METODE PEMBELAJARAN BACA TULIS AL-QUR’AN PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI MUARA ENIM
PROPOSAL SKRIPSI
DIAJUKAN UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA PENDIDIKAN (S. Pd)
disusun oleh:
SURYANI LIANA PUTRI NIM 20.01976
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
YAYASAN PERGURUAN AGAMA ISLAM AL KALAM (YPAIA) SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH MUARA ENIM
2024
METODE PEMBELAJARAN BACA TULIS AL-QUR’AN PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)
NEGERI MUARA ENIM BAB I
PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan hak setiap warga negara, artinya bahwa pendidikan adalah hak seluruh warga negara tanpa membeda-bedakan asal-usul, status sosial ekonomi, maupun keadaan fisik seseorang, termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan sebagaimana di amanatkan dalam UUD 1945 Pasal 31 ayat 1 yang berbunyi: “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”.1 Pada pasal 5 ayat 2 juga menyebutkan bahwa “setiap warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”.2
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga disebutkan, hak anak untuk memperoleh pendidikan dijamin penuh tanpa adanya diskriminasi termasuk anak—anak yang mempunyai kelainan atau anak yang berkebutuhan khusus. Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik yang berbeda dengan anak pada umumnya.3
Anak-anak dengan kondisi yang biasa sering disebut dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) perlu dan bahkan harus mendapatkan bimbingan khusus sesuai dengan kemampuannya termasuk didalamnya adalah pendidikan layaknya anak normal termasuk didalamnya adalah pendidikan agama. Islam sangat besar perhatiannya pada pendidikan. Tujuan pendidikan islam alash
1 Binti maunah, Landasan Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 19.
2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang System Pendidikan Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2007), hlm. 6.
3 Ibid.,
terbentuknya anak didik menjadi hamba Allah yang taqwa dan bertanggung jawab melaksanakan pekerjaan duniawi dan ukhrowi.4
Antara anak berkebutuhan khusus dengan anak normal, memiliki peluang yang sama untuk melakukan aktualisasi diri. Hanya saja banyak orang yang meragukan kemampuan dair ABK. “Anak berkebutuhan khusus bukanlah anak bodoh hanya saja ia membutuhkan perhatian yang lebih karena keterbatasan fisik dan kemampuan otak untuk berfikir”.5 Mereka sama dengan yang lain meskipun terlihat berbeda. Dalam bermasyarakat, anak berkebutuhan khusus tetap memiliki tugas dan peran dalam porsi yang disesuaikan dengan kemampuannya. Adanya perbedaan pada setiap anak, mengharuskan adanya perlakuan secara khusus dalam pengasuhan. Perbedaan individual dapat dilihat dari kecerdasan, potensi, minat, bakat maupun motivasi yang dimiliki masing-masing individu. Perbedaan ini terlihat ketika proses pembelajaran berlangsung.
Anak berkebutuhan khusus seperti disleksia, autis dan hiperaktif. Disleksia merupakan sebuah kondidi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada anak tersebut dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis.6 Anak dengan gangguan spektrum autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan yang dimanifestasikan dalam hambatan komunikasi verbal dan nin verbal, masalah pada interaksi sosial, gerakan yang berulang dan stereotip, sangat terganggu dengan perubahan dari suatu rutinitas, memberikan respon yang tidak sesuuai terhadap rangsangan sensoris. Sedangkan istilah ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah suatu kondisi medis yang mencakuo disfungsi otak, ketika seseorang mengalami kesulitan dalam mengendalikan impuls, menghambat perilaku, dan tidak mendukung rentang perhatian aau rentang perhatian mudah teralihkan.7
4 Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hlm.
115
5 Ibid., hlm. 25
6Ira, Meida, gangguan belajar pada disleksia, diakses dalam www.halalguide.info/content/view/720/70, diakses tanggal 9 mei 2015.
7 Faisal Yatim, Autisme Suatu Gangguan Jiwa Pada Anak-anak, (Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2003), hlm. 29
Salah satu pendidikan yang harus ditanamkan daan bahkan bisa menjadi terapi khusus bagi anak berkebutuhan khusus adalah pendidikan agama Islam yang salah satunya adalah baca tulis Al-Qur’an yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan mereka serta metode yang khusus berbeda dengan anak normal lainnya.
Salah satu sekolah yang menangani anak ebrkebutuhan khusus adalah Sekolah Luar Biasa Negeri Muara Enim. Secara lebih rinci berdaasrkan informasi dari salah satu guru yaitu
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis dapat mengambil beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja metode pembelajaran baca tulis Al-Qur’an pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Muara Enim?
2. Apa saja yang menjadi hambatan pendidik dalam proses pembelajaran baca tulis Al-Qur’an pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Muara Enim?
C. PEMBATASAN MASALAH
Dari judul penelitian metode pembelajaran baca tulis Al-Qur’an pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Muara Enim, ada beberapa hal yang penulis batasi, sebgagai berikut:
1. Metode pembelajaran, yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah metode yang biasa digunakan pendidik dalam proses belajar mengajar di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Muara Enim contohnya
2. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), yang penulis maksud anak berkebutuhan khusus disini adalah anak
D. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui metode apa saja yang digunakan pendidik dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur’an pada anak berkebutuhan khusus di SLBN Muara Enim.
2. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi hambatan pendidik dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur’an pada anak berkebutuhan khusus di SLBN Muara Enim.
E. MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan judul penelitian “metode pembelajaran baca tulis Al-Qur’an pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Muara Enim”, diharapkan bermanfaat sebagai berikut:
1. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan memberi sumbangsih pemikiran keilmuan dibidang metode guru dalam pembelajaran khususnya pada anak berkebutuhan khusus.
2. Secara praktis diharapkan menjadi masukan bagi guru betapa pentingnya kompetensi guru dalam meningkatkan kemampuan anak-anak yang membutuhkan pelayanan pendidikan khusus utamanya dalam pembelajaran baca tulis al-Qur’an.
F. DEFINISI ISTILAH
Berdasarkan judul yang ada yaitu, Metode Pembelajaran Baca Tulis Al- Qur’an pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Muara Enim, dapat didefinisikan sebagai berikut:
1. Metode
Metode dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.8
2. Baca tulis Al-Qur’an
8 Indrawati, Modul Pelatihan Widyaiswara Penyesuaian/Inpassing Berbasis E- Learning : Metode Pembelajaran, (Jakarta, 2016), hlm. 8
pembelajaran atau pembinaan baca tulis al-Qur’an adalah kegiatan pembelajaran membaca dan menulis yang ditekankan pada upaya memahami informasi, tetapi juga pada tahap menghafalkan, lambang- lambang dan mengadakan pembiasaan dalam melafalkannya serta cara menuliskannya. Adapun tujuan dari pembinaan dan pembelajaran baca tulis al-Qur’an ini adalah agar dapat membaca kata-kata dengan kalimat sederhana dengan lancar dan tertib serta dapat menulis huruf dan lambang- lambang arab dengan rapih, lancar dan benar.9
3. Anak berkebutuhan khusus
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memerlukan penanganan khusus karena adanya gangguan perkembangan dan kelainan yang dialami anak. Berkaitan dengan istilah disability, maka anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keterbatasan disalah satu atau beberapa kemampuan baik itu bersifat fisik seperti tunanetra dan tunarungu, maupun bersifat psikologis seperti autism dan ADHD.10
4. SLB
Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah lembaga pendidikan yang merupakan bagian terpadu dari sistem pendidikan nasional yang secara khusus diselenggarakan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental sosial, tetapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.11
G. KAJIAN PUSTAKA
Penelitian yang berkaitan dengan Proses Pembelajaran pada Anak Berkebutuhan Khusus pernah dilakukan oleh beberapa peneliti (mahasiswa) lain, yaitu:
9 Aliwar, Penguatan Model Pembelajaran Baca Tulis Quran Dan Manajemen Pengelolaan Organisasi (TPA), (Jurnal Al-Ta’dib: 2016), hlm. 26.
10 Dinie Ratri Desiningrum, Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta:
Psikosain, 2016), hlm. 1-2
11 Muclisin Riadi, Sekolah Luar Biasa (SLB) – Pengertian, Sistem Pendidikan Dan Jenis, 07 September 2022, https://www.kajianpustaka.com/2022/09/blog-post_07.html
Zara Fauziah, “PEMBELAJARAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSI ALUNA JAKARTA.”
Skripsi pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2020. Hasil penelitian tersebut:
Setelah dilakukannya semua tahap penelitian mengenai pelaksanaan pembelajaran membaca al-Qur’an di Sekolah Aluna, maka peneliti dapat menyimpulkan, sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pembelajaran membaca al-Qur’an di Sekolah Aluna dilakukan setiap hari yakni hari Senin – Jum’at, pukul 07.30 – 08.00 WIB. Metode yang digunakan dalam pembelajaran membaca al-Qur’an adalah metode iqro’ yang terdiri dari enam jilid. Metode iqro’ ini digunakan sebagai dasar sebelum nantinya lanjut kepada tahap membaca al-Qur’an. Materi yang diajarkan bersifat fleksibel yakni menyesuaikan dengan kemampuan peserta didik dan dalam proses pembelajarannya tidak membutuhkan bermacammacam alat hanya menggunakan buku iqro’ saja, karena yang ditekankan pada metode iqro’ ini adalah bacaannya (membaca huruf al-Qur’an dengan fasih dan benar).
2. Faktor pendukung dalam pelaksanaan pembelajaran membaca al-Qur’an di Sekolah Aluna adanya sikap saling menghargai dan menyemangati sesama peserta didik. Selanjutnya adalah peran serta orang tua yang mendukung pembelajaran membaca al-Qur’an dengan memberikan pembelajaran serupa di rumah.
3. Adapun faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran membaca alQur’an di Sekolah Aluna adalah keterbatasan fisik peserta didik tunarungu, fokus dan mood belajar peserta didik yang tidak stabil, dan kurangnya tenaga pendidik di bidang PAI. Solusi yang ditawarkan pendidik yakni pendidik merangkul peserta didik secara perlahan-lahan dan satu persatu, serta tidak ada unsur memaksa.
Rukiah, “MODEL PEMBELAJARAN BACA AL-QUR’AN BAGI SISWA TUNANETRA DI SLB BUKESRA ULEE KARENG BANDA ACEH.” Skripsi pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh Tahun 2020. Dengan hasil penelitian sebagai berikut :
Setelah diadakan penelitian mengenai “Model Pembelajaran Baca Al-Qur’an Bagi Siswa Tuna Netra di SLB-AB Bukesra Ulee Kareng Banda Aceh” peneliti dapat menuliskan kesimpulan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran al-Qur`an pada peserta didik tunanetra di SLB-AB Bukesra Ulee Kareng Banda Aceh menggunakan pembelajaran pada umumnya, namun ada perbedaan terletak pada penggunaan huruf al-Qur`an bralle yang membutuhkan indra peraba. Pembelajaran lain seperti Arab jawi dan computer juga menggunakan huruf bralle sehingga siswa terbiasa dengan indra peraba mereka dalam belajar karena keterbatasan penglihatannya.
2. Faktor yang menjadi hambatan dalam pembelajaran al-Qur’an pada peserta didik tunanetra di SLB-AB Bukesra Ulee Kareng Banda Aceh terletak padasiswa yang belum mampu membedakan titik huruf braille. Selain itu kendala lainnya terletak pada siswa yang daya tangkap mereka lebih rendah dari temannya yang lain, sehingga para guru harus lebih giat dan trampil dalam mengajarkan siswa tersebut dengan menggunakan pendekatan khusus sampai mereka bias membaca huruf braille.
3. Upaya guru dalam meningkatkan kemampuan baca tulis al- Qur`an pada peserta didik tunanetra di SLB AB Bukesra Ulee Kareng Banda Aceh dengan memberikan jam tambahan pada sore harinya dan memberikan laporan perkembangan pada rapat evaluasi setiap minggunya. Selain itu para guru juga dibekali kemampuan mendidik siswa berkebutuhan khusus oleh Dinas Pendidikan Provinsi dan Pusat pada setiap tahunnya.
Persaamaan penelitian diatas dengan penelitian yang akan peneliti lakukan, untuk penelitian yang pertama sama-sama meneliti tentang Pembelajaran Al- Qur’an Pada Anak Berkebutuhan Khusus, sedangkan penelitian kedua sama-sama meneliti tentang Model Atau Metode Pembelajaran Pada Anak Berkebutuhan Khusus.
Perbedaan penelitian diatas dengan yang akan peneliti lakukan, untuk penelitian yang pertama membahas tentang Pembelajaran Al-Qur’an saja sedangkan penelitian ini membahas tentang Metode Pembelajaran Baca Tulis Al- Qur’an. Penelitian yang kedua membahas tentang Model Pembelajaran al-qur’an
yang hanya tertuju pada Tunanetra sebagai obyek penelitian, sedangkan penelitian ini membahas tentang Metode Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Pada Anak Yang Berkebutuhan Khusus Secara Umum.
H. KERANGKA TEORI 1. Metode Pembelajaran
Kata “metode” berasal dari kata latin methodos, yang berarti jalan yang harus dilalui. Metode adalah cara untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Menurut Daryanto, metode pembelajaran adalah cara pembentukan atau pemantapan pengertian peserta (penerimaan informasi) terhadap suatu penyajian informasi atau bahan ajar.12 Sedangkan menurut Ridwan Abdullah Sani dalam bukunya menjelaskan bahwa metode pembelajaran adalah langkah operasional dari strategi pembelajaran yang dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran.13 Artinya, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. dengan demikian, bisa jadi satu strategi pembelajaran dapat menggunakan beberapa metode.
2. Baca Tulis Al-Qur’an
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “baca” sama dengan kata “eja” merupakan kata dasar dari membaca yang memiliki pengertian melihat dan memahami isi dari pada yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati), sedangkan kata “tulis” merupakan kata dasar dari menulis mempunyai arti membuat huruf dengan menggunakan pena seperti pensil, kapur, dan sebagainya.14 Membaca merupakan kunci dasar pembelajaran Al-Qur’an. Setiap umat muslim wajib hukumnya mempelajari dan memahami Al-Qur’an.15 Menurut istilah, membaca Al- Qur’an adalah ilmu untuk mengetahui tata cara pengucapan lafal Al-
12 Daryanto, Strategi dan Tahapan Mengajar, (Bandung: Yrama Widya, 2013), hlm. 1 13 Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, (Jakarta: Buki Aksara, 2013), hlm. 158 14 Herlina, Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an (BTA) untuk Meningkatkan Akhlak dan Moral pada Anak Usia Dini, (Universitas PGRI Palembang: Prosiding Seminar Nasional 20 Program Pascasarjana, 2017), hlm. 93
15 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 2009), hlm. 57
Qur’an, baik yang disepakati maupun yang diperdebatkan para ahli qira’at.
Qira’ah berbeda dengan tajwid. Qira’ah menyangkut cara pengucapan lafal, kalimat, dan dialek (lahjah) kebahasaan Al-Qur’an.16
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an adalah kegiatan yang mempelajari bagaimana cara melafalkan dan menulis Al-Qur’an yang benar sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan seperti makharijul huruf, panjang pendek, dan kaidah tajwid sehingga tidak terjadi perubahan maknanya.
Dalam membaca Al-Qur’an bukan hanya melisankan, akan tetapi mengerti apa yang diucapkan, diresapi isinya serta mengamalkannya.
3. Anak Berkebutuhan Khusus
Menurut Mudjito, anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi, atau fisik.
Istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa, anak berkelainan, dan anak cacat.17 Anak berkelainan adalah anak dalam hal-hal tertentu berbeda dengan anak lain pada umumnya. Perbedaannya dapat terjadi pada kondisi fisik, kesehatan, kemampuan intelektual, emosional, sosial, persepsi, motorik atau neurologis, dan lain-lain.18 Tak jauh berbeda dengan pendapat tersebut, Nunu Ahmad An-Nahidi mengatakan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang mengalami perbedaan atau penyimpangan dari keadaan normal secara signifikan, yang menyebabkan mereka pelayanan pendidikan khusus.19
Pelaksanaan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dapat dilakukan dengan dua model, yaitu: 1) Secara tersendiri/khusus (segresi) artinya anak berkebutuhan khusus dikelompokkan dengan anak berkebutuhan khusus saja dalam satu tempat. 2) Secara terpadu (inklusi)
16 Syueb Kurdi dan Abdul Aziz, Model Pembelajaran Efektif Baca Tulis Al-Qur’an (BTA) Berdasarkan Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Deepublish, 2006), hlm. 10
17 Mudjito, dkk., Pendidikan Inklusif (Jakarta: Baduose Media Jakarta, 2012), hlm. 25 18 Afifuddin, Bimbingan dan Penyuluhan (Bandung:CV Pustaka Setia, 2012), hlm. 193.
19 Nunu Ahmad An-Nahidi, dkk., Pendidikan Agama di Indonesia: Gagasan dan Realitas (Jakarta: Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, 2010), hlm, 151.
artinya anak berkebutuhan khusus dikelompokkan dengan anak pada umumnya dalam satuan pendidikan. Keberadaan anak berkebutuhan khusus cukup beragam tergantung kepada bidang perkembangan yang mengalami gangguan. Diantaranya yaitu tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, autisme, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan.20
I. ASUMSI PENELITIAN
Dalam penelitian, “asumsi merupakan anggapan atau prediksi sementara dari peneliti terhadap masalah penelitian yang sebenarnya masih diuji secara empiris kebenarannya setelah dilakukan penelitian.21
Dari pendapat diatas, penulis berasumsi dalam penelitian ini sebagai berikut:
- Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Muara Enim berlangsung dengan baik sesuai dengan metode pembelajaran yang bervariasi.
J. METODOLOGI PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metodologi penelitian sebagai berikut:
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian a. Jenis Penelitian
Ditinjau dari segi tempat, penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field research). Menurut Dedy Mulyana penelitian lapangan (field Research) adalah jenis penelitian yang mempelajari fenomena dalam lingkungannya yang alamiah.22 Untuk itu, data primernya adalah data yang berasal dari lapangan. Sehingga data yang didapat benar-benar sesuai dengan realitas mengenai fenomena-fenomena yang ada di lokasi penelitian tersebut. Adapun jika dilihat dari segi sifat permasalahan dan
20 Mudjito, dkk., Pendidikan Inklusif, Op.Cit.
21 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, (Muara Enim: STI-Tar, 2014), hlm. 27 22 Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya), (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 160.
metodenya, penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif. Menurut Whitney yang dikutip oleh Moh. Nazir berpendapat bahwa metode deskriptif adalah pencapaian fakta dengan intepretasi yang tepat. Metode ini mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat beserta tata cara yang berlaku di dalamnya.23
b. Pendekatan Penelitian
Dalam menyelesaikan penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang dilakukan dalam suatu objek alamiah atau natural, melihat objek penelitian itu senatural mungkin apa adanya dan menyeluruh.24
2. Waktu dan tempat penelitisn a. waktu penelitian
Adapun penelitian ini dilakukan ± 3 bulan sejak proposal ini diajukan.
b. tempat penelitian
Sedangkan lokasi penelitiannya dilakukan di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Muara Enim.
3. Sumber Data
a. Sumber Data Primer
Data primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui wawancara langsung dengan guru, pengurus atau siswa sendiri.25 Dalam penelitian ini data primer tersebut berasal dari informan penelitian yaitu 3 orang guru PAI di SLBN Muara Enim.
b. sumber data sekunder.
Data sekunder yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.26 Adapun seumber data sekunder dalam penelitian ini adalah Kepala SLBN
23 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta : Ghilmia Indonesia, 1988), hlm. 83.
24 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 15
25 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2005, hlm. 62.
26 Ibid., hlm. 63
Muara Enim, Wakil Kepala, Wali Kelas, dan Staf Tata Usaha SLBN Muara Enim.
4. Informan Penelitian
Pengertian informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian.27 Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Wali Kelas, Staf TU dan 3 orang Guru PAI SLBN Muara Enim yang merupakan sumber dari hasil wawancara dan pengamatan secara langsung.
5. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini mengumpulkan data dengan menggunakan teknik sebagai berikut:
a. Interview atau Wawancara
Menurut Sonhaji mengatakan, Wawancara adalah suatu percakapan dengan tujuan untuk memperoleh konstruksi yang terjadi sekarang tentang orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi pengakuan dan sebagainya.28 Dalam hal ini peneliti akan mewawancarai salah seorang guru PAI SLBN Muara Enim untuk mengetahui bagaimana penerapan metode pembelajaran baca tulis Al-Qur’an pada anak berkebutuhan khusus.
b. Observasi
Observasi adalah satu bentuk kegiatan pengumpulan data yang mengandalkan kemampuan indera manusia.Tehnik pengamatan ini sekalipun menitik beratkan pada kemampuan penglihatan, pada prakteknya juga ditopang oleh indera lainnya seperti telinga (pendengaran) dan bahkan kepekaan indera keenam.29
27 Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja. Rosdakarya), hlm. 132 28 Ahmad Sonhaji, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan, (Banjarmasin:
Universitas Lambung Mangkurat, 2003), hlm. 69
29 Yahya, M, Metodologi Penelitian Riset dan Teori, (Banjarmasin: STIA Bina Banua, 2004), hlm. 65-66
Penulis menggunakan metode ini untuk mendapatkan data secara langsung diamati, seperti letak geografis SLBN Muara Enim, sarana dan prasarana, serta proses pelaksanaan pembelajaran baca tulis Al-Qur’an pada anak berkebutuhan khusus di SLBN Muara Enim.
c. Dokumentasi
Sumber informasi dari tehnik dokumentasi adalah berupa bahan tertulis atau tercatat. Pada tehnik ini petugas (atau peneliti sendiri) dalam pengumpulan data tinggal mentransfer bahan-bahan tertulis yang relevan pada lembaran isian yang telah dipersiapkan atau direkam sesuai dengan kebutuhan.30 Moleong, mengemukakan bahwa dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data, karena banyak hal dokumen sebagai sumber data bermanfaat untuk menguji, menafsirkan, bahkan meramal.31
Adapun dokumentasi yang penulis maksudkan adalah untuk mengumpulkan data yaitu tentang data sejarah berdirinya sekolah, kondisi dan letak geografis, visi misi sekolah, kondisi guru, siswa, karyawan, sarana dan prasarana fisik maupun nonfisik serta struktur organisasi SLBN Muara Enim.
6. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan pendekatan kualitatif yang terdiri dari tiga kegiatan. Diantaranya adalah reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/ verifikasi. Pertama, setelah pengumpulan data selesai maka tahap selanjutnya adalah mereduksi data yang telah diperoleh, yaitu dengan menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan demikian maka dapat ditarik kesimpulan. Tahap kedua, data disajikan dalam bentuk narasi, kemudian
30 Ibid., hlm. 66
31 Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Ramaja Rosdakarya, 2000), hlm.
87
tahap ketiga akan dilakukan penarikan kesimpulan dari data yang diperoleh.32
K. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Secara umum pembahasan dalam penulisan ini terdiri dari lima bab, setiap bab terdiri dari sub-sub bab, dengan sistematika pembahasan sebagai berikut:
BAB I : merupakan pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istikah, kajian pustaka, kerangka teori, asumsi penelitian, metodologi penelitian, sistematika penulisan, dan jadwal kegiatan penelitian.
BAB II : merupakan landasan teori, yang terdiri dari: Pengertian Metode Pembelajaran, Baca Tulis Al-Qur’an, Anak Berkebutuhan Khusus.
BAB III : merupakan gambaran umum lokasi penelitian, yang meliputi:
sejarah berdririnya SLBN Muara Enim, letak geografis, visi misi, keadaan personil, keadaan sarana dan prasarana dan struktur organisasi SLBN Muara Enim.
BAB IV : adalah hasil dan pembahasan penelitian, yang berisikan tentang metode pembelajaran baca tulis Al-Qur’an pada anak berkebutuhan khusus di SLBN Muara Enim.
BAB V : adalah penutup yang berisikan kesimpulan dan saran.
L. JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
N o
Kegiatan
Bulan Februar
i
Mare t
April Mei Juni Juli
1 - Tahap Persiapan - Pengajuan Judul
√
2 Menyusun Proposal √
3 Seminar Proposal √
4 Pengumpulan Data
32 Mukhtazar, Prosedur Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta: Absolute Media, 2020), hlm. 128-129.
5 Penganalisisan Data 6 Munaqasah Skripsi 7 Revisi
M. DAFTAR PUSTAKA
Maunah, Binti. 2009. Landasan Pendidikan. Yogyakarta: Teras.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang System Pendidikan Nasional. 2007. Jakarta: Sinar Grafika Offset.
Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. 2007. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Ira, Meida, gangguan belajar pada disleksia, diakses dalam www.halalguide.info/content/view/720/70, diakses tanggal 9 mei 2015.
Yatim, Faisaal. 2003. Autisme Suatu Gangguan Jiwa Pada Anak-anak. Jakarta:
Pustaka Populer Obor.
Indrawati. 2016. Modul Pelatihan Widyaiswara Penyesuaian/Inpassing Berbasis E-Learning : Metode Pembelajaran. Jakarta.
Aliwar. 2016. Penguatan Model Pembelajaran Baca Tulis Quran Dan Manajemen Pengelolaan Organisasi (TPA). Jurnal Al-Ta’dib.
Desiningrum, Dinie Ratri. 2016. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus.
Yogyakarta: Psikosain.
Riadi, Muclisin. 07 september 2022. Sekolah Luar Biasa (SLB) – Pengertian,
Sistem Pendidikan Dan Jenis.
https://www.kajianpustaka.com/2022/09/blog-post_07.html
Daryanto. 2013. Strategi dan Tahapan Mengajar. Bandung: Yrama Widya.
Sani, Ridwan Abdullah. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Buki Aksara.
Herlina. 2017. Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an (BTA) untuk Meningkatkan Akhlak dan Moral pada Anak Usia Dini. Universitas PGRI Palembang:
Prosiding Seminar Nasional 20 Program Pascasarjana.
Shihab, Quraish. 2009. Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan.
Kurdi, Syueb dan Abdul Aziz. 2006. Model Pembelajaran Efektif Baca Tulis Al- Qur’an (BTA) Berdasarkan Teori dan Praktek. Yogyakarta: Deepublish.
Mudjito, dkk. 2012. Pendidikan Inklusif. Jakarta: Baduose Media Jakarta.
Afifuddin. 2012. Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung:CV Pustaka Setia.
An-Nahidi, Nunu Ahmad. dkk. 2010. Pendidikan Agama di Indonesia: Gagasan dan Realitas. Jakarta: Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Tim Penyusun. 2014. Pedoman Penulisan Skripsi. Muara Enim: STI-Tar.
Mulyana, Dedy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif (Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya). Bandung:Remaja Rosdakarya M. Nazir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta : Ghilmia Indonesia.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Moloeng. 2018. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja. Rosdakarya Sonhaji, Ahmad. 2003. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan.
Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat.
Yahya, M. 2004. Metodologi Penelitian Riset dan Teori. Banjarmasin: STIA Bina Banua.
Moleong. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Ramaja Rosdakarya.
Mukhtazar. 2020. Prosedur Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Absolute Media.