyai wujud pisik namun memiliki nilai yang cukup signifikan (Kusuma dan Bangun, 2011).

(35)

C. Persediaan

Persediaan merupakan salah satu aktiva lancar yang biasanya jumlahnya relatif besar. Persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu dengan tujuan untuk dijual atau dikonsumsi dalam satu siklus operasi normal perusahaan (Wibowo et. al., 2020). Persediaan pada perusahaan dagang diartikan sebagai barang dagangan yang disimpan untuk dijual kembali dalam operasional perusahaan sedangkan dalam perusahaan manufaktur, persediaan diartikan sebagai bahan baku yang terdapat dalam proses produksi atau yang disimpan untuk proses produksi (Windasari dan Linawati, 2020).

Kieso et al. (2011:408) mendefinisikan persediaan sebagai berikut:

“Inventories are asset items that a company holds for sale in the ordinary course of business, or goods that it will use or consume in the production of goods to be sold”.

Kieso et. al., (2011:408) menyampaikan definisi persediaan adalah semua aset perusahaan yang disimpan untuk dijual kembali maupun dipergunakan dalam proses produksi sehingga menghasilkan barang yang akan dijual kembali merupakan barang persediaan.

Persediaan yang dimiliki perusahaan dagang disebut persediaan dagang sedangkan pada perusahaan manufaktur persediaan terdiri dari bahan pokok, bahan setengah jadi dan bahan jadi (Windasari dan Linawati, 2020).

(36)

1) Jenis-Jenis Persediaan

a. Persediaan Perusahaan Dagang

Perusahaan dagang secara umum dideskripsikan sebagai salah satu organisasi yang melaksanakan aktivitas bisnis dengan cara memesan atau membeli barang untuk dijual kembali untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal supaya bisa menjaga kelangsungan hidupnya, meningkatkan dan menaikkan usahanya ke tingkat yang lebih tinggi. Persediaan juga meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali (Hermanto et. al., 2019). Seperti barang dagang yang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali atau tanah dan property lainnya yang diadakan untuk dijual kembali (Sari, 2018). Persediaan barang dagang adalah barang-barang yang dibeli dari pihak lain, lalu disimpan digudang untuk dijual dan biasanya setiap barang yang akan dijual tidak lagi melalui proses pengolahan secara fisik (Hutabarat dan Rajagukguk, 2021).

b. Persediaan Perusahaan Manufaktur

Persediaan perusahaan manufaktur meliputi persediaan bahan baku, persediaan bahan penolong, persediaan dalam proses dan persediaan bahan jadi.

Persediaan pada perusahaan manufaktur biasanya meliputi persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, persediaan barang jadi, persediaan perlengkapan manufaktur (Hutabarat dan Rajagukguk, 2021). Persediaan merupakan suatu aspek yang tidak jarang menjadi masalah yang sering ditemui pembuat keputusan dalam proses produksi dan untuk menjamin adanya hal yang pasti tentang persediaan ada saat dibutuhkan maka persediaan itu perlu dicatat dengan baik (Wullur et. al., 2016).

(37)

1) Persediaan bahan baku, persediaan yang telah dibeli namun belum diproses.

Persediaan ini dapat digunakan untuk memisahkan (yaitu menyaring) pemasok dari proses produksi. Persediaan bahan baku terdiri dari bahan dasar yang dibeli dari perusahaan lain untuk digunakan dalam operasi produksi perusahaan (Wullur et. al., 2016).

2) Persediaan bahan penolong, meliputi semua bahan yang digunakan untuk keperluan produksi, namun bukan bahan baku yang membentuk barang jadi.

Bahan-bahan yang dikategorikan sebagai kelompok persediaan bahan penolong antara lain minyak pelumas untuk mesin-mesin pabrik, lem, benang untuk menjilid dan buku-buku pada perusahaan percetakan (Paraswati et. al., 2021).

3) Persediaan dalam proses, meliputi barang setengah jadi yang butuh kerja tambahan atau proses lanjutan sebelum menjadi barang jadi (Wullur et. al., 2016). Komponen-komponen atau bahan mentah yang telah melewati beberapa proses perubahan namun belum selesai dapat digolongkan sebagai persediaan barang dalam proses (Hermanto et. al., 2019).

4) Persediaan bahan jadi (finish-good inventory), produk yang telah selesai dan tinggal menunggu pengiriman. Persediaan ini meliputi barang jadi yang masih berada dalam gudang dan belum dijual oleh perusahaan (Wullur et. al., 2016).

Penilaian persediaan bahan jadi secara umum sebesar jumlah harga pokok bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang dibutuhkan untuk memproduksi (Paraswati et. al., 2021). Barang jadi dapat

(38)

dimasukkan ke persediaan karena permintaan pelanggan pada masa mendatang tidak diketahui (Hermanto et. al., 2019).

c. Persediaan Perusahaan Jasa

Persediaan yang diperlukan pada perusahaan jasa tergantung pada jasa yang dijualnya (Siregar et. al., 2021). Perusahaan jasa seperti salon memerlukan persediaan barang-barang yang berkaitan dengan kebutuhan operasional salon, perusahaan jasa cuci mobil tentu memerlukan persediaan berupa sabun dan perlengkapan yang digunakan untuk mencuci mobil. Biaya jasa seperti upah dan biaya personalia lainnya yang secara langsung menangani pemberian jasa, termasuk tenaga penyedia dan overhead yang didistribusikan merupakan biaya-biaya yang terdapat dalam persediaan perusahaan jasa (Sari, 2018).

2) Penilaian Persediaan

Perlakuan akuntansi terhadap persediaan sangat penting dan harus konsisten karena memiliki pengaruh terhadap nilai rupiah persediaan dan biaya barang yang dijual. Penilaian persediaan dilakukan dengan tujuan supaya dapat diketahui berapa nilai persediaan yang tersisa dan berapa nilai persediaan yang telah dijual sehingga jumlah laba yang diperoleh dapat diketahui (Wibowo et. al., 2020). Metode Identifikasi Khusus, MPKP atau FIFO,MTKP atau LIFO, dan Metode rata-rata (average) merupakan metode mengukur atau menilaian persediaan secara umum berdasarkan aliran biayanya (Lau, 2019).

(39)

a. Metode Identifikasi Khusus

Metode identifikasi khusus adalah salahsatu metode yang bermanfaat dalam penilaian persediaan berdasarkan arus biaya sesuai dengan fisik barang. Keutamaan metode ini yaitu biaya persediaan per unit yang terjual dapat ditentukan dengan akurat, dan persediaan akhir yang tersisa dapat dinilai dengan akurat pula (Pontoh, 2013:312). Metode ini pada dasarnya merupakan metode yang paling ideal karena terdapat kecocokan antara biaya dan pendapatan (matching cost against revenue) (Wawo, 2015).

Penggunaan metode ini juga biasanya ditolak karena metode ini bisa dimanfaatkan dalam melakukan manipulasi laba bersih perusahaan dan kehadiran subjektifitas pada pengalokasian beban-beban yang timbul yang memiliki relevansi dengan persediaan (Monica et. al., 2020). Metode identifikasi khusus ini biasanya juga digunakan dalam menilai persediaan barang dagang berupa mobil atau sepeda motor.

b. MPKP atau FIFO

Metode penilaian persediaan Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP) atau First In First Out (FIFO) adalah metode penilaian persediaan dengan menggunakan atau menjual persediaan sesuai dengan urutan masuknya. Harga pembelian/produksi atau yang menjadi saldo awal suatu periode merupakan dasar pada perhitungan nilai barang yang terjual/terpakai sedangkan nilai persediaan akhir dinilai berdasar pada harga pembelian/produksi yang terakhir (Lau, 2019). Metode Masuk Pertama Keluar

(40)

Pertama (MPKP) atau First In First Out (FIFO) ini adalah metedo yang disarankan dan digunakan saat ini sebagaimana PABU.

Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP) atau First In First Out (FIFO) berasumsi bahwa barang yang pertama kali dibeli merupakan barang yang pertama kali dijual, dan barang yang terakhir kali dibeli merupakan barang yang tersisa sebagai persediaan (Wullur et. al., 2016). Ketika penjualan atau transaksi terjadi, maka persediaan yang lebih lama yang akan dikeluarkan lebih dahulu atau dengan kata lain metode ini memberikan asumsi bahwa perusahaan akan mendahulukan penjualan barang yang dibeli lebih awal (Keso et.al., 2021). Kebaikan metode MPKP atau First In First Out ialah persediaan akhir disajikan dengan jumlah yang menghampiri harga yang berlaku. Sedangkan kekurangan utama dari metode MPKP ini ialah harga perolehan saat ini tidak sebanding dengan pendapatan sekarang (Monica et. al., 2020).

c. MTKP atau LIFO

Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP) atau Last In First Out (LIFO) adalah metode penilaian persediaan dengan menggunakan persediaan yang masuk atau dibeli terakhir untuk dijual lebih awal. Jika persediaan yang hendak disimpan mampu bertahan lama dan akan jadi lebih baik bila disimpan lebih lama, maka alangkah baiknya jika metode LIFO yang digunakan dalam perhitungan persediaan (sari, 2018). Barang yang terjual/terpakai dihitung berdasarkan harga pembelian barang yang terakhir masuk, dan nilai persediaan akhir dihitung berdasarkan harga pembelian yang terdahulu masuk (Lau, 2019).

(41)

Harga pokok penjualan akan berasal dari pembelian yang terakhir jika menggunakan metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP) atau Last In First Out (LIFO). Namun, jika dipandang dari sisi neraca, persediaan akhir yang dihitung dengan metode MTKP akan menghasilkan harga yang tidak mencerminkan harga pada saat neraca disusun (monica, 2020). Ketika metode LIFO ini digunakan selama peiode inflasi atau kenaikan harga-harga, hasilnya adalah berkebalikan dengan metode-metode yang lain.

Metode LIFO akan menghasilkan jumlah yang lebih tinggi untuk harga pokok penjualan (HPP), jumlah yang lebih rendah untuk laba kotor dan jumlah yang lebih rendah untuk persediaan akhir. Alasan pengaruh ini adalah biaya perolehan unit yang paling akhir akan kurang lebih sama dengan biaya penggantinya. Dalam periode inflasi, biaya unit yang lebih baru akan lebih tinggi dibandingkan dengan biaya unit yang lebih awal (Wullur et. al., 2016).

d. Metode Rata-rata (Average)

Metode rata-rata (average) meliputi: Metode Rata-Rata Sederhana yang nilai rata-rata persediaan dihitung berdasarkan jumlah harga perunit persediaan awal dan harga pembelian perunit setiap pembelian yang dilakukan pada periode tertentu, Metode Rata-Rata Tertimbang (Weighted Average atau WA) yang nilai persediaan pada metode ini didasarkan atas harga rata-rata barang yang dibeli dalam suatu periode tertentu dan Metode Rata-Rata Bergerak (Moving Average) yang Nilai persediaan pada metode ini didasarkan atas harga rata-rata barang yang dibeli dalam suatu periode tertentu (Lau, 2019). Metode ini mengasumsikan bahwa harga beli

(42)

sebuah persediaan yang dibeli terakhir akan menjadi beban pokok penjualam terlebih dahulu, pada saat terjadinya transaksi penjualan (Pontoh, 2013:317).

3) Pencatatan Persediaan

Metode pencatatan persediaan menurut Baridwan (2010:150), terdapat dua macam metode pencatatan persediaan, yaitu:

a) Metode Persediaan Buku (Perpetual)

Metode persediaan perpetual yaitu setiap jenis persediaan dibuatkan rekening sendiri-sendiri yang merupakan buku pembantu persediaan. Rincian dalam buku pembantu bisa diawasi dari rekening kontrol persediaan barang dalam buku besar.

Rekening yang digunakan untuk mencatat persediaan ini terdiri dari beberapa kolom yang dapat dipakai untuk mencatat pembelian, penjualan, dan saldo persediaan.

Setiap perubahan dalam persediaan diikuti dengan pencatatan dalam rekening persediaan sehingga jumlah persediaan sewaktu-waktu dapat diketahui dengan melihat kolom saldo rekening persediaan. Nilai persediaan akhir dapat diketahui tapi perhitungan fisik tetap harus dilakukan untuk mencocokkan persediaan akhir menurut perhitungan fisik dengan catatan akuntansi (Paraswati et. al., 2021).

b) Metode persediaan fisik (Periodik)

Metode persediaan fisik (periodik) yaitu penggunaan metode fisik mengharuskan adanya perhitungan barang yang masih ada pada tanggal penyusunan laporan keuangan. Perhitungan persediaan ini diperlukan untuk mengetahui berapa jumlah barang yang masih ada dan kemudian diperhitungkan harga pokoknya. Mutasi persediaan barang dalam metode persediaan fisik ini tidak diikuti dalam buku-buku,

(43)

setiap pembelian barang dicatat dalam rekening pembelian. Tidak ada catatan mutasi persediaan barang maka harga pokok penjualan juga tidak dapat diketahui sewaktu- waktu. Harga pokok penjualan baru dapat dihitung apabila persediaan akhir dihitung.

Perhitungan fisik (stock opname) pada saat akhir periode mutlak harus dilakukan oleh perusahaan yang menggunakan metode pencatatan periodik. Hal ini harus dilakukan agar dapat mengetahui dan menetapkan jumlah persediaan barang dagangan akhir dan harga pokok penjualan selama satu periode (Paraswati et. al., 2021).

D. Laporan Keuangan

Perusahaan memerlukan informasi aktual dalam menjalankan bisnis.

Informasi aktual dapat memberikan informasi akurat yang relevan dengan kondisi bisnis saat ini. Informasi paling penting di bidang keuangan untuk bisnis adalah informasi dalam bentuk laporan atau laporan keuangan (Savitri et. al., 2019). Kinerja keuangan merupakan gambaran prestasi yang mencakup aspek keuangan, pemasaran, menghimpun dan penyaluran dana serta sumber daya manusia dan lainnya dalam satu periode (Mahagiyani dan Sari, 2019). Laporan keuangan sebagai hasil dari proses akuntansi dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan (Erica, 2018).

Laporan keuangan merupakan informasi keuangan suatu organisasi dalam suatu periode yang menjabarkan kinerja dari organisasi tersebut dan dianggap sangat penting untuk dibuat karena dapat menggambarkan kinerja organisasi dalam suatu periode (Dinanti dan Nugraha, 2018). Laporan keuangan yang menggambarkan

(44)

kondisi keuangan suatu perusahaan merupakan informasi yang bisa digunakan untuk memudahkan investor serta pelaku pasar modal lainnya untuk mengambil keputusan serta menilai keadaan atau kineja keuangan suatu perusahaan (Anggraeni, 2019).

Laporan keuangan mendeskripsikan perkembangan financial perusahaan pada suatu periode (Pongoh, 2013).

Perusahaan merefleksikan atau memberikan informasi mengenai kondisi dan posisi keuangan untuk stakeholders terkhusus bagi kreditur, investor dan pihak-pihak manajemen perusahaan melalui laporan keuangan (Satria, 2017). Meskipun kualitas pelaporan keuangan tinggi, tetapi belum tentu pengguna mampu menyerap semua informasi yang disajikan dalam laporan keuangan (Santoso, 2012). Kinerja keuangan perusahaan dapat terlihat pada laporan keuangan perusahaan yang dievaluasi menggunakan analisis laporan keuangan (Riesmiyantiningtias dan Siagian, 2020).

Laporan keuangan utamanya digunakan untuk dimanfaatkan informasi-informasi keuangannya, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas laporan, dan mengevaluasi kinerja pengelola maupun ketaatan pada peraturan yang berlaku (Nurdin dan Milka, 2021).

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai pemegang kekuasaan tertinggi telah menetapkan untujk melakukan adopsi penuh atas IFRS yang diklaim akan memberi manfaat bagi peningkatan kualitas laporan keuangan dan memiliki manfaat yang melebihi biaya, mempengaruhi tidak hanya perusahaan dalam Uni Eropa, tetapi juga perusahaan-perusahaan di seluruh dunia (Yacub dan Gamayuni, 2019). Standar akuntansi di Indonesia diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan yang

(45)

memungkinkan pertimbangan manajerial dan kebijaksanaan eksekutif atas berbagai ancaman akuntansi.

Laporan keuangan memudahkan manajemen untuk mengetahui dan mengendalikan aktivitas finansial perusahaan, alokasi sumber daya, dan pijakan dalam merancang sistem bisnis yang lebih efektif (Achmad, et. al., 2021). Segala peristiwa ekonomi yang terdapat dalam perusahaan dilaporkan dalam laporan keuangan untuk mengevaluasi dan berguna dalam membuat suatu keputusan. PSAK 1 Penyajian Laporan Keuangan paragraf 9, laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas dengan tujuan untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitaas yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomik dan merupakan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang diamanahkan.

Stakeholders atau manajer sebagai pengendali dalam perusahaan harus lebih teliti dalam menilai dan mencatat akun-akun yang digunakan dalam laporan keuangan. Kondisi realitas dengan yang dilaporkan dalam laporan keuangan harus sesuai. Pembuat laporan keuangan yang berlandaskan keimanan kepada Allah SWT.

dapat menjadikan berbagai pihak terhindar dari kekeliruan atau kecurangan.

Pembuatan laporan keuangan harus mampu dibangun berlandaskan iman kepada Allah yakni bahwa Allah Maha Mengetahui Segala sesuatu yang diperbuat hamba- Nya dan setiap perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban sehingga dengan adanya iman pada Allah akan membangun sikap hati-hati setiap pihak yang berkaitan dengan

(46)

laporan keuangan agar laporan keuangan tetap andal dan mencerminkan keadaan sebenarnya.

Laporan keuangan merupakan mediator yang menjadi indikator tingkat kejujuran atau amanah manajer dalam pengelolaan keuangan perusahaan. Laporan ini menolong user untuk melakukan evaluasi pengelolaan sumberdaya perusahaan dalam periode pelaporan. Nilai tanah dan bangunan yang tidak menyusut biasanya menjadi peluang berbagai pihak untuk menggelembungkan harga jualnya. Kebijakan pemilihan metode akuntansi yang dapat dipilih secara subjektif dan disesuaikan berdasarkan operasional perusahaan. Celah pemilihan kebijakan ini biasanya dimanfaatkan manajer untuk mempercantik laporan keuangan untuk keuntungan pihak tertentu. Hal ini bertentangan dengan ajaran islam yang selalu mewajibkan menjaga amanah dalam bermuamalah dan amanah dalam setiap aktivitas yang dipercayakan Allah SWT menegaskan hal ini dalam al-Qur’an Surah al-Baqarah ayat 282:

اَك ْمُكَنْيَب ْبُتْكَيْل َو ۚ ُهوُبُتْكاَف ىًّمَسُم ٍلَجَأ ٰىَلِإ ٍنْيَدِب ْمُتْنَياَدَت اَذِإ اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّيَأ اَي ٌبِت

ِلِلْمُيْل َو ْبُتْكَيْلَف ۚ ُ َّاللَّ ُهَمَّلَع اَمَك َبُتْكَي ْنَأ ٌبِتاَك َبْأَي َلَ َو ۚ ِلْدَعْلاِب ِقَّتَيْل َو ُّقَحْلا ِهْيَلَع يِذَّلا

َلَ ْوَأ اًفيِعَض ْوَأ اًهيِفَس ُّقَحْلا ِهْيَلَع يِذَّلا َناَك ْنِإَف ۚ اًئْيَش ُهْنِم ْسَخْبَي َلَ َو ُهَّبَر َ َّاللَّ

ِم ِنْيَديِهَش اوُدِهْشَتْسا َو ۚ ِلْدَعْلاِب ُهُّيِل َو ْلِلْمُيْلَف َوُه َّلِمُي ْنَأ ُعيِطَتْسَي ْمَل ْنِإَف ۖ ْمُكِلاَج ِر ْن

َرِ كَذُتَف اَمُهاَدْحِإ َّل ِضَت ْنَأ ِءاَدَهُّشلا َنِم َن ْوَض ْرَت ْنَّمِم ِناَتَأَرْما َو ٌلُجَرَف ِنْيَلُجَر اَنوُكَي َص ُهوُبُتْكَت ْنَأ اوُمَأْسَت َلَ َو ۚ اوُعُد اَم اَذِإ ُءاَدَهُّشلا َبْأَي َلَ َو ۚ ٰىَرْخُ ْلْا اَمُهاَدْحِإ ْوَأ اًريِغ

َّلَِإ ۖ اوُباَت ْرَت َّلََأ ٰىَنْدَأ َو ِةَداَهَّشلِل ُم َوْقَأ َو ِ َّاللَّ َدْنِع ُطَسْقَأ ْمُكِلَٰذ ۚ ِهِلَجَأ ٰىَلِإ ا ًريِبَك

َنوُكَت ْنَأ

(47)

ُريِدُت ًةَر ِضاَح ًةَراَجِت وُدِهْشَأ َو ۗ اَهوُبُتْكَت َّلََأ ٌحاَنُج ْمُكْيَلَع َسْيَلَف ْمُكَنْيَب اَهَنو

ۚ ْمُتْعَياَبَت اَذِإ ا

ُهَّنِإَف اوُلَعْفَت ْنِإ َو ۚ ٌديِهَش َلَ َو ٌبِتاَك َّراَضُي َلَ َو ََّاللَّ اوُقَّتا َو ۗ ْمُكِب ٌقوُسُف

ِ لَعُي َو ۖ

ُ َّاللَّ ُمُكُم

ميِلَع ٍء ْيَش ِ لُكِب ُ َّاللَّ َو

Terjemahan:

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya.

Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (QS. Al- Baqarah/2:

282).

Menurut Shihab (2007) dalam Tafsir Al-Mishbah volume 1, dalam al-Qur’an Surah al-Baqarah ayat 282 dijelaskan bahwa jika melakukan utang piutang (tidak secara tunai) dengan waktu yang ditentukan, maka waktunya harus jelas, catatlah waktunya untuk melindungi hak masing-masing dan menghindari perselisihan.

Sehingga, jika yang satu lupa, yang lain mengingatkan. Janganlah bosan-bosan mencatat segala persoalan dari yang kecil sampai yang besar selama dilakukan secara tidak tunai. Sebab yang demikian itu lebih adil menurut syariat Allah, lebih kuat bukti

(48)

kebenaran persaksiannya dan lebih dekat kepada penghilangan keraguan di antara kalian. Yang diminta dari kalian hanyalah persaksian atas transaksi untuk menyelesaikan perselisihan. Takutlah kalian kepada-Nya. Dan rasakanlah keagungan- Nya dalam setiap perintah dan larangan. Dengan begitu hati kalian dapat memandang sesuatu secara proporsional dan selalu condong kepada keadilan. Allah menjelaskan hak dan kewajiban kalian. Dan Dia Maha Mengetahui segala perbuatan kalian dan yang lainnya.

Ayat ini merupakan nasihat dan bimbingan dari Allah bagi hamba-hambaNya yang beriman jika mereka melakukan muamalah secara tidak tunai, hendaklah mereka menulisnya supaya lebih dapat menjaga jumlah dan batas muamalah tersebut, serta lebih menguatkan bagi saksi. Ayat di atas telah menjelaskan bahwa segala sesuatunya dalam transaksi ekonomi harus dicatat dengan baik dan benar. Hal tersebut untuk menghindari masalah-masalah yang bisa saja timbul dikemudian hari.

Laporan keuangan bermanfaat untuk menyajikan atau menyediakan informasi keuangan yang relevan, andal dan yang berguna bagi seluruh pengguna laporan keuangan. jenis-jenis laporan keuangan perusahaan yang disajikan oleh perusahaan yaitu:

1) Laporan Laba Rugi (Income Statement), menyajikan kinerja yang berhasil dicapai oleh perusahaan. Laporan laba rugi adalah laporan yang menyajikan informasi mengenai pengeluaran, pendapatan, dan laba rugi yang dihasilkan perusahaan selama periode tertentu yang disusun dengan sistematis.

Laporan laba rugi dapat dihasilkan untuk memperkirakan pendapatan untuk

(49)

interval waktu tertentu, misalnya bulanan atau triwulanan atau bahkan tahunan.

2) Laporan Ekuitas Pemilik (Statement of Owner’s Equity) merupakan suatu laporan keuangan yang menggambarkan total modal yang dimiliki perusahaan saat ini, serta menunjukkan perubahan ekuitas dan berbagai alasan perubahan ekuitas.

3) Neraca (Balance Sheet) merupakan suatu pernyataan tertulis yang mencerminkan mengenai aktiva, kewajiban dan juga modal suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu atau menunjukkan keselarasan pada perusahaan pada saat tertentu.

4) Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flows) memberikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas selama periode pelaporan yang merupakan hasil dari kegiatan perusahaan yaitu operasional, investasi dan pendanaan.

5) Catatan Atas Laporan Keuangan berisi tambahan dan rincian akun-akun tertentu yang relevan serta berisi penjelasan-penjelasan penting mengenai laporan keuangan yang disajikan.

Ada beberapa tujuan penyusunan laporan keuangan suatu perusahaan yaitu sebagai berikut:

1) Menyediakan informasi yang berkaitan dengan posisi keuangan, arus kas, 2) Menyajikan informasi mengenai kinerja keuangan,

3) Menyajikan laporan arus kas suatu entitas

Gambar

Tabel 1.2. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ...................................................
Gambar 2.1. Kerangka pikir  ..................................................................................
Tabel 1.2. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus  No.  Nama Peneliti  Judul
Gambar 2.1. Kerangka pikirIdentifikasi

Referensi

Dokumen terkait