Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas III SD Negeri 2 Kalibening. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif make a match dapat meningkatkan hasil belajar IPS di SD Negeri 2 Kalibening.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Berdasarkan tabel 1.1 di atas dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa pada proses pembelajaran IPS kurang berhasil. Diharapkan dengan model pembelajaran ini, guru dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran IPS dan kegiatan pembelajaran di kelas III SD Negeri 2 Kalibening.
Identifikasi Masalah
Pembelajaran dengan model ini akan lebih menarik minat siswa dalam belajar, siswa mencari pasangan kartu dan jawaban sambil belajar tentang suatu konsep atau topik dalam suasana belajar yang menyenangkan. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS masih rendah, hal ini ditunjukkan dengan nilai yang tidak mencapai KKM.
Batasan Masalah
Rumusan Masalah
- Manfaat Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas III IPS di SD Negeri 2 Kalibening melalui penerapan model pembelajaran kooperatif make a match. Menciptakan suasana baru yang menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran agar tidak monoton, sehingga diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS melalui model pembelajaran kooperatif make a match.
Penelitian yang Relevan
Dengan memberikan pelatihan penerapan model pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan di SD Negeri 2 Kalibening. Nilai rata-rata pembelajaran telah memenuhi kriteria memiliki dada diatas 3,40% atau berada pada kategori baik dan hasil tes evaluasi siswa telah memenuhi kriteria keberhasilan sebesar 75%.
Hasil Belajar
- Pengertian Hasil Belajar
- Jenis-Jenis Hasil Belajar
- Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Jenis hasil belajar meliputi kemampuan tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor.12 Dalam penelitian ini, peneliti lebih memfokuskan pada ranah kognitif. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibagi menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Pembelajaran Cooperative Learning
- Pengertian Pembelajaran Cooperative Learning
- Karakteristik Model Pembelajaran Cooperative Learning
- Tujuan dan Manfaat Model Pembelajaran Cooperative Learning Belajar cooperative learning menekankan pada tujuan dan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang menitikberatkan pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada proses bekerja sama dalam kelompok.
Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Make A Match
- Pengertian Model Make A Match
- Langkah-Langkah Model Tipe Make A Match
- Kelebihan dan Kelemahan Model Make A Match
- Tujuan IPS
- Ruang Lingkup IPS
- Materi
Keunggulan penerapan pembelajaran kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan, terutama berupa input pada level individu. Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif making a match adalah model belajar kelompok dengan cara mencari pasangan kartu soal dan kartu jawaban.
Hipotesis Penelitian
Namun pernahkah Anda memperhatikan pekerjaan seperti penyapu jalan, pemulung, pembantu rumah tangga atau pengantar koran.
Definisi Operasional Variabel
Dengan menggunakan model make a match diharapkan dapat membantu siswa untuk lebih mudah mengingat dan memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru, sehingga hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS akan meningkat. Hasil belajar sendiri merupakan hasil yang dicapai dari kegiatan peserta didik yang menjalani pendidikan dalam waktu tertentu yang telah ditentukan sebelumnya, yang terbatas pada pengetahuan atau ingatan, pemahaman dan penerapan.
Setting Penelitian
Subjek Penelitian
Prosedur Penelitian
- Tahap Perencanaan
- Tahap Pelaksanaan
- Tahap Pengamatan (Observasi)
- Tahap Refleksi
Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat rangkaian kegiatan yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran. Menyiapkan alat penelitian yaitu lembar observasi untuk mengamati aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran. G.
Teknik Pengumpulan Data
Implementasi tindakan II. siklus untuk menentukan tercapainya tujuan yang diinginkan, maka siklus tindakan ini untuk menunjukkan apakah ada perubahan dan peningkatan hasil belajar setelah siswa menerima tindakan pada siklus I. Jika target pencapaian pada II. belum tercapai maka dilakukan tindakan pada siklus berikutnya (siklus III).
Instrumen Penelitian
Tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Hasil belajar tersebut terlihat dari hasil yang diperoleh setelah proses pembelajaran pada setiap siklusnya dengan menggunakan model make a match.
Indikator Keberhasilan
Hasil Penelitian
- Deskripsi Lokasi Penelitian
- Deskripsi Data Hasil Penelitian
SD Negeri 2 Kalibening memiliki sarana dan prasarana yang baik serta gedung sekolah yang cukup luas. Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas III IPS di SD Negeri 2 Kalibening.
Tahap Pelaksanaan
Selain itu, guru menjelaskan materi yang akan diajarkan, dan siswa menyiapkan buku-buku yang sesuai. Kemudian guru menyuruh siswa mencari pasangan yang memiliki kartu yang sesuai dengan kartu tersebut (soal dan jawaban). Guru membantu siswa yang kesulitan menemukan jawaban dengan mencari siswa lain yang tidak menemukan pasangannya.
Terdapat siswa yang belum menemukan jawabannya, kemudian siswa diminta untuk mendiskusikan kartu yang dibawanya, apakah soal yang dikerjakannya benar dan apakah ada jawabannya. Guru mengatakan bahwa ketika waktu habis dan ada siswa yang belum menemukan pasangannya, mereka diminta untuk berkumpul sendiri. Guru menanyakan apakah siswa menyukai pembelajaran dengan model make a match, beberapa siswa menjawab suka.
Hasil Pengamatan (Observasi)
Pada proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif make a match kegiatan pembelajaran yang diamati antara lain mendengarkan penjelasan guru, aktif bertanya dan memberikan umpan balik, berpartisipasi dalam pembelajaran make a match sesuai dengan langkah-langkah yang diberikan. pelaksanaan pembelajaran menggunakan model make a match, aktif berdiskusi dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Berdasarkan tabel 4.11 diatas, aktivitas siswa pada pertemuan pertama masih kurang karena banyak siswa yang belum memahami materi, hal ini terlihat dari aspek mendengarkan penjelasan guru sebesar 54,54%, aktif bertanya dan memberikan komentar adalah masih rendah. sebesar 48,86% ini pertama ketika guru selesai menjelaskan materi dan guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, siswa malu dan takut melakukan kesalahan, kemudian mereka hanya diam dan menunduk, menunduk dalam arti kekurangan berani mengemukakan pendapat karena takut melakukan kesalahan saat menjawab pertanyaan guru. Proses pembelajaran menggunakan model make a match sebesar 60,22%, masih ada siswa yang membuat lelucon selama proses pembelajaran.
Setelah siswa melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe match, dilakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa. Ujian hasil belajar siswa ditunjukkan dengan nilai pretest pada Sesi I yang diberikan kepada 22 siswa. Berdasarkan tabel 4.12 di atas terlihat bahwa hasil pre-test yang diberikan untuk mengetahui kemampuan awal siswa masih sangat rendah.
Refleksi Pertemuan I
Karena dari 22 siswa tersebut terdapat 16 siswa yang belum tuntas, masing-masing persentase siswa yang belum tuntas sebesar 72,7%. pembelajaran berkembang dan perbaikan serta penyempurnaan harus dilakukan. Rendahnya aktivitas menjawab pertanyaan disebabkan karena malu dan takut salah dalam mengungkapkan pikiran, karena masih canggung dengan guru baru. Guru memperingatkan dan mengawasi siswa yang kurang aktif, yang berbicara, melamun dan bermain selama proses pembelajaran dan selama diskusi.
Ketika siswa mulai membuat kegaduhan, guru harus dapat menarik perhatian siswa, seperti bertepuk tangan atau bernyanyi bersama. e) Guru harus maksimal dalam penerapan model pembelajaran. f) Guru harus maksimal dalam melengkapi dan menguatkan materi yang disampaikan. g) Manajemen waktu dan manajemen waktu harus lebih baik.
Refleksi Pertemuan II
Setelah pembelajaran menggunakan model make a match pada siklus I pertemuan II, selanjutnya dilakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Pada pertemuan kedua, ada beberapa kendala lagi yang muncul selama proses berlangsung. pembelajaran sedang berlangsung dan perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Karena malu dan takut salah dalam mengemukakan pendapat, aktivitas menjawab pertanyaan masih rendah, namun beberapa siswa mulai berani bertanya.
Pertama) 1) Tahap Perencanaan
Refleksi Siklus II Pertemuan I
Hambatan tersebut adalah rendahnya aktivitas menjawab pertanyaan karena malu dan takut salah dalam mengemukakan pendapat, namun beberapa siswa sudah mulai berani bertanya. Kemudian observer dan peneliti berdiskusi dan mengevaluasi langkah-langkah yang dilakukan untuk perubahan dan perbaikan pembelajaran yaitu guru memberikan penghargaan kepada siswa yang mampu.
Kedua) 1) Tahap Perencanaan
Refleksi Siklus II Pertemuan II
Setelah pembelajaran selesai dengan menggunakan model make a match pada siklus II dilakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Dalam proses pembelajaran, siswa senang dalam proses pembelajaran karena bisa bermain sambil belajar, mencari pasangan untuk mencocokkan kartu soal dan jawaban. Siswa merasa terkesan selama proses pembelajaran dengan menciptakan model kecocokan dalam pembelajaran IPS di kelas.
Pembahasan
- Hasil Analisis Kegiatan Mengajar Guru dengan Menerapkan Model Make A Match Siklus I dan Siklus II
- Hasil Analisis Kegiatan Belajar Siswa dengan Model Model Make A Match Siklus I dan Siklus II
- Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
Hasil Analisis Aktivitas Pembelajaran Guru yang Menerapkan Model Make A Match Siklus I dan Siklus II Make a Match Siklus I dan Siklus II. Hasil persentase rata-rata aktivitas mengajar guru yang menggunakan model pembelajaran kooperatif make-a-match pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.22 berikut ini. Hasil analisis aktivitas belajar siswa dengan model Make A Match Siklus I dan siklus II Kesesuaian siklus I dan siklus II.
Hasil penelitian dan persentase rata-rata aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model make a match pada Siklus I dan Siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.23 berikut ini. Hal ini terbukti pada siklus I hasil rata-rata 59,71% dan siklus II hasil rata-rata 76,60% meningkat sebesar 7,36%. Berdasarkan tabel 4.24 dan gambar 4.12 di atas, perbandingan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan.
Kesimpulan
Hal ini dibuktikan dengan persentase hasil tes pada siklus I dan siklus II yang dicapai berdasarkan tes tertulis pada siswa berupa soal esai yang berisi sebanyak 5 butir soal. Pada siklus I dengan hasil ketuntasan belajar sebesar 45,45% kemudian terjadi peningkatan ketuntasan sebesar 31,82% pada siklus II dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 77,27%.
Saran
Oleh karena itu, penggunaan model pembelajaran make a match pada mata pelajaran IPS adalah III. kelas dinilai berhasil terutama pada materi kerja berbasis masyarakat, karena terjadi peningkatan dan pencapaian target indikator kinerja sebesar 70% pada penelitian ini. dari KKM 64. Kami berharap sekolah lebih proaktif dalam memotivasi guru kelas yang akan menggunakan model tersebut dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.
Senin 24 September 2018 pukul Pukul 09.00 WIB di SD Negeri 2 Kalibening, berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelas III Ibu Supatmi, S.Pd peneliti memperoleh informasi bahwa rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh berbagai faktor yaitu pada saat proses pembelajaran , para siswa membuat keributan di kelas. 4 x 35 menit Buku IPS Terpadu Kelas III SD/MI, Tim Pembina Guru (Tim BKG), Penerbit Erlangga.
Maret 2019 Mengetahui,
- Standar Kompetensi
- Kompetensi Dasar
- Indikator
- Alokasi Waktu 2 x 35 menit
- Tujuan Pembelajaran
- Materi Pembelajaran 1. Jenis-jenis kebutuhan
- Media dan Sumber Belajar 1. Karton/kertas
- Penilaian
- Materi Pembelajaran
- Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan pertama
- Media dan Sumber Belajar 3. Karton/kertas
Nama Sekolah : SD Negeri 2 Kalibening Mata Pelajaran : IPS Kelas/Semester : III (Tiga)/II (Dua). Guru menjelaskan tentang jenis pekerjaan yang ada di lingkungan sekitar dan jenis pekerjaan yang menghasilkan barang dan pekerjaan yang menghasilkan jasa.
DAN I