• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Kerja Instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya

N/A
N/A
Yayat Hidayat

Academic year: 2024

Membagikan "Metode Kerja Instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Metode Kerja Instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya A. Tujuan

B. Ruang Lingkup C. Tanggung Jawab D. Prosedur

1. Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan

1.1 Setelah Kick of Meeting dan Surat Perintah Kerja dikeluarkan oleh konsumen atau pemilik proyek, maka Engineering beserta Site Manager atau salah satu diantaranya melakukan survey / finalisasi untuk :

1.1.1 Design and Drawing (Revisi jika ada).

1.1.2 BoQ Kebutuhan material konsumable atau aksesoris.

1.1.3 PIC/HSE Officer dari Konsumen untuk Ijin kerja dan Job Safety Analis.

1.1.4 Informasi Vendor Alat Berat sekitar lokasi proyek (Jika diperlukan).

1.1.5 Informasi Vendor material konsumable sekitar lokasi proyek.

1.1.6 Informasi Akomodasi dan Transportasi untuk installer/teknisi dan helper.

1.2 Site Manager setelah finalisasi harus membuat Metode Kerja, Kurva S, Ijin kerja, Request Material Konsumable /Aksesoris serta Request Jasa/Vendor.

1.3 Site Manager serta HSE Officer membuat JSA (Job Safety Analisis) detail untuk pelaksanaan setiap jenis pekerjaan pada sistem PLTS tersebut.

1.4 Site Manager harus berkordinasi secara tripartit untuk kelancaran pelaksanaan proyek tersebut.

1.4.1 Site Manager membuat Ijin kerja kepada PIC user/konsumen dengan JSA jenis pekerjaan.

1.4.2 Site Manager memitigasi potensi keterlambatan dari pelaksanaan proyek tersebut.

1.4.3 Site Manager berimprovisasi untuk kelancaran target pelaksanaan proyek tersebut.

1.4.4 Site Manager mengarahkan serta mengawasi pekerja supaya hasilnya sesuai target yang diharapkan.

1.5 Procurement menerima permintaan pembelian material serta jasa dari Site manager dengan Approved atasan untuk pembelian tersebut.

1.5.1 Pembelian material secara umum (online, Penawaran harga, Offline lokasi terdekat).

1.5.1.a Procurement membuat pembelian material berikut mobilisasi material tersebut sampai dilokasi proyek.

1.5.1.b Procurement menginformasikan kepada semua pihak yang berkepentingan terutama site manager bahwa jasa/material sudah di order, rencana pengiriman bahkan sudah terkirim dengan melampirkan surat jalan serta list material berikut jumlah material tersebut.

1.5.2 Pembelian jasa dengan referensi dari perusahaan atau dengan pertimbangan lain 1.5.2.a Harga.

1.5.2.b Pengalaman vendor dalam lingkup pekerjaan yang sama.

1.5.2.c Kesiapan mobilisasi jumlah man power yang diperlukan.

1.5.2.d Kelengkapan administrasi (Sertifikat kompetensi, Kalibrasi alat dll)

(2)

1.5.3 Pembelian Tools atau Alat Bantu Kerja termasuk alat berat dengan referensi perusahaan atau dengan pertimbangan lain.

1.5.3.a Harga

1.5.3.b Lokasi sekitar untuk memudahkan mobilisasi

1.5.3.c Kesiapan alat dan atau armada jika pembelian tersebut berkaitan dengan alat berat 1.5.4 Pembelian untuk asuransi BPJS Ketenagakerjaan Jasa Konstruksi (JAKON).

1.5.4.a Skema pembayaran iuran dengan nilai kontrak kerja.

1.5.4.b Skema pembayaran iuran dengan nilai upah pekerja.

1.6 Site Manager menerima material di lokasi proyek.

1.6.1 Site manager berwenang untuk menentukan metode pembongkaran material (utama dan atau konsumable) tersebut.

1.6.1.a Jika metode pembongkaran material memerlukan bantuan alat berat semisal forklift maka site manager harus membuat permintaan atau request material kepada procurement dengan di lengkapi penjelasan rinci dari permintaan tersebut serta jangka waktu 3 atau 4 hari sebelum kedatangan material tersebut di lokasi.

1.6.1.b Jika metode pembongkaran bisa dilakukan secara manual namun untuk mobilisasi nya diperlukan alat bantu hand pallet maka site manager harus membuat permintaan atau request material kepada procurement dengan penjelasan rinci permintaan tersebut serta jangka waktu 3 atau 4 hari sebelum kedatangan material tersebut.

1.6.2 Site manager berwenang memeriksa kesesuaian material yang datang dari segi jumlah serta Spesifikasi material yang disesuaikan dengan permintaan material, design gambar, serta rencana kerja.

1.6.2.a Apabila jumlah serta spesifikasi material yang datang sesuai dengan permintaan material, design gambar serta rencana kerja maka site manager wajib membuat tanda terima (paraf/tanda tangan) dalam surat jalan kemudian menginformasikan kepada semua pihak serta update dalam progress kurva S.

1.6.2.b Apabila terdapat selisih dan atau ketidaksesuaian spesifikasi material yang diterima terhadap permintaan, design gambar serta rencana kerja maka site manager harus segera membuat klarifikasi kepada procurement atau pihak terkait serta menginformasikan kepada atasan langsung.

1.6.2.b.i Apabila selisih atau ketidaksesuaian tersebut telah mendapatkan notifikasi dari pihak terkait (procurement, pemilik proyek maupun atasan langsung) bisa dipergunakan maka site manager membuat catatan dalam update progress kurva S serta di lampirkan dalam daily report bahkan pada weekly report.

2. Pelaksanaan Pekerjaan

2.1 Site Manager membuat ijin kerja kepada PIC user/HSE Officer konsumen dengan melampirkan JSA (Job Safety Analisis) setiap jenis pekerjaan.

2.2 Site Manager dan HSE Officer/Safetyman melakukan TBM setiap pagi sebelum aktifitas pekerjaan dimulai kepada seluruh pekerja, isu yang disampaikan pada TBM tersebut adalah :

2.2.1 Isu Absensi

2.2.2 Isu Kepedulian terhadap keselamatan kerja termasuk APD 2.2.3 Isu Target pekerjaan yang harus dicapai pada hari tersebut

2.3 Safety Officer melakukan medical check up terhadap semua pekerja yang bertugas di ketinggian

(3)

2.3.1 Nilai 90-140 mmHg adalah tekanan darah pekerja yang boleh bekerja pada ketinggian 2.3.2 Jika nilai tekanan darah pekerja dibawah 90 mmHg nilai tersebut maka diperbolehkan untuk bekerja tapi tidak diperbolehkan untuk bekerja di ketinggian.

2.3.3 Jika nilai tekanan darah pekerja diatas 140 mmHg maka pekerja tidak diperbolehkan untuk bekerja atau dipulangkan dan disarankan untuk bersitirahat.

2.4 Pabrikasi Warehouse, Site Office Temporary, sign board safety (Spanduk/whiteboard), Temporary Walkway dilakukan setelah mendapatkan ijin dari PIC user / HSE Officer user.

2.5 Mobilisasi material dari site warehouse menuju titik lokasi pemasangan dengan menggunakan alat mobilisasi yang memadai.

2.5.1 Menggunakan hand pallet jika area atau akses jalan rata tidak bergelombang atau dapat menimbulkan goncangan sehingga berpotensi terhadap kerusakan material, maksimal daya angkut dari hand pallet adalah 1-3 ton.

2.5.2 Menggunakan forklift jika area atau akses jalan tidak rata atau bergelombang.

2.6 Mobilisasi material ke atas roof menggunakan scaffolding dan atau katrol, hoise crane, skylift, boomlift, mobile crane.

2.7 Instalasi Scaffolding oleh Scaffolder bersertifikat.

2.7.1 Label Hijau scaffolding bisa dipergunakan dengan aman.

2.7.2 Label Merah scaffolding tidak boleh dipergunakan atau tidak aman.

2.8 Mobilisasi material di roof memakai temporary walkway atau bantalan kayu, triplek atau palet jika kolom penyangga galvalume (zyncalume) lebih dari 120 cm serta untuk meminimalisir

kerusakan roof pada saat pengerjaan.

2.9 Instalasi Base Lifeline dengan material Galvanized, Alumunium atau Stainless jika diperlukan.

2.10 Instalasi Lifeline memakai Tali Temporary seperti Tali Karmantel statis 10mm.

2.11 Instalasi Penyangga Walkway dengan memakai hollow galvanized 30x30 di kombinasikan dengan Material Alumunium L-Feet atau Cliplock.

2.12 Instalasi Walkway dengan material FRP Moulded Grating, FRP Welded grating jika diperlukan.

2.13 Instalasi support mounting pv dengan jarak 100-150 cm dari posisi sunroof (jika ada).

2.13.1 Cek kekencangan torsi baut dan berikan marking dengan spidol permanent 2.14 Posisi sunroof harus di tangging dengan safety line plastic kuning hitam atau merah.

2.15 Tagging/Marking posisi pemasangan rel alumunium pada salah satu sisi supaya hasil akhir pemasangan PV modul lurus/estetik.

2.16 Instalasi PV modul per string dengan jumlah PV modul sesuai design gambar yang disetujui.

2.17 Koneksi MC4 antar PV Modul sebelum clamp pengikat Tengah dan sisi dipasangkan.

(4)

2.18 Instalasi clamp tengah dan sisi dengan material yang sudah distujui serta memakai bantuan kunci L atau Torsi Tools supaya mendapatkan kekencangan baut sebesar 12-14 N.m.

2.18.1 Marking baut setelah di kencangkan dengan kunci torsi

2.19 Tagging/marking string PV modul untuk alokasi masing-masing inverter serta MPPT.

2.20 Pulling kabel DC jumper pada polaritas +/- di dalam satu string PV Modul untuk memudahkan pekerjaan pemasangan kabel DC serta pipa conduit menuju ke Inverter.

2.21 Tagging/marking pulling kabel jumper tersebut kemudian amankan supaya tidak tersengat Listrik dari kabel yang terbuka.

2.22 Instalasi kabel tray atau pipa conduit serta Pipa air cleaning searah dengan penyangga walkway.

2.23 pulling kabel DC dengan konektor MC4 pada masing-masing string PV sesuai point 2.20-2.21 Kemudian tempatkan puling kabel DC tersebut pada kabel tray.

2.24 Tagging/marking hasil pulling kabel DC tersebut sebelum di koneksikan ke panel DC Combiner (jika ada) dan inverter sesuai tagging atau marking pada pada string PV Modul di point 2.19.

2.25 Cek kesesuaian tegangan keluaran string PV modul serta Polaritas +/- PV modul sebelum koneksi MC4 ke panel DC Combiner (jika ada) dan inverter.

2.26 Instalasi rak, kiosk atau shelter inverter sesuai dengan tempat, design drawing serta rencana kerja yang telah disetujui semua pihak.

2.26.1 Jika Rak, KiosK atau Shelter diperlukan pabrikasi sebelum dipasang pada area

pemasangan maka pabrikasi dilakukan di warehouse atau lokasi yang telah disetujui oleh PIC User/HSE User untuk melakukan pabrikasi (Pemotongan, Pengeboran dan atau Pengelasan) 2.26.2 Jika Rak, KiosK atau Shelter Inverter bisa langsung dipasang maka site manager berkordinasi dengan PIC User/HSE User untuk pengerjaan penempatan tersebut.

2.27 Instalasi panel DC Combiner sesuai dengan tempat, design drawing serta rencana kerja yang telah disetujui semua pihak (jika ada).

2.27.1 Instalasi Panel DC di Rak, KiosK atau Shelter Inverter

2.27.1.a Pemasangan panel DC di rak menggunakan braket yang sesuai dengan ukuran panel DC tersebut, gunakan waterpas untuk menentukan kelurusan posisi panel DC, marking dengan spidol pada ukuran atau braket luabng diameter 14mm.

2.27.1.b Pengerjaan lubang baut pada rak dengan mata Bor besi M12,

2.27.1.c Pemasangan braket pada rak dengan baut M10 dengan kekencangan torsi 45 N.m.

kemudian kasih marking pada posisi baut tersebut.

2.27.2 Pemasangan Panel DC di Tembok

2.27.2.a Pemasangan panel DC di tembok menggunakan braket yang sesuai dengan ukuran panel DC tersebut, gunakan waterpas untuk menentukan kelurusan posisi panel DC, marking dengan spidol pada ukuran atau braket lubang diameter 16mm.

2.27.2.b Pengerjaan lubang baut setelah di marking spidol dengan memakai mata bor beton ukuran M16 serta kedalaman 50-60mm.

(5)

2.27.2.c Pemasangan braket pada rak dengan baut M12, dengan kekencangan torsi 45 N.m.

kemudian kasih marking pada posisi baut tersebut.

2.28 Instalasi Inverter sesuai dengan tempat, design drawing serta rencana kerja yang telah disepakati semua pihak.

2.28.1 Instalasi braket inverter di rak, KiosK atau Shelter

2.28.1.a Pengerjaan lubang baut dengan bantuan bracket yang sesuai dengan ukuran inverter tersebut, posisikan bracket lurus dengan bantuan waterpas kemudian marking dengan spidol pada ukuran lubang diameter 14mm.

2.28.1.b Pengerjaan lubang baut setelah di marking spidol dengan memakai mata bor besi ukuran M12.

2.28.1.c Jika inverter lebih dari 1 maka posisi bracket atau inverter harus memenuhi standar jarak dalam buku panduan instalalsi produk (Inverter), rata-rata pada jarak 30 sampai 60 cm per sisi inverter.

2.28.1.d Pemasangan bracket pada rak dengan bantuan baut M10 serta torsi kekencangan 45 N.m. kemudian marking pada posisi baut tersebut dengan spidol permanent.

2.28.2 Instalasi bracket inverter di tembok.

2.28.2.a Pengerjaan lubang baut dengan bantuan bracket yang sesuai dengan ukuran inverter tersebut, posisikan bracket lurus dengan bantuan waterpas kemudian marking dengan spidol pada ukuran lubang diameter 16mm.

2.28.2.b Pengerjaan lubang baut setelah di marking spidol dengan memakai mata bor beton ukuran M16 serta kedalaman 50-60mm.

2.28.2.c Jika inverter lebih dari 1 maka posisi bracket atau inverter harus memenuhi standar jarak dalam buku panduan instalasi produk (Inverter), rata-rata pada jarak 30 sampai 60 cm per sisi inverter.

2.28.2.d Pemasangan bracket pada tembok dengan bantuan baut dynabolt M12 serta torsi kekencangan 45 N.m. kemudian marking pada posisi baaut tersebut dengan spidol

permanent.

2.29 Instalasi panel AC Combiner/Panel Distribusi AC sesuai dengan tempat, design drawing serta rencana kerja yang telah distujui oleh semua pihak.

2.29.1 Instalasi panel AC Combiner/Panel Distribusi AC di rak, KiosK atau Shelter Inverter.

2.29.1.a Pengerjaan lubang baut dengan bantuan bracket yang sesuai dengan ukuran panel AC Combiner tersebut, posisikan bracket lurus dengan bantuan waterpas kemudian

marking dengan spidol pada ukuran lubang diameter 14mm.

2.29.1.b Pengerjaan lubang baut setelah di marking spidol dengan memakai mata bor besi ukuran M12.

2.29.1.c Pemasangan bracket pada tembok dengan bantuan baut M10 serta torsi kekencangan 45 N.m. kemudian marking pada posisi baaut tersebut dengan spidol permanent.

2.29.2 Instalasi Panel AC Combiner/Panel Distribusi AC di Tembok.

2.29.2.a Pengerjaan lubang baut dengan bantuan bracket yang sesuai dengan ukuran inverter tersebut, posisikan bracket lurus dengan bantuan waterpas kemudian marking dengan spidol pada ukuran lubang diameter 16mm.

2.29.2.b Pengerjaan lubang baut setelah di marking spidol dengan memakai mata bor beton ukuran M16 serta kedalaman 50-60mm.

2.29.2.c Pemasangan bracket pada tembok dengan bantuan baut dynabolt M12 serta torsi kekencangan 45 N.m. kemudian marking pada posisi baaut tersebut dengan spidol

permanent.

(6)

2.30 Instalasi kabel tray/kabel duct PVC untuk masing-masing alat inverter, panel DC (jika ada), panel AC di tempat, design drawing serta rencana kerja yang telah disetujui semua pihak.

2.30.1 Pemasangan kabel tray/kabel duct PVC pada rak, KiosK atau Shelter Inverter.

2.30.1.a Pemasangan kabel tray di rak, kiosk atau shelter inverter harus menggunakan penyangga segitiga atau kotak supaya posisi kabel tray kokoh menahan beban kabel DC ataupun Kabel AC.

2.30.1.a.i Pemasangan penyangga di rak dengan pengelasan harus dilakukan saat pabrikasi, dengan mempertimbangkan ukuran serta dimensi inverter, panel DC (jika ada) dan Panel AC Combiner/Panel Distribusi serta Panel Komunikasi (Monitoring).

2.30.1.a.ii Pemasangan penyangga di rak dengan pengeboran lubang baut pada penyangga bisa dilakukan setelah rak, KiosK atau Shelter terpasang di lokasi.

2.30.1.a.iii Pemasangan penyangga dengan kabel tray menggunakan baut M10 dan dengan bantuan mata bor besi M12.

2.30.1.b Pemasangan kabel tray/kabel Duct PVC pada Tembok.

2.30.1.b.i Pemasangan penyangga kabel tray pada tembok dengan menggunakan bantuan mata bor beton M12 dengan kedalaman 50-60mm.

2.30.1.b.ii Pemasangan penyangga dengan kabel tray menggunakan baut M10 dan bantuan mata bor besi M12.

2.31 Instalasi kabel AC dari Inverter menuju panel AC Combiner/ Panel Distribusi AC sesuai dengan spesifikasi, design drawing dan rencana kerja yang telah disetujui semua pihak.

2.31.1 Koneksi kabel AC mengikuti standar PUIL 2000 dimana merah untuk phasa R, kuning untuk phasa S, hitam untuk phasa T, biru untuk netral, hijau untuk grounding warna isolasi/Vynil mengikuti warna kabel tersebut.

2.31.2 Radius kelengkungan kabel AC Tipe NYY.

2.31.2.a ukuran 25mm radius kelengkungan 150mm 2.31.2.b ukuran 35mm radius kelengkungan 160mm 2.31.2.c ukuran 50mm radius kelengkungan 180mm 2.31.2.d ukuran 70mm radius kelengkungan 210mm 2.31.2.e ukuran 90mm radius kelengkungan 230mm

2.31.3 Kekencangan torsi baut pada koneksi kabel AC RSTN di Inverter maupun di MCCB sebesar 25-30 N.m. kemudian marking pada posisi baaut tersebut dengan spidol permanent.

2.31.4 Kekencangan torsi baut pada koneksi kabel AC Ground (PE) di Inverter maupun di MCCB sebesar 15 N.m. kemudian marking pada posisi baaut tersebut dengan spidol permanent.

2.32 Instalasi kabel AC dari Panel AC Combiner/Panel Distribusi AC menuju Panel Existing sesuai dengan spesifikasi, design drawing serta rencana kerja yang telah disetujui semua pihak.

2.32.1 Koneksi kabel AC pada panel AC Combiner/Panel Distribusi AC mengikuti standar PUIL 2000 sama dengan point 2.31.1 sampai dengan 20.31.4

2.33 Tapping kabel AC dari panel AC Combiner/Panel Distribusi AC ke panel existing

2.33.1 Sebelum koneksi tapping/injeksi dilaksanakan kondisi panel existing harus dalam kondisi tanpa aliran Listrik atau mati Total dari sisi output panel existing.

2.33.1.a Dalam hal keperluan pemadaman diperlukan kordinasi dari site manager kepada PIC user/HSE user serta pemilik proyek supaya tidak mengganggu aktifitas konsumen secara keseluruhan.

(7)

2.32.1.b Site manager membuat dan mempersiapkan metode kerja tapping kabel AC ke panel existing yang effisien, peralatan bantu yang diperlukan tersedia saat itu kemudian teknisi yang dipekerjakan mempunyai skill untuk menangani pekerjaan tersebut supaya pemadaman tidak berlangsung lama.

2.33.2 Koneksi tapping kabel AC mengikuti standar PUIL 2000 sama dengan point 2.31.1 sampai dengan 2.31.4

2.34 Instalasi alat monitoring pada inverter sesuai design tempat, design drawing, serta rencana kerja yang sudah distujui semua pihak.

2.34.1 pemasangan panel monitoring di rak, kiosk atau shelter inverter sama dengan pemasangan panel AC Combiner/panel distribusi AC point 2.29.1 (a sampai c)

2.34.2 pemasangan panel monitoring di tembok sama dengan pemasangan panel AC Combiner/panel distribusi AC point 2.29.2 (a sampai c)

2.35 Instalasi pemasangan pipa untuk supply air cleaning permukaan PV modul sesuai dengan tempat, design drawing serta rencana kerja yang sudah disetujui semua pihak.

2.35.1 Pemasangan pipa HDPE sekitar PV modul mengikuti jalur penyangga kabel tray 2.35.2 Tandai titik outlet kran untuk pemotongan pipa HDPE setelah dibentangkang 2.35.3 Pasang sambugan pipa baik T-Bow, L-Bow, Knie pada titik yang diperlukan

2.35.4 Tambahkan sealed tape pipa untuk material yang ada drat nya supaya tidak terjadi kebocoran.

2.36 Instalasi pemasangan Grounding Rod serta grounding PIT sesuai tempat, design drawing serta rencana kerja yang sudah disetujui semua pihak.

2.36.1 Site manager harus berkordinasi dengan PIC User/HSE user dan pemilik proyekl terkait dengan kebutuhan area untuk titik pengeboran atau pemasangan grounding Rod.

2.36.2 Tandai area yang sudah dipastikan aman serta mudah untuk pemasangan grounding Rod.

2.36.3 Penggalian area dengan dimensi 30x30 cm, kedalaman 50 cm untuk penempatan Grounding PIT/Coran bak control grounding.

2.36.4 Pengeboran atau penanaman grounding rod sesuai Panjang stik grounding pada desing drawing dan rencana kerja yang disetujui semua pihak.

2.36.5 Tambahkan semen bentonite atau Erico GEM setelah pemasangan stick grounding Rod.

2.36.6 Cek atau ukur nilai tahanan grounding setelah tertananam dengan nilai standar pada PUIL 2000 adalah 5 Ohm.

3. Pra-Commisioning Test

3.1 Pengukuran Tegangan DC (VOC) pada masing-masing string PV modul

3.1.1 Pengukuran tegangan DC (VOC) dengan alat Multimeter (Kyoritsu AC/DC Clamp Meter) 3.1.2 Pasangkan probe merah ke MC4 + dan probe hitam ke MC4 –

3.1.3 Pengukuran dilakukan untuk masing-masing string PV Modul

3.1.4 Catat hasil pengukuran pada lembar pengujian serta dokumentasi foto beserta label/tagging string pv modul tersebut.

3.2 Pengukuran Irradiasi, Arus Short Circuit (ISC), Resistance Kabel DC (RISO)

3.2.1 Pengukuran Irradiasi matahari saat uji Arus Short Circuit dengan alat ukur (Seaward Solar 200R).

3.2.2 Pengukuran Arus Short Circuit (ISC) dan Resistance Kabel DC (RISO) dengan alat (Seaward PV150).

3.2.3 Pengukuran dilakukan untuk masing-masing string PV Modul

(8)

3.2.4 Catat hasil pengukuran pada lembar pengujian serta dokumentasi foto beserta label/tagging string pv modul tersebut.

3.3 Pengukuran Tahanan Grounding (Resistansi Grounding Rod) 3.3.1 Pengukuran dilakukan dengan alat Earth Tester.

3.3.1.a Hubungkan alat ukur ke busbar Grounding dengan kabel Hijau.

3.3.1.b Hubungkan alat ukur ke Rod Spike sejauh 5-10 meter dari titik Grounding secara menyilang dengan kabel Kuning.

3.3.1.c Hubungkan alat ukur ke Rod Spike sejauh 5-10 meter dari titik grounding secara menyilang dengan kabel merah.

3.3.1.d Putar selector switch pada alat ukur di angka 20 Ω, kemudian tekan tombol uji dan kunci supaya hasil pengukuran stabil.

3.3.1.d.i Jika hasil uji menunjukan nilai tahahan < 5 Ω maka grounding rod tersebut lulus atau bisa dipakai

3.3.1.d.ii Jika hasil uji menunjukan nilai tahanan > 5 Ω maka grounding rod tersebut perlu dilakukan beberapa assessment supaya hasil tahanan mencapai standard

3.3.1.d.ii.a Membuat dan atau memasang ground stik di area baru seijin dari PIC user/HSE dan pemilik proyek

3.3.1.d.ii.b Jika tidak memungkinkan karena beberapa pertimbangan maka lubang grounding bisa di tambahakan dengan semen bentonite atau Erico GEM secukupnya, sampai nilai tahanan mencapai standar.

3.3.1.e Catat hasil pengukuran pada lembar pengujian serta dokumentasi foto beserta label/tagging.

3.4 Pengukuran Isolasi (insulation) Kabel AC pada panel AC Combiner atau Panel Distribusi AC 3.4.1 Pengukuran dilakukan dengan menggunakan Insulation Tester

3.4.1.a Putar selector switch pada angka 500V dengan rentang ukur 2 GΩ.

3.4.1.b Hubungkan probe merah dan hitam ke kabel AC - Skema hubung probe N -> R, N -> S, N -> T, N -> GND - Skema hubung probe R -> S, R -> T, S -> T, R -> GND - Skema hubung probe S -> GND, T -> GND

3.4.1.c Hasil pengukuran isolasi harus ≥ 0.5 MΩ

3.4.1.c.i Jika nilai isolasi < 0.5 MΩ maka diperlukan perbaikan pada sisi terminasi terhadap skun kabel tersebut, atau diperlukan penggantian pada kabel dengan nilai kurang dari < 0.5 MΩ

3.4.1.d Catat hasil pengukuran pada lembar pengujian serta dokumentasi foto beserta label/tagging.

3.5 Pengukuran atau pengecekan Torsi kekencangan dan marking baut pada Panel AC Combiner, Inverter bahkan Panel DC Combiner (jika ada)

3.5.1 Pengukuran atau pengujian kekencangan baut dengan alat Kunci Torsi pada Panel AC 3.5.1.a Set nilai torsi pada Kunci di nilai 30 Nm.

3.5.1.b Kencangkan baut R,S,T,N dan GND pada kabel Panel AC Combiner/Panel Distribusi AC 3.5.1.c Setelah dipastikan kekencangan baut tersebut marking dengan spidol permanent 3.5.1.d Catat hasil pengukuran pada lembar pengujian serta dokumentasi foto beserta label/tagging.

3.5.2 Pengukuran atau pengujian kekencangan baut dengan alat Kunci Torsi pada Inverter 3.5.2.a sama dengan point 3.5.1.a sampai dengan 3.5.1.d

(9)

3.5.3 Pengukuran atau pengujian kekencangan baut dengan alat Kunci Torsi pada Panel DC Combiner

3.5.3.a sama dengan point 3.5.1.a sampai dengan 3.5.1.d

3.6 Pengukuran Arus dan Tegangan AC pada Panel AC Combiner atau Panel Distribusi AC 3.6.1 Pengukuran atau pengujian Tegangan tersebut dengan menggunakan alat Multimeter (Kyoritsu AC/DC)

3.6.1.a Putar selector switch pada alat multimeter di AC Volt (400 V) 3.6.1.b Hubungkan Probe Merah dan Hitam ke kabel AC

- Skema hubung probe Merah-Hitam ke Kabel N -> R, N -> S, N -> T - Skema hubung probe Merah-Hitam ke Kabel R -> S, R -> T, S -> T

- Skema hubung probe Merah-Hitam ke Kabel R -> GND, S -> GND, T -> GND dan N -> GND 3.6.1.c Pengukuran point 3.6.1.a sampai 3.6.1.b dilakukan untuk semua MCCB/ACB pada panel AC Combiner / Panel Distribusi AC tersebut.

3.6.1.d Catat hasil pengukuran pada lembar pengujian serta dokumentasi foto hasil uji beserta label/tagging MCCB/ACB tersebut.

3.6.2 Pengukuran atau pengujian Tegangan tersebut dengan menggunakan alat Multimeter (Kyoritsu AC/DC)

3.6.2.a Putar selector switch pada alat multimeter di Ampere AC (400A)

3.6.2.b Tekan trigger pada alat multimeter dan kaitkan clamp pada masing-masing konduktor R, S, T baik busbar ataupun kabel.

3.6.2.c Pengukuran point 3.6.2.b dilakukan untuk semua MCCB/ACB pada panel AC Combiner / Panel Distribusi AC tersebut.

3.6.2.d Catat hasil pengukuran pada lembar pengujian serta dokumentasi foto hasil uji beserta label/tagging MCCB/ACB tersebut.

3.7 Pengukuran atau pengujian rotasi phasa pada Panel AC Combiner atau Panel Distribusi AC 3.7.1 Pengukuran atau pengujian ini dengan menggunakan alat uji Phase Sequence Tester

3.7.1.a Pengujian dilakukan saat panel AC Combiner atau Panel Distribusi AC beroperasi atau ada tegangan

3.7.1.b Pengujian dilakukan dengan menghubungkan probe merah ke phasa R, Probe putih ke phasa S, Probe Biru ke phase T.

3.7.1.c Tekan switch button pastikan indicator nyala dan putaran searah jarum jam 3.7.1.d Catat hasil pengukuran pada lembar pengujian serta dokumentasi foto hasil uji beserta label/tagging MCCB/ACB tersebut.

3.8 Pengukuran atau pembacaan real time monitoring

3.8.1 Pengukuran atau pengujian ini hanya pada tampilan monitoring inverter (cloud service Inverter)

3.8.2 Pengukuran pada data monitoring ini dilakukan selama 7 hari

3.8.3 Catat hasil pengukuran pada lembar pengujian serta dokumentasi foto hasil uji beserta label/tagging atau grup moinitoring tersebut.

3.9 Inspeksi kekencangan torsi clamp Tengah dan Clamp sisi PV Modul

3.9.1 Inspeksi dilakukan dengan menggunakan Kunci Torsi di 14 Nm untuk semua clamp Tengah dan sisi PV modul

3.9.2 Marking hasil pengujian torsi dengan spidol permanent

3.9.3 Catat hasil pengukuran pada lembar pengujian serta dokumentasi foto hasil uji tersebut.

(10)

3.10 Inspeksi instalasi PV modul sesuai dengan design drawing, tempat dan rencan kerja yang disetujui semua pihak

3.10.1 Inspeksi jarak overlap pv modul atas dan bawah ke rel alumunium dengan jarak 34 cm 3.10.2 Inspeksi jarak frame PV modul ke kabel tray dengan jarak 10-50 cm

3.10.3 Inspeksi jarak overlap rel alumunium ke frame pv modul tanpa kabel tray adalah 5-15 cm 3.10.4 Inspeksi jarak string ke string pv modul dengan jarak 20-50 cm

3.10.5 Inspeksi jarak string pv modul untuk akses maintenance dengan jarak 60-100 cm

3.10.6 Inspeksi kabel konektor MC4 di bawah PV modul tidak terkena atap seng atau terekspose matahari.

3.10.7 Inspeksi ikatan kabel konektor MC4 dan kabel jumper di bawah PV modul sudah di ikat kuat dengan kabel tice

3.10.8 Catat hasil pengukuran atau inspeksi pada lembar pengujian serta dokumentasi foto hasil uji tersebut.

3.11 Inspeksi kondisi Atap sekitar area pemasangan PV modul dan Kabel tray 3.11.1 Inspeksi Atap sekitar area pemasangan PV modul

3.11.1.a Inspeksi dilakukan setelah semua tahapan konstruksi sistem PLTS di Atap selesai 3.11.1.b Inspeksi keseluruhan atap sekitar area PV modul amati dengan seksama kondisi atap tersebut dari ketidaksesuaian seperti penyok, miring, berlung, pecah dsb

3.11.1.c Marking ketidaksesuaian tersebut dengan spidol permanent dan berikan tanda kemudian nomor

3.11.1.d Catat hasil pengukuran atau inspeksi pada lembar pengujian serta dokumentasi foto hasil uji tersebut.

3.11.2 Inspeksi Atap sekitar area pemasangan kabel tray, walkway ataupun safety line 3.11.2.a Inspeksi keseluruhan area pemasangan kabel tray, walkway, safety line amati ketidaksesuaian kondisi atap seperti penyok, miring, berlung, pecah dsb

3.11.1.b Marking ketidaksesuaian tersebut dengan spidol permanent dan berikan tanda kemudian nomor

3.11.1.c Catat hasil pengukuran atau inspeksi pada lembar pengujian serta dokumentasi foto hasil uji tersebut.

3.12 Inspeksi kondisi bangunan Rak, KiosK atau Shelter Inverter sesuai dengan design drawing, tempat dan rencana kerja yang disetujui semua pihak.

3.12.1 Inspeksi kesesuaian bangunan pedestal dengan design drawing menggunakan meteran dan waterpass

3.12.2 Inspeksi kesesuaian rak, kiosk atau Shelter sesuai dengan design drawing menggunakan meteran dan waterpass

3.12.3 Catat hasil pengukuran atau inspeksi pada lembar pengujian serta dokumentasi foto hasil uji tersebut.

4. Commisioning dan Uji Running 4.1 Commisioning Test

4.1.1 Pengukuran Tegangan DC (VOC) Masing-masing String PV Modul sama seperti tahapan pada pra-commisioning point 3.1 (3.1.1 sampai dengan 3.1.4)

4.1.2 Pengukuran Irradiasi, ISC, Resistansi (RISO) String PV modul sama seperti tahapan pada pra- commisioning point 3.2 (3.2.1 sampai dengan 3.2.4)

(11)

4.1.3 Pengukuran Resistansi Grounding Rod (Tahanan Grounding/Pembumian) sama seperti tahapan pada pra-commisioning point 3.3.1 (3.3.1.a sampai dengan 3.3.1.d)

4.1.4 Pengukuran Insulation Kabel AC sama sseperti tahapan pada pra-commisioning point 3.4.1 (3.4.1.a sampai dengan 3.4.1.c)

4.1.5 Pengukuran Arus dan Tegangan pada panel AC combiner / Panel Distribusi AC sama seperti tahapan pada pra-commisioning point 3.6.1 (3.6.1.a samapai dengan 3.6.1.c) dan point 3.6.2 (3.6.2.a sampai dengan 3.6.2.c)

4.1.6 Pengukuran Pengujian Phase Rotasi sama seperti tahapan pada pra-commisioning point 3.7.1 (3.7.1.a sampai dengan 3.7.1.c)

4.1.7 Pengukuran atau pembacaan monitoring sama seperti tahapan pada pra-commisioning point 3.8.1 sampai dengan 3.8.3

4.2 Uji Running Sistem PLTS

4.2.1 Uji running dilakukan setelah mendapatkana ijin dari PIC User/HSE User dan Pemilik proyek serta sudah dilakukan Commisioning.

4.2.2 Site manager perlu berkordinasi dengan semua pihak sebelum uji running dilaksanakan karena uji running tersebut akan dilangsungkan dalam jangka waktu tertentu.

4.2.3 Uji Running diperlukan sebagai salah satu syarat yang diajukan dalam proses Uji Laik Operasi untuk mendapatkan Sertifikat Laik Operasi.

4.2.4 Uji Running sistem akan berlangsung 24 jam sehari dan selama jangka waktu yang telah disepakati semua pihak.

4.2.5 Proses uji running ini akan dinyatakan berhasil jika tahapan uji selama jangka waktu ditentukan tidak terdapat atau terjadi masalah dalam keseluruhan sistem.

4.2.6 Proses uji running akan di akhiri dengan diterbitkannya berita acara commissioning oleh pemilik proyek.

5. Serah Terima Pekerjaan

5.1 Setelah proses konstruksi sampai kegiatan uji running selesai kemudian dilanjutkan dengan proses serah terima pekerjaan kepada pemilik proyek.

5.1.1 Proses serah terima mengharuskan subkon/vendor untuk menyerahkan semua Salinan dokumen pekerjaan meliputi

5.1.1.a Dokumen atau berita acara serah terima barang yang dilengkapi dengan dokumentasi foto dalam kegiatan bongkar muat material atau barang tersebut.

5.1.1.b Dokumen atau laporan progress weekly dan Monthly yang sudah di paraf oleh kedua belah pihak.

5.1.1.c Dokumen atau berita acara Uji Commisioning dan Running Sistem beserta lampiran lembar pengujian yang sudah di paraf kedua belah pihak.

5.1.1.d Dokumen Laporan HSE selama masa proyek termasuk lampiran ijin kerja, JSA, Near Miss dan atau laporan kejadian kecelakaan kerja (jika ada).

Referensi

Dokumen terkait

Dari gambar diatas dijelaskan bahwa komponen utama dari sistem PLTS adalah Solar PV ( Photovoltaic) dimana pada pagi sampai sore hari permukaan PV dikenai cahaya

Penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atau Solar Home System menjadi pilihan, karena matahari yang menjadi sumber utama PLTS tidak akan pemah habis, mudah didapatkan

Pada saat cuaca mendung atau hujan, maka daya yang dibangkitkan oleh PLTS kecil sehingga tidak dapat menutupi kebutuhan beban saat itu, tetapi saat cuaca cerah dan

Abstrak— Energi matahari dapat diubah menjadi energi listrik dengan menggunakan panel surya dikenal dengan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Tipe Off-Grid

1. Kesesuaian lokasi rencana kegiatan pembangunan PLTS dengan tata ruang daerah setempat. Penjelasan mengenai persetujuan prinsip atas rencana kegiatan yang diberikan

Dari gambar diatas dijelaskan bahwa komponen utama dari sistem PLTS adalah Solar PV (Photovoltaic) dimana pada pagi sampai sore hari permukaan PV dikenai cahaya maka

Rangkaian Diagram Blok Berdasarkan gambar diagram diatas, dapat dijelaskan fungsi masing-masing blok diagram yaitu panel surya adalah komponen PLTS yang fungsinya merubah cahaya

Hasil simulasi PLTS rooftop variasi 2 Berdasarkan gambar 7, energi listrik yang dihasilkan array surya variasi 2 adalah sebesar 1.516,9 kWh, kemudian setelah dikonversi menjadi