Dalam sistem pemerintahan presidensial, Presiden merupakan satu-satunya pemegang kekuasaan eksekutif yang sekaligus menjabat sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan. Presiden menjalankan fungsinya dibantu oleh Wakil Presiden dan dalam penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan Pasal 4 Ayat (1) UUD 1945.111. Intinya, dalam kaitannya dengan sistem pemerintahan presidensial, kekuasaan sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan bersifat inheren artinya bersatu.
Kabinet bertanggung jawab kepada presiden dan tidak bertanggung jawab kepada parlemen atau legislatif. f) Presiden tidak bertanggung jawab kepada parlemen. Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar ketiga dan keempat di dunia, Amerika Serikat dan Indonesia merupakan negara demokrasi yang mempunyai sistem pemerintahan yang sama yaitu masing-masing Presidensial yang artinya kepala pemerintahannya adalah Presiden dan diwakili oleh Wakil Presiden dan Wakil Presiden. Sistem pemerintahan Presidensial adalah sistem pemerintahan republik, dimana kekuasaan eksekutif dipilih melalui pemilihan umum dan dipisahkan dari kekuasaan legislatif. Dalam beberapa hal juga terdapat kerjasama yang erat, misalnya antara Presiden dan DPR dalam bidang pembuatan undang-undang.117.
Sedangkan wakil presiden berperan sebagai wakil, pengganti, asisten, pendamping, dan sebagai wakil independen. Dalam pelaksanaan konstitusionalnya, Presiden dan Wakil Presiden harus bertindak sebagai satu-satunya subyek lembaga lembaga Kepresidenan. Selanjutnya pada pengisian jabatan Presiden dan Wakil Presiden terjadi perubahan dari sistem demokrasi tidak langsung menjadi sistem demokrasi langsung.
128 UUD 1945 sebelum perubahan Pasal III: Untuk pertama kalinya Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Ketua atau wakil ketua terpilih adalah calon yang didukung oleh lebih dari separuh anggota dewan yang hadir. Apabila masih belum ada calon yang memperoleh suara lebih dari separuh jumlah anggota, maka calon yang memperoleh suara lebih banyak menjadi ketua dan wakil ketua.
UUD 1945 tidak memuat istilah pemilu.133 Selain memilih Presiden dan Wakil Presiden, MPR juga mengangkat Presiden dan Wakil Presiden. Sebelum menjabat, Presiden dan Wakil Presiden mengucapkan sumpah menurut agama atau berjanji secara khidmat di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat. Presiden dan Wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat, sehingga Presiden tidak lagi tunduk dan bertanggung jawab kepada MPR139.
Namun apabila MPR atau DPR tidak dapat memperoleh kursi, maka Presiden dan Wakil Presiden diambil sumpahnya di hadapan pimpinan MPR dengan disaksikan pimpinan Mahkamah Agung. Dalam hal memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden, MPR tetap mempunyai kewenangan, namun mekanismenya berbeda dengan era sebelum UUD diamandemen. Electoral College adalah suatu proses dimana Presiden dan Wakil Presiden Amerika Serikat dipilih melalui sekelompok orang yang disebut elector yang berasal dari partai politik. Jumlah pemilihnya sama dengan gabungan jumlah anggota DPR. Perwakilan dan Senat, tetapi Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat tidak dapat bersifat elektoral.
Delegasi dari negara bagian berdebat bagaimana memilih presiden dan menerima beberapa saran dari para delegasi. Jadi meski di kartu suara tertera nama calon presiden dan wakil presiden yang bersaing, namun yang terjadi justru masyarakat yang memilih lembaga pemilihan tersebut. Majelis), perguruan tinggi) yang nantinya akan memberikan suaranya untuk memilih Presiden pada tempat dan waktu yang telah ditentukan.164.
Implikasi Perkembangan Demokrasi Di Indonesia Terkait Pemilihan Presiden Oleh MPR
167 Umbu Rauta, Awal Pemilu Presiden yang Demokratis dan Ambisius, Daftar Ustavni, volume 11, nomor 3, September 2014, hal. Menyelenggarakan pemilihan umum merupakan salah satu syarat negara demokratis. Indonesia telah menyelenggarakan pemilihan umum sejak tahun 1955 dimana rakyat memilih anggota legislatif, sedangkan pemilihan presiden dilaksanakan oleh MPR yang sebelumnya anggota MPR dipilih oleh rakyat. Pemilihan presiden tahun 2004 merupakan pemilihan presiden pertama yang dilaksanakan secara langsung, yaitu dipilih oleh rakyat, dan tidak lagi oleh wakil rakyat atau MPR.
Pada tahun 2004, masyarakat pertama kali dapat merasakan apa itu pesta demokrasi melalui pemilihan Presiden secara langsung. Melihat berbagai permasalahan atau kekurangan pemilu presiden langsung di atas, pasca pemilu presiden tahun 2019 muncul beberapa gagasan untuk mengembalikan pemilu presiden dilakukan oleh MPR. Asyhar Hidayat, S.H., M.H mengungkapkan, jika Presiden dipilih oleh MPR berarti kembali ke sistem pemilihan presiden yang lama, artinya yang diatur dalam UUD 1945 sebelum diubah yaitu dipilih oleh MPR.
Kalau gagasan pemilihan presiden melalui MPR dikaitkan dengan demokrasi, maka disebut demokrasi tidak langsung. Namun, beberapa pihak tidak setuju dengan pengembalian pemilihan presiden ke MPR karena kedaulatan tertinggi tidak lagi berada di tangan rakyat. Pengembalian pemilu presiden ke MPR bukan hanya melanggar Pasal 1 ayat (2) UUD 1945, namun ada juga kelompok yang mengatakan jika presiden dipilih kembali oleh MPR maka Indonesia akan mengalami kemerosotan demokrasi. pengalaman, seperti yang terjadi 20 tahun sebelumnya.
Pernyataan di atas dibenarkan oleh Bpk. Nurhasan, S.H., M.H. Ia menyatakan, pemilu presiden MPR sudah ketinggalan zaman, sudah diperbaiki dengan adanya tuntutan reformasi sejak tahun 1998, dan secara konstitusional terdapat aturan baru mengenai pemilu presiden/wakil presiden akibat amandemen konstitusi. sejak tahun 1945 yaitu dipilih langsung oleh rakyat. Apabila terdapat kekurangan dalam penyelenggaraan pemilihan presiden/wakil presiden langsung oleh rakyat yang dilaksanakan sebanyak 4 (empat) kali (2004, 2009, 2014, 2019), maka teknis pelaksanaannya harus diperbaiki. ...hanya (meningkatkan kualitas Luber dan Jurdil), tidak mengubah prinsip. Prinsip pemilihan Presiden/Wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat tidak boleh diubah karena sejalan dengan amanat reformasi.176.
Jika presiden dipilih oleh wakil rakyat (MPR), maka partai lawan menganggap hal itu merampas hak pribadi rakyat, karena menyelenggarakan sistem pemilihan presiden langsung dianggap sebagai kemenangan demokratis. Animo masyarakat terhadap pemilihan presiden langsung begitu antusias sehingga mereka berpartisipasi/datang ke tempat pemungutan suara (TPS) dan menggunakan hak pilihnya. Perkembangan demokrasi di Indonesia dalam hal pemilihan presiden MPR tidak ada masalah karena terdapat jenis demokrasi sendiri yaitu demokrasi langsung dan demokrasi tidak langsung.
Harus diakui dan tidak dipungkiri bahwa pemilihan presiden langsung yang dilaksanakan selama ini, maupun pemilihan kepala daerah secara langsung, tidak berakar pada nasionalisme Indonesia, melainkan berakar pada ideologi liberal yang mengutamakan individualisme. Dari pernyataan Rusjidi di atas, penulis berasumsi bahwa sistem pemilihan presiden langsung hingga saat ini hanya memuaskan pilihan sebagian masyarakat dan belum memberikan dampak positif terhadap perkembangan karakter masyarakat Indonesia.