• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Analitis Hierarki Proses

N/A
N/A
Indri Maheswari

Academic year: 2024

Membagikan "Metode Analitis Hierarki Proses"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/341767794

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Oleh Heny Pratiwi

Chapter · May 2020

CITATION

1

READS

10,820

1 author:

Heny Pratiwi

STMIK Widya Cipta Dharma 25PUBLICATIONS   241CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Heny Pratiwi on 31 May 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.

(2)

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Oleh Heny Pratiwi

AHP merupakan teknik pengambilan keputusan/optimasi multivariate yang digunakan dalam analisis kebijaksanaan. Pada hakekatnya AHP merupakan suatu model pengambil keputusan yang komprehensif dengan memperhitungkan hal-hal yang bersifat kualitatif dan kuantitatif.

AHP umumnya digunakan dengan tujuan untuk menyusun prioritas dari berbagai alternatif pilihan yang ada dan pilihan-pilihan tersebut bersifat kompleks atau multikriteria.

Terdapat 4 aksiom-aksioma yang terkandung dalam model AHP :

1. Reciprocal Comparison artinya pengambilan keputusan harus dapat memuat perbandingan dan menyatakan preferensinya. Preferensi tersebut harus memenuhi syarat resiprokal yaitu apabila A lebih disukai daripada B dengan skala x, maka B lebih disukai daripada A dengan skala 1 banding x.

2. Homogenityartinya preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam skala terbatas atau dengan kata lain elemen-elemennya dapat dibandingkan satu sama lainnya. Kalau aksioma ini tidak dipenuhi maka elemen-elemen yang dibandingkan tersebut tidak homogeny dan harus dibentuk cluster (kelompok elemen) yang baru.

3. Independenceartinya preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatif-alternatif yang ada melainkan oleh objektif keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa pola ketergantungan dalam AHP adalah searah, maksudnya perbandingan antara elemen-elemen dalam satu tingkat dipengaruhi atau tergantung oleh elemen-elemen pada tingkat diatasnya.

4. Expectationartinya untuk tujuan pengambil keputusan. Struktur hirarki diasumsikan lengkap.

Apabila asumsi ini tidak dipenuhi maka pengambil keputusan tidak memakai seluruh kriteria atau objektif yang tersedia atau diperlukan sehingga keputusan yang diambil dianggap tidak lengkap.Proses hirarki analitik (AHP) menyediakan kerangka yang memungkinkan untuk membuat suatu keputusan efektif atas isu kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pendukung keputusan. Pada dasarnya AHP adalah suatu metode dalam merinci suatu situasi yang kompleks, yang terstruktur kedalam suatu komponen- komponennya.Artinya dengan menggunakan pendekatan AHP kita dapat memecahkan suatu masalah dalam pengambilan keputusan.

Prinsip Kerja AHP

Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai dibandingkan dengan variabel lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut.

Prinsip Dasar AHP

Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode AHP meliputi : 1.1 Membuat Hierarki

Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hierarki seperti Gambar 2.1 berikut.

(3)

Gambar 2.1 Struktur Hierarki AHP 1.2. Penilaian Kriteria dan Alternatif

Untuk berbagai persoalan yang ada, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat Kualitatif dari skala perbandingan ini dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan Intensitas

kepentingan Keterangan

1 Kedua elemen sama pentingnya

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya 5 Elemen yang satu lebih penting daripada elemen yang lainnya

7 Elemen yang satu jelas lebih mutlak penting daripada elemen yang lainnya 9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya

2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan Kebalikan

Jika aktifitas i mendapat satu angka dibandingkan dengan aktifitas j, maka j memiliki kebalikannya dibandingkan

dengan i

Perbandingan dilakukan berdasarkan kebijakan pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen terhadap elemen lainnya proses perbandingan berpasangan, dimulai dari level hirarki paling atas yang ditujukan untuk memilih kriteria, misal A1, A2 dan A3. Maka susunan elemen-elemen yang dibandingkan tersebut akan tampak seperti pada Tabel 2.2 matriks berikut:

Tabel 2.2 Contoh matriks Perbandingan Berpasangan

A1 A2 A3

A1 1

A2 1

A3 1

Jumlah Goal

Object

Sub

Alternative

(4)

Untuk menentukan nilai kepentingan relatif antar elemen digunakan skala bilangan dari 1 sampai 9 seperti Tabel 2.1, penilaian ini dilakukan oleh seorang pembuat keputusan yang ahli dalam bidang persoalan yang sedang dianalisa dan mempunyai kepentingan terhadapnya.

Apabila suatu elemen dibandingkan dengan dirinya sendiri maka diberi nilai I. Jika nilai I dibandingkan dengan nilai J mendapatkan nilai tertentu, maka nilai J dibandingkan dengan nilai I merupakan kebalikannya.

Dalam AHP ini, penilaian alternatif dapat dilakukan dengan metode langsung (direct), yaitu metode yang digunakan untuk memasukkan data kuantitatif.Biasanya nilai-nilai ini berasal dari sebuah analisis sebelumnya atau dari pengalaman dan pengertian yang detail dari masalah keputusan tersebut. Jika si pengambil keputusan memiliki pengalaman atau pemahaman yang besar mengenai masalah keputusan yang dihadapi, maka dia dapat langsung memasukkan pembobotan dari setiap alternatif.

1.3 Penentuan Prioritas(synthesis of priority)

Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan (Pairwise Comparisons).Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat alternatif dari seluruh alternatif.Baik kriteria kualitatif, maupun kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai dengan penilaian yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas.Bobot atau perioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik.

1.4 Konsistensi Logis (Logical Consistency)

Konsistensi memiliki dua makna.Pertama, objek-objek yang serupa bisa dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi.Kedua, menyangkut tingkat hubungan antar objek yang didasarkan pada kriteria tertentu.

Langkah-langkah Penggunaan AHP

Pada dasarnya prosedur atau langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam metode AHP, antara lain :

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

2. Menentukan prioritas elemen

3. Membuat perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan sesuai kriteria yang diberikan.

4. Matriks bilangan berpasangan diisi menggunakan bilangan untuk merepresentasikan kepentingan relatif dari suatu elemen terhadap elemen yang lainnya.

5. Sintesis

Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah :

1. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks.

2. Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks.

3. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapat nilai rata-rata.

4. Mengukur konsistensi.

(5)

Dalam pembuatan keputusan, penting untuk mengetahui seberapa baik konsistensi yang ada karena kita tidak menginginkan keputusan berdasarkan pertimbangan dengan konsistensi yang rendah.

Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah :

1. Kalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif elemen pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relatif elemen kedua, dan seterusnya.

2. Jumlahkan setiap baris

3. Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan elemen prioritas relatif yang bersangkutan.

4. Jumlahkan hasil bagi diatas dengan banyaknya elemen yang ada, hasilnya disebut λ maks.

5. Hitung Consistency Index (CI) dengan rumus :

CI = (λmaks-n)/n-1... (1) Dimana n = banyaknya elemen berdasarkan sumber criteria

6. Hitung rasio konsistensi/Consistency Index (CI) dengan rumus.

CR = CI/IR ... (2) Dimana CR = Consistency Ratio

hasil akhir dari perhitungan”

CI = Consistency Index

“untuk mencari konsistensi index”

IR = Indeks random consistency

7. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian data judgement harus diperbaiki. Namun jika rasio konsistensi (CI/IR) ≤ 0.1, maka hasil perhitungan bisa dinyatakan benar.

Tabel 2.3 Nilai Indeks Random

Ukuran Matriks Nilai IR

1,2 0,00

3 0,58

4 0,90

5 1,12

6 1,24

7 1,32

8 1,41

9 1,45

10 1,49

11 1,51

12 1,48

13 1,56

14 1,57

15 1,59

Contoh Kasus:

Sistem Pendukung Keputusan Penerimaan Karyawan Dengan Metode Analytical Hierarchy Process Pada Toko Buku XYZ

Kita akan menyelesaikan studi kasus ini dengan menggunakan tahapan-tahapan dalam Sistem Pendukung Keputusan.

1. Intelligence

Pada langkah ini, mengumpulkan data karyawan yang akan diseleksi, mengindentifikasi persyaratan yang diberikan oleh pihak toko buku dan menentukan kriteria-kriteria yang akan digunakan untuk menentukan perhitungan terhadap data-data karyawan yang akan diterima menjadi karyawan, dan akhirnya kesimpulan bagaimana cara menilai karyawan dengan tepat menggunakan metode AHP (Analytical Hierarcy Process).

(6)

2. Design

Pada tahap ini menggunakan AHP (Analytical Hierarcy Process), sebagai model pengambil keputusan penerimaan karyawan pada toko buku. Secara manual AHP (Analytical Hierarcy Process) merupakan salah satu model sistem pendukung keputusan yang memiliki banyak keunggulan dan menjelaskan proses pengambilan keputusan.

Pada tahap ini dilakukan penentuan kriteria yang terdiri dari 1. Pendidikan Terakhir

2. Umur

3. Pengalaman Kerja 4. Hasil Tes Tertulis 5. Hasil Tes wawancara 6. Penampilan

3. Choice

Pada tahap ini, yaitu menentukan nilai variabel yang akan diberikan kepada setiap kriteria yang dibandingkan dengan kriteria lainnya yang akan digunakan untuk perhitungan. Nilai-nilai variabel yang dipakai yaitu :

1. Nilai 2,4,6,8 yang artinya : nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan.

2. Nilai 3 yang artinya : elemen yang satu sedikit lebih penting dari pada elemen yang lainnya.

3. Nilai 5 yang artinya : elemen yang satu lebih penting dari pada elemen yang lainnya.

4. Nilai 7 yang artinya : elemen yang satu lebih mutlak penting dari pada elemen yang lainnya.

4. Membuat DSS (Decision Suport Sistem)

Pada tahap ini dilakukan penilaian perbandingan antara kriteria satu dengan kriteria lainnya.

Kriteria pada studi kasus ini adalah:

1. Pendidikan Terakhir 2. Umur

3. Pengalaman Kerja 4. Hasil Tes Tertulis 5. Hasil Tes wawancara 6. Penampilan

4.1. Membuat Matriks Perbandingan Pada Setiap Kriteria

Tabel 2.4 Matriks Perbandingan Berpasangan Pada Setiap Kriteria

Pendidikan Usia Pengalaman kerja Tes

Tertulis Tes Wawancara Penampilan

Pendidikan 1 2 2 3 3 5

Usia 0.5 1 2 3 3 5

Pengalaman kerja 0.5 0.5 1 2 3 3

Tes Tertulis 0.33 0.33 0.5 1 2 3

Tes wawancara 0.33 0.33 0.33 0.5 1 2

Penampilan 0.2 0.2 0.33 0.33 0.5 1

Jumlah 2.86 4.36 6.16 9.83 12.5 19

Keterangan Tabel 2.4 :

1. Nilai 1 pada kolom kriteria Pendidikan baris Pendidikan yaitu menerangkan kedua elemen sama pentingnya artinya perbandingan kedua elemen tersebut sama.

(7)

2. Nilai 2 pada kolom kriteria Usiabaris Pendidikan yaitu menerangkan nilai-nilai antara kolom usiadan baris pendidikan memiliki nilai pertimbangan yang berdekatan.

3. Nilai 3 pada kolom tes tertulis baris pendidikan yaitu menerangkan elemen yang satu sedikit lebih penting dari pada elemen yang lainnya

4. Nilai 5 pada kolom penampilan baris pendidikan yaitu menerangkan elemen yang satu lebih penting dari pada elemen yang lainnya.

5. Nilai 0,5 pada kolom pendidikanbaris usia merupakan hasil perhitungan nilai 1 dibagi nilai 2 pada kolom pendidikan baris pendidikan dengan kolom usia baris pendidikan

(8)

Pada tabel 2.5 telah dilakukan perbandingan antar kriteria sebagai berikut:

Tabel 2.5 Matriks Perbandingan Antar Kriteria

Pendidikan Usia Pengalaman kerja Tes

Tertulis Tes Wawancara Penampilan

Pendidikan 1 2 2 3 3 5

Dari tabel 2.5 akan dilakukan penjumlahan seperti pada tabel 2.6 berikut:

Tabel 2.6 Jumlah Matriks Perbandingan Berpasangan Pada Setiap Kriteria

Pendidikan Usia Pengalaman kerja Tes

Tertulis Tes Wawancara Penampilan

Jumlah 2.86 4.36 6.16 9.83 12.5 19

4.2. Membuat Matriks Nilai Kriteria

Tabel 2.7 Matriks Nilai Kriteria Pendidi-kan Usia Pengalaman

kerja

Tes tertu-lis

Tes wawan-

cara Penampi-lan Jum-lah Priori-tas Pendidika

n 0.35 0.459 0.325 0.305 0.24 0.263 1.952 0.324

Usia 0.175 0.229 0.325 0.305 0.24 0.263 1.537 0.256

Pengalama

n Kerja 0.175 0.115 0.162 0.203 0.24 0.158 1.053 0.176

Tes

tertulis 0.115 0.076 0.081 0.102 0.16 0.158 0.692 0.115

Tes wawancar

a

0.115 0.076 0.054 0.051 0.08 0.105 0.481 0.08

Penampila

n 0.07 0.046 0.054 0.034 0.04 0.053 0.297 0.05

Keterangan Pada Tabel 2.7 :

1. Nilai 0,35 pada kolom pendidikan baris pendidikan diperoleh dari perhitungan nilai pada kolom pendidikan baris pendidikan pada Tabel 2.4 dibagi dengan jumlah kolom pendidikan pada Tabel 2.4

2. Nilai kolom jumlah pada Tabel 2.7 diperoleh dari penjumlahan pada setiap barisnya. Untuk baris pertama kolom jumlah nilai 1.952 diperoleh dari hasil penjumlahan baris pendidikan.

3. Nilai dari kolom prioritas diperoleh dari nilai pada kolom jumlah dibagi jumlah kriteria dalam hal ini ialah 6 kriteria.

4.3. Membuat Matriks Penjumlahan Setiap Baris

Tabel 2.8. Matriks Penjumlahan Setiap Baris Pendidikan Usia Pengalaman

kerja

Tes tertulis

Tes

wawancara Penampilan Jumlah

Pendidikan 0.324 0.512 0.352 0.345 0.24 0.25 2.023

Usia 0.162 0.256 0.352 0.345 0.24 0.25 1.605

Pengalaman

kerja 0.162 0.128 0.176 0.23 0.24 0.15 1.086

Tes tertulis 0.107 0.084 0.088 0.115 0.16 0.15 0.704

Tes

wawancara 0.107 0.084 0.054 0.058 0.08 0.1 0.487

penampilan 0.065 0.051 0.058 0.038 0.04 0.05 0.302

(9)

Keterangan Pada Tabel 2.8 :

1. Nilai 0.324 pada baris pendidikan kolom pendidikan diperoleh dari nilai pada kolom prioritas baris pendidikan pada Tabel 2.7 dikalikan dengan nilai baris pendidikan kolom pendidikan pada Tabel 2.4

2. Nilai pada kolom jumlah pada Tabel 2.8 diperoleh dari penjumlahan pada setiap barisnya.

4.4. Perhitungan Rasio Konsistensi

Tabel 2.9. Perhitungan Rasio Konsistensi

Jumlah Perbaris Prioritas Hasil

Pendidikan 2.023 0.324 6.244

Usia 1.605 0.256 6.27

Pengalaman kerja 1.086 0.176 6.17

Tes tertulis 0.704 0.115 6.122

Tes Wawancara 0.487 0.08 6.088

Peng 0.302 0.05 6.04

Jumlah 36.934

Keterangan Pada Tabel 2.9 :

Perhitungan ini digunakan untuk memastikan bahwa nilai rasio konsistensi (CR) <= 0.1. jika ternyata CR lebih besar dari 0.1 maka matriks perbandingan harus diperbaiki.

1. Kolom jumlah perbaris diperoleh dari kolom jumlah pada Tabel 2.8, sedangkan kolom prioritas diperoleh dari kolom prioritas Tabel 2.7.

2. Kolom Hasil diperoleh dari kolom jumlah perbaris dibagi dengan prioritas 3. Dari Tabel diatas diperoleh nilai-nilai sebagi berikut :

- Jumlah diperoleh dari penjumlahan nilai-nilai hasil : 36.934 - N (jumlah Kriteria ) : 6

- ƛ maks (jumlah/n) : 6.156

- CI (Consistency Index ) ((ƛ maks-n)/n-1) : 0.031

- CR (Consistency Ratio ) = (CI/IR (Indeks random consistency)) : 0.025 - Oleh karena nilai CR < 0.1 maka rasio konsistensi dapat diterima.

4.4.1. Menentukan Prioritas Sub kriteria dari Kriteria Pendidikan 4.4.4.1. Matriks Perbandingan Berpasangan Pendidikan

Tabel 2.10 Matriks Perbandingan Berpasangan

Sangat Baik Baik Cukup Kurang Tidak

Sangat baik 1 2 2 3 5

Baik 0.5 1 2 3 3

Cukup 0.5 0.5 1 2 2

Kurang 0.33 0.33 0.5 1 2

Tidak 0.2 0.33 0.5 0.5 1

Jumlah 2.53 4.16 6 9.5 13

Keterangan Pada Tabel 2.10 :

1. Cara pengisian bobot diatas sama dengan pembobotan pada kriteria utama dimana jika tabel bernilai 1 artinya nilai sama pentingnya dan jika bernilai 3 kriteria sedikit lebih penting dari kriteria lainnya.

(10)

2. Nilai 0.5 pada baris Baik kolom Sangat Baik merupakan hasil perhitungan 1 dibagi nilai 2 pada kolom baik baris Sangat baik.

4.4.4.2. Matriks Nilai Kriteria Pendidikan

Tabel 2.11 Matriks Nilai Kriteria Pendidikan Sangat

Baik Baik Cukup Kurang Tidak Jumlah Prioritas

Sangat baik 0.395 0.481 0.333 0.316 0.385 1.91 0.382

Baik 0.198 0.24 0.333 0.316 0.231 1.318 0.264

Cukup 0.198 0.12 0.167 0.211 0.154 0.85 0.17

Kurang 0.13 0.079 0.083 0.105 0.154 0.551 0.11

Tidak 0.079 0.079 0.083 0.053 0.077 0.371 0.074

Keterangan Pada Tabel 2.11 :

1. Nilai 0.395 pada baris sangat baik kolom sangat baik diperoleh dengan cara membagikan nilai 1 pada kolom sangat baik dan baris sangat baik dibagi nilai 2.53 baris jumlah pada Tabel 2.10.

2. Nilai kolom jumlah diperoleh dari penjumlahan pada setiap barisnya. Untuk baris pertama kolom jumlah nilai 1.91 diperoleh dari hasil penjumlahan baris sangat baik.

3. Nilai dari kolom prioritas diperoleh dari nilai pada kolom jumlah dibagi jumlah kriteria dalam hal ini ialah 5 kriteria.

4.4.4.3. Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Pendidikan

Tabel 2.12 Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Pendidikan

Sangat Baik Baik Cukup Kurang Tidak Jumlah

Sangat Baik 0.382 0.528 0.34 0.33 0.37 1.95

Baik 0.191 0.264 0.34 0.33 0.222 1.347

Cukup 0.191 0.132 0.17 0.22 0.148 0.861

Kurang 0.126 0.087 0.085 0.11 0148 0.556

Tidak 0.076 0.087 0.083 0.055 0.074 0.377

Keterangan Pada Tabel 2.12 :

1. Nilai 0.382 pada baris sangat baik kolom sangat baik diperoleh dari nilai pada kolom prioritas baris sangat baik pada Tabel 2.11 dikalikan dengan nilai baris sangat baik kolom sangat baik pada Tabel 2.10.

2. Nilai pada kolom jumlah pada Tabel 2.12 diperoleh dari penjumlahan pada setiap barisnya.

4.4.4.4. Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Pendidikan

Tabel 2.13 Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Pendidikan

Jumlah Perbaris Prioritas Hasil

Sangat Baik 1.95 0.382 5.105

Baik 1.347 0.264 5.102

Cukup 0.861 0.17 5.065

Kurang 0.556 0.11 5.055

Tidak 0.377 0.074 5.095

Jumlah 25.422

Keterangan Pada Tabel 2.13 :

Dari tabel diatas diperoleh nilai-nilai sebagai berikut :

- jumlah diperoleh dari penjumlahan nilai-nilai hasil : 25.422

(11)

- N (jumlah Kriteria) : 5 - ƛ maks (jumlah/n) : 5.084

- CI (Consistency Ratio ) ((ƛ maks-n)/n-1) : 0.021

- CR (Consistency Ratio ) = (CI/IR (Indeks random consistency)) : 0.019 - Oleh karena nilai CR < 0.1 maka rasio konsistensi dapat diterima

4.4.2. Menentukan Prioritas Sub Kriteria dari Kriteria Usia 4.4.2.1. Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Usia

Tabel 2.14 Matriks Perbandingan Berpasangan

Sangat Baik Baik Cukup Kurang Tidak

Sangat Baik 1 2 2 3 5

Baik 0.5 1 2 3 3

Cukup 0.5 0.5 1 2 3

Kurang 0.33 0.33 0.5 1 2

Tidak 0.2 0.33 0.33 0.5 1

Jumlah 2.53 4.16 5.83 9.5 `14

Keterangan Pada Tabel 2.14 :

1. Cara pengisian bobot diatas sama dengan pembobotan pada kriteria utama dimana jika tabel bernilai 1 artinya nilai sama pentingnya dan jika bernilai 3 kriteria sedikit lebih penting dari kriteria lainnya.

2. Nilai 0.5 pada baris Baik kolom Sangat Baik merupakan hasil perhitungan 1 dibagi nilai 2 pada kolom baik baris Sangat baik.

4.4.2.2. Matriks Nilai Kriteria Usia

Tabel 2.15. Matriks nilai kriteria usia Sangat

Baik Baik Cukup Kurang Tidak Jumlah Prioritas Sangat

baik 0.395 0.481 0.343 0.316 0.357 1.892 0.378 Baik 0.198 0.24 0.343 0.316 0.214 1.311 0.262 Cukup 0.198 0.12 0.172 0.211 0.214 0.915 0.183 Kurang 0.13 0.079 0.086 0.105 0.143 0.543 0.109 Tidak 0.079 0.079 0.057 0.053 0.071 0.339 0.068 Keterangan Pada Tabel 2.15 :

1. Nilai 0.395 pada baris sangat baik kolom sangat baik diperoleh dengan cara membagikan nilai 1 pada kolom sangat baik dan baris sangat baik dibagi nilai 2.53 baris jumlah pada Tabel 2.14.

2. Nilai kolom jumlah diperoleh dari penjumlahan pada setiap barisnya. Untuk baris pertama kolom jumlah nilai 1.892 diperoleh dari hasil penjumlahan baris sangat baik.

3. Nilai dari kolom prioritas diperoleh dari nilai pada kolom jumlah dibagi jumlah kriteria dalam hal ini ialah 5 kriteria.

4.4.2.3. Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Usia

Tabel 2.16 Matriks penjumlahan setiap baris kriteria usia

Sangat Baik Baik Cukup Kurang Tidak Jumlah

Sangat Baik 0.378 0.524 0.366 0.327 0.34 1.935

Baik 0.189 0.262 0.366 0.327 0.204 1.348

Cukup 0.189 0.131 0.183 0.218 0.204 0.925

Kurang 0.125 0.086 0.092 0.109 0136 0.548

Tidak 0.076 0.086 0.057 0.055 0.068 0.345

(12)

Keterangan Pada Tabel 2.16 :

1. Nilai 0.378 pada baris sangat baik kolom sangat baik diperoleh dari nilai pada kolom prioritas baris sangat baik pada Tabel 2.15 dikalikan dengan nilai baris sangat baik kolom sangat baik pada Tabel 2.14.

2. Nilai pada kolom jumlah pada Tabel 2.16 diperoleh dari penjumlahan pada setiap barisnya.

4.4.2.4. Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Usia

Tabel 2.17 Perhitungan rasio konsistensi kriteria usia

Jumlah Perbaris Prioritas Hasil

Sangat Baik 1.935 0.378 5.119

Baik 1.348 0.282 5.145

Cukup 0.925 0.183 5.055

Kurang 0.548 0.109 5.028

Tidak 0.345 0.068 5.074

Jumlah 25.421

Keterangan Pada Tabel 2.17 :

Dari tabel diatas diperoleh nilai-nilai sebagai berikut :

- jumlah diperoleh dari penjumlahan nilai-nilai hasil : 25.421 - N (jumlah Kriteria) : 5

- ƛ maks (jumlah/n) : 5.084

- CI (Consistency Index ) ((ƛ maks-n)/n-1) : 0.021

- CR (Consistency Ratio ) (CI/IR (Indeks random consistency)) : 0.019 - Oleh karena nilai CR < 0.1 maka rasio konsistensi dapat diterima.

4.4.3. Menentukan Prioritas Sub Kriteria dari Kriteria Pengalaman Kerja 4.4.3.1. Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Pengalaman Kerja

Tabel 2.18 Matriks Perbandingan Berpasangan

Sangat Baik Baik Cukup Kurang Tidak

Sangat Baik 1 2 3 3 5

Baik 0.5 1 2 3 5

Cukup 0.33 0.5 1 2 3

Kurang 0.33 0.33 0.5 1 2

Tidak 0.2 0.2 0.33 0.5 1

Jumlah 2.36 4.03 6.83 9.5 `16

Keterangan Pada Tabel 2.18 :

1. Cara pengisian bobot diatas sama dengan pembobotan pada kriteria utama dimana jika tabel bernilai 1 artinya nilai sama pentingnya dan jika bernilai 3 kriteria sedikit lebih penting dari kriteria lainnya.

2. Nilai 0.5 pada baris Baik kolom Sangat Baik merupakan hasil perhitungan 1 dibagi nilai 2 pada kolom baik baris Sangat baik.

(13)

4.4.3.2. Matriks Nilai Kriteria Pengalaman Kerja

Tabel 2.19 Matriks Nilai Kriteria Pengalaman Kerja Sangat

Baik Baik Cukup Kurang Tidak Jumlah Prioritas

Sangat baik 0.424 0.496 0.439 0.316 0.313 1.988 0.398

Baik 0.212 0.248 0.293 0.316 0.313 1.382 0.276

Cukup 0.14 0.124 0.146 0.211 0.188 0.809 0.162

Kurang 0.14 0.082 0.073 0.105 0.125 0.525 0.105

Tidak 0.085 0.05 0.048 0.053 0.063 0.299 0.06

Keterangan Pada Tabel 2.19 :

1. Nilai 0.424 pada baris sangat baik kolom sangat baik diperoleh dengan cara membagikan nilai 1 pada kolom sangat baik dan baris sangat baik dibagi nilai 2.36 baris jumlah pada Tabel 2.18.

2. Nilai kolom jumlah diperoleh dari penjumlahan pada setiap barisnya. Untuk baris pertama kolom jumlah nilai 1.988 diperoleh dari hasil penjumlahan baris sangat baik.

3. Nilai dari kolom prioritas diperoleh dari nilai pada kolom jumlah dibagi jumlah kriteria dalam hal ini ialah 5 kriteria.

4.4.3.3. Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Pengalaman Kerja

Tabel 2.20. Matriks penjumlahan setiap baris kriteria pengalaman kerja

Sangat Baik Baik Cukup Kurang Tidak Jumlah

Sangat Baik 0.398 0.552 0.486 0.315 0.3 2.051

Baik 0.199 0.276 0.324 0.315 0.3 1.414

Cukup 0.131 0.138 0.162 0.21 0.18 0.821

Kurang 0.131 0.091 0.081 0.105 012 0.528

Tidak 0.08 0.055 0.048 0.053 0.06 0.301

Keterangan Pada Tabel 2.20 :

1. Nilai 0.398 pada baris sangat baik kolom sangat baik diperoleh dari nilai pada kolom prioritas baris sangat baik pada Tabel 2.19 dikalikan dengan nilai baris sangat baik kolom sangat baik pada Tabel 2.18.

2. Nilai pada kolom jumlah pada Tabel 2.20 diperoleh dari penjumlahan pada setiap barisnya.

4.2.7.4 Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Pengalaman Kerja

Tabel 2.21. Perhitungan rasio konsistensi kriteria pengalaman kerja

Jumlah Perbaris Prioritas Hasil

Sangat Baik 2.051 0.398 5.153

Baik 1.414 0.276 5.123

Cukup 0.821 0.162 5.068

Kurang 0.528 0.105 5.029

Tidak 0.301 0.06 5.017

Jumlah 25.390

Keterangan Pada Tabel 2.21 :

Dari tabel diatas diperoleh nilai-nilai sebagai berikut :

- jumlah diperoleh dari penjumlahan nilai-nilai hasil : 25.390 - N (jumlah Kriteria) : 5

- ƛ maks (jumlah/n) : 5.078

- CI (Consistency Index ) ((ƛ maks-n)/n-1) : 0.020

- CR (Consistency Ratio ) (CI/IR (Indeks random consistency)) : 0.018 - Oleh karena nilai CR < 0.1 maka rasio konsistensi dapat diterima

(14)

4.4.4. Menentukan Prioritas Sub kriteria dari Kriteria Hasil Tes Tertulis 4.4.4.1. Matriks Perbandingan Berpasangan Hasil Tes Tertulis

Tabel 2.22. Matriks Perbandingan Berpasangan

Sangat Baik Baik Cukup Kurang Tidak

Sangat baik 1 2 3 5 7

Baik 0.5 1 2 3 5

Cukup 0.33 0.5 1 2 3

Kurang 0.2 0.33 0.5 1 2

Tidak 0.14 0.2 0.33 0.5 1

Jumlah 2.17 4.03 6.83 11.5 18

(15)

Keterangan Pada Tabel 2.22 :

1. Cara pengisian bobot diatas sama dengan pembobotan pada kriteria utama dimana jika tabel bernilai 1 artinya nilai sama pentingnya dan jika bernilai 3 kriteria sedikit lebih penting dari kriteria lainnya.

2. Nilai 0.5 pada baris Baik kolom Sangat Baik merupakan hasil perhitungan 1 dibagi nilai 2 pada kolom baik baris Sangat baik.

4.4.4.2. Matriks Nilai Kriteria Hasil Tes Tertulis Sangat

Baik Baik Cukup Kurang Tidak Jumlah Prioritas

Sangat baik 0.461 0.496 0.439 0.435 0.389 2.22 0.444

Baik 0.23 0.248 0.293 0.261 0.278 1.31 0.262

Cukup 0.152 0.124 0.146 0.174 0.167 0.763 0.153

Kurang 0.092 0.082 0.073 0.087 0.111 0.445 0.089

Tidak 0.065 0.05 0.048 0.043 0.056 0.262 0.052

Keterangan Pada Tabel 2.23 :

1. Nilai 0.461 pada baris sangat baik kolom sangat baik diperoleh dengan cara membagikan nilai 1 pada kolom sangat baik dan baris sangat baik dibagi nilai 2.17 baris jumlah pada tabel 4.17.

2. Nilai kolom jumlah diperoleh dari penjumlahan pada setiap barisnya. Untuk baris pertama kolom jumlah nilai 2.22 diperoleh dari hasil penjumlahan baris sangat baik.

3. Nilai dari kolom prioritas diperoleh dari nilai pada kolom jumlah dibagi jumlah kriteria dalam hal ini ialah 5 kriteria.

4.4.4.3. Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Hasil Tes Tertulis

Tabel 2.24. Matriks penjumlahan setiap baris kriteria hasil tes tertulis

Sangat Baik Baik Cukup Kurang Tidak Jumlah

Sangat Baik 0.444 0.524 0.459 0.445 0.364 2.236

Baik 0.222 0.262 0.306 0.267 0.26 1.317

Cukup 0.147 0.131 0.153 0.178 0.156 0.765

Kurang 0.089 0.086 0.077 0.089 0104 0.445

Tidak 0.062 0.052 0.048 0.045 0.052 0.261

Keterangan Pada Tabel 2.24 :

1. Nilai 0.444 pada baris sangat baik kolom sangat baik diperoleh dari nilai pada kolom prioritas baris sangat baik pada Tabel 2.23 dikalikan dengan nilai baris sangat baik kolom sangat baik pada Tabel 2.22.

2. Nilai pada kolom jumlah pada Tabel 2.24 diperoleh dari penjumlahan pada setiap barisnya.

4.4.4.4. Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Hasil Tes Tertulis

Tabel 2.25. Perhitungan rasio konsistensi kriteria hasil tes tertulis

Jumlah Perbaris Prioritas Hasil

Sangat Baik 2.236 0.444 5.036

Baik 1.317 0.262 5.027

Cukup 0.765 0.153 5

Kurang 0.445 0.089 5

Tidak 0.261 0.052 5.019

Jumlah 25.082

(16)

Keterangan Pada Tabel 2.25 :

Dari tabel diatas diperoleh nilai-nilai sebagai berikut :

- jumlah diperoleh dari penjumlahan nilai-nilai hasil : 25.082 - N (jumlah Kriteria) : 5

- ƛ maks (jumlah/n) : 5.016

- CI (Consistency Index ) ((ƛ maks-n)/n-1) : 0.004

- CR (Consistency Ratio ) = (CI/IR (Indeks random consistency)) : 0.004 - Oleh karena nilai CR < 0.1 maka rasio konsistensi dapat diterima 4.4.5. Menentukan Prioritas Sub kriteria dari Kriteria Tes Wawancara 4.4.5.1. Matriks Perbandingan Berpasangan Tes Wawancara

Tabel 2.26. Matriks perbandingan berpasangan

Sangat Baik Baik Cukup Kurang Tidak

Sangat baik 1 2 2 3 5

Baik 0.5 1 2 3 3

Cukup 0.5 0.5 1 2 2

Kurang 0.33 0.33 0.5 1 2

Tidak 0.2 0.33 0.5 0.5 1

Jumlah 2.53 4.16 6 9.5 13

Keterangan Pada Tabel 2.26 :

1. Cara pengisian bobot diatas sama dengan pembobotan pada kriteria utama dimana jika tabel bernilai 1 artinya nilai sama pentingnya dan jika bernilai 3 kriteria sedikit lebih penting dari kriteria lainnya.

2. Nilai 0.5 pada baris Baik kolom Sangat Baik merupakan hasil perhitungan 1 dibagi nilai 2 pada kolom baik baris Sangat baik.

4.4.5.2. Matriks Nilai Kriteria Tes Wawancara

Tabel 2.27. Matriks nilai kriteria tes wawancara Sangat

Baik Baik Cukup Kurang Tidak Jumlah Prioritas

Sangat baik 0.395 0.481 0.333 0.316 0.385 1.91 0.382

Baik 0.198 0.24 0.333 0.316 0.231 1.318 0.264

Cukup 0.198 0.12 0.167 0.211 0.154 0.85 0.17

Kurang 0.13 0.079 0.083 0.105 0.154 0.551 0.11

Tidak 0.079 0.079 0.083 0.053 0.077 0.371 0.074

Keterangan Pada Tabel 2.27 :

1. Nilai 0.395 pada baris sangat baik kolom sangat baik diperoleh dengan cara membagikan nilai 1 pada kolom sangat baik dan baris sangat baik dibagi nilai 2.53 baris jumlah pada Tabel 2.26.

2. Nilai kolom jumlah diperoleh dari penjumlahan pada setiap barisnya. Untuk baris pertama kolom jumlah nilai 1.91 diperoleh dari hasil penjumlahan baris sangat baik.

3. Nilai dari kolom prioritas diperoleh dari nilai pada kolom jumlah dibagi jumlah kriteria dalam hal ini ialah 5 kriteria.

(17)

4.4.5.3. Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Tes Wawancara

Tabel 2.28. Matriks penjumlahan setiap baris kriteria tes wawancara

Sangat Baik Baik Cukup Kurang Tidak Jumlah

Sangat Baik 0.382 0.528 0.34 0.33 0.37 1.95

Baik 0.191 0.264 0.34 0.33 0.222 1.347

Cukup 0.191 0.132 0.17 0.22 0.148 0.861

Kurang 0.126 0.087 0.085 0.11 0148 0.556

Tidak 0.076 0.087 0.083 0.055 0.074 0.377

Keterangan Pada Tabel 2.28 :

1. Nilai 0.382 pada baris sangat baik kolom sangat baik diperoleh dari nilai pada kolom prioritas baris sangat baik pada Tabel 2.27 dikalikan dengan nilai baris sangat baik kolom sangat baik pada Tabel 2.26.

2. Nilai pada kolom jumlah pada Tabel 2.28 diperoleh dari penjumlahan pada setiap barisnya.

4.4.5.4. Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Tes Wawancara

Tabel 2.29. Perhitungan rasio konsistensi kriteria tes wawancara

Jumlah Perbaris Prioritas Hasil

Sangat Baik 1.95 0.382 5.105

Baik 1.347 0.264 5.102

Cukup 0.861 0.17 5.065

Kurang 0.556 0.11 5.055

Tidak 0.377 0.074 5.095

Jumlah 25.422

Keterangan Pada Tabel 2.29 :

Dari tabel diatas diperoleh nilai-nilai sebagai berikut :

- jumlah diperoleh dari penjumlahan nilai-nilai hasil : 25.422 - N (jumlah Kriteria) : 5

- ƛ maks (jumlah/n) : 5.084

- CI (Consistency Index ) ((ƛ maks-n)/n-1) : 0.021

- CR (Consistency Ratio ) = (CI/IR (Indeks random consistency)) : 0.019 - Oleh karena nilai CR < 0.1 maka rasio konsistensi dapat diterima

4.4.6. Menentukan Prioritas Sub kriteria dari Kriteria Penampilan 4.4.6.1. Matriks Perbandingan Berpasangan Penampilan

Tabel 2.30. Matriks perbandingan berpasangan

Sangat Baik Baik Cukup Kurang Tidak

Sangat baik 1 2 2 3 5

Baik 0.5 1 2 3 3

Cukup 0.5 0.5 1 2 2

Kurang 0.33 0.33 0.5 1 2

Tidak 0.2 0.33 0.5 0.5 1

Jumlah 2.53 4.16 6 9.5 13

Keterangan Pada Tabel 2.30 :

1. Cara pengisian bobot diatas sama dengan pembobotan pada kriteria utama dimana jika tabel bernilai 1 artinya nilai sama pentingnya dan jika bernilai 3 kriteria sedikit lebih penting dari kriteria lainnya.

(18)

2. Nilai 0.5 pada baris Baik kolom Sangat Baik merupakan hasil perhitungan 1 dibagi nilai 2 pada kolom baik baris Sangat baik.

4.4.6.2. Matriks Nilai Kriteria Penampilan

Tabel 2.31. Matriks Nilai Kriteria Penampilan Sangat

Baik Baik Cukup Kurang Tidak Jumlah Prioritas

Sangat baik 0.395 0.481 0.333 0.316 0.385 1.91 0.382

Baik 0.198 0.24 0.333 0.316 0.231 1.318 0.264

Cukup 0.198 0.12 0.167 0.211 0.154 0.85 0.17

Kurang 0.13 0.079 0.083 0.105 0.154 0.551 0.11

Tidak 0.079 0.079 0.083 0.053 0.077 0.371 0.074

Keterangan Pada Tabel 2.31 :

1. Nilai 0.395 pada baris sangat baik kolom sangat baik diperoleh dengan cara membagikan nilai 1 pada kolom sangat baik dan baris sangat baik dibagi nilai 2.53 baris jumlah pada Tabel 2.30.

2. Nilai kolom jumlah diperoleh dari penjumlahan pada setiap barisnya. Untuk baris pertama kolom jumlah nilai 1.91 diperoleh dari hasil penjumlahan baris sangat baik.

3. Nilai dari kolom prioritas diperoleh dari nilai pada kolom jumlah dibagi jumlah kriteria dalam hal ini ialah 5 kriteria.

4.4.6.3. Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Penampilan

Tabel 2.32. Matriks penjumlahan setiap baris kriteria penampilan

Sangat Baik Baik Cukup Kurang Tidak Jumlah

Sangat Baik 0.382 0.528 0.34 0.33 0.37 1.95

Baik 0.191 0.264 0.34 0.33 0.222 1.347

Cukup 0.191 0.132 0.17 0.22 0.148 0.861

Kurang 0.126 0.087 0.085 0.11 0148 0.556

Tidak 0.076 0.087 0.083 0.055 0.074 0.377

Keterangan Pada Tabel 2.32 :

1. Nilai 0.382 pada baris sangat baik kolom sangat baik diperoleh dari nilai pada kolom prioritas baris sangat baik pada Tabel 2.31 dikalikan dengan nilai baris sangat baik kolom sangat baik pada Tabel 2.30.

2. Nilai pada kolom jumlah pada Tabel 2.32 diperoleh dari penjumlahan pada setiap barisnya.

4.4.6.4. Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Penampilan

Tabel 2.33. Perhitungan rasio konsistensi kriteria penampilan

Jumlah Perbaris Prioritas Hasil

Sangat Baik 1.95 0.382 5.105

Baik 1.347 0.264 5.102

Cukup 0.861 0.17 5.065

Kurang 0.556 0.11 5.055

Tidak 0.377 0.074 5.095

Jumlah 25.422

Keterangan Pada Tabel 2.33 :

Dari tabel diatas diperoleh nilai-nilai sebagai berikut :

- jumlah diperoleh dari penjumlahan nilai-nilai hasil : 25.422 - N (jumlah Kriteria) : 5

- ƛ maks (jumlah/n) : 5.084

- CI (Consistency Index ) ((ƛ maks-n)/n-1) : 0.021

(19)

- CR (Consistency Ratio ) = (CI/IR (Indeks random consistency)) : 0.019 - Oleh karena nilai CR < 0.1 maka rasio konsistensi dapat diterima

4.4.7. Menentukan Hasil Perhitungan

Tabel 2.34. Matriks Hasil

Pendidikan Usia Pengalaman

Kerja

Hasil Tes tertulis

Tes

Wawancara Penampilan

0.324 0.256 0.176 0.115 0.08 0.05

Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik

0.382 0.378 0.398 0.444 0.382 0.382

Baik Baik Baik Baik Baik Baik

0.264 0.262 0.276 0.262 0.264 0.264

Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup

0.17 0.183 0.162 0.153 0.17 0.17

Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang

0.11 0.109 0.105 0.089 0.11 0.11

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

0.074 0.068 0.06 0.052 0.074 0.074

Keterangan Pada Tabel 2.34 :

1. Nilai Nilai kriteria utama (0.324, 0.256, 0.176, 0.115, 0.08, 0.05) pada tabel matriks hasil diperoleh dari nilai pada kolom prioritas masing-masing baris kriteria utama pada Tabel 2.7.

2. Nilai prioritas subkriteria pada kolom pendidikan diperoleh dari nilai kolom prioritas pada Tabel 2.11.

3. Nilai prioritas subkriteria pada kolom Usiadiperoleh dari nilai kolom prioritas pada Tabel 2.15.

4. Nilai prioritas subkriteriapada kolom pengalaman kerja diperoleh dari nilai kolom prioritas pada Tabel 2.19.

5. Nilai prioritas subkriteria pada kolom hasil tes tertulis diperoleh dari nilai kolom prioritas pada Tabel 2.23.

6. Nilai prioritas subkriteria pada kolom tes wawancara diperoleh dari nilai kolom prioritas pada Tabel 2.27.

7. Nilai prioritas subkriteriapada kolom penampilan diperoleh dari nilai kolom prioritas pada Tabel 2.31.

Tabel 2.35. Nilai Karyawan Pendidikan Usia Pengalaman

Kerja

Hasil Tes tertulis

Tes wawancara

penampilan

A Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Baik

B Kurang Kurang Tidak Cukup Kurang Baik

C Baik Kurang Kurang Sangat baik Baik Baik

D Baik Cukup Cukup Baik Sangat baik Baik

E Baik Baik Baik Cukup Baik Baik

Tabel 2.36. Hasil Akhir Pendidi-kan Usia Pengala-man

kerja

Hasil Tes tertulis

Tes

wawancara Penampilan Total

A 0.055 0.047 0.029 0.018 0.014 0.013 0.17I

B 0.036 0.028 0.018 0.018 0.009 0.013 0.112

C 0.086 0.028 0.018 0.051 0.021 0.013 0.217

D 0.086 0.047 0.029 0.030 0.031 0.013 0.235

E 0.086 0.0067 0.049 0.018 0.021 0.013 0.253

(20)

Maka karyawan yang terpilih adalah E karena memiliki nilai tertinggi yaitu 0,253.

Contoh Kasus 2:

Sistem Pendukung Pemilihan Pemasok Pada Mini Market Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process

AHP (Analytical Hierarcy Process) merupakan salah satu model sistem pendukung keputusan yang memiliki banyak keunggulan dan menjelaskan proses pengambilan keputusan. AHP dapat digambarkan secara grafis melalui matriks sehingga mudah dipahami.

Pada tahap ini dilakukan penentuan kriteria yang terdiri dari : 1. Kemampuan Pengadaan Barang

2. Waktu Pengiriman 3. Harga Yang Kompetitif 4. Cara Pembayaran

4.4.7.1. Membuat Matriks Perbandingan Pada Setiap Kriteria

Tabel 2.37. Matriks perbandingan berpasangan pada setiap kriteria Kemampuan

Pengadaan Barang

Waktu Pengiriman

Harga Yang Kompetitif

Cara Pembayaran

Kemampuan Pengadaan Barang 1 2 2 2

Waktu Pengiriman 0,5 1 2 2

Harga Yang Kompetitif 0,5 0,5 1 2

Cara Pembayaran 0,5 0,5 0,5 1

Jumlah 2,50 4,00 5,50 7,00

Langkah pengisian pada Tabel 2.37 matriks perbandingan berpasangan pada setiap kriteria : 1. Angka 1 pada kolom kriteria kemampuan pengadaan barang baris kemampuan pengadaan

barang yaitu menerangkan “kedua elemen sama pentingnya”, artinya kriteria yang dibandingkan sama.

2. Angka 2 pada kolom waktu pengiriman baris kemampuan pengadaan barang menerangkan nilai 2 diantara 1 dan 3 yaitu (1/2). Dimana nilaiantara kolom waktu pengiriman dan baris kemampuan pengadaan barang memiliki nilai pertimbangan yang berdekatan.

3. Angka 0,5 pada kolom kemampuan pengadaan barang baris waktu pengiriman merupakan hasil perhitungan 1/nilai 2 pada kolom waktu pengiriman baris waktu pengiriman.

4. Angka 0,5 pada kolom harga yang kompetitif baris cara pembayaran merupakan hasil perhitungan 1/ nilai 2 pada kolom cara pembayaran baris harga yang kompetitif.

5. Angka 2,50 pada kolom kemampuan pengadaan barang baris jumlah merupakan penjumlahan semua nilai pada kolom kemampuan pengadaan barang baris kemampuan pengadaan barang sampai baris cara pembayaran.

4.4.7.2. Membuat Matriks Nilai Kriteria

Tabel 2.38. Matriks Nilai Kriteria Kemampuan

Pengadaan Barang

Waktu Pengiriman

Harga Yang Kompetitif

Cara

Pembayaran Jumlah Prioritas

(21)

Kemampuan Pengadaan

Barang

Waktu Pengiriman

Harga Yang Kompetitif

Cara

Pembayaran Jumlah Prioritas Kemampuan

Pengadaan Barang

0,40 0,5000 0,3636 0,2857 1,5494 0,3873

Waktu

Pengiriman 0,200 0,2500 0,3636 0,2857 1,0994 0,2748

Harga Yang

Kompetitif 0,200 0,1250 0,1818 0,2857 0,7925 0,1981

Cara Pembayaran 0,200 0,1250 0,0909 0,1429 0,5588 0,1397

Langkah pengisian pada tabel 4.2 matriks nilai kriteria :

1. Nilai 0,40 pada kolom kemampuan pengadaan barang baris kemampuan pengadaan barang pada tabel 4.2 diperoleh dari perhitungan nilai pada kolom kemampuan pengadaan barang baris kemampuan pengadaan barang pada Tabel 4.1 dibagi dengan jumlah kolom kemampuan pengadaan barang pada Tabel 4.1 (1/2,50 = 0,40).

2. Nilai kolom jumlah pada Tabel 4.2 diperoleh dari penjumlahan pada setiap kolomnya. Untuk baris kemampuan pengadaan barang tabel 4.2, nilai 1,5494 merupakan hasil penjumlahan dari (0,40+0,5000+0,3636+0,2857 = 1,5494).

3. Nilai pada kolom prioritas diperoleh dari nilai pada kolom jumlah dibagi dengan jumlah kriteria, dalam hal ini kriteria berjumlah 4.

4.4.7.3. Membuat Matriks Penjumlahan Setiap Baris

Tabel 2.39. Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kemampuan

Pengadaan Barang

Waktu Pengiriman

Harga Yang Kompetitif

Cara

Pembayaran jumlah Kemampuan

Pengadaan Barang 0,3873 0,5497 0,3963 0,2794 1,6127

Waktu Pengiriman 0,1937 0,2748 0,3963 0,2794 1,1442

Harga Yang

Kompetitif 0,1937 0,1374 0,1981 0,2794 0,8086

Cara Pembayaran 0,1937 0,1374 0,0991 0,1397 0,5698

Langkah pengisian pada Tabel 2.39 matriks penjumlahan setiap baris :

1. Nilai 0,3873 pada baris kemampuan pengadaan barang kolom kemampuan pengadaan barang Tabel 2.39 diperoleh dari nilai pada kolom prioritas baris kemampuan pengadaan barang pada Tabel 2.38 dikalikan dengan nilai baris kemampuan pengadaan barang kolom kemampuan pengadaan barang pada Tabel 2.37 (1x0,3873 = 0,3873).

2. Nilai 0.2794 pada baris harga yang kompetitif kolom cara pembayaran Tabel 2.39 diperoleh dari kolom prioritas baris cara pembayaran 0.1397 dikalikan dengan nilai baris harga yang kompetitif kolom cara pembayaran 2 pada Tabel 2.37 (2x0,1397).

3. Nilai 0,1981 pada baris harga yang kompetitif kolom harga yang kompetitif diperoleh dari nilai pada kolom prioritas dikalikan dengan baris harga yang kompetitif dikali dengan nilai pada kolom harga yang kompetitif baris harga yang kompetitif (1x0,20= 0,1981).

4. Nilai 0,1374 pada kolom waktu pengiriman baris cara pembayaran diperoleh dari nilai kolom prioritas baris waktu pengiriman dikalikan dengan kolom waktu pengiriman baris cara pembayaran (0,5x0,27 = 0,1374).

(22)

5. Kolom jumlah pada Tabel 2.39 diperoleh dengan menjumlahkan nilai masing-masing baris pada tabel tersebut. Misalnya nilai 1,6127 pada kolom jumlah baris kemampuan pengadaan barang merupakan hasil penjumlahan (0,3873 + 0,5497 + 0,3963 + 0,2794 = 1,6127).

4.4.7.4. Perhitungan Rasio Konsistensi

Tabel 2.40. Perhitungan Rasio Konsistensi

Jumlah per baris Prioritas Hasil

Kemampuan Pengadaan Barang 1,6127 0,3873 4,1635

waktu Pengiriman 1,1442 0,2748 4,1630

Harga Yang Kompetitif 0,8086 0,1981 4,0811

Cara Pembayaran 0,5698 0,1397 4,0793

JUMLAH 16,4869

Langkah pengisian pada Tabel 2.40 perhitungan rasio konsistensi:

Perhitungan ini digunakan untuk memastikan bahwa nilai rasio konsistensi (CR) <= 0,1, jika ternyata CR > 0,1 maka matriks perbandingan harus diperbaiki.

Kolomjumlah perbaris diperoleh dari kolom jumlah pada Tabel 2.39, sedangkan kolom prioritas diperoleh dari kolom prioritas Tabel 2.38.

Jumlah = 16,4869 (semua nilai pada kolom hasil Tabel 2.40 dijumlahkan).

n = 4 (Jumlah Kriteria) Hitung ƛ maks dengan rumus : ƛ maks = (Jumlah/n)

(16,4869/4)

= 4,1217

Hitung Indeks Konsistensi (CI) dengan rumus : CI = ((ƛ maks – n/n))

((4,1217-4)/4)

= 0,0304

Hitung Rasio Konsistensi (CR) dengan rumus : CR = (CI/IR)

(0,03043/0,9)

= 0,0338

Oleh karena CR ≤ 0,1 maka rasio konsistensi dari perhitungan tersebut bisa diterima.

(23)

4.4.8. Menentukan prioritas Sub kriteria dari Kriteria Kemampuan Pengadaan Barang.

4.4.8.1. Matriks Perbandingan Berpasangan Kemampuan Pengadaan Barang.

Tabel 2.41. Matriks Perbandingan Berpasangan Sangat

Memuaskan Memuaskan Cukup Memuaskan

Kurang Memuaskan

Tidak Memuaskan

Sangat Memuaskan 1 2 2 3 3

Memuaskan 0,5 1 2 2 3

Cukup Memuaskan 0,5 0,5 1 2 2

Kurang Memuaskan 0,33 0,5 0,5 1 4

Tidak Memuaskan 0,33 0,33 0,5 0,25 1

Jumlah 2,67 4,33 6,00 8,25 13

Langkah pengisian pada Tabel 2.41 matriks perbandingan berpasangan :

1. Cara pengisian bobot diatas sama dengan pembobotan pada kriteria utama dimana jika tabel bernilai 1 artinya nilai sama pentingnya.

2. Angka2 pada kolom memuaskan baris sangat memuaskan menerangkan nilai 2 diantara 1 dan 3 yaitu (1/2). Dimana nilaiantara kolom memuaskan dan baris sangat memuaskan memiliki nilai pertimbangan yang berdekatan.

3. Angka 3 pada kolom kurang memuaskan baris sangat memuaskan menerangkan elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya.

4. Angka 3 pada kolom tidak memuaskan baris sangat memuaskan menerangkan elemen yang satu sedikit lebih penting dari pada elemen yang lainnnya.

5. Nilai 0.5 pada baris memuaskan kolom sangat memuaskan merupakan hasil perhitungan 1/nilai 2 pada kolom memuaskan baris sangat memuaskan.

6. Nilai pada kolom dan baris yang lain diperoleh dengan cara yang sama

7. Nilai 2.67 pada kolom sangat memuaskan baris jumlah diperoleh dengan cara menjumlahkan semua nilai pada kolom sangat memuaskan.

4.4.8.2. Matriks Nilai Kriteria Kemampuan Pengadaan Barang

Tabel 2.42. Matriks Nilai Kriteria Kemampuan Pengadaan Barang

Sangat Memuaska

n

Memuaska n

Cukup Memuaska

n

Kurang Memuaska

n

Tidak Memuaska

n

Jumla h

Priorita s

Priorita s Sub Kriteria Sangat

Memuaskan 0,3750 0,4615 0,3333 0,3636 0,2308 1,7643 0,3529 1

Memuaskan 0,1875 0,2308 0,3333 0,2424 0,2308 1,2248 0,2450 0,6942 Cukup Memuaskan 0,1875 0,1154 0,1667 0,2424 0,1538 0,8658 0,1732 0,4908

Kurang

Memuaskan 0,1250 0,1154 0,0833 0,1212 0,3077 0,7526 0,1505 0,4266 Tidak Memuaskan 0,1250 0,0769 0,0833 0,0303 0,0769 0,3925 0,0785 0,2225

Langkah pengisian pada Tabel 2.42matriks nilai kriteria kemampuan pengadaan barang sebenarnya sama dengan langkah pengisian pada Matriks Nilai Kriteria yang sudah ada, perbedaannya adalah tambahan kolom sub kriteria pada langkah ini hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2.42.

1. Nilai 0.3750 pada baris sangat memuaskan kolom sangat memuaskan diperoleh dengan cara membagikan antara nilai 1 pada kolom sangat memuaskan baris sangat memuaskan dibagi nilai 2.67 baris jumlah kolom sangat memuaskan pada Tabel 2.41.

(24)

2. Nilai 1,7643 pada kolom jumlah baris sangat memuaskan diperoleh dari hasil menjumlahkan semua nilai pada baris sangat memuaskan.

3. Nilai 1 pada kolom prioritas sub kriteria diperoleh dari nilai prioritas pada baris tersebut dibagi nilai prioritas pada kolom itu sendiri.

4. Nilai 0,6942 pada kolom prioritas sub kriteria baris memuaskan diperoleh dari nilai prioritas pada baris tersebut dibagi dengan nilai tertinggi pada kolom prioritas.

5. Nilai 0,2225 pada kolom prioritas sub kriteria baris tidak memuaskan diperoleh dari nilai 0,0786 pada kolom prioritas baris tidak memuaskan dibagi dengan nilai tertinggi pada kolom prioritas itu sendiri 0,3529 baris sangat memuaskan.

4.4.8.3. Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Kemampuan Pengadaan Barang Tabel 2.43. Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Kemampuan Pengadaan Barang

Sangat

Memuaskan Memuaskan Cukup Memuaskan

Kurang Memuaskan

Tidak

Memuaskan Jumlah

Sangat Memuaskan 0,3529 0,4899 0,3463 0,4516 0,2355 1,8762

Memuaskan 0,1764 0,2450 0,3463 0,3010 0,2355 1,3043

Cukup Memuaskan 0,1764 0,1225 0,1732 0,3010 0,1570 0,9301

Kurang Memuaskan 0,1176 0,1225 0,0866 0,1505 0,3140 0,7912

Tidak Memuaskan 0,1176 0,0817 0,0866 0,0376 0,0785 0,4020

Langkah pengisian pada Tabel 2.43 matriks penjumlahan setiap baris kriteria kemampuan pengadaan barang :

1. Pada baris sangat memuaskan kolom sangat memuaskan nilai 0,3529 diperoleh dari nilai prioritas baris sangat memuaskan pada Tabel 2.42 (0.3529) dikali dengan nilai pada baris sangat memuaskan kolom sangat memuaskan pada Tabel 2.41 (1).

2. Nilai 0.1176 pada kolom sangat memuaskan baris kurang memuaskan diperoleh dari nilai 0.3529 kolom prioritas baris sangat memuaskan pada Tabel 2.42 dikalikan dengan nilai 0.33 kolom sangat memuaskan baris kurang memuaskan pada Tabel 2.41.

3. Nilai 0.0376 kolom kurang memuaskan baris tidak memuaskan diperoleh dari nilai 0.1505 kolom prioritas baris kurang memuaskan pada Tabel 2.42 dikalikan dengan nilai 0.25 kolom kurang memuaskan baris tidak memuaskan pada Tabel 2.41.

4. Nilai 0,3140 kolom tidak memuaskan baris kurang memuaskan diperoleh dari nilai 0,0785 kolom prioritas baris tidak memuaskan pada Tabel 2.42 dikalikan dengan nilai 4 kolom tidak memuaskan baris kurang memuaskan pada Tabel 2.41.

5. Pada kolom jumlahnilai 1.8762 adalah nilai dari penjumlahan baris sangat memuaskan.

6. Pada kolom jumlah nilai 0,4020 diperoleh dari penjumlahan semua nilai pada baris tidak memuaskan.

4.4.8.4. Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Kemampuan Pengadaan Barang Tabel 2.44. Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Kemampuan Pengadaan Barang

Jumlah Perbaris Prioritas Hasil

Sangat Memuaskan 1,8762 0,3529 5,3171

Memuaskan 1,3043 0,2450 5,3244

Cukup Memuaskan 0,9301 0,1732 5,3713

Kurang Memuaskan 0,7912 0,1505 5,2562

Tidak Memuaskan 0,4020 0,0785 5,1210

Jumlah 26,3900

(25)

Kolomjumlah perbaris diperoleh dari kolom jumlah pada tabel 4.7, sedangkan kolom prioritas diperoleh dari kolom prioritas tabel 4.6.

Jumlah = 26,3900 (semua nilai pada kolom hasil tabel 4.8 dijumlahkan).

n = 5 (Jumlah Subkriteria) Hitung ƛ maks dengan rumus : ƛ maks = (Jumlah/n)

(26,3900/5)

= 5,2780

Hitung Indeks Konsistensi (CI) dengan rumus : CI = ((ƛ maks – n/n))

((5,2780-5)/5)

= 0,0556

Hitung Rasio Konsistensi (CR) dengan rumus : CR = (CI/IR)

(0,0556/1,12)

= 0,0496

Oleh karena CR ≤ 0,1 maka rasio konsistensi dari perhitungan tersebut bisa diterima.

4.4.9. Menentukan Prioritas Sub Kriteria dari Kriteria Waktu Pengiriman 4.4.9.1. Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Waktu Pengiriman

Tabel 2.45. Matriks Perbandingan Berpasangan Sangat

Memuaskan Memuaskan Cukup

Memuaskan

Kurang

Memuaskan Tidak Memuaskan Sangat

Memuaskan 1 2 2 3 5

Memuaskan 0,5 1 2 2 3

Cukup

Memuaskan 0,5 0,5 1 2 2

Kurang

Memuaskan 0,33 0,5 0,5 1 2

Tidak

Memuaskan 0,20 0,5 0,5 0,5 1

Jumlah 2,53 4,50 6,00 8,50 13

Langkah pengisian pada Tabel 2.45 matriks perbandingan berpasangan waktu pengiriman :

(26)

1. Cara pengisian bobot diatas sama dengan pembobotan pada kriteria utama dimana jika tabel bernilai 1 artinya nilai sama pentingnya.

2. Angka2 pada kolom memuaskan baris sangat memuaskan menerangkan nilai 2 diantara 1 dan 3 yaitu (1/2). Dimana nilaiantara kolom memuaskan dan baris sangat memuaskan memiliki nilai pertimbangan yang berdekatan.

3. Angka 3 pada kolom kurang memuaskan baris sangat memuaskan menerangkan elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya.

4. Angka 5 pada kolom tidak memuaskan baris sangat memuaskan menerangkan elemen yang satu lebih penting daripada elemen lainnya.

5. Nilai 0.5 pada baris memuaskan kolom sangat memuaskan merupakan hasil perhitungan 1/nilai 2 pada kolom memuaskan baris sangat memuaskan.

6. Nilai pada kolom dan baris yang lain diperoleh dengan cara yang sama.

7. Nilai 2.53 pada kolom sangat memuaskan baris jumlah diperoleh dengan cara menjumlahkan semua nilai pada kolom sangat memuaskan.

4.4.9.2. Matriks Nilai Kriteria Waktu Pengiriman

Tabel 2.46. Matriks Nilai Kriteria Waktu Pengiriman

Sangat Memuaska

n

Memuaska n

Cukup Memuaska

n

Kurang Memuaska

n

Tidak Memuaska

n

Jumla h

Priorita s

Priorita s Sub Kriteria Sangat

Memuaskan 0,3947 0,4444 0,3333 0,3529 0,3846 1,9101 0,3820 1

Memuaskan 0,1974 0,2222 0,3333 0,2353 0,2308 1,2190 0,2438 0,6382 Cukup Memuaskan 0,1974 0,1111 0,1667 0,2353 0,1538 0,8643 0,1729 0,4525

Kurang

Memuaskan 0,1316 0,1111 0,0833 0,1176 0,1538 0,5975 0,1195 0,3128 Tidak Memuaskan 0,0789 0,1111 0,0833 0,0588 0,0769 0,4091 0,0818 0,2142

Langkah pengisian pada Tabel 2.46 matriks nilai kriteria waktu pengiriman sebenarnya sama dengan langkah pengisian pada Matriks Nilai Kriteria yang sudah ada, perbedaannya adalah tambahan kolom sub kriteria pada langkah ini hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2.46.

1. Nilai 0.3947 pada baris sangat memuaskan kolom sangat memuaskan diperoleh dengan cara membagikan antara nilai 1 pada kolom sangat memuaskan baris sangat memuaskan dibagi nilai 2.53 baris jumlah kolom sangat memuaskan pada Tabel 2.45.

2. Nilai 1 pada kolom prioritas sub kriteria diperoleh dari nilai prioritas pada baris tersebut dibagi nilai prioritas pada kolom itu sendiri.

3. Nilai 0,3128 pada kolom prioritas sub kriteria baris kurang memuaskan diperoleh dari nilai prioritas pada baris tersebut dibagi dengan nilai tertinggi pada kolom prioritas.

4.4.9.3. Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Waktu Pengiriman

Tabel 2.47. Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Waktu Pengiriman Sangat

Memuaskan Memuaskan Cukup Memuaskan

Kurang Memuaskan

Tidak

Memuaskan Jumlah Sangat

Memuaskan 0,3820 0,4876 0,3457 0,3585 0,4091 1,9830

Memuaskan 0,1910 0,2438 0,3457 0,2390 0,2455 1,2650

Cukup

Memuaskan 0,1910 0,1219 0,1729 0,2390 0,1637 0,8884

Kurang

Memuaskan 0,1273 0,1219 0,0864 0,1195 0,1637 0,6188

(27)

Tidak

Memuaskan 0,0764 0,1219 0,0864 0,0598 0,0818 0,4263

Langkah pengisian pada Tabel 2.47matriks penjumlahan setiap baris kriteria waktu pengiriman :

1. Pada baris sangat memuaskan kolom sangat memuaskan nilai 0,3820 diperoleh dari nilai prioritas baris sangat memuaskan pada Tabel 2.46 (0.3820) dikali dengan nilai pada baris sangat memuaskan kolom sangat memuaskan pada Tabel 2.45 (1).

2. Nilai 0.1273 pada kolom sangat memuaskan baris kurang memuaskan diperoleh dari nilai 0.3820 kolom prioritas baris sangat memuaskan pada Tabel 2.46 dikalikan dengan nilai 0.5 kolom sangat memuaskan baris kurang memuaskan pada Tabel 2.45.

3. Nilai 0.0598 kolom kurang memuaskan baris tidak memuaskan diperoleh dari nilai 0.1195 kolom prioritas baris kurang memuaskan pada Tabel 2.46 dikalikan dengan nilai 0.5 kolom kurang memuaskan baris tidak memuaskan pada Tabel 2.45.

4. Pada kolom jumlah, nilai 1.9830 adalah nilai dari penjumlahan baris sangat memuaskan.

4.4.9.4. Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Waktu Pengiriman

Tabel 2.48. Perhitungan Rasio Konsistensi Waktu Pengiriman

Jumlah Perbaris Prioritas Hasil

Sangat Memuaskan 1,9830 0,3820 5,1908

Memuaskan 1,2650 0,2438 5,1888

Cukup Memuaskan 0,8884 0,1729 5,1396

Kurang Memuaskan 0,6188 0,1195 5,1783

Tidak Layak 0,4263 0,0818 5,2098

Jumlah 25,9074

Kolomjumlah perbaris diperoleh dari kolom jumlah pada Tabel 2.47, sedangkan kolom prioritas diperoleh dari kolom prioritas Tabel 2.46.

Jumlah = 25,9074 n = 5 ƛ maks = 5,1815 CI = 0,0363 CR = 0,0324

Oleh karena CR ≤ 0,1 maka rasio konsistensi dari perhitungan tersebut bisa diterima.

4.4.10. Menentukan Prioritas Sub kriteria dari Kriteria Harga Yang Kompetitif 4.4.10.1. Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Harga Yang Kompetitif

Tabel 2.49. Matriks Perbandingan Berpasangan Sangat

Memuaskan Memuaskan Cukup Memuaskan

Kurang Memuaskan

Tidak Memuaskan Sangat

Memuaskan 1 2 3 5 7

Memuaskan 0,5 1 2 3 5

Cukup

Memuaskan 0,33 0,5 1 2 3

Kurang

Memuaskan 0,20 0,33 0,5 1 2

(28)

Sangat

Memuaskan Memuaskan Cukup Memuaskan

Kurang Memuaskan

Tidak Memuaskan Tidak

Memuaskan 0,14 0,20 0,33 0,5 1

Jumlah 2,18 4,033 6,83 11,5 18

Langkah pengisian pada Tabel 2.49 matriks perbandingan berpasangan :

1. Cara pengisian bobot diatas sama dengan pembobotan pada kriteria utama dimana jika tabel bernilai 1 artinya nilai sama pentingnya.

2. Angka2 pada kolom memuaskan baris sangat memuaskan menerangkan nilai 2 diantara 1 dan 3 yaitu (1/2). Dimana nilaiantara kolom memuaskan dan baris sangat memuaskan memiliki nilai pertimbangan yang berdekatan.

3. Angka 3 pada kolom cukup memuaskan baris sangat memuaskan menerangkan elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya.

4. Angka 5 pada kolom kurang memuaskan baris sangat memuaskan menerangkan elemen yang satu lebih penting daripada elemen lainnya.

5. Angka 7 pada kolom tidak memuaskan baris sangat memuaskan menerangkan satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya.

6. Nilai 0.5 pada baris memuaskan kolom sangat memuaskan merupakan hasil perhitungan 1/nilai 2 pada kolom memuaskan baris sangat memuaskan.

7. Nilai 0,33 pada baris tidak memuaskan kolom cukup memuaskan merupakan hasil perhitungan 1/nilai 3 pada kolom tidak memuaskan baris cukup memuaskan.

8. Nilai 18 pada kolom tidak memuaskan baris jumlah diperoleh dengan cara menjumlahkan semua nilai pada kolom tidak memuaskan.

9. Nilai pada kolom dan baris yang lain diperoleh dengan cara yang sama.

10. Nilai 2.18 pada kolom sangat memuaskan baris jumlah diperoleh dengan cara menjumlahkan semua nilai pada kolom sangat memuaskan.

4.4.10.2. Matriks Nilai Kriteria Harga Yang Kompetitif

Tabel 2.50. Matriks nilai kriteria harga yang kompetitif

Sangat Memuaska

n

Memuaska n

Cukup Memuaska

n

Kurang Memuaska

n

Tidak Memuaska

n

Jumla h

Priorita s

Prioritas SubKriteri

a Sangat

Memuaskan 0,4595 0,4959 0,4390 0,4348 0,3889 2,218

1 0,4436 1

Memuaskan 0,2298 0,2479 0,2927 0,2609 0,2778 1,309

0 0,2618 0,5902 Cukup

Memuaskan 0,1532 0,1240 0,1463 0,1739 0,1667 0,764

1 0,1528 0,3445 Kurang

Memuaskan 0,0919 0,0826 0,0732 0,0870 0,1111 0,445

8 0,0892 0,2010 Tidak Memuaskan 0,0656 0,0496 0,0488 0,0435 0,0556 0,263

0 0,0526 0,1186

Langkah pengisian pada Tabel 2.50matriks nilai kriteria harga yang kompetitif sebenarnya sama dengan langkah pengisian pada Matriks Nilai Kriteria yang sudah ada, perbedaannya adalah tambahan kolom sub kriteria pada langkah ini hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2.50.

1. Nilai 0.4595 pada baris sangat memuaskan kolom sangat memuaskan diperoleh dengan cara membagikan antara nilai 1 pada kolom sangat memuaskan baris sangat memuaskan dibagi nilai 2.18 baris jumlah kolom sangat memuaskan pada Tabel 2.50.

(29)

2. Nilai 2,2181 pada kolom jumlah baris sangat memuaskan adalah hasil penjumlahan dari semua nilai yang ada pada baris sangat memuaskan.

3. Nilai 1 pada kolom prioritas sub kriteria diperoleh dari nilai prioritas pada baris tersebut dibagi nilai prioritas pada kolom itu sendiri.

4. Nilai 0,5902 pada kolom prioritas sub kriteria diperoleh dari nilai prioritas pada baris tersebut dibagi dengan nilai tertinggi pada kolom prioritas.

4.4.10.3. Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Harga Yang Kompetitif Tabel 2.51. Matriks penjumlahan setiap baris kriteria harga yang kompetitif

Sangat

Memuaskan Memuaskan Cukup Memuaskan

Kurang Memuaskan

Tidak

Memuaskan Jumlah Sangat Memuaskan 0,4436 0,5236 0,4584 0,4458 0,3683 2,2397

Memuaskan 0,2218 0,2618 0,3056 0,2675 0,2630 1,3198

Cukup Memuaskan 0,1479 0,1309 0,1528 0,1783 0,1578 0,7677

Kurang Memuaskan 0,0887 0,0873 0,0764 0,0892 0,1052 0,4468

Tidak Memuaskan 0,0634 0,0524 0,0509 0,0446 0,0526 0,2639

Langkah pengisian pada Tabel 2.51 matriks penjumlahan setiap baris kriteria harga yang kompetitif :

1. Pada baris sangat memuaskan kolom sangat memuaskan nilai 0,4436 diperoleh dari nilai prioritas baris sangat memuaskan pada Tabel 2.50 (0.4436) dikali dengan nilai pada baris sangat memuaskan kolom sangat memuaskan pada Tabel 2.49 (1).

2. Nilai 0.0887 pada kolom sangat memuaskan baris kurang memuaskan diperoleh dari nilai 0.4436 kolom prioritas baris sangat memuaskan pada Tabel 2.50 dikalikan dengan nilai 0.20 kolom sangat memuaskan baris kurang memuaskan pada Tabel 2.49.

3. Nilai 0.0446 kolom kurang memuaskan baris tidak memuaskan diperoleh dari nilai 0.0892 kolom prioritas baris kurang memuaskan pada Tabel 2.50 dikalikan dengan nilai 0.5 kolom kurang memuaskan baris tidak memuaskan pada Tabel 2.49.

4. Nilai 0,3056 kolom cukup memuaskan baris memuaskan diperoleh dari nilai 0,1528 kolom prioritas baris cukup memuaskan pada Tabel 2.50 dikalikan dengan nilai 2 pada kolom cukup memuaskan baris memuaskan pada Tabel 2.49.

5. Pada kolom jumlah, nilai 2,2397 adalah nilai dari penjumlahan baris sangat memuaskan.

4.4.10.4. Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Harga YangKompetitif

Tabel 2.52. Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Harga Yang Kompetitif

Jumlah Perbaris Prioritas Hasil

Sangat Memuaskan 2,2397 0,4436 5,0488

Memuaskan 1,3198 0,2618 5,0410

Cukup Memuaskan 0,7677 0,1528 5,0240

Kurang Memuaskan 0,4468 0,0892 5,0111

Tidak Memuaskan 0,2639 0,0526 5,0155

Jumlah 25,1403

Kolom jumlah perbaris diperoleh dari kolom jumlah pada Tabel 2.47, sedangkan kolom prioritas diperoleh dari kolom prioritas Tabel 2.46.

Jumlah = 25,1403 n = 5

Gambar

Tabel 2.12 Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Pendidikan
Tabel 2.11 Matriks Nilai Kriteria Pendidikan  Sangat
Tabel 2.13 Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Pendidikan
Tabel 2.16 Matriks penjumlahan setiap baris kriteria usia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Judul Tugas Akhir : Analisis Pengaruh Kecepatan Kendaraan Terhadap Umur Rencana Perkerasan Jalan Dengan Metode Analitis (Studi Kasus Jalan Tol Semarang).. Menyatakan dengan

Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa metode AHP dan metode FMCDM merupakan metode pengambilan keputusan dengan banyak kriteria sehingga keduanya

Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah teknik untuk mendukung proses pengambilan keputusan yang bertujuan untuk menentukan pilihan terbaik dari beberapa

Metode yang digunakan dalam menganalisis prioritas strategi pengembangan hutan tanaman rakyat (HTR) adalah metode analisis hierarki proses (AHP) meliputi aspek pendanaan,

bangun sistem pendukung keputusan siswa berprestasi mengguanakan metode analytical Hierarki Process (AHP) pada SD Negeri Margamulya yang berbasis web agar membantu

Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam membarntu proses pengambilan keputusan, tetapi metode AHP dipilih untuk sistem pendukung keputusan pemilihan laptop

Buku ini memiliki metode penulisan yang sesuai dengan analitis – kritis.Objek studi dari buku ini jelas, yaitu tentang masyarakat Sulawesi pada abad XIX, dan kegiatan kelautan mereka

Analisis Kebutuhan SPK dan Metode Analytical Hierarchy Process AHP Menganalisis kebutuhan data yang akan digunakan untuk penyelesaian masalah pengambilan keputusan dalam Penilaian Hasil