• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyusunan Perencanaan Penggunaan Lahan

N/A
N/A
dzikra alkindy

Academic year: 2024

Membagikan "Penyusunan Perencanaan Penggunaan Lahan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS

MATA KULIAH PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN

Pengajar:

Dr. Ir. Janthy T. Hidayat, M.Si.

Oleh:

1. Nur Handayani (NPM 072722007) 2. Neni Sofiyanti (NPM 072722004)

PROGRAM STUDI

MAGISTER PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR

2024

(2)

PROSES PENYUSUNAN

PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN

Perencanaan penggunaan lahan merupakan proses inventarisasi dan penilaian keadaan (status), potensi, dan pembatas-pembatas dari suatu daerah tertentu dan sumberdayanya, yang berinteraksi dengan penduduk setempat atau dengan orang yang menaruh perhatian terhadap daerah tersebut dalam menentukan kebutuhan-kebutuhan mereka, keinginan dan aspirasinya untuk masa mendatang (Soil Conservation Society of America 1982, dalam Sitorus, 2016). Pe rencanaan Tata Guna Lahan (Land Use Planning) merupakan suatu proses perencanaan terha dap penggunaan/pemanfaatan lahan dan alternatif pola tata guna lahan dengan mempertimban gkan faktor pengembangannya, baik fisik, sosial, budaya maupun ekonomi. Tujuan perencana an tata guna lahan adalah untuk melakukan penentuan pilihan dan penerapan salah satu pola t ata guna lahan yang terbaik dan sesuai dengan kondisi yang ada sehingga diharapkan dapat m encapai suatu sasaran tertentu. Perencanaan penggunaan lahan merupakan penilaian yang sist ematik terhadap lahan untuk mendapatkan alternatif penggunaan lahan dan memperoleh opsi yang terbaik dalam memanfaatkan lahan agar terpenuhi kebutuhan manusia dengan tetap men jaga agar lahan tetap dapat digunakan pada masa yang akan datang (Kurnianingrum dkk, 202 0).

Perencanaan penggunaan lahan akan menghasilkan rencana penggunaan lahan. Renca na penggunaan lahan (landuse plan) merupakan informasi komposit yang terkoordinasi, ide, kebijakan (policy), program, dan aktivitas yang dihubungkan dengan penggunaan lahan sekar ang dan potensi penggunaan lahan dalam suatu daerah, dan sering merupakan unsur penentu/

kunci dalam rencana keseluruhan (comprehensive plan) daerah yang sedang dikembangkan u ntuk penggunaan bagi keperluan umum dan keperluan perseorangan seperti perumahan, indus tri, perdagangan, rekreasi dan aktivitas pertanian (Sitorus, 2016).

Menurut Kianingrum (2020), ruang lingkup tata guna tanah mencakup:

1. Penilain potensial dan air

Setiap ada kegiatan yang memerlukan tanah harus diperhatikan mengenai data ke mampuan fisik tanah untuk mengetahui sesuai tidaknya kemampuan tanah tersebu t dengan kegiatan yang akan dilaksanakan. Selain itu harus diperhatikan juga kead aan sosial masyarakat yang ada di sekitar lokasi tanah. Ini dimaksudkan untuk me ncegah adanya keresahan sosial yang diakibatkan oleh kegiatan pembangunan.

(3)

2. Mencari alternative penggunaan lahan yang terbaik Hal perlu dipertimbangkan unt uk memilih penggunanan lahan serta menghindari penggunaan tanah yang salah te mpat adalah faktor ekonomis. Faktor ini penting untuk memperoleh keuntungan e konomis yang tinggi dari kegiatan pembangunan tersebut, sehingga dapat mening katkan kemakmuran masyarakat

3. Menilai kondisi ekonomi, social, lingkungan, agar dapat memilih tipe penggunaan lahan yang paling menguntungkan

Setiap pihak baik perseorangan, masyarakat maupun badan hukum dan lembaga p emerintah harus melaksanakan kewajiban memelihara tanah yang dikuasainya, ter masuk memelihara tanah untuk mencegah penurunan kualitas sumber daya tanah.

4. Menyediakan petunjuk bila terjadi konflik kepentingan antar sector

Hal ini berkaitan dengan upaya menghindari terjadinya pemenuhan kebutuhan tan ah yang tidak terkendali. Pengendalian ini penting sekali dalam rangka mencegah terjadinya konflik kepentingan dalam penguasaan dan penggunaan tanah.

Menurut Dent (1978) dalam Sitorus (2016) secara umum urutan dari proses perencana an penggunaan lahan terdiri dari 10 (sepuluh) tahapan meskipun pada kenyataannya terdapat beberapa tumpang tindih di antara banyak tahapan tersebut. Kesepuluh tahapan tersebut adala h:

1. Pengenalan (recognition) kebutuhan untuk perubahan

Perencanaan penggunaan lahan didahului dengan pengenalan kebutuhan untuk mengadakan perubahan penggunaan dari keadaan penggunaan lahan sekarang, seperti pembangunan atau intensifikasi penggunaan-penggunaan produktif misalnya rencana pembangunan pertanian, pembangunan irigasi, perkebunan dan sebagainya. Kebutuhan untuk perubahan ini sebagian besar ditentukan oleh geometri kebutuhan manusia berikut.

(4)

Gambar 1. Hubungan antara Lima Geometri dalam Penggunaan Lahan 2. Identifikasi tujuan

Identifikasi tujuan meliputi pertimbangan hubungan-hubungan (interrelationship) ant ara kelima geometri pengembangan lahan seperti pada gambar berikut.

3. Formulasi usulan (proposal) meliputi berbagai pilihan bentuk penggunaan lahan dan p engenalan kebutuhan utamanya

4. Pengenalan dan deliniasi berbagai tipe lahan yang terdapat di daerah tersebut;

5. Evaluasi dan perbandingan dari masing-masing tipe lahan terhadap penggunaan yang berbeda tersebut

Proses evaluasi itu sendiri meliputi uraian/deskripsi tentang kisaran

berbagai jenis penggunaan lahan yang memberikan harapan (promising) yang mungkin telah ada di daerah penelitian, atau merupakan penggunaan baru yang dipertimbangkan mempunyai potensi untuk diintroduksikan sesuai dengan

kondisi fisik dan sosial ekonomi daerah yang bersangkutan. Berbagai jenis penggunaa n ini kemudian dinilai dan dibandingkan dengan masing-masing tipe

lahan yang telah diidentifikasikan di daerah tersebut. Hasil ini digunakan untuk menyusun rekomendasi alternatif penggunaan yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan tentang macam penggunaan lahan yang lebih disukai (prefered) untuk masing-masing bagian areal tersebut.

6. Pemilihan (selection) penggunaan yang lebih disukai untuk masing-masing tipe lahan;

7. Rancangan proyek atau analisis terinci lainnya dari seperangkat alternative pilihan unt uk masing-masing bagian yang berbeda dari areal (dalam kasus tertentu, kegiatan ini dapat merupakan studi kelayakan atau feasibility study)

8. Keputusan untuk pelaksanaan;

9. Pelaksanaan;

(5)

10. Pemantauan pelaksanaan.

Dengan kata lain, dalam pendekatan yang terencana, tahapan

pertama dalam mengumpulkan keterangan tentang lahan adalah melaksanakan survei tanah atau lahan dan mengukur ciri-ciri (properties) tanah atau lahan.

Data ini kemudian diolah dan dianalisis kedalam kelas tanah dan kelas/lahan kemampuan atau kesesuaian lahan. Setelah itu, berbagai alternatif penggunaan lahan akan dinilai dalam membuat keputusan-keputusan penggunaan lahan.

Selanjutnya menyusun rencana (plan), dan akhirnya menilai hasil untuk melihat apakah tujuan yang telah digariskan pada kenyataannya dapat dicapai atau tidak.

Dalam hal ini perlu diingat bahwa melaksanakan rencana tidaklah otomatis berarti tujuan dapat dicapai. Tahapan akhir berupa evaluasi atau penilaian merupakan tahapan penting, karena pada tahapan inilah dapat diketahui apakah ada faktor-faktor yang tidak diketahui atau tidak diperhitungkan sebelumnya yang menghambat dalam pelaksanaan rencana tersebut (Sitorus, 2016).

Survei tanah dan evaluasi lahan sebagai bagian dari proses perencanaan penggunaan l ahan berperan sebagai bagian utama dalam tahapan 3, 4, dan 5. Survei tanah dan evaluasi tan ah merupakan kegiatan yang sangat penting dalam perencanaan penggunaan tanah karena keg iatan ini dapat menjamin terlaksananya pengumpulan data tanah secara sistematik dan logik, serta dapat menuangkan hasilnya dalam bentuk yang mudah dimengerti dan berguna bagi par a perencana. Perlu diingat bahwa hal yang telah dikemukakan belumlah mencakup seluruh as pek yang berhubungan dengan penggunaan tanah karena masih ada faktor-faktor lain seperti f aktor sosial, ekonomi, dan politik yang juga harus diteliti dan dipertimbangkan. Perencanaan penggunaan lahan itu sendiri merupakan suatu upaya yang sifatnya menyeluruh, mempunyai kelenturan (flexible), merupakan proses yang berkesinambungan, terbuka untuk

adanya perubahan dan tidak terikat secara ketat terhadap rencana yang telah ditetapkan (fixed plan) (Willatts, 1951 dalam Sitorus, 2016)

Dalam sumber lain menyebutkan bahwa proses perencanaan tata guna lahan sebagai berikut.

1. Survei awal: data dasar, kajian pustaka, survei lapangan. Hasil: perpaduan data dasar ke dalam pemetaan (peta tematik)

2. Penilaian kapabilitas lahan: peruntukan lahan (perkebunan, permukiman, pertanian, dl l). Kemampuan lahan yang nanti dikategorikan berdasarkan sifat, potensi, maupun pe nghambatnya.

(6)

- Nilai Kapabilitas lahan: nilai yang dianggap penting sesuai lingkungan peruntukan.

Contohnya pada lereng datar cocok untuk perumahan.

- Bobot nilai kapabilitas: nilai yang penting dari faktor-faktor lingkungan, contohny a lereng slope cocok untuk industri, tetapi kurang pada lahan terbuka.

Perhatikan grafik berikut.

Note: peruntukan lahan apapun tergantung data yang dibutuhkan setiap daerah dan ha rus mengkaji sesuai data-data yang ada

3. Rencana lokasi: peruntukan lahan yang ada. Rencana sesuaikan apa yang akan direnca nakan/ sesuai kebutuhan.

Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), langkah-langkah dalam perenca naan penggunaan lahan, diantaranya sebagai berikut.

1. Tetapkan tujuan dan kerangka acuan

Upaya perencanaan dilakukan melalui diskusi antara pihak yang menginginkan renca na tersebut (pengguna lahan dan pemerintah) dan para perencana. Langkah pertama y ang penting ini adalah saling bertukar ide dan informasi. Para pengambil keputusan da n perwakilan masyarakat di wilayah perencanaan harus memberi pengarahan kepada p erencana tentang permasalahan di wilayah tersebut dan apa yang ingin mereka capai.

Perencana harus memperjelas bagaimana rencana penggunaan lahan dapat membantu.

Tugas-tugas berikut dapat dimasukkan dalam langkah pertama perencanaan ini.

a. Menentukan wilayah perencanaan. Menentukan dan memetakan lokasi, ukura n, batas, akses dan pusat populasi.

(7)

b. Hubungi orang-orang yang terlibat. Tujuannya memberikan tim perencanaan pandangan mendalam mengenai situasi sebenarnya dan menyadarkan para peng guna lahan bahwa perubahan-perubahan sedang dipertimbangkan dan bukannya dihadapkan pada perubahan-perubahan tersebut sebagai sesuatu yang dipaksaka n dari atas.

c. Dapatkan informasi dasar tentang area tersebut. Ini adalah tahap pertama pe ngumpulan informasi yang akan diperoleh secara lebih rinci pada langkah selanj utnya. Pada titik ini diperlukan untuk menetapkan apa yang ingin dicapai oleh re ncana tersebut.

d. Tetapkan tujuan. Sasaran tersebut mungkin timbul karena permasalahan lokal (misalnya rendahnya hasil panen, kekurangan pakan ternak) atau karena kebijak an nasional dan prioritas pembangunan (misalnya hasil panen untuk ekspor). Pa da tingkat tertentu, tujuan-tujuan tersebut mungkin berasal dari tingkat yang lebi h tinggi (dari nasional ke kabupaten dan daerah) atau tingkat yang lebih rendah (melalui penggabungan kebutuhan lokal) – masing-masing dari perencanaan to p-down dan bottom-up.

e. Identifikasi masalah dan peluang. Ilustrasikan situasi penggunaan lahan saat i ni. Identifikasi masalah yang ingin diatasi oleh rencana tersebut dan peluang unt uk perbaikan.

f. Mengidentifikasi kendala-kendala dalam implementasi. Hambatan terhadap implementasi rencana yang diusulkan mungkin bersifat hukum, ekonomi, kelem bagaan, sosial atau lingkungan. Rancangan intervensi apa pun harus secara eksp lisit mengakui kapasitas pemerintah, organisasi lain, dan pengguna lahan untuk melaksanakannya. Sumber daya yang tersedia harus ditentukan.

g. Menetapkan kriteria yang akan digunakan dalam pengambilan keputusan penggunaan lahan. Misalnya saja, opsi yang dipilih mungkin merupakan opsi y ang menjanjikan pengembalian investasi tertinggi, atau opsi yang dapat menopa ng jumlah penduduk pedesaan terbesar. Jika terdapat beberapa kriteria, tentukan kepentingan relatifnya.

h. Tetapkan ruang lingkup rencana. Berapa cakupan rencana tersebut? Apakah r encana lain akan tetap berlaku? Misalnya, apakah jalan atau layanan dasar lainn ya akan tercakup dalam rencana ini?

(8)

i. Tetapkan periode perencanaan. Ini adalah jangka waktu pelaksanaan rencana tersebut. Prosesnya bisa memakan waktu tiga atau lima tahun atau lebih, dan da pat dipecah menjadi beberapa tahap untuk ditinjau dan direvisi.

j. Menyepakati isi dan format rencana. Apa isi rencana itu? Bagaimana cara pe nyajiannya? Misalnya, apakah hal ini akan mencakup tanaman baru, peningkata n teknik pengelolaan lahan, layanan penyuluhan, perbaikan infrastruktur atau un dang-undang baru? Formatnya tergantung pada orang-orang yang harus diberi i nformasi dan dilibatkan; mengidentifikasi berbagai kelompok orang yang bersan gkutan.

k. Putuskan pertanyaan operasional. Hal ini mencakup pendanaan operasi peren canaan, wewenang dan organisasi tim, fasilitas, kerja sama dengan lembaga lain pengaturan pencatatan dan pelaporan, orang-orang penting yang dapat memban tu atau perlu diberi informasi, dan jadwal produksi rencana.

Dalam perencanaan penggunaan lahan perlu membuat kerangka acuan yang ha rus didefinisikan secara luas untuk memberikan fleksibilitas dalam menemukan solusi terhadap permasalahan penggunaan lahan yang teridentifikasi, namun tetap dalam bat asan waktu dan sumber daya yang tersedia. Output dari langkah ini akan berupa doku men proyek (atau pernyataan serupa) yang memberikan kerangka acuan pelaksanaan perencanaan, termasuk tujuannya, sasaran spesifik, waktu yang diperlukan dan anggar an yang diperlukan.

2. Atur pekerjaan

Langkah ini mentransformasikan prosedur perencanaan umum dari Langkah 1 menjadi program kerja khusus. Perencanaan tersebut menyatakan apa yang perlu dilak ukan, memutuskan metode, mengidentifikasi siapa yang akan melakukannya, menent ukan tanggung jawab masing-masing anggota tim, menjadwalkan personel dan kegiat an, serta mengalokasikan sumber daya untuk langkah selanjutnya dalam proses perenc anaan.

3. Analisis permasalahan

Setelah fokus sebelumnya pada pembahasan, kerangka acuan dan persiapan, la ngkah 3 adalah langkah pertama yang melibatkan aspek teknis perencanaan pengguna an lahan secara rinci, ini adalah langkah besar. Pertama, situasi penggunaan lahan yan g ada harus dianalisis dan dibandingkan dengan tujuan pembangunan; untuk melakuk an hal ini diperlukan identifikasi unit lahan dan sistem penggunaan lahan. Selanjutnya,

(9)

masalah-masalah yang terjadi pada penggunaan lahan saat ini harus diidentifikasi, ter masuk sifat dan tingkat keparahannya. Pada akhirnya, penyebab permasalahan ini har us dianalisis. Untuk mendefinisikan suatu masalah, kita perlu mengetahui situasi saat i ni, menilai cara-cara yang tidak memuaskan, dan mengidentifikasi cara-cara untuk me mperbaikinya.

4. Identifikasi peluang perubahan

Setelah masalah-masalah yang memerlukan perhatian diketahui, langkah selan jutnya adalah mempertimbangkan apa yang dapat dilakukan untuk memecahkan atau memperbaikinya. Hal ini memerlukan interaksi antara tim perencanaan, yang menyus un dan menyajikan peluang-peluang alternatif untuk perubahan, para pengguna lahan, yang mengomentari peluang-peluang ini dan mungkin menawarkan solusi mereka sen diri, serta para pengambil keputusan, yang memilih alternatif mana yang akan dianalis is lebih lanjut. Carilah berbagai solusi terlebih dahulu, lalu pilih solusi yang tampakny a paling menjanjikan. Opsi-opsi yang dikembangkan dalam langkah ini akan bergantu ng pada tujuan, strategi yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut, peluang dan p ermasalahan yang dihadapi oleh masyarakat dan lahan serta pendanaan dan sumber da ya lain yang tersedia. Misalnya, masalah produksi pangan memerlukan tindakan perta nian atau ekonomi; Peluang pariwisata akan bergantung pada cara menarik dan menga komodasi wisatawan. Pilihan dapat digambarkan dari segi cara dan sarana:

a. Pilihan perencanaan non-penggunaan lahan. Contohnya kebijakan kependuduka n dan bantuan pangan berada di luar cakupan perencanaan penggunaan lahan.

b. Alokasi penggunaan lahan. Tipe penggunaan lahan dialokasikan pada area lahan tertentu; misalnya, pertanian beririgasi hingga dataran rendah, kehutanan hingga lereng curam, dan reservasi sungai. Opsi ini diterapkan secara luas pada skema p ermukiman baru namun lebih sulit diterapkan jika lahan sudah ditempati.

c. Penggunaan lahan baru. Perubahan menyeluruh dilakukan dengan memperkenal kan jenis penggunaan lahan baru yang sebelumnya tidak dilakukan di wilayah te rsebut, misalnya irigasi.

d. Perbaikan tipe penggunaan lahan. Perbaikan dilakukan terhadap sistem pertania n yang ada atau jenis penggunaan lahan lainnya agar lebih produktif atau berkel anjutan. Perbaikan harus dilakukan melalui layanan penyuluhan, sering kali diko mbinasikan dengan peningkatan infrastruktur dan layanan (misalnya pasokan in

(10)

put). Pilihan ini mengikuti langsung dari analisis masalah. Ini adalah salah satu c ara utama untuk membawa perubahan di wilayah yang sudah ada.

e. Standar. Standar dapat terdiri dari pedoman atau batasan perencanaan. Misalnya, standar konservasi mungkin menetapkan "tidak ada budidaya dalam jarak 40 m dari sungai atau pada kemiringan lebih dari 12°"; batasan untuk melindungi kehi dupan dan harta benda mungkin menentukan "tidak ada pembangunan perumaha n atau industri di zona bahaya banjir atau tanah longsor". Akan tetapi, standar-st andar semacam ini sulit untuk ditegakkan, kecuali jika masalah-masalah yang m enyebabkan tidak terpenuhinya standar-standar tersebut dapat diatasi.

Tidak ada prosedur tetap untuk memilih alternatif perubahan, yang penting ada lah selalu memberikan informasi dan mencari tahu kepada semua pihak yang berk epentingan. Beberapa pedomannya dokus pada pertanyaan mengenai tindakan apa yang diambil dalam rencana tersebut, mempertimbangkan strategi penggunaan lah an alternatif, identifikasi serangkaian solusi yang mungkin, dan kembangkan opsi yang mempunyai peluang realistis untuk diterapkan. Selanjutnya melakukan disku si public dan eksekutif tentang masalah dan alternatif.

5. Evaluasi kesesuaian lahan

Langkah ini merupakan bagian utama dari evaluasi tanah , sebuah prosedur ya ng menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk jenis penggunaan lahan tertentu, lahan ma nakah yang paling cocok? Untuk suatu area lahan tertentu, jenis penggunaan apa yang paling cocok untuk lahan tersebut? Prosedurnya adalah berikut.

a. menjelaskan tipe penggunaan lahan yang menjanjikan ;

b. untuk setiap tipe penggunaan lahan, tentukan persyaratannya , misalnya untuk air, unsur hara, pencegahan erosi;

c. melakukan survei yang diperlukan untuk memetakan satuan lahan dan menggamb arkan sifat fisiknya, misalnya iklim, kemiringan lereng, tanah;

d. membandingkan kebutuhan tipe penggunaan lahan dengan sifat unit lahan untuk mendapatkan klasifikasi kesesuaian lahan .

6. Penilaian alternatif: analisis lingkungan, ekonomi dan sosial

Opsi-opsi yang lulus tes pertama ini secara formal dinilai berdasarkan kriteria yang dipilih. Pada langkah ini, penting untuk mengkaji usulan penggunaan lahan dari sudut pandang kemampuan dan insentif masing-masing pengguna lahan. Salah satu ca

(11)

ra untuk melakukan hal ini adalah dengan memodelkan kinerja berbagai pilihan dan d ampaknya terhadap perwakilan pengguna lahan. Perlu ada peringatan: data kuantitatif belum tentu lebih baik, lebih dapat diandalkan, atau lebih akurat dibandingkan data ku alitatif. Model yang canggih membutuhkan banyak data dan membuat asumsi yang ha rus dipahami dengan jelas sebelum model diterapkan pada permasalahan tertentu. Aka n ada banyak kasus dimana penilaian kualitatif lebih tepat.

a. Analisis dampak lingkungan membandingkan apa yang akan terjadi pada setiap si stem pengelolaan alternatif dalam kaitannya dengan kualitas hidup seluruh masya rakat dan memperhitungkan dampak baik di dalam maupun di luar (efek di luar lo kasi) wilayah perencanaan.

b. Analisis ekonomi memperkirakan nilai suatu sistem penggunaan lahan bagi masy arakat secara keseluruhan. Misalnya, jika harga bagi produsen dikurangi dengan p ajak atau ditetapkan pada nilai yang tinggi secara artifisial melalui subsidi, maka pajak atau subsidi tersebut harus dihilangkan agar dapat mencapai harga bayanga n produksi. Biaya harus diperlakukan dengan cara yang sama.

c. Analisis sosial mempelajari dampak perubahan yang diusulkan terhadap berbagai kelompok masyarakat. Perhatian khusus harus diberikan terhadap dampak yang di timbulkan terhadap perempuan, etnis minoritas, dan kelompok masyarakat termis kin.

7. Pilih opsi terbaik

Pada titik pengambilan keputusan, peran perencana dan pengambil keputusan harus berinteraksi. Perencana harus mengumpulkan dan merangkum fakta-fakta yang diperlukan untuk membuat keputusan – yaitu hasil yang diperoleh dari langkah-langk ah sebelumnya. Pengambil keputusan harus memilih opsi penggunaan lahan yang pali ng sesuai dengan tujuannya. Gambar berikut menunjukkan pengambilan keputusan se bagai proses memilih di antara serangkaian pilihan, dengan langkah-langkah perencan aan penggunaan lahan sebelumnya ditampilkan sebagai sistem pendukung keputusan.

Mungkin sudah jelas pilihan mana yang terbaik, atau pilihan tersebut mungkin memer lukan pertimbangan yang cermat.

(12)

Dalam situasi perencanaan yang paling sederhana, yaitu penyelesaian lahan ba ru, unit lahan dapat dialokasikan untuk penggunaan tertentu. Keputusan mengenai alo kasi lahan atau rekomendasi penggunaan lahan untuk penggunaan yang bersaing dimu lai dengan pedoman kebijakan, unit lahan yang digambarkan melalui survei sumber d aya, serta tipe penggunaan lahan dirancang agar berkelanjutan dan layak secara ekono mi di wilayah perencanaan.

8. Menyiapkan rencana penggunaan lahan

Pada titik ini, laporan ditulis yang memiliki dua fungsi utama yaitu menyajika n rencana yang kini direkomendasikan, beserta alasan pengambilan keputusan – yaitu merangkum hasil dari Langkah 1 sampai 7 serta untuk mempersiapkan implementasi.

Pilihan perubahan yang lebih disukai harus dituangkan dalam bentuk yang dapat ditinj au dan, ketika disetujui, ditindaklanjuti. Rencana penggunaan lahan tertentu, yang dim aksudkan untuk dilaksanakan sebagai proyek pembangunan, adalah cara utama untuk melakukan hal ini. Namun, tergantung pada tingkat dan tujuan studi perencanaan, hasi lnya juga dapat diterapkan sebagai pedoman prioritas atau dimasukkan ke dalam perat uran perundang-undangan, anggaran pembangunan, program lembaga, standar pengel olaan, atau program penyuluhan. Tiga elemen dalam rencana yang harus disiapkan ad alah:

1. Apa yang harus dilakukan? - perubahan yang dipilih terhadap penggunaan lahan da n di mana perubahan tersebut harus diterapkan atau direkomendasikan.

(13)

2. Bagaimana cara melakukannya? - logistik, biaya dan waktu.

3. Alasan keputusan yang diambil

9. Melaksanakan rencana

Tujuan dari keseluruhan perencanaan penggunaan lahan sejauh ini adalah untu k mengidentifikasi dan menerapkan perubahan penggunaan lahan yang bermanfaat. O leh karena itu, implementasi dimasukkan sebagai “langkah” dalam proses perencanaa n, meskipun merupakan langkah yang berbeda sifatnya. Di tingkat nasional, impleme ntasinya kemungkinan besar akan dilakukan melalui pedoman kebijakan yang juga da pat berfungsi sebagai kerangka kerja untuk memilih proyek-proyek yang mungkin dil akukan di tingkat kabupaten. Dalam hal ini, tim perencanaan tetap berperan dalam pel aksanaan, memberikan informasi kepada pemerintah sebagai dasar pengambilan keput usan. Di tingkat daerah, pelaksanaan kadang-kadang dilaksanakan hampir bersamaan dengan perencanaan. Tim perencana dapat berpindah dari satu daerah ke daerah lain d an menyusun rencana pelaksanaan secara rinci (dalam kerangka kerja yang ditetapkan di tingkat kabupaten), sementara staf penyuluhan setempat, komite pertanian desa ata u lembaga lokal lainnya dapat melaksanakan rencana tersebut. Di tingkat kabupaten, r encana tersebut sering kali dilaksanakan melalui proyek pembangunan. Mungkin ada kesenjangan waktu antara perencanaan dan pelaksanaan karena alasan keuangan, biro krasi atau politik. Tanggung jawab untuk melaksanakan rencana ini terletak pada para pengambil keputusan, lembaga pelaksana, dan masyarakat di wilayah tersebut.

10. Memantau dan merevisi rencana

Informasi diperlukan mengenai seberapa baik rencana tersebut dilaksanakan d an apakah rencana tersebut berhasil, sehingga lembaga pelaksana dapat memperbaiki cara penerapan rencana tersebut dan agar tim perencanaan dapat belajar dari pengala man dan merespons terhadap perubahan kondisi. Perlu diketahui:

 Apakah kegiatan penggunaan lahan dilaksanakan sesuai rencana?

 Apakah dampaknya sesuai perkiraan?

 Apakah biayanya sesuai perkiraan?

 Apakah asumsi-asumsi yang mendasari rencana tersebut terbukti benar?

 Apakah tujuan tersebut masih valid?

 Sejauh mana tujuan telah dicapai?

(14)

Dalam Nembot, dkk (2018) tahapan proses perencanaan penggunaan lahan da pat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 2. Stages in Land Use Planning Process

Masing-masing tahap besar ini terdiri dari banyak langkah kecil, yang detailny a masih terus dikembangkan persetujuan, berdasarkan tinjauan pengalaman di tempat lain. Langkah-langkah ini menguraikan proses berulang antara analisis tingkat yang le bih tinggi, dan konsultasi tingkat lokal dan bertujuan untuk menemukan skenario peng gunaan lahan yang kompromi yang dapat diterima antara kepentingan lokal dan priori tas perencanaan nasional, dalam kerangka pasar dan kebijakan global dan nasional ya ng mendorong penggunaan lahan.

Proses perencanaan penggunaan lahan menurut Erdogan (2020) yaitu:

1. Identifikasi tujuan perencanaan penggunaan lahan terpadu

Menetapkan prioritas perencanaan dan tujuan lingkungan merupakan langkah awal dala m menetapkan proses perencanaan yang terintegrasi dalam perencanaan daerah. Tujuan y ang ditetapkan dalam fase ini terutama berkaitan dengan pencapaian keberlanjutan, dan d iidentifikasi melalui koordinasi dengan Pemerintah lembaga dan pemangku kepentingan utama yang akan memimpin dan menjadi bagian dari proses perencanaan terpadu.

2. Menilai situasi saat ini, kesenjangan dan konflik

Langkah ini terdiri dari analisis situasi yang ada terutama berkaitan dengan sumber daya alam, identifikasi prioritas sectoral dan lokasi konflik penggunaan lahan yang signifikan.

Hal ini diidentifikasi melalui penggunaan inventarisasi, data geo-spasial, sosial dan evalu asi ekonomi termasuk wawancara lapangan, survei dan pertemuan konsultasi dengan pe

(15)

mangku kepentingan. Dasar Metode yang digunakan untuk menilai situasi saat ini ditunj ukkan pada Gambar berikut

3. Proses perencanaan dan negosiasi terpadu

Proses perencanaan mencakup diskusi antara berbagai sektor, lembaga dan pemangku ke pentingan mengenai prioritas, peluang dan tindakan untuk mencapai tujuan Perencanaan Penggunaan Lahan Terpadu di wilayah tersebut. Hal ini juga melibatkan pengembangan penggunaan lahan yang optimal skenario yang mencakup semua sektor dan mengidentifi kasi alat implementasi yang diperlukan untuk mengambil tindakan. Keterlibatan masyara kat lokal dan pemangku kepentingan dalam hal ini sangat penting untuk memilih skenari o terbaik dan optimal. Prosesnya juga harus mencakup sektor tertentu analisis dan perenc anaan sejalan dengan tujuan Perencanaan Tata Guna Lahan Terpadu. Yang terakhir, zona si harus disepakati dengan mengedepankan perlunya pengelolaan kawasan yang berkelan jutan.

4. Implementasi

Perencanaan Penggunaan Lahan Terpadu harus dilaksanakan berdasarkan kesepakatan an tara berbagai pemangku kepentingan. Untuk tujuan ini, rencana aksi mendefinisikan apa, siapa dan kapan dapat dibentuk, serta mekanisme yang tepat bagi masing-masing lembag a untuk memasukkan rencana tersebut kegiatan ke dalam rencana kerja masing-masing.

5. Strategi komunikasi dan sistematisasi proses perluasan

Penting untuk mengembangkan rencana komunikasi untuk melibatkan pemangku kepenti ngan dan masyarakat dalam proses perencanaan. Komunikasi Strategi harus mempunyai empat komponen utama: tujuan komunikasi, khalayak sasaran, rencana dan saluran komu nikasi. Itu bisa diterapkan hingga komunikasi internal, komunikasi pemasaran, dan hubu

(16)

ngan masyarakat. Strategi komunikasi juga harus mencakup sistematisasi proses Perenca naan Penggunaan Lahan Terpadu untuk memfasilitasi perluasan proses ke kabupaten lain.

6. Sistem evaluasi dan monitoring

Langkah ini memungkinkan peninjauan, analisis, dan pemahaman berkelanjutan mengen ai kemajuan dan kinerja Perencanaan Tata Guna Lahan Terpadu di level tinggi. Hal ini m enetapkan kerangka kerja untuk memungkinkan pelaporan yang benar dan akurat, dan m emberikan dasar untuk perbaikan terus-menerus dan mekanisme untuk mengevaluasi keb erhasilan dan tantangan yang dihadapi oleh program implementasi.

Daftar Pustaka

(tanpa tahun). Proses Perencanaan Tata Guna Lahan. Repository Unikom. Diakses dari http s://repository.unikom.ac.id/68038/1/Pertemuan%2010%20Perencana%20Tata%20Gu na%20Lahan.pdf

Erdogan, HE. (2020). Framework for Integrated Land Use Planning: An Innovative Approarc h. Affiliation: Food and Agriculture Organization of the United Nations

FAO. (tanpa tahun). Chapter 3. Steps in Land-Use Planning. Web site FAO. Diakses dari htt ps://www-fao-org.translate.goog/3/T0715E/t0715e0a.htm?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&

_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

Kurnianingrum, F., Ngasim, M. & Nilakandi, F. (2020). Survei Tanah dan Evaluasi Lahan. T ugas Perencanaan Tataguna Lahan Universitas Brawijaya.

Nembot, TT., Acworth, J., Afana A., Rizhard SK. (2018). Reframing Local Land Use Plannin g Methods and Tools in South-West Cameroon as a Foundation for Secure Tenure, Su stainable and Equitable Rural Development, and REDD+. Conference: World Bank Conference on Land and PovertyAt: Washington DC

Sitorus, S. (2016). Perencanaan Penggunaan Lahan. Bogor: PT. Penerbit IPB Press

Referensi

Dokumen terkait

RIVAL RAHMAN. Perencanaan Penggunaan Lahan Pertanian Berbasis Komoditas Unggulan di Wilayah Boliyohuto Kabupaten Gorontalo. Dibimbing oleh DWI PUTRO TEJO BASKORO dan

Pertumbuhan jumlah penduduk berakibat pada peningkatan kebutuhan perumahan.Konsekuensi logisnya adalah pada perubahan penggunaan lahan dan kondisi sosial ekonomi masyarakat.Tujuan

sangat besar akan terjadi pada pemukiman dimana kebutuhan penduduk akan tempat tinggal (rumah) akan mendesak tergusurnya atau berkurangnya penggunaan lahan lain,

Permasalahan Penggunaan lahan biodisel merupakan permasalahan yang kompleks, pada tulisan ini dilakukan percobaan untuk menguji permasalahan perencanaan penggunaan lahan

Perubahan penggunaan lahan dan dampak yang ditimbulkan perlu dipelajari agar dapat menentukan tindakan yang perlu dilakukan padadaerahtersebut di masa yang

LAPORAN PROYEK PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN WILAYAH RAWAN BENCANA ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Laubaleng, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera

 Dalam hal ini perencanaan disusun untuk mencapai tujuan dan sasaran masa mendatang dengan mempertimbangkan pengalaman, kebutuhan dan tuntutan yang berkembang pada masa lalu; serta

• Perencanaan adalah suatu kegiatan penentuan tujuan-tujuan baik untuk masa sekarang ataupun masa mendatang yang merupakan bentuk dari pemecahan suatu masalah untuk menentukan tindakan-