• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE OPTIMASI KELOMPOK 5

N/A
N/A
johan

Academic year: 2025

Membagikan "METODE OPTIMASI KELOMPOK 5"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

i

Menganalisis “Analytical Hiererchy Process”

Pada Rekomendasi Pengunaan Subsidi Listrik

Disusun Guna Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester (UAS) Mata Kuliah Metode Optimasi

Dosen Pengampu:

WAZIROTUS SAKINAH, S.Pd., M. T.

199010312019032017 Oleh:

YOGA SATRIA PUTRA. 221910701001 JOHAN MAHENDRA. 221910701026 SELVARIAN WAHYU DWI R. 231910701017

PROGRAM STUDI STRATA 1 TEKNIK KONSTRUKSI PERKAPALAN JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JEMBER 2024

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb, puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya sehingga laporan ini dapat hadir di tengah-tengah kita sebagai sumber referensi dalam kegiatan pembelajaran.

Laporan ini disusun untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Metode Optimasi berdasarkan berbagai macam sumber yang disempurnakan. Laporan ini dirancang untuk memperkuat kompetensi dari sisi pengetahuan, keterampilan dan sikap secara utuh.

Dalam penyusunan laporan ini tidak mungkin dapat terwujud tanpa adanya komitmen dan kerjasama antara pihak yang terlibat, oleh karena itu dalam kesempatan ini atas nama tim penyusun ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen Pengampu, Atas segala ilmu dan arahan yang telah diberi untuk penyelesaian Mata Kuliah Metode Optimasi.

Besar harapan penulis hadirnya laporan Metode Optimasi ini dapat membantu masyarakat luas untuk sedikit banyak mengetahui gambaran tentang Metode yang digunakan.

Laporan ini juga diharapkan dapat memberi wawasan dan pengetahuan tentang bagaimana penggunaan alat gambar yang digunakan dalam Metode Optimasi.

(3)

iii DAFTAR ISI

COVER LAPORAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 2

1.3 Tujuan ... 2

1.4 Manfaat ... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Sistem Pendukung Keputusan ... 3

2.2 AHP ... 3

2.3 Prinsip Dasar AHP... 4

2.4 Kelebihan dan Kekurangan AHP ... 4

2.5 Bantuan Subsidi ... 6

2.6 Subsidi Listrik ... 6

2.7 AHP Pada Rekomendasi Subsidi Listrik ... 6

BAB 3 METODE ANALISIS DATA ... 7

3.1 Analisis ... 8

3.2 Metodologi Penelitian ... 8

3.3 Metode Analisis Menggunakan AHP ... 8

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 10

4.1 Hasil ... 10

4.1.1 Matrik Perbandingan Kriteria ... 10

4.1.2 Nilai Eigen ... 10

4.2 Pembahasan ... 11

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 13

3.1 Kesimpulan ... 13

3.2 Saran ... 13

DAFTAR PUSTAKA ... 14

(4)

iv

(5)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknologi terus berkembang pesat dan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama dengan semakin majunya ilmu komputer. Hampir semua aktivitas manusia, baik di organisasi maupun perusahaan, kini bergantung pada teknologi komputer. Transformasi teknologi ini didorong oleh kebutuhan manusia yang terus meningkat dan menjadi semakin kompleks, sehingga menuntut inovasi yang cepat dan signifikan di berbagai bidang.

Energi listrik menjadi kebutuhan utama dalam kehidupan manusia, mulai dari rumah tangga, sektor bisnis, pemerintahan, hingga industri kecil dan besar. Ketersediaan listrik sangat penting karena memengaruhi pertumbuhan kualitas sosial ekonomi masyarakat secara umum.

Besarnya biaya listrik tergantung pada daya dan aktivitas penggunaannya. Semakin tinggi tingkat ekonomi, semakin besar konsumsi listrik, yang berdampak pada peningkatan biaya. Hal ini menjadi beban berat bagi masyarakat kurang mampu, karena tarif listrik yang tinggi menambah kesulitan mereka dalam memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.

PT Perusahaan Listrik Negara atau biasa disebut PT. PLN adalah Badan Usaha Milik Negara yang saat ini masih menyediakan subsidi tarif tenaga listrik untuk rumah tangga. Listrik merupakan salah satu kebutuhan yang merupakan hajat hidup orang banyak sehingga perlu diatur dan disediakan oleh negara. Dalam menjalankan fungsinya dalam memberikan pelayanan ketenagalistrikan bagi masyarakat, pemerintah memberikan kewenangan kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) untuk menjalankan fungsi tersebut sesuai dengan UU 19 Tahun 2003 tentang BUMN.

Program subsidi listrik salah satu program penanggulangan kemiskinan dengan memberikan dana bantuan subsidi listrik kepada rumah tangga yang miskin dan tidak mampu yang dibayar oleh Pemerintah Indonesia kepada PT. PLN (Persero). Namun dalam pengaplikasian kebijakannya, sering sekali tidak tepat sasaran. Dikarenakan adanya penerima subsidi yang masih tergolong mampu. Serta proses dalam perekapan rekomendasi subsidi listrik memerlukan waktu yang lama, karena dilakukan secara manual di kertas kerja.

Berbagai permasalahan mengenai subsidi listrik dengan fasilitas yang diberikan kepada masyarakat kurang mampu pada umumnya merasa perlu melakukan pertimbangan dalam

(6)

2

memilih masyarakat benar-benar kurang mampu sesuai dengan kriteria masyarakat kurang mampu dan pertimbangan lainnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam menentukan penerima subsidi listrik yang tepat sasaran?

2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi proses penilaian dalam metode AHP untuk rekomendasi subsidi listrik?

3. Bagaimana metode AHP dapat membantu mengatasi masalah ketidaktepatan dalam pemberian subsidi listrik?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui penerapan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam menentukan penerima subsidi listrik yang tepat sasaran?

2. Mengetahui Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi proses penilaian dalam metode AHP untuk rekomendasi subsidi listrik?

3. Mengetahui bagaimana metode AHP dapat membantu mengatasi masalah ketidak tepatan dalam pemberian subsidi listrik?

1.4 Manfaat

1. Masyarakat mengetahui penerapan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam menentukan penerima subsidi listrik yang tepat sasaran?

2. Masyarajat mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi proses penilaian dalam metode AHP untuk rekomendasi subsidi listrik?

3. Masyarakat mengetahui bagaimana metode AHP dapat membantu mengatasi masalah ketidak tepatan dalam pemberian subsidi listrik?

(7)

3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Pendukung Keputusan

Dalam kehidupan, proses pengambilan keputusan adalah sesuatu yang selalu dihadapi oleh manusia. Keputusan yang diambil biasanya didasarkan pada pertimbangan tertentu atau logika, di mana terdapat alternatif terbaik dari beberapa pilihan yang harus dipilih, serta tujuan yang ingin dicapai. Keputusan merupakan hasil pemikiran yang berupa pemilihan satu dari beberapa alternatif untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi (Pratiwi, 2016)

Pembuat keputusan sering kali menghadapi kompleksitas dan cakupan pengambilan keputusan yang melibatkan banyak data. Oleh karena itu, mereka perlu mempertimbangkan risiko serta manfaat/biaya, dan harus bergantung pada suatu sistem yang dapat memecahkan masalah secara objektif berdasarkan kriteria atau pertimbangan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sistem ini dikenal sebagai Sistem Pendukung Keputusan (SPK).

Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah suatu sistem informasi yang dirancang khusus untuk mendukung pengambilan keputusan dengan memanfaatkan data, model, dan teknik analisis tertentu. Sistem ini digunakan untuk menyelesaikan masalah yang kompleks dengan menyediakan informasi yang akurat dan relevan bagi pengguna. SPK dapat diterapkan di berbagai bidang, seperti bisnis, manajemen, kesehatan, dan sektor lainnya.

Tujuan utama penggunaan sistem pendukung keputusan adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam proses pengambilan keputusan. Dengan adanya sistem ini, pengambil keputusan dapat menganalisis data dengan lebih baik dan cepat, sehingga dapat membuat keputusan yang tepat dalam waktu yang lebih singkat.

SPK juga berperan dalam mengurangi risiko kesalahan dalam pengambilan keputusan, sehingga hasil yang diperoleh lebih dapat diandalkan.

2.2 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah salah satu sistem pendukung keputusan yang memiliki keunikan dibandingkan metode lainnya. Dengan menggunakan AHP, kita dapat menentukan nilai bobot untuk setiap parameter yang digunakan. AHP unggul dalam hal akurasi data, karena bobot kriteria tidak ditentukan secara sembarangan, melainkan dihasilkan melalui perhitungan yang melibatkan perbandingan berpasangan antara setiap parameter (Agusli dkk.,2020). Metode ini memberikan penilaian subjektif mengenai pentingnya setiap variabel secara relatif dan menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas tertinggi untuk mempengaruhi hasil dalam situasi tersebut. Proses pengambilan keputusan pada dasarnya melibatkan pemilihan alternatif terbaik. Ini mencakup penstrukturan masalah, penentuan alternatif, penetapan nilai kemungkinan untuk variabel acak, penetapan nilai, pengaturan preferensi terhadap waktu, serta spesifikasi risiko yang ada.

Meskipun terdapat banyak alternatif yang dapat ditetapkan dan penjelasan nilai kemungkinan yang terperinci, tetap ada keterbatasan yang mengelilingi proses ini, yaitu

(8)

4

dasar perbandingan yang berbentuk satu kriteria tunggal. Alat utama dari Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah adanya hirarki fungsional yang mengandalkan persepsi manusia sebagai input utamanya. Dengan menggunakan hirarki, masalah yang kompleks dan tidak terstruktur dapat dipecah menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil dan disusun dalam bentuk hirarki.

2.3 Prinsip Dasar AHP

Prinsip dasar dari Analytical Hierarchy Process (AHP) mencakup tiga komponen utama yang berfungsi untuk menyederhanakan masalah kompleks yang tidak terstruktur dan dinamis menjadi bagian-bagian yang lebih kecil serta terorganisir dalam suatu hirarki. Berikut adalah penjelasan mengenai prinsip-prinsip tersebut:

2.3.1 Dekomposisi

Dengan prinsip ini, struktur masalah yang kompleks dipecah menjadi bagian- bagian yang terorganisir secara hierarkis. Tujuan ditentukan dari yang paling umum hingga yang lebih spesifik. Dalam bentuk yang paling sederhana, struktur ini akan membandingkan tujuan, kriteria, dan alternatif tingkat bawah. Setiap kelompok alternatif dapat dibagi lebih lanjut menjadi tingkatan yang lebih rinci, mencakup kriteria tambahan lainnya. Tingkat teratas dari hirarki adalah tujuan yang terdiri dari satu elemen. Tingkat berikutnya mungkin berisi beberapa elemen, di mana elemen-elemen tersebut dapat dibandingkan dan memiliki tingkat kepentingan yang hampir sama tanpa perbedaan yang signifikan. Jika terdapat perbedaan yang terlalu besar, maka perlu dibuat level baru.

2.3.2 Comparative Judgments

Prinsip ini memberikan penilaian mengenai kepentingan relatif antara dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam hubungannya dengan tingkat di atasnya.

Penilaian ini merupakan inti dari penerapan metode AHP. Hasil penilaian ini dapat disajikan dalam bentuk matriks yang dikenal sebagai matriks perbandingan berpasangan, yang berisi tingkat preferensi beberapa alternatif untuk kriteria yang ada.

Skala preferensi yang digunakan berkisar dari skala 1, yang menunjukkan tingkat terendah, hingga skala 9, yang menunjukkan tingkat tertinggi.

2.3.3 Sintesa Prioritas

Sintesis prioritas dilakukan dengan mengalikan prioritas lokal dengan prioritas dari kriteria terkait di tingkat atasnya, kemudian menjumlahkannya ke setiap elemen di tingkat yang dipengaruhi oleh kriteria tersebut. Hasilnya adalah kombinasi yang dikenal sebagai prioritas global, yang selanjutnya digunakan untuk memberikan bobot pada prioritas lokal dari elemen di tingkat terendah sesuai dengan kriteria yang ada.

2.4 Kelebihan Kekurangan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

Seperti metode analisis lainnya, AHP juga memiliki kelebihan dan kelemahan dalam sistem analisisnya. Beberapa kelebihan dari analisis ini adalah:

1. Kesatuan (Unity)

AHP mengubah masalah yang kompleks dan tidak terstruktur menjadi sebuah model yang fleksibel dan mudah dimengerti.

(9)

5 2. Kompleksitas (Complexity)

AHP menyelesaikan masalah yang kompleks dengan menggunakan pendekatan sistematis dan pengintegrasian secara deduktif.

3. Saling ketergantungan (Inter Dependence)

AHP dapat diterapkan pada elemen-elemen dalam sistem yang independen dan tidak memerlukan hubungan linier.

4. Struktur Hirarki (Hierarchy Structuring)

AHP mencerminkan cara berpikir alami yang cenderung mengelompokkan elemen-elemen sistem ke dalam berbagai tingkat, di mana setiap tingkat berisi elemen-elemen yang memiliki kesamaan.

5. Pengukuran (Measurement)

AHP menyediakan skala pengukuran dan metode untuk mendapatkan prioritas.

6. Konsistensi (Consistency)

AHP mempertimbangkan konsistensi logis dalam penilaian yang digunakan untuk menentukan prioritas.

7. Sintesis (Synthesis)

AHP mengarah pada perkiraan keseluruhan mengenai seberapa diinginkannya masing-masing alternatif.

8. Trade Off

AHP mempertimbangkan prioritas relatif faktor-faktor pada

sistem sehingga orang mampu memilih altenatif terbaik berdasarkan tujuan mereka.

9. Penilaian dan Konsensus (Judgement and Consensus) AHP tidak mengharuskan adanya suatu konsensus, tapi menggabungkan hasil penilaian yang berbeda.

10. Pengulangan Proses (Process Repetition)

AHP mampu membuat orang menyaring definisi dari suatu permasalahan dan mengembangkan penilaian serta pengertian mereka melalui proses pengulangan.

Selain memiliki kelebihan dalam hal fleksibilitas, metode AHP juga memiliki kekurangan. Kekurangan dari metode ini adalah bahwa hasilnya akan menjadi tidak berarti jika penilai atau ahli membuat penilaian yang salah atau ragu-ragu. Keraguan atau kesalahan dalam penilaian ini muncul karena setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda. Oleh karena itu, metode ini sebaiknya diterapkan kepada masyarakat dengan memberikan batasan atau kriteria yang jelas dari penilai atau ahli, serta meyakinkan pembaca bahwa persepsi atau penilaian yang diberikan oleh ahli dapat mewakili, atau setidaknya sebagian besar masyarakat memiliki pandangan yang sama dengan ahli tersebut.

(10)

6 2.5 BantuanSubsidi

Subsidi adalah bantuan berupa uang atau komoditas yang biasanya diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat atau organisasi. Menurut Dani Iskandar dkk., dalam (Purnama, 2017) pengertian subsidi adalah bantuan yang diberikan pemerintah kepada produsen sehingga harga yang ditawarkan sesuai dengan keinginan pemerintah dengan harga lebih murah daripada harga semula. Secara singkat, subsidi dapat diartikan sebagai bantuan atau dukungan keuangan.Bentuk subsidi dapat berupa materi, uang, kebutuhan pokok, barang, hingga pengurangan biaya. Umumnya, penerima subsidi adalah masyarakat dari golongan menengah ke bawah. Subsidi yang diberikan oleh pemerintah berasal dari pajak, sehingga uang pajak yang dipungut kembali disalurkan kepada masyarakat melalui pemberian subsidi tersebut.

Subsidi adalah isu yang telah ada sejak lama dan sering menimbulkan polemik dengan berbagai pendapat pro dan kontra. Isu-isu subsidi sangat menarik perhatian masyarakat, mengingat seringkali terjadi ketegangan akibat perubahan yang terjadi pada subsidi tersebut.

Salah satunya adalah pemberian subsidi listrik yang tidak tepat sasaran, dimana seharusnya orang-orang yang sangat membutuhkan yang harus menerima. Pemerintah harus mempertimbangkan penerimaan subsidi ini dari segala aspek misalnya dari upah/gaji, pekerjaan, tanggungan/anak, serta kondisi bagunannya.

2.6 Subsidi Listrik

Subsidi listrik adalah bantuan finansial yang diberikan oleh pemerintah untuk meringankan beban masyarakat berpenghasilan rendah dalam memenuhi kebutuhan energi.

Subsidi ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial, terutama bagi kelompok masyarakat kurang mampu. Namun, distribusi subsidi listrik sering kali menghadapi kendala, seperti ketidaktepatan sasaran akibat kurangnya data yang valid dan proses evaluasi yang manual. Dengan penerapan AHP, proses penentuan penerima subsidi dapat dilakukan lebih terstruktur, adil, dan transparan. Sistem ini memberikan rekomendasi yang berdasarkan pada data objektif dan analisis yang mendalam, sehingga subsidi listrik dapat diberikan kepada masyarakat yang benar-benar membutuhkan.

2.7 AHP pada Rekomendasi Subsidi Listrik

Penggunaan AHP dalam rekomendasi subsidi listrik bertujuan untuk memastikan subsidi tepat sasaran. Metode ini melibatkan pengidentifikasian dan pembobotan kriteria seperti pendapatan, konsumsi listrik, dan kondisi sosial ekonomi. Dengan AHP, pemerintah dapat menentukan prioritas penerima subsidi berdasarkan tingkat kebutuhan yang lebih akurat

(11)

7

dan adil. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) sangat relevan dalam menentukan rekomendasi subsidi listrik karena mampu membantu pengambilan keputusan yang melibatkan banyak kriteria dan alternatif. Dalam penerapannya, AHP menetapkan tujuan utama yaitu memberikan subsidi kepada masyarakat yang membutuhkan, dilanjutkan dengan identifikasi kriteria seperti pendapatan, konsumsi listrik, jumlah tanggungan, serta kondisi sosial ekonomi.

Setiap kriteria dan alternatif dibandingkan secara berpasangan untuk menentukan bobot prioritas, menghasilkan prioritas global berupa skor akhir untuk penerima subsidi. Keunggulan AHP terletak pada ketepatan sasaran, konsistensi analisis, dan efisiensi proses. Dengan pendekatan berbasis bobot yang jelas, AHP mendukung distribusi subsidi listrik secara adil, transparan, dan efisien, memastikan bantuan diterima oleh masyarakat yang benar-benar membutuhkan.

(12)

8

BAB 3. METODE ANALISIS DATA

3.1 Analisa

SPK memainkan peran penting dalam membantu proses pengambilan keputusan, terutama dalam situasi kompleks yang melibatkan banyak data. Dengan kemampuan menganalisis data secara objektif dan efisien, SPK meningkatkan akurasi pengambilan keputusan, seperti distribusi subsidi listrik yang tepat sasaran. Pendekatan ini membantu mengurangi risiko kesalahan dalam penentuan penerima subsidi, meningkatkan kepercayaan pada sistem pengambilan keputusan.

Subsidi merupakan bantuan penting, khususnya bagi masyarakat menengah ke bawah.

Dalam konteks subsidi listrik, tantangan utamanya adalah ketepatan sasaran, mengingat subsidi sering kali diberikan kepada pihak yang tidak membutuhkan. Untuk memastikan distribusi yang adil, evaluasi yang mempertimbangkan berbagai aspek, seperti pendapatan, pekerjaan, dan kondisi rumah, sangat diperlukan.

3.2 Metodologi Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan artikel atau jurnal bahkan kami secara langsung mengamati dengan menanyakan kepada rakyat disekitar dan juga melihat berita kekinian terekait subsidi listrik yang didapatkan tidak tepat sasaran. Dalam penelitian ini kita ingin menjelaskan bahwa adanya kekeliruan pemerintah dalam memberikan fasilitas subsidi listrik untuk masyarakatnya.

3.3 Metode Analisis menggunakan AHP Contoh Rumus Excel untuk Matriks AHP:

Kriteria Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3

Kriteria 1 1 3 0.5

Kriteria 2 1/3 1 2

Kriteria 3 2 0.5 1

(13)

9 1. Jumlah Kolom (Kolom D):

D2: =SUM(B2:B4)

D3: =SUM(C2:C4)

D4: =SUM(D2:D4) 2. Bobot Relatif (Kolom E):

E2: =B2/D2

E3: =B3/D3

E4: =B4/D4

Menghitung Konsistensi Matriks

Untuk memeriksa konsistensi dari penilaian perbandingan berpasangan, kita hitung Indeks Konsistensi (CI) dan Rasio Konsistensi (CR).

1. Menghitung Vektor Eigen: Mengalikan matriks perbandingan berpasangan dengan bobot masing-masing kriteria untuk mendapatkan vektor eigen.

2. Menghitung CI (Indeks Konsistensi):

○ Formula CI = (λ_max - n) / (n - 1), di mana λ_max adalah nilai eigen terbesar dan n adalah jumlah kriteria.

3. Menghitung CR (Rasio Konsistensi):

○ Formula CR = CI / RI, di mana RI adalah indeks acak yang bergantung pada jumlah kriteria (n).

(14)

10

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Matrix Perbandingan Kriteria

4.1.2 Nilai Eigen

lamda max=jml hargaxrata" harga)+jml efektifxrata")+jml ram lingxrata") CI=lamda max-n)/n-1

CI/tabel IR

(15)

11 4.2 Pembahasan

Dalam kehidupan sehari-hari, pengambilan keputusan adalah suatu hal yang tak terhindarkan, baik dalam skala pribadi maupun organisasi. Keputusan sering kali melibatkan banyak data dan alternatif yang perlu dipilih untuk mencapai tujuan tertentu. Namun, untuk pengambilan keputusan yang lebih kompleks, manusia membutuhkan bantuan dari sistem yang dapat memberikan analisis berbasis data secara objektif. Salah satu sistem yang dapat digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan adalah Sistem Pendukung Keputusan (SPK), yang memberikan solusi berdasarkan pertimbangan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.

SPK tidak hanya berguna untuk memecahkan masalah dalam waktu yang lebih singkat, tetapi juga dapat mengurangi risiko kesalahan dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, SPK sangat penting dalam situasi yang melibatkan banyak data dan alternatif yang harus dipertimbangkan secara cermat. Jadi inilah urutan kelayakan untuk mendapat subsidi :

1. Penentuan Bobot Prioritas: Setiap alternatif diberi bobot berdasarkan hasil perbandingan berpasangan, yang kemudian dihitung untuk menghasilkan skor akhir atau prioritas global penerima subsidi.

2. Penentuan Bobot Kriteria: Pertama, kriteria yang relevan untuk menentukan penerima subsidi listrik harus diidentifikasi. Kriteria ini bisa mencakup faktor-faktor seperti pendapatan, konsumsi listrik, jumlah tanggungan, dan kondisi sosial ekonomi.

3. Penentuan Prioritas Global: Berdasarkan skor akhir, AHP akan memberikan rekomendasi mengenai siapa yang harus menerima subsidi listrik berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.

1. Bobot Kriteria

Kriteria 1 memiliki bobot 0.3125, yang menunjukkan bahwa kriteria ini memiliki kontribusi sedang terhadap keputusan.

Kriteria 2 memiliki bobot 0.625, yang menunjukkan bahwa kriteria ini lebih penting dibandingkan kriteria 1 dan 3.

Kriteria 3 memiliki bobot 0.0625, yang menunjukkan bahwa kriteria ini memiliki kontribusi paling kecil terhadap keputusan.

2. Bobot Prioritas

Bobot prioritas menggambarkan kepentingan relatif dari masing-masing kriteria. Dalam hal ini:

Kriteria 2 adalah yang paling dominan, dengan bobot 0.588.

Kriteria 1 memiliki bobot 0.294.

Kriteria 3 memiliki bobot yang paling kecil, yaitu 0.118.

3. Prioritas Global

(16)

12

Prioritas global menggabungkan bobot kriteria dengan bobot prioritas untuk menentukan sejauh mana masing-masing kriteria berkontribusi terhadap keputusan keseluruhan:

Kriteria 1 memiliki prioritas global 0.454.

Kriteria 2 juga memiliki prioritas global yang tinggi, yaitu 0.455.

Kriteria 3 memiliki prioritas global yang lebih rendah, yakni 0.091.

Jumlah bobot kriteria adalah 3.2, jumlah bobot prioritas adalah 1.7, dan jumlah dari prioritas global adalah 11. Rata-rata bobot kriteria, bobot prioritas, dan prioritas global menunjukkan bahwa rata-rata bobot kriteria berada di kisaran 0.35, dengan kriteria 2 menjadi yang paling dominan.Dari hasil perhitungan AHP ini, kita dapat menarik kesimpulan bahwa Kriteria 2 (misalnya konsumsi listrik) lebih penting dibandingkan Kriteria 1 (pendapatan) dan Kriteria 3 (kondisi sosial ekonomi) dalam proses pengambilan keputusan untuk penyaluran subsidi listrik. Namun, perlu diingat bahwa prioritas global menunjukkan gambaran keseluruhan mengenai bagaimana kriteria berperan dalam keputusan akhir. Oleh karena itu, subsidi listrik harus lebih difokuskan pada mereka yang memiliki konsumsi listrik tinggi dan berada dalam kondisi sosial ekonomi yang kurang mampu, dengan mempertimbangkan bobot masing-masing kriteria.

(17)

13

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penerapan metode AHP dalam sistem pendukung keputusan sangat relevan untuk penyaluran subsidi listrik, karena membantu memastikan bahwa subsidi diberikan kepada penerima yang tepat. Dengan AHP, proses pengambilan keputusan menjadi lebih objektif, transparan, dan terstruktur, serta mengurangi kemungkinan kesalahan yang disebabkan oleh penilaian subjektif. Meskipun ada beberapa kekurangan, manfaatnya dalam hal efisiensi dan akurasi sangat besar, terutama dalam mengatasi masalah kompleks seperti subsidi listrik yang tepat sasaran. Berdasarkan hasil analisis menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), dapat disimpulkan bahwa proses pengambilan keputusan terkait penyaluran subsidi listrik dapat lebih objektif dan tepat sasaran jika menggunakan pendekatan berbasis bobot kriteria dan prioritas global.

Proses Pengambilan Keputusan yang Lebih Objektif:

● Dengan menggunakan AHP, setiap kriteria dinilai secara sistematis dan berpasangan, menghasilkan bobot yang lebih akurat dan mengurangi subjektivitas dalam

menentukan siapa yang harus menerima subsidi listrik.

● Penentuan prioritas global memungkinkan pengambil keputusan untuk memfokuskan subsidi pada mereka yang paling membutuhkan, terutama yang memiliki konsumsi listrik tinggi dan kondisi sosial ekonomi yang kurang mampu.

Kesalahan Pengambilan Keputusan yang Lebih Minim:

● AHP mengurangi risiko kesalahan keputusan dengan memberikan bobot berbasis data objektif dan hasil perbandingan kriteria. Sistem ini lebih transparan dan efisien

dibandingkan dengan metode pengambilan keputusan manual yang rawan kesalahan atau ketidakakuratan.

5.2 Saran

Kriteria konsumsi listrik sebaiknya menjadi faktor utama dalam menentukan penerima subsidi. Pemerintah dapat menggunakan data yang lebih terperinci tentang konsumsi listrik untuk memastikan bahwa subsidi diberikan pada rumah tangga yang membutuhkan energi lebih banyak dan lebih mampu dibantu secara finansial. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, perlu ada pengumpulan data yang lebih lengkap dan valid mengenai pendapatan, jumlah tanggungan, dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Data ini harus diperbarui secara berkala agar subsidi dapat disalurkan dengan tepat kepada mereka yang paling membutuhkan.Dengan menggunakan AHP, pengambilan keputusan terkait penyaluran subsidi listrik menjadi lebih terstruktur, objektif, dan dapat mengurangi potensi kesalahan dalam menentukan siapa yang berhak menerima bantuan. Sistem ini memberikan keunggulan dalam ketepatan sasaran dan efisiensi waktu. Namun, pengimplementasiannya harus didukung dengan data yang valid dan terkini serta pengawasan yang ketat agar subsidi dapat diberikan kepada mereka yang benar- benar membutuhkan.

(18)

14

DAFTAR PUSTAKA

Pratiwi, H. (2016). Sistem Pendukung Keputusan. Yogyakarta: deepublish, 49-57.

Sarwandi, L. T. S., Hasibuan, N. A., Sudipa, I. G. I., Syahrizal, M., Alwendi, M., Muqimuddin, B. D. M.,& Israwan, L. F. (2023). Sistem pendukung keputusan. Graha Mitra Edukasi.

Firdaus, I. H., Abdillah, G., Renaldi, F., & Jl, U. J. A. Y. (2016). Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Karyawan Terbaik Menggunakan Metode Ahp Dan Topsis. Semin. Nas. Teknol. Inf.

dan Komun, 2016, 2089-9815.

Supriadi, A. (2018). Analytical Hierarchy Process (AHP) Teknik Penentuan Strategi Daya Saing Kerajinan Bordir. Deepublish.

Purnama, N. I. (2017). Pengaruh Pajak dan Subsidi pada Keseimbangan Pasar. Jurnal Ekonomikawan, 16(1), 78085.

Referensi

Dokumen terkait

Dari matriks keputusan yang terbentuk dapat ditentukan nilai bobot untuk masing- masing kriteria sehingga bisa didapatkan prioritas antar kriteria.. 2.1.2

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa kuesioner 2 menjadi prioritas utama dengan memiliki bobot (0,3960) yang terdiri dari Kriteria Manajemen Lalulintas yang isinya

Gambar 3.8 Bobot Prioritas Dosen Pada Kriteria Pengabdian Kepada Masyarakat. Dosen1 memiliki nilai tertinggi

Dengan kriteria uji Jika > dengan α = 0,05 berarti H 0 ditolak berarti H 1 diterima, jadi terdapat perbedaan rata-rata keterampilan sosial siswa antara

Metode SAW tidak menyediakan perhitungan bobot dengan perbandingan berpasangan, jadi untuk perhitungan bobot prioritas untuk masing masing kriteria dan sub-kriteria

Dari hasil penilaian tingkat kepentingan kriteria dalam pemilihan supplier menghasilkan skala prioritas/bobot sebagai berikut: prioritas I kualitas (0,486), prioritas II

Tujuan dari penelitian ini adalah menghitung bobot prioritas dari setiap kriteria yang telah ditentukan, menghitung bobot prioritas total dari setiap alternatif setelah

Kemudian pada penelitian ini, dalam penentuan bobot kriteria dihitung menggunakan metode pembobotan Rank Order Centroid yang dimana bobot kriteria dihitung berdasarkan tingkat prioritas