• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN PESISIR

Karakteristik Fisik - Peta lereng

- Peta curah hujan - Peta tanah

Satuan Lahan

16

impor antar wilayah. Artinya industri basis ini akan menghasilkan barang dan jasa, baik untuk pasar domestik daerah maupun pasar luar daerah. Sedangkan sektor nonbasis adalah sektor dengan kegiatan ekonomi yang hanya melayani pasar di daerahnya sendiri, dan kapasitas ekspor ekonomi daerah belum berkembang.

Untuk mengetahui potensi aktivitas ekonomi yang merupakan basis dan nonbasis dapat digunakan metode Location Quotient (LQ), yang merupakan per- bandingan relatif antara kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih luas dalam suatu wilayah (Rustiadi et al.,2005). Asumsi dalam LQ adalah terda- pat sedikit variasi dalam pola pengeluaran secara geografi dan produktivitas tenaga kerja seragam serta masing-masing industri menghasilkan produk atau jasa yang seragam. Berbagai dasar ukuran dalam pemakaian LQ harus disesuai- kan dengan kepentingan penelitian dan sumber data yang tersedia. Jika pene- litian dimaksudkan untuk mencari sektor yang kegiatan ekonominya dapat mem- berikan kesempatan kerja sebanyak-banyaknya maka dipakai sebagai dasar ukuran adalah jumlah tenaga kerja, sedangkan jika hasil produksi apa yang berperan dalam ekonomi wilayah maka jumlah hasil produksi yang dipilih sebagai dasar ukurannya. Secara matematis formula LQ adalah sebagai berikut:

.. . . X j X Xi Xij LQij = Keterangan:

LQij = Location Quotient

Xij

= derajat aktifitas ke-j di wilayah ke-i.

Xi.

= total aktifitas di wilayah ke-i.

X.j

= total aktifitas ke-j di semua wilayah.

X..

= derajat aktifitas total wilayah.

Kriteria yang muncul dari perhitungan ini adalah:

§ jika

LQ

> 1 : sektor basis; artinya komoditas j di daerah penelitian memi-

liki keunggulan komparatif,

§ jika

LQ

= 1 : sektor nonbasis; artinya komoditas j di daerah penelitian

tidak memiliki keunggulan, produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan di daerah penelitian sendiri.

§ Jika

LQ

< 1 : sektor nonbasis; artinya komoditas j di daerah penelitian

tidak dapat memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri sehingga diperlu- kan pasokan dari luar daerah.

Untuk lebih memperdalam analisis LQ selanjutnya dilakukan analisis Loca- lization Index (LI) dan Specialization Index (SI). Analisis koefisien lokalisasi (

α

) merupakan ukuran relatif konsentrasi pengembangan komoditas tertentu di suatu daerah dibandingkan dengan daerah yang lebih luas dengan besaran tertentu (Warpani, 2000). Hasil perhitungan analisis LI akan menunjukkan apakah pe- ngembangan suatu komoditas terkonsentrasi di daerah tertentu atau tersebar di beberapa daerah. Atau secara umum analisis ini digunakan untuk menentukan daerah mana yang potensial untuk mengembangkan komoditas tertentu. Secara matematis formula LI adalah sebagai berikut:

(

)

{

(

)}

100%

2

1

×

=

pi

Pi

pt

Pt

α

Setelah diperoleh hasilnya maka hasil perhitungan bernilai positif saja yang dijumlahkan searah dengan komoditas yang diselidiki, dengan kriteria sebagai berikut:

§ jika 0 <

α

< 1, artinya pengusahaan komoditas i tersebut menyebar,

§ jika

α

> 1, artinya pengusahaan komoditas i tersebut terkonsentrasi di daerah penelitian.

Analisis koefisien spesialisasi (β) merupakan ukuran relatif suatu daerah dalam melakukan pengkhususan untuk menanam komoditas tertentu dan dihi- tung berdasarkan formula (Warpani, 2000):

(

)

{

(

)}

100%

2

1

×

=

pi

pt

Pi

Pt

β

Hasil perhitungan bernilai positif saja yang dijumlahkan searah dengan daerah yang diselidiki, dengan kriteria:

§ jika 0 < β< 1, artinya bahwa daerah penelitian tidak menspesialisasikan untuk menanam komoditas i,

§ jika β > 1, artinya bahwa daerah penelitian telah menspesialisasikan untuk menanam komoditas i.

18

Analisis kesesuaian lahan

Tahapan dalam evaluasi kesesuaian lahan dilakukan dengan cara, yaitu: 1. Masing-masing komponen karakteristik lahan (karakteristik fisik) dipetakan

sehingga diperoleh peta tematik/layer untuk masing-masing karakteristik la- han, yaitu; lereng, curah hujan, dan tanah.

2. Selanjutnya peta tematik/layer yaitu; peta lereng, peta curah hujan, dan peta tanah dilakukan operasi tumpang tindih (overlay) untuk mendapatkan peta satuan lahan (land units)/SPT.

3. Langkah berikutnya adalah mencocokkan (matching) masing-masing satuan lahan (land units)/SPT pada peta satuan lahan dengan persyaratan/kriteria penggunaan lahan (land requirements) untuk mendapatkan peta kesesuaian lahan masing-masing jenis tanaman. Pekerjaan pada proses matching ba- nyak dilakukan dalam data tabular. Dalam penelitian ini kelas kesesuaian lahan menggunakan kriteria FAO dalam ”Framework of Land Evaluation” (FAO, 1976) dan mempertimbangkan kriteria kesesuaian lahan untuk komo- ditas pertanian yang dikeluarkan oleh Balai Penelitian Tanah (BPT, 2003) de- ngan beberapa penyesuaian. Kelas kesesuaian lahan dibagi menjadi empat kelas yaitu:

Kelas S1 : Sangat Sesuai (Highly Suitable)

Daerah ini tidak mempunyai pembatas (penghambat) yang serius untuk menetapkan perlakuan yang diberikan atau ha- nya mempunyai pembatas yang tidak berarti terhadap peng- gunaannya dan tidak akan menaikkan tingkatan perlakuan yang diberikan.

Kelas S2 : Sesuai (Moderately Suitable)

Daerah ini mempunyai pembatas (penghambat) yang agak serius untuk mempertahankan tingkat perlakuan yang harus ditetapkan. Pembatas ini akan meningkatkan tingkatan perla- kuan yang diperlukan.

Kelas S3 : Sesuai Bersyarat (Marginally Suitable)

Daerah ini mempunyai pembatas (penghambat) yang serius untuk mempertahankan tingkat perlakuan yang harus dite- rapkan. Pembatas akan lebih meningkatkan masukan/ting- katan perlakuan yang diperlukan.

Kelas N : Tidak Sesuai (Not Suitable)

Daerah ini mempunyai pembatas (penghambat) permanen sehingga mencegah segala kemungkinan perlakuan.

Kesesuaian lahan akan ditunjukkan oleh nilai komposit satuan layer yang dilakukan operasi tumpang tindih. Selanjutnya dari angka komposit hasil overlay, kita dapat melakukan penilaian kesesuaian lahan tiap-tiap satuan lahan dengan cara mencocokkan (matching) antara peta hasil overlay dengan faktor pembatas- nya berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan (lihat pada Lampiran). Pada tahap ini hasil yang diperoleh adalah peta kesesuaian lahan untuk masing-masing ta- naman basis yang telah terpilih pada analisis sektor basis wilayah.

Tahap berikutnya dilakukan operasi overlay antara peta kesesuaian lahan tiap-tiap satuan lahan untuk masing-masing tanaman dengan peta penggunaan lahan saat ini (existing landuse) sehingga akan diperoleh peta yang menunjukkan sebaran spasial kesesuaian lahan menurut karakteristik penggunaan lahan saat ini. Terakhir dilakukan overlay antara peta kesesuaian lahan menurut karakteris- tik penggunaan lahan saat ini dengan peta administrasi kecamatan pesisir. Mela- lui analisa data tabular pada peta hasil overlay tahap akhir ini dapat dilakukan pemilihan alternatif wilayah pengembangan usaha tani untuk komoditas terpilih. Keseluruhan pengolahan data keruangan (spasial) dalam analisis kesesuaian lahan tersebut di atas dilakukan dengan memanfaatkan SIG, yaitu dengan pe- rangkat lunak ArcView versi 3.2.

Analisis usaha tani

Pendekatan yang digunakan untuk memperhitungkan usaha tani adalah berdasarkan kajian ekonomi yaitu melalui analisis finansial. Analisis finansial da- lam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah pemanfaatan lahan untuk pertanian (dalam hal ini usaha tani komoditas basis terpilih) secara ekono- mis layak atau tidak layak. Dengan pendekatan analisis finansial maka kriteria yang umum digunakan untuk menilai suatu usaha layak atau tidak layak adalah; (1) Benefit Cost Ratio (B/C ratio), (2) Internal Rate of Return (IRR), dan (3) Net Present Value (NPV).

Benefit Cost Ratio, merupakan merupakan cara evaluasi usaha dengan membandingkan nilai sekarang seluruh hasil yang diperoleh dengan nilai seka- rang seluruh biaya usaha. Hasil perhitungan B/C ratio ini akan memiliki dua ka- tegori, yaitu jika Net B/C > 1 maka pengusahaan komoditas terpilih tersebut la-

20

yak, namun jika nilai Net B/C < 1 maka pengusahaan komoditas terpilih tersebut tidak layak.

Rumus matematis B/C ratio adalah sebagai berikut:

(

)

(

)

t t t n t

i

Ratio

C

B

=

B

C

+

=

1

/

1

Dokumen terkait