• Tidak ada hasil yang ditemukan

meningkatkan minat dan hasil belajar siswa melalui model

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "meningkatkan minat dan hasil belajar siswa melalui model"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SDN SAMBANGAN

Helda Savitri

Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari

ABSTRAK

Kurangnya Minat belajar siswa kelas V SDN Sambangan berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa karena guru mengajar masih menggunakan metode konvensional. Guru perlu menerapkan metode pembelajaran yang dapat mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Model CTL (Contextual Teaching and Learning) dan metode Talking Stick adalah model dan metode yang dapat memenuhi harapan tesebut. tujuan penelitian ini untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dengan implementasi model CTL (Contextual teaching and Learning) dan metode Talking Stick di kelas V SDN.Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, penelitian tindakan kelas merupakan susatu proses yang dilakukan menghendaki perubahan dalam situasi tertentu yang bertujuan untuk mengembangkan metode kerja yang efesien dan dapat meningkat. Metode pengumpulan data yang diguanakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, angket, dan tes. Data yang terkumpul dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan minat dan hasil belajar setelah menerima pembelajaran dengan metode CTL dan talking stick. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kegiatan pembelajaran dan hasil belajar siswa.

Kata Kunci: CTL; talking stick; minat belajar; hasil belajar

ABSTRACT

The lack of interest in learning by students in grade V of SDN Sambangan has an impact on the low student learning outcomes because teachers teach using conventional methods. Teachers need to apply learning methods that can encourage student involvement in learning. The CTL (Contextual Teaching and Learning) model and the Talking Stick method are models and methods that can meet these expectations. the purpose of this study was to increase students' interest and learning outcomes in science subjects by implementing the CTL (Contextual teaching and Learning) model and the Talking Stick method in class V SDN. changes in certain situations that aim to develop work methods that are efficient and can be increased. Data collection methods used in this study are the method of observation, questionnaires, and tests. The collected data were analyzed with qualitative descriptive analysis. The results showed that there was an increase in interest and learning outcomes after receiving learning using the CTL and talking stick methods. So it can be concluded that by using problem-based learning methods can improve learning activities and student learning outcomes

Keywords: CTL; talking stick; interest to learn; learning outcomes

PENDAHULUAN

Tidak ada yang tidak berubah didalam realita ini dan sudah menjadi kenyataan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan tidak terlepas dari perkembangan masyarakat, karena perkembangan dan perubahan adalah ciri khas dari peradaban manusia. Demikian halnya dengan pendidikan di Indonesia, dikarenakan perkembangan masyarakat akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta masalah ilmiah baru yang timbul di sekitar kita menyebabkan tuntutan masyarakat terhadap pendidikan di Indonesia mengalami perkembangan dan perubahan.

Secara umum pendidikan merupakan suatu usaha yang terencana dan terarah pada perubahan tingkah laku anak didk menuju kedewasaan dengan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan suatu kunci untuk meraih cita-cita suatu bangsa dan negara. Belajar adalah salah satu aktvitas siswa yang terjadi didalam lingkungan belajar yang merupakan salah satu kegiatan inti dalam suatu proses pendidikan. Prestasi belajar di pengaruhi beberapa faktor yaitu faktor intern dan faktor intern.

Minat belajar merupakan suatu keadaan di dalam diri siswa yang mampu mendorong dan mengarahkan perilaku mereka kepada pencapaian tujuan yang ingin di capainya dalam mengikuti pendidikan disekolah.

Tanpa adanya minat belajar yang tinggi, sebaik apapun fasilitas disekolah, maka siswa akan tetap malas untuk belajar. Yang mana hal tersebut nantinya uga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pembelajaran IPA

(2)

merupakan pembelajaran yang diarahkan untuk berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam lagi tetang sekitar. selain itu pembelajaran IPA juga sebaiknya dapat menciptakan suasana yang lebih aktif, bermakna dan menyenangkan. Untuk itu guru sangat berperan penting dalam proses pembelajaran IPA.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SD Negeri Sambangan, proses belajar mengajar masih menggunakan metode konvensional, yaitu pembelajaran yang masih berpusat pada guru, siswa tidak diberi kesempatan untuk bertanya dan aktif dalam proses pembelajaran serta hampir tidak ada kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan kreatifitasnya dan menyampaikan gagasannya. Dalam proses belajar mengajar dikelas, guru lebih banyak menggunakan metode ceramah. Termasuk dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, hal tersebut tentu saja berpengaruh terhadap proses pembelajaran yang membuat siswa merasa jenuh sehingga menimbulkan kurangnya minat siswa dalam belajar serta kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang cenderung rendah. Sebagaimana yang di ungkapkan oleh Susan salah satu siswa kelas V, dia mengungkapkan bahwa dia kurang tertarik untuk belajar pada mata pelajaran IPA.

Permasalahan yang sering terjadi dalam proses pembelajaran adalah guru masih menggunakan metode konvensional dan guru lebih mendominasi kegiatan pembelajaran. Hal tersebut menyebabkan proses pembelajaran membosankan, tidak menarik serta berlangsung satu arah sehingga mengakibatkan minat belajar menjadi rendah yang berdampak pada sulitnya siswa untuk memahami materi pelajaran.

Kegiatan mengajar juga diharapkan mampu memperluas wawasan pengetahuan, meningkatkan keterampilan dan menumbuhkan sejumlah sikap positif yang direfleksikan siswa melalui cara berpikir dan bertindak sebagai dampak hasil belajarnya. Untuk itu cara mengajar guru harus dirubah, guru menyediakan beragam kegiatan yang berimplikasi pada beragamnya pengalaman belajar supaya siswa mampu mengembangkan kompetensi setelah menerapkan pemahaman dan pengetahuannya.

Dari permasalahan tersebut, maka guru hendaknya mampu menerapkan berbagai model pembelajaran yang kreatif, inovatif dan menarik. Salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaraan dengan Model CTL (Contextual Teaching and Learning) dan talking stick. Oleh karena itu peneliti ingin meneliti minat dan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA dengan menggunakan Model CTL (Contextual Teaching and Learning) dan metode talking stick. Dalam konteks pembelajaran, CTL diterapkan dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan situasi nyata siswa sehar-hari, sedangkan metode talking stick diterapkan dengan menggunakan sebuah tongkat yang diberikan kepada siswa secara bergiliran dan siswa yang mendapatkan tongkat akan diberi sebuah pertanyaan yang harus dijawab siswa pemegang tongkat. demikian seterusnya sehingga semua siswa mendapat giliran.

Model pembelajaran adalah bingkai dari penerapan pendekatan, strategi, metode sampai dengan teknik pembelajaran yang tergambar dari awal pembelajaran sampai akhir yang berfungsi sebagai pedoman guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar sedangkan metode merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan sedangkan pembelajaran adalah berbagai kegiatan yang dilakukan oleh guru sehinga tingkah laku siswa mengalami perubahan kearah yang lebih baik. Jadi, dapat dikatan metode pembelajaran adalah teknik penyajian bahan pelajaran yang dikuasai guru dalam mengajar kepada siswa didalam kelas, baik secara individual maupun secara kelompok agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.

CTL adalah sebuah sistem yang merancang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna.

Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang mengaitkan materi dengan situasi nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan kehidupan sehari-hari, yang menghasilkan makna, mereka menyerap dan menguasai pengetahuan dan keterampilan

Talking Stick (tongkat berbicara) Merupakan model pembelajaran interaktif yang memberikan kebebasan kepada siswanya untuk dapat beraktivitas dengan leluasa tanpa adanya keterpaksaan untuk menumbuh kembangkan rasa percaya diri, yang berorientasi pada terciptanya kondisi belajar melalui permainan tongkat yang diberikan dari satu siswa ke siswa lainnya yang mana setiap siswa yang memegang tongkat itu akan diberikan pertanyaan dan menjawab pertanyaan tesebut. Dengan metode talking stick ini menimbulkan dorongan bagi peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat.

Minat merupakan kekuatan pendorong dalam diri seseorang yang menaruh ketertarikan pada orang lain atau aktifitas tertentu secara efektif atas kegiatan atau sesuatu objek yang menyenangkan. Kecenderungan seseorang yang tetap mendorong suatu individu dalam memberikan perhatian tetap terhadap suatu kegiatan tertentu, atau melakukan aktifitas tertentu pada setiap kesempatan karena mengetahui manfaat yang akan didapatkan sehingga menimbulkan keinginan untuk mencoba mengembangkan potensi dan kemapuan diri yang lama kelamaan akan mendatangkan kepuasan dalam dirinya. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil aktifitas dari mengajar. Dan hendaknya guru menerapkan berbagai model atau metode pembelajaran yang menarik minat belajar siswa karena meningkatnya minat belajar cenderung akan meningkatkan hasil belajar siswa. Yang mana pada penelitian sebelumnya dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Contextual Teacing and Learning pada Pembelajaran IPS Kelas Va SD Negeri 1 Beringin Raya Bandar Lampung” menyimpulkan bahwa penerapan

(3)

model pembelajaran CTL dapat meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran IPS kelas VA SD Negeri 1 Beringin Raya.

Berdasarkan rumusan masalah, kajian teori dan kerangka berfikir yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat disusun hipotesis tindakan yang digunakan untuk memberikan jawaban sementara atas masalah yang telah dirumuskan, yaitu: dengan menerapkan Model CTL (Contextual Teaching and Learning) dan metode Talking Stick dengan langkah-langkah meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap tindak lanjut dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas V SDN Sambangan

METODE

Jenis penelitian ini menggunakan Penetilian Tindakan Kelas (PTK) yaitu proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut. Alur Pelaksanaan pelaksanaan tindakan kelas pada penelitian ini meengunakan model PTK Model Kemmis dan Tagart. Posisi peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaku tindakan penelitian.

Dalam melakukan tindakan penelitian, peneliti berkolaborasi dengan guru kelas yang mana posisinya sebagai observer. Sedangkan peran yang dilakukan bersama dengan observer adalah membuat rancangan pembelajaran, mengobservasi proses pembelajaran, melakukan refleksi dan merancang tindakan selanjutnya. Pada penelitian ini dibutuhkan adanya partisispasi dan kolaborasi, yakni peneliti dapat terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran dan adanya kolaborasi antara peneliti dan guru pada mata pelajarn IPA yang merupakan mitra dalam penelitian ini. Penelitian tindakan mencakup empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Dalam proses pembelajaran dilakukan perbaikan dalam setiap siklus pengamatan, refleksi kritis dan perencanaan yang sistematis. Pada proses tindakan ini meliputi beberapa tahap, yakni tahap perencanaan (plan), pelaksanaan (act), pengamatan (observase), refleksi(reflect), hasil pengamatan, serta perubahan atau revisi perencanaan untuk pengembangan selanjutnya. Adapun tahapan tindakan untuk melakukan penelitian tindakan kelas pada pelajaran IPA ini meliputi:

a) Perencanaan

1. Guru bersama peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta cerita yang akan digunakan untuk melaksanakan model CTL dan metode Talking Stick dengan mempertimbangkan dan memperhatikan materi pelajaran.

2. Menyusun lembar observasi untuk ketertalaksanaan model CTL dan metode Talking Stick , lembar observasi guru, angket untuk mengukur minat belajar siswa dan lembar soal untuk mengukur hasil belajar siswa

3. Peneliti memberi penjelasan kepada guru mengenai model CTL dan metode Talking Stick.

b) Tindakan

Tindakan yang akan dilakukan meliputi kegiatan sebagai berikut:

1. Guru mempersiapkan keperluan untuk kegiatan mengajar ( posisi tempat duduk siswa/ guru, media, dsb).

2. Guru melaksanakan kegiatan mengajar menggunakan model CTL dan Talking Stick berdasarkan RPP yang telah disusun pada tahap perencanaan.

c) Pengamatan (observing)

Pengamatan dilakukan untuk mengamati pelaksanaan tindakan yang dilakukan dikelas. Pengamatan ini dilakukan ketika kegiatan pembelajaran di kelas dilaksanakan. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung peneliti mengumpulkan data yang di peroleh dari hasil dokumentasi berupa foto siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, serta pengamatan yang di isi oleh observer melalui lembar pengamatan berupa aktivitas guru dan aktivitas siswa.

d) Refleksi (reflecting)

Refleksi dilakukan unruk melihat hasil sementara dari penerapan model CTL dan Talking Stick untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas V SDN Sambangan. Dalam tahap ini peneliti berdiskusi dengan guru kelas untuk mempertimbangkan berbagai hal, yang diantaranya adalah:

1. Kesesuaian antara pelaksanaan dengan rencana yang telah dibuat 2. Kekurangan yang ada selama proses pembelajaran

3. Perkembangan yang telah dicapai siswa 4. Rencana tindakan selanjutnya

Subjek penelitia ini adalah siswa kelas V SDN Sambangan, Kecamatan Bati-Bati, Kabupaten Tanah Laut.

Peneliti dalam penelitian ini bertindak sebagai pemberi tindakan dan pengamat, sedangkan waktu penelitian dilakukan pada bulan April pada mata pelajaran IPA materi Cahaya ,Tahun ajaran 2018/2019. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus yang mana tiap siklusnya terdiri dari 2 pertemuan. Dalam teknik pengumpulan data pada penelitian ini digunakan berbagai teknik, yaitu observasi, angket, tes dan dokumentasi.

1. Angket

(4)

Merupakan teknik yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan cara mengajukan daftar petanyaan secara tertulis dan dijawab oleh responden secara tertulis pula.

2. Observasi

Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara lagsung terhadap objek ataupun kegiatan yang diteliti. Kegiatan ini bisa berkenaan dengan proses belajar mengajar. Peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian sehingga data yang diperoleh akan lebih lengkap dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap peilaku yang muncul. Observasi ini dilakukan di SDN Desa Sambangan yag berhubungan dengan pengembangan bahan dan minat belajar siswa.

3. Tes

Tes adalah beberapa pertanyaan yang memiliki jawaban yang benar dan salah. Tes merupakan prosedur yang digunakan untuk mengukur atau mengetahui sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes juga sebagai sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban, atau sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat kemaampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes. Dan tes dalam penelitian ini berupa soal-soal essay yang nantinya akan di koreksi oleh guru/wali kelas V SDN Sambangan

4. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu teknik untuk mendapatkan data dengan menghimpun dan menganalisi dokumen-dokumen. Dokumentasi ini bisa berupa tulisan, gambar, maupun elektronik. Dokumen-dokumen yang dipilih itu sesuai dengan foKus dan tujuan penelitian. Dokumentasi dalam penelitian ini barupa visi, misi dan tujuan sekolah, keadaan sekolah, guru serta siswa, keadaan sarana dan prasarana dan bukti yang berkaitan dengan pengembangan bahan ajar SDN Sambangan.

Keempat teknik tersebut digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan.

Rumus yang digunakan untuk mencari rerata minat belajar siswa diakhir siklus dengan menjumlahkan data skor perolehan minat belajar siswa di setiap pertemuan pada setiap siklus dibagi dengan jumlah data, didapatkan rumus berikut ini:

Keterangan:

RMBS= Rerata minat belajar siswa

∑MBS= Jumlah skor perolehan minat belajar di setiap pertemuan n = Banyaknya pertemuan

Adapun penggolongan kriteria minat belajar siswa dengan mencari rentang bilangan dengan skala interval yang mana skala interval merupakan skala yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lainnya. Dan penggolongan kriteria minat belajar siswa dengan mengurangkan skor maksimal minat belajar terhadap skor minimal minat belajar siswa maka diperoleh rentang bilangan sebesar 80. Rentang bilangan tersebut kemudian dibagi menjadi tiga dikarenakan peneliti ingin menggolongkan kriteria minat belajar menjadi tiga kriteria, maka menghasilkan interval kelas sebesar 26,67. Adapun hasil penggolongan kriteria minat belajar sebagai berikut:

Kriteria Minat Belajar

No. Rentang Kriteria

1. 73,36 – 100,00 Tinggi

2. 46,68 − 73,35 Sedang

3. 20,00 − 46,67 Rendah

Hasil belajar siswa dihitung dengan rata-rata tes hasil belajar dengan berpedoman pada kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan. Indicator keberhasilan dapat dicapai apabila hasil tes siswa sudah memenuhi kriteria ketuntasan.

Rat-rata= x 100%

Keterangan:

∑X= Jumlah banyaknya subjek yang tuntas N = Banyaknya subjek

(5)

Siswa dikatakan tuntas apabila mencapai nilai ≥68 berdasarkan kriteria ketuntasan minimal yang berlaku di SDN Sambangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peneliti mengadakan PTK dalam beberapa siklus yaitu siklus I dan siklus II yang mana ditiap siklusnya terdiri dari 2 kali pertemuaan. Siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 4 April 2019 dan pertemuan kedua pada tanggal 11 April 2019, dan siklus II pertemuan 1 dilaksanakan pada tanggal 18 April 2019 dan pertemuan ke dua 24 April 2019 yang diamati oleh H.Muhammad Usman,S.Pd selaku wali kelas yang bertindak sebagai observer untuk mengisi lembar observasi guru. Dengan menggunakan model CTL (Contextual Teaching and Learning) dan Talking Stick pada mata pelajaran IPA kelas V SDN Sambangan dengan materi Cahaya, adapun dari analisi data melalui teknik pengumpulan data yang telah dilakukan pada siklus I dapat di gambarkan sebagai berikut:

Tabel 1. Perbandingan Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus I No Aspek Pertemuan I Pertemuan II

1 Aktivitas Guru 93% 95%

2 Aktivitas Siswa 88% 91%

3 Minat Belajar 65% 82%

4 Hasil Belajar 53% 71%

Aktivitas guru melakukan pembelajaran pertemuan pertama guru mendapat skor 112 dari skor ideal 120, yang berarti guru telah mencapai 93% dalam kinerja mengajar dengan menggunakan model Contextual Teacing and Learning dan metode Talking Stick dan pada pertemuan kedua guru mendapat skor 114 dari skor ideal 120 yang mana skor ini mengalami peninggkatan dari skor sebelumnya pada pertemuan pertama, yang berarti guru telah mencapai 95%

Aktivitas siswa pertemuan pertama memperoleh skor 29 dari skor ideal 33 dengan jumlah persentase sebanyak 88% pada pertemuan kedua memperoleh skor 30 dari skor ideal 33 hasil observasi aktivitas belajar siswa memperoleh perentase sebesar 91%.

Minat belajar siswa yang dilakukan peneliti dari kedua siklus, pada siklus I dengan 17 orang siswa yang hadir pada pertemuan pertama diperoleh data siswa yang memiliki skor angket pada kriteria rendah sebanyak 1 siswa (6%), kriteria sedang 5 siswa atau (29%) dan kriteria tinggi sebanyak 11 siswa(65%)dan pada pertemuan kedua terdapat 0% yang memperoleh skor kriteria rendah, 18% (3) siswa memperoleh skor kriteri sedang dan 82% (14) siswa yang memperoleh skor minat belajar kriteria tinggi.

Hasil belajar siswa yang diperoleh pada evaluasi siklus I yaitu 69,118, sedangkan persentase ketuntasan siswa pada siklus I sebesar 53% atau sebanyak 9 siswa dari 17 siswa sehingga proses pembelajaran dikatakan cukup berhasil, namun hasil belajar yang diperoleh pada pertemuan I belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 80% nilai siswa diatas kriteria ketuntasan minimal, pada pertemuan II hasil belajar siswa yang diperoleh pada evaluasi siklus I yaitu 72,059, sedangkan persentase ketuntasan siswa pada siklus I sebesar 71% atau sebanyak 12 siswa dari 17 siswa sehingga proses pembelajaran dikatakan cukup berhasil, namun hasil belajar yang diperoleh pada pertemuan I belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 80%

nilai siswa diatas kriteria ketuntasan minimal.

Pada tabel diatas dapat di lihat bahwa dari pertemuan I ke pertemuan II mengalami peningkatan yang kemudian di hitung rata-ratanya dari siswa yang lengkap kehadirannya. Maka diperoleh data siklus I sebagai berikut:

Gambar 1. Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus I

93% 95%

73% 73%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

SIKLUS I

Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Minat Belajar Hasil Belajar

(6)

Dari data siklus pertama di atas dapat di lihat bahwa minat dan hasil belajar sudah cukup baik, akan tetapi dari persentase tersebut minat dan hasil belajar belum mencapai indikator keberhasilan penelitian yang telah ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu maka perlu dilaksanakan siklus ke II. Dan dari data siklus ke II dapat di jabarkan sebagai berikut:

Tabel 2. Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus II No Aspek Pertemuan I Pertemuan II

1 Aktivitas Guru 95% 97%

2 Aktivitas Siswa 96% 97%

3 Minat Belajar 70% 80%

4 Hasil Belajar 75% 90%

Aktivitas guru melakukan pembelajaran pertemuan pertama guru mendapat skor 114 dari skor ideal 120, yang berarti guru telah mencapai 95% dalam kinerja mengajar dengan menggunakan model CTL dan metode Talking Stick. , dan pada pertemuan kedua guru mendapat skor 116 dari skor ideal 120 yang mana skor ini mengalami peninggkatan dari skor sebelumnya pada pertemuan pertama, yang berarti guru telah mencapai 97%

Aktivitas siswa pertemuan pertama memperoleh skor 32 dari skor ideal 33 dengan jumlah persentase sebanyak 88% pada pertemuan kedua memperoleh skor 32 dari skor ideal 33 hasil observasi aktivitas belajar siswa memperoleh perentase sebesar 96%.

Minat belajar siswa yang dilakukan peneliti dari kedua siklus, pada siklus I dengan 20 orang siswa yang hadir pada pertemuan pertama diperoleh data siswa yang memiliki skor angket pada kriteria rendah sebanyak 0 siswa (0%), kriteria sedang 6 siswa atau (30%) dan kriteria tinggi sebanyak 14 siswa(70%) dan pada pertemuan kedua terdapat 0% yang memperoleh skor kriteria rendah, 20% (4) siswa memperoleh skor kriteri sedang dan 82% (16) siswa yang memperoleh skor minat belajar kriteria tinggi.

Hasil belajar siswa yang diperoleh pada evaluasi siklus II pertemuan yaitu 75,85 dengan persentase ketuntasan siswa sebesar 75% atau sebanyak 15 siswa dari 20 siswa yang hadir sehingga proses pembelajaran dikatakan cukup berhasil, namun hasil belajar yang diperoleh pada pertemuan I siklus II ini belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 80% nilai siswa diatas kriteria ketuntasan minimal dan pada pertemuan ke II hasil belajar siswa yang diperoleh yaitu 80,2, sedangkan persentase ketuntasan siswa pada pertemuan II sebesar 90% atau sebanyak 18 siswa dari 20 siswa yang hadir sehingga proses pembelajaran dikatakan cukup berhasil, yang mana hasil belajar yang diperoleh pada pertemuan II siklus II ini telah melebihi indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 80% nilai siswa diatas kriteria ketuntasan minimal.

Hasil belajar siswa yang diperoleh pada evaluasi siklus I yaitu 69,118, sedangkan persentase ketuntasan siswa pada siklus I sebesar 53% atau sebanyak 9 siswa dari 17 siswa sehingga proses pembelajaran dikatakan cukup berhasil, namun hasil belajar yang diperoleh pada pertemuan I belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 80% nilai siswa diatas kriteria ketuntasan minimal, pada pertemuan II hasil belajar siswa yang diperoleh pada evaluasi siklus I yaitu 72,059, sedangkan persentase ketuntasan siswa pada siklus I sebesar 71% atau sebanyak 12 siswa dari 17 siswa sehingga proses pembelajaran dikatakan cukup berhasil, namun hasil belajar yang diperoleh pada pertemuan I belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 80%

nilai siswa diatas kriteria ketuntasan minimal.

Pada tabel diatas dapat di lihat bahwa dari pertemuan I ke pertemuan II mengalami peningkatan yang kemudian di hitung rata-ratanya dari siswa yang lengkap kehadirannya. Maka diperoleh data siklus I sebagai berikut:

Gambar 2. Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus II

96% 97%

80%

95%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

SIKLUS II

Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Minat Belajar Hasil Belajar

(7)

Dari Data di atas maka dapat digambarkan perbandingan tiap siklusnya sebagai berikut:

Gambar 3. Perbandingan Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan perbandingan diatas dapat dilihat Aktivitas guru dalam mengajar mengalami peningkatan di tiap siklusnya yang mana pada siklus I persentase aktivitas guru dalam mengajar memperoleh 94% dan pada siklus ke II meningkat menjadi 96%. Aktivitas belajar siswa pun mengalami peningkatan, yang mana siklus I memperoleh persentase sebesar 89% dan meningkat menjadi 97% pada siklus ke II. Minat belajar siswa pada mata pelajaran IPA penggunaan model CTL dan metode talking stikc dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas V SDN Sambangan. Hal tersebut dapat dilihat dari data penelitian yang menunjukkan skor rata-rata angket minat belajar siswa pada siklus I memperoleh skor kriteria tinggi sebesar 73% yang mana pada siklus II meningkat menjadi 80% yang mana persentase tersebut telah melebihi kriteria keberhasilan yang ditentukan yaitu sebesar 75%. Dan hasil belajar siswa pada siklus I memperoleh rata- rata 70,6 dengan persentase ketuntasan sebesesar 73% atau 11 siswa dari 17 siswa yang hadir dan daftar kehadirannya lengkap pada tiap pertemuannya, yang kemudaian pada siklus II meningkat menjadi 82,13 degan persetase ketuntasan 95% atau 19 siswa dari 20 siswa yang hadir. Yang mana persentase tersebut telah melebihi indikator keberhasilan yaitu 80%.

PENUTUP 1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di SDN Sambangan, dapat di simpulkan bahwa implementasi Model CTL (Contextual Teaching and Learning) dan Metode Talking Stick dapat meningkatkan minat belajar siswaPenutup berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan menggambarkan jawaban dari hipotesis dan/atau tujuan penelitian atau temuan yang diperoleh. Kesimpulan bukan berisi perulangan dari hasil dan pembahasan, tetapi lebih kepada ringkasan hasil temuan seperti yang diharapkan di tujuan atau hipotesis. Saran menyajikan hal-hal yang akan dilakukan terkait dengan gagasan selanjutnya dari penelitian tersebut.

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, serta kesimpulan yang ada, maka peneliti dapat mengajukan saran sebagai berikut:

a. Siswa

Siswa harus meningkatkan minat belajar dengan cara selalu aktif dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

b. Guru

Hendaknya guru dapat menggunakan variasi model dan metode pembelajaran yang lainnya, tidak hanya model CTL dan metode talking stick.

c. Kepala Sekolah

Hendaknya kepala sekolah memberikan fasilitas pembelajaran yang memadai, serta sarana pendukung untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran demi meningkatnya mutu pendidikan di sekolah.

d. Peneliti Lain

Diharapkan peneliti dapat mengembangkan dan melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui penerapan model CTL dan talking stick di kelas dengan materi yang berbeda.

94% 96%

89%

97%

73% 80%

73%

95%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

SIKLUS I SIKLUS II

Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Minat Belajar Hasil Belajar

(8)

REFERENSI

Agib, Zainal. Penelitian Tindakan Kelas bagi Pengembangan Profesi Guru. Bandung:Yrama Widya, 2008.

Ani dan Ibadullah. (2017). Pembelajaran Tematik Konsep dan Aplikasi. Magetan: CV Ae Media Grafika.

Armos dan Amalia. Landasan Pendidikan. Depok: Kencana, 2017.

Budiman, Amin, dkk. Bimbingan Konseling. Jakarta: Dirjen Pendidikan Departemen Agama, 2019.

Chomaidi. (2018). Pendidikan dan Pengajaran Strategi Pembelajaran Sekolah. Jakarta: PT Grasindo.

Darmadi. Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran Dalam Diamika Belajar Siswa. Yogyakarta:

Deepublis, 2017.

Hidayat & Rahayu Suriati. (2018). Hakikat Ilmu Pengetahuan Budaya. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Hisbullah. (2018). Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekoolah Dasar. Makasar: Aksara Timur.

Kusnadi. Metode Pembelajaran Kolaboratif. Jawa Barat: Edu Publisher, 2018.

Marianingsih, Nining. dan Hidayati, Mistiani. Teori da Praktik berbagai Model Pembelajaran Menerapkan Invasi Pembelajarandi Kelas-Kelas Inspiratif. Surakarta: Kekata Publisher, 2018.

Maulana. Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Sumedang: UPI Sumedang Press, 2015.

Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif R&D. Bandung: Alfabeta, 2000.

Sujana, Atep. Dasar-Dasar IPA: Konsep dan Aplikasinya. Bandung: UPI Press, 2014.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Osdakarya, 2010.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari setiap siklus dari siklus I sampai siklus II baik aktivitas belajar dan hasil belajar dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.7 Hasil Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa