“METODE PEMBELAJARAN”
( Metode Bermain Peran, Metode Studi Kasus, Metode Team Quiz, Dan Metode True/False)
“Dosen Pengampu : Popi Dayurni, S.Pd., M.Pd.T
Disusun Oleh Kelompok 4 :
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PRODI PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS BINA BANGSA 2022/2023
Robiatul Adawiyah 13022000028 Shella Ramandha Putri 13022000013
Siti Nurindah 13022000017
Tomi Bustomi 13022000003
Yuliawati 13022000038
KATA PENGANTAR
Assalamu‘alaikum Wr. Wb.
Segala ucap syukur alhamdulillah kepada ALLAH S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan ridho-Nya sehingga Penulis bisa menyusun makalah ini yang berjudul “METODE PEMBELAJARAN”. Makalah ini dibuat sebagai sebagai tugas mata kuliah Pembinaan Kompetensi Mengajar.
Penulis berharap semoga dengan disusunnya makalah ini akan memberikan manfaat bagi Penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Penulis menyadari pasti ada kekurangan yang terdapat pada makalah ini karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu, penyusun terbuka terhadap kritik dan saran sehingga bisa menambah kesempurnaan dan memberikan kami tambahan pengetahuan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Serang, 13 Januari 2023
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI...iii
BAB 1...4
PENDAHULUAN...4
1.1 Latar Belakang...4
1.2 Rumusan Masalah...4
1.3Tujuan Penulisan...5
1.4 Manfaat...5
BAB II...6
PEMBAHASAN...6
2.1 Metode Pembelajaran Bermain Peran...6
2.2 Metode Studi Kasus...8
2.3 Metode Team Quis...10
2.4 Metode Pembelajaran True/False...13
BAB III...14
KESIMPULAN...14
3.1 Kesimpulan...14
DAFTAR PUSTAKA...15
BAB 1
PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai (Sanjaya 2008: 215).
Pencapaian tujuan pembelajran merupakan out put/ out come dari sistem yang berjalan. Dalam sebuah sistem tentu ada input-proses-output. Pemebalajaran berada pada posisi tengah yaitu pada proses. Keberlangsunngan proses sangat dipengaruhi oleh input yang masukan. Sehingga out put sesuai dengan apa yang diharapkan. Proses akan berjalan lancar apabila didukung dengan pengetahuan dan komponen-komponen yang memadai.
Banyak pengajar yang dalam melaksanakan belajar mengajarnya tidak bisa mencapai tujuan/kompetensi yang ditentukan. Penyebabnya adalah pemebelajaran tidak sesuai dengan karakteristik siswa. Siswa inginnya “begini pengajar melakukan begitu” tidak ada sinergitas antara pengajar dan siswa. Karakteristik siswa merupakan salah satu faktor penyebab efektif dan tidaknya pembelajaran.
Dalam pembelajaran kita mengenal istilah pendekatan pemebelajaran, strategi pemebelajaran dan metode pemebeljaran. Ketiga istilah itulah yang menjadi fokus pembahasan dalam makalah ini Karena itu merupakan komponen yang sangat mendukung untuk memahami karakteristik siswa demi tercapainya tujuan pembelajaran. Proses pemebelajaran akan berjalan efektif jika pendidik paham dan mengetahui pendekatan pembelajaran yang berlanjut terhadap pemahaman strategi pembelajaran dan memahami metode pembelajaran. Ketiga komponen ini merupakan satu kesatuan yang akan mendukung terhadap pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan kompetensi dan karakteristik siswa.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Metode Bermain Peran, Studi Kasus, Kuis dan Metode True/False?
2. Apa Langkah-langkah dalam penggunaan Metode Bermain Peran, Studi Kasus, Kuis dan Metode True/False.
3. Apa Kelebihan dan kekurangan Metode Bermain Peran, Studi Kasus, Kuis dan Metode True/False.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui pengertian Metode Bermain Peran, Studi Kasus, Kuis dan Metode True/False.
2. Untuk mengetahui langkah-langkah Metode Bermain Peran, Studi Kasus, Kuis dan Metode True/False.
3. Untuk mengetahui Kelebihan dan kekurangan Metode Bermain Peran, Studi Kasus, Kuis dan Metode True/False.
1.4. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini agar dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan mengenai Metode Pembelajaran (Metode Bermain Peran, Studi Kasus, Kuis dan Metode True/False).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Metode Pembelajaran Bermain Peran
Bermain peran atau role playing adalah metode pembelajaran yang di dalamnya terdapat perilaku pura-pura (berakting) dari siswa sesuai dengan peran yang telah ditentukan, dimana siswa menirukan situasi dari tokoh-tokoh sedemikian rupa dengan tujuan mendramatisasikan dan mengekspresikan tingkah laku, ungkapan, gerak-gerik seseorang dalam hubungan sosial antar manusia.
Metode bermain peran dapat menimbulkan pengalaman belajar, seperti kemampuan kerjasama, komunikatif, dan menginterpretasikan suatu kejadian. Melalui bermain peran, siswa mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antar manusia dengan cara memperagakan dan mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama para siswa dapat mengeksplorasi perasaan- perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan strategi pemecahan masalah.
Model pembelajaran bermain peran penekanannya terletak pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi. Murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab) bersama teman-temannya pada situasi tertentu.
Tujuan Bermain Peran
Metode bermain peran dalam proses pembelajaran bertujuan agar siswa dapatmendramatisasikan tingkah laku, atau ungkapan gerak-gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial atau manusia. Menurut Saefuddin dan Berdiati (2014), metode pembelajaran bermain peran memiliki tujuan sebagaiberikut:
1. Memberikan pengalaman konkret dari apa yang telah dipelajari.
2. Mengilustrasikan prinsip-prinsip dari materi pembelajaran.
3. Menumbuhkan kepekaan terhadap masalah-masalah hubungan sosial.
4. Menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa.
5. Menyediakan sarana untuk mengekspresikan perasaan yang tersembunyi dibalik suatu keinginan.
Metode bermain peran dalam proses belajar memiliki tujuan agar siswa dapat menghayati peranan apa yang dimainkan, mampu menempatkan diri dalam situasi orang lain yang
dikehendaki guru. Menurut Santoso (2011), tujuan bermain peran adalah agar siswa dapat:
1. Memahami perasaan orang lain.
2. Menempatkan diri dari situasi orang lain.
3. Mengerti dan menghargai perbedaan pendapat.
Langkah-langkah Metode Bermain Peran
Menurut Uno (2007), terdapat tujuh langkah dalam pelaksanaan model pembelajaran bermain peran, yaitu sebagai berikut:
1. Menghangatkan Suasana dan Memotivasi Peserta Didik. Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk mengadakan perubahan demi mencapai tujuan tertentu. Tahap ini lebih banyak dimaksudkan untuk memotivasi peserta didik agar tertarik pada masalah karena itu tahap ini sangat penting dalam bermain peran dan paling menentukan keberhasilan.
2. Memilih Peran. Memilih peran dalam pembelajaran, tahap ini peserta didik dan guru mendiskripsikan berbagai watak atau karakter, apa yang mereka suka, bagaimana mereka merasakan, dan apa yang harus mereka kerjakan, kemudian para peserta didik diberi kesempatan secara sukarela untuk menjadi pemeran.
3. Menyusun Tahap-Tahap Peran. Menyusun tahap-tahap baru, pada tahap ini para pemeran menyusun garis-garis besar adegan yang akan dimainkan.
4. Menyiapkan Pengamat. Menyiapkan pengamat, sebaiknya pengamat dipersiapkan secara matang dan terlibat dalam cerita yang akan dimainkan agar semua peserta didik turut mengalami dan menghayati peran yang dimainkan dan aktif mendiskusikannya.
5. Pemeran. Pada tahap ini para peserta didik mulai beraksi secara spontan, sesuai dengan peran masing-masing, pemeran dapat berhenti apabila para peserta didik telah merasa cukup.
6. Diskusi dan Evaluasi. Setelah melakukan peran, langkah berikut adalah analisis dari bermain peran tersebut. Para pemain diminta untuk mengemukakan perasaan mereka tentang peran yang dimainkan, demikian pula dengan peserta yang lain. Diskusi dimulai dengan melontarkan sebuah pertanyaan, para peserta didik akan segera terpancing untuk diskusi.
7. Membagi Pengalaman dan Mengambil Kesimpulan. Pada tahap ini peserta didik saling mengemukakan pengalaman hidupnya dalam berhadapan dengan orang tua, guru, teman dan sebagainya. Semua pengalaman peserta didik dapat diungkap atau muncul secara spontan.
Kelebihan dan Kekurangan Bermain Peran
Menurut Djamarah dan Zain (2008), metode pembelajaran bermain peran memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu sebagai berikut:
a. Kelebihan Bermain Peran
Kelebihan atau keunggulan menggunakan metode bermain peran adalah sebagai berikut:
1. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa, di samping menjadi pengalaman yang menyenangkan juga memberi pengetahuan yang melekat dalam memori otak.
2. Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan membuat kelas menjadi dinamis dan antusias.
3. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan.
4. Siswa dapat terjun langsung untuk memerankan sesuatu yang akan dibahas dalam proses belajar.
b. Kekurangan Bermain Peran
Kelemahan atau kekurangan metode bermain peran adalah sebagai berikut:
1. Role playing memerlukan waktu yang relatif panjang/banyak.
2. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun siswa dan ini tidak semua guru memilikinya.
3. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerankan suatu adegan tertentu.
4. Apabila pelaksanaan role playing atau bermain peran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pembelajaran tidak tercapai.
5. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.
2.2 Metode Studi Kasus
Studi kasus didefinisikan oleh Tellis sebagai metode penelitian yang memiliki unit analisis yang lebih mengacu pada tindakan individu atau lembaga dibandingkan dengan diri individu maupun lembaga itu sendiri. Dapat dikatakan studi kasus lebih berfokus pada tindakan atau perilaku yang dihasilkan.
Menurut Bogdan dan Bikien studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu.
Surachrnad membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci.
Sementara Yin memberikan batasan yang lebih bersifat teknis dengan penekanan pada ciri-cirinya. Ary, Jacobs, dan Razavieh menjelasan bahwa dalam studi kasus hendaknya peneliti
berusaha menguji unit atau individu secara mendalarn. Para peneliti berusaha menernukan sernua variabel yang penting.
Langkah-langkah Metode Pembelajaran Studi Kasus
1. Pemilihan kasus: dalam pemilihan kasus hendaknya dilakukan secara bertujuan (purposive) dan bukan secara rambang. Kasus dapat dipilih oleh peneliti dengan menjadikan objek orang, lingkungan, program, proses, dan masvarakat atau unit sosial.
2. Pengumpulan data: terdapat beberapa teknik dalarn pengumpulan data, tetapi yang lebih dipakai dalarn penelitian kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis dokumentasi.
Peneliti sebagai instrurnen penelitian, dapat menyesuaikan cara pengumpulan data dengan masalah dan lingkungan penelitian, serta dapat mengumpulkan data yang berbeda secara serentak;
3. Analisis data: setelah data terkumpul peneliti dapat mulai mengagregasi, mengorganisasi, dan mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang dapat dikelola. Agregasi merupakan proses mengabstraksi hal-hal khusus menjadi hal-hal umum guna menemukan pola umum data. Data dapat diorganisasi secara kronologis, kategori atau dimasukkan ke dalam tipologi.
4. Perbaikan (refinement): meskipun semua data telah terkumpul, dalam pendekatan studi kasus hendaknya clilakukan penvempurnaan atau penguatan (reinforcement) data baru terhadap kategori yang telah ditemukan. Pengumpulan data baru mengharuskan peneliti untuk kembali ke lapangan dan barangkali harus membuat kategori baru, data baru tidak bisa dikelompokkan ke dalam kategori yang sudah ada;
5. Penulisan laporan: laporan hendaknya ditulis secara komunikatif, rnudah dibaca, dan mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas, sehingga rnernudahkan pembaca untuk mernahami seluruh informasi penting.
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Studi Kasus
Kelebihan Model Pembelajaran
Pendekatan studi kasus biasanya lebih fleksibel karena disainnya memang ditujukan untuk mengeksplorasi suatu permasalahan. Berbeda dengan pendekatan yang didisain dengan keinginan untuk menguji suatu teori atau hipotesa, dengan sifat eksploratif studi kasus, memungkinkan si peneliti untuk lebih fleksibel menyesuaikan arah penelitiannya sesuai dengan perkembangan kegiatan penelitiannya.
Pembelajaran yang Penekanan pada Pemahaman Konteks.Usaha mencari tahu melalui studi kasus pendalaman pemahaman mengenai persoalan atau kelompok orang tertentu.
Ini mengarahkan pada terkumpulkanya informasi yang rinci atau detail tentang persoalan atau kelompok orang yang menjadi focus kajian. Luaran dari studi seperti ini adalah apa yang disebut thick description yakni deskripsi mendalam tentang suatu persoalan atau kelompok orang dan segala konteks terkait permasalahan atau kelompok orang tersebut.
Kelemahan
1. Pembelajaran studi kasus seringkali dipandang kurang ilmiah atau pseudo-scientific karena pengukurannya bersifat subjectif atau tidak bisa dikuantifisir. Dalam hal ini, kritik ini juga mempertanyakan validitas dari hasil penelitian studi kasus.
2. Karena masalah interpretasi subjektif pada pengumpulan dan analisa data studi kasus, maka mengerjakan pekerjaan ini relative lebih sulit dari penelitian kuantitatif.
3. Masalah generalisasi. Karena skupa penelitian baik issu maupun jumlah orang yang menjadi target kajian studi kasus sangat kecil, kemampuan generalisasi dari temuan pada studi kasus adalah rendah.
2.3 Metode Team Quis
Team quiz adalah model pembelajaran aktif dimana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, kemudian semua anggota kelompok mempelajari dan mendiskusikan materi, setelah itu siswa menyiapkan kuis (tebak-tebakan) dengan jawaban singkat dari materi yang sudah dipelajari. Model pembelajaran team quiz berfungsi untuk menghidupkan suasana belajar, meningkatkan keaktifan dan semangat siswa, sehingga siswa dapat mudah memahami materi pelajaran.
Team quiz merupakan metode pembelajaran aktif yang dikembangkan oleh Melvin L.
Silbermen. Metode team quiz diwali dengan guru menerangkan materi secara klasikal, lalu siswa dibagi ke dalam tiga kelompok besar. Semua anggota kelompok bersama-sama mempelajari materi tersebut, saling memberi arahan, saling memberikan pertanyaan dan jawaban untuk memahami mata pelajaran tersebut. Setelah selesai materi maka diadakan suatu pertandingan akademis. Dengan adanya pertandingan akademis ini maka terciptalah kompetisi antar kelompok, para siswa akan senantiasa berusaha belajar dengan motivasi yang tinggi agar dapat memperoleh nilai yang tinggi dalam pertandingan.
Team quiz merupakan salah satu model pembelajaran aktif yang lebih banyak melibatkan aktivitas peserta didik dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas. Tujuan penerapan model team quiz adalah untuk meningkatkan kemampuan tanggung jawab peserta didik dalam suasana yang menyenangkan.
Team quiz juga untuk meningkatkan kepercayaan diri dan meningkatkan keaktifan dalam proses pembelajaran.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Team Quiz
Menurut Silbermen (2016), langkah-langkah pelaksanaan metode pembelajaran team quiz adalah sebagai berikut:
1. Pilihlah topik yang bisa disajikan dalam tiga segmen.
2. Bagilah siswa menjadi tiga tim.
3. Jelaskan format pelajaran dan mulailah penyajian materi, batasi hingga 10 menit atau kurang dari itu.
4. Perintahkan tim A untuk menyiapkan kuis jawaban singkat. Kuis tersebut harus sudah siap dalam tidak lebih dari 5 menit. Tim B dan C menggunakan waktu ini untuk memeriksa catatan mereka.
5. Tim A memberi kuis kepada anggota tim B. Jika tim B tidak dapat menjawab satu pertanyaan, tim C segera menjawabnya.
6. Tim A mengarahkan pertanyaan berikutnya kepada anggota tim C, dan mengulang proses tersebut.
7. Ketika kuisnya selesai, lanjutkan dengan segmen kedua dari pelajaran anda, dan tunjuklah tim B sebagai pemandu kuis.
8. Setelah tim B menyelesaikan kuisnya, lanjutkan dengan segmen ketiga dari pelajaran anda dan tunjuklah tim C sebagai pemandu kuis.
Adapun menurut Zaini, dkk (2008), tahapan pembelajaran menggunakan metode team quiz adalah sebagai berikut:
1. Pilihlah topik yang disampaikan dalam tiga segmen.
2. Bagi peserta didik menjadi tiga kelompok: A, B dan C.
3. Sampaikan kepada peserta didik format pembelajaran yang disampaikan kemudian mulai presentasi.
4. Setelah presentasi, minta kelompok A untuk menyiapkan pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan materi yang baru saja disampaikan. Kelompok B dan C menggunakan waktu ini untuk melihat lagi catatan mereka.
5. Minta kelompok A untuk memberi pertanyaan kepada kelompok B. Jika kelompok tidak dapat menjawab pertanyaan, lempar pertanyaan tersebut kepada kelompok C.
6. Kelompok A memberi pertanyaan kepada kelompok C, jika kelompok C tidak bisa menjawab, lemparkan kepada kelompok B.
7. Jika tanya jawab ini selesai, lanjutkan dan tunjuk kelompok B untuk menjadi kelompok penanya. Lakukan seperti untuk kelompok A.
8. Setelah kelompok B selesai dengan pertanyaannya, lanjutkan dan tunjuk kelompok C sebagai penanya.
9. Akhiri kegiatan pembelajaran dengan menyimpulkan tanya jawab dan jelaskan sekiranya ada pemahaman peserta didik yang keliru.
Menurut Silbermen (2016), dalam penerapan metode pembelajaran team quiz, dapat dilakukan beberapa variasi, antara lain yaitu:
1. Berikan tim pertanyaan kuis yang telah dipersiapkan yang darinya mereka memilih kapan mereka mendapat giliran menjadi pemandu kuis.
2. Berikan satu penyajian materi secara kontinu. Bagilah peserta didik menjadi dua tim.
Pada akhir pelajaran, perintahkan dua tim untuk saling memberi kuis.
Dalam penggunaan metode team Quiz juga dapat menggunakan berbagai media pendukung seperti penggunaan Aplikasi Quiziz, Kahoot dan yang lainnya.
Kelebihan dan Kekurangan Team Quiz
Setiap model pembelajaran biasanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, begitu juga dengan model pembelajaran team quiz. Berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan model pembelajaran team quiz dari beberapa sumber:
a. Kelebihan Team Quiz
Kelebihan atau keunggulan model pembelajaran team quiz adalah:
1. Dapat menghilangkan kebosanan dalam proses belajar.
2. Mengajak peserta didik untuk terlibat penuh dalam proses pembelajaran.
3. Menumbuhkan partisipasi aktif di kalangan siswa.
4. Meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang dipelajari dalam proses pembelajaran.
5. Membangun keberanian dalam diri peserta didik, mengeluarkan pendapat, sikap dan aspirasinya.
6. Meraih makna belajar melalui pengalaman langsung.
7. Menambah semangat dan minat peserta didik.
8. Siswa dapat belajar bersikap toleran terhadap teman-temannya.
b. Kekurangan Team Quiz
Kekurangan atau kelemahan model pembelajaran team quiz adalah:
1. Memerlukan kendali yang ketat dalam mengondisikan kelas saat keributan terjadi.
2. Hanya peserta didik tertentu yang dianggap pintar dalam kelompok tersebut, yakni bisa menjawab soal. Karena permainan yang dituntut cepat dan memberikan kesempatan diskusi yang singkat.
3. Tidak semua materi dapat menggunakan metode ini.
4. Menggunakan metode team quiz secara terus menerus akan menimbulkan kebosanan.
5. Selain itu, waktu yang digunakan untuk mempersiapkan metode pembelajaran ini membutuhkan waktu lama.
2.4 Metode Pembelajaran True/False
True Or False adalah metode pembelajaran dengan menggunakan kartu yang berisi pernyataan-pernyataan benar dan salah yang diberikan kepada masing-masing siswa untuk dijawabnya.
Kelebihan-kelebihan:
1. Dapat mengaktifkan seluruh siswa.
2. Melatih siswa untuk mengemukakan pendapatnya.
3. Melatih siswa menghargai pendapat orang lain.
4. Dapat dilakukan untuk semua jenjang pendidikan.
Kelemahan-kelemahan:
1. Memerlukan waktu lama untuk menghabiskan seluruh pernyataan.
2. Sulit membuat daftar pernyataan yang bersifat aktual dan faktual.
3. Siswa sulit mejawab pernyataan yang ada, sehingga kelas menjadi gaduh.
Langkah-langkah:
Manurut Silberman (2007:22), Langkah-langkah Strategi Pembelajaran True Or False adalah sebagai berikut:
Guru membuat daftar pernyataan yang sesuai dengan materi pelajaran, yang isinya benar dan salah. Pernyataan ditulis dalam kartu indeks masing-masing secara terpisah dan pastikan jumlah pernyataan tersebut sesuai dengan jumlah siswa.
Bagikan kartu masing-masing satu kepada siswa. Guru menginformasikan kepada siswa bahwa tujuan pembelajaran kali ini adalah siswa mampu membedakan mana pernyataan yang benar dan yang salah, untuk mencapai tujuan tersebut siswa boleh menggunakan berbagai cara, termasuk membuka buku.
Ketika mata pelajaran selesai, mintalah masing-masing siswa membaca kartu yang diperolehnya dan dapatkan opini kelas tentang pernyataan itu benar atau salah.
Guru memberikan tanggapan tentang kebenaran atau kesalahan untuk masing-masing kartu tersebut
Guru memberikan simpulan.
BAB III
KESIMPULAN 3.1 Kesimpulan
Bermain peran atau role playing adalah metode pembelajaran yang di dalamnya terdapat perilaku pura-pura (berakting) dari siswa sesuai dengan peran yang telah ditentukan, dimana siswa menirukan situasi dari tokoh-tokoh sedemikian rupa dengan tujuan mendramatisasikan dan mengekspresikan tingkah laku, ungkapan, gerak-gerik seseorang dalam hubungan sosial antar manusia.
Studi kasus didefinisikan oleh Tellis sebagai metode penelitian yang memiliki unit analisis yang lebih mengacu pada tindakan individu atau lembaga dibandingkan dengan diri individu maupun lembaga itu sendiri. Dapat dikatakan studi kasus lebih berfokus pada tindakan atau perilaku yang dihasilkan.
Team quiz adalah model pembelajaran aktif dimana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, kemudian semua anggota kelompok mempelajari dan mendiskusikan materi, setelah itu siswa menyiapkan kuis (tebak-tebakan) dengan jawaban singkat dari materi yang sudah dipelajari.
True Or False adalah metode pembelajaran dengan menggunakan kartu yang berisi pernyataan-pernyataan benar dan salah yang diberikan kepada masing-masing siswa untuk dijawabannya.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kajianpustaka.com/2019/05/model-pembelajaran-bermain-peran-role-playing.html https://idtesis.com/metode-pembelajaran-studi-kasus/
https://www.kajianpustaka.com/2022/05/model-pembelajaran-team-quiz.html http://layanan-guru.blogspot.com/2013/04/strategi-pembelajaran-true-or-false.html