• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DAN KREATIVITAS ANAK MELALUI KEGIATAN MOZAIK DENGAN BERBAGAI MEDIA

N/A
N/A
Teguh Riyanto

Academic year: 2023

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DAN KREATIVITAS ANAK MELALUI KEGIATAN MOZAIK DENGAN BERBAGAI MEDIA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DAN KREATIVITAS ANAK MELALUI KEGIATAN MOZAIK

DENGAN BERBAGAI MEDIA PADA KELOMPOK B TK TUNAS BANGSA MENGORI KECAMATAN

PEMALANG KABUPATEN PEMALANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018

MAYA ROSITA DAMAYANTI, 825349412 mayarositadamayanti0205@gmail.com

ABSTRAK

Maya Rosita Damayanti, 2018. Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus dan Kreativitas Anak melalui Kegiatan Mozaik dengan Berbagai Media pada Kelompok B TK. Pertiwi Tunas Bangsa Mengori Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran 2017/2018.

Kegiatan Perbaikan Pembelajaran yang dilakukan di TK. Pertiwi Tunas Bangsa Mengori Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran 2017/2018, dengan subjek penelitian anak kelompok B yang berjumlah 22 anak. Penelitian dilakukan melalui2 siklus, dengan melaksanakan kegiatan mozaik dengan berbagai media untuk meningkatkan kemampuan motorik halus dan kreativitas. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat peningkatan kemampuan motorik halus dan kreativitas anak. Peningkatan anak yang masuk kategori sudah mampu dari 4 anak (18%) pada prasiklus naik menjadi 10 anak (45%) pada siklus I dan pada siklus II naik menjadi 18 anak (82%). Anak yang cukup mampu mengalami penurunan dari 6 anak (27%) pada prasiklus menjadi 5 anak (23%) pada siklus I dan pada siklus II menurun menjadi 2 anak (9%) sedangkan anak yang kurang mampu juga mengalami penurunan dari 12 anak (55%) pada prasiklus menjadi 7 anak (32%) pada siklus I dan pada siklus II menurun lagi menjadi 2 anak (9%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan teknik mozaik dengan berbagai media di dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan motorik halus dan kreativitas anak kelompok B TK. Pertiwi Tunas Bangsa Mengori Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang.

Kata kunci : motorik halus, kreativitas, mozaik

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Masa anak merupakan masa belajar yang potensial. Kurikulum untuk anak usia dini/TK harus benar-benar memenuhi kebutuhan anak dan sesuai dengan tahap perkembangan, serta dirancang untuk membuat anak mengembangkan potensinya secara utuh. Selain itu, kreativitas anak dimungkinkan akan tumbuh dan berkembang

(2)

dengan baik apabila lingkungan keluarga, rumah maupun sekolah turut menunjang mereka dalam mengekspresikan kreativitasnya. Lingkungan memiliki pengaruh yang besar dalam perkembangan kreativitas anak. Kreativitas seorang anak tidak akan berkembang jika lingkungan tidak mendukung.

Berdasarkan tujuan pendidikan Nasional yang tercantum pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 14 dinyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki tahap pendidikan selanjutnya.

Anak usia 4-6 tahun sedang mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan dengan pesat. Aspek-aspek perkembangan yang perlu diperhatikan pada anak usia dini diantaranya aspek nilai-nilai agama dan moral, kognitif, bahasa, sosial emosional, dan fisik motorik. Semua aspek ini dapat berkembang dengan baik dengan adanya pengembangan dan pembinaan anak usia dini yang berkualitas. Salah satu pengembangan tersebut adalah pengembangan keterampilan motorik secara tepat dan terarah dimana perkembangan motorik pada anak sendiri meliputi dua hal yaitu motorik kasar dan motorik halus.

Kemampuan motorik halus seperti yang dikemukakan di atas memerlukan latihan-latihan yang tepat agar berkembang secara maksimal seperti melatih kemampuan anak melengkungkan telapak tangan, membentuk cekungan telapak tangan , melatih jari telunjuk dan jempol untuk memegang suatu benda, melatih jari tengah jari manis dan kelingking untuk menguatkan pegangan suatu benda dengan jari telunjuk dan jempol untuk tangan, membuat lingkaran berbentuk huruf “O”

dengan jempol dan telunjuk. Untuk melatih motorik halus ini diawali dengan latihan- latihan sederhana yang dapat dilakukan berulang-ulang, misalnya dalam kegiatan memasang puzzle, mencocok gambar, dan menyusun bentuk-bentuk geometri pada kolom sesuai bentuknya.

(3)

Mozaik merupakan salah satu jenis latihan motorik halus dengan cara menyusun helaian potongan-potongan kertas, memberi lem, kemudian ditempel pada sebuah pola gambar. Anak-anak akan tertarik dan tidak lekas bosan ketika melihat gambar, dan mereka tergerak untuk menempelkan helaian potongan kertas sesuai pola gambar. Maka tanpa disadari mozaik ini akan melatih motorik halus anak

Pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berpengaruh pada kreativitas anak, jika anak berkembang dengan baik maka anak dapat berkreativitas sesuai dengan kemampuannya. Kreativitas akan muncul pada anak yang memiliki motivasi tinggi, rasa ingin tahu, dan imajinasi. Anak yang kreatif akan selalu mencari dan menemukan jawaban dalam memecahkan masalah, selalu bersikap terbuka terhadap sesuatu yang baru dan tidak diketahui sebelumnya serta memiliki sikap yang lentur (fleksibel), suka mengekspresikan diri dan bersikap natural (asli). Oleh karena itu, kreativitas sangat penting untuk dikembangkan pada anak usia dini untuk persiapan kehidupan dimasa dewasanya.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di TK. Pertiwi Tunas Bangsa Mengori kelompok B, yaitu dari 22 anak yang kemampuan motorik halusnya sudah mampu hanya 4 anak atau 18% yang tergolong cukup mampu 6 anak atau 27% yang tergolong belum mampu 12 anak atau 55%. Kreativitas anak juga terlihat masih sangat rendah dari hasil pengamatan selama pembelajaran dari 22 anak hanya 4 anak atau 18% yang kreatif 5 anak atau 23% cukup kreatif, sedangkan sisanya 13 anak atau 59% kurang kreatif. Anak-anak masih mengalami kesulitan dalam menggerakkan koordinasi tangan dan mata khususnya dalam kegiatan menempel (mozaik) benda-benda kecil, anak masih banyak meminta bantuan guru. Ketika pembelajaran mozaik masih ada anak-anak yang menempel tidak sesuai pola gambar.

Untuk mengatasi permasalahanan yang timbul dalam pembelajaran di kelas ini, maka dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dilakukan perbaikan dalam proses belajar mengajar dalam kelas, sebaiknya pada saat kegiatan pembelajaran di kelas guru melakukan kegiatan yang menyenangkan, mengajak anak aktif dalam pembelajaran di kelas, serta penggunaan media yang lebih menarik perhatian anak.

Peneliti memilih kegiatan mozaik dengan berbagai media yang bertujuan untuk

(4)

meningkatkan kemampuan motorik halus anak.. Di dalam kegiatan mozaik anak akan berlatih mengembangkan kreativitasnya dan melatih motorik halusnya dengan mengkoordinasikan jari tangan dan mata.

Setelah dilakukan identifikasi terhadap permasalahan di atas, diketahui beberapa kekurangan yang disebabkan oleh anak didik dalam pembelajaran, antara lain: 1) Beberapa anak masih dibimbing dalam mengerjakan kegiatan mozaik dan hanya sebagian anak yang bisa melakukannya sendiri. 2) Penggunaan mozaik untuk mengembangkan kreativitas belum banyak digunakan. 3) Kemampuan koordinasi antara tangan dan mata yang masih rendah yang menjadikan kemampuan motorik halusnya rendah. 4) Kreativitas yang muncul pada diri anak belum mencapai hasil yang optimal. 5) Pemilihan kegiatan pembelajaran yang kurang bervariatif sehingga anak tidak tertarik dengan pembelajaran

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas peneliti melakukan analisis permasalahan sehingga dapat ditemukan penyebab permasalahan dalam pembelajaran yang dilakukan peneliti, antara lain: 1) Anak mulai diajarkan untuk mengerjakan sendiri tugas yang diberikan oleh guru. 2) Kegiatan pembelajaran motorik dibuat bervariasi dan tidak hanyan menggambar dan mewarnai. 3) Melatih koordinasi antara tangan dan mata anak dengan memilih kegiatan pembelajaran yang lebih banyak menggunakan keduanya. 4) Merancang pembelajaran dengan kegiatan yang dapat memacu kreativitas anak. 5) Kegiatan pembelajaran yang dipilih monoton dan tidak bervariasi

Alternatif dan prioritas untuk mengatasi permasalahan yang timbul dalam pembelajaran di atas adalah sebagai berikut : 1) Guru melakukan pendekatan individu kepada anak-anak agar mau mengerjakan sendiri tugas yang diberikan. 2) Pembelajarn mozaik dipilih dalam pembelajaran dengan media yang berganti-ganti agar anak tidak merasa jenuh. 3) Lebih memperbanyak kegiatan di area seni dengan memilih pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak. 4) Pemilihan kegiatan pembelajaran pada area seni lebih mengutamakan pembelajaran yang dapat memacu kreativitas anak. 5) Pemilihan kegiatan pembelajaran secara variatif dan lebih banyak melibatkan keaktifan anak

(5)

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Apakah teknik mozaik dengan berbagai media dapat meningkatkan kemampuan fisik motorik halus anak kelompok B KB TK. Pertiwi Tunas Bangsa Mengori Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang? 2) Apakah teknik mozaik dengan berbagai media dapat meningkatkan keterampilan anak kelompok B KB TK. Pertiwi Tunas Bangsa Mengori Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang?

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : Meningkatkan kemampuan fisik motorik halus anak menggunakan teknik mozaik dengan berbagai media di kelompok B TK. Pertiwi Tunas Bangsa Mengori Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang Kabupaten Pemalang.

Manfaat Perbaikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak terkait, di antaranya : 1) Bagi Anak Didik, mengembangkan aspek-aspek motorik halus diantaranya dapat melatih ketepatan, kecermatan, kelenturan pergelangan tangan, keterampilan jari-jemari, serta koordinasi mata dan tangan. 2) Bagi guru, Memperoleh pengetahuan dan dapat mengembangkan keterampilan pada anak dengan berbagai media.. 3) Bagi Sekolah, memberikan inovasi pembelajaran yang berbeda sehingga dapat menjadi referensi dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

KAJIAN PUSTAKA

Karakteristik Anak TK Kelompok B

Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang mengalami suatu proses perkembangan dan pertumbuhan yang pesat. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan akan berkembang menjadi manusia seutuhnya. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Sofia Hartati (2005: 7) bahwa seluruh potensi yang dimiliki anak harus dikembangkan, meskipun pada umumnya anak memiliki perkembangan pola yang sama namun ritme perkembangan antar individu akan berbeda karena anak bersifat individual.

(6)

Anak kelompok B usia 5-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini. Anak usia dini adalah sekelompok individu yang berada pada rentang usia antara 0-8 tahun (Sofia Hartati, 2005: 7). Pada usia ini, anak termasuk dalam usia prasekolah pada jalur pendidikan formal. Dalam pendidikan jalur formal mencakup Taman Kanak- kanak (TK) dan Raudhatul Athfal (RA) dengan rentang usia 4-6 tahun. Usia prasekolah merupakan masa emas (golden age). Mulyasa (2012: 34) menambahkan bahwa golden age merupakan masa dimana seluruh aspek perkembangan anak berkembang dengan pesatnya dimana terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis anak sehingga siap merespon stimulasi yang datang dari lingkungannya. Harun Rasyid (2009: 47) mengatakan bahwa aspek perkembangan tersebut, meliputi perkembangan sensori dan persepsi, fisik motorik, sosial emosional, kognitif dan bahasa.

Menurut Piaget (Slamet Suyanto, 2005: 4) menyatakan bahwa perkembangan kognitif anak usia 5-6 tahun sedang beralih dari fase pra-operasional ke fase konkret operasional. Anak akan belajar melalui benda-benda konkret untuk membangun pengetahuan-pengetahuan yang baru dipelajarinya. Selain itu, Slamet Suyanto (2005:

4) menambahkan bahwa cara berpikir anak TK juga bersifat transduktif, yaitu menghubungkan benda-benda yang baru dipelajari berdasarkan pengalamannya berinteraksi dengan benda-benda sebelumnya.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian anak TK Kelompok B usia 5-6 tahun adalah anak usia dini yang berada pada masa emas (golden age) dimana seluruh aspek perkembangan anak berkembang dengan pesat dan pada masa ini pula aspek kognitif anak sedang beralih dari fase praoperasional ke fase konkret operasional. Perkembangan anak usia dini khususnya dalam hal ini anak usia 5-6 tahun membutuhkan rangsangan atau stimulus untuk memaksimalkan potensi yang ada pada diri anak. Hal ini disebabkan karena pada periode ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan berkembang sehingga anak dapat mencapai potensi sesuai tahap perkembanganya melalui rangsangan tersebut.

(7)

Teknik Mozaik dengan Berbagai Media

Mozaik adalah seni dekorasi bidang dengan kepingan bahan keras berwarna yang disusun dan ditempelkan dengan perekat. Mely Novikasari menjelaskan Pengertian Mozaik yaitu pembuatan karya seni rupa dua atau tiga dimensi yang menggunakan material atau bahan dari kepingan-kepingan yang sengaja dibuat dengan cara dipotong-potong atau sudah dibentuk potongan kemudian disusun dengan, ditempelkan pada bidang datar dengan cara dilem. Kepingan benda-benda itu, antara lain: kepingan pecahan keramik, potongan kaca, potongan kertas, potongan daun, potongan kayu. Untuk membuat garis kontur yang membatasi ruangan atau bidang tidak menggunakan pewarna yang dioleskan, tetapi menggunakan tempelan-tempelan yang berbeda warna.(Novikasari, 2012)

Sumanto (2005: 87-88) mengatakan bahwa mozaik adalah suatu cara membuat kreasi gambar/lukisan atau hiasan yang dilakukan dengan cara menempelkan/merekatkan potongan-potongan atau bahan tertentu yang berukuran kecil-kecil. Karakteristik karya mozaik yang berwujud dua dimensi atau tiga dimensi terletak pada keindahan “Teserae” (bahan ukuran kecil-kecil) yang dapat menghasilkan kesan bentuk gambar dan hiasan secara artistik. Setiap teserae yang ditempelkan haruslah menutup rapat permukaan bidang dasaran agar dapat menampilkan karakteristik yang merupakan keunikan dari karya mozaik tersebut.

Soemarjadi dkk (1992:207) menjelaskan mosaik adalah elemen-elemen yang disusun dan direkatkan diatas sebuah permukaan bidang. Elemen-elemen mosaik berupa benda padat dalam bentuk lempengan-lempengan atau bentuk lainya. Ukuran mosaik pada dasarnya hampir sama namun bentuk potongannya dapat saja bervariasi. Mozaik adalah gambar, hiasan, atau pol a tertentu yang dibuat dengan cara menempelkan bahan atau unsur kecil yang sejenis (baik bahan, bentuk, maupun ukurannya yang disusun secara berdempetan pada sebuah bidang (Sunaryo, 2010).

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian mosaik adalah pembuatan karya seni rupa dua atau tiga dimensi yang menggunakan material atau bahan dari kepingan-kepingan yang sengaja di buat dengan cara di potong- potong atau sudah berbentuk potongan kemudian disusun dengan ditempelkan pada

(8)

bidang datar dengan cara dilem. Kepingan benda-benda tersebut antara lain: kepingan pecahan keramik, potongan kaca, potongan kertas, potongan daun, potongan kayu.

Pada penelitian ini peneliti akan membuat mosaik dengan menggunakan kertas kecilkecil, daun, dan biji-bijian, kemudian disusun atau ditempelkan pada pola yang sudah diberi lem.

Pada dasarnya mozaik mempunyai tiga fungsi yaitu ; Pertama, Fungsi Praktis artinya karya seni rupa mozaik selain bersifat induvidual juga sebagai media ekpresi buat anak. Kedua, Fungsi Edukatif artinya melalui penerapan metode pembelajaran melalui pendidikan seni mozaik dalam upaya untuk membantu pengembangan berbagai fungsi perkembangan dalam diri seorang anak, yang meliputi kemampuan : fisik, daya pikir, daya serap, emosi, cita rasa keindahan, kreativitas. Ketiga, Fungsi Ekspresi artinya unsur-unsur seni rupa pada karya mozaik seperti garis, warna, benruk dan tekstur merupakan bahasa rupa yang digunakan dalam cara mengungkapkan ide-ide atau gagasan, imajinasi, pengalaman yang estetis yang kemudian diungkapkan berwujud ekspresi simbolis yang sangat pribadi.

Manfaat mozaik sangat banyak untuk anak, karena keterampilan mozaik mengasah kreativitas anak dalam membentuk suatu karya yang bagus dengan cara menempelkan potongan-potongan benda ke bidang dasar. Keterampilan mozaik ini memiliki manfaat untuk anak. Menurut Alexander (dalam Sulastri, 2015:22) antara lain: 1)Pengenalan bentuk. 2)Pengenalan warna. 3) Melatih kreativitas. 4) Melatih motorik halus. 5) Melatih emosi.

Adapun tujuan mozaik Menurut Depdiknas (dalam Sulastri, 2015: 22), tujuan membuat gambar teknik mozaik dengan memakai berbagai bahan diantaranya: 1) Mengembangkan imajinasi anak. 2) Mengembangkan kreativitas anak. 3) Melatih kesabaran dan ketelitian. 4) Mengembangkan estetika dan keindahan. 5) Mengembangkan motorik halus. Manfaat mozaik sangat baik untuk anak karena melatih kreativitas anak dalam membentuk suatu karya yang bagus dan juga melatih perkembangan motorik halusnya. Penggunaan teknik mozaik akan melatih rasa tanggung jawab anak, kemampuan bekerjasama dan menghargai orang lain juga dapat dilatih pada penerapan mozaik dalam mengatur sosial dan emosional anak.

(9)

Bahan untuk berkreasi mozaik dapat memanfaatkan bahan alam dan bahan buatan. Bahan alam jenisnya dapat menggunakan biji-bijian kering misalnya kacang hijau, kulit kacang, padi, jagung dan lainnya sedangkan untuk bahan buatan jenisnya dapat menggunakan aneka kertas berwarna, monte, manik-manik, dan lainnya. Jenis bahan buatan/alam yang masih berupa lembaran pada waktu akan ditempelkan dipotong atau disobek menjadi ukuran kecil-kecil. Bentuk potongannya bisa beraturan atau bebas sesuai kreasi yang dibuat. Misalnya berbagai macam bentuk bangun, antara lain dapat berupa bangun bujur sangkar, segitiga, lingkaran, empat persegi dan sebagainya. Bidang dasarannya antara lain karton, kertas gambar, benda fungsional atau benda bekas yang akan dihias. Semuanya tentu disesuaikan dengan jenis bahan yang akan dipilih.

Peralatan kerja yang digunakan yaitu: gunting atau alat pemotong lainnya. Bahan pembantu yaitu lem/perekat untuk bahan kertas atau jenis bahan yang lainnya.

Misalnya lem glukol, takcol, dan castol. Bahan dan peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pola gambar yang sudah disiapkan oleh guru, lem, gunting, pensil, lepek,potongan-potongan kertas dan biji-bijian seperti biji jagung, kedelai, kacang hijau, dan kwaci.

Cara mengajarkan kegiatan mozaik pada anak dalam penelitian ini sebagai berikut: 1) Guru menyiapkan kertas yang sudah diisi pola gambar, lem, lepek, potongan-potongan kertas, biji-bijian seperti biji jagung, kedelai, kacang hijau, dan kwaci serta hasil karya mozaik yang sudah jadi. 2) Guru mengenalkan pola gambar pada anak dan bahan-bahan yang digunakan untuk membuat mozaik. 3) Guru mendemonstrasikan cara membuat mozaik antara lain dengan cara memberi lem pada pola gambar secukupnya, menempelkan media potongan-potongan kertas atau biji- bijian sampai menutup rapat pola gambar, serta merapikan bagian-bagian mozaik yang sudah ditempel pada pola gambar. 4) Guru mengingatkan anak agar dalam kegiatan mozaik dilakukan dengan tertib, setelah selesai membuat mozaik kemudian anak-anak diminta untuk merapikan/membersihkan tempat belajarnya masing-masing Kelemahan mosaik menurut Yenni, Alexander, (2012:76) yaitu mosaik membosankan bagi anak karena memerlukan waktu yang lama sekitar 15 menit.

(10)

Adapun kelebihan dan kekurangan kegiatan mosaik sebagai pendidik harus bisa mengembangkan kegiatan tersebut agar anak tertarik mengerjakan kegiatan mosaik dan dapat mengembangkan motorik halus anak. Pada penelitian ini peneliti menggunakan bahan berupa kertas dipotong kecil-kecil, daun pisang yang sudah kering dipotong kecil-kecil, biji gabah diberi warna, dan biji kacang ijo. Peralatan yang digunakan lem untuk menempel bahan mosaik, kertas yang sudah ada pola gambar.

Kemampuan Motorik Halus

Keterampilan motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil, seperti jari-jari jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dan tangan (MS Sumantri, 2005:143). Menurut Sukadiyanto (1997:70), keterampilan motorik adalah keterampilan seseorang dalam menampilkan gerak sampai gerak yang lebih kompleks. Pendapat lain tentang keterampilan motorik halus (fine motor skill) oleh Mahendra(MS. Sumantri, 2005:

143) yaitu keterampilan-keterampilan yang memerlukan kemampuan untuk mengendalikan otot-otot kecil untuk dapat melakukan keterampilan yang berhasil

Menurut Susanto (2011:164) motorik halus adalah gerakan halus yang melibatkan bagian-bagian tertentu saja yang dilakukan oleh otot-otot kecil saja, karena tidak memerlukan tenaga. Namun begitu gerakan yang halus ini memerlukan koordinasi yang cermat. Seperti menulis, merangkai, menyusun benda menjadi teratur dan sebagainya. Slamet Suyanto (2005: 51) mengatakan bahwa perkembangan motorik halus meliputi perkembangan motorik halus dan fungsinya, otot ini berfungsi untuk melakukan gerakan-gerakan bagian-bagian tubuh yang lebih spesifik.

Kemampuan motorik pada anak yang dihasilkan dari pembelajaran motorik dapat berbeda-beda, kemampuan ini tergantung pada banyaknya pengalaman dan unsur- unsur pokok yang dikuasai oleh anak

Beberapa pendapat dari tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan motorik halus adalah keterampilan yang melibatkan otot-otot kecil/halus yang membutuhkan koordinasi mata dan tangan untuk melakukan ketepatanvdan kecermatan serta unsur-unsur dalam kemampuan motorik meliputi kekuatan,

(11)

kecepatan, power, ketahanan, kelincahan, keseimbangan, fleksibilitas, dan koordinasi. Adapun keterampilan motorik halus yang berkaitan dalam penelitian ini yaitu ketepatan, kecermatan, kelenturan pergelangan tangan, keterampilan jari-jemari, serta koordinasi mata dan tangan

Pengembangan keterampilan motorik halus anak akan berpengaruh terhadap kesiapan anak dalam menulis (pengembangan bahasa), kegiatan melatih koordinasi antara tangan dengan mata yang diajurkan dalam jumlah waktu yang cukup meskipun penggunakan tangan secara untuh belum mungkin tercapai. MS. Sumantri (2005:

145) menjelaskan koordinasi antara mata dan tangan dapat dikembangkan melalui kegiatan permainan membentuk dari tanah liat/lilin, adonan, memalu, menggambar, mewarnai, menempel dan mengguting, memotong, merangkai benda dengan benang (meronce).

Hurlock dalam Sumantri (1978: 151-153) menyebutkan lima prinsip perkembangan motorik sebagai berikut: 1) Perkembangan motorik bergantung pada kematangan otot dan syaraf. 2) Belajar keterampilan motorik tidak terjadi sebelum anak matang. 3) Perkembangan motorik mengikuti pola yang dapat diramalkan. 4) Dimungkinkan menentukan norma perkembangan motorik. 5) Perbedaan individu dalam laju perkembangan motorik. Sumantri (2005: 147-148) mengungkapkan prinsip-prinsip perkembangan motorik sebagai berikut: 1) Berorientasi pada kebutuhan anak. 2) Belajar sambil bermain. 3) Kreatif dan inovatif. 4) Lingkungan kondusif. 5) Tema. 6) Mengembangkan keterampilan hidup. 7) Menggunakan kegiatan terpadu. 8) Kegiatan berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak

Berdasarkan beberapa pendapat tokoh tersebut maka dapat disimpulkan bahwa prinsip perkembangan motorik meliputi kematangan otot dan syaraf pada anak, kecepatan perkembangan anak, dan stimuasi-stimulasi yang diberikan oleh guru sehingga keterampilan motorik pada anak dapat berkembang sesuai dengan pola perkembangan anak. Prinsip perkembangan yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain kesempatan melakukan praktik, bimbingan, motivasi, keterampilan motorik dipelajari secara mandiri.

(12)

Fungsi dari pengembangan keterampilan motorik halus adalah mendukung aspek perkembangan lainnya, seperti kognitif dan bahasa serta sosial karena pada dasarnya setiap pengembangan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Adapun dalam keterampilan motorik halus anak mempunyai fungsi dan prinsip-prinsip pengembangan keterampilan motorik halus. Menurut Tobo Cholik Mutahir dan Gusril (2004:51) menjelaskan bahwa fungsi utama motorik ialah mengembangkan kesanggupan dari keterampilan setiap individu yang berguna untuk mempertinggi daya kerja. Menurut MS. Sumantri (2005:146), fungsi dari keterampilan motorik halus yaitu untuk mendukung aspek pengembangan lainnya seperti kognitif, bahasa, dan sosial. Karena setiap aspek tidak dapat terpisah satu sama lainnya.

Pendapat lain dikemukakan oleh Hurlock dalam Sumantri (1978: 163) yang mengatakan bahwa kategori fungsi keterampilan anak sebagai berikut: 1) Keterampilan bantu diri (self-help). 2) Keterampilan bantu sosial (social-help) 3) Keterampilan bermain. 4) Keterampilan sekolah. Berdasarkan paparan dari tokoh tersebut maka dapat disimpulkan bahwa fungsi pengembangan motorik halus anak sebagai berikut: 1) keterampilan bantu diri, 2) keterampilan bantu sosial, 3) keterampilan bermain, 4) keterampilan sekolah, dan 5) keterampilan untuk mendukung aspek perkembangan lainnya. Fungsi pengembangan motorik halus dalam penelitian ini adalah sebagai alat untuk mengembangkan koordinasi mata dan tangan serta mengasah ketepatan dan kecermatan anak dalam membuat mozaik.

Tujuan pengembangan motorik halus secara khusus adalah anak dapat menunjukkan kemampuan menggerakkan anggota tubuhnya dan terutama terjadinya koordinasi mata dan tangan sebagai persiapan untuk pengenalan menulis. Bambang Sujiono (2008: 2.12) mengatakan bahwa tujuan pengembangan motorik halus sebagai berikut: 1) Agar anak dapat berlatih menggerakkan pergelangan tangan dengan kegiatan menggambar dan mewarnai. 2) Anak belajar ketepatan koordinasi mata dan tangan serta menggerakkan pergelangan tangan agar lentur. 3) Anak belajar berimajinasi dan berkreasi.

Pendapat lain dikemukakan oleh Yudha M. Saputra dan Rudyanto (2005: 115) yang mengemukakan tujuan pengembangan motorik halus sebagai berikut: 1) Mampu

(13)

memfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan. 2) Mampu mengkoordinasikan kecepatan tangan dengan mata. 3) Mampu mengendalikan emosi.

Secara umum tujuan pengembangan motorik halus anak usia TK (4-6 tahun) adalah:

1) Mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan. 2) Mampu menggerakkan anggota tubuh yang berhubugan dengan gerak jari-jemari, seperti kesiapan menulis, menggambar dan memanipulasi benda-benda. 3) Mampu mengkoordinasikan indra mata dan aktivitas tangan. 4) Mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus.

Berdasarkan paparan dari para tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan pengembangan motorik halus adalah untuk mengembangkan keterampilan motorik halus agar berlatih menggerakkan pergelangan tangan, mengkoordinasikan indra mata dan aktivitas tangan, belajar berimajinasi dan berkreasi, serta mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus

Kreativitas Anak Usia Dini

Kreatif merupakan suatu sifat yang dimiliki oleh seseorang yang mempunyai kreativitas. Hal ini dikarenakan hanya orang kreatif yang mempunyai ide gagasan kreatif dan original. Orang akan menjadi kreatif apabila distimulasi sejak dini. Anak dikatakan kreatif apabila mampu menghasilkan produk secara kreatif serta tidak tergantung dengan orang lain yang berarti bahwa dalam memuaskan diri bukan karena tekanan dari luar. Biasanya orang mengartikan kreativitas sebagai daya cipta yaitu sebagai kemampuan untuk menciptakan hal-hal baru. Kreativitas sesungguhnya tidak perlu hal-hal yang baru sama sekali, tetapi merupakan gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya yaitu berdasarkan informasi, data atau pengalaman yang telah diperoleh seseorang selama hidupnya.

Kreativitas adalah kemampuan untuk memikirkan sesuatu dengan cara-cara yang baru dan tidak biasa serta melahirkan suatu solusi yang unik terhadap masalah- masalah yang dihadapi (Santrock, 2002: 327). Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi barn berdasarkan data, infonnasi atau unsur-unsur yang ada (Soefandi dan Pramudya, 2009: 134). Menurut Supriadi dalam Rachmawati dan Kumiawati (2010: 13) Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan

(14)

sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relative berbeda dengan apa yang telah ada.

Utami Munandar dalam (Muharam, 1992: 28) menyatakan bahwa kreativitas dapat dibedakan menjadi tiga pengertian, yaitu: Pertama, kemampuan untuk membuat kondisi baru, berdasarkan data, informasi, dan unsur-unsur yang ada (daya cipta).

Kedua, kemampuan menggunakan data atau informasi yang tersedia. Ketiga, kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, kemurnian (orisinal) dalam mengembangkan dan memperkaya gagasan. Secara khusus, kreativitas berkarya senirupa diartikan sebagai kemampuan menemukan, mencipta, membuat, merancang ulang, dan memadukan suatu gagasan baru maupun lama menjadi kombinasi baru yang divisualkan ke dalam komposisi suatu karya senirupa dengan didukung kemampuan terampil yang dimilikinya.

Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah suatu kemampuan untuk menghasilkan gagasan baru, memecahkan masalah, dan ide serta mempunyai maksud dan tujuan yang ditentukan. Kreativitas dalam bidang seni diartikan sebagai berkarya yaitu suatu kemampuan untuk mewujudkan karya seni sebagai hasil kreativitasnya. Karakteristik kreativitas anak yang dilakukan melalui aktivitas mozaik merupakan ungkapan kreatif senirupa anak-anak. Untuk memahami kreativitas anak perlu diperhatikan karakteristik tindakan anak secara umum yang menunjukkan kreativitas.

Peningkatan kreativitas dapat dilakukan dengan berbagai macam kegiatan eksperimen dan eksplorasi yang dapat dilakukan oleh anak. Tugas guru, orang tua, dan orang-orang yang dekat dengan anak perlu memahami bagaimana memfasilitasi anak agar kreativitas itu muncul sebagai kekuatan yang sangat diperlukan bagi kehidupannya kelak. Ciri-ciri kreativitas anak menurut pendapat Utami Munandar (2009: 71) meliputi: 1) Rasa ingin tahu yang luas dan mendalam. 2) Sering mengajukan pertanyaan yang baik. 3) Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah. 4) Bebas dalam menyatakan pendapat. 5) Mempunyai rasa keindahan yang dalam. 6) Menonjol dalam salah satu bidang seni. 7) Mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi/sudut pandang. 8) Mempunyai rasa humor yang

(15)

luas. 9) Mempunyai daya imajinasi. 10) Orisinal dalam ungkapan gagasan dan dalam pemecahan masalah.

Ciri-ciri kreativitas anak dapat diketahui melalui pengamatan terhadap perilaku anak yang berbeda dengan anak pada umumnya. Perbedaan perilaku anak tersebut biasanya membuat orangtua cemas dan bagi orangtua yang belum memahami tentang ciri-ciri anak kreatif biasanya menganggap sebagai anak nakal. Bakat dalam bentuk kreativitas akan tumbuh dan berkembang jika didukung dengan fasilitas dan kesempatan yang memungkinkan. Orang tua dan guru harus menyadari keragaman bakat dan kreativitas anak. Cara mendidik dan mengasuh anak harus disesuaikan dengan pribadi dan kecepatan masing-masing anak, sehingga tidak ada penekanan atau paksaan dalam mendidik anak

Kerangka Berpikir

Tujuan pengembangkan motorik halus dan kreativitas di usia 4-6 tahun adalah anak mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan. Secara khusus tujuan pengembangan motorik halus untuk anak usia TK (4-6 tahun) adalah anak dapat menunjukan kemampuan mengerakkan anggotatubuhnya dan terutama terjadinya koordinasi mata dan tangan.

Mosaik tepat diterapkan di pembelajaran TK karena kegiatan mosaik tercatum dalam indikator di kurikulum TK pada meningkatkan motorik halus dan kreativitas anak yaitu membuat gambar dengan teknik mozaik dengan memakai bentuk/bahan (segi empat, segi tiga, lingkaran, dll). Dengan penggunaan teknik mozaik tersebut diharapkan kemampuan motorik halus dan kreativitas anak usia dini mampu dikembangkan dan berjalan secara optimal

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, dirumuskan hipotesis tindakan dalam penelitian ini sebagai berikut: ”Melalui teknik mozaik dengan berbagai media dapat meningkatkan kemampuan motorik halus dan kreativitas anak kelompok B TK Pertiwi Tunas Bangsa Mengori Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang”.

(16)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah kelompok B TK Pertiwi Tunas Bangsa Mengori Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang dengan jumlah siswa 22 anak yang terdiri dari 9 anak laki-laki dan 13 anak perempuan. Peneliti adalah guru di kelompok B TK Pertiwi Tunas Bangsa Mengori sehingga sudah memahami segala permasalahan yang ada di kelompok B ini. Selama mengajar di kelompok B peneliti melihat bahwa kemampuan motorik dan kreativias anak dalam kegiatan mozaik masih rendah sehingga diperlukan perbaikan melalui penelitian ini

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Taman Kanak-kanak (TK) Pertiwi Tunas Bangsa Mengori yang beralamat di RT. 06 RW. 01 Desa Mengori Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang. TK Pertiwi Tunas Bangsa adalah salah satu sekolah swasta di bawah naungan Yayasan Dian Dharma Kabupaten Pemalang yang berdiri sejak tahun 1990 dengan Surat Izin Operasional Nomor 421.1/1.234/DINDIKPORA.

TK. Pertiwi Tunas Bangsa Mengori berdiri diatas lahan seluas 352m² dan memiliki ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai. Fasilitas yang dimiliki meliputi Ruang Tamu, Ruang Kepala TK, Ruang Guru, Ruang Bermain di luar, Kamar mandi, dapur serta sarana permainan di luar yang memadai. Jumlah guru yang ada berjumlah 4 orang dan di pimpin oleh 1 orang kepala TK. Tenaga pendidik di TK Pertiwi Tunas Bangsa sebagian besar telah memenuhi standar pendidikan S1 dan sisanya masih dalam proses menempuh S1 sehingga dapat menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien.

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan anak usia dini TK. Pertiwi Tunas Bangsa mempunyai Visi Bermain sambil belajar, mendidik anak menjadi taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, aktif dan cerdas. Adapun Misi dari TK Pertiwi Tunas Bangsa adalah : 1) Mengerjakan perintah agama. 2) Meningkatkan kreativitas dalam berkarya. 3) Memiliki pengetahuan yang luas. Dengan Visi Misi tersebut diharapkan lulusan dari TK Pertiwi Tunas Bangsa ini mempunyai pengetahuan yang luas, kreativitas yang baik dan pendidikan agama yang mencukupi untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya.

(17)

Sesuai dengan jadwal pembelajaran tutorial yang dikeluarkan oleh Universitas Terbuka UPBJJ Semarang kegiatan mata kulian Pemantapan Kemampuan Mengajar ini dilakukan pada bulan Maret – April 2018 yang bertepatan dengan semester 2 tahun pelajaran 2017/2018. Kegiatan pra siklus dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 26 Maret 2018. Peneliti membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang sudah didiskusikan dengan kepala sekolah yang dilaksanakan sebagai pembelajaran rutin.

Dalam kegiatan perbaikan Siklus I, peneliti membuat dan merefleksi 5 Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang sudah didiskusikan dengan supervisor 2 dan di tanda tangani oleh kepala sekolah untuk dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 2 April 2018 sampai hari Jum’at tanggal 6 April 2018. Dalam kegiatan perbaikan siklus II, peneliti membuat dan merefleksi 5 Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang sudah didiskusikan dengan supervisor 2 dan di tanda tangani oleh kepala sekolah untuk dilaksanakan mulai hari Senin, 2 April 2018 sampai dengan hari Jum’at, 13 April 2018.

Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Kegiatan penelitian ini menggunakan sistem siklus yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Langkah-langkah dalam menentukan PTK : 1) Refleksi yaitu kegiatan merenung atau mengingat dan menghubungkan kinerja dalam mengajar. 2) Berdasarkan Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang dibuat maka pembelajaran dibuat. 3) Menganalisis dan menginterpestasikan data yang diperoleh selama perbaikan pembelajaran berlangsung. 4) Menyeleksi hasil interprestasi data yang diperoleh dari perbaikan pembelajaran yang sudah dilakukan. Perbaikan pembelajaran dilakukan dalam 2 siklus masing-masing siklus pelaksanaan berbeda waktu. Untuk siklus I dilaksanakan hari Senin – Jum’at, tanggal 2 – 6 April 2018 dari pukul 07.30 s.d. 10.00 dan siklus II dilaksanakan pada hari Senin – Jum’at tanggal 9 – 13 April 2018 dari pukul 07.30- 10.00 WIB.

Adapun fokus penelitian dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran motorik halus khususnya dalam hal meningkatkan kreativitas anak melalui kegiatan mozaik dengan berbagai media sebagai berikut : 1) Penggunaan berbagai media. 2) Pemilihan kegiatan pembelajaran mozaik. 3) Membimbing anak dalam melaksanakan tugas

(18)

kegiatan. 4) Dalam proses pembelajaran dilaksanakan melalui tahapan-tahapan pembelajaran yang sudah dituangkan dalam rencana perbaikan Rencana Kegiatan Harian. Tahapan-tahapan tersebut disusun dalam strategi pembelajaran yang terdiri dari: kegiatan awal, inti, istirahat, dan kegiatan akhir. Didalam prosedur pelaksanaan pembelajaran perlu adanya tindakan

Dari hasil pengamatan perbaikan pembelajaran siklus II kegiatan mozaik sudah dapat dilakukan sebagian anak dengan baik, meskipun masih ada anak yang belum rapi dalam membentuk mozaik tetapi kemauan anak untuk membuat mozaik sudah ada peningkatan.. Hasil analisis di atas membuktikan bahwa suatu kegiatan yang dipilih dalam pembelaran dan menarik minat anak untuk mau belajar walaupun hasil yang dicapai tidak sesempurna yang diharapkan. sehingga masih dibutuhkan lagi perbaikan pada siklus II.

Pada akhir RKH ke 5 siklus 2 sudah tampak hasil dari kegiatan perbaikan pengembangan ini dengan tercapainya kriteria ketuntasan yang diharapkan. Anak sudah bisa mozaik dengan media apapun, kegiatan ini juga bisa meningkatkan kreativitas anak dalam pembelajaran, mereka sudah bisa menempelkan media mozaik dengan rapi. Dengan tercapai persentase ketuntasan maka kegiatan penelitian ini dinyatakan berhasil.

Tekhnik Analisis Data

Analisis data adalah proses penyususun data saat kegiatan tindakan penelitian agar dapat ditafsirkan secara mendalam. Suwarsih Madya (2006: 75) menyatakan bahwa analisis data dalam penelitian tindakan diawali oleh momen refleksi putaran penelitian tindakan. Dalam menganalisis data hendaknya dilakukan dengan mengacu pada pendapat atau persepsi orang lain (usaha triangulasi) serta menggunakan teknik analisis kualitatif.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Data yang telah diperoleh kemudian dikumpulkan dan langkah selanjutnya dalam penelitian adalah menganalisis data. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan bahwa tindakan yang dilaksanakan dapat menimbulkan adanya perbaikan, peningkatan dan perubahan ke arah yang lebih baik.

(19)

Analisis deskriptif kualitatif pada penelitian ini yaitu untuk menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan kreativitas anak usia 5-6 tahun. Sedangkan analisis deskriptif kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif untuk mengetahui persentase kreativitas anak usia 5-6 tahun.

Indikator Kinerja

Indikator kinerja yang digunakan peneliti pada kegiatan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan motorik halus dan kreativitas anak dengan kegiatan mozaik dengan berbagai media adalah : 1) Kemampuan motorik halus anak kriteria keberhasilannya adalah 80% artinya penelitian dinyatakan berhasil jika persentase penilaian motorik halus yang didapat anak dalam satu kelas ≥ 80%. 2) Kreativitas anak kriteria keberhasilannya adalah 85% artinya dinyatakan berhasil jika persentase penilaian kreativitas yang didapat anak dalam satu kelas ≥ 85%

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Berdasarkan pembelajaran pada prasiklus diketahui kemampuan motorik halus anak dalam pembelajaran teknik mozaik dengan berbagai media masih rendah.

Rendahnya kemampuan motorik halus disebabkan anak kurang tertarik dengan pembelajaran sehingga diperoleh data sebagai berikut : 1) Kemampuan motorik halus, anak yang sudah mampu yaitu 4 anak (18%), anak yang cukup mampu yaitu 6 anak (27%) dan anak yang kurang mampu yaitu 12 anak (55%). 2) Kreativitas, anak yang sudah kreatif yaitu 4 anak (18%), anak yang cukup kreatif yaitu 5 anak (23%) dan anak yang kurang kreatif yaitu 13 anak (59%).

Setelah diadakan perbaikan pada siklus I ini dengan puncak kegiatan perbaikan pada Rencana Kegiatan Harian ke-5 kemampuan motorik halus anak dalam pembelajaran mozaik dengan berbagai media di kelompok B TK. Pertiwi Tunas Bangsa Mengori terjadi peningkatan dibandingkan prasiklus. Hal ini terlihat dari 22 anak yang sudah mampu dalam pembelajaran ada 10 anak (45%), anak yang cukup mampu sebanyak 5 anak (23%, dan anak yang kurang mampu dalam pembelajaran ada 7 anak (32%). Kreativitas anak dalam kegiatan kegiatan mozaik dengan berbagai

(20)

media pada anak kelompok B TK. Pertiwi Tunas Bangsa Mengori masih belum sesuai dengan harapan guru. Hal ini terlihat dari 22 anak yang mengikuti pembelajaran, ada 11 anak (50%) yang sudah kreatif, anak yang tergolong cukup kreatif sebanyak 4 anak (18%), dan anak yang belum kreatif ada 7 anak (32%). Dari data di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa kemampuan motorik halus dan kreativitas anak dalam kegiatan mozaik dengan berbagai media melalui kegiatan bermain pada anak kelompok B TK. Pertiwi Tunas Bangsa Mengori masih kurang optimal, sehingga perlu adanya perbaikan siklus II.

Setelah diadakan perbaikan pada siklus II ini, dengan puncak kegiatan perbaikan pada Rencana Kegiatan Harian ke-5 kemampuan motorik halus anak yang termasuk kategori sudah mampu sebanyak 18 anak (82%) , kategori cukup mampu 2 anak (9%), dan kategori kurang mampu sebanyak 2 anak (9%) dari jumlah siswa 22 anak.

Kreativitas, anak yang sudah kreatif () sebanyak 19 anak (86%), anak yang cukup kreatif () sebanyak 1 anak (5%), dan anak yang kurang kreatif () 2 anak (9%) dari jumlah siswa 22 anak. Berdasarkan hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan mozaik dengan berbagai media di TK. Pertiwi Tunas Bangsa Mengori dikatakan sudah berhasil karena sudah melampaui indikator keberhasilan sebesar 80%. Oleh karena itu tidak perlu dilakukan perbaikan melalui siklus berikutnya.

Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Pada pembelajaran siklus II terjadi peningkatan kemampuan motorik halus anak mulai dari prasiklus, siklus I dan siklus II, yaitu anak yang mampu dalam mozaik dengan berbagai media pada prasiklus hanya 4 anak sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 10 anak dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 18 anak. Anak yang cukup mampu pada prasiklus sebanyak 6 anak sedangkan pada siklus I menurun menjadi 5 anak, pada siklus II menurun menjadi 2 anak. Anak yang kurang mampu pada prasiklus sebanyak 12 anak sedangkan pada siklus I menurun menjadi 7 anak, pada siklus II menurun lagi menjadi 2 anak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui tabel berikut.

(21)

Tabel 1 Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak

Nilai

Prasiklus Siklus I Siklus II

Jumlah

Anak % Jumlah

Anak % Jumlah

Anak %

 4 18% 10 45 18 82%

 6 27% 5 23 2 9%

 12 55% 7 32 2 9%

Jml 22 100% 22 100% 22 100%

Pada kegiatan perbaikan pembelajaran juga terjadi peningkatan kreativitas anak secara signifikan, yaitu anak yang kreatif pada prasiklus hanya 4 anak sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 11 anak dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 19 anak. Anak yang cukup kreatif, pada prasiklus sebanyak 5 anak sedangkan pada siklus I meningkat 4 anak dan pada siklus II turun menjadi 1 anak. Anak yang kurang kreatif belajar, pada prasiklus sebanyak 13 anak sedangkan pada siklus I menurun menjadi 7 anak sedangkan pada siklus II turun menjadi 2 anak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui tabel berikut.

Tabel 2 Peningkatan Kreativitas Anak

Nilai

Prasiklus Siklus I Siklus II

Jumlah

Anak % Jumlah

Anak % Jumlah

Anak %

 4 18% 11 50% 19 86%

 5 23% 4 18% 1 5%

 13 59% 7 32% 2 9%

Jml 22 100% 22 100% 22 100%

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan kemampuan motorik halus anak mengalami peningkatan yaitu anak yang masuk kategori sudah mampu dari 4 anak (18%) pada prasiklus naik menjadi 10 anak (45%) pada siklus I dan pada siklus II naik menjadi

(22)

18 anak (82%). Anak yang cukup mampu mengalami penurunan dari 6 anak (27%) pada prasiklus menjadi 5 anak (23%) pada siklus I dan pada siklus II menurun menjadi 2 anak (9%) sedangkan anak yang kurang mampu juga mengalami penurunan dari 12 anak (55%) pada prasiklus menjadi 7 anak (32%) pada siklus I dan pada siklus II menurun lagi menjadi 2 anak (9%).

Pada akhir siklus II juga terjadi peningkatan kreativitas anak yaitu anak yang kreatif dari 4 anak (18%) menjadi 11 anak (50%) dan meningkat lagi menjadi 19 anak (86%). Anak yang cukup kreatif mengalami penurunan dari 5 anak (23%) menjadi 4 anak (18%) dan menurun menjadi 1 anak (5%) sedangkan anak yang kurang kreatif mengalami penurunan dari 13 anak (59%) menjadi 7 anak (32%) dan pada siklus II manjadi 2 anak (9%). Secara keseluruhan hasil pembelajaran siklus II sudah optimal, sehingga tidak perlu adanya perbaikan siklus III.

Saran, Tindak Lanjut

Berdasarkan pembahasan pada hasil perbaikan maka peneliti memberikan saran tindak lanjut sebagai berikut : 1) Guru dapat menggunakan berbagai macam bahan lainnya agar lebih bervariasi sehingga dapat lebih meningkatkan kreativitas anak serta dapat menciptakan kegiatan lain sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak. 2) Sebaiknya setiap kegiatan mozaik anak bisa mengikuti dengan baik dan dapat menggunakan imajinasinya untuk membuat bentuk- bentuk mozaik yang bagus. 3) Hasil penelitian dapat diinformasikan kepada guru- guru untuk dijadikan alternatif pemilihan kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan bahan-bahan yang mudah ditemui dan murah harganya dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak. 4) Hasil penelitian dapat dijadikan acuan atau referensi terhadap penelitian yang sejenis terutama pada penelitian untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Susanto. 2009. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta : Kencana Perdana Media Group

Bambang Sujiono. 2008. Model Pengembangan Motorik Anak Prasekolah.Jakarta:

Universitas Terbuka.

(23)

Daeng Sari dan Dini P. (1996). Metode Mengajar di Taman Kanak-kanak. Jakarta:

Depdiknas

Harun Rasyid, dkk. (2009). Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta:

Multi Pressindo

Muharam E. 1992. Pendidikan Kesenian II Seni rupa. Jakarta: Dedpdikbud Dirjen Dikti

Mulyasa. 2012. Manajemen PAUD. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

MS. Sumantri. 2005. Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini.

Jakarta: Depdiknas, Dirjen Dikti

Rahmawati. 2005. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Usia Taman Kanak- Kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Ricard Decapario. 2013. Aplikasi Teori Pembelajaran Motorik di Sekolah.

Yogyakarta: DIVA Press

Slamet Suyanto. 2005. Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:

Hikayat.

Sofia Hartati. 2005. Perkembangan Belajar Pada Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas Soemarjadi, dkk. 1992. Pendidikan Keterampilan. Jakarta : Depdiknas

Sumanto. 2005. Pengembangan Kreativitas Senirupa Anak TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Utami Munandar. 2009. Pengembangan kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Yudha M. Saputra & Rudyanto. 2005. Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Keterampilan Anak TK. Jakarta : Depdiknas

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Delvi Yanti 2020 yang meneliti tentang meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan mencetak dengan

Perbandingan Rekapitulasi Hasil Observasi Kemampuan Motorik Halus Anak Kriteria Kondisi Awal Siklus I Siklus II Jumlah Anak % Jumlah Anak % Jumlah Anak % BB 7 46,67 0 0% 0 0%