See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/340478043
METODE PEMBELAJARAN DARING/E-LEARNING YANG EFEKTIF A. Pendahuluan Sejarah Elearning
Article · April 2020
CITATIONS
32
READS
119,733
1 author:
Nur Hayati
Ganesha University of Education 1PUBLICATION 32CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Nur Hayati on 07 April 2020.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
METODE PEMBELAJARAN DARING/E-LEARNING YANG EFEKTIF
NUR HAYATI : 1911011011
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN PSIKOLOGI dan BIMBINGAN PRODI BIMBINGAN KONSELING
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA, INDONESIA
Abstrak
Dunia Pendidikan telah mengalami kemajuan pesat seiring dengan kemajuan Teknologi Informasi. Akibatnya, metode pendidikan lama atau konvensional dirasakan menjadi kurang efektif karena terbentur masalah ruang dan waktu. Dan Teknologi Informasi menawarkan metode pendidikan baru yang dinamakan metode E-Learning. Sistem pembelajaran elektronik atau e-pembelajaran (Inggris:
Electronic learning disingkat E-learning) adalah cara baru dalam proses belajar mengajar. E-learning merupakan dasar dan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan e-learning, peserta ajar (learner atau murid) tidak perlu duduk dengan manis di ruang kelas untuk menyimak setiap ucapan dari seorang guru secara langsung. E-learning juga dapat mempersingkat jadwal target waktu pembelajaran, dan tentu saja menghemat biaya yang harus dikeluarkan oleh sebuah program studi atau program pendidikan.
E-learning merupakan salah satu bentuk metode pembelajaran yang dipersepsikan bersifat student centered. Pemanfaatan e-learning diharapkan dapat memotivasi peningkatan kualitas pembelajaran dan materi ajar, kualitas aktivitas dan kemandirian mahasiswa, serta komunikasi antara dosen dengan mahasiswa maupun antar mahasiswa.
A. Pendahuluan Sejarah Elearning
E-learning pertama kali diperkenalkan oleh Universitas Illionis di Urbana- Champaign dengan menggunakan sistem instruksi berbasis komputer (computer assisted instruktion) dan komputer bernama PLATO. Sejak saat itu, perkembangan e-learning berkembang sejalan dengan perkembangan dan kemajuan teknologi.
Berikut perkembangan e-learning dari masa ke masa:
1. Tahun 1990 : Era CBT (Computer-Based Training) di mana mulai bermunculan aplikasi e-learning yang berjalan dalam PC standlone ataupun berbentuk kemasan CD-ROM. Isi materi dalam bentuk tulisan maupun multimedia (Video dan Audio) dalam format mov, mpeg-1, atau avi.
2. Tahun 1994 : Seiring dengan diterimanya CBT oleh masyarakat, CBT muncul dalam bentuk paket-paket yang lebih menarik dan diproduksi secara masal.
3. Tahun 1997 : LMS (Learning Management System). Seiring dengan perkembangan teknologi internet, masyarakat di dunia mulai terkoneksi dengan internet. Kebutuhan akan informasi yang dapat diperoleh dengan cepat mulai dirasakan sebagai kebutuhan mutlak dan jarak serta lokasi bukanlah halangan lagi. Dari sinilah muncul LMS. Perkembangan LMS yang makin pesat membuat pemikiran baru untuk mengatasi masalah interoperability antar LMS yang satu dengan lainnya secara standar. Bentuk standar yang muncul misalnya standar yang dikeluarkan oleh AICC (Airline Industry CBT Commettee), IMS, IEEE LOM, dan ARIADNE.
4. Tahun 1999: Sebagai tahun Aplikasi E-learning berbasis Web. Perkembangan LMS menuju aplikasi e-learning berbasis Web berkembang secara total, baik untuk pembelajar an maupun administrasi belajar mengajarnya. LMS mulai digabungkan dengan situs-situs informasi, majalah dan surat kabar. Isinya juga semakin kaya dengan perpaduan multimedia, video streaming serta penampilan interaktif dalam berbagai pilihan format data yang lebih standar dan berukuran kecil.
Berdasarkan perkembangan e-learning dari dari masa ke masa yang terus berkembang mengikuti perkembangan teknologi, maka dapat disimpulkan bahwa e- learning akan menjadi sistem pemblajaran masa depan. Efektifitas dan fleksibilitas akan menjadi alasan utama. (Tiyas, 2014)
Dalam paradigma pembelajaran tradisional, proses belajar mengajar biasanya berlangsung di dalam kelas dengan kehadiran guru di dalam kelas dan pengaturan jadwal yang kaku di mana proses belajar mengajar hanya bisa berlaku pada waktu dan tempat yang telah ditetapkan. Peran guru sangat dominan dan bertanggung jawab atas efektivitas proses belajar mengajar dan guru juga menjadi sumber belajar yang dominan.
Dalam paradigma sekarang, dengan pendekatan SCL dominasi guru berkurang dan sebagian besar hanya berperan sebagai fasilitator dan bukan sebagai satu-satunya sumber belajar. Sebagai fasilitator guru semestinya dapat memfasilitasi siswa atau siswa agar dapat belajar setiap saat di mana saja dan kapan saja siswa merasa memerlukan.
Proses belajar mengajar akan berjalan efektif dan efisien bila didukung dengan tersedianya media yang menunjang. Penyediaan media serta metodologi pendidikan yang dinamis, kondusif serta dialogis sangat diperlukan bagi
pengembangan potensi peserta didik, secara optimal. Hal ini disebabkan karena potensi peserta didik akan lebih terangsang bila dibantu dengan sejumlah media atau sarana dan prasarana yang mendukung proses interaksi yang sedang
dilaksanakan.
Media dalam perspektif pendidikan merupakan instrumen yang sangat strategis dalam ikut menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Sebab keberadaannya secara langsung dapat memberikan dinamika tersendiri terhadap peserta didik.
Dengan keterbatasan yang dimiliki, manusia seringkali kurang mampu menangkap dan menanggapi hal-hal yang bersifat abstrak atau yang belum pernah terekam dalam ingatannya. Untuk menjembatani proses internalisasi
belajar mengajar yang demikian, diperlukan media pendidikan yang memperjelas dan mempermudah peserta didik dalam menangkap pesan-pesan pendidikan yang disampaikan. Oleh karena itu, semakin banyak peserta didik disuguhkan dengan berbagai media dan sarana prasarana yang mendukung, maka semakin besar kemungkinan nilai-nilai pendidikan mampu diserap dan dicernanya.
Kemajuan ICT, proses ini dimungkinkan dengan menyediakan sarana pembelajaran online melalui internet dan media elektronik. Konsep pembelajaran berbasis ICT seperti ini lebih dikenal dengan e-learning. E-Learning atau electronic learning kini semakin merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah pendidikan, baik di negara-negara maju maupun di negara yang sedang berkembang.
Banyak orang menggunakan istilah yang berbeda beda dengan e-learning, namun pada prinsipnya e-learning adalah pembelajaran yang menggunakan jasa elektronika sebagai alat bantunya.
E-Learning memang merupakan suatu teknologi pembelajaran yang yang relatif baru di Indonesia. Untuk menyederhanakan istilah, maka electronic learning disingkat menjadi e-learning. Kata ini terdiri dari dua bagian, yaitu ‘e’ yang
merupakan singkatan dari ‘electronica’ dan ‘learning’ yang berarti ‘pembelajaran’.
Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika.
Jadi dalam pelaksanaannya e-learning menggunakan jasa audio, video atau perangkat komputer atau kombinasi dari ketiganya. Pengertian formal istiah e- learning diberikan oleh beberapa pakar diantaranya yang banyak diadopsi adalah pendapat Harley, yang menyatakan bahwa e-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan Komputer lain.
(Airtanah, 2014)
B. Pembahasan Pengertian E-Learning
E-Learning adalah sebuah proses pembelajaran yang berbasis elektronik.
Salah satu media yang digunakan adalah jaringan komputer. Dengan dikembangkannya di jaringan komputer memungkinkan untuk dikembangkan dalam bentuk berbasis web, sehingga kemudian dikembangkan ke jaringan komputer yang lebih luas yaitu internet. Penyajian e-learning berbasis web ini bisa menjadi lebih interaktif. Sistem e-learning ini tidak memiliki batasan akses, inilah yang memungkinkan perkuliahan bisa dilakukan lebih banyak waktu.
Pengertian E-Learning Menurut Para Ahli
(Michael, 2013:27)
E-learning adalah Pembelajaran yang disusun ialah dengan tujuan menggunakan suatu sistem elektronik atau juga komputer sehingga mampu untuk mendukung suatu proses pembelajaran .
(Chandrawati, 2010)
E-learning adalah Suatu proses pembelajaran jarak jauh dengan cara menggabungkan prinsip-prinsip didalam proses suatu pembelajaran dengan teknologi .
(Ardiansyah, 2013)
E-learning adalah suatu sistem pembelajaran yang digunakan ialah sebagai sarana ialah sebagai proses belajar mengajar yang dilaksanakan tanpa harus bertatap muka dengan secara langsung antara pendidik dengan siswa/i . (Setiawan, 2020)
Manfaat E-Learning Manfaat E-learning adalah:
1. Fleksibel. E-learning memberi fleksibilitas dalam memilih waktu dan tempat untuk mengakses perjalanan.
2. Belajar Mandiri. E-learning memberi kesempatan bagi pembelajar secara mandiri memegang kendali atas keberhasilan belajar.
3. Efisiensi Biaya. E-learning memberi efisiensi biaya bagi administrasi penyelenggara, efisiensi penyediaan sarana dan fasilitas fisik untuk belajar dan efisiensi biaya bagi pembelajar adalah biaya transportasi dan akomodasi.
Manfaat E-learning menurut Pranoto, dkk (2009:309) adalah:
1. Penggunaan E-learning untuk menunjang pelaksanaan proses belajar dapat meningkatkan daya serap mahasiswa atas materi yang diajarkan.
2. Meningkatkan partisipasi aktif dari mahasiswa.
3. Meningkatkan partisipasi aktif dari mahasiswa.
4. Meningkatkan kemampuan belajar mandiri mahasiswa.
5. Meningkatkan kualitas materi pendidik dan pelatihan.
6. Meningkatkan kemampuan menampilkan informasi dengan perangkat teknologi informasi, dimana dengan perangkat biasa sulit dilakukan. (Riadi, 2014)
Kelebihan E-Learning
E-Learning memiliki kelebihan sebagai berikut:
1. Tersedianya fasilitas e-moderating dimana pengajar dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara reguler atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu.
2. Pengajar dan siswa dapat menggunakan bahan ajar yang terstruktur dan terjadwal melalui internet .
3. Siswa dapat belajar (me-review) bahan ajar setiap saat dan dimana saja apabila diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
4. Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet.
5. Baik pengajar maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak.
6. Berubahnya peran siswa dari yang pasif menjadi aktif.
7. Relatif lebih efisien. Misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari Perguruan Tinggi atau sekolah konvensional dapat mengaksesnya
Kekurangan E-Learning
E-Learning juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan, yaitu sebagai berikut:
1. Kurangnya interaksi antara pengajar dan siswa atau bahkan antara siswa itu sendiri, bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar mengajar.
2. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong aspek bisnis atau komersial.
3. Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan dari pada pendidikan.
4. Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini dituntut untuk menguasai teknik pembelajaran dengan menggunakan ICT (Information Communication Technology).
5. Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.
6. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon, dan komputer). (Taufik.net, 2010)
C. Kesimpulan, Solusi, Saran
E-learning pertama kali diperkenalkan oleh Universitas Illionis di Urbana- Champaign dengan menggunakan sistem instruksi berbasis komputer (computer assisted instruktion) dan komputer bernama PLATO.
Dalam paradigma pembelajaran tradisional, proses belajar mengajar biasanya berlangsung di dalam kelas dengan kehadiran guru di dalam kelas dan pengaturan jadwal yang kaku di mana proses belajar mengajar hanya bisa berlaku pada waktu dan tempat yang telah ditetapkan. Peran guru sangat dominan dan bertanggung jawab atas efektivitas proses belajar mengajar dan guru juga menjadi
sumber belajar yang dominan.
Dalam paradigma sekarang, dengan pendekatan SCL dominasi guru berkurang dan sebagian besar hanya berperan sebagai fasilitator dan bukan sebagai satu-satunya sumber belajar. Sebagai fasilitator guru semestinya dapat memfasilitasi siswa atau siswa agar dapat belajar setiap saat di mana saja dan kapan saja siswa merasa memerlukan.
Proses belajar mengajar akan berjalan efektif dan efisien bila didukung dengan tersedianya media yang menunjang. Penyediaan media serta metodologi pendidikan yang dinamis, kondusif serta dialogis sangat diperlukan bagi
pengembangan potensi peserta didik, secara optimal. Hal ini disebabkan karena potensi peserta didik akan lebih terangsang bila dibantu dengan sejumlah media atau sarana dan prasarana yang mendukung proses interaksi yang sedang
dilaksanakan.
Media dalam perspektif pendidikan merupakan instrumen yang sangat strategis dalam ikut menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Sebab keberadaannya secara langsung dapat memberikan dinamika tersendiri terhadap peserta didik.
Kendala dalam penerapan E learning dalam pendidikan mengikutsertakan beberapa komponen. Komponen pertama adalah infrastruktur e learning.
Infrastuktur berupa personal komputer, jaringan komputer, internet dan perlengkapan multimedia lainnya. Pada infrastruktur saat pembelajaran terjadi maka terkadang terjadi kendala. Kendala yang terjadi adalah tidak semua pembelajaran efektif dalam menggunakan media komputer. Banyak pembelajaran yang lebih efektif bila dilakukan secara kooperatif atau pun kolaboratif. Pada dasarnya E learning menggunakan meedia komputer untuk menyampaikan pembelajaran sedangkan salah satu teori belajar yaitu teori humanistik adalah memanusiakan manusia dan E learning kurang memanusiakan manusia. (SATRIO, 2011)
Menurut Romi Satrio Wahono (2008), komponen yang membentuk e- learning antara lain: (1) Infrastruktur e-learning berupa personal computer (PC)/
laptop, jaringan komputer, internet dan perlengkapan multimedia. Termasuk di dalamnya peralatan teleconference apabila kita memberikan layanan synchronous learning melalui teleconference. (2) Sistem dan aplikasi e-learning yaitu sistem perangkat lunak yang memvirtualisasi proses belajar mengajar konvensional.
Bagaimana manajemen kelas, pembuatan konten, forum diskusi, sistem penilaian, sistem ujian online dan segala fitur yang berhubungan dengan manajemen proses belajar mengajar. Sistem tersebut yaitu Learning Management System (LMS). LMS
juga banyak tersedia secara open source sehingga pihak Sekolah Dasar dapat memanfaatkan dengan mudah dan murah. (3) Konten e-learning yaitu konten dan bahan ajar yang ada pada e-learning system. Konten dan bahan ajar ini bisa dalam bentuk multimedia interaktif atau konten berbentuk teks seperti pada buku pelajaran biasa dan dapat disimpan dalam LMS sehingga dapat diakses oleh siswa kapan pun dan di manapun.
Pertama mengatasi kendala kondisi geografis. Meskipun menjadi salah satu kendala utama khususnya dalam penerapan pembelajaran e-learning di Sekolah Dasar, namun kita tidak boleh berkecil hati dengan kondisi geografis kita yang memang memiliki wilayah yang sangat luas hingga ke pelosok pedesaan. Untuk membangun jaringan dengan kondisi geografis tersebut tentu membutuhkan biaya tinggi dan waktu yang tidak sebentar. Penyedia content delivery network (Akamai) pada 2016 merilis data koneksi internet negara-negara di dunia kuartal IV 2015, termasuk Indonesia. Disebutkan bahwa sebaran kecepatan internet cepat di Indonesia masih belum merata. Menurut Akamai, hanya 0,5 persen pengguna internet Tanah Air yang bisa menikmati kecepatan koneksi di atas 15 Mbps.
Kedua mengatasi kendala biaya. Besarnya biaya untuk penyelenggaraan pembelajaran e-learning, dari pembelian sarana dan prasarana, biaya operasional, proses pengaplikasian pembelajaran e-learning menyebabkan banyak instansi pendidikan, termasuk Sekolah Dasar belum mampu menyelenggarakan ataupun masih jauh dari optimal. (AS, 2009)
E learning seharusnya dijadikan pembelajaran dari jenjang pendidikan terendah sampai tertinggi. Pembelajaran E learning dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah hingga pada akhirnya nanti semua peserta didik dapat memahami apa arti E learning sebenarnya. Seharusnya pemerintah memberikan alokasi khusus untuk E learning karena pembelajaran efektif itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan memang dibutuhkan kerjasama dari semua lembaga pendidikan.
Daftar Pustaka
Airtanah, A. (2014). Bab ii kajian teori. Bab Ii Kajian Teori, (1), 9–34.
AS, E. W. (2009). Mengatasi Empat Kendala Utama Dalam Rangka Optimalisasi Pembelajaran E-learning. مممم ممممممم, 2(5), 255. Retrieved from ???
Riadi, M. (2014). Pengertian , Karaktiristik dan Manfaat E-. 4–6.
SATRIO, A. (2011). Kendala Dan Penerapan E-Learning. Journal Information, 10, 1–16.
Setiawan, P. (2020). Pengertian E-learning Pengertian E-learning Menurut Para Ahli Karakteristik E-learning Manfaat E-learning.
Taufik.net. (2010). Kelebihan Dan Kekurangan. 1–7.
Tiyas, N. R. (2014). Sejarah E-Learning.
View publication stats