KESESUAIAN LAHAN DAN PERENCANAAN
PENGGUNAAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI KAWASAN
PESISIR KABUPATEN KULON PROGO, YOGYAKARTA
ARIF MARTONO
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Penggunaan Lahan untuk Pertanian di Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Maret 2007
ABSTRACT
ARIF MARTONO. Land Suitability and Landuse Planning for Agriculture at Coastal Area of Kulon Progo District, Yogyakarta. Supervised by SUWARDI and
DWI PUTRO TEJO BASKORO.
untuk Pertanian di Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Dibimbing oleh SUWARDI dan DWI PUTRO TEJO BASKORO.
Kabupaten Kulon Progo memiliki kawasan pesisir sangat luas meliputi 14.579,79 ha atau sekitar 25% dari wilayah kabupaten. Kawasan pesisir tersebut relatif subur sehingga sangat potensial untuk pengembangan pertanian. Seiring dengan perkembangan wilayah, kawasan pesisir berkembang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir ini. Untuk mengantisipasi perkembangan kawasan pesisir, maka penataan lahan perlu dilakukan dengan pendekatan evaluasi lahan sehingga pengembangannya sesuai dengan kemampuan lahan dengan tetap mempertahankan kelestarian lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik fisik, finansial usaha tani dan mengevaluasi kesesuaian lahan untuk pertanian khususnya tanaman cabai merah, melon dan semangka. Hasil identifikasi karakteristik fisik menunjukkan bahwa daerah penelitian bertopografi datar sampai berombak dengan kondisi tanah relatif subur dengan order Inceptisol, Alfisol, Mollisol dan Vertisol. Sekitar 75% dari sebanyak 32.442 rumah tangga di kawasan ini berprofesi sebagai petani atau buruh tani. Hasil analisis memperlihatkan bahwa, cabai merah menjadi komoditas basis di Kecamatan Temon, Wates dan Panjatan, sedangkan melon dan semangka menjadi komoditas basis di Kecamatan Galur. Analisis kesesuaian lahan untuk ketiga komoditas tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar lahan termasuk sesuai (S2) dengan faktor pembatas utama kelebihan curah hujan tahunan. Oleh karena itu pengaturan pola tanam dan manajemen air menjadi kunci pokok suksesnya usaha tani cabai merah, melon dan semangka. Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa usaha tani cabai merah, melon dan semangka adalah layak untuk diusahakan. Luas lahan yang berpotensi untuk pengembangan ketiga komoditas tersebut adalah 5.617,9 ha. Berdasarkan berbagai hasil analisis tersebut di atas maka pengembangan komoditas cabai merah diarahkan di wilayah Kecamatan Temon, Wates, Panjatan dan sebagian Kecamatan Galur pada existing landuse, rumput, sawah, ladang dan belukar; sedangkan komoditas melon dan semangka diarahkan ke Kecamatan Galur terutama pada
KESESUAIAN LAHAN DAN PERENCANAAN
PENGGUNAAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI KAWASAN
PESISIR KABUPATEN KULON PROGO, YOGYAKARTA
ARIF MARTONO
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Perencanaan Wilayah (PWL)
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Progo, Yogyakarta
Nama : Arif Martono
NIM : A-253050104
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Suwardi, M.Agr. Ketua
Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro, M.Sc. Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr. Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS.
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas segala karunia dan hidayah-Nya, karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian ini mengambil judul Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Penggunaan Lahan untuk Pertanian di Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.
Proses penyusunan karya ilmiah ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menghaturkan rasa terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada Bapak Dr. Ir. Suwardi, M.Agr. selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro, M.Sc. selaku Anggota Komisi Pembimbing atas segala motivasi, arahan, dan bimbingan yang diberikan mulai dari tahap awal hingga penyelesaian tesis ini. Rasa terima kasih dan penghargaan juga penulis tujukan kepada Pusbindiklatren Bappenas yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas beasiswa kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor. Kepada keluarga, teman dan semua pihak yang telah memberikan motivasi dan dukungan bagi kelancaran penulisan tesis ini, penulis ucapkan terima kasih.
Akhirnya, penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca. Amin.
Bogor, Maret 2007
Penulis dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 5 Maret 1968 sebagai putra ketujuh dari delapan bersaudara, pasangan Bapak Safuan dan Almh. Ibu Rodjiyah. Menikah dengan Ernawati Purwaningsih dan telah dikarunia tiga orang anak bernama; Muhammad Nadhif Akbari, Talitha Syifa Zayyana, dan Nasywa Yumna Khairunnisa.
Pendidikan SD dan SMP diselesaikan di Yogyakarta, SMA di Bantul, sedangkan pendidikan sarjana ditempuh pada Jurusan Geografi Manusia Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, lulus pada tahun 1996. Kesempatan untuk melanjutkan pendidikan pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor diperoleh pada tahun 2005 dan diterima di Program Studi Perencanaan Wilayah, melalui fasilitas beasiswa dari Pusat Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan Perencana, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Pusbindiklatren Bappenas).
”M aka, sesungguhnya bersama dengan kesulitan itu
ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu
ada kemudahan.”
(QS. Al-Insyirah: 5-6)
”Dan, barangsiapa yang bert aqwa kepada Allah
niscaya Allah akan menjadikan baginya jalan kemudahan
dalam urusannya.”
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ………... x
DAFTAR GAMBAR ………. xi
DAFTAR LAMPIRAN ………... xii
PENDAHULUAN ………... 1
Latar Belakang ... 1
Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 3
Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4
TINJAUAN PUSTAKA ……… 5
Kesesuaian Lahan ………. 5
Kawasan Pesisir ………. 7
Analisis Spasial ………... 8
Sistem Informasi Geografi ... 10
METODE PENELITIAN ... 13
Kerangka Pendekatan Studi ... Lokasi dan Waktu Penelitian ... 13 14 Pengumpulan Data ... 14
Analisis Data ... 14
Identifikasi karakteristik fisik, ekonomi, sosial-budaya, dan peman-faatan lahan ... 15
Analisis sektor basis wilayah ... 15
Analisis kesesuaian lahan ... 18
Analisis usaha tani ... Analisis perencanaan penggunaan lahan kawasan pesisir ... 19 21 HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 22
Karakteristik Fisik ……… 22
Geografis ……….. 22
Iklim ……… 23
Hidrologi ………. Topografi ……… 26 28 Tanah ………. Satuan lahan ………. 28 32 Perekonomian Wilayah ……….. 34
Sosial dan Budaya ……….. 37
Kependudukan……….. 37
Pendidikan ………. 38
Kesehatan ………. 39
Kebudayaan ………. 40
Pemanfaatan Lahan ………... Analisis Sektor Basis Wilayah ……….. 41 47 Analisis Kesesuaian Lahan ………... 50
Analisis spasial kesesuaian lahan ………. 51
Integrasi analisis spasial kesesuaian lahan dengan penggunaan lahan saat ini ………... 55
Analisis usaha tani ... 58
Komoditas tanaman cabai merah ... 58
Komoditas tanaman melon dan semangka ………... 60
Perencanaan Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir ………... 62
KESIMPULAN DAN SAR AN ………. 66
Kesimpulan ……….. 66
Saran ………... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 68
KESESUAIAN LAHAN DAN PERENCANAAN
PENGGUNAAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI KAWASAN
PESISIR KABUPATEN KULON PROGO, YOGYAKARTA
ARIF MARTONO
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Penggunaan Lahan untuk Pertanian di Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Maret 2007
ABSTRACT
ARIF MARTONO. Land Suitability and Landuse Planning for Agriculture at Coastal Area of Kulon Progo District, Yogyakarta. Supervised by SUWARDI and
DWI PUTRO TEJO BASKORO.
untuk Pertanian di Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Dibimbing oleh SUWARDI dan DWI PUTRO TEJO BASKORO.
Kabupaten Kulon Progo memiliki kawasan pesisir sangat luas meliputi 14.579,79 ha atau sekitar 25% dari wilayah kabupaten. Kawasan pesisir tersebut relatif subur sehingga sangat potensial untuk pengembangan pertanian. Seiring dengan perkembangan wilayah, kawasan pesisir berkembang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir ini. Untuk mengantisipasi perkembangan kawasan pesisir, maka penataan lahan perlu dilakukan dengan pendekatan evaluasi lahan sehingga pengembangannya sesuai dengan kemampuan lahan dengan tetap mempertahankan kelestarian lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik fisik, finansial usaha tani dan mengevaluasi kesesuaian lahan untuk pertanian khususnya tanaman cabai merah, melon dan semangka. Hasil identifikasi karakteristik fisik menunjukkan bahwa daerah penelitian bertopografi datar sampai berombak dengan kondisi tanah relatif subur dengan order Inceptisol, Alfisol, Mollisol dan Vertisol. Sekitar 75% dari sebanyak 32.442 rumah tangga di kawasan ini berprofesi sebagai petani atau buruh tani. Hasil analisis memperlihatkan bahwa, cabai merah menjadi komoditas basis di Kecamatan Temon, Wates dan Panjatan, sedangkan melon dan semangka menjadi komoditas basis di Kecamatan Galur. Analisis kesesuaian lahan untuk ketiga komoditas tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar lahan termasuk sesuai (S2) dengan faktor pembatas utama kelebihan curah hujan tahunan. Oleh karena itu pengaturan pola tanam dan manajemen air menjadi kunci pokok suksesnya usaha tani cabai merah, melon dan semangka. Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa usaha tani cabai merah, melon dan semangka adalah layak untuk diusahakan. Luas lahan yang berpotensi untuk pengembangan ketiga komoditas tersebut adalah 5.617,9 ha. Berdasarkan berbagai hasil analisis tersebut di atas maka pengembangan komoditas cabai merah diarahkan di wilayah Kecamatan Temon, Wates, Panjatan dan sebagian Kecamatan Galur pada existing landuse, rumput, sawah, ladang dan belukar; sedangkan komoditas melon dan semangka diarahkan ke Kecamatan Galur terutama pada
KESESUAIAN LAHAN DAN PERENCANAAN
PENGGUNAAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI KAWASAN
PESISIR KABUPATEN KULON PROGO, YOGYAKARTA
ARIF MARTONO
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Perencanaan Wilayah (PWL)
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Progo, Yogyakarta
Nama : Arif Martono
NIM : A-253050104
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Suwardi, M.Agr. Ketua
Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro, M.Sc. Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr. Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS.
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas segala karunia dan hidayah-Nya, karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian ini mengambil judul Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Penggunaan Lahan untuk Pertanian di Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.
Proses penyusunan karya ilmiah ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menghaturkan rasa terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada Bapak Dr. Ir. Suwardi, M.Agr. selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro, M.Sc. selaku Anggota Komisi Pembimbing atas segala motivasi, arahan, dan bimbingan yang diberikan mulai dari tahap awal hingga penyelesaian tesis ini. Rasa terima kasih dan penghargaan juga penulis tujukan kepada Pusbindiklatren Bappenas yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas beasiswa kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor. Kepada keluarga, teman dan semua pihak yang telah memberikan motivasi dan dukungan bagi kelancaran penulisan tesis ini, penulis ucapkan terima kasih.
Akhirnya, penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca. Amin.
Bogor, Maret 2007
Penulis dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 5 Maret 1968 sebagai putra ketujuh dari delapan bersaudara, pasangan Bapak Safuan dan Almh. Ibu Rodjiyah. Menikah dengan Ernawati Purwaningsih dan telah dikarunia tiga orang anak bernama; Muhammad Nadhif Akbari, Talitha Syifa Zayyana, dan Nasywa Yumna Khairunnisa.
Pendidikan SD dan SMP diselesaikan di Yogyakarta, SMA di Bantul, sedangkan pendidikan sarjana ditempuh pada Jurusan Geografi Manusia Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, lulus pada tahun 1996. Kesempatan untuk melanjutkan pendidikan pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor diperoleh pada tahun 2005 dan diterima di Program Studi Perencanaan Wilayah, melalui fasilitas beasiswa dari Pusat Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan Perencana, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Pusbindiklatren Bappenas).
”M aka, sesungguhnya bersama dengan kesulitan itu
ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu
ada kemudahan.”
(QS. Al-Insyirah: 5-6)
”Dan, barangsiapa yang bert aqwa kepada Allah
niscaya Allah akan menjadikan baginya jalan kemudahan
dalam urusannya.”
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ………... x
DAFTAR GAMBAR ………. xi
DAFTAR LAMPIRAN ………... xii
PENDAHULUAN ………... 1
Latar Belakang ... 1
Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 3
Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4
TINJAUAN PUSTAKA ……… 5
Kesesuaian Lahan ………. 5
Kawasan Pesisir ………. 7
Analisis Spasial ………... 8
Sistem Informasi Geografi ... 10
METODE PENELITIAN ... 13
Kerangka Pendekatan Studi ... Lokasi dan Waktu Penelitian ... 13 14 Pengumpulan Data ... 14
Analisis Data ... 14
Identifikasi karakteristik fisik, ekonomi, sosial-budaya, dan peman-faatan lahan ... 15
Analisis sektor basis wilayah ... 15
Analisis kesesuaian lahan ... 18
Analisis usaha tani ... Analisis perencanaan penggunaan lahan kawasan pesisir ... 19 21 HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 22
Karakteristik Fisik ……… 22
Geografis ……….. 22
Iklim ……… 23
Hidrologi ………. Topografi ……… 26 28 Tanah ………. Satuan lahan ………. 28 32 Perekonomian Wilayah ……….. 34
Sosial dan Budaya ……….. 37
Kependudukan……….. 37
Pendidikan ………. 38
Kesehatan ………. 39
Kebudayaan ………. 40
Pemanfaatan Lahan ………... Analisis Sektor Basis Wilayah ……….. 41 47 Analisis Kesesuaian Lahan ………... 50
Analisis spasial kesesuaian lahan ………. 51
Integrasi analisis spasial kesesuaian lahan dengan penggunaan lahan saat ini ………... 55
Analisis usaha tani ... 58
Komoditas tanaman cabai merah ... 58
Komoditas tanaman melon dan semangka ………... 60
Perencanaan Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir ………... 62
KESIMPULAN DAN SAR AN ………. 66
Kesimpulan ……….. 66
Saran ………... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 68
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Luas wilayah, jumlah desa dan dukuh di daerah penelitian ... 23 2.
3. 4.
Rata-rata curah hujan bulanan menurut kecamatan di daerah
penelitian periode tahun 1994-2004 ... Jenis dan sifat tanah serta luasannya di daerah penelitian tahun 2003 Satuan lahan di daerah penelitian ...
24 31 34 5. Banyaknya rumah tangga dan penduduk di daerah penelitian tahun
2004 ... 37 6. Banyaknya kelompok tani, anggota kelompok tani dan petani/buruh
tani di daerah penelitian tahun 2004 ... 38 7. Banyaknya sarana pendidikan di daerah penelitian tahun 2004 ... 39 8. Banyaknya sarana dan tenaga kesehatan di daerah penelitian tahun
2004 ... 40 9. Banyaknya perkumpulan seni musik di daerah penelitian ... 41 10. Luas masing-masing jenis penggunaan lahan menurut kecamatan di
daerah penelitian tahun 2004 ... 42 11. Rekapitulasi analisa LQ, LI dan SI untuk tanaman hortikultura dan
padi/palawija di daerah penelitian tahun 2004 ... 49 12. Luas kesesuaian lahan untuk tanaman cabai merah, melon dan
semangka menurut di daerah penelitian ... 53 13.
14.
Luas kesesuaian lahan tanaman cabai merah, melon dan semangka menurut penggunaan lahan saat ini di daerah penelitian ... Luas penggunaan lahan saat ini menurut kecamatan di daerah pene-litian ...
56
56 15.
16.
Luas existing areal tanam menurut kecamatan di daerah penelitian tahun 2005 ... Integrasi rata-rata curah hujan dan pola tanam (crop calender) usaha tani tahunan menurut jenis penggunaan lahan saat ini di daerah penelitian ...
56
57 17. Hasil perhitungan analisis finansial usaha tani cabai merah di daerah
penelitian ... 58 18. Hasil perhitungan analisis finansial usaha tani melon di daerah
pene-litian ... 61 19. Hasil perhitungan analisis finansial usaha tani semangka di daerah
penelitian ... 61
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Kerangka pemikiran penelitian ... 13 2. Diagram alir tahapan penelitian ... 15 3. Daerah penelitian ... 23 4. Peta curah hujan rata-rata daerah penelitian ... 25 5. Peta pola drainase daerah penelitian ... 27 6. Peta kelas lereng daerah penelitian ... 29 7. Peta tanah daerah penelitian ... 30 8. Peta satuan lahan daerah penelitian ... 33 9. Peta jaringan jalan daerah penelitian ... 36 10. Peta penggunaan lahan daerah penelitian ... 43 11. Tanaman cabai merah tumbuh subur di tanah Entisol ... 44 12. Hamparan tanaman cabai merah di lahan semula existing landuse
rumput ... 44 13. ”Sumur renteng” di sela-sela tanaman cabai merah ... 45 14. Penyiraman langsung dari pipa paralon ... 45 15. Mesin diesel kapasitas 2 PK untuk memompa air tanah ... 45 16. Pekerja perempuan melakukan penyiangan rumput ... 45 17. Tanaman semangka tumbuh subur di tanah Inceptisol ... 46 18. Tanaman cabai merah dengan penyela tanaman terung ... 46 19. Hasil panen cabai merah ... 47 20. Hasil panen semangka ... 47 21. Lahan ”tidur” di daerah penelitian ... 51 22. Peta kesesuaian lahan tanaman cabai merah, melon dan semangka
daerah penelitian ... 54 23. Peta perencanaan penggunaan lahan untuk pertanian di kawasan
pesisir Kabupaten Kulon Progo ... 65
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. 2.
Tabel kriteria kesesuaian untuk tanaman cabai merah ... Tabel kriteria kesesuaian untuk tanaman semangka ...
70 70 3.
4.
Tabel analisis kesesuaian lahan untuk tanaman cabai merah masing- masing satuan lahan di daerah penelitian ... Tabel analisis kesesuaian lahan untuk tanaman melon dan semangka masing-masing satuan lahan di daerah penelitian ...
71
73 5. Tabel analisis LQ, LI dan SI terhadap komoditas subsektor pertanian
tanaman sayuran dan buah semusim di daerah penelitian ... 75 6. Tabel analisis LQ, LI dan SI terhadap komoditas subsektor pertanian
tanaman padi/palawija di daerah penelitian ... 76 7. Tabel input dan output usaha tani komoditas cabai merah per 2.000
m2 di daerah penelitian tahun 2006 (selama 6 bulan) dengan harga
Rp. 2.000,00/kg ... 77 8. Tabel input dan output usaha tani komoditas cabai merah per 2.000
m2 di daerah penelitian tahun 2006 (selama 6 bulan) dengan harga
Rp. 5.000,00/kg ... 79 9. Tabel input dan output usaha tani komoditas cabai merah per 2.000
m2 di daerah penelitian tahun 2006 (selama 6 bulan) dengan harga
Rp. 10.000,00/kg ... 81 10. Tabel input dan output usaha tani komoditas melon per 2.000 m2 di
daerah penelitian tahun 2006 (selama 4 bulan) dengan harga
Rp. 750,00/kg ... 83 11. Tabel input dan output usaha tani komoditas melon per 2.000 m2 di
daerah penelitian tahun 2006 (selama 4 bulan) dengan harga
Rp. 1.500,00/kg ... 85 12. Tabel input dan output usaha tani komoditas melon per 2.000 m2 di
daerah penelitian tahun 2006 (selama 4 bulan) dengan harga
Rp. 2.000,00/kg ... 87 13. Tabel input dan output usaha tani komoditas semangka per 2.000 m2
di daerah penelitian tahun 2006 (selama 4 bulan) dengan harga Rp.
500,00/kg ... 89 14. Tabel input dan output usaha tani komoditas semangka per 2.000 m2
di daerah penelitian tahun 2006 (selama 4 bulan) dengan harga Rp.
1.000,00/kg ... 91 15. Tabel input dan output usaha tani komoditas semangka per 2.000 m2
di daerah penelitian tahun 2006 (selama 4 bulan) dengan harga Rp.
1.250,00/kg ... 93 16. Kuesioner usaha tani komoditas cabai merah, melon dan semangka .. 95
Latar Belakang
Pembangunan adalah suatu proses untuk meningkatkan taraf kehidupan
manusia melalui berbagai langkah dan interaksi baik antara manusia maupun
antara manusia dengan lingkungannya. Todaro (2000) menyatakan bahwa
pem-bangunan merupakan suatu proses multidimensional yang melibatkan proses
sosial, ekonomi, dan institusional, mencakup usaha-usaha untuk memperoleh
kehidupan yang lebih baik. Proses multidimensional karena tidak saja
sasaran-nya yang mencakup ketiga proses tersebut, namun juga ketigasasaran-nya secara
bersa-ma akan saling mempengaruhi satu sabersa-ma lain.
Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah memiliki dua dimensi penting bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon
Progo dalam membangun daerah. Di satu sisi undang-undang tersebut
ber-dimensi peluang, yaitu memberi kewenangan yang luas bagi daerah untuk
meng-gali dan memberdayakan seluruh potensi yang ada di wilayahnya. Di sisi lain
undang-undang tersebut berdimensi tantangan, karena dibutuhkan kreativitas,
kerja keras dan “effort” yang tinggi untuk mengimplementasikannya, disamping
harus bersaing dengan daerah lainnya dalam memperebutkan investasi-investasi
yang diperlukan dalam pembangunan. Situasi ini telah mendorong Pemerintah
Daerah Kabupaten Kulon Progo terus berupaya menggerakkan seluruh
kemam-puan dan potensi sumberdaya yang dimilikinya, termasuk didalamnya
sumber-daya pesisir.
Berdasarkan kondisi topografi wilayahnya yang cukup beragam mulai dari
wilayah perbukitan dengan lereng cukup curam hingga wilayah pesisir yang
memiliki lereng landai, maka strategi kebijakan pengembangan wilayah
Kabu-paten Kulon Progo dibagi dalam tiga zona. Zona utara, dengan topografi berbukit
dan sebagian besar wilayah berlereng curam diarahkan untuk kawasan
konser-vasi dan budidaya terbatas. Zona tengah, dengan topografi relatif datar
diarah-kan untuk kawasan permukiman, budidaya (industri, perdagangan, jasa,
pertani-an), dan pemerintahan. Zona selatan, yang memiliki topografi wilayah dari datar
hingga landai, diarahkan untuk kawasan permukiman, budidaya (perikanan,
pari-wisata, jasa, dan pertanian), pemerintahan dan sebagian kawasan konservasi.
Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir pembangunan di zona selatan, dimana
sebagian wilayahnya berupa kawasan pesisir, menunjukkan perkembangan yang
pesi-2
sir” adalah wilayah dari titik pasang tertinggi air laut ke arah darat hingga batas
administratif kecamatan-kecamatan pesisir maka tidak kurang dari 85% wilayah
zona selatan ini termasuk dalam kawasan pesisir. Oleh karena itu, sudah
sewa-jarnya jika strategi pembangunan yang dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten
Kulon Progo terutama diarahkan untuk pengembangan sektor perikanan,
pertani-an, dan pariwisata, mengingat potensinya yang cukup besar namun belum tergali
dan termanfaatkan secara optimal.
Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo menyadari bahwa kawasan
pesisir merupakan salah satu sumberdaya yang potensial dikembangkan untuk
kemajuan pembangunan daerah. Hal ini sejalan dengan pernyataan Dahuri et al.
(1996) bahwa wilayah pesisir merupakan lokasi yang strategis untuk kegiatan
berbagai sektor dalam bidang ekonomi antara lain seperti; pariwisata bahari,
in-dustri perkapalan, pelabuhan transportasi, perikanan budidaya dan tangkap,
per-tambangan, kawasan konservasi, dan lain sebagainya.
Beragamnya sumberdaya alam kawasan pesisir memberi daya tarik yang
besar untuk berbagai penggunaan oleh masyarakat yang pada gilirannya dapat
mempengaruhi lingkungan ekologisnya. Selain itu ketersediaan sumberdaya
ka-wasan pesisir juga sangat terbatas. Oleh karenanya diperlukan strategi
pengelo-laan yang tepat bagi kelestarian lingkungan hidup agar tercipta kemampuan yang
serasi dan seimbang untuk mendukung keberlanjutan kehidupan manusia.
Realitas kawasan pesisir yang demikian dinamis memerlukan suatu
penge-lolaan yang khusus dan terpadu dalam mengakomodasikan berbagai
kepenting-an stakeholders, sekaligus tetap terjaga dan terpeliharanya lingkungan ekosistem
wilayah secara berkelanjutan. Dengan demikian dalam penyusunan arahan
pe-ngembangannya perlu dirumuskan suatu rencana pengelolaan dengan
pende-katan keruangan yang dapat mengakomodasikan kepentingan stakeholders.
Sebagaimana Ellsworth et al. (1997) yang menegaskan bahwa, sesungguhnya
pendekatan dalam perencanaan dan pengelolaan pesisir secara terpadu harus
melibatkan seluruh stakeholders, mulai dari pemerintah pusat hingga daerah
ter-masuk masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut.
Rencana pengelolaan kawasan pesisir muaranya adalah peningkatan
kese-jahteraan masyarakat dan keberlanjutan sumberdaya dan ekosistem pesisir.
Harapan ini akan lebih realistis dan dapat dipertanggungjawabkan apabila dalam
berdasar-kan “kesesuaian lahan”, yang dikaji secara ilmiah dengan tetap
mempertimbang-kan kebutuhan dan dinamika masyarakat yang tinggal didalamnya.
Mengingat penduduk yang tinggal di kawasan pesisir ini sebagian besar
petani dengan usaha tani dominan adalah komoditas; cabai merah, melon dan
semangka, maka penelitian ini bertujuan membuat perencanaan ruang kawasan
pesisir Kabupaten Kulon Progo untuk pertanian dengan komoditas; cabai merah,
melon dan semangka.
Identifikasi dan Perumusan Masalah
Kawasan pesisir Kabupaten Kulon Progo mempunyai karakteristik khusus,
karena memiliki sumberdaya alam, aspek lingkungan dan budaya yang unik.
Karakteristik unik yang dimilikinya adalah; (1) bentuk lahan (landform) pesisirnya
relatif landai, (2) sebagian besar penduduk yang bermukim di kawasan pesisir
Kulon Progo adalah petani dan sedikit sekali yang berprofesi sebagai nelayan,
(3) sebagian kecil lahan kawasan pesisir telah dimanfaatkan untuk pertanian
dengan komoditas; cabai merah, melon dan semangka dan mampu
menghasil-kan panen sangat bagus, (4) air tanah relatif dangkal dengan kualitas baik
(be-rasa tawar dan belum terjadi intrusi air laut), dan (5) terdapat lahan-lahan tidur
cukup luas yang belum termanfaatkan untuk berbagai penggunaan.
Kondisi di atas menunjukkan bahwa; (1) pertanian masih menjadi mata
pencaharian utama di kawasan pesisir, (2) perlunya analisis kesesuaian lahan
untuk pengembangan pertanian, (3) analisis finansial usaha tani diperlukan untuk
melihat kemampuan sektor pertanian sebagai sumber nafkah utama rumah
tangga petani, dan (4) perlu adanya arahan pengelolaan kawasan pesisir yang
ideal (mampu mempertemukan antara budaya masyarakat/stakeholders dengan
kemampuan dan status ekosistem sumberdaya secara ilmiah) sehingga dapat
meminimalisir pemanfaatan yang irasional dan tidak terkendali.
Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang terdapat di wilayah
studi dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah karakteristik fisik, finansial usaha tani dan pemanfaatan lahan
di kawasan pesisir Kabupaten Kulon Progo?
2. Apakah pemanfaatan ruang kawasan pesisir Kabupaten Kulon Progo saat ini
sudah sesuai dengan kesesuaian lahan untuk pertanian?
3. Strategi apa yang sebaiknya dilakukan dalam perencanaan penggunaan
4
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi karakteristik fisik, finansial usaha tani dan pemanfaatan
lahan di kawasan pesisir Kabupaten Kulon Progo.
2. Mengevaluasi kesesuaian lahan kawasan pesisir Kabupaten Kulon Progo
untuk pertanian, khususnya tanaman; cabai merah, melon dan semangka.
3. Memberikan alternatif perencanaan penggunaan lahan untuk pertanian di
kawasan pesisir secara terpadu dan berkelanjutan.
Manfaat penelitian ini adalah diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan
dan bahan pertimbangan dalam penyusunan ataupun penyempurnaan kebijakan
dan rencana strategis pemanfaatan lahan di kawasan pesisir Kabupaten Kulon
Kesesuaian Lahan
Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief,
hidro-logi dan vegetasi, dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi
penggu-naannya termasuk di dalamnya adalah akibat-akibat kegiatan manusia, baik
pada masa lalu maupun masa sekarang (FAO, 1976).
Menurut FAO (1976) beberapa ahli mengemukakan bahwa istilah “
capabi-lity” atau kemampuan dan “suitability” atau kesesuaian, merupakan dua istilah
yang mempunyai arti sama sehingga dapat saling menggantikan. Namun
demi-kian, pengertian yang umum dianut dewasa ini adalah bahwa “kemampuan
la-han” (land capability) berarti potensi lahan untuk penggunaan pertanian secara
umum, sedangkan istilah “kesesuaian lahan” (land suitability) berarti potensi
han untuk penggunaan jenis tanaman tertentu. Dengan demikian “kesesuaian
la-han” adalah kecocokan suatu lahan untuk tipe penggunaan lahan (jenis tanaman
dan tingkat pengelolaan) tertentu.
Kesesuaian lahan dilakukan untuk tujuan evaluasi lahan yaitu menentukan
nilai (kelas) suatu lahan untuk tujuan tertentu. Dalam kaitan ini FAO (1976)
menyatakan dalam evaluasi lahan perlu juga memperhatikan aspek ekonomi,
sosial, serta lingkungan dan berkaitan dengan perencanaan tata guna tanah.
Dalam tahapan evaluasi lahan, pertama harus ditetapkan tujuan yang jelas
mengapa evaluasi lahan itu dilakukan. Selanjutnya menentukan faktor-faktor
yang digunakan sebagai penciri, dimana faktor-faktor tersebut harus merupakan
sifat-sifat yang dapat diukur atau ditaksir dan erat hubungannya dengan tujuan
evaluasi. Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan dengan cara membandingkan
kualitas lahan masing-masing satuan lahan dengan persyaratan penggunaan
la-han yang akan diterapkan.
Pendekatan dalam evaluasi lahan dapat dilalukan melalui dua cara (FAO,
1976), yaitu:
1. Pendekatan dua tahap (two stage approach)
Tahap pertama dari pendekatan ini adalah merupakan evaluasi lahan
secara kualitatif, sedangkan tahap kedua (kadang-kadang tidak dilakukan)
terdiri dari analisa ekonomi dan sosial. Pendekatan dua tahap ini sering
dila-kukan untuk evaluasi perencanaan penggunaan lahan secara umum dalam
6
Klasifikasi kemampuan lahan dalam tahap pertama didasarkan pada
kecocokan lahan untuk penggunaan tertentu. Peranan analisa ekonomi dan
sosial dalam tahap ini terbatas pada pengecekan terhadap relevansi tipe
penggunaan lahan yang akan diterapkan. Setelah tahap pertama selesai dan
hasilnya disajikan dalam bentuk peta dan laporan, maka tahap kedua yaitu
analisa ekonomi dan sosial dapat dilakukan segera atau beberapa waktu
kemudian. Pendekatan dua tahap ini lebih sistematis karena memiliki
ke-giatan yang jelas terpisah. Survai tanah fisik dilakukan lebih dulu, baru
kemu-dian survai dan analisa ekonomi-sosial, sehingga memungkinkan
penjadwal-an kegiatpenjadwal-an dpenjadwal-an penggunapenjadwal-an staf.
2. Pendekatan paralel (parallel approach)
Pendekatan paralel merekomendasikan analisa ekonomi dan sosial
ter-hadap jenis penggunaan lahan yang direncanakan dilakukan secara
bersa-maan dengan analisa sifat-sifat fisik dan lingkungan dari lahan tersebut. Hasil
pendekatan ini biasanya memberi petunjuk mengenai modifikasi penggunaan
lahan untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Pendekatan paralel
di-harapkan dapat memberi hasil yang lebih tepat dalam waktu yang lebih
cepat. Cara ini memberi kemungkinan yang lebih baik untuk memusatkan
kegiatan survai dan pengumpulan data pada keterangan-keterangan yang
diperlukan untuk evaluasi.
Ada berbagai sistem evaluasi kesesuaian lahan yang umum dipakai, yaitu;
1. Sistem USDA atau sering juga dikenal sistem Klingebiel dan Montgomery
(1961) dimana dalam tingkat kelas, kemampuan lahan menunjukkan
kesama-an besarnya faktor-faktor penghambat. Tkesama-anah (lahkesama-an) dikelompokkkesama-an ke
da-lam kelas I sampai kelas VIII, dimana semakin tinggi kelas berbanding lurus
dengan kualitas lahan yang semakin jelek. Ini berarti resiko kerusakan dan
besarnya faktor penghambat bertambah dan pilihan penggunaan lahan yang
dapat diterapkan semakin terbatas.
2. Sistem FAO (1976) membagi kesesuaian lahan menjadi 4 (empat) kategori,
yaitu; ordo, kelas, sub kelas, dan unit. Kesesuaian lahan tingkat ordo dan
kelas biasanya digunakan dalam pemetaan tanah tinjau, sub kelas untuk
pe-metaan tanah semi detail, dan unit biasanya digunakan untuk pepe-metaan
Kawasan Pesisir
Berbagai pengertian dan batasan mengenai istilah “pesisir” telah
dikemuka-kan oleh para ahli. Namun dari semua pendapat tersebut tidak ada yang
diang-gap paling benar, karena penggunaan pengertian dan batasan tersebut dapat
dianggap benar apabila sesuai dengan tujuan penelitian atau kajian yang akan
dilakukan.
Pengertian wilayah pesisir menurut Bakosurtanal (1990) dalam Sutikno
(1999) adalah suatu jalur saling pengaruh antara darat dan laut, yang memiliki
ciri geosfer yang khusus, ke arah darat dibatasi oleh pengaruh sifat fisik laut dan
sosial ekonomi bahari, sedangkan ke arah laut dibatasi oleh proses alami serta
akibat kegiatan manusia terhadap lingkungan di darat. Batas wilayah pesisir arah
ke daratan tersebut ditentukan oleh; (a) pengaruh sifat fisik air laut, yang
ditentu-kan berdasarditentu-kan seberapa jauh pengaruh pasang air laut, seberapa jauh flora
yang suka akan air akibat pasang tumbuh (water loving vegetation) dan seberapa
jauh pengaruh air laut ke dalam air tanah tawar, dan (b) pengaruh kegiatan
baha-ri (sosial), seberapa jauh konsentrasi ekonomi bahabaha-ri (desa nelayan) sampai ke
arah daratan.
Menurut Aprilani (1986) dalam Pethic (1988) yang dimaksud dengan
wila-yah pesisir adalah wilawila-yah peralihan antara daratan dan laut. Bird (1969)
berpen-dapat bahwa wilayah pesisir adalah mintakat yang lebarnya bervariasi, yang
mencakup tepi laut (shore) yang meluas ke arah daratan hingga batas pengaruh
marine masih dirasakan. Apabila batasan yang dikemukakan Aprilani dan Bird
dipadukan maka mirip dengan pengertian pesisir yang dikemukakan oleh
Bako-surtanal tersebut di atas.
Pandangan yang lebih moderat dikemukakan oleh Dahuri et al. (1996)
bah-wa batas wilayah pesisir umumnya berdasarkan tiga kriteria. Pertama, garis linier
secara arbitrer tegak lurus terhadap garis pantai (coastline atau shoreline).
Kedua, batas-batas administrasi dan hukum. Ketiga, karakteristik dan dinamika
ekologis (biofisik), yaitu atas dasar sebaran spasial dari karakteristik alamiah
(natural features) atau kesatuan proses-proses ekologis, seperti aliran air sungai,
migrasi biota, dan pasang surut. Contoh batas satuan pengelolaan wilayah
pesi-sir menurut kriteria ketiga ini adalah batasan menurut daerah aliran sungai
(catchment area atau watershed).
Batas wilayah atas dasar kriteria ekologi, sekalipun dianggap mengikuti
8
dan pengelola cenderung memilih batasan wilayah pesisir menurut kriteria garis
lurus secara arbitrer dan administratif (Nugroho dan Dahuri, 2004). Contoh nyata
dari penerapan kriteria ini adalah Proyek MREP (Marine Resource Evaluation
and Planning atau Perencanaan dan Evaluasi Sumberdaya Kelautan)
menetap-kan batas ke arah laut suatu wilayah pesisir untuk keperluan praktis proyek
adalah sesuai dengan batas laut yang terdapat dalam peta Lingkungan Pantai
Indonesia (LPI) skala 1:50.000 yang telah diterbitkan Badan Koordinasi dan
Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), sedangkan batas ke arah darat mencakup
batas administratif seluruh desa pantai (Dahuri et al., 1996).
Lingkungan pesisir merupakan daerah yang selalu mengalami perubahan,
karena daerah tersebut menjadi tempat bertemunya dua kekuatan, yaitu berasal
dari daratan dan dari laut. Perubahan lingkungan pesisir dapat terjadi secara
lambat hingga sangat cepat, tergantung pada imbang daya antara topografi,
batuan dan sifat-sifatnya dengan gelombang, pasang surut dan angin.
Perubah-an lingkungPerubah-an pesisir sPerubah-angat bervariasi Perubah-antara satu tempat dengPerubah-an tempat
lain-nya, sehingga kajian keruangan dari lingkungan pesisir diperlukan dalam rangka
pengelolaannya.
Lingkungan pesisir perlu dikelola dengan baik mengingat fungsinya dalam
kehidupan manusia sangat besar sejak jaman dahulu hingga jaman sekarang
bahkan di masa mendatang. Selanjutnya Sutikno (1999) menyatakan, berhubung
perubahan wilayah pesisir pasti terjadi maka dalam pemanfaatan pesisir sedapat
mungkin menyesuaikan dengan karakteristiknya. Pendekatan satuan lahan (land
unit) dapat diterapkan untuk identifikasi permasalahan lingkungan pesisir dan
mengevaluasinya.
Analisis Spasial
Pengertian analisa spasial dipahami secara berbeda antara ilmuwan
geo-grafi dengan ilmuwan berlatar belakang sosial (termasuk ekonomi). Perbedaan
keduanya bersumber dari perbedaan dalam dua hal, pertama perbedaan
penger-tian kata “spasial” atau ruang itu sendiri dan kedua perbedaan fokus kajiannya
(Rustiadi et al., 2005). Dari pandangan geografi, pengertian spasial adalah
pengertian yang bersifat rigid (kaku), yakni segala hal yang menyangkut lokasi
atau tempat. Definisi suatu “tempat” atau lokasi dalam sudut pandang geografis
sangat jelas, tegas dan lebih terukur karena setiap lokasi di atas permukaan
geografi tertuju pada cara mendeskripsikan fakta, atau dengan kata lain lebih
memfokuskan pada aspek “apa” (what), “bagaimana” (why), dan bahkan
“dima-na” (where) yang terjadi di atas permukaan bumi. Domain kajian ilmu geografi
lebih banyak menekankan pada bagaimana mendeskripsikan fenomena spasial,
oleh karenanya ilustrasi-ilustrasi spasial dengan “peta” yang memiliki akurasi
informasi spasial didalamnya sangat penting. Analisis mengenai pola-pola
spa-sial (pemusatan, penyebaran, kompleksitas spaspa-sial, dan lainnya), kecenderungan
spasial, bentuk-bentuk dan struktur interaksi spasial secara deskriptif menjadi
kajian yang banyak mendapat perhatian ahli geografi. Semuanya dikaji tanpa
harus mendalami permasalahan sosial ekonomi yang ada di dalamnya.
Dalam kerangka konsep geografis, analisis spasial telah lama
dikembang-kan oleh para ahli geografi untuk memenuhi kebutuhan pemodelan dan analisa
data spasial. Bailey (1995) dalam Rustiadi et al. (2005) mendefinisikan analisis
spasial sebagai upaya memanipulasi data spasial ke dalam bentuk-bentuk dan
mengekstrak pengertian-pengertian tambahan sebagai hasilnya. Analisis data
spasial berbeda dengan spatial summarization of data. Spatial summarization of
data dilakukan untuk menciptakan fungsi dasar pengambilan informasi spasial
secara selektif di suatu areal dengan pendekatan komputasi, tabulasi atau
peme-taan dari berbagai statistik informasi yang dimaksudkan.
Analisis spasial lebih terfokus pada kegiatan investigasi pola-pola dan
ber-bagai atribut atau gambaran di dalam studi kewilayahan dan dengan
mengguna-kan permodelan berbagai keterkaitan untuk meningkatmengguna-kan pemahaman dan
prediksi atau peramalan. Lebih lanjut Haining (1995) dalam Rustiadi et al. (2005)
mendefinisikan analisis spasial sebagai sekumpulan teknik-teknik untuk
peng-aturan spasial dari kejadian-kejadian tersebut. Kejadian geografis (geographical
event) dapat berupa sekumpulan obyek-obyek titik, garis atau areal yang
berlo-kasi di ruang geografis dimana melekat suatu gugus nilai-nilai atribut. Dengan
demikian analisis spasial membutuhkan informasi baik berupa nilai-nilai atribut
maupun lokasi-lokasi geografis obyek-obyek dimana atribut-atribut melekat di
dalamnya.
Berdasarkan proses pengumpulan informasi kuantitatif yang sistematis,
tujuan analisis spasial adalah:
1. mendeskripsikan kejadian-kejadian di dalam ruang geografis (termasuk
10
2. menjelaskan secara sistematik pola kejadian dan asosiasi antar kejadian atau
obyek di dalam ruang, sebagai upaya meningkatkan pemahaman proses
yang menentukan distribusi kejadian yang terobservasi.
3. meningkatkan kemampuan melakukan prediksi atau pengendalian
kejadian-kejadian di dalam ruang geografis.
Berdasarkan atas aplikasinya, Fischer et al. (1996) dalam Rustiadi et al.
(2005) menyatakan bahwa model spasial digunakan untuk tiga tujuan, yaitu;
pertama, peramalan dan penyusunan skenario, kedua, analisis dampak terhadap
kebijakan, dan ketiga, adalah penyusunan kebijakan dan desain.
Data spasial atau data yang mempunyai referensi geografis, visualisasi
digunakan untuk membuktikan hipotesis-hipotesis mengenai pola atau
penge-lompokkan di dalam ruang geografis serta mengenai peranan lokasi terhadap
aktivitas manusia dan sistem lingkungannya (Mac Eachren, 1995 dalam Rustiadi
et al. 2005). Disamping perkembangan metode-metode analisis spasial, peranan
Sistim Informasi Geografis (SIG) di dalam visualisasi data spasial akhir-akhir ini
semakin signifikan. Menurut Getis (1995) dalam Rustiadi et al. (2005), tujuan
utama SIG adalah pengelolaan data spasial. SIG mengintegrasikan berbagai
aspek pengelolaan data spasial seperti pengolahan database, algoritma grafis,
interpolasi, zonasi, dan network analysis.
Sistim Informasi Geografi (SIG)
Sistim Informasi Geografis (SIG) mempunyai peran yang semakin penting
dalam berbagai aspek kehidupan dewasa ini. Melalui SIG berbagai macam
informasi dapat dikumpulkan, diolah dan dianalisa serta dikaitkan dengan
letak-nya di muka bumi. Menurut Danudoro (2006) SIG tumbuh sebagai respon atas
kebutuhan akan pengelolaan data keruangan yang lebih efisien dan mampu
menyelesaikan masalah-masalah keruangan. Secara garis besar, perkembangan
SIG dipicu oleh setidak-tidaknya tiga hal utama, yaitu; (a) perkembangan
tekno-logi komputer dan sistem informasi, (b) perkembangan metode analisis spasial di
bidang geografi dan ilmu keruangan lainnya, dan (c) tuntutan kebutuhan aplikasi
yang menginginkan kemampuan pemecahan masalah di bidang masing-masing,
yang terkait dengan aspek keruangan (spasial).
Pengertian SIG sendiri telah diuraikan oleh banyak ahli dan memiliki arti
yang relatif sama. Barus dan Wiradisastra (2000), menyatakan SIG adalah suatu
spasial atau berkoordinat geografi. Dengan kata lain, suatu SIG adalah suatu
sistim basis data dengan kemampuan khusus untuk data yang bereferensi
spasial bersamaan dengan seperangkat operasi kerja. Sedangkan Aronoff (1989)
dalam Dulbahri (2003) menyebutkan bahwa SIG adalah sistim informasi yang
mendasarkan pada kerja dasar komputer yang mampu memasukkan, mengelola,
memanipulasi dan menganalisis data serta memberi uraian. Pernyataan Aronoff
sejalan dengan pernyataan Danudoro (2006) bahwa SIG adalah sebuah sistim
untuk pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan atau manipulasi, analisis, dan
penayangan data; yang mana data tersebut secara keruangan (spasial) terkait
dengan muka bumi.
Berdasarkan berbagai pengertian SIG, tercermin adanya pemrosesan data
keruangan dalam bentuk pemrosesan data numerik. Pemrosesan yang
menda-sarkan pada kerja mesin, dalam hal ini komputer yang mempunyai persyaratan
tertentu. Data sebagai masukan harus dalam bentuk numerik, artinya data
ma-sukan apapun bentuknya harus diubah menjadi angka digital, sedangkan data
lain adalah data atribut (Dulbahri, 2003).
Komponen utama SIG terbagi dalam empat kelompok yaitu perangkat
keras, perangkat lunak, organisasi (manajemen) dan pemakai. Porsi
masing-masing komponen tersebut berbeda dari satu sistim ke sistim lainnya, tergantung
dari tujuan dibuatnya SIG (Barus dan Wiradisastra, 2000). Fasilitas perangkat
lunak SIG digital pada dasarnya dapat dirinci menjadi tiga sub sistem yang saling
terkait, yaitu; (1) sub sistem pemasukan data, (2) sub sistem pemrosesan data,
dan (3) sub sistem output data. Sementara itu, Chang (2002) membagi SIG ke
dalam komponen-komponen berikut; (a) sistem komputer meliputi perangkat
ke-ras dan sistem opeke-rasinya, (b) perangkat lunak SIG yang meliputi program dan
user interface untuk mengendalikan perangkat keras, (c) brainware untuk
pe-ngendalian aspek tujuan, manfaat, alasan dan justifikasi dalam penggunaan SIG,
dan (d) infrastruktur yang mencakup lingkungan fisik, organisasional,
adminis-tratif, serta kultural untuk mendukung mendukung operasi SIG, yang juga
meli-puti ketrampilan, standarisasi, data clearinghouse, serta pola organisasional.
Salah satu isu utama dalam SIG adalah pemodelan spasial. Pemodelan
spasial digunakan untuk memodelkan dunia nyata (real world), dan hal ini
dimak-sudkan untuk menyelesaikan masalah lingkungan atau kewilayahan. Danudoro
(2006) menyatakan terdapat lima macam model dalam SIG yang biasanya
12
(1) Model biner, yang bertumpu pada logika biner (boolean logic) pada peng-ambilan keputusan masuk-tidaknya (atau memenuhi-tidaknya) suatu
informa-si digunakan pada tahap proses selanjutnya. Karena dasar pengambilan
ke-putusan adalah logika biner (ya atau tidak), risiko kekeliruan pada penentuan
nilai/kondisi ambang (threshold) juga cukup tinggi. Model ini biasanya hanya
sesuai diterapkan pada skala kecil, di mana tidak tersedia cukup informasi
rinci sebagai dasar pengambilan keputusan. Model biner dapat diterapkan
dengan SIG vektor maupun raster,
(2) Model indeks, melibatkan penggunaan skor untuk setiap kategori yang ber-beda dalam suatu peta tematik. Tumpangsusun peta-peta dengan model
in-deks biasanya akan melibatkan proses kalkulasi aritmetik, baik
penjumlah-an, pengurangpenjumlah-an, perkalian atau pembagian. Indeks atau skor akhir yang
di-miliki oleh satuan-satuan pemetaan baru pada peta turunan (peta baru) akan
menggambarkan kondisi atau performa gabungan dari berbagai kriteria, yang
dijadikan dasar pengambilan keputusan. Model ini dapat diterapkan pada SIG
vektor maupun raster,
(3) Model regresi, merupakan model yang memanfaatkan persamaan regresi untuk mengubah nilai pada peta menjadi nilai baru yang menggambarkan
suatu kecenderungan (trend) fenomena tertentu. Model ini biasa diterapkan
pada SIG raster, di mana nilai piksel diubah melalui persamaan regresi, dan
peta raster berubah menjadi peta kuasi-kontinyu nilai kuantitatif,
(4) Model proses, adalah model yang menggunakan pengetahuan mengenai proses lingkungan di dunia nyata ke dalam suatu himpunan persamaan untuk
mengkuantifikasi proses tersebut. Model ini lebih efektif dijalankan dalam
lingkungan SIG raster, khususnya apabila datanya bersifat kuasi-kontinyu,
dan
(5) Model jaringan, merupakan jenis pemodelan SIG yang hanya dapat dijalan-kan pada SIG vektor yang mempunyai struktur topologi (topological vector).
Struktur topologi dalam data vektor itu secara eksplisit menyatakan hubungan
Kerangka Pendekatan Studi
Penatagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaten Kulon Progo
didasar-kan pada karakteristik fisik, finansial usaha tani dan pemanfaatan saat ini.
Karak-teristik fisik adalah kondisi sumberdaya alam kawasan menurut parameter fisik
dan biotik yang berinteraksi satu sama lainnya yang dapat dimanfaatkan oleh
manusia untuk kelangsungan hidupnya. Karakteristik finansial usaha tani adalah
kemampuan manusia dalam mengekspoitasi sumberdaya alam secara lestari
untuk pemanfaatannya yang berkelanjutan. Sedangkan pemanfaatan saat ini
adalah penggunaan lahan existing yaitu antara lain kegiatan; perikanan,
pari-wisata, pertanian, perdagangan/jasa, permukiman, dan sebagainya.
Selanjutnya dengan menggunakan kriteria kesesuaian lahan, dilakukan
analisis terhadap ketiga karakteristik untuk memberikan alternatif penggunaan
lahan kawasan pesisir untuk pertanian yang sesuai dengan kondisi sumberdaya
alam dan kebutuhan manusia dalam konteks pembangunan berwawasan
ling-kungan dan berkelanjutan. Selengkapnya Gambar 1 menunjukkan pendekatan
yang digunakan dalam studi ini.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa pendekatan “kesesuaian lahan”
dapat digunakan untuk membuat perencanaan penggunaan lahan untuk
perta-nian (khususnya komoditas hortikultura) di kawasan pesisir secara terpadu dan
berkelanjutan. Konsep pembangunan berkelanjutan menjadi penting untuk
Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo
Karakte-ristik Fisik
Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini
Karakte-ristik Finansial Usaha Tani
Kriteria Kesesuaian Lahan Fisik dan Finansial Usaha Tani
[image:36.596.131.503.434.613.2]Perencanaan Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir
14
meminimalisir terjadinya degradasi lingkungan akibat dari perkembangan kota
yang tidak terarah (urban sprawl).
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di kawasan pesisir Kabupaten Kulon Progo yang
men-cakup 4 (empat) kecamatan yaitu; Kecamatan Temon, Wates, Panjatan, dan
Galur. Penelitian dan pengolahan data berlangsung selama 6 (enam) bulan
dimulai pada Bulan Juli sampai dengan Bulan Desember 2006.
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data fisik, ekonomi, sosial dan budaya.
Data fisik meliputi; peta lereng (Shuttle Radar Topographic Mapper/SRTM) skala
1:100.000, peta tanah (BPTP Yogyakarta) skala 1:50.000, peta administrasi,
ja-lan dan penggunaan lahan (Bappeda Kabupaten Kulon Progo dan South Java
Flood Control Sector Project/SJFCSP Yogyakarta) skala 1:50.000, peta drainase
skala 1:50.000 dan data curah hujan (Dinas Pertanian dan Kelautan Kabupaten
Kulon Progo). Data sosial budaya meliputi; kependudukan, pendidikan,
kesehat-an, sarana prasarana, dan kesenian (BPS Kabupaten Kulon Progo). Keseluruhan
data fisik dan sosial budaya merupakan data sekunder. Data ekonomi meliputi;
modal, tenaga kerja, biaya produksi, dan jumlah produksi usaha tani; cabai
merah, melon dan semangka diperoleh melalui wawancara langsung dengan
sebanyak 15 petani sebagai responden yang ada di daerah penelitian.
Analisis Data
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini, meliputi; (a) identifikasi
karakteristik fisik, ekonomi, sosial budaya dan pemanfaatan lahan kawasan
pesisir, (b) analisis sektor basis wilayah dengan metode Location Quetient (LQ),
(c) analisis kesesuaian lahan secara spasial dengan memanfaatkan kemampuan
Sistim Informasi Geografi (SIG), dan (d) analisis finansial usaha tani. Selanjutnya
dengan menggabungkan keseluruhan hasil analisis tersebut, dirumuskan
peren-canaan penggunaan lahan wilayah pesisir. Gambar 2 di bawah ini menunjukkan
Identifikasi karakteristik fisik, ekonomi, sosial-budaya, dan pemanfaatan lahan
Identifikasi karakteristik fisik, ekonomi, sosial-budaya, dan pemanfaatan
la-han dilakukan secara deskriptif. Dengan demikian keselurula-han karakteristik fisik,
ekonomi, sosial-budaya, dan pemanfaatan lahan di daerah penelitian dijelaskan
secara lengkap sesuai data dan fakta yang ada di lapangan.
Analisis sektor basis wilayah
Kemampuan memacu pertumbuhan suatu wilayah sangat tergantung dari
keunggulan atau daya saing sektor-sektor ekonomi di wilayahnya. Nilai strategis
setiap sektor di dalam memacu dan menjadi pendorong utama (prime mover)
pertumbuhan ekonomi wilayah berbeda-beda.
Sektor ekonomi suatu wilayah dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu
sektor basis dimana kelebihan dan kekurangan yang terjadi dalam proses
peme-nuhan kebutuhan tersebut menyebabkan terjadinya mekanisme ekspor dan
overlay
[image:38.596.95.527.88.440.2]overlay m atching
Gambar 2 Diagram alir tahapan penelitian.
Karakteristik Ekonomi Karakteristik Sosial Budaya Analisis Finasial (BCR, IRR, NPV) Location Quetient (LQ)
Persyaratan Penggunaan
Lahan
Peta Penggunaan Lahan Saat Ini Kesesuaian Lahan untuk Hortikultura Tidak Sesuai Sesuai Sektor Basis Wilayah Analisis Usaha Tani
PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN PESISIR
Karakteristik Fisik - Peta lereng
- Peta curah hujan - Peta tanah
Satuan Lahan
16
impor antar wilayah. Artinya industri basis ini akan menghasilkan barang dan
jasa, baik untuk pasar domestik daerah maupun pasar luar daerah. Sedangkan
sektor nonbasis adalah sektor dengan kegiatan ekonomi yang hanya melayani
pasar di daerahnya sendiri, dan kapasitas ekspor ekonomi daerah belum
berkembang.
Untuk mengetahui potensi aktivitas ekonomi yang merupakan basis dan
nonbasis dapat digunakan metode Location Quotient (LQ), yang merupakan
per-bandingan relatif antara kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih
luas dalam suatu wilayah (Rustiadi et al.,2005). Asumsi dalam LQ adalah
terda-pat sedikit variasi dalam pola pengeluaran secara geografi dan produktivitas
tenaga kerja seragam serta masing-masing industri menghasilkan produk atau
jasa yang seragam. Berbagai dasar ukuran dalam pemakaian LQ harus
disesuai-kan dengan kepentingan penelitian dan sumber data yang tersedia. Jika
pene-litian dimaksudkan untuk mencari sektor yang kegiatan ekonominya dapat
mem-berikan kesempatan kerja sebanyak-banyaknya maka dipakai sebagai dasar
ukuran adalah jumlah tenaga kerja, sedangkan jika hasil produksi apa yang
berperan dalam ekonomi wilayah maka jumlah hasil produksi yang dipilih sebagai
dasar ukurannya. Secara matematis formula LQ adalah sebagai berikut:
.. .
.
X j X
Xi Xij
LQij =
Keterangan:
LQij = Location Quotient
Xij
= derajat aktifitas ke-j di wilayah ke-i.Xi.
= total aktifitas di wilayah ke-i.X.j
= total aktifitas ke-j di semua wilayah.X..
= derajat aktifitas total wilayah.Kriteria yang muncul dari perhitungan ini adalah:
§ jika
LQ
> 1 : sektor basis; artinya komoditas j di daerah penelitianmemi-liki keunggulan komparatif,
§ jika
LQ
= 1 : sektor nonbasis; artinya komoditas j di daerah penelitiantidak memiliki keunggulan, produksinya hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan di daerah penelitian sendiri.
§ Jika
LQ
< 1 : sektor nonbasis; artinya komoditas j di daerah penelitiantidak dapat memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri sehingga
Untuk lebih memperdalam analisis LQ selanjutnya dilakukan analisis
Loca-lization Index (LI) dan Specialization Index (SI). Analisis koefisien lokalisasi (
α
)merupakan ukuran relatif konsentrasi pengembangan komoditas tertentu di suatu
daerah dibandingkan dengan daerah yang lebih luas dengan besaran tertentu
(Warpani, 2000). Hasil perhitungan analisis LI akan menunjukkan apakah
pe-ngembangan suatu komoditas terkonsentrasi di daerah tertentu atau tersebar di
beberapa daerah. Atau secara umum analisis ini digunakan untuk menentukan
daerah mana yang potensial untuk mengembangkan komoditas tertentu. Secara
matematis formula LI adalah sebagai berikut:
(
)
{
(
)}
100
%
2
1
−
×
=
∑
pi
Pi
pt
Pt
α
Setelah diperoleh hasilnya maka hasil perhitungan bernilai positif saja yang
dijumlahkan searah dengan komoditas yang diselidiki, dengan kriteria sebagai
berikut:
§ jika 0 <
α
< 1, artinya pengusahaan komoditas i tersebut menyebar,§ jika
α
> 1, artinya pengusahaan komoditas i tersebut terkonsentrasi di daerah penelitian.Analisis koefisien spesialisasi (β) merupakan ukuran relatif suatu daerah
dalam melakukan pengkhususan untuk menanam komoditas tertentu dan
dihi-tung berdasarkan formula (Warpani, 2000):
(
)
{
(
)}
100
%
2
1
−
×
=
∑
pi
pt
Pi
Pt
β
Hasil perhitungan bernilai positif saja yang dijumlahkan searah dengan daerah
yang diselidiki, dengan kriteria:
§ jika 0 < β< 1, artinya bahwa daerah penelitian tidak menspesialisasikan untuk
menanam komoditas i,
§ jika β > 1, artinya bahwa daerah penelitian telah menspesialisasikan untuk
18
Analisis kesesuaian lahan
Tahapan dalam evaluasi kesesuaian lahan dilakukan dengan cara, yaitu:
1. Masing-masing komponen karakteristik lahan (karakteristik fisik) dipetakan
sehingga diperoleh peta tematik/layer untuk masing-masing karakteristik
la-han, yaitu; lereng, curah hujan, dan tanah.
2. Selanjutnya peta tematik/layer yaitu; peta lereng, peta curah hujan, dan peta
tanah dilakukan operasi tumpang tindih (overlay) untuk mendapatkan peta
satuan lahan (land units)/SPT.
3. Langkah berikutnya adalah mencocokkan (matching) masing-masing satuan
lahan (land units)/SPT pada peta satuan lahan dengan persyaratan/kriteria
penggunaan lahan (land requirements) untuk mendapatkan peta kesesuaian
lahan masing-masing jenis tanaman. Pekerjaan pada proses matching
ba-nyak dilakukan dalam data tabular. Dalam penelitian ini kelas kesesuaian
lahan menggunakan kriteria FAO dalam ”Framework of Land Evaluation”
(FAO, 1976) dan mempertimbangkan kriteria kesesuaian lahan untuk
komo-ditas pertanian yang dikeluarkan oleh Balai Penelitian Tanah (BPT, 2003)
de-ngan beberapa penyesuaian. Kelas kesesuaian lahan dibagi menjadi empat
kelas yaitu:
Kelas S1 : Sangat Sesuai (Highly Suitable)
Daerah ini tidak mempunyai pembatas (penghambat) yang
serius untuk menetapkan perlakuan yang diberikan atau
ha-nya mempuha-nyai pembatas yang tidak berarti terhadap
peng-gunaannya dan tidak akan menaikkan tingkatan perlakuan
yang diberikan.
Kelas S2 : Sesuai (Moderately Suitable)
Daerah ini mempunyai pembatas (penghambat) yang agak
serius untuk mempertahankan tingkat perlakuan yang harus
ditetapkan. Pembatas ini akan meningkatkan tingkatan
perla-kuan yang diperlukan.
Kelas S3 : Sesuai Bersyarat (Marginally Suitable)
Daerah ini mempunyai pembatas (penghambat) yang serius
untuk mempertahankan tingkat perlakuan yang harus
dite-rapkan. Pembatas akan lebih meningkatkan
Kelas N : Tidak Sesuai (Not Suitable)
Daerah ini mempunyai pembatas (penghambat) permanen
sehingga mencegah segala kemungkinan perlakuan.
Kesesuaian lahan akan ditunjukkan oleh nilai komposit satuan layer yang
dilakukan operasi tumpang tindih. Selanjutnya dari angka komposit hasil overlay,
kita dapat melakukan penilaian kesesuaian lahan tiap-tiap satuan lahan dengan
cara mencocokkan (matching) antara peta hasil overlay dengan faktor
pembatas-nya berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan (lihat pada Lampiran). Pada tahap
ini hasil yang diperoleh adalah peta kesesuaian lahan untuk masing-masing
ta-naman basis yang telah terpilih pada analisis sektor basis wilayah.
Tahap berikutnya dilakukan operasi overlay antara peta kesesuaian lahan
tiap-tiap satuan lahan untuk masing-masing tanaman dengan peta penggunaan
lahan saat ini (existing landuse) sehingga akan diperoleh peta yang menunjukkan
sebaran spasial kesesuaian lahan menurut karakteristik penggunaan lahan saat
ini. Terakhir dilakukan overlay antara peta kesesuaian lahan menurut
karakteris-tik penggunaan lahan saat ini dengan peta administrasi kecamatan pesisir.
Mela-lui analisa data tabular pada peta hasil overlay tahap akhir ini dapat dilakukan
pemilihan alternatif wilayah pengembangan usaha tani untuk komoditas terpilih.
Keseluruhan pengolahan data keruangan (spasial) dalam analisis kesesuaian
lahan tersebut di atas dilakukan dengan memanfaatkan SIG, yaitu dengan
pe-rangkat lunak ArcView versi 3.2.
Analisis usaha tani
Pendekatan yang digunakan untuk memperhitungkan usaha tani adalah
berdasarkan kajian ekonomi yaitu melalui analisis finansial. Analisis finansial
da-lam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah pemanfaatan lahan
untuk pertanian (dalam hal ini usaha tani komoditas basis terpilih) secara
ekono-mis layak atau tidak layak. Dengan pendekatan analisis finansial maka kriteria
yang umum digunakan untuk menilai suatu usaha layak atau tidak layak adalah;
(1) Benefit Cost Ratio (B/C ratio), (2) Internal Rate of Return (IRR), dan (3) Net
Present Value (NPV).
Benefit Cost Ratio, merupakan merupakan cara evaluasi usaha dengan
membandingkan nilai sekarang seluruh hasil yang diperoleh dengan nilai
serang seluruh biaya usaha. Hasil perhitungan B/C ratio ini akan memiliki dua
la-20
yak, namun jika nilai Net B/C < 1 maka pengusahaan komoditas terpilih tersebut
tidak layak.
Rumus matematis B/C ratio adalah sebagai berikut:
(
)
(
)
tt t n t
i
Ratio
C
B
=
∑
B
−
C
+
=
1
/
1
B
t= manfaat yang diperoleh sehubungan dengan suatu usahapada (tahun, bulan, minggu, dan sebagainya) ke-t (Rp.)
C
t= biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan suatu usahapada waktu ke-t, tidak dilihat apakah biaya tersebut diang-gap bersifat modal (pembelian peralatan, tanah, konstruksi, dan sebagainya) (Rp.)
i
= merupakan tingkat suku bunga (15%)t
= periode (1,2,3,...,n)Internal Rate of Return, merupakan tingkat suku bunga dari unit usaha
da-lam jangka waktu tertentu yang membuat NPV dari unit usaha sama dengan 0
(nol). Kriteria dari perhitungan ini adalah, apabila IRR > discount rate maka maka
pengusahaan komoditas terpilih layak, namun jika nilai IRR < discount rate maka
pengusahaan komoditas terpilih tidak layak. Secara matematis IRR dapat ditulis
sebagai berikut:
( )
(
)
NPV
NPV
NPV
i
i
i
IRR ' "
' ' " ' − − + =
i
'= tingkat discount rate (DR) pada saat NPV positifi
"= tingkat discount rate pada saat NPV negatifNPV
'= nilai NPV positifNPV
"= nilai NPV negatifNet Present Value, merupakan selisih antara nilai saat ini (present) dari
penerimaan dengan nilai sekarang dari pengeluaran pada tingkat bunga tertentu.
Dari hasil perhitungan NPV ini akan diperoleh dua kriteria, yaitu usaha pertanian
komoditas terpilih layak diusahakan jika NPV > 0, atau usaha pertanian
komodi-tas terpilih tidak layak diusahakan jika NPV < 0. Formula matematis dari NPV
)
(
)
(
∑
=
+
−
=
nt
t t t
i
NPV
B
C
1
1
B
t= manfaat yang diperoleh sehubungan dengan suatu usahapada (tahun, bulan, minggu, dan sebagainya) ke-t (Rp.)
C
t= biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan suatu usahapada waktu ke-t, tidak dilihat apakah biaya tersebut diang-gap bersifat modal (pembelian peralatan, tanah, konstruksi, dan sebagainya) (Rp.)
i
= merupakan tingkat suku bunga (15%)t
= periode (1,2,3,...,n)Analisis perencanaan penggunaan lahan kawasan pesisir
Analisis yang digunakan membuat alternatif penggunaan lahan untuk
perta-nian di wilayah pesisir Kabupaten Kulon Progo adalah dengan menggabungkan
hasil analisis; identifikasi karakteristik fisik, ekonomi, sosial budaya dan
peman-faatan lahan, sektor basis wilayah, kesesuaian lahan, dan finansial usaha tani di
daerah penelitian.
Hasil akhir dari seluruh rangkaian analisis tersebut di atas berupa peta
pe-rencanaan penggunaan lahan kawasan pesisir untuk pertanian. Untuk lebih
me-yakinkan hasil perencanaan ruang yang telah dibuat maka perlu dilakukan
ground check secara acak terhadap daerah-daerah yang terpilih, sehingga hasil
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Fisik Geografis
Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak paling barat, dengan posisi
geografis pada 110o1’37”-110o16’26” Bujur Timur dan 7o38’42”-7o59’3” Lintang Selatan (Gambar 3). Secara administrasi maka batas wilayahnya adalah:
- Sebelah barat
- Sebelah timur
- Sebelah utara
- Sebelah selatan :
:
:
:
Kabupaten Purworejo Provinsi Jawa Tengah
Kabupaten Sleman dan Bantul Provinsi DI Yogyakarta
Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah
Samudera Hindia.
Kabupaten Kulon Progo yang beribukota Wates memiliki luas wilayah
da-ratan kurang lebih 586,28 km2 terdiri dari 12 kecamatan, 88 desa, dan 930 pedu-kuhan. Berdasarkan karakteristik topografinya maka wilayah ini dikategorikan
menjadi tiga bagian yaitu:
- Bagian utara : merupakan dataran tinggi/perbukitan Menoreh dengan
ke-tinggian antara 500-1.000 meter dari permukaan air laut,
meliputi kecamatan; Girimulyo, Samigaluh, Kalibawang,
dan Kokap.
- Bagian tengah : merupakan daerah punggung perbukitan dengan
ketinggi-an ketinggi-antara 100-500 meter dari permukaketinggi-an air laut, meliputi
kecamatan; Nanggulan, Sentolo, Pengasih, dan sebagian
Lendah.
- Bagian selatan : merupakan dataran rendah dengan ketinggian sampai
de-ngan 100 meter dari permukaan air laut, meliputi
kecamat-an; Temon, Wates, Panjatan, Galur, dan sebagian
Keca-matan Lendah.
Daerah penelitian termasuk dalam kategori bagian selatan secara
adminis-tratif meliputi 4 kecamatan, 41 desa, dan 339 pedukuhan. Adapun luas wilayah,
jumlah desa dan dukuh yang ada di daerah penelitian secara rinci disajikan pada
Tabel 1 Luas wilayah, jumlah desa dan dukuh di daerah penelitian.
No. Kecamatan Luas (ha) Jumlah desa Jumlah dukuh
1. Temon 3.629,09 15 96
2. Wates 3.200,24 8 68
3. Panjatan 4.459,23 11 100
4. Galur 3.291,23 7 75
Total 14.579,79 41 339
Sumber data: BPS Kabupaten Kulon Progo
390 000 390 000 400 000 400 000 410000 410000 420000 420000 912 000 0 91 20 0 00 9 13000 0 91 30000 9 140000 9140000 915 0000 91500 00 Daer ah Penelitian
J AWA T ENGAH
DI Y O GY AKART A
LAU T J AW A
SAMUDERA HIND IA N
GA M BAR S I TU A S I
LEGEN D A
bat as kecamat an bat as kabupat en bat as propinsi bat as pant ai
Kecamatan:
Temon Wat es Panj at an Galur PETA DAERAH PENELITIAN
N
2 <