• Tidak ada hasil yang ditemukan

MGG 1-7 PATR-merged-compressed

N/A
N/A
rara

Academic year: 2025

Membagikan "MGG 1-7 PATR-merged-compressed"

Copied!
276
0
0

Teks penuh

(1)

PENATAAN AGRARIA DAN TATA RUANG TKD213622 (2 SKS Pilihan)

PENDAFTARAN TANAH - ap

KEAGRARIAAN (HUKUM AGRARIA) TATA GUNA TANAH - patr

PERENCANAAN WILAYAH - patr ADMINISTRASI PERTANAHAN SURVEI KADASTRAL

SISTEM KADASTRAL

PENILAIAN TANAH DAN PROPERTI

PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN PERENCANAAN WILAYAH BERBASIS GEOSPASIAL - patr SURVEI DAN MANAJEMEN INFORMASI PERTANAHAN - sk

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PERTANAHAN SISTEM INFORMASI PERTANAHAN

MANAJEMEN PERTANAHAN (KEBIJAKAN PERTANAHAN) PEMBANGUNAN TANAH (PENGEMBANGAN PERTANAHAN) SISTEM PENILAIAN TANAH

MGG 1: PENGANTAR

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)

PENATAAN AGRARIA DAN TATA RUANG TKD213622

Gd’83

Gd’82 Gd’86

(12)

Skala wilayah

Skala wilayah/

Skala bidang

(13)
(14)

Skala wilayah/

Skala bidang

Skala wilayah

(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)

PENATAAN AGRARIA DAN TATA RUANG TKD213622 (2 SKS Pilihan)

MGG 2: LINGKUP KEGIATAN PENATAAN AGRARIA

(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)

PENATAAN AGRARIA DAN TATA RUANG TKD213622 (2 SKS Pilihan)

MGG 3: PENATAGUNAAN TANAH

(66)
(67)

Perencanaan Tata Guna Lahan

Identifikasi

Proyeksi

Evaluasi Rekomendasi

Implementasi

(68)

Kerangka konseptual Tata Guna Lahan

RENC. GUNA LAHAN

HASIL

IMPLEMENTASI RENC. GUNA LAHAN = REALITA BARU GUNA

LAHAN REALITA GUNA

LAHAN

VISI MASY.

KARAKTER SOS-EK- BUD-POL MASY

KARAKTER FISIK LAHAN

ISU, ETIKA, ATURAN

STANDAR TEKNIS

(69)
(70)
(71)

SCOPE AND UNIT IN LAND USE MAPPING

OBSERVATION SCOPE

TO BE

CLASSIFIED UNITS

TO BE

RECORDED OBJECTS/PHEN OMENA

CLASSIFIED LAND UNIT

CLASSIFICATION

MAP SCALE OBJECTIVE OF

MAPPING

NECESSARY VARIABLES

AVAILABLE DATA BASES AND

TECHNOLOGY

(72)

Scope and Unit

OBSERVATION SCOPE

Parcel/yard

Complex/Site

District

City/urban Part

City wide

Region

larger

CLASSIFIED UNIT (IN MAP)

Building

Patches

Yard/parcel

Block

Landscape

Land cover

(73)
(74)
(75)

LAND (USE) CLASSIFICATION in spatial planning

(as unit for analysis, plan, & control)

LAND USE PLANNING AS PART OF SPATIAL PLANNING (DEVELOPMENT INTERVENTION THROUGH MODIFYING SPATIAL ATTRIBUTES)

STEPS:

UNDESTANDINGPLANIMPLEMENTATIONMONITORING, EVALUATION,

& CONTROLING

Need appropriate scaleappropriate land use clasification as unit to undestand, plan, implement, monitor, Evaluate, & controll

(76)

Land Use planning as part of Spatial planning

Spatial Planning = is development intervention through modifying spatial attributes

SPATIAL ATRIBUTES

1. DIMENSI/SIZE/VOLUME

2. FORM/SHAPE

3. STRUCTURE &

4. PATTERN

5. TEXTURE & Closure (3 D FORM)

Ditentukan oleh “ukuran” sisi-sisi; besaran terukur,

panjang, lebar dan tinggi, dengan segenap variasinya Ditentukan oleh “alur” batas-batas/sisi; sering juga disebut ‘geometri’sehingga ada istilahthe geometry of environment, dan pada dasarnya menggunakan

‘grammar’ atau tata bahasa unsur-2 dimensi ruang Kerangka Ditentukan oleh sebaran “isi-isi” utama:

tatanan pembagian internal yg terbentuk oleh “batas pembagi” dan “isi”; Pattern/bagian-2 (ruang), terdiri atas bagaian-2 ruang yg menjadikannya satu satuan ruang dengan kriteria tertentu; bagian-bagian ruang terbagi menurut berbagai kriteria: fungsional –

ekonomis, sosial, kultural, ekologis, politis, dan adiministratif.

“Rasa kekasaran/kehalusan permukaan”; Ditentukan oleh “karkater intensitas” dan “bentukan” isi-isi

(77)

Struktur dan Pola Ruang; atribut utama yg hrs di tata menurut UU 26/2007

Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang

berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.

Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam

suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk

fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi

daya.

(78)

Contoh Struktur

Struktur permukiman ala Doxiadis

Pusat layanan orde 1

Pusat layanan orde 2 Pusat layanan orde 3

Jl arteri

Jl kolektor Jl lokal

Struktur permukiman ala lansekap Ekologi

Struktur permukiman ala lansekap Urban design (oleh Kevin Lynch: landmark,

nodes, district, edge, path)

Struktur permukiman ala Pengemb.

Wil/kota

(79)

Contoh Pattern/Pola

Contoh pola permukiman kota (Figure-ground model)

Contoh pola land cover (Landscape ecology model)

(80)

Peta guna lahan

(81)

BASIC LAND USE CLASSIFCATION (USDA)

(82)

Klasifikasi Guna lahan dan standar skala menurut

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010

TENTANG

RTWN = 1: 1.000.000 RTRWP = 1: 250.000 RTRW KAB = 1: 50.000 RTRW KOT = 1: 25.000 R Rinc. Kaw = 1: 10.000 RDTRK Kot =1: 5.000

(83)

Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional (1: 1.000.000)

Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional terdiri dari:

a. kawasan lindung; dan

b. kawasan budidaya (strategis nasional) Kawasan lindung nasional terdiri dari:

a. kawasan yang memberikan

perlindungan terhadap bawahannya;

b. kawasan perlindungan setempat;

c. kawasan pelestarian alam, suaka alam dan cagar budaya;

d. kawasan rawan bencana alam;

e. kawasan lindung geologi; dan f. kawasan lindung lainnya.

Catatan “ kawasan lindung dan kawasan budidaya yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk delineasi karena terlalu kecil penggambarannya disajikan dalam bentuk simbol.

Kawasan budidaya bernilai strategis nasional sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 11 huruf b terdiri dari:

a. kawasan hutan produksi;

b. kawasan hutan rakyat;

c. kawasan perkebunan;

d. kawasan pertanian pangan;

e. kawasan perikanan;

f. kawasan pertambangan;

g. kawasan industri;

h. kawasan pariwisata;

i. kawasan permukiman; dan j. kawasan peruntukan lainnya.

(84)

unsur-unsur skala 1:1.000.000

a. perairan berupa laut beserta unsur-unsur di perairan pantainya, garis pantai, sungai, danau, waduk atau bendungan yang

digambarkan dengan skala untuk lebar minimal 100 meter;

b. permukiman berupa kota;

c. jaringan transportasi berupa jalan tol, jalan arteri, jalan kolektor, jalur kereta api, bandar udara, pelabuhan;

d. batas administrasi berupa batas negara, batas provinsi, batas kabupaten/kota; dan/atau

e. nama rupabumi/toponim.

(85)

Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi (1: 250.000)

terdiri dari:

a. kawasan lindung; dan b. kawasan budidaya.

Kawasan lindung terdiri dari:

a. kawasan hutan lindung;

b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap bawahannya;

c. kawasan perlindungan setempat;

d. kawasan suaka alam;

e. kawasan pelestarian alam dan cagar budaya;

f. kawasan rawan bencana alam;

g. kawasan lindung geologi;

dan

h. kawasan lindung lainnya.

terdiri dari:

a. kawasan lindung; dan b. kawasan budidaya.

Kawasan budidaya terdiri dari:

a. kawasan peruntukan hutan produksi;

b. kawasan hutan rakyat;

c. kawasan peruntukan pertanian;

d. kawasan peruntukan perkebunan;

e. kawasan peruntukan perikanan;

f. kawasan peruntukan pertambangan;

g. kawasan peruntukan industri;

h. kawasan peruntukan pariwisata;

i. kawasan peruntukan permukiman;

dan

j. kawasan peruntukan lainnya.

(86)

Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten (1: 50.000)

terdiri dari:

a. kawasan lindung; dan b. kawasan budidaya.

Kawasan lindung terdiri dari:

a. Kawasan hutan lindung;

b. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;

c. Kawasan perlindungan setempat;

d. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;

e. Kawasan rawan bencana alam;

f. Kawasan lindung geologi; dan g. Kawasan lindung lainnya

terdiri dari:

a. kawasan lindung; dan b. kawasan budidaya.

Kawasan budidaya

terdiri dari:

a. kawasan peruntukan hutan produksi;

b. kawasan hutan rakyat;

c. kawasan peruntukan pertanian;

d. kawasan peruntukan perkebunan;

e. kawasan peruntukan perikanan;

f. kawasan peruntukan pertambangan;

g. kawasan peruntukan industri;

h. kawasan peruntukan pariwisata;

i. kawasan peruntukan permukiman; dan j. kawasan peruntukan lainnya.

(87)

unsur-unsur skala 1:50.000

a. perairan berupa laut beserta unsur-unsur di perairan pantainya, garis pantai, sungai, danau, waduk atau bendungan yang

digambarkan dengan skala untuk lebar minimal 5 meter;

b. permukiman;

c. jaringan transportasi berupa jalan tol, jalan arteri, jalan kolektor, jalur kereta api, bandar udara dan pelabuhan;

d. batas administrasi berupa batas negara, batas provinsi, batas kabupaten/kota, batas kecamatan/distrik;

e. garis kontur dengan selang kontur yang mempunyai kelipatan 25 meter dan titik ketinggian; dan/atau

f. nama rupabumi/toponim.

(88)

REGIONAL SCALE LAND USE

(89)

REGIONAL SCALE LAND USE

(90)

Rencana Pola Ruang Wilayah Kota (1: 25.000)

terdiri dari:

a. kawasan lindung; dan b. kawasan budidaya.

Kawasan budidaya

terdiri dari:

a. kawasan perumahan;

b. kawasan perdagangan dan jasa;

c. kawasan perkantoran;

d. kawasan industri;

e. kawasan pariwisata;

f. kawasan ruang terbuka non hijau;

g. kawasan ruang evakuasi bencana;

h. kawasan peruntukan ruang bagi kegiatan sektor informal; dan

i. kawasan peruntukan lainnya.

terdiri dari:

a. kawasan lindung; dan b. kawasan budidaya.

Kawasan lindung terdiri dari:

a. hutan lindung;

b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;

c. kawasan perlindungan setempat;

d. ruang terbuka hijau (RTH) kota, yang antara lain

meliputi taman Rukun Tetangga, taman Rukun

Warga, taman kota dan taman permakaman;

e. kawasan suaka alam dan cagar budaya;

f. kawasan rawan bencana alam; dan g. kawasan lindung lainnya.

(91)

unsur-unsur skala 1:25.000

a. perairan berupa laut beserta unsur-unsur di perairan pantainya, garis pantai, sungai, danau, waduk atau bendungan yang

digambarkan dengan skala untuk lebar minimal 2,5 meter;

b. permukiman;

c. jaringan transportasi berupa jalan tol, jalan arteri, jalan kolektor, jalur kereta api, bandar udara dan pelabuhan;

d. batas administrasi berupa batas negara, batas provinsi, batas kabupaten/kota, batas kecamatan/distrik;

e. garis kontur dengan selang kontur yang mempunyai kelipatan 12,5 meter dan titik ketinggian; dan/atau

f. nama rupabumi/toponim.

(92)

CITY LAND USE 1: 25.000

(93)
(94)

CITY LAND USE

(95)

URBAN LAND USE 1:10.000

(96)

Rencana Pola Ruang RDTRK (1: 5.000)

terdiri dari:

a. kawasan lindung; dan b. kawasan budidaya.

Kawasan lindung terdiri dari:

Kawasan budidaya terdiri dari:

a

(97)

unsur-unsur skala 1:5.000

a. perairan berupa laut beserta unsur-unsur di perairan pantainya, garis pantai, sungai, terusan, saluran air, danau, waduk atau bendungan yang digambarkan dengan skala untuk lebar minimal 0,5 meter;

b. permukiman;

c. jaringan transportasi berupa jalan tol, jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, jalan lain, jalan setapak, jalur kereta api, bandar udara dan pelabuhan;

d. batas administrasi berupa batas negara, batas provinsi, batas kabupaten/kota, batas kecamatan/distrik, batas desa/kelurahan;

e. garis kontur dengan selang kontur yang mempunyai kelipatan 2,5 meter dan titik ketinggian; dan/atau

f. nama rupabumi/toponim.

(98)

Urban land use 1: 5000

(99)
(100)

NEIGBORHOOD LAND USE 1: 1000 or 1: 2000

(101)

NEIGBORHOOD LAND USE 1: 1000

(102)

NEIGBORHOOD LAND USE 1: 1000

(103)

Multi scale land use classification…1

1

Ladang/sawah budidaya Penggilingan padi

Pergudangan Ladang budidaya terbuka

Green house ladang Pembibitan Terminal holtikultura

Padang peternakan Penggembalaan Tempat pemotongan hewan

Klinik hewan TPI Pasar ikan Tambak/kolam

Galian C (pasir, batu, kapur, tanah liat) Instalasi produksi AMDK (Air Minum Dalam kemasan)

Pengolahan makanan Pengolahan kimia Pengolahan Logam

Karaoke Café Bioskop Movie box

Golf Pemancingan

Waterboom Kolam renang

Outbond Rumah tunggal Kaw. Hutan Rakyat

2 Kaw. Peruntukan Pertanian

Kaw. pertanian tanaman pangan dan fasilitasnya

Kaw. pertanian holtikultura dan fasilitasnya

Kaw. perkebunan

Kaw. peternakan

3 Kaw. Peruntukan Perikanan

4 Kaw. Peruntukan Pertambangan

5 Kaw. Peruntukan Industri

Rumah Industri (home industry) Pabrik

Gudang Bengkel

6 Kaw. Peruntukan Pariwisata

Indoor

Outdoor

(104)

Multi scale land use classification …2

Kolam renang Outbond Rumah tunggal

Kos-kosan Kompleks perumahan

Apartemen Condomonium

Flat Superblok

Toko Ruko Kompleks ruko

Minimarket Supermarket

Pasar

Gedung pertunjukan (show room) SPBU

PAUD TK SD/MI SMP/MTs

SMA/MA SMK Perguruan Tinggi

Balai pelatihan Apotek Klinik/balai pengobatan

Puskesmas Puskesmas pembantu

Rumah bersalin Rumah sakit khusus Rumah sakit swasta 7 Kaw. Peruntukan Permukiman

Bangunan Permukiman

Fasilitas Permukiman

Perdagangan

Pendidikan

Kesehatan

(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)

PENATAAN AGRARIA DAN TATA RUANG TKD213622 (2 SKS Pilihan)

MGG 4: PERENCANAAN TATA GUNA LAHAN (Teori dan Pendekatan Ekologis)

(111)
(112)

Mengapa ekologis?

Karakter dari guna lahan:

1. Bernilai ekonomi

2. Terbatas (limited)

3. Feature yang unik

4. Bagian dari alam (ekosistem)

5. Nilai sosial – keadilan

Berke, et all (2006), Urban Landuse Planning, Fifth edition

(113)
(114)

Prinsip Ekosistem

 Sistem dan Subsistem (air, udara, flora, fauna, habitat)

 Siklus dan transfer energi/material

Adanya perubahan keseimbangan ekosistem yang ekstrim  Kerusakan lingkungan yang tidak bisa di rubah (adverse

environmental impact)

(115)

Adverse impact

(116)

Pendekatan Ekologis

 Kesesuaian lahan (land suitability)

 Daya dukung lahan (land capability/carrying capacity

MENGAPA KESESUAIAN PENTING?

(117)

Land Suitability

 SUITABLE  cocok / appropriate

 LAND SUITABILITY TINGKAT kecocokan lahan dalam mendukung kegiatan (ekonomi) manusia/ruang di atasnya

MENGAPA KESESUAIAN PENTING?

(118)

Land suitability analysis

Membuat klasifikasi berdasarkan kecocokan antara syarat-syarat suatu

penggunaan/fungsi dengan kondisi

lahan

(119)

Pendekatan lainnya

Land Capability/ Carrying Capacity

(120)

Tambahan Penjelasan

(121)

Pola ruang Struktur ruang

Sustainable development

(122)

Tool and Steps: SIG

(123)

Tool and Steps: SIG

(124)
(125)
(126)

LAND SUITABILITY ANALYSIS FOR

REGIONAL SCALE

(127)

KRITERIA MENURUT

(SK MENTAN 837/KPTS/UM/1980)

Variabel Utama analisis 1. Kelerengan lahan

(slope)

2. Jenis tanah (kepekaan terhadap erosi)

3. Curah hujan

Klas peruntukan:

1. Lindung 2. Penyangga 3. Permukiman

4. Budidaya tanaman tahunan

5. Budidaya tanaman semusim

(128)

Analisa Kesesuian Lahan

(SK MENTAN 837/KPTS/UM/1980)

Kelerengan lahan

VARIABEL NILAI RENTANG VARIABEL KATEGORI BOBOT

1. KELERENGAN KELAS

LERENG

DERAJAD LERENG (%)

1 0 - 8 Datar 20

2 8 - 15 landai 40

3 15 - 25 Agak curam 60

4 25 - 40 curam 80

> 40 Sangat curam 100

(129)

Jenis tanah

2. KEPEKAAN THD EROSI

KELAS TANAH JENIS TANAH

1 Aluvial, Clay, Planosol, hidromorf kelabu, laterite air tanah

Tdk peka 15

2 Latosol Agak peka 30

3 Brown forest Soil, Non Calsit Brown, Mediteran

Kurang peka 45

4 Andosol, Laterite, Grumosol, Podsolik, Podsol.

peka 60

5 Regosol, Litosol, Organosol, Renzina

Sangat peka 75

VARIABEL NILAI RENTANG VARIABEL KATEGORI BOBOT

Analisa Kesesuian Lahan

(SK MENTAN 837/KPTS/UM/1980)

(130)

Intensitas Hujan

3. INTENSITAS HUJAN

KLS. INT.

HUJAN

INTENSITAS HUJAN (mm/hari hujan)

1 =< 13,5 Sngt rendah 10

2 13,6 – 20,7 rendah 20

3 20,7 – 27,7 Sedang 30

4 27,7 – 34,8 tinggi 40

5 > 34,8 Sangat tinggi 50

VARIABEL NILAI RENTANG VARIABEL KATEGORI BOBOT

Analisa Kesesuian Lahan

(SK MENTAN 837/KPTS/UM/1980)

(131)

SKOR PERUNTUKAN

> 175 kawasan lindung 125 – 174 kawasan penyangga

< 125 Kawasan budi daya Zona permukiman Kelerengan <15% dan dipertimbangkan zona kerawanan bencana

< 125 Kawasan Budi Daya Tanaman Tahunan (kelerengan <15%

< 125 budidaya tanaman semusim (lereng < 8%).

Analisa Kesesuian Lahan

(SK MENTAN 837/KPTS/UM/1980)

(132)

suatu wilayah memiliki karakteristik : lereng 25%, jenis tanah latosol, intensitas hujan 20 mm/hr hujan.

Tentukan berapa skor lokasi dan peruntukannya untuk apa...?

Contoh Kasus

VARIABEL NILAI BOBOT SKOR PERUNTUKAN

Derajad lereng 25 % 60 > 175 kawasan lindung Jenis tanah latosol 30 125 – 124 kawasan penyangga Intensitas

hujan

20 mm/hh 20 < 125 budidaya tanaman tahunan (lereng < 15%)

Indeks lokasi :

110 (arahan Peruntukan kawasan lindung).

< 125 budidaya tanaman tahunan dan permukiman (syarat=lereng < 15%).

(133)

Suitability Factors: Curah hujan, jenis tanah, kelerengan

(134)

Suitability Factors: Curah hujan, jenis tanah, kelerengan

(135)

Suitability Factors: ?

(136)

Suitability Factors: ?

(137)

Suitability factors:

curah hujan, suhu udara, kelerengan, jenis tanah, elevasi, topografi

(138)

More variables for land suitability analysis

(139)
(140)
(141)
(142)
(143)
(144)
(145)

LAND SUITABILITY ANALYSIS FOR

URBAN SCALE

(146)
(147)

Urban land suitability. 1: 5000

(148)

Example: industrial location search

(149)

Land suitability 1: 1000

768950

769600

769600

770250

74100

75400 75400

76700

Pengembangan Konservasi Hidrologi Pengembangan Terbatas Tidak Dikembangkan (Alami)

768950

768950

769600

769600

770250

770250

74100 74100

74750 74750

75400 75400

76050 76050

76700 76700

Lereng (%) 0 - 3 3 - 8 8 - 10 10 - 15

> 15

768950

768950

769600

769600

770250

770250

74100 74100

74750 74750

75400 75400

76050 76050

76700 76700

Run Off (%) : 18 - 28 29 - 38 40 - 48

> 48 Tingkat Aliran

Rendah Sedang Tinggi Potensi Genangan

Sedang Tinggi

768950

769600

769600

770250

74100

75400 75400

76700

Erosi Parit Erosi Tebing Aliran

Rendah Sedang Tinggi

(150)

Land suitability, 1: 4000

(151)

LAND SUITABILITY ANALYSIS FOR HOUSING

Peraturan Menteri Pekerjaan UmumNo.41/PRT/M/2007

1. Topografi datar sampai bergelombang(kelerengan lahan 0-25%) 2. Tersedia sumber air.

3. Tidak berada pada daerah rawan bencana(longsor, banjir, erosi, abrasi) 4. Drainase baik sampai sedang

5. Tidak berada pada wilayah

sempadansungai/pantai/waduk/danau/mataair/saluran pengairan/rel kereta api/ dandaerah aman penerbangan

6. Tidak berada pada kawasan lindung

7. Tidak terletak pada kawasan budidayapenyangga (pertanian, kebun, dll)

8. Menghindari sawah irigasi teknis

(152)

PERTANYAAN?

(153)
(154)

Tabel Isian

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

No No

Sample

No Kode Block

Pembata s fisik 1

Pembata s fisik 2

Pembatas fisik 3

Pembatas fisik 4

Profil topografi

Guna lahan dominan

saat ini

Guna lahan dominan (5 tahun lalu)

Guna lahan dominan (10 tahun

lalu)

1 1 1

jl. Arteri

Primer Sungai Curam Komersial Permukima

n

Permukima n

2 2 2

3 3 3

4 4 4

5 5 5

12n 13 14 15 16 17

Guna lahan dominan (15 tahun

lalu)

Guna lahan dominan (20 tahun lalu)

Fasilitas/Kegiatan/

Landmark yang ada saat ini

Fasilitas/Kegiata n/ Landmark yang ada (5 tahun lalu)

Fasilitas/Kegiat an/ Landmark yang ada (10

tahun lalu)

Fasilitas/Kegiatan/

Landmark yang ada (15 tahun lalu) Ruang

terbuka Perdagangan / jasa Hunian Hunian

(155)

18 19 20 21 22 23 24 25 26 Fasilitas/Kegiat

an/ Landmark yang ada (20

tahun lalu)

Harga tanah per M2

pada saat ini

Harga tanah per M2 (5

tahun lalu)

Harga tanah per M2

(10 tahun

lalu)

Harga tanah per M2

(15 tahun

lalu)

Harga tanah per

M2 (20 tahun

lalu)

Masalah yang ada saat

ini

Masalah yang ada (5 th

lalu)

Masalah yang ada (10

th lalu)

500000 400000 300000 200000 100000 Banjir,

Macet Macet Komersial

27 28 29 30 31 32 33

Masalah yang ada (15 th lalu)

Masalah yang ada (20 th lalu)

Karakteristik masyarakat pemilihan lahan

saat ini

Karakteristik masyarakat pemilihan lahan (5 th

lalu)

Karakteristik masyarakat pemilihan lahan

(10 th lalu)

Karakteristik masyarakat pemilihan lahan

(15 th lalu)

Karakteristik masyarakat pemilihan lahan (20 th

lalu) Permukim

an

Permukim an

Pengusaha dengan pendapatan tinggi

Pegawai Petani

(156)

Carrying Capacity (Daya Dukung)

ANALYSIS IN LAND

USE PLANNING

(157)

Keharusan Analisis Daya Dukung –Daya tampung dalam Rencana Tata Ruang Wilayah

Pasal 19, 22, 25 UU 23/1997:

Penyusunan rencana tata ruang wilayah nasional, propinsi dan kabupaten/kota harus memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup

Penjelasan Pasal 25 UU 26/2007

mengamanatkan kepada KLH untuk

mengkoordinasikan penyusunan peraturan perundang-undangan mengenai daya

dukung dan daya tampung lingkungan

(158)

Pengertian Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Menurut UU 23/1997

 Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk

mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain

 Daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk

menyerap zat, energi dan/atau

komponen lain yang masuk atau

dimasukkan ke dalamnya

(159)

PERTANYAAN BASIS memahami konsep DAYA DUKUNG

BERAPA BANYAK ORGANISMA DPT HIDUP LAYAK DI SEBUAH

EKOSISTEM; SEBERAPA BESAR POPULASI DALAM SEBUAH HABITAT

How many organisms can a particular ecosystem or planet support over a long period of time without suffering severe or irreparable damage ?

How many human population in our planet can be supported over a long period of time without suffering severe or irreparable damage ?

How many citizen/people in our city/region can be supported over a long period of time without suffering severe or irreparable damage ?

How many particular human population in particular land unit can be

supported over a long period of time without suffering severe or irreparable damage ?

(160)

Definisi sederhana Daya Dukung

Adalah BESARAN POPULASI MAKSIMUM yg di dpt hidup

sehingga lingkungan/habitat dpt lestari (the maximum population that environment can sustain definitely

Pop size

time

Carrying capacity=M=maximum population (live properly)

Po Pt1 Pt+1

Pt1 Pt+1

Esensinya adalah perbandingan antara ketersediaan sumber daya dengan kebutuhan manusia/penduduk yang menggunakan sumber daya tersebut.

(161)

Standard model

Pt/M = Bagian daya dukung yg digunakan (the fraction of CC being used)

1-Pt/M = Bagian daya dukung yg belum digunakan (the

fraction of CC are not used)

P t+1 – Pt = rPt ( 1 –Pt/M)

P = populasi tahun t

M =populasi maksimum=daya dukung

(162)

Carrying Capacity’s limiting Factors

Factors stop/constrain population to grow

E.g. Food, shelter, water, space (with its env. attributes such as temperature, clean air etc)

A number of potential factors could influence a biological process, but importantly only one is limiting at any one place and time.

(163)

Menghitung limiting factors

Dihitung Berdasar standar konsumsi perkapita; jumlah penduduk, dan ketersediaan dalam ruang

standar konsumsi perkapita harus telah meliputi yg dikonsumsi langsung maupun tidak langsung

Misal lahan/tanah: meliputi tanah pekarangan untuk rumah tinggal, tanah untuk tempat usaha, dan tanah untuk sarana-prasarana

Limit jika:

Standar konsumsi perkapita X populasi = ketersediaan

Populasi = ketersediaan : Standar konsumsi perkapita

Populasi maksimum yang ditetapkan adalah yang terkecil dari simulasi terhadap berbagai faktor

(164)

Contoh Limiting Factor utama daya dukung wilayah

Untuk menentukan limiting factor dilakukan analisis ketersediaan lahan sarana dan prasarana.

1. Air

2. Lahan

DALAM PERENCANAAN GUNA LAHAN, DAYA DUKUNG WILAYAH YANG DIHITUNG BERDASAR LIMING FACTOR DIGUNAKAN UNTUK MENENTUKAN JUMLAH PENDUDUK YANG KEMUDIAN DAPAT

DIPAKAI UNTUK

MENENTUKAN BESARAN KEBUTUHAN LAHAN UNTUK PERUMAHAN DAN RUANG

USAHANYA (LAHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DLL)

(165)

Contoh Limiting Factor daya dukung Kota

Untuk menentukan limiting factor dilakukan analisis ketersediaan lahan sarana dan prasarana.

1. Air

2. Lahan

3. Sarana

4. Listrik/energi

5. Udara bersih

DALAM PERENCANAAN GUNA LAHAN, DAYA DUKUNG KOTA YANG DIHITUNG BERDASAR LIMING FACTOR DIGUNAKAN UNTUK MENENTUKAN JUMLAH PENDUDUK YANG KEMUDIAN DAPAT

DIPAKAI UNTUK

MENENTUKAN BESARAN KEBUTUHAN LAHAN UNTUK PERUMAHAN DAN SARANA-

PARSARANANYA

(166)

1. Air

Air merupakan kebutuhan pokok manusia sehingga

apabila tidak terdapat air di suatu kota maka kehidupan

kota tidak akan berlangsung. Oleh karena itu air

merupakan salah satu limiting factor yang menentukan

jumlah penduduk yang dapat ditampung. Perhitungan

dapat dilakukan sebagai berikut:

(167)

No. Populasi Penduduk (jiwa) Konsumsi lahan (ha/jiwa) 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

10.000 25.000 50.000 100.000 250.000 500.000 1.000.000 2.000.000

0,100 0,091 0,086 0,076 0,070 0,066 0,061 0,057

Nilai daya dukung lahan yang ditunjukkan dengan konsumsi lahan per kapita untuk berbagai ukuran populasi kota menurut Yeateset al (1980) sebagai berikut :

Tabel diatas menunjukkan bahwa ukuran penggunaan lahan di wilayah perkotaan untuk ukuran jumlah populasi penduduk tertentu membutuhkan konsumsi lahan dengan luasan tertentu. Semakin besar jumlah penduduk kota maka semakin kecil konsumsi lahan per ha per kapitanya.

(168)

3. Sarana

Setiap sarana memiliki standar pelayanan minimum

yang telah ditetapkan pada Pedoman Perencanaan

Kawasan Perumahan Kota Dinas Pekerjaan Umum Tahun

1987, Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana

Wilayah No.534 Tahun 2001, dan SNI No.33 Tahun 2004.

(169)

4. Listrik

Listrik merupakan sumber daya energi yang harus

mencukupi semua kebutuhan yang ada. Saat ini hampir

semua kegiatan di perkotaan membutuhkan listrik. Apabila

di suatu kota kekurangan sumber daya listrik, maka

kehidupan kota akan terganggu. Rata-rata kebutuhan 1

rumah tangga adalah 450 watt. Hal ini tentu harus

disiapkan sesuai dengan kapasitas listrik yang ada,

sehingga sumberdaya listrik tersebut menentukan jumlah

rumah tangga atau penduduk yang dapat ditampung.

(170)

Gambar 5. Flowchart Penentuan Skala Kota Sumber : Produk Pembelajaran Mata Kuliah Metode dan Teknik Rencana Kota 2012/2013

Besaran

kawasan

perkotaan

(171)

Gambar 8. Flowchart Penentua Intensitas Kota

Sumber : Produk Pembelajaran Mata Kuliah Metode dan Teknik Rencana Kota 2012/2013

Intesitas

guna lahan

perkotaan

(172)

Limiting faktor penting modeling daya dukung UNTUK TATA RUANG (DIY); berurut

1. Lahan berkait dg pangan

2. Air

3. Sistem Transportasi

4. Lahan terkait dengan data tampung (absortive capacity) CO

5. Sistem pengelolaan sampah (absortive capacity)…. Contoh lihat web PSPPR

6. Energi

(173)

1. Modeling Lahan berkait dg pangan

Prediksi

Pertumbuhan pdd

Tren Pertumbuhan konsumsi

perkapita

Tren Pertumbuhan kebutuhan pangan

Potensi

produksi ideal Potensi

produksi ideal Potensi

produksi ideal

Pengurangan lahan

pertanian

Pertumbuhan produktifitas

Pertumbuhan vol produksi

Area kritis, hrs ada skenario

Prediksi

pola guna

lahan

(174)

1. Contoh formula penilaian daya dukung lahan pertanian 1

Konsep Allan  daya dukung lahan pertanian dihitung dari kebutuhan lahan perkapita

FORMULA : KETERANGAN :

A = (100 CL) / P A = Kebutuhan lahan / kapita.

L = (R + U) / U C = luas lahan yang ditanami perkapita.

D = 1/A L = faktor penggunaan lahan.

D = daya dukung R = lamanya lahan bero ditanami.

U = lamanya lahan ditanami.

P = luas lahan yang dapat ditanami.

Atau :

CPD = (100 Ca.L) / Cp. CPD = Critical Population Density.

D = Cp / ( 100 Ca. L ) Cp = luas lahan yang dapat ditanami (%)

Ca = luas lahan yang digunakan untuk hidup per orang (ha/org)

Ca tergantung kriteria yang digunakan (kriteria hidup layak).

(175)

1. Contoh formula penilaian daya dukung lahan pertanian 2. (lanjutan)

Konsep Gabungan (Issar, Howard, Odum) Daya dukung diartikan sebagai tingkat

swasembada wilayah  suatu wilayah bisa memenuhi kebutuhan dasar penduduknya

FORMULA :

TSW = X/K. X = Produktivitas lahan (luas panen.kapita).

K = Luas yang dibutuhkan untuk swasembada.

K = KFM beras / PB KFM = Kebutuhan fisik minimum ( BPS).

PB = Produktivitas beras/ha X = LP/JP LP = luas panen.

JP = Jumlah penduduk.

TSW < 1 TSW > 1 TSW = 1

Tidak mampu swasembada. JP melebihi batas optimal.

Mampu swasembada. JP dibawah batas optimal.

Swasembada optimal. JP optimal.

(176)

1. Faktor lain yang mempengaruhi daya dukung wilayah dalam hal ketersediaan pangan … lanjutan

Produktivitas Lahan.

Rendahnya laju peningkatan produksi pangan dan terus menurunnya produksi di Indonesia antara lain disebabkan oleh: (1) Produktivitas tanaman pangan yang masih rendah dan terus menurun; (2) Peningkatan luas areal penanaman-panen yang stagnan bahkan terus menurun khususnya di lahan pertanian pangan produktif di pulau Jawa.

Tingkat kesuburan tanah.

Tingkat kesuburan lahan pertanian produktif terus menurun; revolusi hijau dengan mengandalkan pupuk dan pestisida memiliki dampak negatif pada kesuburan tanah yang berkelanjutan dan terjadinya mutasi hama dan pathogen yang tidak diinginkan.

(177)
(178)

PENATAAN AGRARIA DAN TATA RUANG TKD213622 (2 SKS Pilihan)

MGG 5: TERORI EKONOMI DALAM TANAH GUNA LAHAN

(179)

Pokok bahasan

Distribusi harga tanah dan bentuk kota

Sifat sifat spesifik tanah

Pasar tanah

Faktor faktor pengaruh nilai tanah.

Strategi meningkatkan nilai tanah.

(180)

The distribution of land values in Topeka, Kansas

ISOMETRIC LAND VALUES TOPEKA, KANSAS

ISOMETRIC LAND VALUES TOPEKA, KANSAS

(181)

Zone I CBD

Concentric zone pattern of urban spatial organization (Burgess)

Central business distric

(stores, skyscrapers, theatres, hotels)

Zone of transition

(slums, skid-row, industry)

Zone of independent workers’ housing (modest homes, schools, groceries) Zone of better residences

(single-family dwellings, apartements) Commuters’ zone

(suburban residential areas)

(182)

Sectoral and multiple nuclei pattern

1. CBD

2. Wholesale, light manufacturing 3. Low-class residential

4. Middle-class residential 5. Heavy manufacturing 6. Outlying business district 7. Residential suburb

8. Industrial suburb 9. Industrial suburb 10. Commuter zone

(183)

URBAN GROWTH SHOWN BY PHASES OF CHANGE

(184)

SIFAT SIFAT SPESIFIK TANAH

 Durability :

Tanah merupakan sumberdaya yang mudah rusak atau sulit dikembalikan ke kondisi awal.

(tanah rusak, vacant land). Untuk

mengembalikan butuh usaha yang mahal dan lama.

 Immobility :

Tanah terikat tempat (lokasi). Nilai dan sifat

ekonominya terkait dengan lokasi tanah berada.

 Hambatan transaksi :

Kelancaran dan iffisiensi transaksi ditentukan oleh ketersediaan informasi. Dinegara negara

berkembang, informasi mengenai pertanahan

sangat terbatas dan sangat rendah akurasinya.

(185)

Mekanisme pasar tanah (Dowal, 1933; Mattingly, 1993; Evans, 2004.)

Pasar tanah adalah proses terjadinya transaksi atau

pemindahan hak atas tanah, yang ditentukanoleh hubungan permintaan dan penawaran. (Dowal, 1933)

Permintaan dan harga tanah ditentukan oleh perubahan

harga komoditas yang dihasilkan ditanah yang bersangkutan (tanah hanya digunakan satu jenis kegiatan dan satu jenis komoditi. (David Ricardo dlm Evans, 2004).

Pasar tanah mengikuti prinsip ekonomi, yaitu keseimbangan permintaan dan penawaran. Tanah mempunyai flesibilitas nilai gunanya, sesuai produktivitas kegiatan diatasnya

(multiple use). Oleh karena itu keseimbangan harga akan selalu bergerak, tergantung dari perubahan permintaan, perubahan nilai guna dan perubahan ketersediaan tanah.

(Mattingly, 1993).

Pasar tanah tdk bisa diberlakukan seperti komoditi ekonomi.

Tanah memepunyai nilai sosial, tanah adalah aset penting bagi rumah tangga, tanah adalah indespensable resource jika dikaitkan dengan kebutuhan dasar manusia. Oleh karena itu harus ada intervensi Pemerntah. (Lim. 1987).

(186)

KONSEP DAN TEORITISASI

Dua kutub cara pandang tentang pasar tanah

(Lim,

1987; Mattingly, 1993)

:

RICARDIAN & NEO KLASIK

MARXIST

PRINSIP PASAR (EFFISIENSI):

HARGA DITENTUKAN HUBUNGAN :

-SUPPLY – DEMAND - BEAYA - MANFAAT

- TANAH SEBAGAI SUMBERDAYA SOSIAL.

-NILAI SOSIAL MELEKAT PADA TANAH

- PASAR TANAH

DITENTUKAN OLEH SIAPA YANG MENETUKAN, SIAPA YANG MEMBAYAR DAN SIAPA YANG MENERIMA MANFAAT.

(187)

O S P

D R

D‘

X

O S S1 Q

C C1

C' C1'

H

H' RICARDIAN THEORY

Singgle land use

NEOCLASICAL THEORY Multiple land use

PRICE

LAND (ha)

PRICE

LAND (ha)

DD´ demand curve for land.

OS supply of land OP equilibrium price.

OQ land available at location OS land for commercial

OS land for housing CC´ demand curve for commercial

HH´demand curve for housing

(188)

Classic Form of Urban Rent Gradients

Industrial Commercial and light

manufacturing

Economic rent (dollars)

Distance

(189)

NILAI FUNGSIONAL SEBIDANG TANAH dalam budidaya lahan pertanian.

DITENTUKAN OLEH 1. jenis tanah 2. elevasi

3. kelerengan 4. air /irigasi 5. curah hujan 6. iklim

7. aksessibilitas

(190)

DITENTUKAN OLEH

1. kekuatan /daya dukung tanah 2. Topografi/kedataran

3. Jarak/aksesibilitas/posisi

4. Ketersediaan prasarana lingkungan (air, listrik, akses dst)

5. Nilai kultural/symbolik/historis 6. Ketersediaan tanah

NILAI FUNGSIONAL SEBIDANG TANAH dalam budidaya lahan perkotaan (non

pertanian)

(191)

lokasi, jarak dan nilai ruang

Lokasi dan jarak dalam ruang

Jarak antara lokasi dengan pusat kegiatan menentukan besarnya nilai ruang

Manfaat dan nilai ruang

Besarnya nilai ruang ditentukan oleh nilai manfaat suatu ruang

Nilai ruang 1: akses

Aksesibilitas (tingkat kemudahan) menentukan besarnya nilai ruang

Nilai ruang 2: hukum “supply – demand”

Besar kecilnya permintaan akan ruang menentukan besarnya nilai ruang

(192)

PERAN PRASARANA

DALAM PENGEMBANGAN STRUKTUR SPASIAL WILAYAH

Prasarana wilayah dapat mempercepat perkembangan spasial wilayah (mis. prasarana transportasi memberi akses baru)

Prasarana wilayah dapat memberi atau mengubah arah

perkembangan spasial wilayah (mis. adanya arah tertentu yang diinginkan atau yang tidak dikehendaki)

Prasarana wilayah dapat mendorong terbentuknya struktur spasial

(mis. upaya mempercepat terbentuknya pola dan struktur spasial

(mis. upaya melengkapi, memperjelas, mempertegas pembentukan

struktur spasial kota yang dikehendaki)

(193)

nilai dan kemampuan ruang

Rekayasa kemampuan ruang

pengolahan dan “perbaikan” daya dukung

peningkatan daya dukung ruang melalui “injeksi”

teknologi

“Rekayasa” nilai ruang

peningkatan akses atau keterjangkauan ruang

“pemindahan” titik orientasi mengubah distribusi nilai ruang

(194)

optimasi pemanfaatan ruang

Pemanfaatan ruang “tunggal”

Pemanfaatan (sebuah) ruang untuk suatu jenis manfaat ruang

Pemanfaatan ruang “majemuk”

Pemanfaatan (banyak) ruang untuk banyak macam / jenis manfaat

Banyak manfaat ruang-ruang yang mempunyai kait- mengkait

(195)

POLA PENGADAAN TANAH (Linden, 1986; Valey, 1989).

PASAR FORMAL PASAR INFORMAL

TRANSAKSI DAN OBYEK SYAH SECARA HUKUM.

PROSES MENGIKUTI KETENTUAN.

OBYEK JELAS KEDUDUKAN DAN KEPEMILIKANNYA SECARA HUKUM.

TIDAK ADA INSTRUMEN HUKUM.

ADA KETENTUAN, TTP TRANSAKSI TIDAK SESUAI KETENTUAN.

OBYEK TIDAK JELAS KEDUDUKANNYA.

Pasar informal tdk mungkin dihilangkan, karena

keterbatasan informasi, daya beli kelompok miskin

dan kecepatan perubahan nilai tanah.

(196)
(197)

PENATAAN AGRARIA DAN TATA RUANG TKD213622 (2 SKS Pilihan)

MGG 6: ETIKA PERENCANAAN GUNA LAHAN &

PERTIMBANGAN TEKNIS PERTANAHAN

(198)

Pertanyaan Dasar

• Seberapa pedulikah kita terhadap lingkungan?

• Mengapa kita harus peduli terhadap lingkungan?

• Apakah etika dan tindakan moral manusia memiliki keterkaitan dengan upaya pemeliharaan

lingkungan?

2

(199)

ETIKA

● sopan santun,

● tata krama,

● protokoler

● Pedoman

● aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana y

Referensi

Dokumen terkait

Cara itu ternyata berhasil sehingga dipakai untuk mencacar penduduk Hindia Belanda yang ditetapkan berdasar Surat Vaksin dikembangkan dari vaksin binatang kelinci, sapi dan

dalam melakukan pemodelan transportasi adalah menentukan model tarikan yang merupakan.. proses untuk menerjemahkan tata guna lahan beserta intensitasnya

Perubahan guna lahan menurut Sandy (1960, dalam Rolobessy,1999:19) suatu daerah yang mempunyai jumlah penduduk persatuan wilayah lebih banyak akan mempunyai

Pada langkah ini, kita bisa menentukan kesan dan gaya tampilan desain yang ingin ditonjolkan, menentukan besar ukuran yang ingin dipakai untuk setiap obyek yang ada, mencoba

Tujuan praktis pada jurnal ini adalah untuk mengetahui seberapa besar daya dukung lahan pertanian, jumlah penduduk optimal, dan kebutuhan lahan pertanian yang ada pada

Sebagaiamana diuraikan sebelumnya bahwa tujuan dari penyusunan dokumen Perencanaan Tata Guna Lahan untuk Mendukung Pembangunan Rendah Emisi di Kabupaten Banyuasin adalah

Daya dukung lahan yang dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan konsumsi pangan ideal penduduk Kabupaten Muara Enim yaitu sebesar 116.910 Ha (lahan sawah 36.539 Ha dan lahan

beberpa yang didapatkan guna untuk perencanaan antara lain adalah data sekunder, data sekunder merupakan data pendukung yang dipakai dalam penyusunan laporan Tugas Akhir, data sekunder