MODUL PERKULIAHAN
Safety, Health,
and Environment
Bencana dan Penanggulangannya
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Teknik Teknik Industri
11
05710104 Annisa Maharani Suyono, S.T., M.MAbstract Kompetensi
Modul 11 ini menjelaskan tentang jenis-jenis bencana, penanggulangan bencana, mitigasi bencana dan kesiapsiagaan bencana
Mahasiswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan mengenai jenis- jenis bencana, penanggulangan bencana, mitigasi bencana dan kesiapsiagaan bencana
Pendahuluan
Indonesia merupakan wilayah rawan bencana yang terbukti dengan adanya aktivitas-aktivitas bencana alam setiap tahunnya. Banjir, longsor, erupsi, gempa bumi, tsunami dan lain sebagainya adalah daftar bencana alam yang kerap menyerang. Wilayah Indonesia yang terapit oleh dua samudera besar dan daratannya yang dijajari gunung berapi membuat prospek terjadinya bencana alam menjadi tak bisa terelakkan lagi. Selain itu, iklim tropis Indonesia juga berkontribusi pada jenis bencana yang terjadi.
Departemen Kesehatan RI (2001) mendefinisikan bencana sebagai peristiwa atau kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia, serta memburuknya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari pihak luar.
Menurut catatan The Global Seismic Hazard Assesment Program yang dikutip dari Buletin Psikologi Universitas Gadjah Mada, disebutkan bahwa Indonesia merupakan negara yang dilintasi secara sinambung jaring kerja geothermal sehingga tidak aneh jika Indonesia rentan terjadi letusan gunung berapi, gempa bumi, retakan lapisan tanah dan semburan gas bumi.
Indonesia juga termasuk kawasan kemungkinan gempa berskala tinggi. Indonesia merupakan negara yang dikurung oleh lempeng tektonik dengan potensi gempa besar.
Pengertian Bencana
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bencana adalah sesuatu yang menyebabkan (menimbulkan) kesusahan, kerugian atau penderitaan. Dalam KBBI, bencana alam adalah bencana yang disebabkan oleh alam seperti gempa bumi, angin besar dan banjir. Menurut Kamus Oxford, bencana adalah kejadian mendadak, seperti kecelakaan atau bencana alam, yang menyebabkan kerusakan besar atau kematian.
Dalam Kamus Cambridge, bencana adalah suatu peristiwa yang mengakibatkan bahaya besar, kerusakan atau kematian atau kesulitan serius. Bencana juga diartikan sebagai kejadian mendadak yang menyebabkan banyak kerusakan, seperti kebakaran, badai atau kecelakaan yang sangat buruk. Menurut Kamus Merriam-Webster, bencana adalah peristiwa mendadak yang membawa kerusakan, kerugian atau kehancuran besar. World Health Organization (WHO) dari United Nations atau UN (Perserikatan Bangsa-bangsa atau PBB) mendefinisikan bencana adalah kejadian yang mengganggu kondisi normal dan menyebabkan tingkat penderitaan melebihi kapasitas adaptasi komunitas yang terdampak.
Dikutip dari situs resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007, dijelaskan pengertian dan jenis-jenis bencana.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam, nonalam maupun manusia. Sehingga bencana mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Kejadian bencana adalah peristiwa bencana yang terjadi dan dicatat berdasarkan tanggal kejadian, lokasi, jenis bencana, korban dan atau kerusakan. Jika terjadi bencana pada tanggal yang sama dan melanda lebih dari satu wilayah maka dihitung sebagai satu kejadian.
Jenis-Jenis dan Wilayah Bencana
Jenis-jenis bencana menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana adalah sebagai berikut:
1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor;
2. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam antara lain berupa gagal teknologi,gagal modernisasi. dan wabah penyakit;
3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat.
4. Kegagalan Teknologi adalah semua kejadian bencana yang diakibatkan oleh kesalahan desain, pengoprasian, kelalaian dan kesengajaan, manusia dalam penggunaan teknologi dan atau insdustri yang menyebabkan pencemaran, kerusakan bangunan, korban jiwa, dan kerusakan lainnya.
Sementara itu, cakupan wilayah bencana menurut Efendi & Makhfuldi (2009), antara lain adalah:
1. Bencana lokal, bencana yang memberikan dampak pada wilayah sekitarnya dan biasanya diakibatkan karena ulah manusia, seperti kebakaran, ledakan, terorisme, kebocoran bahan kimia, dan lainnya.
2. Bencana regional, bencana yang memberikan dampak geografis secara luas dan disebabkan karena faktor alam, seperti badai, banjir, letusan gunung api, tornado, dan lainnya.
Jenis bencana menurut WCPT Dilansir dari situs resmi The World Confederation for Physical Therapy (WCPT), bencana dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu:
1. Bencana alam (natural disaster) Bencana alam termasuk banjir, angin topan, gempa bumi dan letusan gunung berapi yang berdampak langsung pada kesehatan manusia dan dampak sekunder yang menyebabkan kematian lebih lanjut dan menderita dari misalnya banjir, tanah longsor, kebakaran, tsunami.
2. Keadaan darurat lingkungan (environmental emergencies) Keadaan darurat lingkungan termasuk kecelakaan teknologi atau industri, biasanya melibatkan produksi, penggunaan atau transportasi material berbahaya dan terjadi di mana material ini diproduksi, digunakan atau diangkut dan kebakaran hutan yang disebabkan manusia.
3. Keadaan darurat kompleks (complex emergencies) Keadaan darurat kompleks melibatkan perusakan otoritas, penjarahan dan serangan terhadap instalasi strategis, termasuk situasi konflik dan perang.
4. Kedaruratan pandemik (pandemic emergencies) Kedaruratan pandemik adalah kondisi tiba-tiba timbul penyakit menular yang memengaruhi kesejatan, mengganggu layanan dan bisnis, membawa biaya ekonomi dan sosial.
Bencana Alam
Berdasarkan Pasal 1 UU No. 24 Tahun 2007, bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain berupa banjir, tanah longsor, gempa bumi, tsunami, gunung meletus, kekeringan, dan angin topan.
Bencana alam merupakan peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar bagi manusia.
Korban dapat berupa perorangan, keluarga atau kelompok masyarakat yang menderita baik
secara fisik, mental, maupun sosial ekonomi. Sebagai akibat dari terjadinya bencana, menyebabkan mereka mengalami hambatan dalam melaksanakan tugas kehidupannya.
Indonesia sebagai negara kepulauan, memiliki karakteristik geografis beragam baik secara tatanan tektonik, dinamika meteorologis, maupun klimatologis yang rawan terhadap bencana alam. Sementara itu, pengertian bencana dalam Kepmen Nomor 17/kep/Menko/Kesra/x/95 adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, manusia, dan atau keduanya yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana dan fasilitas umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat.
Sedangkan definisi bencana (disaster) menurut WHO (2002) adalah setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang terkena.
Menurut Asian Disaster Reduction Center (2003) yang dikutip Wijayanto (2012), bencana adalah suatu gangguan serius terhadap masyarakat yang menimbulkan kerugian secara meluas dan dirasakan baik oleh masyarakat, berbagai material dan lingkungan (alam) dimana dampak yang ditimbulkan melebihi kemampuan manusia guna mengatasinya dengan sumber daya yang ada.
Dapat ditarik kesimpulan dari beberapa pengertian bencana di atas bahwa pada dasarnya pengertian bencana secara umum yaitu suatu kejadian atau peristiwa yang menyebabkan kerusakan berupa sarana prasana maupun struktur sosial yang sifatnya mengganggu kelangsungan hidup masyarakat.
Klasifikasi Bencana Alam
Secara horizontal, bencana alam dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni bencana aktual dan bencana potensial. Berikut penjelasan selengkapnya menurut buku Geografi Bencana Alam oleh D. Hermon (2015);
1. Bencana Aktual
Bencana aktual adalah bencana yang terjadi pada saat ini. Bencana aktual bersifat tiba- tiba, cepat, daerahnya sempit dan korban jiwanya relatif sedikit jika dibandingkan dengan bumi secara keseluruhan. Bencana aktual memberikan dampak psikologis yang besar pada masyarakat yang terdampak bencana, bukan pada masyarakat di bumi pada umumnya.
Bencana-bencana yang bersifat aktual dapat dibedakan menjadi bencana gempa, bencana tsunami, letusan gunung api, banjir, banjir bandang, longsor/gerakan tanah, kebakaran, dan bencana-bencana sosial lainnya.
2. Bencana Potensial
Bencana potensial adalah bencana yang terjadi akibat eksploitasi sumberdaya alam tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan sehingga memicu terjadinya bencana alam pada masa yang akan datang. Bencana potensial terdiri atas degradasi lingkungan, kelangkaan sumberdaya alam, perubahan iklim dan bencana lainnya.
Jenis-jenis Bencana Alam
1. Bencana Alam Geologi – Bencana geologi diakibatkan oleh peristiwa-peristiwa geologi yang terjadi dipermukaan bumi seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus, dan tanah longsor.
2. Bencana Alam Meteorologi – Bencana meteorologi memiliki keterkaitan dengan perubahan iklim dan umumnya tidak terjadi pada wilayah tertentu, atau dapat dikatakan wilayah terdapampak begitu luas. Contohnya adalah bencana banjir dan kekeringan akibat perubahan iklim sebagai dampak dari pemanasan global.
3. Bencana Alam Ekstra Terestial – Bencana ekstra terestial adalah bencana yang terjadi di luar angkasa. Misalnya hujan meteor ke bumi dan badai matahari. Umumnya kita tidak merasakan bencana luar angkasa ini secara langsung karena benda asing yang jatuh ke bumi terhalang oleh atmosfer bumi.
Penyebab Bencana Alam
Bencana alam dapat terjadi secara alami melalui peristiwa alam dan juga oleh manusia.
Berikut ini adalah faktor-faktor penyebab bencana dapat terjadi:
1. Menurut United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR) bahaya alam dan bahaya karena manusia dibagi menjadi bahaya geologi (geological hazards), bahaya hidrometeorologi (hydrometeorological hazards), bahaya biologi (biological hazards), bahaya teknologi (technological hazards) dan penurunan kualitas lingkungan (environmental degradation).
2. Kerentanan (vulnerability) yang tinggi dari masyarakat, infrastruktur serta elemen- elemen pada kawasan yang memiliki risiko bencana. Seperti bangunan yang tidak layak dan tidak tahan gempa.
3. Kapasitas yang rendah dari berbagai komponen masyarakat dan pemerintahan.
Bencana Non-Alam
Jenis-jenis bencana non-alam 1. Kebakaran
Kebakaran adalah situasi di mana bangunan pada suatu tempat seperti rumah atau pemukiman, pabrik, pasar, gedung dan lain-lain dilanda api yang menimbulkan korban dan atau kerugian.
2. Kebakaran hutan dan lahan
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) adalah keadaan di mana hutan dan lahan dilanda api sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan lahan yang menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan. Kebakaran hutan dan lahan seringkali menyebabkan bencana asap yang dapat mengganggu aktivitas dan kesehatan masyarakat sekitar.
3. Kecelakaan transportasi
Kecelakaan transportasi adalah kecelakaan moda transportasi yang terjadi di darat, laut dan udara.
4. Kecelakaan industri
Kecelakaan industri adalah kecelakaan yang disebabkan dua faktor yaitu perilaku kerja yang berbahaya (unsafe human act) dan kondisi yang berbahaya (unsafe conditions). Jenis kecelakaan industri yang terjadi bergantung pada macam industrinya, Misal bahan dan peralatan kerja yang digunakan, proses kerja, kondisi tempat kerja, bahkan pekerja yang terlibat di dalamnya.
5. Kejadian Luar Biasa
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Status KLB diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
949/MENKES/SK/VII/2004.
Bencana Sosial
Jenis-Jenis Bencana Sosial 1. Konflik Sosial
Konflik sosial atau kerusuhan sosial (huru-hara) adalah suatu gerakan massal yang bersifat merusak tatanan dan tata tertib sosial yang ada. Konflik sosial dipicu oleh kecemburuan sosial, budaya dan ekonomi yang biasanya dikemas sebagai pertentangan antara Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA).
2. Aksi Teror
Aksi teror adalah aksi yang dilakukan oleh setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan. Aksi teror menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat masal. Aksi teror dilakukan dengan cara merampas kemerdekaan sehingga mengakibatkan hilangnya nyawa dan harta benda. Juga mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik internasional.
3. Sabotase
Sabotase adalah tindakan yang dilakukan untuk melemahkan musuh melalui subversi, penghambatan, pengacauan dan atau penghancuran. Dalam perang, istilah sabotase digunakan untuk mendeskripsikan aktivitas individu atau grup yang tidak berhubungan dengan militer tetapi dengan spionase. Sabotase dapat dilakukan terhadap beberapa struktur penting, seperti infrastruktur, struktur ekonomi dan lain-lain.
Tahap Penanganan Bencana
Bagian paling kritis dari Pelaksanaan mitigasi adalah pemahaman penuh akan sifat bencana.
Dalam setiap negara dan daerah, tipe bahaya-bahaya yang dihadapi juga akan berbeda-beda.
Beberapa negara rentan terhadap banjir, yang lain memiliki sejarah-sejarah tentang kerusakan badai tropis, dan yang lain dikenal sebagai daerah gempa bumi. Berdasarkan siklus waktunya, kegiatan penanganan bencana kemudian dapat dibagi 4 kategori. Mitigasi sebagai tahap awal penanggulangan bencana alam untuk mengurangi dan memperkecil dampak bencana, pahami tahapan setelahnya berikut penjelasannya:
1. Mitigasi adalah kegiatan sebelum bencana terjadi. Contoh kegiatannya antara lain membuat peta wilayah rawan bencana, pembuatan bangunan tahan gempa, penanaman pohon bakau, penghijauan hutan, serta memberikan penyuluhan dan meningkatkan kesadaran masyarakat yang tinggal di wilayah rawan tersebut.
2. Kesiapsiagaan, merupakan perencanaan terhadap cara merespons kejadian bencana.
Perencanaan dibuat berdasarkan bencana yang pernah terjadi dan bencana lain yang mungkin akan terjadi. Tujuannya adalah meminimalkan korban jiwa dan kerusakan sarana-sarana pelayanan umum juga meliputi upaya mengurangi tingkat risiko, pengelolaan sumber-sumber daya masyarakat, serta pelatihan warga di wilayah rawan bencana.
3. Respons, merupakan upaya meminimalkan bahaya yang diakibatkan bencana. Tahap ini berlangsung sesaat setelah terjadi bencana. Rencana penanggulangan bencana dilaksanakan dengan fokus pada upaya pertolongan korban bencana dan antisipasi kerusakan yang terjadi akibat bencana.
4. Pemulihan, merupakan upaya mengembalikan kondisi masyarakat seperti semula.
Pada tahap ini, fokus diarahkan pada penyediaan tempat tinggal sementara bagi korban serta membangun kembali saran dan prasarana yang rusak. Selain itu, dilakukan evaluasi terhadap langkah penanggulangan bencana yang dilakukan.
Mitigasi Bencana
Mitigasi Bencana merupakan upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko dan dampak yang diakibatkan oleh bencana terhadap masyarakat di kawasan rawan bencana, baik itu bencana alam, bencana ulah manusia maupun gabungan dari keduanya dalam suatu negara atau masyarakat.
Ada empat hal penting yang perlu diperhatikan dalam mitigasi bencana, diantaranya tersedianya informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap kategori bencana, sosialisasi dalam meningkatkan pemahaman serta kesadaran masyarakat dalam menghadapi bencana, mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari serta cara penyelamatan diri jika bencana terjadi sewaktu-waktu dan pengaturan, penataan kawasan rawan bencana untuk mengurangi ancaman bencana. Pertimbangan dalam Menyusun Program Mitigasi (khususnya di Indonesia) diantaranya:
Mitigasi bencana harus diintegrasikan dengan proses pembangunan
Fokusnya bukan hanya dalam mitigasi bencana tapi juga pendidikan, pangan, tenaga kerja, perumahan bahkan kebutuhan dasar lainnya.
Sinkron terhadap kondisi sosial, budaya serta ekonomi setempat
Dalam sektor informal, ditekankan bagaimana meningkatkan kapasitas masyarakat untuk membuat keputusan, menolong diri sendiri dan membangun sendiri.
Menggunakan sumber daya lokal (sesuai dengan prinsip desentralisasi)
Mempelajari pengembangan konstruksi rumah yang aman bagi golongan masyarakat kurang mampu, serta pilihan subsidi biaya tambahan dalam membangun rumah.
Mempelajari teknik merombak (pola dan struktur) pemukiman.
Mempelajari tata guna lahan untuk melindungi masyarakat yang tinggal di daerah rentan bencana dan kerugian, baik secara sosial, ekonomi, maupun implikasi politik
Mudah dimengerti dan diikuti oleh masyarakat.
Jenis Mitigasi Bencana
Tujuan dari mitigasi sendiri adalah mengurangi kerugian pada saat terjadinya bahaya di masa mendatang, mengurangi risiko kematian dan cedera terhadap penduduk, mencakup pengurangan kerusakan dan kerugian-kerugian ekonomi yang ditimbulkan terhadap infrastruktur sektor publik. Seperti pada contohnya pada buku Rumah Panggung yang
membahas bagaimana rumah panggung tersebut digunakan sebagai mitigasi bencana di Pesisir Aceh.
Mitigasi dibagi menjadi 2 jenis, yakni mitigasi struktural dan mitigasi non struktural.
1. Mitigasi Struktural
Mitigasi struktural merupakan upaya dalam meminimalkan bencana dengan membangun berbagai prasarana fisik menggunakan teknologi. Misalnya dengan membuat waduk untuk mencegah banjir, membuat alat pendeteksi aktivitas gunung berapi, menciptakan early warning sistem untuk memprediksi gelombang tsunami, hingga membuat bangunan tahan bencana atau bangunan dengan struktur yang direncanakan sedemikian rupa sehingga mampu bertahan dan tidak membahayakan para penghuninya jika bencana terjadi sewaktu-waktu.
2. Mitigasi Non Struktural
Mitigasi non struktural merupakan suatu upaya dalam mengurangi dampak bencana melalui kebijakan dan peraturan. Contohnya, UU PB atau Undang-Undang Penanggulangan Bencana, pembuatan tata ruang kota, atau aktivitas lain yang berguna bagi penguatan kapasitas warga.
Contoh Mitigasi Bencana
Secara geologis Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng utama dunia yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik. Negara yang kita huni ini mendapat julukan ring of fire atau Lingkaran Api Pasifik. Hal ini menjadi faktor di Indonesia sering terjadi bencana. Bencana sendiri diartikan sebagai peristiwa yang dapat mengancam dan mengganggu kehidupan masyarakat seperti kehilangan nyawa dan harta benda. Sementara Mitigasi sebagai langkah antisipasinya, berikut dibawah ini beberapa contoh Mitigasi:
Contoh Mitigasi Bencana Alam
Bencana Alam sebagai Peristiwa akibat faktor geologis (pergerakan lempeng bumi), klimatologis (kondisi cuaca atau iklm), dan ekstra-terestrial (benda luar angkasa). Contoh Mitigasi Bencana Bencana Alam, misalnya saja pada Tanah Longsor. Adapun mitigasi bencana yang dapat dilakukan pada tanah longsor adalah sebagai berikut.
Membangun Terasering dengan sistem drainase yang tepat
Membuat Peta rawan bencana tanah longsor
Melakukan pembuatan tanggul penahan runtuhan batuan
Penutupan rekahan di atas lereng
Melakukan Reboisasi di hutan yang gundul
Tidak mendirikan bangunan di daerah tebing atau tanah yang tidak stabil
Memperhatikan dan membuat sistem peringatan dini
Memantau informasi gejala tanah longsor dari media elektronik, misalnya website BMKG
Contoh Mitigasi Bencana Non Alam
Bencana non-alam atau Peristiwa akibat dari wabah, gagal teknologi, dan epidemic. Misalnya saja pada bencana wabah penyakit, yang bisa dilakukan adalah:
Menyiapkan masyarakat secara luas termasuk aparat pemerintah khususnya di jajaran kesehatan dan lintas sektor terkait untuk memahami risiko bila wabah terjadi serta bagaimana cara-cara menghadapinya bila suatu wabah terjadi melalui kegiatan sosialisasi yang berkesinambungan
Menyiapkan produk hukum yang memadai untuk mendukung upaya-upaya pencegahan, respon cepat serta penanganan bila wabah terjadi.
Menyiapkan infrastruktur untuk upaya penanganan seperti sumberdaya manusia yang profesional, sarana pelayanan kesehatan, sarana komunikasi, transportasi, logistik serta pembiayaan operasional.
Upaya penguatan surveilans epidemiologi untuk identifikasi faktor risiko dan menentukan strategi intervensi dan penanganan maupun respon dini di semua jajaran.
Contoh Mitigasi Bencana Sosial
Bencana Sosial masuk diantaranya adalah Kerusuhan. Adapun mitigasi bencana yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
Mendorong peran serta seluruh lapisan masyarakat dalam rangka memelihara stabilitas ketentraman dan ketertiban
Mendukung kelangsungan demokratisasi politik dengan keberagaman aspirasi politik, serta di tanamkan moral dan etika budaya politik berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
Mengembangkan supremasi hukum dengan menegakkan hukum secara konsisten, berkeadilan dan kejujuran.
Meningkatkan pemahaman dan penyadaran serta meningkatnya perlindungan penghormatan, dan penegakkan HAM
Meningkatkan kinerja aparatur negara dalam rangka mewujudkan aparatur negara yang berfungsi melayani masyarakat, profesional, berdayaguna, produktif, transparan, bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepositme.
Kesiapsiagaan Bencana
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menetapkan 26 April sebagai Hari Kesiapsiagaan Bencana. Kesiapsiagaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Kesiapsiagaan inilah yang menjadi kunci menghadapi situasi bencana agar tetap tenang dan tidak panik. Kenali ancamannya, siapkan strategi, siap untuk selamat. Mungkin frasa itulah yang tepat menggambarkan langkah kesiapsiagaan bencana secara sederhana.
Di era digital seperti sekarang ini, mendapat informasi tentang cuaca dan kebencanaan sangatlah mudah. Kemudahan inilah yang dapat dimanfatkan dengan sebaik mungkin oleh masyarakat.
Bertepatan dengan HUT ke-11 BNPB yang jatuh pada 26 Januari lalu, BNPB meluncurkan beberapa terobosan berbasis teknologi seperti e-Tangguh, e-Learning, dan InaRISK Connectivity.
Terobosan teknologi seperti ini tentu akan mempermudah masyarakat untuk mendapatkan akses informasi kebencanaan dan kesiapsiagaan bencana dengan semakin mudah mengingat di era digital ini, hampir semua lapisan masyarakat sudah mampu mengakses internet dengan mudah. Selain peka akan informasi melalui media sosial atau aplikasi, penting juga mengenal dan paham akan rambu-rambu dan papan informasi bencana. Di daerah yang rawan terjadi bencana seperti dekat dengan garis pantai, pasti kita sering menjumpai adanya rambu-rambu dan papan informasi bencana. Yang mungkin paling diingat adalah rambu penunjuk area evakuasi, namun sebetulnya ada banyak rambu yang perlu dikenal dan dipahami.
Berikut rambu dan papan informasi bencana yang perlu kita pahami:
Hidup berdampingan dengan alam sudah selayaknya menjadikan manusia peka. Alam bukan hanya untuk dimanfaatkan dan dinikmati saja, tapi alam juga harus dirawat dan dilestarikan.
Tanggung jawab tersebut tidak ditanggung oleh BNPB, BPBD setempat, ataupun BMKG, namun tanggung jawab bersama seluruh lapisan masyarakat. Sebagai masyarakat yang hidup berdampingan secara langsung dengan alam, merawat dan peka terhadap alam mutlak hukumnya. Jangan sampai ketika terjadi bencana, kita hanya melempar tanggung jawab kepada pahlawan-pahlawan kebencanaan seperti BNPB, namun peran masyarakat sangatlah diperlukan. Dengan membudayakan sadar bencana dan kesiapsiagaan bencana sejak dini, risiko dari timbulnya bencana akan minim.
Daftar Pustaka
Departemen Pekerjaan Umum. (2005). Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Departemen Pekerjaan Umum.
Tarwaka. (2008). Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja, Harapan Press, Surakarta.
International Labour Organization. (2013). Keselamatan dan Kesehatan di Tempat Kerja, Sarana Untuk Produktivitas, International Labour Organization, Jakarta.
International Labour Organization. (2018). Manajemen Risiko Kebakaran, International Labour Organization, Jakarta.
Redjeki, S. (2016). Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Suma’mur. (1994). Keselamatan Kerja & Pencegahan Kecelakaan, CV HAJI MASAGUNG, Jakarta.
British Stpekerjard Institution. 2018. ISO 45001:2018 Occupational Health & Safety management systems Requirements with guidance for use. Geneva, March 31.