SKENARIO FILM PENDEK
Tema :
Tokoh :
Penokohan :
Alur :
Sudut pandang :
Amanat :
Jalannya cerita :
Adegan Satu. Seorang siswi disabilitas yang berangkat sekolah melewati gerbang sekolahnya, ia berangkat dengan penuh semangat untuk menuntut ilmu. Siswi tersebut bernama Anggi.
Adegan Dua. Pada saat ia menuju kelas, lebih tepatnya di tengah lapangan dia melihat poster tergeletak di depannya. Dengan rasa penasaran, dia berusaha mengambil poster tersebut.
Setelah poster itu sudah ada digenggamannya, dia tercengang melihat isinya. (kenapa bisa tercengang??karena dari dulu dia selalu ingin mengikuti lomba sinden, tapi dia selalu minder dengan keterbatasan fisiknya, terlebih sinden harus duduk di atas panggung, tidak mungkin kan kalau duduk di atas kursi roda dipanggung?). Kemudian ia membuang kertas tersebut, dan mengubur mimpinya lagi, dia tidak mau berharap lebih.
- adegan Tiga, dia tetap melanjutkan perjalanannya ke kelas, dan menghiraukan poster tadi. (di kelas Anggi tidak mempunyai teman, ia hanya duduk sendiri menghabiskan waktu seharian sekolah untuk mengikuti pembelajaran, memakan bekalnya.
Setiap harinya tak ada satupun teman kelasnya yang mendekat.
Anggi hanya mempunyai satu teman yang berada di kels lain,
temannya bernama Maja. Setiap harinya Anggi tidak mengobrol dengan teman kelasnya, teman kelasnya pun tidak pernah menyapa, mereka hnya melontarkan olokan "bisa apa sih kamu?
kenapa kamu sekolah disini?modelan kaya kamu tuh cocok nya di slb, bukan sekolah normal gini!emg kamu normal?hahaha"
hampir setiap hari kalimat inilah yang di dengar Anggi.).
- adegan empat, saat bel sekolah menunjukan waktu pulang, Anggi menuju ke gerbang sendirian dengan kursi roda nya, di lorong lorong kelas Anggi kembali menemukan poster lagi, karna Anggi penasaran ia mengambil poster itu. Lagi lagi isinya poster sinden. (Lantas mengapa ia harus menemu,kan poster itu lagi??
itu hanya kebetulan semata atau memang itu pertanda??). Karna ada perasaan yang mengganjal dia membawa pulang selembaran poster tersebutr.
- adegan lima, sembari menunggu jemputannya datang Anggi membaca ulang poster tersebut dan semua angannya kembali muncul dipikirannya, namun di sisi lain Anggi selalu sadar diri dan minder terhadap fisiknya, tapi perkataan teman kelasnya yang sering kali menyakiti perasaannya membuat tekad untuk Anggi bisa maju lomba itu, Anggi harus mmebuktikan kepada lainnya kalau Anggi itu juga normal.
- adegan enam, keesokan harinya dia mencoba mendaftar lomba tersebut dengan bertanya kepada guru, setelah menanyakan ketentuan lomba dan sebagainya, dia masih ada kesempatan untuk mengikuti lomba tersebut, dia sangat senang dan bahagia karna mimpinya tidak tergerus kali ini.
- adegan tujuh, Saat Anggi sudah berada di kelas, entah mengapa ada teman kelas nya yang tau kalau Anggi mendaftar lomba tersebut bahkan Anggi saja merasa tidak mengatakan ke
siapa siapa, sudah pasti hal itu menjadi senjata mereka untuk tambah membully Anggi. Bahkan kalimat yang keluar dari mulut teman-teman kelas nya yang tambah pedes, (siapa sih yang ga kepikirn di bilang gitu??siapa yang ga kepikiran di bilang kata kata jahat?). Anggi merenung memikirkan perkataan teman temannya. (tak jarang pun ia berniat untuk mundur dari lomba itu. tapi kalimat itulah yang harus Anggi buktikan, kalau ia itu bisa, kalau ia normal).
- adegan delapan, Sudah beberapa kali dia latian dengan gurunya, dia mengikuti latihan dengan sungguh sungguh dan serius, guru yang melatih itu pun tak jarang terharu. (justru anak yang memiliki kekurangan saja bisa segiat ini untuk mengejar mimpinya, bahkan tidak ada sedikit ekspektasi ku dia bisa melakukan semua ini tapi ternyata dia bisa lebih dari yg aku pikirkan selama ini" ujar gurunya).
- adegan sembilan, Tiba lah di hari lomba, dia datang dengan berpenampilan seperti sinden pada umumnya,menggunakan kebaya dengan riasan cantik wajahnya yang membuat paras nya kali ini lebih istimewa. Tapi kursi roda itu tetap di pakai dirinya, hanya satu perbedaannya tapi perbedaan itu lah yang sangat mencolok. Mungkin tak jarang orang yang melihat pun menganggap remeh, hanya karna satu kekurangan yang Anggi miliki.
- adegan sepuluh, Tiba lah saat nama Anggi sudah terpanggil ke depan untuk tampil. Anggi maju dengan lantang, ia tidak menghiraukan pandangan orang sekitar, ia tidak memikirkan omongan sekitar. Saat berada di atas panggung ia mengeluarkan suara yang ia latih sungguh sungguh selama ini. Orang orang
yang melihat pun terkesima dengan suara nya, paras nya yang cantik pun melengkapi alunan indahnya.
- adegan sebelas, Entah mengapa waktu hari itu terasa sangat cepat. Tak di sangka waktu lomba hampir selesai, tinggalah sesi penyebutan juara. (Anggi yang sama sekali tidak menaruh harapan juara,karna baginya mampu mengikuti lomba tersebut sudah pencapaian luar biasa). Namun tak disangka, tepat penyebutan nominasi juara satu yang terpanggil adalah namanya.
- adegan dua belas, ENDINGGGGGGGG!!!!!!!!!!!!!!