DAFTAR PUSTAKA
Bowles, J. E., 1982, Foundation Analysis and Design, Terjemahan oleh Pantur Silaban. Jilid I,Penerbit Erlangga, Jakarta
Bowles, J. E., 1984, Foundation Analysis and Design, Terjemahan oleh Pantur Silaban. Jilid II,Penerbit Erlangga, Jakarta
Das, B. M., 1985, Principle of Geotechnical Engineering, Terjemahan oleh Noor Endah & Indra Surya Mochtar. Jilid I,Penerbit Erlangga, Jakarta.
Das, B. M., 1985, Principle of Geotechnical Engineering, Terjemahan oleh Noor Endah & Indra Surya Mochtar. Jilid II,Penerbit Erlangga, Jakarta.
Das, B. M., 2007, Principles of Foundation Engineering 6th Edition, Thomson Canada Limited, United States.
Hardiyatmo, H. C., 1996, Teknik Fondasi 1, PT. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta
Hardiyatmo, H. C., 2002, Analisis dan Perancangan Fondasi 2, Gajah Mada University Press, Yogyakarta
Lambe, W. T., Whitman, R. V., 1969, Soil Mechanics, Jhon Willey & Sons, Inc., New York.
Manual Latihan Plaxis Versi 8
Marpaung, D. A., 2012, Analisis Daya Dukung Sistem Pondsi Kelompik Tiang Tekan Hidrolis (Studi Kasus Pada Proyek Pembangunan ITC Polonia Medan), Tugas Akhir Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara.
Napitupulu, E. D. S., 2012, Analisis Kapasitas Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang dengan Menggunakan Metode Analitis Dan Elemen Hingga, jurnal Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara : Medan
Poulus, H.G., dan Davis, E.H., 1980, Pile Foundations Analysis and Design, : John Wiley and Sons Publishers, Inc., America
Rahayu, E. D., 2010, Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Sei Babalan Langkat, Tugas Akhir Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara.
Sardjono, H. S., 1988, Pondasi Tiang Pancang Jilid 1, Sinar Wijaya, Surabaya. Sardjono, H. S., 1991, Pondasi Tiang Pancang Jilid 2, Sinar Wijaya, Surabaya. Sembiring, P. D. L., 2014, Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Tekan Hidrolis
dengan Menggunakan Metode Analitis dan Elemen Hingga (Studi Kasus Proyek Pembangunan Bird’s Park Apartment), Tugas Akhir Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara.
Sosrodarsono, S.,dan Nakazawa, 2005, Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi, PT Pradnya Paramita, Jakarta.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Data Umum
Adapun data umum proyek pembangunan Jalan Tol Medan-Binjai adalah
sebagai berikut :
1. Nama Proyek : Jalan Tol Medan-Binjai
2. Fungsi Bangunan : Interchange 3. Lokasi Proyek : Binjai
4. Perusahaan : PT. Hutama Karya
5. Pekerjaan : Pondasi Tiang Pancang
6. Diameter Pondasi Tiang : 60 cm
7. Mutu Beton : K-600
8. Panjang tiang pancang : 22 m
3.2. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendukung penulisanTugas Akhir ini, penulis memperoleh data
dari PT. Hutama Karya berupa data hasil :
- Standard Penetration Test (SPT) sebanyak 1 titik - Kalendering
- Denah dan detail pondasi
3.3. Tahap Penelitian
Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis melakukan beberapa tahap dan
pelaksanaan sehingga tercapai maksud dan tujuan dari penelitian. Seperti yang
diuraikan pada Bab I, tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk
menghitung besarnya daya dukung pondasi tiang pancang yang didasarkan pada
data pengujian di lapangan dengan menggunakan metode analisis dan metode
elemen hingga, yakni dengan bantuan Program Plaxis.Dalam mencapai tujuan tersebut, maka dilakukan tahap-tahap sebagai berikut :
a. Tahap pertama
Mengumpulkan berbagai jenis literature dalam bentuk buku maupun
tulisan ilmiah yang berhubungan dengan Tugas Akhir ini.
b. Tahap kedua
Mencari subjek sebagai sumber penulisan Tugas Akhir, dan
mengumpulkan data-data yang diperlukan guna mendukung penulisan
Tugas Akhir ini.Subjek pada penulisan Tugas Akhir ini adalah Proyek
penulisan Tugas Akhir ini didapatkan dari PT. Hutama Karyaselaku
pelaksana pemancangan tiang pancang pada proyek tersebut.
c. Tahap ketiga
Melakukan analisa antara data yang diperoleh dari lapangan dengan buku
dan jenis literature lainnya yang berhubungan dengan penulisan Tugas
Akhir ini.
d. Tahap keempat
Pada tahap ini dilakukan perhitungan daya dukung pondasi tiang pancang
secara konvensional sesuai dengan teori dan formula yang telah dibahas
pada Tinjauan Pustaka.
Gambar 3-3. Potongan melintang Abutment 1
e. Tahap kelima
Mencari besarnya daya dukung tiang pancang menggunakan metode
elemen hingga, dengan memodelkan perilaku tanah pada Program Plaxis.
Adapun pemodelan tanah yang digunakan adalah model Mohr-Coulomb.
f. Tahap keenam
Penulis akan membandingkan daya dukung pondasi tiang pancang yang
diperoleh dengan metode analitis dengan perhitungan yang dilakukan
dengan model Mohr-Coulomb pada Program Plaxis, kemudian mengambil
kesimpulan dan saran.
v
Gambar 3-4. Alur Penelitian Mulai
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Analisis Data dan Perhitungan
Metode Analitis
berdasarkan data SPT, dan Kalendering
Metode Elemen Hingga
dengan pemodelan Mohr-Coulomb pada program Plaxis
Analisishasilperhitungan
Kesimpulan dan Saran
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pendahuluan
Pada bab ini, penulis akan membahas perhitungan daya dukung aksial dan
lateral pondasi tiang, yaitu dengan metode analitis dan metode numerik dengan
bantuan Program Plaxis versi 8.2 . Daya dukung tiang akan dihitung dengan
menggunakan data hasil SPT yaitu jumlah pukulan (N-value) dan daya dukung
dari data hasil kalendering
4.2.Menghitung Kapasitas Daya Dukung Axial
Perhitungan daya dukung tiang pancang secara analitis dilakukan
berdasarkan data SPT, dan Kalendering.
4.2.1. Menghitung kapasitas daya dukung tiang pancang berdasarkan data SPT.
Menghitung kapasitas daya dukung tiang pancang dengan menggunakan
data SPT dilakukan per lapisan tanah serta perhitungannya menggunakan metode
Meyerhoff.Adapun data SPT yang digunakan diambil dari BH-1.Jenis tanah pada
setiap lapisan bisa berbeda jenisnya.Untuk itu, perhitungan ini menggunakan dua
jenis rumus yakni untuk jenis tanah non-kohesif (pasir) dan jenis tanah kohesif
(lempung).
Data tiang pancang :
Diameter tiang pancang (d) = 60 cm
= ¼ π (60)2
= 2827,43 cm2 = 0,282743 m2 = 0,283 m2
Tabel 4.1. Stratifikasi lapisan tanah di lokasi proyek ( Bore Hole 1 )
Kedalaman
Konsistensi : Lunak Plastisitas : Tinggi NSPT : 0-4
3-6 3
Deskripsi : Pasir berlanau dan Lempung berlanau
Warna : Abu-abu cerah Konsistensi : Lunak
Plastisitas : Tinggi NSPT : 0-7
6-9 3
Deskripsi : Lempung berlanau dan pasir halus berlanau
Warna : Abu-abu Konsistensi : Lunak Plastisitas : Tinggi NSPT : 7-18
9-15 6
Deskripsi : Pasir halus berlanau Warna : Abu-abu gelap Konsistensi : Lepas
Plastisitas : Tidak Plastis NSPT : 9-18
15-21 6
Deskripsi : Pasir halus berlanau Warna : Abu-abu
Konsistensi : Lepas sampai sedang Plastisitas : Tidak Plastis
NSPT : 9-24
21-30 12
Deskripsi : Pasir Kasar Kelanauan Warna : Abu-abu
Konsistensi : Padat
Plastisitas : Tidak Plastis NSPT : 42-57
Keliling tiang pancang (P) = π d
= 188,50 cm
A. Tanah non-kohesif
Sebagai contoh perhitungan untuk tanah non-kohesif, kita ambil data SPT pada
kedalaman 24 meter ; N-SPT = 45,17
Daya dukung ujung tiang pancang pada tanah non-kohesif, berdasarkan
persamaan (2.4) adalah:
�� = 40 x 45,17 x 24
0,6x 0,283 ≤400 × 45,17 × 0,283
�� = 5886,40kN > 5112.87kN
Untuk tahanan geser selimut tiang pada tanah non kohesif dari persamaan (2.6)
adalah:
��= 2 × 45,17 × 1,885 × 3
��= 510,87kN
B. Tanah Kohesif
Daya dukung tiang pancang (Qp) untuk tanah kohesif kedalaman 6 meter
dengan menggunakan persamaan (2.7) adalah sebagai berikut:
�� = 9 × 53,89 × 0,283
�� = 137,13 kN
Tahanan geser selimut tiang pada tanah kohesif dengan persamaan (2.9) adalah:
�� = 0,7 × 53,89 × 1,885 × 3
�� = 213,78 kN
4.2.2. Menghitung kapasitas daya dukung tiang pancang berdasarkan data
kalendering
a) Menghitung kapasitas daya dukung tiang pancang dengan metode Danish
Formula
Perhitungan kapasitas daya dukung dari pengambilan kalendering di
lapangan dengan Danish Formula dilakukan pada satu buah titik pondasi, yaitu
pondasi tiang pancang pada titik 4A
Data :
Dimensi tiang = D60( cm )
Luas tiang pancang (Ab) = 2827,43 cm2
Effisiensi alat pancang = 85 % (diambil dari Tabel 2.3)
Energi alat pancang = 1800000 kgcm
Banyaknya penetrasi pukulan diambil dari data kalendering pemancangan
di lapangan pada 10 (sepuluh) pukulan terakhir = 2,20 cm
Panjang tiang pancang (L) = 22 m =2200 cm
Modulus Elastisitas tiang = 4700 .��′� =4700 .√60
= 36406,043 Mpa
Kapasitas daya dukung ultimate tiang (Pu ) :
2,20+�0,85 ×1800000 ×2200
2×2827 ,43 ×364060 ,43� 0,5
P� = 439822 kg
P� = 439,82 Ton
b) Menghitung kapasitas daya dukung tiang pancang dengan Metode
Modified New Enginering News Record (ENR) Diameter tiang pancang (D) = 60 cm
Panjang tiang = 22 m = 2200 cm
Berat Tiang/ m = 0,395 T/m
Berat tiang keseluruhan (Wp) = 0,395*22 = 8,69 T
Tinggi jatuh (h) = 5,55 m = 555 cm
Banyaknya penetrasi pukulan diambil dari data kalendering pemancangan di
lapangan pada 10 (sepuluh) pukulan terakhir = 2,20 cm
Berat Hammer = 5 T
4.3. Kapasitas Daya Dukung Lateral Pemancangan
Kapasitas daya dukung lateral (horizontal) berfungsi untuk mengetahui
kestabilitasan apakah tanah tersebut akan runtuh atau tidak. Untuk menghitung
daya dukung horizontal, terlebih dahulu kita harus menghitung faktor kekakuan
tidak terganggu (Undisturbed Sample) dengan muka air tanah ( Ground Water Level ) pada kedalaman 2,65 m. Dengan menggunakan bantuan program Allpile diperoleh:
Perhitungan dilakukan dengan tahap berikut:
1. Perilaku tiang dan factor kekakuan tiang
Koefisien variasi modulus tanah (nh) = 1386 (Tabel 2.9 )
22 � ≥11,28 �( tiang pancang dikategorikan sebagai tiang panjang / elastic pile)
2. Keruntuhan tiang akibat momen lentur maksimum tiang
Jarak beban lateral dari permukaan tanah ( e ) = 0
Koefisien tekanan tanah pasif ( Kp ) = 3,464
Maka :
Maka beban izin lateral
� = ��
Tahanan momen ultimit= 170
0,63∗18,2∗3,464 = 20,81
Nilai tahanan ultimit sebesar 20,81 diplot ke grafik, sehingga diperoleh
21 = ��
3,464 � 18,2 � 0,63
�� = 285,97 ��
4.4. Penurunan Tiang (Settlement)
Pada kedalaman 24 m diperoleh nilai N untuk lapisan pasir = 52
Maka, qc= 4N = 208 kg/cm2 = 20,8 Mpa
Modulus elastisitas di sekitar tiang (Es) dapat dihitung dengan :
Es = 3 . 20,8 Mpa = 62,4 Mpa
Menentukan modulus elastisitas tanah di dasar tiang :
Eb = 10 .62,4 Mpa = 624 Mpa
Menentukan modulus elastisitas dari bahan tiang :
Ep = 4700. √60
Menentukan faktor kekakuan tiang :
K = 36406 ,043 . 1,0
Dari masing – masing grafik di peroleh :
Io = 0,058 ( untuk �
�= 36,67 ��
� = 1) (Gambar 2-22)
Rh = 0,73 ( untuk�� = 36,67, ℎ� = 30,5/21,8 ) (Gambar 2-24)
R� = 0,93 ( untuk�s = 0,3, K = 606,77) (Gambar 2-25)
Rb = 0,779 ( untuk�� = 36,67, ����=10) (Gambar 2-26)
Penurunan dengan beban rencana 150 ton
a. Untuk tiang apung atau tiang friksi
b. Untuk tiang dukung ujung
I = 0,058 x 1,522 x 0,779 x 0,93 `
c. Untuk penurunan tiang elastis:
Qwp = Daya dukung ujung – daya dukung selimut
= 5886,40 – 510,84= 5375,57 kN 0,283 x 36406043 ,45
Tabel 4.3. Penurunan Elastis Tiang Tunggal
Lokasi
titik
Penurunan untuk
tiang friksi
Penurunan untuk tiang
dukung ujung
Penurunan elastis
tiang tunggal
BH-1 2,44 mm 2,56 mm 12,20 mm
Maka dengan memperoleh hasil penurunan yang lebih kecil dari batas
penurunan maksimum yaitu 12,20 mm < 25,4 mm dapat disimpulkan bahwa
pondasi aman terhadap penurunan elastis.
4.5. Efisiensi Tiang pancang
Nilai pengali terhadap kapasitas daya dukung ultimit tiang tunggal dengan
memperhatikan pengaruh kelompok tiang disebut efisiensi tiang. Adapun data tiang kelompok:
m= 12
n= 2
S= 1500 mm
D= 600 mm
Gambar 4-1. Kelompok tiang
� =����� � �� =����� 0.6
1.50= 21,801 ̊
• Metode Converse – Labore Formula (AASHO)
� ≤1,57.�+��−.�2.�1,5 m≤1,57∗0,6∗12∗2
Tabel 4.4. Tabel Daya dukung ultimit tiang pancangMetode Converse – Labore Formula
Metode Efisiensi Jumlah
Tiang
Daya dukung tiang
tunggal (Ton)
Daya Dukung Tiang
Kelompok (Ton)
SPT 0,66 24 779,34 12344,75
DANISH 0,66 24 439,82 6966,76
ENR 0,66 24 488,90 7744,18
MEH 0,66 24 255,25 4043,16
• Metode Los Angeles Group
�� = 1− �.��.�.� ��(� −1) +�(� −1) +√2(� −1)(� −1)�
�� = 1− 0,6
� ∗1,5∗12∗2�12(2−1) + 2(12−1) +√2(12−1)(2−1)�
�� = 1−0,263 = 0,737≈0,74
Tabel 4.5. Tabel Daya dukung ultimit tiang pancang dengan Metode Los
Angeles
Metode Efisiensi Jumlah
Tiang
Daya dukung tiang
tunggal (Ton)
Daya Dukung Tiang
Kelompok (Ton)
SPT 0,74 24 779,34 13841,08
DANISH 0,74 24 439,82 7811,20
ENR 0,74 24 488,90 8682,86
4.6. Perhitungan dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga
Pada Metode Elemen Hingga daya dukung yang akan dihitung adalah daya
dukung aksial pondasi tiang pancang.Pemodelan tanah yang digunakan adalah
model Mohr – Coulomb dengan analisis axisymmetric, yaitu kondisi awal digambarkan seperempat namun sudah mewakili sisi yang lain karena dianggap
simetris. Pada model ini perilaku tanah dianggap bersifat plastis sempurna.
Gambar 4-2.Parameter Tanah (kohesi, sudut geser dalam , dan berat jenis tanah
saturated) yang di peroleh dari Allpile.
Model Mohr – Coulomb merupakan pemodelan umum dalam penyelidikan tanah dimana model ini membutuhkan parameter seperti Modulus Young, E
(stiffness modulus), Poisson’s ratio (υ), sudut geser dalam (ø), kohesi (c), sudut
dilantansi (Ψ), dan berat isi tanah (γ).Dari hasil uji SPT dan laboratorium ini
diambil dari penyelidikan tanah yang dilaksanakan oleh CV.Citra Soil Konsultan.
Karena keterbatasan data, maka sebagian parameter tanah seperti sudut geser
Allpile. Sementara untuk γ unsaturated diperoleh dengan cara mengurangi γ
saturated sebesar 9,81 (berat isi air).
Pemodelan dan parameter tanah tiap lapis
Tabel 4.7 menyajikan data yang akan mempermudah proses pemodelan tanah
dalam program Metode Elemen Hingga.
1. Langkah pertama dalam pemodelan tanah pada program Plaxis adalah
mengatur parameter dasar dari model elemen hingga. Hal ini dilakukan
pada jendela pengaturan global (general setting).
2. Kemudian menggambarkan struktur tanah yang ingin dianalisa. Pilih garis
geometri (geometry line) dengan mengambil lebar sebesar 20d (d = diameter tiang) dan kedalaman tanah sebesar 30m.
Gambar 4-3. Lembar Tab Proyek dari Jendela General setting
3. Untuk membentuk kondisi batas, klik tombol jepit standar maka akan
Gambar 4-4. Gambar struktur tanah yang akan dianalisa
Tabel 4.6.Tabel data tiang pancang
No Keterangan Nilai
1 Lokasi Bore Hole1
2 Jenis Pondasi Tiang Pondasi tiang pancang
3 Diameter Tiang (m) 0,6
4 Panjang Tiang (m) 21,8
5 Luas Penampang (m2) 0,283
6 Modulus Elastisitas (E) (kN/m2) 36406043
7 Momen Inersia (I) (m4) 0,00678
8 EA (kN/m) 10295628,96
9 EI (kNm2/m) 246832,97
10 Angka Poisson (μ) 0,12
4. Gambarkanlah struktur tanah tersebut sesuai dengan kedalaman
dengan menggunakan tombol material sets. Pilih soil & interface pada set type. Inputmaterial set pada bore hole1 dengan 5 jenis lapisan tanah, dimana material mode adalah Mohr Coloumb dan material set adalah
drained untuk pasir.
Sedangkan untuk tiang pancang material mode adalah elastic. Gambarkan tiang bor yang menggunakan tombol pelat (plate).Gambarkan sampai kedalaman 22 m.
5. Gambarkan beban permukaan (surface load) dengan memilih sistem beban terpusat A (point loads).
6. Langkah selanjutnya adalah dengan membuat kondisi batas (boundary
conditions), dengan mengklik tombol standard fixities . Sebagai hasilnya, program akan mendefenisikan tanah seperti mengalami kondisi tumpuan
jepit penuh pada bagian dasar dan kondisi tumpuan jepit – rol pada sisi
vertikal.
7. Klik pada tombol generatemesh, akan tampil distribusi elemen mesh pada jendela output. Klik tombol <Update> untuk kembali pada tampilan awal. Kemudian klik tombol initial conditions untuk memodelkan muka air tanah.
8. Klik pada tombol phreatic level untuk menggambarkan kedalaman muka air tanah. Kemudian klik tombol generate water pressure untuk mendefenisikan tekanan air tanah.
9. Klik tombol kalkulasi (calculate) untuk memulai perhitungan daya dukung tiang pancang.
Gambar 4-6. Besar Nilai Penurunan yang Terjadi Setelah Hasil Perhitungan
Berdasarkan perhitungan program Plaxis dihasilkan penurunan sebesar
18,72 mm lebih kecil dari batas penurunan maksimum yaitu 18,72 mm < 25,4 mm
maka pondasi dinyatakan aman terhadap penurunan.
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan program Plaxis di dapat nilai
Σ Msf fase 2 (sebelum konsolidasi) sebesar 5,109 (Gambar 4-7). Maka nilai
Quadalah :
Qu = Σ Msf x 500 kN = 5,109 x 500 kN
Gambar 4-7. Hasil kalkulasi dan besar nilai MSF pada fase 2
Gambar 4-8. Nilai Phi Reduction Titik Bore Hole 1 pada Fase 4(Sesudah Konsolidasi)
Nilai Σ Msf fase 4 (setelah konsolidasi) sebesar 5,111 (Gambar 4-8). Qu
titik bore hole1adalah :
Qu = Σ Msf x 500kN = 5,111 x 500kN
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan pada Proyek Pembangunan Jalan Tol
Medan-Binjai (Interchange Binjai), maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Perbandingan hasil perhitungan kapasitas daya dukung ultimit tiang
pancang adalah sebagai berikut :
No. Tiang SPT
2. Hasil perhitungan kapasitas daya dukung lateral u l t i m i t tiang pancang
tunggal dengan metode Broms secara analitis bernilai 24,47 Ton dan
secara grafis bernilai 28,60 Ton.
3. Berikut tabel hasil perhitungan penurunan elastis tiang tunggal :
No. Bentuk Penurunan Penurunan Tiang (mm)
1. Untuk tiang apung atau tiang friksi 2,44
2. Untuk tiang dukung ujung 2,56
3. Penurunan tiang elastis 12,20
4. Metode Elemen Hingga 18,72
4. Dari Metode Converse-Labore diperoleh efisiensi grup tiang pancang sebesar 0,66 dan dari metode Los Angeles efisiensi grup tiang pancang sebesar 0,74.
Metode Efisiensi Jumlah
6. Dari metode Los Angeles daya dukung ultimit grup tiang pancang adalah: Metode Efisiensi Jumlah
Tiang
1. Penulis menyarankan agar sebaiknya pengawasan dalam pengujian SPT
maupun pengujian Kalendering dilakukan secara teliti. Hal ini sangatlah
penting mengingat human error dapat menyebabkan kekeliruan dalam proses pengolahan data perhitungan.
2. Jika ingin menghitung besarnya daya dukung pada suatu pondasi tiang
pancang, sebaiknya kita memiliki data teknis dan data laboratorium
(parameter tanah) yang lengkap. Kelengkapan data akan sangat membantu
untuk mendapatkan perhitungan yang lebih akurat, baik secara analitis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Umum
Pondasi merupakan salah satu struktur bangunan yang terletak pada bagian
paling bawah bangunan.Keberadaan pondasi tidak dapat dipisahkan dari struktur
bangunan karena pondasi berfungsi untuk meneruskan gaya-gaya atau beban yang
bekerja pada struktur atas ke tanah dasar yang cukup keras.Karena fungsi tersebut
maka keberadaan pondasi tidak dapat diabaikan.Menurut Bowles (1997) pondasi
adalah bagian dari suatu sistem rekayasa yang menopang beban dan meneruskan
beban serta beratnya sendiri kepada dan kedalam tanah dan batuan yang terletak
dibawahnya.
Berdasarkan struktur beton bertulang, pondasi berfungsi untuk :
1. Mendistribusikan dan memindahkan beban – beban yang bekerja pada
struktur bangunan diatasnya ke lapisan tanah dasar yang dapat mendukung
struktur tersebut.
2. Mengatasi penurunan yang berlebihan dan penurunan yang tidak sama
pada struktur di atasnya.
3. Memberi kestabilan pada struktur dalam memikul beban horizontal akibat
angin, gempa bumi dan sebagainya.
Dalam menentukan perencanaan pondasi suatu bangunan ada dua hal yang
harus diperhatikan pada tanah bagian bawah pondasi, yaitu:
1. Daya dukung pondasi harus lebih besar daripada beban yang bekerja pada
2. Penurunan yang terjadi akibat pembebanan tidak boleh melebihi penurunan
yang diijinkan
2.2. Penyelidikan Tanah
Hampir semua bangunan dibangun di atas permukaan tanah maka tanah
merupakan bagian penting dalam konstruksi.Apabila tanah cukup keras dan
mampu memikul beban maka pondasi dapat dibangun secara langsung diatas
permukaan tanah.
Secara teknik tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat
(butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu
sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel
padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong di antara
partikel-partikel padat tersebut (Das,1995).
Tanah terdiri dari 3 komponen, yaitu udara, air, dan bahan padat. Udara
dianggap tidak mempunyai pengaruh teknis, sedangkan air sangat mempengaruhi
sifat-sifat teknis tanah. Ruang di antara butiran-butiran, sebagian atau seluruhnya
dapat terisi oleh air atau udara.Bila rongga tersebut terisi air seluruhnya, tanah
dikatakan dalam kondisi jenuh.Bila rongga terisi udara dan air, tanah pada kondisi
jenuh sebagian (partially saturated). Tanah kering adalah tanah yang tidak mengandung air sama sekali atau kadar airnya nol (Hardiyatmo, 1996).
Penyelidikan tanah merupakan salah satu tahapan awal yang diperlukan
dalam perencanaan pondasi.Penyelidikan tanah bertujuan untuk memperoleh
keterangan yang diperlukan tentang tanah dan mengetahui sifat-sifat teknis tanah
misalnya karakteristik kekuatan, berat isi tanah, daya dukung, ataupun daya
Secara sederhana tanah dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Gambar 2-1. Elemen-elemen tanah
Adapun tujuan dari penyelidikan tanah ini pada umumnya mencakup
maksud – maksud sebagai berikut :
1. Untuk menentukan kondisi alamiah dan lapisan – lapisan tanah di lokasi
ditinjau.
2. Untuk mendapatkan sampel tanah asli (undisturbed) dan tidak asli (disturbed) untuk mengidentifikasi tanah tersebut secara visual dan untuk keperluan pengujian di laboratorium.
3. Untuk menentukan kedalaman tanah keras.
4. Untuk melakukan uji lapangan (in-situ field test) seperti uji rembesan, uji geser vane dan uji penetrasi baku.
5. Untuk mengamati kondisi pengaliran air dari lokasi tanah tersebut.
6. Untuk mempelajari kemungkinan timbulnya masalah perilaku bangunan
Ada dua jenis penyelidikan tanah yang biasa dilakukan, yaitu penyelidikan
di lapangan (in situ) dan penyelidikan di laboratorium (laboratory test). Adapun jenis penyelidikan di lapangan, seperti pengeboran (hand boring ataupun machine
boring), Standard Penetration Test (SPT), Cone Penetrometer Test (sondir), Dynamic Cone Penetrometer, dan Sand Cone Test. Sedangkan jenis penyelidikan di laboratorium terdiri dari uji index properties tanah (Atterberg Limit, Water Content, Spesific Gravity, Sieve Analysis) dan engineering properties tanah (direct shear test, triaxial test, consolidation test, permeability test, compaction test, CBR test, dan lain-lain ).
Contoh tanah ( soil sampling ) yang didapatkan sebagai hasil penyelidikan
tanah ini, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Contoh tanah tidak terganggu (Undisturbed Soil)
Suatu contoh tanah dikatakan tidak terganggu apabila contoh tanah itu
dianggap masih menunjukkan sifat-sifat asli tanah tersebut. Sifat asli yang
dimaksud adalah contoh tanah tersebut tidak mengalami perubahan pada
strukturnya, kadar air, atau susunan kimianya. Contoh tanah seperti ini
tidaklah mungkin bisa didapatkan, akan tetapi dengan menggunakan
teknik – teknik pelaksanaan yang baik, maka kerusakan – kerusakan pada
contoh tanah tersebut dapat diminimalisir. Undisturbed soil digunakan untuk percobaan engineering properties.
b. Contoh tanah terganggu ( Disturbed Soil )
Contoh tanah terganggu adalah contoh tanah yang diambil tanpa adanya
tersebut.Disturbed soil digunakan untuk percobaan uji index properties tanah.
Program penyelidikan ini harus direncanakan sedemikan rupa hingga
jumlah informasi maksimum dapat diperoleh dengan biaya minimum.
Standard Penetration Test (SPT) merupakan uji penetrasi standar untuk memperoleh informasi jenis dan kekuatan tanah dari suatu lapisan bawah
permukaan tanah.SPT sering digunakan untuk mendapatkan daya dukung tanah
secara langsung di lokasi.Pengujian Standard Penetration Test dilakukan setiap interval kedalaman pemboran 2 meter. Percobaan ini dilakukan dalam satu
lubang bor dengan memasukkan tabung sampel yang berdiameter 35 mm sedalam
304,5 mm dengan memakai suatu beban penumbukan (drive weight) seberat 63 kg dan dijatuhkan dari ketinggian 750 mm. Banyak pukulan palu untuk memasukkan
tabung sampel sedalam 304,5 mm dinyatakan sebagai nilai N.
Tujuan percobaan Standard Penetration Test(SPT) ini adalah untuk menentukan kepadatan relatif lapisan dari tanah dengan pengambilan contoh tanah
dengan tabung, sehingga jenis tanah dan ketebalan setiap lapisan tanah dapat
diketahui serta untuk memperoleh data yang kumulatif pada perlawanan penetrasi
tanah dan menetapkan kepadatan dari tanah yang tidak berkohesi yang biasanya
sulit diambil sampelnya.
Adapun keuntungan dan kekurangan dari penggunaan test ini adalah:
Keuntungan :
1. Dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis tanah secara visual.
2. Dapat digunakan untuk mendapatkan parameter secara kualitatif melalui
3. Test ini dapat dilakukan dengan cepat dan operasinya relatif sederhana.
4. Biaya yang digunakan relatif murah.
5. Prosedur pengujian sederhana dapat dilakukan secara manual.
6. Dapat digunakan pada sembarang jenis tanah dan batuan lunak.
7. Sampel tanah terganggu dapat diperoleh untuk identifikasi jenis tanah.
8. Uji SPT pada pasir,hasilnya dapat langsung digunakan untuk memprediksi
kerapatan relatif dan kapasitas daya dukung tanah.
Kekurangan:
1. Profil kekuatan tanah tidak menerus.
2. Perlu ketelitian dalam pelaksanaan test ini.
3. Hasil yang didapat merupakan contoh tanah terganggu.
4. Interpretasi hasil SPT bersifat empiris.
5. Ketergantungan pada operator dalam menghitung.
Nilai N yang diperoleh merupakan data sangat kasar bila digunakan tanah
lempung.
Percobaan Standard Penetration Test (SPT)dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
1. Siapkan peralatan Standard Penetration Test (SPT) yang diperlukan, seperti ; mesin bor, batang bor, split barrel, hammer, dan lain-lain.
2. Lakukan pengeboran sampai kedalaman uji, lubang dibersihkan dari
kotoran hasil pengeboran, split barrel segera dipasangkan pada bagian dasar lubang bor.
4. Dengan bantuan mesin bor, tumbuklah batang bor dengan hammer seberat 63 kg dan ketinggian jatuh 75 cm. Setiap kedalaman 15 cm, catatlah
berapa jumlah pukulannya dan lakukan terus sampai mencapai kedalaman
45 cm.
Contoh:
N1 = 2 pukulan / 15 cm; N2 = 3 pukulan / 15 cm; N3 = 4 pukulan / 15 cm
Maka total jumlah pukulan adalah penjumlahan nilai N2 dan N3 = 3 + 4 = 7
pukulan. Nilai N1 tidak dimasukkan ke dalam penjumlahan karena lapisan
15 cm pukulan pertama dianggap sisa kotoran pengeboran yang tertinggal
pada dasar lubang bor, yang perlu dibersihkan agar memperkecil efisiensi
gangguan.
5. Hasil pengambilan contoh tanah dari tabung tersebut dibawa ke
permukaan untuk diidentifikasi jenis tanahnya meliputi komposisi,
struktur, warna, konsistensi. Kemudian masukkan sampel tanah tersebut
ke dalam botol tanpa dipadatkan, lalu ke core box.
6. Gambarkan grafik hasil percobaan SPT. Catatan : pengujian dihentikan
apabila nilai SPT ≥ 50 untuk empat kali interval.
Hasil uji penetrasi lapangan dengan SPT dilaporkan menjadi satu dengan
log bor dari hasil pengeboran dalam bentuk formulir seperti diperlihatkan dalam
lampiran, biasanya digabung dengan bore log.
2.3. Pondasi
Pondasi diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu:
Pondasi dangkal digunakan apabila terdapat lapisan tanah yang cukup
tebal dengan kualitas yang baik yang mampu mendukung bangunan itu
pada permukaan tanah atau sedikit di bawah permukaan tanah.. Pondasi
dangkal didesain dengan kedalaman lebih kecil atau sama dengan lebar
dari pondasi tersebut ���
� ≤ 1�.
Gambar 2-2. Alat Percobaan Penetrasi Standar (Sosrodarsono, 2000)
Kekuatan pondasi dangkal ada pada luas alasnya, karena pondasi ini
berfungsi untuk meneruskan sekaligus meratakan beban yang diterima
oleh tanah.Pondasi dangkal ini digunakan apabila beban yang diteruskan
ke tanah tidak terlalu besar.Misalnya, rumah sederhana satu lantai, dua
lantai, bangunan ATM, pos satpam, dan sebagainya.
2. Pondasi dalam (deep foundation).
Pondasi dalam digunakan apabila lapisan tanah kerasnya berada di
kedalaman yang letaknya sangat dalam. Digunakan juga untuk mendukung
bangunan yang menahan gaya angkat ke atas, terutama pada
bangunan-bangunan tingkat tinggi yang dipengaruhi oleh gaya-gaya penggulingan
2.3.1. Pondasi tiang
Pondasi tiang merupakan suatu konstruksi pondasi untuk suatu bangunan
yang tanah dasar di bawah bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung
(bearing capacity) yang cukup untuk memikul beban berat bangunan dan beban yang diterimanya atau apabila tanah pendukung yang mempunyai daya dukung
yang cukup letaknya sangat dalam. Pada umumnya pondasi tiang ditempatkan
tegak lurus (vertikal) di dalam tanah, tetapi apabila diperlukan dapat dibuat miring
agar dapat menahan gaya – gaya horizontal. Sudut kemiringan yang dicapai
tergantung dari alat yang digunakan serta disesuaikan dengan perencanaan.
Pondasi tiang digunakan untuk beberapa maksud, antara lain :
• Untuk meneruskan beban bangunan yang terletak di atasnya atau tanah
lunak, ke tanah pendukung yang kuat.
• Untuk meneruskan beban ke tanah yang relatif lunak sampai kedalaman
tertentu sehingga bangunan mampu memberikan dukungan yang cukup
untuk mendukung beban tersebut oleh gesekan dinding tiang dengan tanah
disekitarnya.
• Untuk mengangker bangunan yang dipengaruhi oleh gaya angkat ke atas
akibat tekanan hidrostatis atau momen penggulingan.
• Untuk menahan gaya – gaya horizontal dan gaya yang arahnya miring.
• Untuk memadatkan tanah pasir, sehingga kapasitas dukung tanah tersebut
bertambah.
• Untuk mendukung pondasi bangunan yang permukaan tanahnya mudah
Ditinjau dari cara mendukung beban, tiang dapat dibagi menjadi 3 (tiga)
macam yaitu:
Tumpuan ujung (End Bearing Pile)
Menurut Hardiyatmo, 2002, tiang dukung ujung (End Bearing Pile) adalah tiang yang kapasitas dukungnya ditentukan oleh tahanan ujung tiang.
Umumnya tiang dukung ujung berada dalam zone tanah yang lunak yang
berada di atas tanah keras. Tiang-tiang dipancang sampai mencapai batuan
dasar atau lapisan keras lain yang dapat mendukung beban yang diperkirakan
tidak mengakibatkan penurunan berlebihan. Kapasitas tiang sepenuhnya
ditentukan dari tahanan dukung lapisan keras yang berada di bawah ujung
tiang (Gambar 2-3).
Gambar 2-3. Tumpuan ujung (End Bearing Pile) (Hardiyatmo, 2002) Tumpuan geser/sisi (Friction pile)
(Gambar 2-4).Tahanan gesek dan pengaruh konsolidasi lapisan tanah di
bawahnya diperhitungkan pada hitungan kapasitas tiang (Hardiyatmo, 2002).
Atau dengan kata lain kemampuan tiang pancang dalam menahan beban hanya
mengandalkan gaya geseran antara tiang dengan tanah disekelilingnya. Hal
ini bisa terjadi karena pada dasarnya kenyataan di lapangan mengenai data
kondisi tanah tidak bisa diprediksi, sehingga sering kita jumpai suatu keadaan
dimana lapisan yang memenuhi syarat sebagai lapisan pendukung yang baik
ditemui pada kedalaman yang dalam, sehingga akan menyebabkan biaya yang
sangat mahal.
Pada kenyataan seperti ini praktis daya dukung yang didapat adalah dari
gesekan antara sisi tiang dengan tanah disekelilingnya namun bukan berarti
perlawanan di ujungnya tidak ada, tapi pada kenyataannya tumpuan di ujung
ini juga memiliki andil dalam memberikan daya dukung walaupun kecil.
Perbedaan dari kedua jenis tiang pancang ini, semata-mata hanya dari segi
kemudahan, karena pada umumnya tiang pancang berfungsi sebagai
kombinasi antara friction pile (tumpuan sisi) dan end bearing pile (tumpuan ujung).Kecuali tiang pancang yang menembus tanah yang sangat lembek
sampai lapisan tanah dasar yang padat.
Tiang tahanan lekatan (Adhesive Pile)
Bila tiang dipancangkan di dasar tanah pondasi yang memiliki nilai kohesi
yang tinggi, maka beban yang diterima oleh tiang akan ditahan oleh lekatan
antara tanah di sekitar dan permukaan tiang
Gambar 2-5. Pondasi tiang dengan tahanan lekatan (Sardjono, 1988) Pondasi tiang pancang menurut pemasangannya dibagi menjadi dua yaitu
tiang pancang pracetak dan tiang pancang yang dicor di tempat.
Tiang pancang pracetak
Tiang pancang pracetak adalah tiang pancang dari beton bertulang yang
dicetak dan dicor dalam acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat atau keras lalu diangkat dan dipancangkan. Tiang pancang beton ini dapat
memikul beban lebih besar dari 50 ton untuk setiap tiang, tetapi tergantung
pada dimensinya. Penampang tiang pancang pracetak dapat berupa lingkaran,
segi empat dan segi delapan.
Keuntungan pemakaian tiang pancang pracetak pile yaitu:
1. Tiang pancang pracetak mempunyai tegangan tekan yang besar tergantung
pada mutu beton yang digunakan;
2. Dapat diperhitungkan baik sebagai end bearing pile ataupun friction pile 3. Tahan lama dan tahan terhadap pengaruh air ataupun bahan – bahan
4. Karena tidak berpengaruh oleh muka air tanah maka tidak
memerlukangalian tanah yang banyak untuk poernya
Kerugian pemakaian tiang pancang pracetak:
• Karena berat sendirinya besar maka biaya pengangkutannya akan
mahal
• Bila memerlukan pemotongan, maka pelaksanaannya akan lebih sulit
dan membutuhkan waktu yang lebih lama juga;
• Bila panjang tiang kurang dan karena panjang tiang tergantung pada
alat pancang (pile driving) yang tersedia, maka akan sukar untuk penyambungan dan memerlukan alat penyambung khusus;
• Apabila dipancang di sungai atau di laut tiang akan bekerja sebagai
kolom terhadap beban vertical dan dalam hal ini akan ada tekuk sedangkan terhadap beban horizontal akan bekerja sebagai cantilever.
Gambar 2-6 Tiang Pancang Precast Reinforced Concrete Pile Tiang pancang pracetak ini menurut cara pemasangannya terdiri dari :
• Cara penumbukan
Dimana tiang pancang tersebut dipancangkan ke dalam tanah dengan
Dimana tiang pancang tersebut dipancangkan ke dalam tanah dengan
cara penggetaran oleh alat penggetar (vibrator).
• Cara penanaman
Dimana permukaan tanah dilubangi terlebih dahulu sampai kedalaman
tertentu, lalu tiang pancang dimasukkan, kemudian lubang tadi ditimbun
lagi dengan tanah.
Cara penanaman ini ada beberapa metode yang digunakan, yaitu :
a. Cara pengeboran sebelumnya, yaitu dengan cara mengebor tanah
sebelumnya lalu tiang dimasukkan kedalamnya dan ditimbun
kembali.
b. Cara pengeboran inti, yaitu tiang ditanamkan dengan mengeluarkan
tanah dari bagian dalam tiang.
c. Cara pemasangan dengan tekanan, yaitu tiang dipancangkan ke
dalam tanah dengan memberikan tekanan pada tiang.
d. Cara pemancaran, yaitu tanah pondasi diganggu dengan semburan
air yang ke luar dari ujung serta keliling tiang, sehingga tidak dapat
dipancangkan kedalam tanah.
Tiang yang dicor ditempat (Cast in Place Pile)
Tiang yang dicor di tempat (cast in place pile) ini menurut teknik penggaliannya terdiri dari beberapa macam cara yaitu :
• Cara penetrasi alas
Cara penetrasi alas yaitu pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah
• Cara penggalian
Cara ini dapat dibagi lagi urut peralatan pendukung yang digunakan
antara lain :
a. Penggalian dengan tenaga manusia
Penggalian lubang pondasi tiang pancang dengan tenaga manusia
adalah penggalian lubang pondsi yang masih sangat sederhana dan
merupakan cara konvensional. Hal ini dapat dilihat dengan cara
pembuatan pondasi dalam, yang pada umumnya hanya mampu
dilakukan pada kedalaman tertentu.
b. Penggalian dengan tenaga mesin
Penggalian lubang pondasi tiang pancang dengan tenaga mesin
adalah penggalian lubang pondasi dengan bantuan tenaga mesin,
yang memiliki kemampuan lebih baik dan lebih canggih.
Berdasarkan perpindahannya pondasi tiang pancang dapat dibagi menjadi
3 kategori, sebagai berikut :
Tiang perpindahan besar (Large displacement pile)
Yaitu tiang pejal atau berlubang dengan ujung tertutup dipancang ke
dalam tanah sehingga terjadi perpindahan volume tanah yang relative besar
seperti tiang kayu, tiang beton pejal, tiang beton prategang (pejal atau
berlubang), tiang baja bulat (tertutup pada ujungnya).
Tiang perpindahan kecil (Small displacement pile)
Yaitu sama seperti tiang kategori pertama hanya volume tanah yang
dengan ujung terbuka, tiang beton prategang berlubang dengan ujung terbuka,
tiang baja H, tiang baja bulat ujung terbuka, dan tiang ulir.
Tiang tanpa perpindahan (Non displacement pile)
Terdiri dari tiang yang dipasang di dalam tanah dengan cara menggali atau
mengebor tanah seperti bored pile, yaitu tiang beton yang pengecorannya langsung di dalam lubang hasil pengeboran tanah (pipa baja diletakkan di
dalam lubang dan dicor beton) (Hardiyatmo, 2002).
2.3.2. Alat pancang tiang
Tiang pancang dipancang dengan menggunakan alat pemukul tiang
berupa pemukul (hammer) mesin uap, pemukul getar atau pemukul yang hanya dijatuhkan. Penutup (pile cap) biasanya diletakkan menutup kepala tiang yang kadang-kadang dibentuk dalam geometri tertutup.
a) Pemukul jatuh (Drop hammer)
Pemukul jatuh terdiri dari blok pemberat yang dijatuhkan dari atas.
Pemberat ditarik dengan tinggi jatuh tertentu kemudian dilepas dan
menumbuk tiang.Pemakaian alat tipe ini membuat pelaksanaan
pemancangan berjalan lambat, sehingga alat ini hanya dipakai pada
volume pekerjaan pemancangan yang kecil.
b) Pemukul aksi tiang (Single-acting hammer)
Pemukul aksi tunggal berbentuk memanjang dengan ram yang bergerak
disebabkan oleh beratnya sendiri. Energi pemukul aksi tunggal adalah
sama dengan berat ram dikalikan tinggi jatuh.
Gambar 2-7. Pemukul aksi tunggal (single actinghammer) (Bowles,1984) Pemukul aksi tunggal.Pada alas pukulan, katup masukan terbuka dengan
tekanan uap menaikkan balok besi panjang.Pada puncak angkatan uap
ditutup dan masuk menjadi pembuang yang membiarkan balok besi jatuh.
c) Pemukul aksi double (Double-acting hammer)
Pemukul aksi double menggunakan uap atau udara untuk mengangkat ram
dan untuk mempercepat gerakan ke bawahnya. Kecepatan pukulan dan
Gambar 2-8. Pemukul aksi rangkap (double acting hammer) (Bowles,1984) Pemukul aksi rangkap. Balok besi panjang dalam kedudukan bawah
menekan S2, yang membuka klep masuk dan menutup klep buang di Bdan
menutup klep masuk dan membuka klep buang di A; palu kemudian naik oleh tekanan uap di B. Balok besi panjang dalam kedudukan atas menekan S1, yang menutup klep masuk B dan membuka klep buang; klep A buang
menutup; uap masuk dan mempercepat balok besi panjang ke bawah.
d) Pemukul diesel (Diesel hammer)
Pemukul diesel terdiri dari silinder, ram, balok anvil dan sistem injeksi
bahan bakar. Pemukul tipe ini umumnya kecil, ringan dan digerakkan
dengan adalah jumlah benturan dari ram ditambah energi hasil dari
ledakan.
Kran mula-mula mengangkat balok besi.Balok besi dilepas dan jatuh; pada
titik yang dipilih bahan bakar diinjeksikan.Balok besi beradu dengan
mendorong tiang pancang dan mengangkat balok besi untuk siklus
berikutnya.
Gambar 2-9. Pemukul diesel (dieselhammer) (Bowles,1984)
Pada perencanaan pondasi tiang, pada umumnya diperkirakan pengaturan
tiang – tiangnya terlebih dahulu seperti letak / susunan, diameter dan panjang
tiang. Dalam pengaturan tiang – tiang tersebut perlu diperhatikan beberapa hal
berikut :
1. Tiang yang berbeda kualitas bahannya atau tiang yang memiliki diameter
berbeda tidak boleh dipakai untuk pondasi yang sama;
2. Tiang miring dipakai apabila besarnya gaya horizontal yang bekerja pada
kelompok tiang terlalu besar untuk ditampung oleh tiang vertikal;
3. Jarak yang dianjurkan antara tiang dalam satu kelompok adalah antara 0,
60 sampai 2,0 meter.
Perencanaan suatu pondasi tiang biasanya dilaksanakan sesuai dengan
prosedur sebagai berikut :
1. Menentukan kriteria perencanaan, seperti beban – beban yang bekerja pada
sekitar lokasi, besar pergeseran yang diijinkan dan tegangan ijin dari bahan
– bahan pondasi;
2. Memperkirakan diameter, jenis, panjang, jumlah dan susunan tiang;
3. Menghitung daya dukung vertikal tiang tunggal (single pile);
4. Menghitung faktor efisiensi dalam kelompok tiang dan daya dukung
vertical yang diijinkan untuk sebuah tiang dalam satu kelompok tiang;
5. Menghitung beban vertikal yang bekerja pada setiap tiang dalam
kelompok tiang;
6. Memeriksa beban yang bekerja pada setiap tiang apakah masih dalam
batasan daya dukung yang diijinkan. Apabila tidak sesuai, maka perkiraan
diameter, jumlah atau susunan tiang pada prosedur yang kedua harus
dihitung kembali kemudian dilanjutkan dengan prosedur berikutnya;
7. Menghitung daya dukung mendatar setiap tiang dalam kelompok;
8. Menghitung beban horizontal yang bekerja pada setiap tiang dalam
kelompok;
9. Menghitung penurunan (bila diperlukan) kemudian merencanakan struktur
tiang.
2.3.3. Metode pelaksanaan pemancangan tiang pancang
Pemancangan tiang pancang adalah usaha yang dilakukan untuk
menempatkan tiang pancang di dalam tanah sehingga berfungsi sesuai
perencanaan.Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat dan aman sangat
membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi. Secara
umum tahapan pekerjaan pondasi tiang pancang sebagai berikut :
Berikut langkah-langkah untuk memulai persiapan pengerjaan pada lokasi proyek:
1. Membuat tanda, tiap tiang pancang harus diberitanda serta tanggal saat tiang
tersebut dicor. Titik-titik angkat yang tercantum pada gambar harus dibubuhi
tanda dengan jelas pada tiang pancang. Untuk mempermudah perekaan, maka
tiang pancang diberi tanda setiap 1 meter.
2. Pengangkatan/pemindahan, tiang pancang harus dipindahkan/diangkat
dengan hati-hati sekali guna menghindari retak maupun kerusakan lain yang
tidak diinginkan.
3. Rencanakan final set tiang, untuk menentukan pada kedalaman mana pemancangan tiang dapat dihentikan, berdasarkan data tanah dan data jumlah
pukulan terakhir (final set).
4. Rencanakan urutan pemancangan, dengan pertimbangan kemudahan manuver
alat. Lokasi stok material agar diletakkan dekat dengan lokasi pemancangan.
5. Tentukan titik pancang dengan theodolith dan tandai dengan patok.
6. Pemancangan dapat dihentikan sementara untuk peyambungan batang
berikutnya bila level kepala tiang telah mencapai level muka tanah sedangkan
level tanah keras yang diharapkan belum tercapai.
Proses penyambungan tiang :
a. Tiang diangkat dan kepala tiang dipasang pada helmet seperti yang
dilakukan pada batang pertama.
b. Ujung bawah tiang didudukkan di atas kepala tiang yang pertama
sedemikian sehingga sisi-sisi pelat sambung kedua tiang telah berhimpit
dan menempel menjadi satu.
d. Tempat sambungan las dilapisi dengan anti karat.
7. Selesai penyambungan, pemancangan dapat dilanjutkan seperti yang
dilakukan pada batang pertama. Penyambungan dapat diulangi sampai
mencapai kedalaman tanah keras yang ditentukan.
8. Pemancangan tiang dapat dihentikan bila ujung bawah tiang telah mencapai
lapisan tanah keras/final set yang ditentukan.
9. Pemotongan tiang pancang pada cut off level yang telah ditentukan.
• Proses pengangkatan
1. Pengangkatan tiang untuk disusun (dengan dua tumpuan)
Metode pengangkatan dengan dua tumpuan ini biasanya pada saat
penyusunan tiang beton, baik itu dari pabrik ke trailer ataupun dari trailer ke
penyusunan lapangan.Persyaratan umum dari metode ini adalah jarak titik
angkat dari kepala tiang adalah 1/5 L.
2. Pengangkatan dengan satu tumpuan
Metode pengangkatan ini biasanya digunakan pada saat tiang sudah siap akan
dipancang oleh mesin pemancangan sesuai dengan titik pemancangan yang
telah ditentukan di lapangan.
Adapun persyaratan utama dari metode pengangkatan satu tumpuan ini adalah
jarak antara kepala tiang dengan titik angker berjarak L/3.
• Proses pemancangan
Gambar 2-10. Pangangkatan Tiang dengan Dua Tumpuan
2. Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap lubang.
Tiang didirikan disamping driving lead dan kepala tiang dipasang pada helmet yang telah dilapisi kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala tiang
Gambar 2-11. Pengangkatan Tiang dengan Satu Tumpuan
3. Ujung bawah tiang didudukkan secara cermat di atas patok pancang yang
telah ditentukan.
vertikal. Sebelum pemancangan dimulai, bagian bawah tiang diklem dengan
center gate pada dasar driving lead agar posisi tiang tidak bergeser selama pemancangan, terutama untuk tiang batang pertama.
5. Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hammer secara kontiniu ke atas helmet yang terpasang di atas kepala tiang.
• Quality Control
1. Kondisi fisik tiang.
a. Seluruh permukaan tiang tidak rusak atau retak.
b. Umur beton telah memenuhi syarat.
c. Kepala tiang tidak boleh mengalami keretakan selama pemancangan.
2. Toleransi.
Vertikalisasi tiang diperiksa secara periodik selama proses pemancangan
berlangsung. Penyimpangan arah vertikal dibatasi tidak lebih dari 1:75 dan
penyimpangan arah horizontal dibatasi tidak lebih dari 75 mm.
3. Penetrasi
Tiang sebelum dipancang harus diberi tanda pada setiap setengah meter di
sepanjang tiang untuk mendeteksi penetrasi per setengah meter. Dicatat
jumlah pukulan untuk penetrasi setiap setengah meter.
4. Final set
Pemancangan baru dapat dihentikan apabila telah dicapai final set sesuai perhitungan.
2.3.4. Kalendering
Secara umum kalendering digunakan pada pekerjaan pemancangan tiang
empiris melalui perhitungan yang dihasilkan oleh proses pemukulan alat pancang.
Alat pancang bisa berupa diesel hammer maupun hydraulic hammer. Biasanya kalendering dalam proses pemancangan tiang pancang merupakan item wajib
yang harus dilaksanakan dan menjadikan laporan untuk proyek. Perhitungan
kalendering menghasilkan output yang berupa daya dukung tanah dalam Ton. Sebenarnya metode pelaksanaan kalendering hanyalah sederhana.Alat yang
disediakan cukup spidol, kertas milimeterblok, selotip, waterpass, dan kayu
pengarah spidol agar selalu pada posisinya.Alat tersebut biasanya juga telah
disediakan oleh subkon pancang.Dan pelaksanannyapun merupakan bagian dari
kontrak pemancangan.Pelaksanaanya dilakukan pada saat 10 pukulan terakhir.
Kapan saat dilaksanakan kalendering adalah saat hampir mendekati top pile yang
disyaratkan, dan faktor lain yang disesuaikan kondisi dilapangan.
(a) (b) (c)
Gambar 2-12. Urutan pemancangan : (a) Pemancangan tiang, (b) Penyambungan
tiang, (c) Kalendering/final set Tahapan pelaksanaanya yaitu:
2. Memasang kertas milimeter blok pada tiang pancang menggunakan selotip
atau lem.
3. Menyiapkan spidol yang ditumpu pada papan penopang dan waterpass
tukang, kemudian menempelkan ujung spidol pada kertas milimeter.
4. Menjalankan pemukulan.
5. Satu orang melakukan kalendering dan satu orang mengawasi serta
menghitung jumlah pukulan.
6. Setelah 10 pukulan kertas milimeter diambil.
7. Tahap ini bisa dilakukan 2-3kali agar memperoleh grafik yang bagus.
8. Usahakan kertas bersih, karena kalau menggunakan diesel hammer biasanya kena oli dan grafiknya jadi kurang valid karena tertutup oli.
9. Setelah tahapan selesai hasil kalendering ditanda tangani kontraktor,
pengawas, dan direksi lapangan untuk selanjutnya dihitung daya dukungnya.
Gambar 2-13. Persiapan Pelaksanaan Kalendering dan Pembacaan Kalendering
(Hutama Karya)
2.4. Kapasitas Daya Dukung Aksial Pemancangan
Uji Standard Penetration Test (SPT) ini dapat dilakukan untuk hampir semua jenis tanah.Berdasarkan pengalaman oleh beberapa hari, berbagai korelasi
empiris dengan parameter tanah telah didapatkan.Dari pelaksanaan pengujian
dengan metode SPT, maka angka N dari suatu lapisan dapat diketahui dan dari
angka tersebut dapat ditentukan karakteristik suatu lapisan tanah seperti pada
Tabel 2.1.
Harga N dari pasir yang diperoleh dari pengujian Standard Penetration Test (SPT) dan hubungan antara kepadatan relatif dengan sudut geser dalam dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.1. Hal-hal yang Perlu Dipertimbangkan untuk Penentuan Harga N
(Sosrodarsono, 1983)
Klasifikasi Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan
Hal yang perlu
dipertimbangkan secara
menyeluruh dari
hasil-hasil survey
sebelumnya.
Unsur tanah, variasi daya dukung vertical
(kedalaman permukaan dan susunannya), adanya
lapisan lunak (ketebalan lapisan yang mengalami
konsolidasi atau penurunan), kondisi drainase dan
lain – lain
Hal – hal yang perlu
diperhatikan langsung
Tahan pasir
(tidak kohesif)
Berat isi, sudut geser dalam,
ketahanan terhadap
penurunan
dan daya dukung tanah
Tanah lempung
(kohesif)
Keteguhan, kohesi, daya
dukung dan ketahanan
terhadap hancur
Harga N yang diperoleh dari SPT tersebut diperlukan untuk
geser tanah. Hipotesis pertama mengenai kuat geser tanah diuraikan oleh
Coulomb yang dinyatakan dengan :
� =�+ �tan∅………..(2.1)
dimana :
τ = kekuatan geser tanah (kg/cm2
)
c = kohesi tanah (kg/cm2)
σ = tegangan normal yang terjadi pada tanah (kg/cm2
)
ϕ = sudut geser tanah (°)
Untuk mendapatkan sudut geser tanah dari tanah tidak kohesif (pasiran)
biasanya dapat digunakan rumus Dunham (1962) sebagai berikut :
1. Tanah berpasir berbentuk bulat dengan gradasi seragam, atau butiran pasir
bersegi-segi dengan gradasi tidak seragam, mempunyai sudut geser
sebesar :
2. Butiran pasir bersegi dengan gradasi seragam, maka sudut gesernya :
Angka penetrasi sangat berguna sebagai pedoman dalam eksplorasi tanah
dan untuk memperkirakan kondisi lapisan tanah.
Tabel 2.3. Hubungan antara Angka Penetrasi Standard dengan Sudut Geser
Dalam dan kepadatan Relatif Pada Tanah Pasir (Das, 1985)
Angka Penetrasi Standart, N Kepadatan Relatif
Dr (%)
Sudut Geser Dalam ø
(º)
0 – 5 0 – 5 26 – 30
5 – 10 5 – 30 28 – 35
10 – 30 30 – 60 35 – 42
30 – 50 60 – 65 38 – 46
Hubungan antara angka penetrasi standart dengan sudut geser tanah dan
kepadatan relatif untuk tanah berpasir, secara perkiraan dapat dilihat pada Tabel
(2.3).
Hubungan antara harga N dengan berat isi yang sebenarnya hampir tidak
mempunyai arti karena hanya mempunyai partikel kasar (Tabel 2. 4). Harga berat
isi yang dimaksud sangat tergantung pada kadar air.
Tabel 2.4. Hubungan antara N dengan Berat Isi Tanah (Sosrodarsono, 1983)
Tanah tidak
Pada tanah tidak kohesif daya dukung sebanding dengan berat isi tanah,
hal ini berarti bahwa tinggi muka air tanah banyak mempengaruhi daya dukung
pasir.Tanah dibawah muka air mempunyai berat isi efektif yang kira – kira
Tanah dapat dikatakan mempunyai daya dukung yang baik, dapat dinilai
dari ketentuan berikut ini :
1. Lapisan kohesif mempunyai nilai SPT, N >35
2. Lapisan kohesif mempunyai harga kuat tekan (qu) 3 - 4 kg/cm2 atau harga SPT, N >15
Hasil percobaan pada SPT ini hanya merupakan perkiraan kasar, jadi
bukan merupakan nilai yang teliti. Dalam pelaksanaan umumnya hasil sondir
lebih dapat dipercaya dari pada percobaan SPT. Perlu menjadi catatan bagi kita
bahwa jumlah pukulan untuk 15 cm pertama yang dinilai N1 tidak dihitung karena
permukaan tanah dianggap sudah terganggu.
1. Daya dukung pondasi tiang pada tanah non kohesif
�� = 40 × NSPT ×
�
� × Ap ≤400 ×���� × Ap...(2.4)
���� =(�1+2�2)...(2.5)
Dimana :
NSPT = rata-rata nilai N-SPT di dekat ujung tiang (sekitar 10D (diameter)
di atas dan 4D dibawah ujung tiang)
N1 = harga rata-rata dari dasar ke 10D ke atas
N2 = harga rata-rata dari dasar ke 4D ke bawah
2. Tahanan geser selimut tiang pada tanah non kohesif
�� = 2 ×���� ×�×�� ...…...(2.6)
Dimana :
Li = Panjang lapisan tanah (m)
P = Keliling Tiang (m)
�� = 9 �� ��...(2.7)
Dimana :
Ap = Luas penampang tiang (m2)
cu = Kohesi undrained (kN/m2)
�� = ���� ×23× 10...(2.8)
Gambar 2-14. Nilai N-SPT untuk Desain Tahanan Ujung pada Tanah
Pasiran(Bowles, 1984)
4 Tahanan geser selimut tiang pada tanah kohesif
�� =��� ��� ... (2.9)
Dimana :
α = Koefisien adhesi antara tanah dan tiang
cu = Kohesi undrained (kN/m2)
p = Keliling tiang (m)
Gambar 2-15. Grafik hubungan antara kuat geser (Cu) dengan Faktor Adhesi (α)
2.4.2. Kapasitas daya dukung tiang pancang dari data Kalendering
Kapasitas daya dukung tiang pancang dari data kalendering
memakai 2 metode, yaitu :
1. Metode Danish Formula
P� = η×E
S+�η×E ×L 2×A ×Ep�
0,5 ...…………...….………...(2.10)
Tabel 2.5. Effisiensi Jenis Alat Pancang( Sosrodarsono, 1997)
Jenis Alat Pancang Effisiensi
Pemukul jatuh (drop hammer) 0,75 – 1,00 Pemukul aksi tunggal (single acting hammer) 0,75 – 0,85 Pemukul aksi double (double acting hammer) 0,85
Pemukul diesel (diesel hammer) 0,85 -1,00
Dimana :
η = effisiensi alat pancang (Tabel 2.5)
E = energi alat pancang (kg-cm)
L = panjang tiang pancang (m)
2. Metode Modified New Enginering News Record (ENR)
Rdu= ef ×Wr × h
S+0,25 ×
Wr ×n2×Wp
Wr +Wp ……….…...(2.11)
Dimana :
ef = effisiensi hammer (%)(Tabel 2.6) Wr = berat hammer (Ton)
Wp = berat pile (Ton) (Tabel 2.7) S = penetrasi pukulan per cm (cm)
n = koefisien restitusi = 0,4 (Tabel 2.8)
h = tinggi jatuh hammer (cm)
Tabel 2.6. Nilai Effisiensi Hammer(Sosrodarsono, 1997)
Tipe Hammer Efficienci, ef Single and Double acting Hammer 0,7 – 0,8
Diesel Hammer 0,8 – 0,9
Drop hammer 0,7 -0,9
2.5.Kapasitas Daya Dukung Lateral Pemancangan
Gaya tahanan maksimum dari beban lateral yang bekerja pada tiang
tunggal adalah merupakan permasalahan interaksi antara elemen bangunan agak
kaku dengan tanah, yang mana dapat diperlakukan berdeformasi sebagai elastis
ataupun plastis.
Tiang vertikal yang menanggung beban lateral akan menahan beban ini
dengan memobilisasi tahanan tanah pasif yang mengelilinginya. Pendistribusian
kekakuan tanah dan kondisi ujung tiang. Secara umum tiang yang menerima
beban lateral dapat dibagi dalam dua bagian besar, yaitu tiang pendek (rigid pile) dan tiang panjang (elastic pile).
Jika kepala tiang dapat berinteraksi dan berotasi akibat beban geser
dan/atau momen maka tiang tersebut dapat dikatakan berkepala bebas (free head). Sedangkan jika kepala tiang hanya bertranslasi maka disebut dengan kepala jepit
(fixed head).
Tabel 2.7. Klasifikasi Tiang Pancang Bulat Berongga(Wika Beton)
B
Panjang tiang interval per m’ dengan mutu beton K-600
Tabel 2.8. Koefisien Restitusi(Sosrodarsono, 1997)
Pile Material Coefficient of restitution, n
Cast iron hammer and concrete pile (without cap)
0,4 – 0,5
Wood cushion and concrete pile (without cap)
0,3 – 0,4
Wooden Pile 0,25 – 0,3
Menurut McNulty (1956), tiang yang disebut berkepala jepit (fixed head) adalah tiang yang yang ujung atasnya terjepit dalam pile cap paling sedikit sedalam 60 cm, sedangkan tiang berkepala bebas (free head) adalah tiang yang tidak terjepit ke dalam pile cap atau terjepit ke dalam pile cap tetapi kurang dari 60 cm.
Beban lateral yang diijinkan pada pondasi tiang diperoleh berdasarkan
salah satu dari dua kriteria berikut :
• Beban lateral ijin ditentukan dengan membagi beban ultimit dengan
suatu faktor keamanan.
• Beban lateral ditentukan berdasarkan defleksi maksimum yang
diijinkan.
Metode analisis yang dapat digunakan adalah :
• Metode Brinch Hansen (1961)
• Metode Reese-Matlock (1956)
Gambar 2-16 Tiang Panjang Dikenai Beban Lateral (Broms, 1964)
Tabel 2.9 Nilai-nilai nh untuk Tanah Granuler (c = 0)
Kerapatan relatif (Dr) Tak padat Sedang Padat
Interval nilai A 100-300 300 - 1000 1000 - 2000
Nilai A dipakai 200 600 1500
nh pasir terendam air
(kN/m3) Terzaghi
Reese dkk
2425 7275 19400
1386 4850 11779
5300 16300 34000
Untuk menentukan kapasitas lateral tiang langkah pertama yang perlu kita
lakukan adalah menentukan apakah tiang tersebut berperilaku sebagai tiang
panjang atau tiang pendek. Hal tersebut dilakukan dengan menentukan faktor
kekakuan tiang R dan T. Faktor kekakuan tersebut dipengaruhi oleh kekauan tiang
EI dan kompresibilitas tanah yang dinyatakan dalam modulus tanah (K) yang
tidak konstan untuk sembarang tanah tetapi bergantung pada lebar dan kedalaman
Tabel 2.10 Nilai – nilai nhuntuk Tanah Kohesif
Reese dan Matlock (1956)
Davisson – Prakash (1963)
Lempung terkonsolidasi
normal
organik
111 - 277
111 - 831
Peck dan Davidsson (1962)
Davidsson (1970)
Gambut 55
27,7 - 111
Davidsson (1970)
Wilson dan Hilts (1967)
Loess 8033 - 11080 Bowles (1968)
Dari nilai-nilai faktor kekakuan R dan T yang telah dihitung, Tomlinson (1977) mengusulkan criteria tiang kaku (tiang pendek) dan tiang elastis (tiang panjang) yang dikaitkan dengan panjang tiang yang tertanam dalam tanah (L).
Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.11. Batasan ini terutama digunakan
untuk menghitung defleksi tiang oleh akibat gaya horizontal.
Untuk tanah berupa lempung kaku terkonsolidasi berlebihan (stiff over consolidated clay), modulus tanah umumnya dianggap konstan di seluruh kedalamannya. Faktor kekakuan R dinyatakan dengan persamaan :
K = khd = �1
Tabel 2.11 Kriteria Tiang Kaku dan Tiang Tidak Kaku (Porous, 1964)
Tipe Tiang
2.5.1. Kapasitas ultimit tiang pancang dengan Metode Brooms
a. Tiang dalam tanah kohesif
Broms mengusulkan cara pendekatan sederhana untuk mengestimasi distribusi tekanan tanah yang menahan tiang dalam lempung, yaitu tahanan tanah
dianggap sama dengan nol di permukaan tanah sampai kedalaman 1,5d dan
konstan sebesar 9cu untuk kedalaman yang lebih besar dari 1,5d tersebut. • Tiang ujung bebas
Untuk tiang panjang, tahanan tiang terhadap gaya lateral akan ditentukan oleh
momen maksimum yang dapat ditahan tiang itu sendiri (My). Untuk tiang
pendek, tahanan tiang terhadap gaya lateral lebih ditentukan oleh tahanan tanah
di sekitar tiang. Pada gambar dapat dijelaskan bahwa f mendefinisikan letak
momen maksimum, dimana pada titik ini gaya lintang pada tiang sama dengan
� = ��
9���………..(2.13)
dan
����� = ��(� = 1,5�+ 0,5�)………(2.14)
• Tiang ujung jepit
Pada tiang ujung jepit, Brooms menganggap bahwa momen yang terjadi pada tubuh tiang yang tertanam di dalam tanah sama dengan momen yang
terjadi di ujung atas tiang yang terjepit oleh pile cap.
Gambar 2-17 Mekanisme Keruntuhan pada tiang ujung bebas pada tanah kohesif
menurut Broms (a) Tiang Pendek (b) Tiang Panjang (Broms,1964)
Gambar 2-18 Tiang ujung jepit pada tanah kohesif
Untuk tiang panjang, tahanan ultimit tiang terhadap beban lateral dapat
dihitung dengan persamaan :
�� =1,52��+0,5� � ………..(2.15)
Sedangkan untuk tiang pendek, Hu dapat dicari dengan persamaan :
�� = 9��� ( � −1,5�)………...(2.16)
��� �� = ��(0,5�+ 0,75�)……….(2.17)
b. Tiang Dalam Tanah Granuler
Untuk tiang dalam tanah granuler (c = 0), Brooms (1964) berasumsi sebagai berikut :
1. Tekanan tanah aktif yang bekerja di belakang tiang diabaikan
2. Distribusikan tekanan tanah pasif di sepanjang tiang bagian depan sama
dengan tiga kali tekanan tanah pasif Rankine
3. Bentuk penampang tiang tidak berpengaruh terhadap tekanan tanah
ultimit atau tahanan tanah lateral
4. Tahanan lateral sepenuhnya termobilisasi pada gerakan tiang yang
diperhitungkan.
(a) (b)
Gambar 2-19. Grafik tahanan lateral ultimit tiang pada tanah kohesif
Distribusi tekanan tanah dinyatakan oleh persamaan :
�� = 3����……….(2.18)
dimana :
�� = tahanan tanah ultimit
�� = tekanan overburden efektif
�� = ���2(450+ �2)
� = sudut geser dalam efektif
• Tiang ujung bebas
Untuk tiang pendek, tiang dianggap berotasi di dekat ujung bawah tiang.
Tekanan yang terjadi di tempat ini dianggap dapat digantikan oleh gaya
terpusat yang bekerja pada ujung bawah tiang.
��0.5 �� �
3�
�
�+� ……….(2.19)
Momen maksimum terjadi pada jarak f di bawah permukaan tanah, dimana :
�� = 1,5 �����2……….(2.20)
dan
�= 0,82 � ��
����………..(2.21)
sehingga momen maksimum dapat dinyatakan oleh persamaan
����� =��(�+ 1,5�)………..(2.22)
• Tiang ujung jepit
Untuk tiang ujung jepit yang kaku (tiang pendek), keruntuhan tiang akan
berupa translasi, beban lateral ultimit dinyatakan oleh :
Sedangkan untuk tiang ujung jepit yang tidak kaku (tiang panjang), dimana
momen maksimum mencapai My di dua lokasi (Mu+ = Mu-) maka Hu dapat
diperoleh dari persamaan :
�� =
2��
�+0,54 �����
��
………..(2.24)
Gambar 2-20 Tiang ujung bebas pada tanah granuler (a) Tiang Pendek
(b) Tiang Panjang (Broms,1964)
Gambar 2-21 Tiang ujung jepit dalam tanah granuler menurut Broms (a)
2.5.2 Faktor keamanan
Dari hasil banyak pengujian beban tiang, baik tiang pancang maupun tiang
bor yang berdiameter kecil sampai sedang (600 mm), sehubungan dengan alasan
butir (d), penurunan akibat beban bekerja (working load) yang terjadi lebih kecil dari 10 mm untuk faktor aman yang tidak kurang dari 2,5 (Tomlinson, 1977).
Gambar 2-22. Grafik tahanan lateral ultimit tiang pada tanah granuler
(Broms, 1964)
Tabel 2.12. Faktor Keamanan yang Disarankan (Hardiyatmo,2002)
Klasifikasi Struktur
Faktor keamanan (SF)
Kontrol baik
Kontrol Normal
Kontrol Jelek
Kontrol sangat jelek
Monumental 2,3 3 3,5 4
Permanaen 2 2,5 2,8 3,4
Sementara 1,4 2 2,4 2,8
2.6. Penurunan Tiang (Settlement)
Terdapat dua hal yang perlu diketahui mengenai penurunan, yaitu: