• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODELPEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIP PADA SISWAKELAS X SMA YP PGRI 2 MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "MODELPEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIP PADA SISWAKELAS X SMA YP PGRI 2 MAKASSAR "

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

Volume 03. Nomor 02. Desember 2022

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

1

PENINGKATAN KREATIVITAS MATEMATIKA MELALUI

MODELPEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIP PADA SISWAKELAS X SMA YP PGRI 2 MAKASSAR

Improving Math Creativity through CooperativeScript Type Learning for the Tenth-grade students of SMA YP-PGRI Makassar

Fatima Nurtiana Dewel1, Ramlan M2, St. Fatimah S. Sirate3 Pendidikan Matematika

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Yayasan Pendidikan Ujung Pandang (YPUP)

Email1 : [email protected] Email2 : [email protected] Email3 : [email protected]

Abstrak

This research aimed at improving Math creativity for the tenth-grade students of SMA YP-PGRI Makassar through implementing script cooperative type learningmodel. This research was classroom action research. There were two cycles done.The sample of the research was 24 students at the tenth-grade students of SMAYP-PGRI Makassar. The data was collected through test and observation sheet.The data was analysed through quantitative and qualitative method. The result indicated that script type cooperative learning method improved learning creativity of students. The result of cycle I was 62.237 and the average score at theend of cycle II was 84.583 with deviation standard of cycle I was 4.464. Thedeviation standard of cycle II was 10.676. Based on the learning completeness, inthe first cycle there were 10 students with a percentage value of 41.667%

in thesecond cycle experiencing an increase of 14 students. It can be concluded thatCooperative script learning type can improve Math creativity for the tenth- gradestudentsof SMA YP-PGRIMakassar.

Keywords: Creativity,Math,cooperative script type.

Pendahuluan

Pada Undang-Undang Repoblik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab 1 pasal 1 ayat (1). Dinyatakan bahwa salah satu tujuan sistem pendidikan nasional adalah membentuk manusia yang kreatif. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran perlu dikembangkan kreativitas siswa. Salah satu alat untuk mengembangkan kreativitas siswa adalah matematika dan pelajarannya. Matematika merupakan pelajaran yang sejak dini diberikan agar dapat mengembangkan kreativitas dalam kemampuan yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Dreyfus, Eisensburg( dalam Mann 2006) bahwa inti dari matematika berpikir kreatif, bukan hanya sekedar menghasilkan jawaban yang benar.Matematika merupakan suatu ilmu yang mendasari perkembangan

(Received: 03-06-2022; Reviewed: 30-07-2022; Revised: 03-08-2022; Accepted: 30-09-2022; Published: 01-12-2022)

(2)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

2 teknologi modern, mempunyai peran yang penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya

pikir manusia Matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa agar memiliki kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. (Depdiknas, 2006:390).Berbagai macam upaya telah dikemukakan untuk memperbaiki pembelajaran matematika. Upaya-upaya tersebut antara lain pembelajaran dengan cara siswa aktif, pembelajaran dengan kooperatif, pembelajaran melalui belajar dengan penemuan (Suryanto dan Sugiman, 2001:1).MenurutHamalik(1994:36) mendefenisiksn, belajar sebagai suatu modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman Brunner(dalam Trianto 2009:15) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses aktif dimana siswa membangun pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan yang sudah dimiliki. Slameto (2013:2), belajar yaitu suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.Harriman,(2017:120),berpikir kreatif adalah suatu pemikiran yang berusaha menciptakan gagasan yang baru.Pada hakikatnya berpikir kreatif berhubungan dengan penemuan sesuatu,mengenai hal yang dihasilkan sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu yang telah ada.

Barron (dalam Asrori,2007:61) kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru.

Sesuatu yang baru disini bukan berarti harus sama sekali baru, tetapi dapat juga sebagai kombinasi dari unsur-unsur yang telah ada sebelumnya.

Metode

Jenis penelitian ini merupakan Penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang berkolaborasiantarakepadasekolah, guru, peneliti, dan murid di SMA PGRI 2 Makassar. Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA PGRI 2 Makassar dan waktu adalah semester 1 (ganjil) tahun ajaran 2021/2022. Dalam melaksanakan penelitian, peneliti melakukan beberapa langkah untuk mempersiapkan serta melaksanakannya. Adapun langkah-langkah tersebut adalah Perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan relfkesi yang terbagi atas dua siklus.

Adapun untuk keperluan kuantitatif digunakan untuk teknik pengkategorian nilai hasil belajar yang dirancang kedalam kategori berdasarkan KKM yang sah di sma pgri 2 makassar yaitu 75 sebagai nilai yang dicapai siswa.

Tabel 1. Kategori Aktivitas siswa

SkorKreativitas Siswa Kategori

80-100 Sangat baik

66-79 Baik

56-65 Cukup Baik

40-55 Kurang baik

Arikunto (2015:281)

Setelah data aktivitas guru terkumpul melaui observasi, selanjutnya data tersebut diolah dengan menggunakan rumus mencari rata-rata sebagai berikut:

P = 𝑭

𝑵x 100%

Keterangan :

P = angka presentasi aktivitas pesrta ddik F = Frekuensi aktivitas pesrta didik N = Jumlah siswa

100% = Bilangan tetap.

(3)

e-ISSN: 2775-0442| ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

3 Tabel 2. Kategori Aktivitas Guru

Skor Keterangan

1 Tidak baik

2 Kurang baik

3 Baik

4 Sangat baik

Hasil dan Pembahasan Hasil

Pada bagian ini dibahas secara terperinci mengenai hasil penelitian yang terdiri dari hasil analisis kuantitatif dan analisis kualitatif adalah gambaran singkat penguasaan siswa melalui tahap refleksi dari proses belajar dengan menggunakn model pembelajaran cooperative tipe scriptbaiksiklus I maupunsiklus II padasiswakelas X Sma PGRI 2 Makassar.

Tabel 3. Tes awal hasil belajar kreaativitas siswa pada siklus I.

No Skor Frekuensi Presentase

1 <75 22 91,67%

2 75-79 2 8,33%

3 80-85 0 0%

4 86-100 0 0%

Jumlah 24 100%

Sumber data diolah

Berdasarkan tabel 3 diperoleh gambaran bahwa dari 24 jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian terdapat 22 siswa atau sebesar 91,67% yang dapat nilai termasuk kategori kurang, 2 orang atau sebesar 8,33% siswa mendapat kategori cukup, dan tidak ada siswa yang termasuk dalam kategori baik dan amat baik.Jika dikaitkan dengan kriteria ketuntasan tes kreativitas matematiak,maka tes kreativitas matematika siswa diperoleh skor frekuensi dan presentase seperti pada table berikut:

Tabel 4. Distribusi dan presentase kriteria ketuntasan tes kreativitas Keampuan awal siswa No Skor Kategori Frkuensi Presentase

1 <75 Tidak Tuntas 22 91,67%

2 ≥75 Tuntas 2 8,33%

Jumlah 24 100%

Sumber data diolah

Berdasarkan table 4 menggambarkan bahwa presentase ketuntasan tes kreativitas matematika siswa menunujkan 8,33% siswa mencapai ketuntasan dan 91,67% siswa tidak mencapai ketuntasan.

Tabel 5. Distribusi frekuensi hasil tes kreativitas siklus I No Skor Frekunsi Persentase(%)

1 <75 10 41,667%

2 75-79 7 29,167%%

3 80-85 5 20,833%

4 86-100 2 8,333%

Jumlah 24 100%

Sumber data diolah

(4)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

4 Berdasarkan table 5 diperoleh gambaran bahwa dari 24 orang siswa yang menjadi subjek penelitian

terdapat 10 atau 41,667% yang mendapat nialai termasuk kategori kurang kreatif, 7 orang siswa atau sebesar 29,167 % siswa yang mendapat nilai termasuk kategori cukup kreatif,5 orang siswa atau sebesar 20,833% yang mendapat nialai kategori kreatif , dan 2 orang siswa atau 8,333% yang mendapat nilai termasuk kategori sangat kreatif.

Jika dikaitkan dengan kriteria ketuntasan tes kreativitas matematika siswa,maka tes kreativitas matematika siswa dengan menerapkan model pembelajaran cooperative tipe cript , pada siklus I dikelompokan dalam dua kategori sehingga diperoleh skor frekunsi dan presentase seperti ditunjukan pada table berikut:

Tabel 6. Distribusi dan persentase kriteria ketuntasan kreativitas siswa setelah menerapkan model pembelajaran cooperative tipe script pada siklus I

No Skor Kategori Frekuensi Persentase 1 <75 Tidak Tuntas 10 41,667%

2 75 Tuntas 14 58,333%

Jumlah 24 100%

Sumber data diolah

Berdasarkan tabel 6 terlihat bahwa persentase ketuntasan tes kreativitas matematiaka siswa menunjukan 58,333% siswa mencapai ketuntasan dan 41,667% siswa tidak mencapai ketuntasan.Hal ini berarti,setelah dilakukan penerapan model pembelajaran cooperative tipe script tes kreativitas kelas X SMA YP-PGRY 2 Makassar pada siklus I mengalami peningkatan tapi belum mencapai ketuntasan klasikal.

Tabel 7. Distribusi frekuensi hasil tes kreativitas siklus II NO Skor Frekunsi Persentase(%)

1 <75 3 12,5%

2 75-79 4 16,7%

3 80-85 6 25%

4 86-100 11 45,8%

Jumlah 24 100%

Sumber data diolah

Berdasarkan tabel 7 diperoleh gambaran bahwa dari 24 orang siswa yang menjadi subjek penelitian terdapat 3 atau 12,5% yang mendapat nialai termasuk kategori kurang kreatif, 4 orang siswa atau sebesar 16,7% % siswa yang mendapat nilai termasuk kategori cukup kreatif,6 orang siswa atau sebesar 25% yang mendapat nialai kategori kreatif , dan 11 orang siswa atau 45,8% yang mendapat nilai termasuk kategori sangat kreatif.

Jika dikaitkan dengan kriteria ketuntasan tes kreativitas matematika siswa,maka tes kreativitas matematika pada pokok sitem persamaan linear dua variabel dengan menerapkan model pembelajaran cooperative tipe script , pada siklus II dikelompokan dalam dua kategori sehingga diperoleh skor frekunsi dan presentase seperti ditunjukan pada table berikut:

Tabel 8. Distribusi dan persentase kriteria ketuntasan kreativitas siswa setelah menerapkan model pembelajaran cooperative tipe script pada siklus II

NO Skor Kategori Frekuensi Persentase

1 <77 Tidak Tuntas 3 12,5%

2 77 Tuntas 21 87,5%

(5)

e-ISSN: 2775-0442| ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

5

Jumlah 24 100%

Sumber data diolah

Berdasarkan tabel 8 terlihat bahwa persentase ketuntasan tes kreativitas matematiaka siswa menunjukan 87,5% siswa mencapai ketuntasan dan 12,5% siswa tidak mencapai ketuntasan.Hal ini menunjukan bahwa , penerapan model pembelajaran cooperative tipe script dengan adanya perbaikan- perbaikan pada siklus I mengalami peningkatan dan telah mencapai klasikal.

Pembahasan

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian tindakan kelas (PTK) bertujuan untuk meningkatkan kreativitas matematika siswa. Adapun jumlah siklus yang dilaksanakan selama penelitian adalah 2 siklus dimana siklus I adalah 4 pertemuan dan siklus II adalah 4 pertemuan.

Skor nilai awal siswa diperoleh gambaran bahwa dari 24 jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian terdapat 22 siswa atau sebesar 91,67% yang mendapat nilai termasuk kategori kurang aktif, 2 orang atau sebesar 8,33% siswa yang mendapat kategori cukup kreatif,dan tidak ada siswa yang termasuk dalam kategori kreatif dan sangat kreatif.Jika dikaitkan dengan kriteria ketuntasan tes kreativitas, maka hasil tes kreativitas siswa sebelum penerapan model pembelajaran cooperative tipe script diperoleh 8,33% siswa mencapai ketuntasan dan 91,67% siswa tidak mencapai ketuntasan.Hal ini menunjukan bahwa sebelum ditepakanya model pembelajran cooperative tipe script dalam kreativitas siswa kelas X SMA YP-PGRI 2 Makassar tidak mencapai ketuntasan klasikal.Oleh karena itu, penulis menerapkan model pembelajaran cooperative tipe script dalam pembelajaran matematika pada system persamaan linear dua variabel.

Pada siklus I skor hasil tes kreativitas siswa diperoleh gambaran bahwa dari 24 orang siswa yang menjadi subjek penelitian terdapat 10 atau 41,667% yang mendapat niali termasuk kategori kurang aktif,7 orang siswa atau sebesar 29,167% siswa yang mendapat nilai termasuk kategori cukup kreatif,5 orang siswa atau sebesar 20,833% yang mendapat nilai kategori kreatif,dan 2 orang siswa atau 8,333%

yang dapat nilai termasuk kategori sangat kreatif.Jika dikaitkan dengan kriteria ketuntasan tes kreativitas siswa,maka hasil kreativitas matematika siswa dengan menerapkan model pembelajaran cooperative tipe script pada siklus I diperoleh 58,333% siswa mencapai ketuntasan dan 41,667% siswa tidak mencapai ketuntasan.Hal ini bearti, setelah dilakukan penerapan model pembelajaran cooperative tipe script kreativitas siswa kelas X SMA NYP-PGRI 2 Makassar belum opimal.

Pada siklus I terdapat permasalahan-permasalahan yang muncul selama pembelajaran berlangsung antara lain siswa belum lancar dalam mengungkapkan pendapat dan ide kreatif,siswa belum terbiasa untuk memikirkan alternatif cara lain dala menyelesaikan masalah, dan siswa masih kurang percaya diri untuk mengemukan ide penyelesain soal yang berbeda dengan siswa lain. Maka peneliti melanjutkan siklus II.

Skor nilai awal siswa diperoleh gambaran bahwa dari 24 jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian terdapat 22 siswa atau sebesar 91,67% yang mendapat nilai termasuk kategori kurang aktif, 2 orang atau sebesar 8,33% siswa yang mendapat kategori cukup kreatif,dan tidak ada siswa yang termasuk dalam kategori kreatif dan sangat kreatif.Jika dikaitkan dengan kriteria ketuntasan tes kreativitas, maka hasil tes kreativitas siswa sebelum penerapan model pembelajaran cooperative tipe script diperoleh 8,33% siswa mencapai ketuntasan dan 91,67% siswa tidak mencapai ketuntasan.Hal ini menunjukan bahwa sebelum ditepakanya model pembelajran cooperative tipe script dalam kreativitas siswa kelas X SMA YP-PGRI 2 Makassar tidak mencapai ketuntasan klasikal.Oleh karena itu, penulis menerapkan model pembelajaran cooperative tipe script dalam pembelajaran matematika pada system persamaan linear dua variabel.

(6)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

6 Pada siklus I skor hasil tes kreativitas siswa diperoleh gambaran bahwa dari 24 orang siswa yang

menjadi subjek penelitian terdapat 10 atau 41,667% yang mendapat niali termasuk kategori kurang aktif,7 orang siswa atau sebesar 29,167% siswa yang mendapat nilai termasuk kategori cukup kreatif,5 orang siswa atau sebesar 20,833% yang mendapat nilai kategori kreatif,dan 2 orang siswa atau 8,333%

yang dapat nilai termasuk kategori sangat kreatif.Jika dikaitkan dengan kriteria ketuntasan tes kreativitas siswa,maka hasil kreativitas matematika siswa dengan menerapkan model pembelajaran cooperative tipe script pada siklus I diperoleh 58,333% siswa mencapai ketuntasan dan 41,667% siswa tidak mencapai ketuntasan.Hal ini bearti, setelah dilakukan penerapan model pembelajaran cooperative tipe script kreativitas siswa kelas X SMA NYP-PGRI 2 Makassar belum opimal.

Pada siklus I terdapat permasalahan-permasalahan yang muncul selama pembelajaran berlangsung antara lain siswa belum lancar dalam mengungkapkan pendapat dan ide kreatif,siswa belum terbiasa untuk memikirkan alternatif cara lain dala menyelesaikan masalah, dan siswa masih kurang percaya diri untuk mengemukan ide penyelesain soal yang berbeda dengan siswa lain. Maka peneliti melanjutkan siklus II.

Kreativitas siswa yang diperoleh pada siklus II yaitu 24 orng siswa yang menjadi subjek penelitian 3 orang siswa atau sebesar 12,5% siswa yang mendapat nilai kategori kurang aktif,4 orang siswa atau sebesar 16,7% siswa yang mendapat nilai termasuk kategori cukup kreatif, 6 orang siswa atau 25,%

siswa yang dapat nilai termasuk kategori kreatif, dan 11 orang siswa atau sebesar 45,8% siswa yang mendapat nilai termasuk kategori sangat kreatif.Jika dikaitkan dengan kriteria ketuntasan tes kreativitas, maka kreativitas matematika pada system persamaan linear dua variabel dengan model pembelajaran cooperative tipe script pada siklus II menunjukan 87,5% siswa mencapai ketuntasan dan 12,5% siswa tidak mencapai ketuntasan.

Hal ini menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran cooperative tipe script dengan adanya perbaikan-perbaikan yang dilakukan setelah melaksanakan siklus I mengalami peningkatan dan telah mencapai ketuntasan klasikal.Dalam hal ini, model pembelajaran cooperative tipe script dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran matematiaka pada system persamaan linear dua variabel kelas X SMA YP-PGRI 2 Makassar. Data yang diperoleh mengenai peningkatan kreativitas siswa dalam belajar matematika pada siswa kelas X mulai dari sebelum dilakukan tindakan sampai akhir tindakan kelas siklus II dalam table berikut:

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Kreativitas Matematika siswa siklus I dan siklus II.

NO Indikator yang diamati Hasil Pengamatan

Kondisi Awal SIKLUS I SIKLUS II

1 Siswa mampu menunjukan

kefasihan,fleksibilitas,dan kebaruan denagan fleksibilitas dalam memecahkan maupun mengajukan masalah(sangat kreatif)

0 siswa 0% 2 siswa 8,333% 11 siswa 45,8%

2 Siswa mampu menunjukan kefasihan, dan kebaruan atau kefasihan dan fleksibilitas dalam memecahkan maupun mengajukan masalah (kreatif)

0 siswa 9% 5 siswa 20,833% 6 siswa 25%

3 Siswa mampu menunjukan kebaruan atau fleksibilitas dalam memecahkan maupunmengajukan masalah (cukup kreatif)

2 siswa 8,33% 7 siswa 29,167% 4 siswa 16,7%

4 Siswa mampu mengajukan kefasihan

dalam memecahkan masalah maupun 22 siswa 91,67% 10 siswa 41,667% 3 siswa 12,5%

(7)

e-ISSN: 2775-0442| ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

7 mengajukan masalah (kurang kreatif)

Tabel 9 diatas menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas XSMA YP PGRI 2Makassar mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II yang tercantum pada tabel diatas. Pada siklus I siswa yang berada pada kategori sangat kreatif sebanyak 2 orang sedangkan pada siklus II naik menjadi 11orang,kemudian pada siklus I siswa yang berada pada kategori kreatif sebanyak 5orang sedangkan pada siklus II menjadi 6 orang, siswa yang berada pada kategori cukup kreatif pada siklus I sebanyak 7 orang sedangkan pada siklus II tidak ada, dan pada siklus I siswa yang berada pada kategori rendah sebanyak 10 orang dan pada siklus II tidak ada, selanjutnya pada siklus I maupun siklus II tidak ada siswa yang yang tergolong dalam kategori kurang kreatif. Dengan demikian penerapanmodel pembelajaran cooperative tipe scripdapat meningkatkan kreativitas matematika siswa kelas XSMAYP PGRI 2 Makassar.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka disimpulkan bahwa kelas dengan penereapan model pembelajaran cooperative tipe script: dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran matematika pada pokok pembelajaran SPLDV kelas X SMA YP-PGRY 2 Makassar. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada tes kreativitas matematika siswa pada tes awal,siklus I dan siklus II.

Hasil penelitian diperoleh bahwa nilai rata-rata belajar matematika dengan model pembelajaran cooperative tipe script dalam pembelajaran matematika pada pokok pembelajaran SPLDV kelas X SMA YP-PGRY 2 Makassar terjadi peningkatan hal ini dapat dilihat dari indicator yang diamati Siswa mampu menunjukan kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan dengan fleksibilitas dalam memecahkan maupun mengajukan masalah (sangat kreatif). Kondisi awal siswa menunjukan tidak ada siswa yang menunjukan sangat kreatif. Pada siklus I meningkat sebanyak 2 siswa (8,333%) dan siklus II meningkat 11 siswa (45,8%).

Siswa mampu menunjukan kefasihan, dan kebaruan atau kefasihan dan fleksibilitas dalam memecahkan maupun mengajukan masalah (kreatif). Kondisi awal siswa menunjukan tidak ada siswa yang menunjukan kreatif. Padasiklus I meningkat sebanyak 5 siswa (20,833%) dan siklus II meningkat 6 siswa (25%).

Siswa mampu menunjukan kebaruan atau fleksibilitas dalam memecahkan maupun mengajukan masalah (cukupkreatif). Kondisi awal siswa menunjukkan 2 siswa (8,333%) yang menunjukan cukup kreatif. Padasiklus I meningkat sebanyak 7 siswa (29,167%) dan siklus II meningkat 4 siswa (16,7%).

Siswa mampu mengajukan kefasihan dalam memecahkan masalah maupun mengajukan masalah (kurang kreatif). Kondisi awal siswa menunjukkan 22 siswa (91,67%) yang menunjukkan kurang kreatif. Pada siklus I meningkat 10 siswa (41,667%) dan siklus II meningkat 3 siswa (12,5%).

Adanya peningkatan indicator–indikator kreativitas siswa dari sebelum melakukan penelitian sampai akhir penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran cooperative tipe script dapat meningkatkan kreativitas siswa karena dalam pembelajaran siswa dituntut untuk dapat mengasah dan mengembangkan kegiatan kreatif mereka dalam proses menemukan sesuatu yang baru. Pembelajaran ini mengarah dan membawa siswa untuk lebih aktif dalam mengajukan pertanyaan yang baik dan berbobot, Siswa lebih berani dalam menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu, serta mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang berbeda dari yang lain.

(8)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

8 Saran

Setiap guru sering memiliki masalah dengan proses pembelajaran yang mereka lakukan. Untuk itu sebagai seorang guru tentu selalu berupaya untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran, dalam rangka meningkatkan kreativitas siswa. Oleh karena itu, penulis mempunyai beberapa saran antara lain:

a. Sebagai seorang guru harus bisa memilih model pembelajaran yang pas untuk menyampaikan materi.

b. Memberikan dorongan kepada siswa untuk rajin belajara agar mereka mendapatkan hasil yang baik.

c. Didalam suatu tindakan tentunya ada kelemahan dan kelebihan, begitu juga pada model pembelajaran cooperative tipe script sehingga dalam pelaksaannya hendaknya guru dapat mengantisipasi kelemahan tersebut dengan baik.

d. Untuk mengajarkan materi pelajaran, khususnya pembelajaran matematiaka sebaiknya guru tidak hanya terfokus pada satu strategi yang dapat meningkatkan kopeten sisiswa.

Ucapan terimakasih

Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian maupun penulisan artikel ini.

Referensi

Arikunto, Suharsimi. 2015. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara Aunurrahman. 2016. Belajar Dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Aqib, Zainal. 2015. Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual(Inovatif). Bandung:

Yrama Widia.

Direktorat Pembinaan SMA Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah 2017. Panduan Penilaian Oleh Pendidik dan Satuan pendidikan SMA. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jihad, Asep. dkk. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Muhammad Ali dan Muhammad Asrori. 2016. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.

Jakarta: Bumi Aksara.

Mujiyati. 2015. Buku Pintar Matematika. Yogyakarta: Istana Media.

Muniroh, Khayyizatul. Impelementasi Pembelajaran Dengan Model Cooperative Tipe Script Sebagai Usaha Untuk Meningkatkan Kreativitas Matematika Siswa Kelas VIII Mts Wahid Hasyim Yokyakarta.\

Slameto.2013. Belajar Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sri Kurniangsih, Kuntarti dan Sulistiyono. 2006. Matematika SMA dan MA untuk kelas X semester 1.

Jakarta: Pt Gelora Aksara Pratama.

Sriraman, B. 2011. The Elements of Creativity and Giftedness in Mathematics.

(9)

e-ISSN: 2775-0442| ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

9 Trianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

Trianto, 2011. Mengembangkan model pembelajaran matematika. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.

Trianto,2007. Model pembelajaran terpadu dalam teori dan praktek. Jakarta: perpustakaan nasional.

Uno, B.Hamjah. 2015.Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif Dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara

Info lebih lanjut

Hubungi

LPPM STKIP YPUP Makassar Jalan Andi tonro no. 17 Makassar

(10)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

10

Referensi

Dokumen terkait

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode latihan berstruktur dapat meningkatkan hasil