7169 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN
MENGGUNAKNA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STRUKTURAL TEKNIK MAKE A MATCH DI SD NEGERI PELEMAN 2
Dwi Maryani Rispatiningsih
Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya Wonogiri [email protected]
ABSTRACT
The aims of this study is to determine the use of make a match learning model can improve Mathematics outcomes of Grade IV State Peleman 2 elementary school students. This research is a classroom action research that began in October to November. The research subjects were grade IV students at State Peleman 2 Elementary School consist of 34 students. Data collection techniques used tests, and observations. While the data collection used are evaluation, observation, and observation. Analysis of the data used through 3 activities namely data reduction, data presentation and conclusion drawing / verification. The research procedures carried out include 4 stages, namely: (1) planning, (2) action, (3) observation, and (4) evaluation-reflection. The results of this study concluded that the use of make a match model can improve mathematics learning of fourth grade students of State Peleman 2 Elementary School.
Keywords: make a match, Mathematics, Multiplication
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran make a match dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas IV SD Negeri Peleman 2. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dimulai pada bulan Oktober sampai dengan bulan November. Adapun subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Peleman 2 yang berjumlah 34 siswa.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, dan observasi. Sedangkan alat pengumpulan data yang digunakan berupa lembar evaluasi, lembar pengamatan, dan lembar observasi. Analisis data yang digunakan melalui 3 alur kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi.
Prosedur penelitian yang dilakukan meliputi 4 tahap yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) tahap observasi, serta (4) evaluasi-refleksi. Hasil dari penelitian ini didapat kesimpulan bahwa penggunaan model pembelajaran make a match dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas IV SD Negeri Peleman 2.
Kata kunci: make a match, matematika, perkalian
7170 A. Pendahuluan
Pelajaran di SD Peleman 2, telah berusaha dengan maksimal dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, termasuk dalam pelajaran matematika. Jumlah jam pelajaran untuk matematika sudah memenuhi ketentuan, dalam pembelajaran guru juga sering menggunakan alat peraga untuk menanamkan berbagai konsep dalam pembelajaran matematika.
Orang tua juga selalu dihimbau agar mengingatkan putra-putrinya untuk belajar sehingga ada kerja sama yang baik antara pihak sekolah dengan pihak orang tua untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari matematika.
Namun pelajaran matematika, para siswa menganggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan kurang diminati, hal ini tanpa disadari dapat mematikan minat siswa terhadap pelajaran matematika. Menurut Mulyono Abdurrahman (2003) mengatakan bahwa banyak matapelajaran yang dipelajari di sekolah, akan tetapi, matematikalah merupakan matapelajaran yang dianggap paling sulit oleh para siswa.
Sudut pandang mengenai matapelajaran Matematika tersebut
menjadi beban psikologis bagi siswa sehingga menjadi pelajaran yang ditakuti karena sulit. Hal ini terjadi karena beberapa faktor, salah satu diantaranya ialah dalam proses belajar mengajar yang dilaksankan di sekolah didasarkan pada pengetahuan itu ditransfer. Guru di sekolah dasar semangat dalam mentransfer pengetahuan yang dimilikinya sedang siswa hanya berperan sebagai wadah. Para siswa memiliki tugas 3M yaitu mendengar, mencatat, dan mengerjakan soal-soal.
Hal tersebut semakin menguatkan persepsi tentang mata pelajaran matematika yang dianggap membosankan, menakutkan dan tidak menyenangkan sehingga bisa menurunkan nilai matapelajaran Matematika. Maka dari pada itu, seorang guru harus memiliki rasa tanggung jawab yang besar agar siswa merasa senang ketika ada matapelajaran Matematika.
Mulyono Abdurahman (2003) mengungkapkan mata pelajaran Matematika di SD itu meliputi 3 macam diantaranya adalah aritmatika, aljabar, dan geometri. Sedangkan menurut Dali S. Naga dalam Mulyono Abdurrahman (2003) menyatakan
7171 bahwa Aritmatika atau berhitung
merupakan cabang dari matematika yang mempelajari tentang sifat hubungan bilangan nyata dengan perhitungan terutama menyangkut dalam hal penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Berdasarkan uraian di atas, aritmatika yang meliputi penjumlahn, pengurangan, perkalian, dan pembagian merupakan salah satu dasar yang menjadi pondasi dalam matematika untuk mempelajari materi- materi lanjut dalam matematika.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan juga hasil observasi proses pembelajaran matapelajaran Matematika di kelas IV SD Peleman 2 dan dari dokumen data hasil ulangan sub bab perkalian, menunjukkan bahwa hasil dari ulangan para siswa masih sangat rendah. Berkaitan dengan hasil observasi ditemukan penyebab rendahnya hasil belajar matematika ada beberapa hal, diantaranya adalah pembelajaran masih bersifat teacher center learning hal ini membuat siswa tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Untuk mengatasi dari masalah tersebut, maka seorang guru memiliki kewajiban untuk dapat
menggunakan bermacam-macam metode belajar yang menyenangkan dan mengikutsertakan siswa dalam pembelajaran secara aktif. Salah satu model pembelajaran yang menyenangkan dan membuat siswa aktif adalah pembelajaran kooperatif yaitu teknik make a match (mencari pasangan). Make a Match merupakan teknik dengan memakai kartu-kartu.
Dalam memakai metode ini, ada kartu yang berisikan pertanyaan dan juga kartu yang berisikan jawaban (Suprijono, 2009). Curran mengungkapkan bahwa make a macth merupakan salah satu metode pembelajaran yang aktif untuk mendalami atau melatih materi yang telah dipelajari. Saat seorang siswa menerima satu kartu, kartu tersebut berisi pertanyaan atau jawaban, bila berisikan pertanyaan, maka tugas dari siswa adalah mencari jawaban yang cocok sesuai dengan kartu pertanyaan yang dipegangnya (Amin, 2011).
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti jabarkan, maka dari sini dapat kita didentifikasi masalah- masalah yang ada di SD Peleman 2.
Masalah tersebut adalah sebagai berikut : 1) murid memiliki mindset
7172 bahwa pelajaran matematika
khususnya berhitung perkalian merupakan pelajaran yang sulit sehingga kurang diminati oleh siswa, 2) Siswa mengalami kesulitan- kesulitan dalam menyelesaikan masalah terkait dengan berhitung perkalian matematika melalui metode konvensional, 3) Kemampuan berhitung perkalian siswa masih rendah, 4) Kurang tepatnya metode yang digunakan guru saat pembelajaran, 5) Model pembelajaran yang digunakan oleh guru saat pembelajaaran kurang variatif dan belum menekankan pada keaktifan siswa, 6) metode pembelajaran kooperatif tipe struktural teknik make a match adalah model pembelajaran yang lebih variatif dan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berhitung perkalian pada siswa.
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran make a match dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas IV SD Negeri Peleman 2.
Naskah menggunakan bahasa Indonesia. Naskah diketik dengan
menggunakan huruf Arial (Microsoft Word) dengan ukuran 12 point pada kertas ukuran A4, dengan spasi 1,5, kemudian teks dibagi menjadi dua kolom, dengan batas kertas yaitu sebagai berikut : batas kiri dan atas 30 mm, batas kanan dan bawah 25 mm.
Pada bagian ini jelaskanlah bagian dasar dari artikel yang ditulis, yang mencakup uraian singkat tentang latar belakang, permasalah penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian yang didalamnya mencakup mendeskripsikan fenomena permasalahan yang diamati, kondisi nyata yang diperoleh yang dapat ditunjang dengan beberapa teori. Bagian selanjutnya dapat dipaparkan data-data ataupun fakta-fakta yang mendukung penelitian maupun gagasan pemikiran. Kemudian dapat dipaparkan fokus permasalahan dan tujuan dilakukannya penelitian.
Bagian-bagian yang dimaksud di atas tidak harus diuraikan dalam bentuk poin-poin terpisah. Ketajaman bagian ini merupakan pondasi bagi reviewer untuk menilai naskah yang dikirim.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan ini adalah jenis Penelitian Tindakan
7173 Kelas (PTK). Penelitian ini
dilaksanakan di SD Peleman 2, yang terletak di Kecamatan Gemolong. SD Peleman 2 ini tergolong di daerah perkotaan karena letaknya berada di dekat Kecamatan Gemolong. Jarak antara kecamatan Gemolong dengan SD Peleman 2 tidak lebih dari 4 kilometer. Adapun jumlah siswa yang diteliti ada 34 siswa dan berasal dari latar belakang ekonomi maupun sosial yang beragam.
C.Hasil Penelitian dan Pembahasan Rendahnya nilai siswa dari hasil pretest pada pokok bahasan perkalian menunjukkan bahwa sangat banyak siswa mendapatkan nilai dibawah KKM (Kriteria Kelulusan Minimal).
KKM matapelajaran Matematika kelas IV di SD Peleman 2 adalah 60.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pokok bahasan perkalian pada siswa kelas IV SD Peleman 2 perlu ditingkatkan.
Grafik 1. Grafik Nilai Tes Awal Sebelum Tindakan.
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa nilai awal sebelum dilaksanakan tindakan kepada kelas IV SD Peleman 2 hanya 13 siswa memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan KKM. Dengan prosentase siswa tuntas sebanyak 38,24%.
Sedangkan 21 siswa mendapatkan score di bawah nilai KKM dengan prosentase siswa tidak tuntas mencapai 61,76%. Pihak sekolah mengharapkan ketuntasan dalam setiap mata pelajaran mencapai lebih dari 80%. Dari hasil analisis pretest tersebut, maka perlu dilakukan tindak
lanjut untuk
meningkatkanpemahaman akan kemampuan perkalian bagi siswa kelas IV.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti melakukan wawancara dan juga
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
0 10-2324-3738-5152-6566-7980-93
Frekuensi
Interval Nilai
7174 sharing dengan guru kelas IV. Adapun
hasil dari sharing tersebut adalah untuk melaksanakan pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif teknik make a match.
Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Tahapan-tahapan yang telah dilakukan pada siklus I diantaranya adalah:
a. Perencanaan
Berdasarkan pengamatan dan pencatatan terhadap pembelajaran dan hasil belajar pada tes awal yang dilaksanakan di kelas, diperoleh informasi sebagai data awal bahwa siswa kelas IV SD Negeri Peleman 2 sebanyak 34 siswa terdapat 21 siswa atau sekitar 61,76% yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Setelah diskusikan dengan guru kelas, ternyata sebagian besar siswa belum memahami konsep berhitung perkalian. Berdasarkan hal tersebut, peneliti kemudian berkonsultasi dengan Kepala Sekolah. Adapun konsultasi berkaitan tentang mengenai penggunaan metode lain dalam peningkatan kemampuan berhitung perkalian pada siswa kelas empat dengan
menggunakan model pembelajaraan kooperatif teknik make a match.
Untuk perencanaan tindakan kelas yang dilakukan pada siklus I meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1) Memilih Kompetensi Dasar yang sesuai dengan pembahasan materi perkalian di kelas IV. Adapun untuk alasan memilih Kompetensi Dasar tersebut adalah:
a) Kompetensi dasar sub pokok materi perkalian sulit dikuasai oleh siswa kelas IV.
b) Kompetensi Dasar sub pokok bahasan perkalian nantinya dapat dipergunakan dalam kehidupan bagi para siswa.
c) Kurikulum yang berlaku dan harapan dari para orangtua terhadap hasil belajar siswa.
2) Menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP)
Dalam kegiatan ini hal-hal yang diperhatikan antara lain: Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, indikator, skenario pembelajaran, media, model dan sumber pembelajaran dan sistem penilaian.
3) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung dalam proses pembelajaran.
Adapun fasilitas dan sarana pendukung yang perlu disiapkan
7175 untuk pelaksanaan pembelajaran
antara lain:
a) Ruang belajar
Ruang belajar yang digunakan adalah ruang belajar yang biasa digunakan oleh para siswa. Meja dan tempat duduk siswa diatur membentuk huruf U sehingga memudahkan gerak siswa waktu pembelajaran kooperatif teknik make a match dilaksanakan.
b) Buku pelajaran
Buku pelajaran Matematika yang digunakan sebagai buku acuan belajar.
c) Media
Media yang digunakan adalah pasangan kartu soal beserta kartu jawaban yang berisi soal- soal pokok bahasan perkalian.
d) Lembar soal evaluasi
Lembar evaluasi yang digunakan dalam tahapan ini sebagai tes akhir dalam proses pembelajaran yang nantinya digunakan sebagai acuan menentukan keberhasilan siswa.
e) Lembar penilaian
Lembar penilaian digunakan sebagai instrumen penyaji hasil tes siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahapan ini, guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun.
Dalam tahapan ini guru melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik make a match. Media penunjang yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah media pasangan kartu soal dan kartu jawaban. Kegiatan pembelajaran di kelas diawali dengan berdoa bersama-sama kemudian guru mengabsen para siswa. Sebelum guru menjelaskan materi, guru harus mengkondisikan kelas agar siswa siap dalam menerima materi. Kegiatan selanjutnya yang dilakukan adalah guru memberikan apersepsi kepada siswa.
Pertemuan ini guru memulai pelajaran dengan menjelasan sekaligus mengarahkan siswa untuk melaksanakan tugas mencari pasangan kartu (make a match).
7176 Siswa memulai mengerjakan tugas
dengan mencari pasangan kartu setelah guru membagikan kartu soal maupun kartu jawaban ke seluruh siswa dan memberikan aba-aba bagi siswa untuk mencari pasangan kartu yang dipegangnya. Setelah ada siswa yang telah menemukan pasangan kartu yang dia pegang dan waktu sudah habis, maka kegiatan selanjutnya yaitu siswa yang telah menemukan pasangan kartu yang dipegangnya di presentasikan di depan kelas. Selesai presentai guru memberikan reward untuk siswa yang telah selesai presentasi agar meningkatkan motivasi siswa tersebut ataupun menimbulkan antusias siswa- siswa lainnya. Setelah beberapa pasangan siswa selesai melakukan presentasi guru mengumpulkan kembali kartu soal dan kartu jawaban untuk mempersiapkan proses mencari pasanagan untuk sesi berikutnya.
Setelah menyimpulkan hasil pembelajaran, kegiatan selanjutnya adalah guru membagikan tes individual. Seluruh siswa harus mengerjakan sendiri tes yang diberikan oleh guru, mereka dilarang untuk berdiskusi atau menyontek pekerjaan temannya. Tujuan dari tes ini adalah untuk mengetahui
pemahaman siswa dalam proses pembelajaran yang telah berlangsung.
Guru mengakhiri pembelajaran dengan memberikan tindak lanjut pemberian pekerjaan rumah serta pesan-pesan bagi siswa dilanjutkan menjelaskan secara singkat tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.
c. Observasi
Dalam kegiatan Observasi yang dilakukan memiliki tujuan untuk memperoleh data mengenai
kesesuaian pelaksanaan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dengan RPP yang telah disusun serta untuk mengetahui seberapa besar pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif teknik make a match yang dilaksanakan
menghasilkan perubahan
kemampuan berhitung perkalian bagi Siswa. Observasi tidak hanya ditujukan pada aktivitas atau partisipasi dalam proses pembelajaran, namun juga pada kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran termasuk suasana kelas pada setiap pertemuan.
Hasil Observasi :
7177 Berdasarkan lembar aktivitas siswa
dan hasil tes pada siklus I pada dapat disimpulkan sebagai berikut: a) perhatian siswa saat proses pembelajaran dalam kriteria cukup; b) kerjasama siswa saat proses pembelajaran dalam kriteria cukup; c) keaktifan siswa saat proses pembelajaran dalam kriteria cukup; d) tanggung jawab siswa saat mencari pasangan kartu soal dan kartu jawaban dalam kriteria cukup;dan e) kemampuan siswa dalam mengerjakan tes kurang.
d. Refleksi
Data-data yang diperoleh saat pembelajaran berlangsung baik melalui observasi, hasil catatan, maupun nilai tes siswa dijadikan satu untuk dianalisis. Berdasarkan data diperoleh selama proses pelaksanaan tindakan telah menunjukkan perubahan, baik pada aktivitas siswa namun pada pencapaian prosentase ketuntasan siswa yang baru mencapai 50%, ini berarti dari 34 siswa hanya 17 siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM.
Berdasarkan hasil observasi, siswa cukup aktif dalam proses pembelajaran dan antusias siswa sangat terlihat dari perhatian siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Walaupun masih terdapat beberapa siswa yang kelihatan masih belum paham serta kebingungan saat harus mencari pasangan kartu soal dan kartu jawaban. Adapun untuk nilai rata-rata kelas yang dicapai sebesar 51,18 dari 34 siswa, yang memperoleh nilai di bawah KKM sebanyak 17 siswa. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik make a match.
Hambatan-hambatan yang terjadi saat siklus 1 terjadi antara lain:
1) Ada beberapa siswa yang nilainya masih rendah, karena kurang memahami materi perkalian;
2) Pada saat mencari pasangan kartu soal dan kartu jawaban terlihat ada siswa masih kebinggungan menentukan jawaban dari kartu yang dia pegang; dan
3) Suasana kelas sedikit gaduh ketika para siswa melakukan mencari pasangan kartu soal dan kartu jawaban dan pada waktu presentasi. Metode make a match sendiri menuntut mobilitas siswa yang tinggi saat mencari pasangan, sehingga siswa ditengah mencari pasangan kartu
7178 yang dipegang siswa bergurau
dengan temannya.
Dengan munculnya beberapa hambatan pada saat pembelajaran, maka perlu adanya perbaikan yang dilanjutkan pada dalam siklus II.
Tindakan Siklus II
Adapun tahapan-tahapan yang di lakukan pada siklus II adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Dalam perencanaan tindakan kelas pada siklus II ada beberapa kegiatan- kegiatan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Menyusun RPP
Berdasarkan dari siklus I yaitu dari kegiatan refleksi dan evaluasi menunjukkan bahwa para siswa kelas IV belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan belajar perkalian yang cukup signifikan.
Karena dari nilai prosentase ketuntasan hasil belajar siswa masih jauh dari indikator kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu dengan pengarahan dari Kepala Sekolah dan masukan dari guru-guru yang lain, kembali menyusun RPP dengan lebih detail dan juga teliti untuk mengulang
pembelajaran dengan sub bab perkalian.
Adapun penyusunan RPP masih sama dengan Siklus I antara lain: a) Menentukan kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator yang akan dicapai, b) Mempersiapkan alat-alat dan media yang akan digunakan, c) Menyusun RPP untuk siklus II.
Mengingat hasil analisis dari tes pada siklus I menunjukan bahwa sebagian masih ada siswa yang mengalami kesulitan menentukan hasil perkalian maka rancangan kegiatan belajar mengajar menekankan pada penambahan media tabel perkalian pada proses pembelajaran kooperatif teknik make a match. Jadi kegiatan mencari pasangan kartu soal dan kartu jawaban (make a match) di akhiri presentasi dengan menggunakan tabel perkalian untuk membantu siswa melakukan konfirmasi dari kegiatan mencari pasangan kartu soal dan kartu jawaban (make a match) yang dilakukan. Selain itu pada siklus II kegiatan pembelajaran menekankan pada pemahaman konsep perkalian sebagai penjumlahan berulang yang diikuti kegiatan penjelasan teknik make a match.
7179 Adapun untuk sarana pendukung
yang harus disiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran yaitu:
a) Ruang belajar
Ruang belajar yang digunakan oleh siswa adalah kelas yang biasa digunakan setiap hari.
Meja dan tempat duduk siswa dibuat membentuk huruf U sehingga memudahkan gerak siswa waktu pembelajaran teknik make a match dilaksanakan.
b) Buku pelajaran
Buku pelajaran Matematika digunakan sebagai buku acuan belajar.
c) Media
Media yang digunakan adalah pasangan kartu soal dan kartu jawaban yang berisi soal-soal pokok bahasan perkalian. Selain itu media lain yang digunakan adalah tabel perkalian.
d) Lembar soal evaluasi
Lembar soal evaluasi berfungsi sebagai tes akhir saat proses pembelajaran akan diakhiri. Tes ini yang nantinya digunakan sebagai acuan menentukan keberhasilan siswa.
e) Lembar penilaian
Lembar penilaian digunakan sebagai instrumen penyaji hasil tes siswa.
f) Lembar observasi
Lembar observasi yang digunakan ada dua yaitu lembar observasi siswa dan lembar observasi guru. Untuk lembar observasi siswa digunakan sebagai instrumen penyaji aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Sedangkan untuk lembar observasi guru digunakan sebagai instrumen penyaji kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan
Dalam Pelaksanaan tindakan kelas pada siklus II dengan menggunakan model pembelajaran koopertaif teknik make a match dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan. Mengingat analisis terhadap hasil pekerjaan siswa saat Siklus I, prosentase yang sangat besar menunjukkan bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam berhitung perkalian, maka kegiatan proses pembelajaran dengan mencari pasangan kartu soal dan kartu jawaban (make a match) di akhiri presentasi dibantu dengan alat peraga
7180 yaitu menggunakan tabel perkalian
untuk membantu siswa melakukan konfirmasi. Kegiatan pembelajaran di kelas diawali dengan berdo’a bersama-sama dilajutkan guru mengabsen siswa. Setelah itu guru mengkondisikan siswa untk siap belajar sebaik mungkin sebelum masuk ke materi. Karena pada siklus I guru kurang berhasil dalam mengelola kelas, sehingga masih banyak murid yang masih bergurau sendiri dan tidak melakukan diskusi dengan baik, maka sebelum masuk ke materi guru dan siswa mengadakan kontrak pembelajaran yang isinya peraturan- peraturan yang harus ditaati selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Kontrak tersebut dimaksudkan agar siswa disiplin dalam selama pembelajaran berlangsung. Meskipun kegiatan pembelajaran ditekankan pada kegiatan yang menyenangkan tetapi siswa juga harus berdisiplin.
Untuk apersepsi, guru mengajak siswa tanya jawab tentang pelajaran yang telah lalu. Dilanjutkan dengan melakukan tanya jawab masalah yang mengandung perkalian. Setelah kegiatan tanya jawab guru menjelaskan sekali lagi tujuan dari materi perkalian yang ingin dicapai oleh siswa.
Setelah penjelasan dan tanya jawab selesai guru memberikan penjelasan dan mengarahkan siswa untuk melaksanakan tugas mencari pasangan kartu (make a match).
Siswa memulai tugas mencari pasangan kartu (make a match) setelah guru membagikan kartu ke seluruh siswa dan memberikan aba- aba bagi siswa untuk mencari jawaban kartu yang dipegangnya.
Mengingat pada siklus I berlangsung, bagi siswa yang telah menemukan pasangan kartu cenderung ramai sendiri dengan temannya, pada siklus II ini guru menginstruksikan bagi siswa yang sudah menemukan pasangan untuk langsung duduk tanpa menunggu perintah aba-aba waktu habis.
Guru memberikan aba-aba waktu habis sebagai tanda waktu mencari pasangan kartu telah habis dan semua siswa baik yang sudah menemukan ataupun yang belum menemukan pasangan kartu kembali duduk dianjutkan prsentasi dari siswa yang telah menemukan pasangan kartu yang dipegangnya. Pada siklus II ini presentasi dilakukan dengan bantuan tabel perkalian hal ini untuk mengkonfirmasi hasil pasangan kartu siswa benar atau salah. Selain itu
7181 tabel perkalian membantu siswa
dalam berlatih berhitung perkalian.
Selesai presentai guru memberikan reward untuk siswa yang telah selesai presentasi agar meningkatkan motivasi siswa tersebut ataupun menimbulkan antusias siswa-siswa lainnya. Setelah beberapa pasangan siswa selesai melakukan presentasi guru mengumpulkan kembali kartu soal dan kartu jawaban untuk mempersiapkan proses mencari pasangan untuk sesi berikutnya dilanjutkan bersama-sama menyimpulkan pembelajaran.
c. Observasi
tujuan dari kegiatan observasi yaitu untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dengan RPP serta untuk mengetahui seberapa besar pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif teknik make a match yang dilaksanakan menghasilkan perubahan pada kemampuan berhitung perkalian bagi siswa kelas IV.
Hasil Observasi:
Berdasarkan lembar aktivitas siswa dan hasil tes pada siklus II pada dapat disimpulkan sebagai berikut: a) perhatian siswa saat proses pembelajaran dalam kriteria baik; b) kerjasama siswa saat proses pembelajaran dalam kriteria baik; c) keaktifan siswa saat proses pembelajaran dalam kriteria baik; d) tanggung jawab siswa saat mencari pasangan kartu soal dan kartu jawaban dalam kriteria baik; dan e)
kemampuan siswa dalam
mengerjakan tes baik.
d. Refleksi
Data yang didapat dalam kegiatan observasi dikumpulkan kemudian dilakukan dianalisis. Berdasarkan hasil kegiatan observasi yang telah dilaksanakan pada silkul II baik pertemuan I ataupun pertemuan II, menunjukkan sebuah perubahan pada siswa. Perubahan ini terjadi baik pada aktivitas siswa maupun pada pencapaian hasil belajar. Pada pertemuan ini hasil belajar siswa menunjukkan target pencapaian prosentase ketuntasan mencapai 82,35%. Adapun hasil dari refleksi dapat diuraikan sebagai berikut:
Berdasarkan data nilai kemampuan berhitung perkalian siswa hasil
7182 pengamatan selama proses
pembelajaran berlangsung, siswa sangat aktif dan antusias dalam proses pembelajaran. Siswa yang pada siklus I kelihatan masih belum paham serta kebingungan saat mencari pasangan kartu soal dan kartu jawaban pada siklus II sudah lebih lancar. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai matematika sebesar 72,94 dari 34 siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM sebanyak 8 siswa. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik make a match.
Gambar 2. Grafik Nilai Tes Pada Siklus II.
Pada akhirnya pemahaman akan berhitung perkalian pada siswa kelas IV SD Negeri Peleman 2 Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen dapat meningkat. Berdasarkan adanya peningkatan kemampuan dan pemahaman pada siswa, maka
pelaksanaan perbaikan dianggap cukup dan diakhiri pada Siklus II.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis dan pengamatan, menunjukkan adanya peningkatan. Peningkatan yang ditunjukkan oleh siswa dalam pembelajaran antara lain:
1. Kemampuan siswa dalam mengerjakan tes lebih meningkat.
Siswa lebih perhatian dalam mengikuti pembelajaran;
2. Kerja sama antar teman sekelas lebih bagus;
3. Siswa lebih aktif berinteraksi dengan guru maupun dengan temannya;
4. Rasa tanggung jawab siswa dalam pembelajaran semakin meningkat.
Sedangkan perkembangan kemampuan berhitung perkalian siswa kelas IV SD Negeri Peleman 2 Kecamatan Gemolong, dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1. Data nilai berhitung perkalian siswa kelas IV sebelum ada tindakan.
Analisis dari hasil tes awal diperoleh nilai rata-rata sebesar 54,41. Nilai rata-rata yang didapat tersebut masih jauh dari harapan
0 5 10 15
Frekuensi
Nilai Interval
7183 guru. Sedangkan besarnya
prosentase ketuntasan pada berhitung perkalian 38,24%, dari pihak sekolah diharapkan mencapai lebih dari 80%. Dari analisis tes awal tersebut, maka dilakukan tindakan untuk meningkatkan pemahaman, prestasi siswa, kemampuan siswa, serta aktivitas dalam proses pembelajaran, terutama pada materi berhitung perkalian.
Pada kondisi awal belum ada suatu metode untuk meningkatkan pemahan siswa terhadap pembelajaran berhitung perkalian, sehingga nilai yang didapat siswa masih banyak yang ada dibawah KKM yang telah ditentukan.
2. Data nilai berhitung perkalian siswa kelas IV siklus I
Proses pembelajaran dilaksanakan dengan sangat terencana dimulai dari kegiatan awal, inti, dan penutup.
Kegiatan ini terfokus untuk mengajak siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Keaktifan siswa diharapkan mulai dari tahap penyajian materi yang dilakukan guru secara klasikal, yaitu sebelum siswa memulai mencari pasangan kartu soal dan kartu jawaban, sebelumnya guru menjelaskan materi yang akan dipelajari serta memberikan orientasi
tugas yang akan dikerjakan oleh siswa.
Selanjutnya tahap kerja mencari pasangan kartu siswa memulai setelah menerima kartu yang dibagikan guru dan ada aba-aba mulai. Kegiatan siswa mencari pasangan kartu berakhir dengan aba- aba waktu habis dari guru dan kembali ke tempat duduknya. Dilanjutkan presentasi pasangan kartu yang siswa temukan. Tahap berikutnya adalah tahap tes, kegiatan yang dilakukan yaitu guru membagikan soal mengenai materi perkalian. Dan tahap terakhir ialah penilaian, guru menilai hasil tes para siswa lalu perhitungan skor perkembangan individu didasarkan pada skor awal yaitu nilai hasil evaluasi pada setiap akhir siklus.
Siklus I dilaksanakan berupa penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dengan kemampuan berhitung perkalian. Dari hasil analisis data kenaikan prestasi belajar tuntas naik 8,82% dengan nilai batas tuntas 60, siswa yang tuntas pada siklus I sebesar 47,06%, yang semula pada tes awal hanya terdapat 38,24% siswa mencapai batas tuntas.
Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 10 dan pada
7184 siklus I nilai terendah juga 10.
Sedangkan nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 90 naik menjadi 100.
Nilai rata-rata kelas yang pada tes awal sebesar 54,41 pada siklus I naik menjadi 57,35, nilai tersebut belum berada di atas nilai rata-rata yang diinginkan dari pihak kepaa sekolah.
Grafik 3. Grafik Perbandingan Hasil Belajar Siswa sebelum Tindakan, setelah diberikan Tindakan
Siklus I, dan siklus II.
Dari hasil analisis data perkembangan prestasi belajar siswa pada siklus II dapat disimpulkan bahwa hasil tes siswa tuntas naik 35,29% dibanding siklus I sedangkan dibanding sebelum tindakan naik 44,11% dengan nilai batas tuntas 60, siswa yang tuntas belajar pada siklus II sebesar 82,35%, yang semula pada tes awal hanya terdapat 38,24% siswa
mencapai batas tuntas dan pada siklus I sebesar 47,06%.
Besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal 10, pada siklus I tetap 10, dan siklus ke II mengalami kenaikan menjadi 20 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 90 pada tes awal naik menjadi 100 di siklus I kemudian pada siklus ke II tetap 100. Nilai rata-rata kelas yang pada tes awal sebesar 54,41 pada siklus I naik menjadi 57,35 dan siklus ke II naik menjadi 76,76 nilai tersebut sudah berada di atas nilai rata-rata yang diinginkan dari pihak guru dan kepala sekolah.
Berdasarkan siklus I dan II dapat kita ketahui bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dapat meningkatkan nilai pembelajaran yang didasari dengan kerjasama dalam kelompok berpasangan. Anita Lie (2008) menyatakan keberhasilan suatu karya bergantung pada usaha setiap anggotanya. Jadi dalam pembelajaran ini sangat diperlukan adanya kerjasama yang saling menguntungkan.
Dengan demikian dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa model pembelajaran teknik make a match efektif untuk meningkatkan
0 20 40 60 80 100 120
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Rata-rata Nilai
Siswa Belajar Tuntas Tes Awal Siklus I Siklus II
7185 kemampuan berhitung perkalian bagi
Siswa Kelas IV SD Negeri Peleman 2 Kecamatan Gemolong khususnya dan siswa kelas IV Sekolah Dasar- Sekolah Dasar lain pada umumnya.
D. SIMPULAN
Berdasarkan hasil tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dalam pembelajaran Matematika pokok bahasan berhitung perkalian bagi siswa kelas IV SD Negeri Peleman 2 dapat ditarik sebuah simpulan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dapat meningkatkan kemampuan berhitung perkalian dan meningkatkan proses pembelajaran berhitung perkalian bagi siswa kelas IV SD Negeri Peleman 2. Dengan demikian, dapat diajukan rekomendasi bahwa pembelajaran berhitung perkalian menggunakan model pembelajaraan kooperatif teknik make a match dapat meningkatkan kemampuan berhitung perkalian bagi Siswa Kelas IV.
DAFTAR PUSTAKA
Anita Lie. 2002. Cooperative Learning.
Jakarta: Grasindo.
Cicih Sunarsih. 2007. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar di SD. Bandung: Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan P4TK TK dan PLB.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta bekerjasama dengan Depdikbud
Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif.
Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
______ dan Mohd. Arif. Hj. Ismail.
2008. Model-model Pembelajaran Mutakhir.
Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Hanafiah dan Cucu Suhana. 2009.
Konsep Strategi
Pembelajaran. Bandung:
PT. Ravika Aditama.
Hardojo Herman.1998. Matematika (Geometri). Bandung : Balai Penataran Guru Tertulis Depdikbud.
Lisnawaty Simanjutak ,dkk. 1993.
Metode Mengajar
Matematika. Jakarta:
Rineka Cipta.
Mulyono Abdurrahman. 1999.
Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Robert E.Slavin. 2008. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.
7186 Soemarsono. 2007. Strategi Belajar
Mengajar. Surakarta: UNS Press
Sugiyanto. 2009. Model-model Pembelajaran Inovatif.
Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13.
Sunardi. 1997. Pendidikan Matematika. Bandung:
Dirjen Dikti.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.