• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Diameter 0,6 Meter dengan Menggunakan Metode Analitis dan Metode Elemen Hingga pada Interchange Binjai dari Proyek Jalan Tol Medan - Binjai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Diameter 0,6 Meter dengan Menggunakan Metode Analitis dan Metode Elemen Hingga pada Interchange Binjai dari Proyek Jalan Tol Medan - Binjai"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Umum

Pondasi merupakan salah satu struktur bangunan yang terletak pada bagian

paling bawah bangunan.Keberadaan pondasi tidak dapat dipisahkan dari struktur

bangunan karena pondasi berfungsi untuk meneruskan gaya-gaya atau beban yang

bekerja pada struktur atas ke tanah dasar yang cukup keras.Karena fungsi tersebut

maka keberadaan pondasi tidak dapat diabaikan.Menurut Bowles (1997) pondasi

adalah bagian dari suatu sistem rekayasa yang menopang beban dan meneruskan

beban serta beratnya sendiri kepada dan kedalam tanah dan batuan yang terletak

dibawahnya.

Berdasarkan struktur beton bertulang, pondasi berfungsi untuk :

1. Mendistribusikan dan memindahkan beban – beban yang bekerja pada

struktur bangunan diatasnya ke lapisan tanah dasar yang dapat mendukung

struktur tersebut.

2. Mengatasi penurunan yang berlebihan dan penurunan yang tidak sama

pada struktur di atasnya.

3. Memberi kestabilan pada struktur dalam memikul beban horizontal akibat

angin, gempa bumi dan sebagainya.

Dalam menentukan perencanaan pondasi suatu bangunan ada dua hal yang

harus diperhatikan pada tanah bagian bawah pondasi, yaitu:

1. Daya dukung pondasi harus lebih besar daripada beban yang bekerja pada

(2)

2. Penurunan yang terjadi akibat pembebanan tidak boleh melebihi penurunan

yang diijinkan

2.2. Penyelidikan Tanah

Hampir semua bangunan dibangun di atas permukaan tanah maka tanah

merupakan bagian penting dalam konstruksi.Apabila tanah cukup keras dan

mampu memikul beban maka pondasi dapat dibangun secara langsung diatas

permukaan tanah.

Secara teknik tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat

(butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu

sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel

padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong di antara

partikel-partikel padat tersebut (Das,1995).

Tanah terdiri dari 3 komponen, yaitu udara, air, dan bahan padat. Udara

dianggap tidak mempunyai pengaruh teknis, sedangkan air sangat mempengaruhi

sifat-sifat teknis tanah. Ruang di antara butiran-butiran, sebagian atau seluruhnya

dapat terisi oleh air atau udara.Bila rongga tersebut terisi air seluruhnya, tanah

dikatakan dalam kondisi jenuh.Bila rongga terisi udara dan air, tanah pada kondisi

jenuh sebagian (partially saturated). Tanah kering adalah tanah yang tidak

mengandung air sama sekali atau kadar airnya nol (Hardiyatmo, 1996).

Penyelidikan tanah merupakan salah satu tahapan awal yang diperlukan

dalam perencanaan pondasi.Penyelidikan tanah bertujuan untuk memperoleh

keterangan yang diperlukan tentang tanah dan mengetahui sifat-sifat teknis tanah

misalnya karakteristik kekuatan, berat isi tanah, daya dukung, ataupun daya

(3)

Secara sederhana tanah dapat diilustrasikan sebagai berikut:

Gambar 2-1. Elemen-elemen tanah

Adapun tujuan dari penyelidikan tanah ini pada umumnya mencakup

maksud – maksud sebagai berikut :

1. Untuk menentukan kondisi alamiah dan lapisan – lapisan tanah di lokasi

ditinjau.

2. Untuk mendapatkan sampel tanah asli (undisturbed) dan tidak asli

(disturbed) untuk mengidentifikasi tanah tersebut secara visual dan untuk

keperluan pengujian di laboratorium.

3. Untuk menentukan kedalaman tanah keras.

4. Untuk melakukan uji lapangan (in-situ field test) seperti uji rembesan, uji

geser vane dan uji penetrasi baku.

5. Untuk mengamati kondisi pengaliran air dari lokasi tanah tersebut.

6. Untuk mempelajari kemungkinan timbulnya masalah perilaku bangunan

(4)

Ada dua jenis penyelidikan tanah yang biasa dilakukan, yaitu penyelidikan

di lapangan (in situ) dan penyelidikan di laboratorium (laboratory test). Adapun

jenis penyelidikan di lapangan, seperti pengeboran (hand boring ataupun machine

boring), Standard Penetration Test (SPT), Cone Penetrometer Test (sondir),

Dynamic Cone Penetrometer, dan Sand Cone Test. Sedangkan jenis penyelidikan

di laboratorium terdiri dari uji index properties tanah (Atterberg Limit, Water

Content, Spesific Gravity, Sieve Analysis) dan engineering properties tanah (direct

shear test, triaxial test, consolidation test, permeability test, compaction test, CBR

test, dan lain-lain ).

Contoh tanah ( soil sampling ) yang didapatkan sebagai hasil penyelidikan

tanah ini, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Contoh tanah tidak terganggu (Undisturbed Soil)

Suatu contoh tanah dikatakan tidak terganggu apabila contoh tanah itu

dianggap masih menunjukkan sifat-sifat asli tanah tersebut. Sifat asli yang

dimaksud adalah contoh tanah tersebut tidak mengalami perubahan pada

strukturnya, kadar air, atau susunan kimianya. Contoh tanah seperti ini

tidaklah mungkin bisa didapatkan, akan tetapi dengan menggunakan

teknik – teknik pelaksanaan yang baik, maka kerusakan – kerusakan pada

contoh tanah tersebut dapat diminimalisir. Undisturbed soil digunakan

untuk percobaan engineering properties.

b. Contoh tanah terganggu ( Disturbed Soil )

Contoh tanah terganggu adalah contoh tanah yang diambil tanpa adanya

(5)

tersebut.Disturbed soil digunakan untuk percobaan uji index properties

tanah.

Program penyelidikan ini harus direncanakan sedemikan rupa hingga

jumlah informasi maksimum dapat diperoleh dengan biaya minimum.

Standard Penetration Test (SPT) merupakan uji penetrasi standar untuk

memperoleh informasi jenis dan kekuatan tanah dari suatu lapisan bawah

permukaan tanah.SPT sering digunakan untuk mendapatkan daya dukung tanah

secara langsung di lokasi.Pengujian Standard Penetration Test dilakukan setiap

interval kedalaman pemboran 2 meter. Percobaan ini dilakukan dalam satu

lubang bor dengan memasukkan tabung sampel yang berdiameter 35 mm sedalam

304,5 mm dengan memakai suatu beban penumbukan (drive weight) seberat 63 kg

dan dijatuhkan dari ketinggian 750 mm. Banyak pukulan palu untuk memasukkan

tabung sampel sedalam 304,5 mm dinyatakan sebagai nilai N.

Tujuan percobaan Standard Penetration Test(SPT) ini adalah untuk menentukan kepadatan relatif lapisan dari tanah dengan pengambilan contoh tanah

dengan tabung, sehingga jenis tanah dan ketebalan setiap lapisan tanah dapat

diketahui serta untuk memperoleh data yang kumulatif pada perlawanan penetrasi

tanah dan menetapkan kepadatan dari tanah yang tidak berkohesi yang biasanya

sulit diambil sampelnya.

Adapun keuntungan dan kekurangan dari penggunaan test ini adalah: Keuntungan :

1. Dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis tanah secara visual.

(6)

3. Test ini dapat dilakukan dengan cepat dan operasinya relatif sederhana.

4. Biaya yang digunakan relatif murah.

5. Prosedur pengujian sederhana dapat dilakukan secara manual.

6. Dapat digunakan pada sembarang jenis tanah dan batuan lunak.

7. Sampel tanah terganggu dapat diperoleh untuk identifikasi jenis tanah.

8. Uji SPT pada pasir,hasilnya dapat langsung digunakan untuk memprediksi kerapatan relatif dan kapasitas daya dukung tanah.

Kekurangan:

1. Profil kekuatan tanah tidak menerus. 2. Perlu ketelitian dalam pelaksanaan test ini.

3. Hasil yang didapat merupakan contoh tanah terganggu.

4. Interpretasi hasil SPT bersifat empiris.

5. Ketergantungan pada operator dalam menghitung.

Nilai N yang diperoleh merupakan data sangat kasar bila digunakan tanah

lempung.

Percobaan Standard Penetration Test (SPT)dilakukan dengan prosedur

sebagai berikut :

1. Siapkan peralatan Standard Penetration Test (SPT) yang diperlukan,

seperti ; mesin bor, batang bor, split barrel, hammer, dan lain-lain.

2. Lakukan pengeboran sampai kedalaman uji, lubang dibersihkan dari

kotoran hasil pengeboran, split barrel segera dipasangkan pada bagian

dasar lubang bor.

(7)

4. Dengan bantuan mesin bor, tumbuklah batang bor dengan hammer seberat

63 kg dan ketinggian jatuh 75 cm. Setiap kedalaman 15 cm, catatlah

berapa jumlah pukulannya dan lakukan terus sampai mencapai kedalaman

45 cm.

Contoh:

N1 = 2 pukulan / 15 cm; N2 = 3 pukulan / 15 cm; N3 = 4 pukulan / 15 cm

Maka total jumlah pukulan adalah penjumlahan nilai N2 dan N3 = 3 + 4 = 7

pukulan. Nilai N1 tidak dimasukkan ke dalam penjumlahan karena lapisan

15 cm pukulan pertama dianggap sisa kotoran pengeboran yang tertinggal

pada dasar lubang bor, yang perlu dibersihkan agar memperkecil efisiensi

gangguan.

5. Hasil pengambilan contoh tanah dari tabung tersebut dibawa ke

permukaan untuk diidentifikasi jenis tanahnya meliputi komposisi,

struktur, warna, konsistensi. Kemudian masukkan sampel tanah tersebut

ke dalam botol tanpa dipadatkan, lalu ke core box.

6. Gambarkan grafik hasil percobaan SPT. Catatan : pengujian dihentikan

apabila nilai SPT ≥ 50 untuk empat kali interval.

Hasil uji penetrasi lapangan dengan SPT dilaporkan menjadi satu dengan

log bor dari hasil pengeboran dalam bentuk formulir seperti diperlihatkan dalam

lampiran, biasanya digabung dengan bore log.

2.3. Pondasi

Pondasi diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu:

(8)

Pondasi dangkal digunakan apabila terdapat lapisan tanah yang cukup

tebal dengan kualitas yang baik yang mampu mendukung bangunan itu

pada permukaan tanah atau sedikit di bawah permukaan tanah.. Pondasi

dangkal didesain dengan kedalaman lebih kecil atau sama dengan lebar

dari pondasi tersebut ���

� ≤ 1�.

Gambar 2-2. Alat Percobaan Penetrasi Standar (Sosrodarsono, 2000)

Kekuatan pondasi dangkal ada pada luas alasnya, karena pondasi ini

berfungsi untuk meneruskan sekaligus meratakan beban yang diterima

oleh tanah.Pondasi dangkal ini digunakan apabila beban yang diteruskan

ke tanah tidak terlalu besar.Misalnya, rumah sederhana satu lantai, dua

lantai, bangunan ATM, pos satpam, dan sebagainya.

2. Pondasi dalam (deep foundation).

Pondasi dalam digunakan apabila lapisan tanah kerasnya berada di

kedalaman yang letaknya sangat dalam. Digunakan juga untuk mendukung

bangunan yang menahan gaya angkat ke atas, terutama pada

bangunan-bangunan tingkat tinggi yang dipengaruhi oleh gaya-gaya penggulingan

(9)

2.3.1. Pondasi tiang

Pondasi tiang merupakan suatu konstruksi pondasi untuk suatu bangunan

yang tanah dasar di bawah bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung

(bearing capacity) yang cukup untuk memikul beban berat bangunan dan beban

yang diterimanya atau apabila tanah pendukung yang mempunyai daya dukung

yang cukup letaknya sangat dalam. Pada umumnya pondasi tiang ditempatkan

tegak lurus (vertikal) di dalam tanah, tetapi apabila diperlukan dapat dibuat miring

agar dapat menahan gaya – gaya horizontal. Sudut kemiringan yang dicapai

tergantung dari alat yang digunakan serta disesuaikan dengan perencanaan.

Pondasi tiang digunakan untuk beberapa maksud, antara lain :

• Untuk meneruskan beban bangunan yang terletak di atasnya atau tanah

lunak, ke tanah pendukung yang kuat.

• Untuk meneruskan beban ke tanah yang relatif lunak sampai kedalaman

tertentu sehingga bangunan mampu memberikan dukungan yang cukup

untuk mendukung beban tersebut oleh gesekan dinding tiang dengan tanah

disekitarnya.

• Untuk mengangker bangunan yang dipengaruhi oleh gaya angkat ke atas

akibat tekanan hidrostatis atau momen penggulingan.

• Untuk menahan gaya – gaya horizontal dan gaya yang arahnya miring.

• Untuk memadatkan tanah pasir, sehingga kapasitas dukung tanah tersebut

bertambah.

• Untuk mendukung pondasi bangunan yang permukaan tanahnya mudah

(10)

Ditinjau dari cara mendukung beban, tiang dapat dibagi menjadi 3 (tiga)

macam yaitu:

 Tumpuan ujung (End Bearing Pile)

Menurut Hardiyatmo, 2002, tiang dukung ujung (End Bearing Pile) adalah

tiang yang kapasitas dukungnya ditentukan oleh tahanan ujung tiang.

Umumnya tiang dukung ujung berada dalam zone tanah yang lunak yang

berada di atas tanah keras. Tiang-tiang dipancang sampai mencapai batuan

dasar atau lapisan keras lain yang dapat mendukung beban yang diperkirakan

tidak mengakibatkan penurunan berlebihan. Kapasitas tiang sepenuhnya

ditentukan dari tahanan dukung lapisan keras yang berada di bawah ujung

tiang (Gambar 2-3).

Gambar 2-3. Tumpuan ujung (End Bearing Pile) (Hardiyatmo, 2002)

 Tumpuan geser/sisi (Friction pile)

Tiang gesek (friction pile) adalah tiang yang kapasitas dukungnya lebih

(11)

(Gambar 2-4).Tahanan gesek dan pengaruh konsolidasi lapisan tanah di

bawahnya diperhitungkan pada hitungan kapasitas tiang (Hardiyatmo, 2002).

Atau dengan kata lain kemampuan tiang pancang dalam menahan beban hanya

mengandalkan gaya geseran antara tiang dengan tanah disekelilingnya. Hal

ini bisa terjadi karena pada dasarnya kenyataan di lapangan mengenai data

kondisi tanah tidak bisa diprediksi, sehingga sering kita jumpai suatu keadaan

dimana lapisan yang memenuhi syarat sebagai lapisan pendukung yang baik

ditemui pada kedalaman yang dalam, sehingga akan menyebabkan biaya yang

sangat mahal.

Pada kenyataan seperti ini praktis daya dukung yang didapat adalah dari

gesekan antara sisi tiang dengan tanah disekelilingnya namun bukan berarti

perlawanan di ujungnya tidak ada, tapi pada kenyataannya tumpuan di ujung

ini juga memiliki andil dalam memberikan daya dukung walaupun kecil.

Perbedaan dari kedua jenis tiang pancang ini, semata-mata hanya dari segi

kemudahan, karena pada umumnya tiang pancang berfungsi sebagai

kombinasi antara friction pile (tumpuan sisi) dan end bearing pile (tumpuan

ujung).Kecuali tiang pancang yang menembus tanah yang sangat lembek

sampai lapisan tanah dasar yang padat.

(12)

 Tiang tahanan lekatan (Adhesive Pile)

Bila tiang dipancangkan di dasar tanah pondasi yang memiliki nilai kohesi

yang tinggi, maka beban yang diterima oleh tiang akan ditahan oleh lekatan

antara tanah di sekitar dan permukaan tiang

Gambar 2-5. Pondasi tiang dengan tahanan lekatan (Sardjono, 1988)

Pondasi tiang pancang menurut pemasangannya dibagi menjadi dua yaitu

tiang pancang pracetak dan tiang pancang yang dicor di tempat.

 Tiang pancang pracetak

Tiang pancang pracetak adalah tiang pancang dari beton bertulang yang

dicetak dan dicor dalam acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat

atau keras lalu diangkat dan dipancangkan. Tiang pancang beton ini dapat

memikul beban lebih besar dari 50 ton untuk setiap tiang, tetapi tergantung

pada dimensinya. Penampang tiang pancang pracetak dapat berupa lingkaran,

segi empat dan segi delapan.

Keuntungan pemakaian tiang pancang pracetak pile yaitu:

1. Tiang pancang pracetak mempunyai tegangan tekan yang besar tergantung

pada mutu beton yang digunakan;

2. Dapat diperhitungkan baik sebagai end bearing pile ataupun friction pile

3. Tahan lama dan tahan terhadap pengaruh air ataupun bahan – bahan

(13)

4. Karena tidak berpengaruh oleh muka air tanah maka tidak

memerlukangalian tanah yang banyak untuk poernya

Kerugian pemakaian tiang pancang pracetak:

• Karena berat sendirinya besar maka biaya pengangkutannya akan

mahal

• Bila memerlukan pemotongan, maka pelaksanaannya akan lebih sulit

dan membutuhkan waktu yang lebih lama juga;

• Bila panjang tiang kurang dan karena panjang tiang tergantung pada

alat pancang (pile driving) yang tersedia, maka akan sukar untuk

penyambungan dan memerlukan alat penyambung khusus;

• Apabila dipancang di sungai atau di laut tiang akan bekerja sebagai

kolom terhadap beban vertical dan dalam hal ini akan ada tekuk

sedangkan terhadap beban horizontal akan bekerja sebagai cantilever.

Gambar 2-6 Tiang Pancang Precast Reinforced Concrete Pile

Tiang pancang pracetak ini menurut cara pemasangannya terdiri dari :

• Cara penumbukan

Dimana tiang pancang tersebut dipancangkan ke dalam tanah dengan

cara penumbukan oleh alat penumbuk (hammer).

(14)

Dimana tiang pancang tersebut dipancangkan ke dalam tanah dengan

cara penggetaran oleh alat penggetar (vibrator).

• Cara penanaman

Dimana permukaan tanah dilubangi terlebih dahulu sampai kedalaman

tertentu, lalu tiang pancang dimasukkan, kemudian lubang tadi ditimbun

lagi dengan tanah.

Cara penanaman ini ada beberapa metode yang digunakan, yaitu :

a. Cara pengeboran sebelumnya, yaitu dengan cara mengebor tanah

sebelumnya lalu tiang dimasukkan kedalamnya dan ditimbun

kembali.

b. Cara pengeboran inti, yaitu tiang ditanamkan dengan mengeluarkan

tanah dari bagian dalam tiang.

c. Cara pemasangan dengan tekanan, yaitu tiang dipancangkan ke

dalam tanah dengan memberikan tekanan pada tiang.

d. Cara pemancaran, yaitu tanah pondasi diganggu dengan semburan

air yang ke luar dari ujung serta keliling tiang, sehingga tidak dapat

dipancangkan kedalam tanah.

 Tiang yang dicor ditempat (Cast in Place Pile)

Tiang yang dicor di tempat (cast in place pile) ini menurut teknik

penggaliannya terdiri dari beberapa macam cara yaitu :

• Cara penetrasi alas

Cara penetrasi alas yaitu pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah

(15)

• Cara penggalian

Cara ini dapat dibagi lagi urut peralatan pendukung yang digunakan

antara lain :

a. Penggalian dengan tenaga manusia

Penggalian lubang pondasi tiang pancang dengan tenaga manusia

adalah penggalian lubang pondsi yang masih sangat sederhana dan

merupakan cara konvensional. Hal ini dapat dilihat dengan cara

pembuatan pondasi dalam, yang pada umumnya hanya mampu

dilakukan pada kedalaman tertentu.

b. Penggalian dengan tenaga mesin

Penggalian lubang pondasi tiang pancang dengan tenaga mesin

adalah penggalian lubang pondasi dengan bantuan tenaga mesin,

yang memiliki kemampuan lebih baik dan lebih canggih.

Berdasarkan perpindahannya pondasi tiang pancang dapat dibagi menjadi

3 kategori, sebagai berikut :

 Tiang perpindahan besar (Large displacement pile)

Yaitu tiang pejal atau berlubang dengan ujung tertutup dipancang ke

dalam tanah sehingga terjadi perpindahan volume tanah yang relative besar

seperti tiang kayu, tiang beton pejal, tiang beton prategang (pejal atau

berlubang), tiang baja bulat (tertutup pada ujungnya).

 Tiang perpindahan kecil (Small displacement pile)

Yaitu sama seperti tiang kategori pertama hanya volume tanah yang

(16)

dengan ujung terbuka, tiang beton prategang berlubang dengan ujung terbuka,

tiang baja H, tiang baja bulat ujung terbuka, dan tiang ulir.

 Tiang tanpa perpindahan (Non displacement pile)

Terdiri dari tiang yang dipasang di dalam tanah dengan cara menggali atau

mengebor tanah seperti bored pile, yaitu tiang beton yang pengecorannya

langsung di dalam lubang hasil pengeboran tanah (pipa baja diletakkan di

dalam lubang dan dicor beton) (Hardiyatmo, 2002).

2.3.2. Alat pancang tiang

Tiang pancang dipancang dengan menggunakan alat pemukul tiang

berupa pemukul (hammer) mesin uap, pemukul getar atau pemukul yang hanya

dijatuhkan. Penutup (pile cap) biasanya diletakkan menutup kepala tiang yang

kadang-kadang dibentuk dalam geometri tertutup.

a) Pemukul jatuh (Drop hammer)

Pemukul jatuh terdiri dari blok pemberat yang dijatuhkan dari atas.

Pemberat ditarik dengan tinggi jatuh tertentu kemudian dilepas dan

menumbuk tiang.Pemakaian alat tipe ini membuat pelaksanaan

pemancangan berjalan lambat, sehingga alat ini hanya dipakai pada

volume pekerjaan pemancangan yang kecil.

b) Pemukul aksi tiang (Single-acting hammer)

Pemukul aksi tunggal berbentuk memanjang dengan ram yang bergerak

(17)

disebabkan oleh beratnya sendiri. Energi pemukul aksi tunggal adalah

sama dengan berat ram dikalikan tinggi jatuh.

Gambar 2-7. Pemukul aksi tunggal (single actinghammer) (Bowles,1984)

Pemukul aksi tunggal.Pada alas pukulan, katup masukan terbuka dengan

tekanan uap menaikkan balok besi panjang.Pada puncak angkatan uap

ditutup dan masuk menjadi pembuang yang membiarkan balok besi jatuh.

c) Pemukul aksi double (Double-acting hammer)

Pemukul aksi double menggunakan uap atau udara untuk mengangkat ram

dan untuk mempercepat gerakan ke bawahnya. Kecepatan pukulan dan

(18)

Gambar 2-8. Pemukul aksi rangkap (double acting hammer) (Bowles,1984)

Pemukul aksi rangkap. Balok besi panjang dalam kedudukan bawah

menekan S2, yang membuka klep masuk dan menutup klep buang di Bdan

menutup klep masuk dan membuka klep buang di A; palu kemudian naik

oleh tekanan uap di B. Balok besi panjang dalam kedudukan atas menekan

S1, yang menutup klep masuk B dan membuka klep buang; klep A buang

menutup; uap masuk dan mempercepat balok besi panjang ke bawah.

d) Pemukul diesel (Diesel hammer)

Pemukul diesel terdiri dari silinder, ram, balok anvil dan sistem injeksi

bahan bakar. Pemukul tipe ini umumnya kecil, ringan dan digerakkan

dengan adalah jumlah benturan dari ram ditambah energi hasil dari

ledakan.

Kran mula-mula mengangkat balok besi.Balok besi dilepas dan jatuh; pada

titik yang dipilih bahan bakar diinjeksikan.Balok besi beradu dengan

(19)

mendorong tiang pancang dan mengangkat balok besi untuk siklus

berikutnya.

Gambar 2-9. Pemukul diesel (dieselhammer) (Bowles,1984)

Pada perencanaan pondasi tiang, pada umumnya diperkirakan pengaturan

tiang – tiangnya terlebih dahulu seperti letak / susunan, diameter dan panjang

tiang. Dalam pengaturan tiang – tiang tersebut perlu diperhatikan beberapa hal

berikut :

1. Tiang yang berbeda kualitas bahannya atau tiang yang memiliki diameter

berbeda tidak boleh dipakai untuk pondasi yang sama;

2. Tiang miring dipakai apabila besarnya gaya horizontal yang bekerja pada

kelompok tiang terlalu besar untuk ditampung oleh tiang vertikal;

3. Jarak yang dianjurkan antara tiang dalam satu kelompok adalah antara 0,

60 sampai 2,0 meter.

Perencanaan suatu pondasi tiang biasanya dilaksanakan sesuai dengan

prosedur sebagai berikut :

1. Menentukan kriteria perencanaan, seperti beban – beban yang bekerja pada

(20)

sekitar lokasi, besar pergeseran yang diijinkan dan tegangan ijin dari bahan

– bahan pondasi;

2. Memperkirakan diameter, jenis, panjang, jumlah dan susunan tiang;

3. Menghitung daya dukung vertikal tiang tunggal (single pile);

4. Menghitung faktor efisiensi dalam kelompok tiang dan daya dukung

vertical yang diijinkan untuk sebuah tiang dalam satu kelompok tiang;

5. Menghitung beban vertikal yang bekerja pada setiap tiang dalam

kelompok tiang;

6. Memeriksa beban yang bekerja pada setiap tiang apakah masih dalam

batasan daya dukung yang diijinkan. Apabila tidak sesuai, maka perkiraan

diameter, jumlah atau susunan tiang pada prosedur yang kedua harus

dihitung kembali kemudian dilanjutkan dengan prosedur berikutnya;

7. Menghitung daya dukung mendatar setiap tiang dalam kelompok;

8. Menghitung beban horizontal yang bekerja pada setiap tiang dalam

kelompok;

9. Menghitung penurunan (bila diperlukan) kemudian merencanakan struktur

tiang.

2.3.3. Metode pelaksanaan pemancangan tiang pancang

Pemancangan tiang pancang adalah usaha yang dilakukan untuk

menempatkan tiang pancang di dalam tanah sehingga berfungsi sesuai

perencanaan.Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat dan aman sangat

membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi. Secara

umum tahapan pekerjaan pondasi tiang pancang sebagai berikut :

(21)

Berikut langkah-langkah untuk memulai persiapan pengerjaan pada lokasi proyek:

1. Membuat tanda, tiap tiang pancang harus diberitanda serta tanggal saat tiang

tersebut dicor. Titik-titik angkat yang tercantum pada gambar harus dibubuhi

tanda dengan jelas pada tiang pancang. Untuk mempermudah perekaan, maka

tiang pancang diberi tanda setiap 1 meter.

2. Pengangkatan/pemindahan, tiang pancang harus dipindahkan/diangkat

dengan hati-hati sekali guna menghindari retak maupun kerusakan lain yang

tidak diinginkan.

3. Rencanakan final set tiang, untuk menentukan pada kedalaman mana

pemancangan tiang dapat dihentikan, berdasarkan data tanah dan data jumlah

pukulan terakhir (final set).

4. Rencanakan urutan pemancangan, dengan pertimbangan kemudahan manuver

alat. Lokasi stok material agar diletakkan dekat dengan lokasi pemancangan.

5. Tentukan titik pancang dengan theodolith dan tandai dengan patok.

6. Pemancangan dapat dihentikan sementara untuk peyambungan batang

berikutnya bila level kepala tiang telah mencapai level muka tanah sedangkan

level tanah keras yang diharapkan belum tercapai.

Proses penyambungan tiang :

a. Tiang diangkat dan kepala tiang dipasang pada helmet seperti yang

dilakukan pada batang pertama.

b. Ujung bawah tiang didudukkan di atas kepala tiang yang pertama

sedemikian sehingga sisi-sisi pelat sambung kedua tiang telah berhimpit

dan menempel menjadi satu.

(22)

d. Tempat sambungan las dilapisi dengan anti karat.

7. Selesai penyambungan, pemancangan dapat dilanjutkan seperti yang

dilakukan pada batang pertama. Penyambungan dapat diulangi sampai

mencapai kedalaman tanah keras yang ditentukan.

8. Pemancangan tiang dapat dihentikan bila ujung bawah tiang telah mencapai

lapisan tanah keras/final set yang ditentukan.

9. Pemotongan tiang pancang pada cut off level yang telah ditentukan.

• Proses pengangkatan

1. Pengangkatan tiang untuk disusun (dengan dua tumpuan)

Metode pengangkatan dengan dua tumpuan ini biasanya pada saat

penyusunan tiang beton, baik itu dari pabrik ke trailer ataupun dari trailer ke

penyusunan lapangan.Persyaratan umum dari metode ini adalah jarak titik

angkat dari kepala tiang adalah 1/5 L.

2. Pengangkatan dengan satu tumpuan

Metode pengangkatan ini biasanya digunakan pada saat tiang sudah siap akan

dipancang oleh mesin pemancangan sesuai dengan titik pemancangan yang

telah ditentukan di lapangan.

Adapun persyaratan utama dari metode pengangkatan satu tumpuan ini adalah

jarak antara kepala tiang dengan titik angker berjarak L/3.

• Proses pemancangan

1. Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as hammer jatuh pada

(23)

Gambar 2-10. Pangangkatan Tiang dengan Dua Tumpuan

2. Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap lubang.

Tiang didirikan disamping driving lead dan kepala tiang dipasang pada

helmet yang telah dilapisi kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala tiang

Gambar 2-11. Pengangkatan Tiang dengan Satu Tumpuan

3. Ujung bawah tiang didudukkan secara cermat di atas patok pancang yang

telah ditentukan.

4. Penyetelan vertikal tiang dilakukan dengan mengatur panjang backstay

(24)

vertikal. Sebelum pemancangan dimulai, bagian bawah tiang diklem dengan

center gate pada dasar driving lead agar posisi tiang tidak bergeser selama pemancangan, terutama untuk tiang batang pertama.

5. Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hammer secara

kontiniu ke atas helmet yang terpasang di atas kepala tiang.

Quality Control

1. Kondisi fisik tiang.

a. Seluruh permukaan tiang tidak rusak atau retak.

b. Umur beton telah memenuhi syarat.

c. Kepala tiang tidak boleh mengalami keretakan selama pemancangan.

2. Toleransi.

Vertikalisasi tiang diperiksa secara periodik selama proses pemancangan

berlangsung. Penyimpangan arah vertikal dibatasi tidak lebih dari 1:75 dan

penyimpangan arah horizontal dibatasi tidak lebih dari 75 mm.

3. Penetrasi

Tiang sebelum dipancang harus diberi tanda pada setiap setengah meter di

sepanjang tiang untuk mendeteksi penetrasi per setengah meter. Dicatat

jumlah pukulan untuk penetrasi setiap setengah meter.

4. Final set

Pemancangan baru dapat dihentikan apabila telah dicapai final set sesuai

perhitungan.

2.3.4. Kalendering

Secara umum kalendering digunakan pada pekerjaan pemancangan tiang

(25)

empiris melalui perhitungan yang dihasilkan oleh proses pemukulan alat pancang.

Alat pancang bisa berupa diesel hammer maupun hydraulic hammer. Biasanya

kalendering dalam proses pemancangan tiang pancang merupakan item wajib

yang harus dilaksanakan dan menjadikan laporan untuk proyek. Perhitungan

kalendering menghasilkan output yang berupa daya dukung tanah dalam Ton.

Sebenarnya metode pelaksanaan kalendering hanyalah sederhana.Alat yang

disediakan cukup spidol, kertas milimeterblok, selotip, waterpass, dan kayu

pengarah spidol agar selalu pada posisinya.Alat tersebut biasanya juga telah

disediakan oleh subkon pancang.Dan pelaksanannyapun merupakan bagian dari

kontrak pemancangan.Pelaksanaanya dilakukan pada saat 10 pukulan terakhir.

Kapan saat dilaksanakan kalendering adalah saat hampir mendekati top pile yang

disyaratkan, dan faktor lain yang disesuaikan kondisi dilapangan.

(a) (b) (c)

Gambar 2-12. Urutan pemancangan : (a) Pemancangan tiang, (b) Penyambungan

tiang, (c) Kalendering/final set

Tahapan pelaksanaanya yaitu:

(26)

2. Memasang kertas milimeter blok pada tiang pancang menggunakan selotip

atau lem.

3. Menyiapkan spidol yang ditumpu pada papan penopang dan waterpass

tukang, kemudian menempelkan ujung spidol pada kertas milimeter.

4. Menjalankan pemukulan.

5. Satu orang melakukan kalendering dan satu orang mengawasi serta

menghitung jumlah pukulan.

6. Setelah 10 pukulan kertas milimeter diambil.

7. Tahap ini bisa dilakukan 2-3kali agar memperoleh grafik yang bagus.

8. Usahakan kertas bersih, karena kalau menggunakan diesel hammer biasanya

kena oli dan grafiknya jadi kurang valid karena tertutup oli.

9. Setelah tahapan selesai hasil kalendering ditanda tangani kontraktor,

pengawas, dan direksi lapangan untuk selanjutnya dihitung daya dukungnya.

Gambar 2-13. Persiapan Pelaksanaan Kalendering dan Pembacaan Kalendering

(Hutama Karya)

2.4. Kapasitas Daya Dukung Aksial Pemancangan

(27)

Uji Standard Penetration Test (SPT) ini dapat dilakukan untuk hampir

semua jenis tanah.Berdasarkan pengalaman oleh beberapa hari, berbagai korelasi

empiris dengan parameter tanah telah didapatkan.Dari pelaksanaan pengujian

dengan metode SPT, maka angka N dari suatu lapisan dapat diketahui dan dari

angka tersebut dapat ditentukan karakteristik suatu lapisan tanah seperti pada

Tabel 2.1.

Harga N dari pasir yang diperoleh dari pengujian Standard Penetration

Test (SPT) dan hubungan antara kepadatan relatif dengan sudut geser dalam

dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.1. Hal-hal yang Perlu Dipertimbangkan untuk Penentuan Harga N

(Sosrodarsono, 1983)

Klasifikasi Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan

Hal yang perlu

dipertimbangkan secara

menyeluruh dari

hasil-hasil survey

sebelumnya.

Unsur tanah, variasi daya dukung vertical

(kedalaman permukaan dan susunannya), adanya

lapisan lunak (ketebalan lapisan yang mengalami

konsolidasi atau penurunan), kondisi drainase dan

lain – lain

Hal – hal yang perlu

diperhatikan langsung

Tahan pasir

(tidak kohesif)

Berat isi, sudut geser dalam,

ketahanan terhadap

penurunan

dan daya dukung tanah

Tanah lempung

(kohesif)

Keteguhan, kohesi, daya

dukung dan ketahanan

terhadap hancur

Harga N yang diperoleh dari SPT tersebut diperlukan untuk

(28)

geser tanah. Hipotesis pertama mengenai kuat geser tanah diuraikan oleh

Coulomb yang dinyatakan dengan :

� =�+ �tan∅………..(2.1)

dimana :

τ = kekuatan geser tanah (kg/cm2 )

c = kohesi tanah (kg/cm2)

σ = tegangan normal yang terjadi pada tanah (kg/cm2 )

ϕ = sudut geser tanah (°)

Untuk mendapatkan sudut geser tanah dari tanah tidak kohesif (pasiran)

biasanya dapat digunakan rumus Dunham (1962) sebagai berikut :

1. Tanah berpasir berbentuk bulat dengan gradasi seragam, atau butiran pasir

bersegi-segi dengan gradasi tidak seragam, mempunyai sudut geser

sebesar :

∅ = √12 �+ 15 ………..(2.2)

Tabel 2.2.Hubungan �ϒ, ϕ, dan N Tanah Pasir (Sosrodarsono, 2000)

Nilai N

2. Butiran pasir bersegi dengan gradasi seragam, maka sudut gesernya :

(29)

Angka penetrasi sangat berguna sebagai pedoman dalam eksplorasi tanah

dan untuk memperkirakan kondisi lapisan tanah.

Tabel 2.3. Hubungan antara Angka Penetrasi Standard dengan Sudut Geser

Dalam dan kepadatan Relatif Pada Tanah Pasir (Das, 1985)

Angka Penetrasi Standart, N Kepadatan Relatif

Dr (%)

Sudut Geser Dalam ø

(º)

0 – 5 0 – 5 26 – 30

5 – 10 5 – 30 28 – 35

10 – 30 30 – 60 35 – 42

30 – 50 60 – 65 38 – 46

Hubungan antara angka penetrasi standart dengan sudut geser tanah dan

kepadatan relatif untuk tanah berpasir, secara perkiraan dapat dilihat pada Tabel

(2.3).

Hubungan antara harga N dengan berat isi yang sebenarnya hampir tidak

mempunyai arti karena hanya mempunyai partikel kasar (Tabel 2. 4). Harga berat

isi yang dimaksud sangat tergantung pada kadar air.

Tabel 2.4. Hubungan antara N dengan Berat Isi Tanah (Sosrodarsono, 1983)

Tanah tidak

Pada tanah tidak kohesif daya dukung sebanding dengan berat isi tanah,

hal ini berarti bahwa tinggi muka air tanah banyak mempengaruhi daya dukung

pasir.Tanah dibawah muka air mempunyai berat isi efektif yang kira – kira

(30)

Tanah dapat dikatakan mempunyai daya dukung yang baik, dapat dinilai

dari ketentuan berikut ini :

1. Lapisan kohesif mempunyai nilai SPT, N >35

2. Lapisan kohesif mempunyai harga kuat tekan (qu) 3 - 4 kg/cm2 atau harga

SPT, N >15

Hasil percobaan pada SPT ini hanya merupakan perkiraan kasar, jadi

bukan merupakan nilai yang teliti. Dalam pelaksanaan umumnya hasil sondir

lebih dapat dipercaya dari pada percobaan SPT. Perlu menjadi catatan bagi kita

bahwa jumlah pukulan untuk 15 cm pertama yang dinilai N1 tidak dihitung karena

permukaan tanah dianggap sudah terganggu.

1. Daya dukung pondasi tiang pada tanah non kohesif

�� = 40 × NSPT ×

� × Ap ≤400 ×���� × Ap...(2.4)

���� =(�1+2�2)...(2.5)

Dimana :

NSPT = rata-rata nilai N-SPT di dekat ujung tiang (sekitar 10D (diameter)

di atas dan 4D dibawah ujung tiang)

N1 = harga rata-rata dari dasar ke 10D ke atas

N2 = harga rata-rata dari dasar ke 4D ke bawah

2. Tahanan geser selimut tiang pada tanah non kohesif

�� = 2 ×���� ×�×�� ...…...(2.6)

Dimana :

Li = Panjang lapisan tanah (m)

P = Keliling Tiang (m)

(31)

�� = 9 �� ��...(2.7)

Dimana :

Ap = Luas penampang tiang (m2)

cu = Kohesi undrained (kN/m2)

�� = ���� ×23× 10...(2.8)

Gambar 2-14. Nilai N-SPT untuk Desain Tahanan Ujung pada Tanah

Pasiran(Bowles, 1984)

4 Tahanan geser selimut tiang pada tanah kohesif

�� =��� ��� ... (2.9)

Dimana :

α = Koefisien adhesi antara tanah dan tiang

cu = Kohesi undrained (kN/m2)

p = Keliling tiang (m)

(32)

Gambar 2-15. Grafik hubungan antara kuat geser (Cu) dengan Faktor Adhesi (α)

2.4.2. Kapasitas daya dukung tiang pancang dari data Kalendering

Kapasitas daya dukung tiang pancang dari data kalendering

memakai 2 metode, yaitu :

1. Metode Danish Formula

P = η×E S+�η×E ×L

2×A ×Ep�

0,5 ...…………...….………...(2.10)

Tabel 2.5. Effisiensi Jenis Alat Pancang( Sosrodarsono, 1997)

Jenis Alat Pancang Effisiensi

Pemukul jatuh (drop hammer) 0,75 – 1,00 Pemukul aksi tunggal (single acting hammer) 0,75 – 0,85 Pemukul aksi double (double acting hammer) 0,85

Pemukul diesel (diesel hammer) 0,85 -1,00

Dimana :

η = effisiensi alat pancang (Tabel 2.5)

E = energi alat pancang (kg-cm)

L = panjang tiang pancang (m)

(33)

2. Metode Modified New Enginering News Record (ENR)

Rdu=

ef ×Wr × h S+0,25 ×

Wr ×n2×Wp

Wr +Wp ……….…...(2.11)

Dimana :

ef = effisiensi hammer (%)(Tabel 2.6)

Wr = berat hammer (Ton)

Wp = berat pile (Ton) (Tabel 2.7)

S = penetrasi pukulan per cm (cm)

n = koefisien restitusi = 0,4 (Tabel 2.8)

h = tinggi jatuh hammer (cm)

Tabel 2.6. Nilai Effisiensi Hammer(Sosrodarsono, 1997)

Tipe Hammer Efficienci, ef

Single and Double acting Hammer 0,7 – 0,8

Diesel Hammer 0,8 – 0,9

Drop hammer 0,7 -0,9

2.5.Kapasitas Daya Dukung Lateral Pemancangan

Gaya tahanan maksimum dari beban lateral yang bekerja pada tiang

tunggal adalah merupakan permasalahan interaksi antara elemen bangunan agak

kaku dengan tanah, yang mana dapat diperlakukan berdeformasi sebagai elastis

ataupun plastis.

Tiang vertikal yang menanggung beban lateral akan menahan beban ini

dengan memobilisasi tahanan tanah pasif yang mengelilinginya. Pendistribusian

(34)

kekakuan tanah dan kondisi ujung tiang. Secara umum tiang yang menerima

beban lateral dapat dibagi dalam dua bagian besar, yaitu tiang pendek (rigid pile)

dan tiang panjang (elastic pile).

Jika kepala tiang dapat berinteraksi dan berotasi akibat beban geser

dan/atau momen maka tiang tersebut dapat dikatakan berkepala bebas (free head).

Sedangkan jika kepala tiang hanya bertranslasi maka disebut dengan kepala jepit

(fixed head).

Tabel 2.7. Klasifikasi Tiang Pancang Bulat Berongga(Wika Beton)

(35)

B

Panjang tiang interval per m’ dengan mutu beton K-600

Tabel 2.8. Koefisien Restitusi(Sosrodarsono, 1997)

Pile Material Coefficient of restitution, n

Cast iron hammer and concrete pile (without cap)

0,4 – 0,5

Wood cushion and concrete pile (without cap)

0,3 – 0,4

Wooden Pile 0,25 – 0,3

Menurut McNulty (1956), tiang yang disebut berkepala jepit (fixed head)

adalah tiang yang yang ujung atasnya terjepit dalam pile cap paling sedikit

sedalam 60 cm, sedangkan tiang berkepala bebas (free head) adalah tiang yang

tidak terjepit ke dalam pile cap atau terjepit ke dalam pile cap tetapi kurang dari

60 cm.

Beban lateral yang diijinkan pada pondasi tiang diperoleh berdasarkan

salah satu dari dua kriteria berikut :

• Beban lateral ijin ditentukan dengan membagi beban ultimit dengan

suatu faktor keamanan.

• Beban lateral ditentukan berdasarkan defleksi maksimum yang

diijinkan.

Metode analisis yang dapat digunakan adalah :

(36)

• Metode Brinch Hansen (1961)

• Metode Reese-Matlock (1956)

Gambar 2-16 Tiang Panjang Dikenai Beban Lateral (Broms, 1964)

Tabel 2.9 Nilai-nilai nh untuk Tanah Granuler (c = 0)

Kerapatan relatif (Dr) Tak padat Sedang Padat

Interval nilai A 100-300 300 - 1000 1000 - 2000

Nilai A dipakai 200 600 1500

nh pasir terendam air

(kN/m3)

Terzaghi

Reese dkk

2425 7275 19400

1386 4850 11779

5300 16300 34000

Untuk menentukan kapasitas lateral tiang langkah pertama yang perlu kita

lakukan adalah menentukan apakah tiang tersebut berperilaku sebagai tiang

panjang atau tiang pendek. Hal tersebut dilakukan dengan menentukan faktor

kekakuan tiang R dan T. Faktor kekakuan tersebut dipengaruhi oleh kekauan tiang

EI dan kompresibilitas tanah yang dinyatakan dalam modulus tanah (K) yang

tidak konstan untuk sembarang tanah tetapi bergantung pada lebar dan kedalaman

(37)

Tabel 2.10 Nilai – nilai nhuntuk Tanah Kohesif

Reese dan Matlock (1956)

Davisson – Prakash (1963)

Lempung terkonsolidasi

normal

organik

111 - 277

111 - 831

Peck dan Davidsson (1962)

Davidsson (1970)

Gambut 55

27,7 - 111

Davidsson (1970)

Wilson dan Hilts (1967)

Loess 8033 - 11080 Bowles (1968)

Dari nilai-nilai faktor kekakuan R dan T yang telah dihitung, Tomlinson

(1977) mengusulkan criteria tiang kaku (tiang pendek) dan tiang elastis (tiang

panjang) yang dikaitkan dengan panjang tiang yang tertanam dalam tanah (L).

Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.11. Batasan ini terutama digunakan

untuk menghitung defleksi tiang oleh akibat gaya horizontal.

Untuk tanah berupa lempung kaku terkonsolidasi berlebihan (stiff over

consolidated clay), modulus tanah umumnya dianggap konstan di seluruh

kedalamannya. Faktor kekakuan R dinyatakan dengan persamaan :

(38)

K = khd = �1

Tabel 2.11 Kriteria Tiang Kaku dan Tiang Tidak Kaku (Porous, 1964)

Tipe Tiang

2.5.1. Kapasitas ultimit tiang pancang dengan Metode Brooms

a. Tiang dalam tanah kohesif

Broms mengusulkan cara pendekatan sederhana untuk mengestimasi

distribusi tekanan tanah yang menahan tiang dalam lempung, yaitu tahanan tanah

dianggap sama dengan nol di permukaan tanah sampai kedalaman 1,5d dan

konstan sebesar 9cu untuk kedalaman yang lebih besar dari 1,5d tersebut.

• Tiang ujung bebas

Untuk tiang panjang, tahanan tiang terhadap gaya lateral akan ditentukan oleh

momen maksimum yang dapat ditahan tiang itu sendiri (My). Untuk tiang

pendek, tahanan tiang terhadap gaya lateral lebih ditentukan oleh tahanan tanah

di sekitar tiang. Pada gambar dapat dijelaskan bahwa f mendefinisikan letak

momen maksimum, dimana pada titik ini gaya lintang pada tiang sama dengan

(39)

� = ��

9��………..(2.13)

dan

����� = ��(� = 1,5�+ 0,5�)………(2.14)

• Tiang ujung jepit

Pada tiang ujung jepit, Brooms menganggap bahwa momen yang terjadi

pada tubuh tiang yang tertanam di dalam tanah sama dengan momen yang

terjadi di ujung atas tiang yang terjepit oleh pile cap.

Gambar 2-17 Mekanisme Keruntuhan pada tiang ujung bebas pada tanah kohesif

menurut Broms (a) Tiang Pendek (b) Tiang Panjang (Broms,1964)

Gambar 2-18 Tiang ujung jepit pada tanah kohesif

(40)

Untuk tiang panjang, tahanan ultimit tiang terhadap beban lateral dapat

dihitung dengan persamaan :

�� =1,52+0,5 ………..(2.15)

Sedangkan untuk tiang pendek, Hu dapat dicari dengan persamaan :

�� = 9��� ( � −1,5�)………...(2.16)

��� �� = ��(0,5�+ 0,75�)……….(2.17)

b. Tiang Dalam Tanah Granuler

Untuk tiang dalam tanah granuler (c = 0), Brooms (1964) berasumsi sebagai

berikut :

1. Tekanan tanah aktif yang bekerja di belakang tiang diabaikan

2. Distribusikan tekanan tanah pasif di sepanjang tiang bagian depan sama

dengan tiga kali tekanan tanah pasif Rankine

3. Bentuk penampang tiang tidak berpengaruh terhadap tekanan tanah

ultimit atau tahanan tanah lateral

4. Tahanan lateral sepenuhnya termobilisasi pada gerakan tiang yang

diperhitungkan.

(a) (b)

Gambar 2-19. Grafik tahanan lateral ultimit tiang pada tanah kohesif

(41)

Distribusi tekanan tanah dinyatakan oleh persamaan :

�� = 3����……….(2.18)

dimana :

�� = tahanan tanah ultimit

�� = tekanan overburden efektif

�� = ���2(450+ �2)

� = sudut geser dalam efektif

• Tiang ujung bebas

Untuk tiang pendek, tiang dianggap berotasi di dekat ujung bawah tiang.

Tekanan yang terjadi di tempat ini dianggap dapat digantikan oleh gaya

terpusat yang bekerja pada ujung bawah tiang.

��0.5 �� �

3

�+� ……….(2.19)

Momen maksimum terjadi pada jarak f di bawah permukaan tanah, dimana :

�� = 1,5 �����2……….(2.20)

dan

�= 0,82 ��

����………..(2.21)

sehingga momen maksimum dapat dinyatakan oleh persamaan

����� =��(�+ 1,5�)………..(2.22)

• Tiang ujung jepit

Untuk tiang ujung jepit yang kaku (tiang pendek), keruntuhan tiang akan

berupa translasi, beban lateral ultimit dinyatakan oleh :

(42)

Sedangkan untuk tiang ujung jepit yang tidak kaku (tiang panjang), dimana

momen maksimum mencapai My di dua lokasi (Mu+ = Mu-) maka Hu dapat

diperoleh dari persamaan :

�� =

2�

�+0,54 �� ��

………..(2.24)

Gambar 2-20 Tiang ujung bebas pada tanah granuler (a) Tiang Pendek

(b) Tiang Panjang (Broms,1964)

Gambar 2-21 Tiang ujung jepit dalam tanah granuler menurut Broms (a)

(43)

2.5.2 Faktor keamanan

Dari hasil banyak pengujian beban tiang, baik tiang pancang maupun tiang

bor yang berdiameter kecil sampai sedang (600 mm), sehubungan dengan alasan

butir (d), penurunan akibat beban bekerja (working load) yang terjadi lebih kecil

dari 10 mm untuk faktor aman yang tidak kurang dari 2,5 (Tomlinson, 1977).

Gambar 2-22. Grafik tahanan lateral ultimit tiang pada tanah granuler

(Broms, 1964)

Tabel 2.12. Faktor Keamanan yang Disarankan (Hardiyatmo,2002)

Klasifikasi Struktur

Faktor keamanan (SF)

Kontrol baik

Kontrol Normal

Kontrol Jelek

Kontrol sangat jelek

Monumental 2,3 3 3,5 4

Permanaen 2 2,5 2,8 3,4

Sementara 1,4 2 2,4 2,8

2.6. Penurunan Tiang (Settlement)

Terdapat dua hal yang perlu diketahui mengenai penurunan, yaitu:

(44)

b. Kecepatan penurunan

Istilah penurunan (settlement) digunakan untuk menunjukkan gerakan titik

tertentu pada bangunan terhadap titik referensi yang tetap.Umumnya, penurunan

yang tidak seragam lebih membahayakan bangunan dari pada penurunan totalnya.

Selain dari kegagalan daya dukung (bearing capacity failure) tanah, setiap

proses penggalian selalu dihubungkan dengan perubahan keadaan tegangan di

dalam tanah. Perubahan tegangan pasti akan disertai dengan perubahan bentuk,

umumnya ini yang menyebabkan penurunan pada pondasi.

Menurut Poulus dan Davis (1980), penurunan jangka panjang untuk

pondasi tunggal tidak perlu ditinjau karena penurunan tiang akibat konsolidasi

dari tanah relatif kecil.Hal ini disebabkan karena pondasi tiang direncanakan

terhadap dukung ujung dan kuat dukung friksinya atau penjumlahan dari kedua

nya.

Perkiraan penurunan tiang tunggal dapat dihitung berdasarkan :

a. Untuk tiang apung atau friksi

�= � .�

�� .� ………...(2.25)

dimana :

� = �.�.�.�……….(2.26)

b. Untuk tiang dukung ujung

�= � .�

� .� ……….(2.27)

dimana :

� = �.�.�.�……….(2.28)

(45)

S = besar penurunan yang terjadi

Q = besar beban yang bekerja

D = diameter tiang

Es = modulus elastisitas bahan tiang

Io = faktor pengaruh penurunan tiang yang tidak mudah mampat

(Incompressible) dalam massa semi tak terhingga

Rk = faktor koreksi kemudahmampatan tiang untuk μ = 0,3

Rh = faktor koreksi untuk ketebalan lapisan yang terletak pada tanah keras

Rμ = faktor koreksi angka poisson

Rb = faktor koreksi untuk kekakuan lapisan pendukung

h = kedalaman

K adalah suatu ukuran kompressibilitas relatif dari tiang dan tanah yang

dinyatakan oleh persamaan :

�= �� .��

�� ………(2.29)

dimana :

�� = 1�� 4��2

……….(2.30)

dengan :

K = faktor kekakuan tiang

EP = modulus elastisitas dari bahan tiang

Es = modulus elastisitas tanah di sekitar tiang

Eb = 10 Es = modulus elastisitas tanah di dasar tiang

Terzaghi menyarankan nilai μ = 0,3 untuk tanah pasir, μ= 0,4 sampai 0,43

(46)

tanah pasir dan μ = 0,4 sampai 0,5 untuk tanah lempung. Sedangkan Io, Rk, Rh, Rμ,

dan Rb dapat dilihat pada gambar 2-23, 2-24, 2-25, 2-26, dan 2-27.

Gambar 2-23 Faktor penurunan Io (Poulus dan Davis, 1980)

(47)

Gambar 2-25 Koreksi kedalaman Rh (Poulus dan Davis, 1980)

(48)

Gambar 2-27 Koreksi kekakuan lapisan pendukung Rb (Poulos dan Davis, 1980)

2.7. Penurunan Tiang Elastis

Untuk tiang elastis penurunan segera/ Elastis (Immediate/Ellastic

Settlement) penurunan yang dihasilkan oleh distorsi massa tanah yang tertekan, dan terjadi pada volume konstan. Termasuk penurunan pada tanah-tanah berbutir

kasar dan tanah-tanah berbutir halus yang tidak jenuh, karena penurunan terjadi

segera setelah terjadi penerapan beban.

Persamaan penurunan segera atau penurunan elastis dari pondasi yang

diasumsikan terletak pada tanah yang homogen, elastis dan isotropis pada media

semi tak terhingga, dinyatakan dengan:

Se = (Qwp +ξQws ).L

(49)

Dimana :

Se = penurunan elastis dari tiang (mm)

Qwp = daya dukung yang bekerja pada ujung tiang dikurangi daya

dukungfriction (kN)

Qws = daya dukung friction (kN)

Ap = luas penampang tiang pancang (m2)

L = panjang tiang pancang (m)

Ep = modulus elastisitas dari bahan tiang (kN/ m2)

ξ = koefisien dari skin friction, ambil 0,67(Gambar 2.33)

D = diameter tiang (m)

Nilai ξtergantung dari unit tahanan friksi (kulit) alami (the nature of unit

friction resistance)di sepanjang tiang terpancang di dalam tanah. Nilai ξ= 0,5

untuk bentuk unit tahanan fiksi alaminya berbentuk seragam atau simetris, seperti

persegi panjang atau parabolik seragam, umumnya pada tanah lempung atau

lanau. Sedangkan untuk tanah pasir nilai ξ= 0,67 untuk bentuk unit tahanan fiksi

alaminya berbentuk segitiga.

Gambar 2-28. Variasi jenis bentuk unit tahanan friksi (kulit) alami terdistribusi

(50)

2.8. Efisiensi Tiang Pancang

Pada keadaan sebenarnya jarang sekali didapatkan pondasi tiang yang

berdiri sendiri (Single Pile), akan tetapi kita sering mendapatkan pondasi tiang

dalam bentuk kelompok tiang (Group Pile).

Gambar 2-29. Pola susunan tiang pancang kelompok (Bowles, 1984)

Untuk mempersatukan tiang – tiang tersebut dalam satu kelompok tiang,

biasanya di atas tiang tersebut diberi poer (footing). Dalam perhitungan poer

dianggap/dibuat kaku sempurna, sehingga :

1. Bila beban – beban yang bekerja pada kelompok tiang tersebut

menimbulkan penurunan, maka setelah penurunan bidang poer

tetap merupakan bidang datar.

2. Gaya yang bekerja pada tiang berbanding lurus dengan penurunan

tiang.

Pada kelompok tiang yang dasarnya bertumpu pada lapisan lempung

lunak, faktor aman terhadap keruntuhan blok harus diperhitungkan, terutama

untuk jarak tiang – tiang yang dekat. Pada tiang yang dipasang pada jarak yang

(51)

bawah oleh akibat beban, tanah diantara tiang juga ikut bergerak turun. Pada

kondisi ini, kelompok tiang dapat dianggap sebagai satu tiang besar dengan

dengan lebar yang sama dengan lebar kelompok tiang. Saat tanah yang

mendukung beban kelompok tiang ini mengalami keruntuhan, maka model

keruntuhan disebut keruntuhan blok.

(a) Tiang tunggal (b) Kelompok tiang

Gambar 2-30. Tipe keruntuhan dalam kelompok tiang (Hardiyatmo, 2002)

Jadi, pada keruntuhan blok, tanah yang terletak diantara tiang bergerak

kebawah bersama– sama dengan tiangnya. Mekanisme keruntuhan yang demikian

dapat terjadi pada tipe – tipe tiang pancang maupun pada bored pile.

Umumnya model keruntuhan blok terjadi bila rasio jarak tiang dibagi

diameter (S/D) sekitar kurang dari 2 (dua). Whiteker (1957) memperlihatkan

bahwa keruntuhan blok terjadi pada jarak 1,5d untuk kelompok tiang yang

berjumlah 3x3, dan lebih kecil dari 2,25d untuk tiang yang berjumlah 9x9.

Kapasitas ultimit kelompok tiang dengan memperlihatkan faktor efisiensi

tiang dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

Qg = Eg .n . Qa ...(2.33)

(52)

Qg = Beban maksimum kelompok tiang yang menyebabkan keruntuhan.

Eg = Efisiensi kelompok tiang

N = Jumlah tiang dalam kelompok.

Qa = beban maksimum tiang tunggal.

Beberapa tiang pancang digabungkan pada bagian pelat yang disebut pile

cap menjadi satu kelompok. Namun kapasitas kelompok tiang tidak selalu sama

dengan kapasitas tiang tunggal yang berada didalam kelompoknya. Maka

besarnya kapasitas daya dukung kelompok tiang menjadi tereduksi yang

tergantung dari ukuran, bentuk kelompok, jarak dan panjang tiangnya.Nilai

pengali terhadap kapasitas daya dukung ultimit tiang tunggal dengan

memperhatikan pengaruh kelompok tiang disebut efisiensi tiang.

Gambar 2-31 Daerah pengaruh tiang dalam group pile

Beberapa persamaan efisiensi tiang telah diusulkan untuk menghitung

kapasitas kelompok tiang, namun semuanya hanya bersifat

pendekatan.Persamaan-persamaan yang diusulkan didasarkan pada susunan tiang,

(53)

sifat tanah dengan kedalaman dan pengaruh muka air tanah. Berikut adalah

metode-metode untuk perhitungan efisiensi tiang tersebut :

Metode Converse – Labore Formula (AASHO)

Disini diisyaratkan :

� ≤1,57.+�−.�2.�...(2.34)

�� = 1− � 90

(�−1)�+(�−1)�

� . � ...………(2.35)

Dimana :

Eg = Efisiensi kelompok tiang.

m = Jumlah baris tiang.

n = Jumlah tiang dalam satu baris.

θ = Arc tg d/s, dalam derajat.

s = jarak pusat ke pusat tiang

Metode Los Angeles Group

�� = 1− �

�.�.�[�(� −1) +�(� −1) + 2(� −1)(� −1)]...(2.36)

Dimana :

Eg = Efisiensi kelompok tiang.

m = Jumlah baris tiang.

N = Jumlah tiang dalam satu baris.

θ = Arc tg d/s, dalam derajat.

s = jarak pusat ke pusat tiang

2.9. Metode Elemen Hingga

Metode elemen hingga dalam rekayasa geoteknik adalah metode yang

(54)

Bagian-bagian yang kecil inilah yang disebut dengan elemen.Semakin banyak

pembagian elemen maka hasil perhitungan numeriknya akan semakin mendekati

kondisi asli. Metode elemen hingga pada rekayasa geoteknik memiliki sedikit

perbedaan dengan metode elemen hingga pada rekayasa struktur, sebab dalam

rekayasa geoteknik terjadi interaksi elemen yang memiliki kekakuan yang

berbeda.Seperti halnya pondasi dan tanah, dalam menganalisis pondasi dengan

metode elemen hingga terdapat perbedaan kekakuan antara dua elemen, yaitu

elemen tanah dan elemen struktur atau pondasi itu sendiri.

Metode Elemen Hingga (MEH) dibedakan menjadi 3, yaitu 1D (disebut juga

line elements), 2D (disebut juga plane elements), dan 3D.Untuk alasan biaya,

sebisa mungkin pemodelan MEH dilakukan dengan elemen yang paling

sederhana.

Plaxis 2D pertama untuk Windows dirilis pada tahun 1998. Pada waktu yang

sama, pengembangan untuk perhitungan elemen hingga 3 dimensi dilakukan

sehingga program 3D Tunnel dapat dirilis tahun 2001. 3D Foundation adalah

program tiga dimensi kedua yang dirilis tahun 2004.Kedua program tersebut tidak

mampu untuk mendefinisikan bentuk geometri 3 dimensi yang lebih kompleks

karena keterbatasan geometris. Program Plaxis 3D dirilis pada tahun 2010. Plaxis

3D adalah program Finite Elementtiga dimensi yang dikembangkan untuk analisa

deformasi, stabilitas, dan aliran air tanah dalam ilmu geoteknik. Pengembangan

Plaxis dimulai tahun 1987 di Delft University of Technology sebagai inisiatif dari

(55)

Gambar 2-32. Jenis-Jenis Elemen

Pada elemen terdapat dua jenis titik, yaitu titik nodal dan juga titik

integrasi.Titik yang menghubungkan elemen satu dengan elemen lainnya disebut

titik nodal.Pada titik nodal terjadi perpindahan. Sedangkan titik integrasi yang

juga dikenal sebagai stress point adalah adalah titik yang berada di dalam elemen.

Dari titik integrasi dapat diperoleh tegangan dan juga regangan di elemen.

Gambar 2-33. Titik Nodal dan Titik Integrasi

2.9.1Plaxis

Plaxis adalah sebuah paket program yang disusun berdasarkan metode

elemen hingga yang telah dikembangkan secara khusus untuk melakukan analisis

deformasi dan stabilitas dalam bidang geoteknik.Prosedur pembuatan model

secara grafis yang mudah memungkinkan pembuatan suatu model elemen hingga

yang rumit dapat dilakukan dengan cepat, sedangkan berbagai fasilitas yang

(56)

mendetail.Proses perhitungannya sendiri sepenuhnya berjalan secara otomatis dan

didasarkan pada prosedur numerik yang handal (Plaxis, 2012).

Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan untuk menjalankan program

Plaxis ini adalah instalasi program, pemodelan secara umum, dan proses

pemasukan data. Di dalam program Plaxis ada beberapa jenis permodelan tanah

beberapa diantaranya adalah model soft soil, hardening soil, jointed rock, Hoek

dan Brown serta model tanah Mohr – Coulomb.

a. Teori Mohr-Coulomb

Mohr-Coulomb mengasumsikan bahwa perilaku tanah merupakan model

linear elastic dan plastic sempurna (linear elastic perfectly plastic model) Input

parameter meliputi lima buah parameter, yaitu :

• Modulus Young (E) dan rasio Poisson (v) yang memodelkan

keelastisitasan tanah.

• Kohesi (c) dan sudut geser dalam tanah (φ’) yang memodelkan perilaku

plastis tanah.

• Sudut dilatansi (Ѱ) yang memodelkan perilaku dilatansi tanah.

Pada pemodelan Mohr-Coulomb umumnya dianggap bahwa nilai E konstan untuk

suatu kedalaman pada suatu jenis tanah, namun jika diinginkan adanya

peningkatan nilai E per kedalaman tertentu disediakan input tambahan dalam

program Plaxis. Untuk setiap lapisan yang memperkirakan rata-rata kekakuan

yang konstan sehingga perhitungan relatif lebih cepat dan dapat diperoleh kesan

pertama deformasi. Selain lima parameter di atas, kondisi tanah awal memiliki

(57)

b. Pemodelan pada program Plaxis

Pada perhitungan dengan metode numerik digunakan dengan bantuan

komputer, yaitu menggunakan program Plaxis. Sebelum melakukan perhitungan

secara numerik, maka harus terlebih dahulu dibuat model dari pondasi tiang

pancangyang akan dianalisis, seperti pada Gambar 2-34.

Gambar 2-34. Model pondasi tiang pancang

Material yang dipergunakan dalam pemodelan tersebut meliputi material

tanah dan material pondasi, dimana masing-masing material mempunyai sifat-sifat

teknis yang mempengaruhi perilakunya.Pemodelan ini mengasumsikan bahwa

perilaku tanah bersifat isotropis elastis linier berdasarkan hukum Hooke.Namun

demikian, model ini sangat terbatas dalam memodelkan perilaku tanah, sehingga

(58)

2.9.2 Parameter tanah

a) Modulus Young (E)

Karena sulitnya pengambilan contoh asli di lapangan untuk tanah granuler

maka beberapa pengujian lapangan (in-situ-test) telah dikerjakan untuk

mengestimasi nilai modulus elastisitas tanah.Terdapat beberapa usulan nilai E

yang diberikan oleh peneliti.

Bowles (1977) memberikan persamaan yang dihasilkan dari pengumpulan

data sondir, sebagai berikut :

E =3.qc (untuk pasir)……….(2.37)

E= 2.qcsampai dengan 8.qc(untuk lempung)………..(2.38)

qc= 4N (dimana N diperoleh dari uji SPT)………...(2.39)

dengan qc dalam kg/cm2

Nilai perkiraan modulus elastisitas dapat diperoleh dari pengujian SPT

(Standart Penetration Test).Nilai modulus elastis yang dihubungkan dengan nilai

SPT, sebagai berikut :

E = 6 ( N + 5 ) k/ft2 (untuk pasir berlempung)………..(2.40)

E = 10 ( N + 15 ) k/ft2 (untuk pasir) ……….(2.41)

Hasil hubungan yang diperoleh adalah modulus elastisitas undrained (Es)

sedangkan input yang dibutuhkan adalah modulus elastisitas efektif (Es’). Dengan

menggunakan rumusan yang menggabungkan kedua modulus elastisitas tersebut,

maka diperoleh yaitu :

Es′ =� Es (1+v)

1,5 �………(2.42)

Sedangkan untuk keperluan praktis dapat dipakai :

(59)

Menurut Bowles (1997), nilai modulus elastisitas tanah juga dapat ditentukan

berdasarkan jenis tanah perlapisan (Tabel 2.13).

Tabel 2.13. Nilai Perkiraan Modulus Elastisitas Tanah

Macam Tanah Es

(Kg/cm2)

Lempung

1. sangat lunak 3.0 – 30

2. lunak 20 – 40

3. sedang 45 – 90

4. berpasir 300 – 425

Pasir

1. berlanau 50 – 200

2. tidak padat 100 – 250

3. padat 500 – 1000

Pasir dan kerikil

1. padat 800 – 2000

2. tidak padat 500 – 1400

Lanau 20 – 200

Loses 150 – 600

Cadas 1400– 14000

Selain itu modulus elastisitas tanah dapat juga dicari dengan pendekatan

terhadap jenis dan konsistensi tanah dengan N-SPT, seperti pada Tabel 2.14.

b) Poisson’s Ratio (μ')

Rasio Poisson diasumsikan nilainya sebesar 0,2–0,4 dalam pekerjaan

(60)

sering dipakai untuk tanah kering dan tanah lainnya untuk kemudahan dalam

perhitungan.

Tabel 2.14.Korelasi N-SPT dengan Modulus Elastisitas pada Tanah Lempung

(Randolph,1978)

Oleh karena nilai dari rasio Poisson sukar untuk diperoleh untuk tanah.

Sementara pada program Plaxis khususnya model tanah undrained μ'<0,5. c) Berat Jenis Tanah Kering (γdry)

Berat jenis tanah kering adalah perbandingan antara berat tanah kering dengan

satuan volume tanah. Berat jenis tanah kering dapat diperoleh dari data soil test

(61)

Tabel 2.15 Korelasi N-SPT dengan Modulus Elastisitas pada Tanah Pasir

(Schmertman,1970)

Tabel 2.16.Hubungan Jenis Tanah, Konsistensi dan Poisson’s Ratio (Das, 1995)

Soil Type Description µ’

Berat jenis tanah jenuh adalah perbandingan antara berat tanah jenuh air

dengan satuan volume tanah jenuh.Di mana ruang porinya terisi penuh oleh air.

e) Sudut Geser Dalam (ø)

Sudut geser dalam bersama dengan kohesi merupakan faktor dari kuat

geser tanah yang menentukan ketahanan tanah terhadap deformasi akibat tegangan

yang bekerja pada tanah.Deformasi dapat terjadi akibat adanya kombinasi

(62)

dalam didapat dari engineering properties tanah, yaitu dengan triaxial test dan

direct shear test. f) Kohesi (c)

Kohesi merupakan gaya tarik menarik antar partikel tanah. Bersama

dengan sudut geser tanah, kohesi merupakan parameter kuat geser tanah yang

menentukan ketahanan tanah terhadap deformasi akibat tegangan yang bekerja

pada tanah.Deformasi dapat terjadi akibat adanya kombinasi keadaan kritis dari

tegangan normal dan tegangan geser. Nilai dari kohesi didapat dari engineering

properties, yaitu dengan triaxial test dan direct shear test. Selain itu nilai berat jenis tanah kering (γdry) , berat jenis tanah jenuh (γsat), sudut geser (ø) dan kohesi (C) dapat juga di peroleh dari program Allpile dengan memasukkan nilai N-SPT.

g) Sudut Dilatansi( Ѱ)

Sudut dilatansi adalah sudut yang dibentuk bidang horizontal dengan arah

pengembangan butiran pada saat butiran menerima tegangan deviatorik. Dilatansi

merupakan fenomena yang terjadi pada pasir padat dan over-consolidated clay

dimana pada saat dibebani (mengalami gaya geser) struktur tanah mengalami

pengembangan volume (pertambahan volume). Tanah lempung normal

konsolidasi tidak memiliki sudut dilatansi, tetapi pada tanah pasir, besar sudut ini

tergantung pada kepadatan relatif (Dr) dan sudut geser dalamnya yang dinyatakan

dengan persamaan :

Ѱ= Ø-30˚……….(2.44)

h) Permeabilitas (k)

Berdasarkan persamaan Kozeny-Carman nilai permeabilitas untuk setiap

(63)

� = �3

1+�………..(2.45)

Untuk tanah yang berlapis–lapis harus dicari nilai permeabilitas untuk arah

vertikal dan horizontal dapat dicari dengan rumus :

�� = �1 �

k : koefisien permeabilitas (cm/detik)

kv : koefisien permeabilitas arah vertikal (cm/detik)

kh : koefisien permeabilitas arah horizontal (cm/detik)

Nilai koefisien permeabilitas tanah dapat ditentukan berdasarkan jenis

tanah tersebut seperti pada Tabel 2.17 berikut ini :

Tabel 2.17. Nilai Koefisien Permeabilitas Tanah (Das, 1995)

Jenis Tanah K

cm/detik ft/menit

Kerikil Bersih 1.0-100 2.0-200

Pasir Kasar 1.0-0.01 2.0-0.02

Pasir Halus 0.01-0.001 0.02-0.002

Lanau 0.001-0.00001 0.002-0.00002

Referensi

Dokumen terkait

Membagi peserta didik dalam kelompok (jika memungkinkan) untuk melakukan pengamatan gambar yang tersedia pada buku teks pelajaran atau sumber lain yang

Penilai dan guru yang dinilai menyatakan telah membaca dan mamahami semua aspek yang ditulis/dilaporkan dalam format ini dan menyatakan

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan pada penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa: (1) Bentuk-bentuk kesulitan belajar peserta didik yaitu, kesulitan

(Studi Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas VIII SMP 2 Pangkalanbaru Kabupaten Bangka Tengah, Tahun Pelajaran

Pembangunan dan peningkatan pelayanan sarana dan prasarana pengolahan air limbah pada kawasan permukiman. (B1) di

Surat bersampul adalah surat-surat yang isinya atau beritanya ditulis pada kertas.. lain, kemudian kertas surat tersebut dimasukkan kedalam sampul atau

HELMINTHES PARASITIC (PARAMPHISTOMUM SP) INFECTION ON THE SUMATRAN ELEPHANTS IN ELEPHANT TRAINING CENTER WAY KAMBAS NATIONAL PARK LAMPUNG ( Dedi Candra, Diah Esti, Elisabeth Devi,

Sinektik merupakan suatu pendekatan baru yang menarik guna mengembangkan kreativitas, model sinektik biasa digunakan untuk keperluan mengembangkan