• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PROYEK PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN WILAYAH RAWAN BENCANA

Fira Aryani

Academic year: 2024

Membagikan "LAPORAN PROYEK PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN WILAYAH RAWAN BENCANA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PROYEK PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN WILAYAH RAWAN BENCANA

(Wilayah Studi Kecamatan Laubaleng, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara)

Oleh : Kelompok 2 Fira Aryani (20136043) Rasyfa Malfira Salsabilla (20136027)

Stiva Rahmayuan Putri (20136076)

Dosen Pengampu : Dr. Ahyuni, S.T., M.Si.

PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI DEPARTEMEN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023

(2)

PEMBUATAN PETA ZONA AGROEKOLGI

KECAMATAN LAUBALENG, KABUPATEN KARO, PROVINSI SUMATERA UTARA

A. Pengertian Zona Agroekologi

Peta Agro Ekology Zone (AEZ) atau Peta Pewilayahan Komoditas adalah pengelompokan wilayah ke dalam zona-zona yang mempunyai kesamaan/keseragaman karakteristik sumberdaya lahan (biofisik). Setiap zona agro ekologi mencerminkan kesamaan faktor-faktor sumberdaya lahan, seperti: lereng, topografi, litologi, drainase dan iklim (tipe curah hujan, kelembapan udara, dan radiasi matahari). Dengan demikian, setiap zona mempunyai kesamaan dalam kelompok komoditas yang tumbuh secara alami maupun yang dibudidayakan. Penetapan komidtas pilihan juga mempertimbangkan nilai ekonomi dan program unggulan daerah.

B. Pembagian Zona Agroekologi

Proses zonasi ditentukan oleh kelas lereng dan jenis klasifikasi tanah, sedangkan sub zona (basah dan kering) ditentukan oleh kelas drainase.

Zona Agroekologi Kriteria

Zona I Wilayah dengan lereng > 40% dan ditetapkan sebagai zona konservasi

Zona II Wilayah dengan lereng 15-40% dan ditetapkan sebagai zona pengembangan pertanian berbasis tanaman tahunan/ perkebunan

Zona III Wilayah dengan lereng 8-15% dan ditetapkan sebagai zona pengembangan pertanian dengan tanaman tahunan atau alley cropping (budidaya lorong)

Zona IV Wilayah dengan lereng 0-8% dan ditetapkan sebagai zona pengembangan pertanian berbasis tanaman pangan Zona V dan VI Tanah gambut dan sulfat masam ditetapkan sebagai zona

konservasi/budidaya terbatas

Zona VII Tanah pasir kuarsa (Quardzipsamment, Spodosols) dan ditetapkan sebagai zona konservasi.

(3)

C. Analisis Peta Zona Agroekologi Kecamatan Laubaleng

1. Analisis Zona Utama

(4)

Tabel Luas Zona Utama Agroekologi Kecamatan Laubaleng Zona Utama Agroekologi Luas (Ha) Persen (%)

Zona I 727.19 3.50%

Zona II 10224.19 49.22%

Zona III 3671.12 17.67%

Zona IV 6150.8469 29.61%

Total 20773.3469 100.00%

Dari peta dan tabel di atas, zona utama agroekologi yang terdapat di Kecamatan Laubaleng yaitu Zona I, II, III, dan IV. Zona utama agroekologi yang paling dominan yaitu zona II dengan luas 10224.19 Ha dengan persentase 49.22%. Zona II ini merupakan wilayah dengan lereng 15-40 % dan ditetapkan sebagai zona pengembangan pertanian berbasis tanaman tahunan/ perkebunan. Sedangkan zona yang paling kecil yaitu zona I dengan luas 727.19 Ha dengan persentase 3.50%. Zona I ini merupakan wilayah dengan lereng > 40% dan ditetapkan sebagai zona konservasi. Ini berarti di Kecamatan Laubaleng pada semua zona kecuali zona I dapat ditanami tanaman pertanian (pangan), tanaman tahunan atau budidaya lorong, dan tanaman tahunan/perkebunan.

2. Analisis Subzona Agroekologi Kecamatan Tiganderket

(5)

Tabel Luas Subzona Agroekologi Kecamatan Laubaleng Zona Sub-Agroekologi Luas (Ha) Persen (%)

Zona I-ax 720.24 3.47%

Zona I-ay 0.51 0.002%

Zona I-bx 6.32 0.03%

Zona II-ax 10032.21 48.32%

Zona II-ay 87.08 0.42%

Zona II-bx 102.21 0.49%

Zona III-ax 3469.63 16.71%

Zona III-ay 156.05 0.75%

Zona III-bx 40.87 0.20%

Zona IV-ax 3098.97 14.93%

Zona IV-ay 3034.17 14.61%

Zona IV-bx 12.46 0.06%

Total 20760.72 100.00%

Berdasarkan peta subzona agroekologi dan tabel di atas, dapat dilihat zona subagroekologi terbagi menjadi 12 subzona di kecamatan Laubaleng dengan subzone agroekologi yang paling dominan berada di Zona II (ax) di mana zona ini memiliki kemiringan lereng 16-40% dengan elevasi 700-2000 mdpl dan memiliki drainase baik- agak baik. Zona II (ax) memiliki luas 10032.21 ha dengan persentase 48.32%.

Sedangkan zona sub-agroekologi di kecamatan Laubaleng dengan subzona agroekologi paling kecil berada di Zona I (ay) dengan kemiringan lereng >40% dengan elevasi

<7000 mdpl dam memiliki drainase terhambat-sangat terhambat. Zona I (ay) memiliki luas paling kecil yakni 0,51 ha dengan persentase 0,002%.

3. Analisis Zona II Agroekologi Kecamatan Laubaleng

(6)

Tabel Luas Zona IV Agroekologi Kecamatan Laubaleng Zona Sub-Agroekologi Luas (Ha) Persen (%)

Zona II-ax 10032.21 98.15%

Zona II-ay 87.08 0.85%

Zona II-bx 102.21 1.00%

Total 10221.5 100.00%

Berdasarkan peta zona II agroekologi dan tabel di atas, dapat dilihat zona II agroekologi terbagi menjadi 3 zona di kecamatan Laubaleng dengan Zona II agroekologi yang paling dominan berada di Zona II (ax) di mana zona ini memiliki kemiringan lereng 16-40 % dengan elevasi <700 mdpl dan memiliki drainase baik- agak baik. Zona II (ax) memiliki luas 10032.21 Ha dengan persentase 98,15%.

Sedangkan zona sub-agroekologi II di kecamatan Laubaleng paling kecil berada di Zona II (ay) dengan kemiringan lereng 16-40% dengan elevasi <700 mdpl dan memiliki drainase terhambat-sangat terhambat. Zona II (ay) memiliki luas paling kecil yakni 87.08 Ha dengan persentase 0.85%.

Berdasarkan tabel di atas zona II Agroekologi di kecamatan Laubaleng dengan:

(1) subzona (ax) memiliki subsistem Tanaman tahunan lahan kering dataran rendah iklim basah dengan alternatif komoditas sawit, karet, kelapa, kopi robusta, lada, cengkeh, durian. (2) subzona (bx) memiliki subsistem Tanaman Tahunan Lahan Kering Dataran Tinggi Iklim Basah dengan alternatif komoditas kopi arabika, kayu manis, gambir, lengkeng, dan apel. (3) subzona (ay) memiliki subsistem Tanaman Tahunan Lahan Kering Dataran Rendah Iklim Kering dengan alternatif komoditas kakao, mete, jarak,cengkeh, kapuk, dan pala.

(7)

4. Analisis Zona III Agroekologi Kecamatan Laubaleng

Tabel Luas Zona III Agroekologi Kecamatan Laubaleng Zona Sub-Agroekologi Luas (Ha) Persen (%)

Zona III-ax 3469.63 94.63%

Zona III-ay 156.05 4.26%

Zona III-bx 40.87 1.11%

Total 3666.55 100.00%

Berdasarkan peta zona III agroekologi dan tabel di atas, dapat dilihat zona III agroekologi terbagi menjadi 3 zona di kecamatan Laubaleng dengan Zona III agroekologi yang paling dominan berada di Zona III (ax) di mana zona ini memiliki kemiringan lereng 8-15 % dengan elevasi <700 mdpl dan memiliki drainase baik-agak baik. Zona III (ax) memiliki luas 3469.63 Ha dengan persentase 94.63%. Sedangkan zona sub-agroekologi III di kecamatan Laubaleng paling kecil berada di Zona III (bx) dengan kemiringan lereng 16-40% dengan elevasi 700-2000 mdpl dan memiliki drainase baik-agak baik. Zona III (bx) memiliki luas paling kecil yakni 40.87 Ha dengan persentase 1.11%.

(8)

Berdasarkan tabel di atas zona III Agroekologi di kecamatan Laubaleng dengan:

(1) subzona (ax) memiliki subsistem Tanaman tahunan lahan kering dataran rendah iklim basah dengan alternatif komoditas karet, kelapa, sawit, kopi robusta,lada, vanili,pete, belimbing, nangka, duku, durian, jambu,jeruk,manggis, jagung, kedelai,kacang hijau, kacang tanah, kacang tunggak, ubi jalar, ubi kayu, pisang. (2) subzona (bx) memiliki subsistem Tanaman Tahunan Lahan Kering Dataran Tinggi Iklim Basah dengan alternatif komoditas kayu manis, kemiri, kina, kopi arabika, markisa, teh, gandum, jagung, kacang panjang (3) subzona (ay) memiliki subsistem Tanaman Tahunan Lahan Kering Dataran Rendah Iklim Kering dengan alternatif komoditas mete, vanili,cengkeh, jarak, kakao, kapuk, pala, sorgum, jagung, kapas mangga.

(9)

5. Analisis Zona IV Agroekologi Kecamatan Laubaleng

Tabel Luas Zona IV Agroekologi Kecamatan Laubaleng Zona Sub-Agroekologi Luas (Ha) Persen (%)

Zona IV-ax 3098.97 50.43%

Zona IV-ay 3034.17 49.37%

Zona IV-bx 12.46 0.20%

Total 6145.6 100.00%

Berdasarkan peta zona IV agroekologi dan tabel di atas, dapat dilihat zona IV agroekologi terbagi menjadi 3 zona di kecamatan Laubaleng dengan Zona IV agroekologi yang paling dominan berada di Zona IV (ax) di mana zona ini memiliki kemiringan lereng <8 % dengan elevasi <700 mdpl dan memiliki drainase baik-agak baik. Zona IV (ax) memiliki luas 3098.97 Ha dengan persentase 50.43%. Sedangkan zona sub-agroekologi IV di kecamatan Laubaleng paling kecil berada di Zona IV (bx) dengan kemiringan lereng <8% dengan elevasi 700-2000 mdpl dan memiliki drainase baik-agak baik. Zona IV (bx) memiliki luas paling kecil yakni 12.46 Ha dengan persentase 0.20 %.

(10)

Berdasarkan tabel di atas zona IV Agroekologi di kecamatan Tiganderket dengan: (1) subzona (ax) memiliki subsistem Tanaman Pangan Lahan Kering Dataran Rendah Iklim Basah dengan alternatif komoditas jagung, kedelai, kacang hijau, kacang tanah, kacang tunggak, ubi jalar, ubikayu, tembakau, gandum, jagung, kacang panjang, bawang merah, cabe rawit, mentimun, nanas, jahe, kencur, kunyit, lengkuas. (2) subzona (bx) memiliki subsistem Tanaman Pangan Lahan Kering Dataran Tinggi Iklim Basah dengan alternatif komoditas Gandum, Jagung, Kacang Panjang, Wortel, kentang, kubis, seledri, brokoli, bawang putih, lobak, buncis, kapulaga. (3) subzona (ay) memiliki subsistem Tanaman Pangan Lahan Kering Dataran Rendah Iklim Kering dengan alternatif komoditas gandum, tembakau, asparagus.

Referensi

Dokumen terkait

ANALISIS SUMBERDAYA UNTUK PERENCANAAN TATAGUNA LAHAN..

Di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dari hasil overlay kesepuluh faktor penyebab longsor diperoleh 5 (lima) kelas tingkat rawan bencana longsor, meliputi ;

Berdasarkan studi awal yang dilakukan peneliti ke Puskesmas Matangkuli Kecamatan Matangkuli Kabupaten Aceh Utara yang merupakan salah satu puskesmas dengan wilayah kerja yang

 Analisis terhadap potensi wilayah rawan bencana gerakan tanah di Wilayah Pembangunan III (Distrik Nimboran, Nimbokrang, Namblong, Kemtuk, Kemtuk Gresi dan Gresi Selatan)

Keluaran analisis ini yaitu mengetahui apakah terdapat kesesuaian atau ketidaksesuaian lahan peruntukan permukiman pada kawasan rawan bencana banjir berdasarkan

Berdasarkan peta kawasan rawan bencana dalam Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten Minahasa Utara serta didukung oleh peta daerah rawan bencana dari Badan

Di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dari hasil overlay kesepuluh faktor penyebab longsor diperoleh 5 (lima) kelas tingkat rawan bencana longsor, meliputi ;

Selain itu, perubahan lahan terbangun terhadap rawan bencana gempa bumi diperoleh hasil yaitu perubahan penggunaan lahan terbangun terjadi peningkatan pada keseluruhan kategori dengan