Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas izin dan rahmat-Nya, buku Model Pengelolaan Lahan Kritis Berbasis Masyarakat dengan Pendekatan Agrowisata telah berhasil diselesaikan. Buku Panduan Model Pengelolaan Lahan Kritis Berbasis Masyarakat dengan Pendekatan Agrowisata bertujuan untuk memastikan pelaksanaan program PMPLK-BM di tingkat provinsi dan kabupaten dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Akhir kata, dengan mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah turut serta dalam proses penyusunan buku Model Pengelolaan Lahan Kritis Berbasis Masyarakat Dengan Pendekatan Agrowisata, semoga dapat membawa manfaat bagi semua pihak.
Latar Belakang
Pengembangan agrowisata pada suatu destinasi wisata akan memberikan manfaat bagi peningkatan pendapatan masyarakat dan pemerintah. Upaya pengembangan agrowisata pedesaan yang memanfaatkan potensi pertanian dan melibatkan masyarakat pedesaan dapat berfungsi sebagai pemberdayaan masyarakat sejalan dengan pemberdayaan pariwisata berbasis komunitas. Pemberdayaan masyarakat yang dimaksud adalah agrowisata yang dapat memuat peran dan aspirasi masyarakat pedesaan sesuai dengan pemanfaatan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusianya.
Pengembangan Agrowisata
Kegiatan agrowisata bertujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan dan peternakan. Oleh karena itu, perlu adanya model pengembangan agrowisata agar pelaku wisata dan pelaku pertanian dapat bersinergi dalam merencanakan, menyelenggarakan dan memprogram agrowisata yang bermanfaat bagi masyarakat, pengusaha, dan pemerintah. Konsep aspek pembangunan lingkungan alam berkelanjutan adalah kegiatan pariwisata yang tidak menimbulkan atau mengakibatkan kerusakan lingkungan alam.
Arah Pengembangan Agrowisata
Kawasan perkebunan yang ideal untuk dijadikan objek dan daya tarik agrowisata adalah kawasan perkebunan yang kegiatannya merupakan satu kesatuan yang utuh mulai dari menabur hingga mengolah hasilnya. Perkebunan sebagai daya tarik agrowisata terdiri dari perkebunan kelapa sawit, karet, kopi teh, coklat, tebu dan lain-lain. Daya tarik tanaman pangan dan hortikultura sebagai daya tarik agrowisata meliputi taman bunga, kebun buah-buahan, kebun dapur, kebun obat/jamu.
Pendekatan Pengembangan Agrowisata
Pedoman Pengembangan
Pengertian Dasar
Menurut Wahono, lahan kritis adalah lahan yang tidak lagi berfungsi sebagai media pengelolaan air, unsur produksi pertanian, atau unsur pelindung alam dan lingkungan hidup. Lahan kritis adalah lahan yang kondisi tanahnya telah atau sedang mengalami kerusakan fisik, kimia atau biologi yang pada akhirnya membahayakan fungsi hidrologi, orologi, produksi pertanian, pemukiman dan kehidupan sosial ekonomi di sekitar wilayah pengaruh (Ade Iwan) Hutan Setiawan - dan kegiatan rehabilitasi tanah yang dilakukan melalui kegiatan penanaman kembali, penghijauan, pemeliharaan, pengayaan tanaman atau penerapan teknik konservasi tanah secara vegetatif dan rekayasa sipil pada areal kritis yang tidak produktif.
Mencegah dan membatasi kerusakan hutan dan kawasan hutan serta hasil hutan yang disebabkan oleh manusia, hewan ternak, kebakaran, sumber daya alam, hama dan penyakit. Luas lahan kritis diperkirakan akan bertambah rata-rata 400.000 ha/tahun jika tidak dilakukan upaya restorasi lahan dan konservasi tanah yang memadai. Meningkatnya luas lahan kritis terutama disebabkan oleh pengelolaan yang tidak tepat, antara lain penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan potensinya serta tidak dibarengi dengan upaya konservasi tanah dan air (Amiruddin Syam, 2003).
Lahan kritis dapat terjadi di dataran tinggi, pegunungan, daerah berbukit-bukit atau bahkan di dataran rendah. Pemanfaatan atau penerapan teknologi Agrovorestry tidak hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manusia saja namun juga untuk merehabilitasi lahan kritis guna menjaga kelestarian hutan (Jerels Matatula, 2009). Sistem yang digunakan untuk merehabilitasi lahan kritis adalah agroforestri yang memerlukan partisipasi aktif masyarakat sehingga diharapkan masyarakat dapat mempertahankan kawasan hutan yang ada dan pendapatan masyarakat juga meningkat.
Metode agroforestri untuk restorasi tanah telah dikembangkan di berbagai tempat dan negara, sehingga upaya rehabilitasi kawasan kritis dengan jenis pohon multifungsi merupakan salah satu upaya khusus yang dapat dipilih untuk digunakan dalam rehabilitasi kawasan kritis, yaitu dengan penanaman tanaman keras. tanaman (MPTS). kehutanan) dengan tanaman pertanian.
Tujuan dan Manfaat Pengembangan Agrowisata
Jaringan ekonomi strategis akan berfungsi untuk mengembangkan kerja sama untuk mengatasi keterbatasan yang dimiliki kelompok ekonomi satu sama lain dalam bidang produksi, pemasaran, teknologi, dan permodalan. Selain itu, jaringan strategis juga akan berfungsi sebagai media pembelajaran masyarakat dalam berbagai aspek dan advokasi. Kebijakan pengembangan agrowisata dalam pengelolaan lahan kritis diperlukan untuk menyamakan persepsi para pemangku kepentingan dalam menentukan program lintas sektor yang sesuai dengan kebutuhan.
Agrowisata agar perumusan kebijakan terkait pengembangan agrowisata dapat lebih fokus pada hal-hal mendasar seperti integrasi program pemerintah.
Memahami Faktor-faktor Utama Pengembangan Agrowisata
Pasar potensial adalah wisatawan yang mempunyai potensi untuk datang namun belum terwujud karena banyak hal seperti kendala waktu dan finansial. Faktor penawaran tidak harus sepenuhnya memenuhi permintaan wisatawan karena harus juga memperhatikan maksud dan tujuan pengembangan agrowisata serta daya dukung lingkungan yang ada. Dampaknya bisa positif jika mengembangkan nilai-nilai lokal yang ada, namun bisa negatif jika merusaknya.
Pemahaman akan dampaknya akan memberikan pengaruh yang baik terhadap kebijakan pembangunan yang akan dilaksanakan selanjutnya. Dengan pemahaman tersebut, sangat mungkin tidak semua permintaan wisatawan akan diterima jika merugikan lingkungan setempat.
Kebijakan Pengembangan Agrowisata Pengelolaan Lahan Kritis
Kerja sama yang saling menguntungkan antar pelaku usaha dan berkurangnya persaingan negatif antar kota yang dapat melemahkan iklim usaha yang ada.
Dukungan Program Antar Kelembagaan/Lembaga Terkait
Para Pihak selalu memberikan bantuan teknis dan bimbingan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia; Dan. Penentuan pokok permasalahan dapat dilakukan dengan membandingkan tujuan yang ingin dicapai dengan kondisi dan kemungkinan yang ada saat ini. Permasalahannya juga harus nyata dan mampu diselesaikan dengan sumber daya yang ada.
Mendefinisikan masalah tanpa memperhatikan kemampuan sumber daya akan sia-sia, karena solusinya tidak dapat diwujudkan. Sumber daya budaya yang mempunyai keunikan dan kekhususan dalam kaitannya dengan kegiatan ekonomi dan sosial budaya pedesaan setempat, misalnya industri rajutan dan tenun; Nilai-nilai yang ada pada desa agrowisata sangat penting untuk dipahami karena diperlukan untuk pengembangan produk, perencanaan, pemasaran, pengelolaan dan interpretasi yang efektif.
Pemahaman ini membantu memastikan bahwa pengembangan agrowisata di masa depan sepadan dengan penghormatan terhadap nilai-nilai yang ada. Pertumbuhan DMO ditujukan untuk meningkatkan kualitas kunjungan wisatawan berupa pemasaran dan promosi, pengembangan sarana dan prasarana, investasi, pengembangan sumber daya manusia melalui destinasi “jagoan” yang juga mencakup regulasi, kualitas pelayanan, pengelolaan dan keberlanjutan. pengembangan nilai-nilai lokal dalam ekosistem pariwisata untuk meningkatkan nilai manfaat dan ukuran pariwisata. Kegagalan dalam mempersiapkan sumber daya manusia lokal akan mengakibatkan tersingkirnya ketersediaan sumber daya manusia dari luar daerah; Dan.
Sumber daya manusia memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan agrowisata karena berperan sebagai motor penggerak kelangsungan sektor pariwisata. Faktor permintaan berupa permintaan pasar, dan faktor penawaran diwakilkan oleh suatu daerah tujuan wisata berupa sumber daya yang ada di dalamnya. Agrowisata berbasis komunitas pada umumnya masih berskala kecil dan kinerjanya perlu dipantau secara cermat, mulai dari memahami dan merespons kebutuhan pelanggan, mengelola keuangan masyarakat, memberikan layanan agrowisata, sumber daya manusia, dan hubungan dengan pihak eksternal (pemasok dan pemangku kepentingan lainnya). ).
Pemantauan dapat membantu menjamin kebutuhan masyarakat untuk meningkatkan pendapatannya, sekaligus menjaga norma dan budaya yang ada sejalan dengan jasa pariwisata yang dikelola. Indikator normatif yang mengukur ketersediaan kebijakan atau peraturan daerah terkait perencanaan penyediaan Agrowisata, pengelolaan dan pemeliharaan sumber daya alam/lingkungan, pengelolaan dan pemanfaatan hasil/pendapatan Agrowisata, dan lain-lain.
Langkah 1 Identifikasi Potensi & Pemetaan Daya Tarik Wisata
Langkah 2 Pembentukan Kelembagaan
Langkah 3 Perencanaan & Pengembangan Produk Wisata
Langkah 4 Meningkatkan Kapasitas Sumber Daya Manusia …
Langkah 5 Pasar dan Pemasaran
Prinsip-prinsip Pemantauan Agrowisata Berbasis Masyarakat
Memastikan seluruh kelompok masyarakat mendapatkan manfaat dari kegiatan Agrowisata yang dilakukan di wilayahnya; Dan. Prosedur pemantauan yang dapat digunakan dalam konteks agrowisata berbasis masyarakat melibatkan beberapa tahapan yang dapat digunakan untuk menjamin efektivitas pelaksanaan agrowisata berbasis masyarakat. Konsep dasar dari prosedur pemantauan ini adalah ruang lingkupnya memperhatikan kebutuhan masyarakat untuk menjadi lebih sejahtera, memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh lapisan masyarakat untuk memperoleh manfaat dari kegiatan Agrowisata di wilayahnya, dan keberlanjutan pelayanan yang dikelola masyarakat Agrowisata.
Dalam konteks agrowisata berbasis komunitas, indikator pemantauan yang digunakan diharapkan dapat menjelaskan hubungan antara layanan wisata yang diberikan oleh masyarakat dengan keberlanjutan perbaikan sosial ekonomi masyarakat dan lingkungan sekitar. Dalam banyak kasus, indikator pemantauan juga diharapkan dapat menggambarkan apakah layanan agrowisata yang dikelola masyarakat dapat berkontribusi dalam mengurangi kemiskinan di wilayah tersebut dan/atau wilayah sekitarnya. Hal ini penting karena agrowisata berbasis masyarakat merupakan bagian dari pengembangan kegiatan pariwisata berkelanjutan yang diharapkan dapat mendukung strategi pengentasan kemiskinan di wilayah tersebut.
Pengurangan kemiskinan, yaitu pelayanan agrowisata yang dikelola dan dikelola oleh masyarakat harus memberikan hasil yang positif berupa penurunan angka kemiskinan. Yang masih menjadi tantangan adalah kurangnya pengalaman dan budaya kerja/pelayanan sehingga produktivitas Agrowisata yang dikelola masyarakat biasanya rendah. Tradisi dan budaya juga dapat menjadi aset sekaligus penghambat dalam membangun pemahaman, kesepakatan dan rasa kepemilikan yang tinggi terhadap potensi peningkatan penghidupan di antara komponen masyarakat dalam menyikapi Agrowisata yang dikembangkan.
Tantangan ini dapat diatasi sedikit demi sedikit jika agrowisata yang dikelola masyarakat mampu: (a) melibatkan kelompok masyarakat miskin di wilayah tersebut sebagai pekerja, pemasok produk dan agrowisata, pemilik/pengelola usaha mikro dan kecil yang menyediakan produk pendukung dan jasa; b) membangun transparansi pengelolaan keuangan dan distribusi hasil kepada masyarakat; (c) berkontribusi dalam penguatan aspek tradisi masyarakat, agama, dan budaya; dan (d) mendukung perbaikan infrastruktur di kawasan.
Tahapan Pemantauan
Pada saat yang sama, masyarakat juga didorong untuk membangun hubungan yang konstruktif dengan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya. Mengembangkan rencana dan metode untuk mengkomunikasikan hasil pemantauan kepada pemangku kepentingan yang lebih luas, termasuk mendapatkan dukungan. Membahas hasil pemantauan dengan kelompok sasaran dan pemangku kepentingan terkait untuk menyepakati rencana aksi guna meningkatkan pengelolaan dan mengatasi permasalahan, permasalahan dan tantangan;
Kedua, pendekatan kinerja berkelanjutan dapat digunakan untuk melihat perkembangan Agrowisata dalam kaitannya dengan penanganan permasalahan di masyarakat, baik permasalahan kemiskinan maupun konservasi budaya dan alam. Data yang dikumpulkan dan diukur meliputi data dan informasi mengenai perkembangan sosial ekonomi, budaya dan daya dukung lingkungan masyarakat serta perkembangan klien. Hal ini mencakup kerja sama dengan pemangku kepentingan dalam bentuk kemitraan usaha, pendampingan, atau pembiayaan.
Proses lain yang dilakukan adalah pengumpulan data dan informasi (baseline) yang dapat dijadikan tolak ukur untuk menentukan perkembangan suatu indikator. Pemantauan juga harus dilakukan bekerjasama dengan kelompok masyarakat pengelola agrowisata agar hasil pemantauan yang diperoleh dapat digunakan oleh masyarakat untuk perbaikan di masa mendatang. Pemahaman dan rasa kepemilikan masyarakat sangat penting karena sebagian besar data dan informasi yang dikumpulkan selama pemantauan berasal dari masyarakat.
Selain itu, kerjasama dengan masyarakat dapat mengarahkan pemantauan kepada isu-isu terkini dan mendapat banyak perhatian daripada masyarakat.