PENATAAN AGRARIA DAN TATA RUANG TKD213622 (2 SKS Pilihan)
PENDAFTARAN TANAH - ap
KEAGRARIAAN (HUKUM AGRARIA) TATA GUNA TANAH - patr
PERENCANAAN WILAYAH - patr ADMINISTRASI PERTANAHAN SURVEI KADASTRAL
SISTEM KADASTRAL
PENILAIAN TANAH DAN PROPERTI
PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN PERENCANAAN WILAYAH BERBASIS GEOSPASIAL - patr SURVEI DAN MANAJEMEN INFORMASI PERTANAHAN - sk
PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PERTANAHAN SISTEM INFORMASI PERTANAHAN
MANAJEMEN PERTANAHAN (KEBIJAKAN PERTANAHAN) PEMBANGUNAN TANAH (PENGEMBANGAN PERTANAHAN) SISTEM PENILAIAN TANAH
MGG 1: PENGANTAR
PENATAAN AGRARIA DAN TATA RUANG TKD213622
Gd’83
Gd’82 Gd’86
Skala wilayah
Skala wilayah/
Skala bidang
Skala wilayah/
Skala bidang
Skala wilayah
PENATAAN AGRARIA DAN TATA RUANG TKD213622 (2 SKS Pilihan)
MGG 2: LINGKUP KEGIATAN PENATAAN AGRARIA
PENATAAN AGRARIA DAN TATA RUANG TKD213622 (2 SKS Pilihan)
MGG 3: PENATAGUNAAN TANAH
Perencanaan Tata Guna Lahan
Identifikasi
Proyeksi
Evaluasi Rekomendasi
Implementasi
Kerangka konseptual Tata Guna Lahan
RENC. GUNA LAHAN
HASIL
IMPLEMENTASI RENC. GUNA LAHAN = REALITA BARU GUNA
LAHAN REALITA GUNA
LAHAN
VISI MASY.
KARAKTER SOS-EK- BUD-POL MASY
KARAKTER FISIK LAHAN
ISU, ETIKA, ATURAN
STANDAR TEKNIS
SCOPE AND UNIT IN LAND USE MAPPING
OBSERVATION SCOPE
TO BE
CLASSIFIED UNITS
TO BE
RECORDED OBJECTS/PHEN OMENA
CLASSIFIED LAND UNIT
CLASSIFICATION
MAP SCALE OBJECTIVE OF
MAPPING
NECESSARY VARIABLES
AVAILABLE DATA BASES AND
TECHNOLOGY
Scope and Unit
OBSERVATION SCOPE
Parcel/yard
Complex/Site
District
City/urban Part
City wide
Region
larger
CLASSIFIED UNIT (IN MAP)
Building
Patches
Yard/parcel
Block
Landscape
Land cover
LAND (USE) CLASSIFICATION in spatial planning
(as unit for analysis, plan, & control)
LAND USE PLANNING AS PART OF SPATIAL PLANNING (DEVELOPMENT INTERVENTION THROUGH MODIFYING SPATIAL ATTRIBUTES)
STEPS:
UNDESTANDINGPLANIMPLEMENTATIONMONITORING, EVALUATION,
& CONTROLING
Need appropriate scaleappropriate land use clasification as unit to undestand, plan, implement, monitor, Evaluate, & controll
Land Use planning as part of Spatial planning
Spatial Planning = is development intervention through modifying spatial attributes
SPATIAL ATRIBUTES
1. DIMENSI/SIZE/VOLUME
2. FORM/SHAPE
3. STRUCTURE &
4. PATTERN
5. TEXTURE & Closure (3 D FORM)
Ditentukan oleh “ukuran” sisi-sisi; besaran terukur,
panjang, lebar dan tinggi, dengan segenap variasinya Ditentukan oleh “alur” batas-batas/sisi; sering juga disebut ‘geometri’sehingga ada istilahthe geometry of environment, dan pada dasarnya menggunakan
‘grammar’ atau tata bahasa unsur-2 dimensi ruang Kerangka Ditentukan oleh sebaran “isi-isi” utama:
tatanan pembagian internal yg terbentuk oleh “batas pembagi” dan “isi”; Pattern/bagian-2 (ruang), terdiri atas bagaian-2 ruang yg menjadikannya satu satuan ruang dengan kriteria tertentu; bagian-bagian ruang terbagi menurut berbagai kriteria: fungsional –
ekonomis, sosial, kultural, ekologis, politis, dan adiministratif.
“Rasa kekasaran/kehalusan permukaan”; Ditentukan oleh “karkater intensitas” dan “bentukan” isi-isi
Struktur dan Pola Ruang; atribut utama yg hrs di tata menurut UU 26/2007
Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang
berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.
Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam
suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk
fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi
daya.
Contoh Struktur
Struktur permukiman ala Doxiadis
Pusat layanan orde 1
Pusat layanan orde 2 Pusat layanan orde 3
Jl arteri
Jl kolektor Jl lokal
Struktur permukiman ala lansekap Ekologi
Struktur permukiman ala lansekap Urban design (oleh Kevin Lynch: landmark,
nodes, district, edge, path)
Struktur permukiman ala Pengemb.
Wil/kota
Contoh Pattern/Pola
Contoh pola permukiman kota (Figure-ground model)
Contoh pola land cover (Landscape ecology model)
Peta guna lahan
BASIC LAND USE CLASSIFCATION (USDA)
Klasifikasi Guna lahan dan standar skala menurut
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010
TENTANG
RTWN = 1: 1.000.000 RTRWP = 1: 250.000 RTRW KAB = 1: 50.000 RTRW KOT = 1: 25.000 R Rinc. Kaw = 1: 10.000 RDTRK Kot =1: 5.000
Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional (1: 1.000.000)
Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional terdiri dari:
a. kawasan lindung; dan
b. kawasan budidaya (strategis nasional) Kawasan lindung nasional terdiri dari:
a. kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap bawahannya;
b. kawasan perlindungan setempat;
c. kawasan pelestarian alam, suaka alam dan cagar budaya;
d. kawasan rawan bencana alam;
e. kawasan lindung geologi; dan f. kawasan lindung lainnya.
Catatan “ kawasan lindung dan kawasan budidaya yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk delineasi karena terlalu kecil penggambarannya disajikan dalam bentuk simbol.
Kawasan budidaya bernilai strategis nasional sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 huruf b terdiri dari:
a. kawasan hutan produksi;
b. kawasan hutan rakyat;
c. kawasan perkebunan;
d. kawasan pertanian pangan;
e. kawasan perikanan;
f. kawasan pertambangan;
g. kawasan industri;
h. kawasan pariwisata;
i. kawasan permukiman; dan j. kawasan peruntukan lainnya.
unsur-unsur skala 1:1.000.000
a. perairan berupa laut beserta unsur-unsur di perairan pantainya, garis pantai, sungai, danau, waduk atau bendungan yang
digambarkan dengan skala untuk lebar minimal 100 meter;
b. permukiman berupa kota;
c. jaringan transportasi berupa jalan tol, jalan arteri, jalan kolektor, jalur kereta api, bandar udara, pelabuhan;
d. batas administrasi berupa batas negara, batas provinsi, batas kabupaten/kota; dan/atau
e. nama rupabumi/toponim.
Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi (1: 250.000)
terdiri dari:
a. kawasan lindung; dan b. kawasan budidaya.
Kawasan lindung terdiri dari:
a. kawasan hutan lindung;
b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap bawahannya;
c. kawasan perlindungan setempat;
d. kawasan suaka alam;
e. kawasan pelestarian alam dan cagar budaya;
f. kawasan rawan bencana alam;
g. kawasan lindung geologi;
dan
h. kawasan lindung lainnya.
terdiri dari:
a. kawasan lindung; dan b. kawasan budidaya.
Kawasan budidaya terdiri dari:
a. kawasan peruntukan hutan produksi;
b. kawasan hutan rakyat;
c. kawasan peruntukan pertanian;
d. kawasan peruntukan perkebunan;
e. kawasan peruntukan perikanan;
f. kawasan peruntukan pertambangan;
g. kawasan peruntukan industri;
h. kawasan peruntukan pariwisata;
i. kawasan peruntukan permukiman;
dan
j. kawasan peruntukan lainnya.
Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten (1: 50.000)
terdiri dari:
a. kawasan lindung; dan b. kawasan budidaya.
Kawasan lindung terdiri dari:
a. Kawasan hutan lindung;
b. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
c. Kawasan perlindungan setempat;
d. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;
e. Kawasan rawan bencana alam;
f. Kawasan lindung geologi; dan g. Kawasan lindung lainnya
terdiri dari:
a. kawasan lindung; dan b. kawasan budidaya.
Kawasan budidaya
terdiri dari:a. kawasan peruntukan hutan produksi;
b. kawasan hutan rakyat;
c. kawasan peruntukan pertanian;
d. kawasan peruntukan perkebunan;
e. kawasan peruntukan perikanan;
f. kawasan peruntukan pertambangan;
g. kawasan peruntukan industri;
h. kawasan peruntukan pariwisata;
i. kawasan peruntukan permukiman; dan j. kawasan peruntukan lainnya.
unsur-unsur skala 1:50.000
a. perairan berupa laut beserta unsur-unsur di perairan pantainya, garis pantai, sungai, danau, waduk atau bendungan yang
digambarkan dengan skala untuk lebar minimal 5 meter;
b. permukiman;
c. jaringan transportasi berupa jalan tol, jalan arteri, jalan kolektor, jalur kereta api, bandar udara dan pelabuhan;
d. batas administrasi berupa batas negara, batas provinsi, batas kabupaten/kota, batas kecamatan/distrik;
e. garis kontur dengan selang kontur yang mempunyai kelipatan 25 meter dan titik ketinggian; dan/atau
f. nama rupabumi/toponim.
REGIONAL SCALE LAND USE
REGIONAL SCALE LAND USE
Rencana Pola Ruang Wilayah Kota (1: 25.000)
terdiri dari:
a. kawasan lindung; dan b. kawasan budidaya.
Kawasan budidaya
terdiri dari:a. kawasan perumahan;
b. kawasan perdagangan dan jasa;
c. kawasan perkantoran;
d. kawasan industri;
e. kawasan pariwisata;
f. kawasan ruang terbuka non hijau;
g. kawasan ruang evakuasi bencana;
h. kawasan peruntukan ruang bagi kegiatan sektor informal; dan
i. kawasan peruntukan lainnya.
terdiri dari:
a. kawasan lindung; dan b. kawasan budidaya.
Kawasan lindung terdiri dari:
a. hutan lindung;
b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
c. kawasan perlindungan setempat;
d. ruang terbuka hijau (RTH) kota, yang antara lain
meliputi taman Rukun Tetangga, taman Rukun
Warga, taman kota dan taman permakaman;
e. kawasan suaka alam dan cagar budaya;
f. kawasan rawan bencana alam; dan g. kawasan lindung lainnya.
unsur-unsur skala 1:25.000
a. perairan berupa laut beserta unsur-unsur di perairan pantainya, garis pantai, sungai, danau, waduk atau bendungan yang
digambarkan dengan skala untuk lebar minimal 2,5 meter;
b. permukiman;
c. jaringan transportasi berupa jalan tol, jalan arteri, jalan kolektor, jalur kereta api, bandar udara dan pelabuhan;
d. batas administrasi berupa batas negara, batas provinsi, batas kabupaten/kota, batas kecamatan/distrik;
e. garis kontur dengan selang kontur yang mempunyai kelipatan 12,5 meter dan titik ketinggian; dan/atau
f. nama rupabumi/toponim.
CITY LAND USE 1: 25.000
CITY LAND USE
URBAN LAND USE 1:10.000
Rencana Pola Ruang RDTRK (1: 5.000)
terdiri dari:
a. kawasan lindung; dan b. kawasan budidaya.
Kawasan lindung terdiri dari:
Kawasan budidaya terdiri dari:
a
unsur-unsur skala 1:5.000
a. perairan berupa laut beserta unsur-unsur di perairan pantainya, garis pantai, sungai, terusan, saluran air, danau, waduk atau bendungan yang digambarkan dengan skala untuk lebar minimal 0,5 meter;
b. permukiman;
c. jaringan transportasi berupa jalan tol, jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, jalan lain, jalan setapak, jalur kereta api, bandar udara dan pelabuhan;
d. batas administrasi berupa batas negara, batas provinsi, batas kabupaten/kota, batas kecamatan/distrik, batas desa/kelurahan;
e. garis kontur dengan selang kontur yang mempunyai kelipatan 2,5 meter dan titik ketinggian; dan/atau
f. nama rupabumi/toponim.
Urban land use 1: 5000
NEIGBORHOOD LAND USE 1: 1000 or 1: 2000
NEIGBORHOOD LAND USE 1: 1000
NEIGBORHOOD LAND USE 1: 1000
Multi scale land use classification…1
1
Ladang/sawah budidaya Penggilingan padi
Pergudangan Ladang budidaya terbuka
Green house ladang Pembibitan Terminal holtikultura
Padang peternakan Penggembalaan Tempat pemotongan hewan
Klinik hewan TPI Pasar ikan Tambak/kolam
Galian C (pasir, batu, kapur, tanah liat) Instalasi produksi AMDK (Air Minum Dalam kemasan)
Pengolahan makanan Pengolahan kimia Pengolahan Logam
Karaoke Café Bioskop Movie box
Golf Pemancingan
Waterboom Kolam renang
Outbond Rumah tunggal Kaw. Hutan Rakyat
2 Kaw. Peruntukan Pertanian
Kaw. pertanian tanaman pangan dan fasilitasnya
Kaw. pertanian holtikultura dan fasilitasnya
Kaw. perkebunan
Kaw. peternakan
3 Kaw. Peruntukan Perikanan
4 Kaw. Peruntukan Pertambangan
5 Kaw. Peruntukan Industri
Rumah Industri (home industry) Pabrik
Gudang Bengkel
6 Kaw. Peruntukan Pariwisata
Indoor
Outdoor
Multi scale land use classification …2
Kolam renang Outbond Rumah tunggal
Kos-kosan Kompleks perumahan
Apartemen Condomonium
Flat Superblok
Toko Ruko Kompleks ruko
Minimarket Supermarket
Pasar
Gedung pertunjukan (show room) SPBU
PAUD TK SD/MI SMP/MTs
SMA/MA SMK Perguruan Tinggi
Balai pelatihan Apotek Klinik/balai pengobatan
Puskesmas Puskesmas pembantu
Rumah bersalin Rumah sakit khusus Rumah sakit swasta 7 Kaw. Peruntukan Permukiman
Bangunan Permukiman
Fasilitas Permukiman
Perdagangan
Pendidikan
Kesehatan
PENATAAN AGRARIA DAN TATA RUANG TKD213622 (2 SKS Pilihan)
MGG 4: PERENCANAAN TATA GUNA LAHAN (Teori dan Pendekatan Ekologis)
Mengapa ekologis?
Karakter dari guna lahan:
1. Bernilai ekonomi
2. Terbatas (limited)
3. Feature yang unik
4. Bagian dari alam (ekosistem)
5. Nilai sosial – keadilan
Berke, et all (2006), Urban Landuse Planning, Fifth edition
Prinsip Ekosistem
Sistem dan Subsistem (air, udara, flora, fauna, habitat)
Siklus dan transfer energi/material
Adanya perubahan keseimbangan ekosistem yang ekstrim Kerusakan lingkungan yang tidak bisa di rubah (adverse
environmental impact)
Adverse impact
Pendekatan Ekologis
Kesesuaian lahan (land suitability)
Daya dukung lahan (land capability/carrying capacity
MENGAPA KESESUAIAN PENTING?
Land Suitability
SUITABLE cocok / appropriate
LAND SUITABILITY TINGKAT kecocokan lahan dalam mendukung kegiatan (ekonomi) manusia/ruang di atasnya
MENGAPA KESESUAIAN PENTING?
Land suitability analysis
Membuat klasifikasi berdasarkan kecocokan antara syarat-syarat suatu
penggunaan/fungsi dengan kondisi
lahan
Pendekatan lainnya
Land Capability/ Carrying Capacity
Tambahan Penjelasan
Pola ruang Struktur ruang
Sustainable development
Tool and Steps: SIG
Tool and Steps: SIG
LAND SUITABILITY ANALYSIS FOR
REGIONAL SCALE
KRITERIA MENURUT
(SK MENTAN 837/KPTS/UM/1980)
Variabel Utama analisis 1. Kelerengan lahan
(slope)
2. Jenis tanah (kepekaan terhadap erosi)
3. Curah hujan
Klas peruntukan:
1. Lindung 2. Penyangga 3. Permukiman
4. Budidaya tanaman tahunan
5. Budidaya tanaman semusim
Analisa Kesesuian Lahan
(SK MENTAN 837/KPTS/UM/1980)
Kelerengan lahan
VARIABEL NILAI RENTANG VARIABEL KATEGORI BOBOT
1. KELERENGAN KELAS
LERENG
DERAJAD LERENG (%)
1 0 - 8 Datar 20
2 8 - 15 landai 40
3 15 - 25 Agak curam 60
4 25 - 40 curam 80
> 40 Sangat curam 100
Jenis tanah
2. KEPEKAAN THD EROSI
KELAS TANAH JENIS TANAH
1 Aluvial, Clay, Planosol, hidromorf kelabu, laterite air tanah
Tdk peka 15
2 Latosol Agak peka 30
3 Brown forest Soil, Non Calsit Brown, Mediteran
Kurang peka 45
4 Andosol, Laterite, Grumosol, Podsolik, Podsol.
peka 60
5 Regosol, Litosol, Organosol, Renzina
Sangat peka 75
VARIABEL NILAI RENTANG VARIABEL KATEGORI BOBOT
Analisa Kesesuian Lahan
(SK MENTAN 837/KPTS/UM/1980)
Intensitas Hujan
3. INTENSITAS HUJAN
KLS. INT.
HUJAN
INTENSITAS HUJAN (mm/hari hujan)
1 =< 13,5 Sngt rendah 10
2 13,6 – 20,7 rendah 20
3 20,7 – 27,7 Sedang 30
4 27,7 – 34,8 tinggi 40
5 > 34,8 Sangat tinggi 50
VARIABEL NILAI RENTANG VARIABEL KATEGORI BOBOT
Analisa Kesesuian Lahan
(SK MENTAN 837/KPTS/UM/1980)
SKOR PERUNTUKAN
> 175 kawasan lindung 125 – 174 kawasan penyangga
< 125 Kawasan budi daya Zona permukiman Kelerengan <15% dan dipertimbangkan zona kerawanan bencana
< 125 Kawasan Budi Daya Tanaman Tahunan (kelerengan <15%
< 125 budidaya tanaman semusim (lereng < 8%).
Analisa Kesesuian Lahan
(SK MENTAN 837/KPTS/UM/1980)
suatu wilayah memiliki karakteristik : lereng 25%, jenis tanah latosol, intensitas hujan 20 mm/hr hujan.
Tentukan berapa skor lokasi dan peruntukannya untuk apa...?
Contoh Kasus
VARIABEL NILAI BOBOT SKOR PERUNTUKAN
Derajad lereng 25 % 60 > 175 kawasan lindung Jenis tanah latosol 30 125 – 124 kawasan penyangga Intensitas
hujan
20 mm/hh 20 < 125 budidaya tanaman tahunan (lereng < 15%)
Indeks lokasi :
110 (arahan Peruntukan kawasan lindung).
< 125 budidaya tanaman tahunan dan permukiman (syarat=lereng < 15%).
Suitability Factors: Curah hujan, jenis tanah, kelerengan
Suitability Factors: Curah hujan, jenis tanah, kelerengan
Suitability Factors: ?
Suitability Factors: ?
Suitability factors:
curah hujan, suhu udara, kelerengan, jenis tanah, elevasi, topografi
More variables for land suitability analysis
LAND SUITABILITY ANALYSIS FOR
URBAN SCALE
Urban land suitability. 1: 5000
Example: industrial location search
Land suitability 1: 1000
768950
769600
769600
770250
74100
75400 75400
76700
Pengembangan Konservasi Hidrologi Pengembangan Terbatas Tidak Dikembangkan (Alami)
768950
768950
769600
769600
770250
770250
74100 74100
74750 74750
75400 75400
76050 76050
76700 76700
Lereng (%) 0 - 3 3 - 8 8 - 10 10 - 15
> 15
768950
768950
769600
769600
770250
770250
74100 74100
74750 74750
75400 75400
76050 76050
76700 76700
Run Off (%) : 18 - 28 29 - 38 40 - 48
> 48 Tingkat Aliran
Rendah Sedang Tinggi Potensi Genangan
Sedang Tinggi
768950
769600
769600
770250
74100
75400 75400
76700
Erosi Parit Erosi Tebing Aliran
Rendah Sedang Tinggi
Land suitability, 1: 4000
LAND SUITABILITY ANALYSIS FOR HOUSING
Peraturan Menteri Pekerjaan UmumNo.41/PRT/M/2007
1. Topografi datar sampai bergelombang(kelerengan lahan 0-25%) 2. Tersedia sumber air.
3. Tidak berada pada daerah rawan bencana(longsor, banjir, erosi, abrasi) 4. Drainase baik sampai sedang
5. Tidak berada pada wilayah
sempadansungai/pantai/waduk/danau/mataair/saluran pengairan/rel kereta api/ dandaerah aman penerbangan
6. Tidak berada pada kawasan lindung
7. Tidak terletak pada kawasan budidayapenyangga (pertanian, kebun, dll)
8. Menghindari sawah irigasi teknis
PERTANYAAN?
Tabel Isian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
No No
Sample
No Kode Block
Pembata s fisik 1
Pembata s fisik 2
Pembatas fisik 3
Pembatas fisik 4
Profil topografi
Guna lahan dominan
saat ini
Guna lahan dominan (5 tahun lalu)
Guna lahan dominan (10 tahun
lalu)
1 1 1
jl. Arteri
Primer Sungai Curam Komersial Permukima
n
Permukima n
2 2 2
3 3 3
4 4 4
5 5 5
12n 13 14 15 16 17
Guna lahan dominan (15 tahun
lalu)
Guna lahan dominan (20 tahun lalu)
Fasilitas/Kegiatan/
Landmark yang ada saat ini
Fasilitas/Kegiata n/ Landmark yang ada (5 tahun lalu)
Fasilitas/Kegiat an/ Landmark yang ada (10
tahun lalu)
Fasilitas/Kegiatan/
Landmark yang ada (15 tahun lalu) Ruang
terbuka Perdagangan / jasa Hunian Hunian
18 19 20 21 22 23 24 25 26 Fasilitas/Kegiat
an/ Landmark yang ada (20
tahun lalu)
Harga tanah per M2
pada saat ini
Harga tanah per M2 (5
tahun lalu)
Harga tanah per M2
(10 tahun
lalu)
Harga tanah per M2
(15 tahun
lalu)
Harga tanah per
M2 (20 tahun
lalu)
Masalah yang ada saat
ini
Masalah yang ada (5 th
lalu)
Masalah yang ada (10
th lalu)
500000 400000 300000 200000 100000 Banjir,
Macet Macet Komersial
27 28 29 30 31 32 33
Masalah yang ada (15 th lalu)
Masalah yang ada (20 th lalu)
Karakteristik masyarakat pemilihan lahan
saat ini
Karakteristik masyarakat pemilihan lahan (5 th
lalu)
Karakteristik masyarakat pemilihan lahan
(10 th lalu)
Karakteristik masyarakat pemilihan lahan
(15 th lalu)
Karakteristik masyarakat pemilihan lahan (20 th
lalu) Permukim
an
Permukim an
Pengusaha dengan pendapatan tinggi
Pegawai Petani
Carrying Capacity (Daya Dukung)
ANALYSIS IN LAND
USE PLANNING
Keharusan Analisis Daya Dukung –Daya tampung dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Pasal 19, 22, 25 UU 23/1997:
Penyusunan rencana tata ruang wilayah nasional, propinsi dan kabupaten/kota harus memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
Penjelasan Pasal 25 UU 26/2007
mengamanatkan kepada KLH untuk
mengkoordinasikan penyusunan peraturan perundang-undangan mengenai daya
dukung dan daya tampung lingkungan
Pengertian Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Menurut UU 23/1997
Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain
Daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
menyerap zat, energi dan/atau
komponen lain yang masuk atau
dimasukkan ke dalamnya
PERTANYAAN BASIS memahami konsep DAYA DUKUNG
BERAPA BANYAK ORGANISMA DPT HIDUP LAYAK DI SEBUAH
EKOSISTEM; SEBERAPA BESAR POPULASI DALAM SEBUAH HABITAT
How many organisms can a particular ecosystem or planet support over a long period of time without suffering severe or irreparable damage ?
How many human population in our planet can be supported over a long period of time without suffering severe or irreparable damage ?
How many citizen/people in our city/region can be supported over a long period of time without suffering severe or irreparable damage ?
How many particular human population in particular land unit can be
supported over a long period of time without suffering severe or irreparable damage ?
Definisi sederhana Daya Dukung
Adalah BESARAN POPULASI MAKSIMUM yg di dpt hidup
sehingga lingkungan/habitat dpt lestari (the maximum population that environment can sustain definitely
Pop size
time
Carrying capacity=M=maximum population (live properly)
Po Pt1 Pt+1
Pt1 Pt+1
Esensinya adalah perbandingan antara ketersediaan sumber daya dengan kebutuhan manusia/penduduk yang menggunakan sumber daya tersebut.
Standard model
Pt/M = Bagian daya dukung yg digunakan (the fraction of CC being used)
1-Pt/M = Bagian daya dukung yg belum digunakan (the
fraction of CC are not used)
P t+1 – Pt = rPt ( 1 –Pt/M)
P = populasi tahun t
M =populasi maksimum=daya dukung
Carrying Capacity’s limiting Factors
Factors stop/constrain population to grow
E.g. Food, shelter, water, space (with its env. attributes such as temperature, clean air etc)
A number of potential factors could influence a biological process, but importantly only one is limiting at any one place and time.
Menghitung limiting factors
Dihitung Berdasar standar konsumsi perkapita; jumlah penduduk, dan ketersediaan dalam ruang
standar konsumsi perkapita harus telah meliputi yg dikonsumsi langsung maupun tidak langsung
Misal lahan/tanah: meliputi tanah pekarangan untuk rumah tinggal, tanah untuk tempat usaha, dan tanah untuk sarana-prasarana
Limit jika:
Standar konsumsi perkapita X populasi = ketersediaan
Populasi = ketersediaan : Standar konsumsi perkapita
Populasi maksimum yang ditetapkan adalah yang terkecil dari simulasi terhadap berbagai faktor
Contoh Limiting Factor utama daya dukung wilayah
Untuk menentukan limiting factor dilakukan analisis ketersediaan lahan sarana dan prasarana.
1. Air
2. Lahan
DALAM PERENCANAAN GUNA LAHAN, DAYA DUKUNG WILAYAH YANG DIHITUNG BERDASAR LIMING FACTOR DIGUNAKAN UNTUK MENENTUKAN JUMLAH PENDUDUK YANG KEMUDIAN DAPAT
DIPAKAI UNTUK
MENENTUKAN BESARAN KEBUTUHAN LAHAN UNTUK PERUMAHAN DAN RUANG
USAHANYA (LAHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DLL)
Contoh Limiting Factor daya dukung Kota
Untuk menentukan limiting factor dilakukan analisis ketersediaan lahan sarana dan prasarana.
1. Air
2. Lahan
3. Sarana
4. Listrik/energi
5. Udara bersih
DALAM PERENCANAAN GUNA LAHAN, DAYA DUKUNG KOTA YANG DIHITUNG BERDASAR LIMING FACTOR DIGUNAKAN UNTUK MENENTUKAN JUMLAH PENDUDUK YANG KEMUDIAN DAPAT
DIPAKAI UNTUK
MENENTUKAN BESARAN KEBUTUHAN LAHAN UNTUK PERUMAHAN DAN SARANA-
PARSARANANYA
1. Air
Air merupakan kebutuhan pokok manusia sehingga
apabila tidak terdapat air di suatu kota maka kehidupan
kota tidak akan berlangsung. Oleh karena itu air
merupakan salah satu limiting factor yang menentukan
jumlah penduduk yang dapat ditampung. Perhitungan
dapat dilakukan sebagai berikut:
No. Populasi Penduduk (jiwa) Konsumsi lahan (ha/jiwa) 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
10.000 25.000 50.000 100.000 250.000 500.000 1.000.000 2.000.000
0,100 0,091 0,086 0,076 0,070 0,066 0,061 0,057
Nilai daya dukung lahan yang ditunjukkan dengan konsumsi lahan per kapita untuk berbagai ukuran populasi kota menurut Yeateset al (1980) sebagai berikut :
Tabel diatas menunjukkan bahwa ukuran penggunaan lahan di wilayah perkotaan untuk ukuran jumlah populasi penduduk tertentu membutuhkan konsumsi lahan dengan luasan tertentu. Semakin besar jumlah penduduk kota maka semakin kecil konsumsi lahan per ha per kapitanya.
3. Sarana
Setiap sarana memiliki standar pelayanan minimum
yang telah ditetapkan pada Pedoman Perencanaan
Kawasan Perumahan Kota Dinas Pekerjaan Umum Tahun
1987, Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana
Wilayah No.534 Tahun 2001, dan SNI No.33 Tahun 2004.
4. Listrik
Listrik merupakan sumber daya energi yang harus
mencukupi semua kebutuhan yang ada. Saat ini hampir
semua kegiatan di perkotaan membutuhkan listrik. Apabila
di suatu kota kekurangan sumber daya listrik, maka
kehidupan kota akan terganggu. Rata-rata kebutuhan 1
rumah tangga adalah 450 watt. Hal ini tentu harus
disiapkan sesuai dengan kapasitas listrik yang ada,
sehingga sumberdaya listrik tersebut menentukan jumlah
rumah tangga atau penduduk yang dapat ditampung.
Gambar 5. Flowchart Penentuan Skala Kota Sumber : Produk Pembelajaran Mata Kuliah Metode dan Teknik Rencana Kota 2012/2013
Besaran
kawasan
perkotaan
Gambar 8. Flowchart Penentua Intensitas Kota
Sumber : Produk Pembelajaran Mata Kuliah Metode dan Teknik Rencana Kota 2012/2013
Intesitas
guna lahan
perkotaan
Limiting faktor penting modeling daya dukung UNTUK TATA RUANG (DIY); berurut
1. Lahan berkait dg pangan
2. Air
3. Sistem Transportasi
4. Lahan terkait dengan data tampung (absortive capacity) CO
5. Sistem pengelolaan sampah (absortive capacity)…. Contoh lihat web PSPPR
6. Energi
1. Modeling Lahan berkait dg pangan
Prediksi
Pertumbuhan pdd
Tren Pertumbuhan konsumsi
perkapita
Tren Pertumbuhan kebutuhan pangan
Potensi
produksi ideal Potensi
produksi ideal Potensi
produksi ideal
Pengurangan lahan
pertanian
Pertumbuhan produktifitas
Pertumbuhan vol produksi
Area kritis, hrs ada skenario
Prediksi
pola guna
lahan
1. Contoh formula penilaian daya dukung lahan pertanian 1
Konsep Allan daya dukung lahan pertanian dihitung dari kebutuhan lahan perkapita
FORMULA : KETERANGAN :
A = (100 CL) / P A = Kebutuhan lahan / kapita.
L = (R + U) / U C = luas lahan yang ditanami perkapita.
D = 1/A L = faktor penggunaan lahan.
D = daya dukung R = lamanya lahan bero ditanami.
U = lamanya lahan ditanami.
P = luas lahan yang dapat ditanami.
Atau :
CPD = (100 Ca.L) / Cp. CPD = Critical Population Density.
D = Cp / ( 100 Ca. L ) Cp = luas lahan yang dapat ditanami (%)
Ca = luas lahan yang digunakan untuk hidup per orang (ha/org)
Ca tergantung kriteria yang digunakan (kriteria hidup layak).
1. Contoh formula penilaian daya dukung lahan pertanian 2. (lanjutan)
Konsep Gabungan (Issar, Howard, Odum) Daya dukung diartikan sebagai tingkat
swasembada wilayah suatu wilayah bisa memenuhi kebutuhan dasar penduduknya
FORMULA :
TSW = X/K. X = Produktivitas lahan (luas panen.kapita).
K = Luas yang dibutuhkan untuk swasembada.
K = KFM beras / PB KFM = Kebutuhan fisik minimum ( BPS).
PB = Produktivitas beras/ha X = LP/JP LP = luas panen.
JP = Jumlah penduduk.
TSW < 1 TSW > 1 TSW = 1
Tidak mampu swasembada. JP melebihi batas optimal.
Mampu swasembada. JP dibawah batas optimal.
Swasembada optimal. JP optimal.
1. Faktor lain yang mempengaruhi daya dukung wilayah dalam hal ketersediaan pangan … lanjutan
Produktivitas Lahan.
Rendahnya laju peningkatan produksi pangan dan terus menurunnya produksi di Indonesia antara lain disebabkan oleh: (1) Produktivitas tanaman pangan yang masih rendah dan terus menurun; (2) Peningkatan luas areal penanaman-panen yang stagnan bahkan terus menurun khususnya di lahan pertanian pangan produktif di pulau Jawa.
Tingkat kesuburan tanah.
Tingkat kesuburan lahan pertanian produktif terus menurun; revolusi hijau dengan mengandalkan pupuk dan pestisida memiliki dampak negatif pada kesuburan tanah yang berkelanjutan dan terjadinya mutasi hama dan pathogen yang tidak diinginkan.
PENATAAN AGRARIA DAN TATA RUANG TKD213622 (2 SKS Pilihan)
MGG 5: TERORI EKONOMI DALAM TANAH GUNA LAHAN
Pokok bahasan
Distribusi harga tanah dan bentuk kota
Sifat sifat spesifik tanah
Pasar tanah
Faktor faktor pengaruh nilai tanah.
Strategi meningkatkan nilai tanah.
The distribution of land values in Topeka, Kansas
ISOMETRIC LAND VALUES TOPEKA, KANSAS
ISOMETRIC LAND VALUES TOPEKA, KANSAS
Zone I CBD
Concentric zone pattern of urban spatial organization (Burgess)
Central business distric
(stores, skyscrapers, theatres, hotels)
Zone of transition
(slums, skid-row, industry)
Zone of independent workers’ housing (modest homes, schools, groceries) Zone of better residences
(single-family dwellings, apartements) Commuters’ zone
(suburban residential areas)
Sectoral and multiple nuclei pattern
1. CBD
2. Wholesale, light manufacturing 3. Low-class residential
4. Middle-class residential 5. Heavy manufacturing 6. Outlying business district 7. Residential suburb
8. Industrial suburb 9. Industrial suburb 10. Commuter zone
URBAN GROWTH SHOWN BY PHASES OF CHANGE
SIFAT SIFAT SPESIFIK TANAH
Durability :
Tanah merupakan sumberdaya yang mudah rusak atau sulit dikembalikan ke kondisi awal.
(tanah rusak, vacant land). Untuk
mengembalikan butuh usaha yang mahal dan lama.
Immobility :
Tanah terikat tempat (lokasi). Nilai dan sifat
ekonominya terkait dengan lokasi tanah berada.
Hambatan transaksi :
Kelancaran dan iffisiensi transaksi ditentukan oleh ketersediaan informasi. Dinegara negara
berkembang, informasi mengenai pertanahan
sangat terbatas dan sangat rendah akurasinya.
Mekanisme pasar tanah (Dowal, 1933; Mattingly, 1993; Evans, 2004.)
Pasar tanah adalah proses terjadinya transaksi atau
pemindahan hak atas tanah, yang ditentukanoleh hubungan permintaan dan penawaran. (Dowal, 1933)
Permintaan dan harga tanah ditentukan oleh perubahan
harga komoditas yang dihasilkan ditanah yang bersangkutan (tanah hanya digunakan satu jenis kegiatan dan satu jenis komoditi. (David Ricardo dlm Evans, 2004).
Pasar tanah mengikuti prinsip ekonomi, yaitu keseimbangan permintaan dan penawaran. Tanah mempunyai flesibilitas nilai gunanya, sesuai produktivitas kegiatan diatasnya
(multiple use). Oleh karena itu keseimbangan harga akan selalu bergerak, tergantung dari perubahan permintaan, perubahan nilai guna dan perubahan ketersediaan tanah.
(Mattingly, 1993).
Pasar tanah tdk bisa diberlakukan seperti komoditi ekonomi.
Tanah memepunyai nilai sosial, tanah adalah aset penting bagi rumah tangga, tanah adalah indespensable resource jika dikaitkan dengan kebutuhan dasar manusia. Oleh karena itu harus ada intervensi Pemerntah. (Lim. 1987).
KONSEP DAN TEORITISASI
Dua kutub cara pandang tentang pasar tanah
(Lim,1987; Mattingly, 1993)
:
RICARDIAN & NEO KLASIK
MARXIST
PRINSIP PASAR (EFFISIENSI):
HARGA DITENTUKAN HUBUNGAN :
-SUPPLY – DEMAND - BEAYA - MANFAAT
- TANAH SEBAGAI SUMBERDAYA SOSIAL.
-NILAI SOSIAL MELEKAT PADA TANAH
- PASAR TANAH
DITENTUKAN OLEH SIAPA YANG MENETUKAN, SIAPA YANG MEMBAYAR DAN SIAPA YANG MENERIMA MANFAAT.
O S P
D R
D‘
X
O S S1 Q
C C1
C' C1'
H
H' RICARDIAN THEORY
Singgle land use
NEOCLASICAL THEORY Multiple land use
PRICE
LAND (ha)
PRICE
LAND (ha)
DD´ demand curve for land.
OS supply of land OP equilibrium price.
OQ land available at location OS land for commercial
OS land for housing CC´ demand curve for commercial
HH´demand curve for housing
Classic Form of Urban Rent Gradients
Industrial Commercial and light
manufacturing
Economic rent (dollars)
Distance
NILAI FUNGSIONAL SEBIDANG TANAH dalam budidaya lahan pertanian.
DITENTUKAN OLEH 1. jenis tanah 2. elevasi
3. kelerengan 4. air /irigasi 5. curah hujan 6. iklim
7. aksessibilitas
DITENTUKAN OLEH
1. kekuatan /daya dukung tanah 2. Topografi/kedataran
3. Jarak/aksesibilitas/posisi
4. Ketersediaan prasarana lingkungan (air, listrik, akses dst)
5. Nilai kultural/symbolik/historis 6. Ketersediaan tanah
NILAI FUNGSIONAL SEBIDANG TANAH dalam budidaya lahan perkotaan (non
pertanian)
lokasi, jarak dan nilai ruang
Lokasi dan jarak dalam ruang
Jarak antara lokasi dengan pusat kegiatan menentukan besarnya nilai ruang
Manfaat dan nilai ruang
Besarnya nilai ruang ditentukan oleh nilai manfaat suatu ruang
Nilai ruang 1: akses
Aksesibilitas (tingkat kemudahan) menentukan besarnya nilai ruang
Nilai ruang 2: hukum “supply – demand”
Besar kecilnya permintaan akan ruang menentukan besarnya nilai ruang
PERAN PRASARANA
DALAM PENGEMBANGAN STRUKTUR SPASIAL WILAYAH
Prasarana wilayah dapat mempercepat perkembangan spasial wilayah (mis. prasarana transportasi memberi akses baru)
Prasarana wilayah dapat memberi atau mengubah arah
perkembangan spasial wilayah (mis. adanya arah tertentu yang diinginkan atau yang tidak dikehendaki)
Prasarana wilayah dapat mendorong terbentuknya struktur spasial
(mis. upaya mempercepat terbentuknya pola dan struktur spasial
(mis. upaya melengkapi, memperjelas, mempertegas pembentukan
struktur spasial kota yang dikehendaki)
nilai dan kemampuan ruang
Rekayasa kemampuan ruang
pengolahan dan “perbaikan” daya dukung
peningkatan daya dukung ruang melalui “injeksi”
teknologi
“Rekayasa” nilai ruang
peningkatan akses atau keterjangkauan ruang
“pemindahan” titik orientasi mengubah distribusi nilai ruang
optimasi pemanfaatan ruang
Pemanfaatan ruang “tunggal”
Pemanfaatan (sebuah) ruang untuk suatu jenis manfaat ruang
Pemanfaatan ruang “majemuk”
Pemanfaatan (banyak) ruang untuk banyak macam / jenis manfaat
Banyak manfaat ruang-ruang yang mempunyai kait- mengkait
POLA PENGADAAN TANAH (Linden, 1986; Valey, 1989).
PASAR FORMAL PASAR INFORMAL
TRANSAKSI DAN OBYEK SYAH SECARA HUKUM.
PROSES MENGIKUTI KETENTUAN.
OBYEK JELAS KEDUDUKAN DAN KEPEMILIKANNYA SECARA HUKUM.
TIDAK ADA INSTRUMEN HUKUM.
ADA KETENTUAN, TTP TRANSAKSI TIDAK SESUAI KETENTUAN.
OBYEK TIDAK JELAS KEDUDUKANNYA.
Pasar informal tdk mungkin dihilangkan, karena
keterbatasan informasi, daya beli kelompok miskin
dan kecepatan perubahan nilai tanah.
PENATAAN AGRARIA DAN TATA RUANG TKD213622 (2 SKS Pilihan)
MGG 6: ETIKA PERENCANAAN GUNA LAHAN &
PERTIMBANGAN TEKNIS PERTANAHAN
Pertanyaan Dasar
• Seberapa pedulikah kita terhadap lingkungan?
• Mengapa kita harus peduli terhadap lingkungan?
• Apakah etika dan tindakan moral manusia memiliki keterkaitan dengan upaya pemeliharaan
lingkungan?
2
ETIKA
● sopan santun,
● tata krama,
● protokoler
● Pedoman
● aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana y