• Tidak ada hasil yang ditemukan

Module Perkuliahan: Safety, Health, and Environment

N/A
N/A
Dwireksa El putra

Academic year: 2024

Membagikan "Module Perkuliahan: Safety, Health, and Environment"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL PERKULIAHAN

Safety, Health,

and Environment

Penyakit Akibat Kerja

Kecelakaan Akibat Kerja, dan Alat Pelindung Diri

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Teknik Teknik Industri

10

05710104 Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M

Abstract Kompetensi

Modul 10 ini menjelaskan tentang pekerjaan yang akan mengakibatkan penyakit akibat kerja, kecelakaan akibat kerja dan alat pelindung diri

Mahasiswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan mengenai pekerjaan yang akan mengakibatkan penyakit akibat kerja, kecelakaan akibat kerja dan alat pelindung diri

(2)

Penyakit Akibat Kerja

Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Dengan kata lain, penyakit ini timbul disebabkan oleh adanya pekerjaan. Penyakit akibat kerja juga sering diberi nama penyakit buatan manusia (manmade diseases). Berat dan ringan gejala penyakit dan cacat akibat kerja itu tergantung dari jenis dan tingkat sakit yang diderita. Namun, sering kali penyakit yang terjadi termasuk berat sehingga langkah pencegahannya lebih baik daripada pengobatannya

Menurut badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO), penyakit akibat kerja bisa diartikan sebagai gangguan kesehatan yang muncul akibat faktor risiko yang ada pada lingkungan pekerjaan. Misalnya, pekerja konstruksi berisiko lebih tinggi mengalami gangguan pendengaran karena lingkungan pekerjaan yang bising.

Menurut Peraturan Presiden 7 tahun 2019, penyakit akibat kerja adalah “penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan/atau lingkungan kerja.” Tidak seperti yang orang bayangkan, penyakit akibat kerja bisa terjadi pada siapapun. Tidak hanya pada pekerja buruh, tetapi juga bisa terjadi pada pekerja kantoran.

Jenis penyakit akibat kerja sendiri jumlahnya sangat banyak. Menurut organisasi buruh internasional atau International Labour Organization (ILO), penyakit tersebut bisa dibagi menjadi 4 kelompok, berdasarkan penyebab dan area tubuh yang diserang.

Pengelompokan penyakit akibat kerja menurut ILO adalah penyakit akibat paparan bahan atau kondisi tertentu di tempat kerja, penyakit yang menyerang sistem organ secara spesifik, kanker yang muncul karena paparan di tempat kerja, dan penyakit lainnya.

Beragam Penyakit Akibat Kerja

Ada beberapa hal yang menyebabkan penyakit akibat kerja bisa terjadi, yaitu paparan bahan kimia yang bersifat karsinogenik atau pemicu kanker, radiasi dari sinar matahari maupun alat industri, faktor fisik seperti getaran dan suara yang bising, hingga faktor psikologis seperti stres. Dari penyebab tersebut, bisa terjadi puluhan jenis penyakit akibat kerja. Namun secara umum, jenis penyakit inilah yang paling sering terjadi:

1. Asma

Asma merupakan salah satu penyakit akibat kerja yang cukup sering terjadi, mengingat penyebabnya bisa menyebar di berbagai sektor pekerjaan. Asma yang menyerang para pekerja dapet berupa penyakit baru. Namun, kondisi tersebut juga mungkin merupakan kondisi kambuhan yang baru muncul akibat paparan bahan tertentu di tempat kerja. Asma

(3)

yang dipicu oleh pekerjaan memiliki gejala yang sama dengan penyakit asma pada umumnya, yaitu mengi, sesak napas, dan batuk. Hanya saja, gejala asma yang muncul biasanya akan memburuk saat sedang bekerja dan akan membaik ketika sedang libur.

Para pekerja yang sering terpapar asap kimia, gas, dan debu rentan mengalami kondisi ini.

Keluhan biasanya akan semakin cepat timbul jika pekerja tidak memakai alat pelindung seperti masker. Asma yang gejalanya bisa dirasakan secara tiba-tiba, biasanya disebabkan oleh bahan-bahan iritan seperti klorin, debu, dan asap. Biasanya, penyakit ini menyerang pekerja di industri pengolahan kertas, pekerja konstruksi, dan pemadam kebakaran.

Tingkat keparahan asma karena pekerjaan bergantung pada seberapa lama terpapar pemicunya. Semakin lama dan sering terpapar, semakin parah gejala asma yang muncul.

Namun, ini juga berarti gejala akan lebih mudah disembuhkan jika penderita didiagnosis lebih cepat. Sementara itu, asma kronis atau yang masih akan terdeteksi hingga 2 tahun setelah paparan biasanya disebabkan oleh bioaerosol, lateks, tanaman dan binatang, bahan kimia dari cat. Penyakit ini umumnya dialami petugas kesehatan, petani dan peternak, hingga pelukis.

2. Penyakit paru obstruktif kronis

Seseorang yang bekerja di tempat seperti tambang batu bara, pabrik batu, pabrik tanah liat, pabrik bahan bangunan, bahkan jalan raya berisiko untuk terkena penyakit ini. Salah satu contoh penyakit adalah asbestosis. Keluhannya bisa berupa batuk, sesak napas, nyeri dada, hingga perubahan pola napas.

Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah penyebab kematian terbanyak nomor empat di dunia sekaligus penyakit akibat kerja yang umum terjadi. Dari total jumlah penderita PPOK, sebanyak 15% di antaranya adalah pekerja yang terpapar penyebab PPOK di lingkungan kerja.

Penyebab paling utama dari PPOK di tempat kerja adalah asap dan uap dari pabrik maupun lokasi pekerjaan lain, debu, dan gas. Pekerja yang menglami PPOK umumnya mengeluhkan sesak napas, batuk, dan napas berbunyi nyaring.

Berbeda dengan asma, penderita akan tetap mengalami keluhan meskipun tidak lagi terpapar pemicu. Hal ini disebabkan partikel udara pada lokasi-lokasi ini bisa mengendap secara permanen di dalam paru-paru.

(4)

3. Carpal tunnel syndrome (CTS)

Carpal tunnel syndrome adalah penyakit yang terjadi karena saraf median yang terletak di telapak tangan, mengalami tekanan berlebih. CTS ditpekerjai dengan gejala berupa sensasi kesemutan, mati rasa, hingga kelemahan pada tangan. Keluhan ini bisa diredakan dengan mengistirahatkan tangan sejenak saat bekerja, mengompres tangan dengan es, dan mengonsumsi obat pereda nyeri.

Penyakit akibat kerja yang satu ini biasanya menyerang pekerja yang bidang pekerjaannya mengharuskan berdiam lama di satu tempat dan mengerjakan hal yang sama dalam waktu lama. Contohnya adalah pada pekerja kantoran yang harus duduk dan mengetik dalam waktu yang lama tanpa jeda.

Penyakit ini juga sering terjadi pada pekerja yang harus memegang benda yang mengeluarkan getaran dalam waktu lama, seperti dokter gigi.

4. Dermatitis Kontak

Dermatitis kontak adalah penyakit akibat kerja yang cukup banyak diderita, terutama oleh para pekerja yang bersinggungan dengan bahan-bahan kimia dan metal. Dermatitis kontak ditpekerjai dengan ruam merah yang gatal, kering, dan bersisik. Kulit juga bisa mengeras, pecah-pecah, dan terasa nyeri ketika disentuh. Pekerja yang berisiko dapat menghindari keluhan ini dengan menggunakan alat pelindung saat bekerja, misalnya sarung tangan karet.

Secara umum, dermatitis kontak akibat pekerjaan dibagi menjadi dua, yaitu yang terjadi karena iritan, dan akibat alergi. Dermatitis kontak iritan dapat muncul karena paparan bahan kimia seperti zat asam, air kotor, detergen, atau cairan pembersih. Sementara itu, dermatitis kontak alergi biasanya dipicu oleh besi, karet, zat kimia, hingga baja.

5. Gangguan Tulang dan Otot

Penyakit akibat kerja yang juga sering terjadi adalah munculnya gangguan pada tulang, otot, sendi, tendon, hingga tulang rawan. Hal ini biasanya disebabkan oleh posisi kerja yang kurang baik atau ergonomis, tekanan pada tulang dan sendi yang diterima terus menerus, dan getaran hebat dari alat kerja.

Sebagian besar penyakit ini diderita oleh pekerja yang bergerak di bidang jasa dan manufaktur. Dari keseluruhan jumlah orang yang pengidap penyakit akibat kerja, gangguan tulang dan otot diderita kurang lebih sepertiganya.

(5)

4 Jenis Penyakit Akibat Kerja

Ada berbagai macam penyakit yang timbul akibat risiko bekerja. Berdasarkan penyebabnya, berikut ini golongan penyakit akibat kerja:

1. Fisik

Ada banyak penyebab fisik yang mengakibatkan penyakit akibat kerja, terutama jika kamu tidak bekerja di kantor. Berikut beberapa penyebab fisik yang umum terjadi:

a. Radiasi. Orang yang bekerja dengan materi radioaktif terpapar risiko untuk mengalami penyakit akibat radiasi. Termasuk penyakit seperti penyakit jantung dan kanker. Pergerakan yang salah atau terus-menerus. Tidak hanya untuk pekerja buruh, hal ini bisa terjadi pada pekerja kantoran. Pekerja kantoran yang hanya melakukan pergerakan mengetik seharian mempunyai risiko menderita sindrom carpal tunnel.

Posisi duduk yang salah juga dapat mengakibatkan kelainan pada tulang punggung dan meningkatkan risiko patah tulang.

b. Suara bising. Lingkungan kerja dapat menimbulkan suara bising yang disebabkan oleh mesin atau hal lain. Kebisingan ini kerap menimbulkan kelainan pendengaran atau bahkan tuli pada pekerjanya, terutama bila tidak disediakan alat pengaman telinga.

c. Penerangan redup. Kurangnya pencahayaan dapat menyebabkan penyakit pada mata. Terutama bila kamu bekerja di kantoran dengan cahaya redup, dan terus menatap kepada layar komputer.

d. Tekanan udara tinggi. Berada pada tempat yang bertekanan tinggi secara terus- menerus dapat mempunyai efek samping bagi tubuh kita. Antara lain pembekuan darah, caisson disease, dan penyakit lainnya. Tentunya penyakitnya tergantung pada jenis pekerjaannya. Biasa orang yang mengalami penyakit satu ini adalah pilot yang terlalu sering terbang, dan juga penyelam professional

2. Infeksi

Penyakit menular dapat datang dari pekerjaan. ada berbagai macam penyakit juga yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Antara lain bakteri, virus, jamur, dan parasit. Terutama bagi kalian yang bekerja di bidang pangan, seperti pertanian atau peternakan.

(6)

Namun, dalam beberapa keadaan lain, infeksi bisa tersebar tanpa terduga. Seperti contoh di tengah Pandemi, banyak orang yang tertular dari virus Corona melalui kantor atau tempat dimana mereka bekerja.

3. Kimiawi

Tidak hanya pekerja pabrik, orang-orang yang bekerja langsung bersentuhan pada bahan kimia dapat mengalami penyakit karena hal-hal berikut.

a. Zat kimia. Kita sering tidak sadar bahwa banyak bahan kimia sehari-hari yang dapat menyebabkan penyakit kulit seperti dermatitis. Sumbernya bisa dari cat rambut, parfum, besi, karet, hingga perhiasan. Kulit pekerja pun dapat menimbulkan reaksi alergi terhadap bahan-bahan kimia tersebut.

b. Debu & Uap. Selain memicu alergi, debu dan uap dapat menimbulkan berbagai penyakit pernapasan, seperti asma atau bahkan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

4. Psikologis

Sering terabaikan, pekerjaan atau lingkungan kerja juga dapat menyebabkan penyakit mental atau mental illness. Berikut beberapa penyebab yang dapat memicu penyakit mental untuk berkembang.

a. Kurangnya work-life balance. Tuntutan kerja yang berat dan secara terus-menerus dapat menyebabkan burnout atau kelelahan secara mental. Nyatanya harus ada keseimbangan yang tepat antara bekerja secara produktif dan mengambil istirahat demi hindari burnout.

b. Lingkungan kerja yang toxic. Terkadang teman kantor atau atasan yang kurang bersahabat dapat membuat kamu merasa tegang dan tertekan di kantor. Lingkungan kerja yang toxic ini dapat menyebabkan kamu jatuh ke dalam depresi atau social anxiety (kecemasan sosial).

Kecelakaan Akibat Kerja

Ada alasan mengapa suatu tempat kerja perlu memiliki sertifikasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Setiap saat, selalu ada kemungkinan terjadi kecelakaan di lokasi kerja. Jenis-jenis kecelakaan kerja yang sering terjadi beragam, selain perusaahan, Pekerja juga wajib mengetahuinya agar dapat lebih berhati-hati dalam bekerja. Meskipun kecelakaan kerja dapat terjadi tiba-tiba, jika pekerja dapat melakukan sikap antisipasi, maka kemungkinan terjadinya pun akan berkurang.

(7)

Kecelakaan kerja menurut beberapa sumber, diantaranya:

 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 03/Men/98 adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.

 OHSAS 18001:2007 menyatakan bahwa kecelakaan kerja didefinisikan sebagai kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera atau kesakitan (tergantung dari keparahannya), kejadian kematian, atau kejadian yang dapat menyebabkan kematian.

Jenis-jenis kecelakaan kerja

Berikut ini jenis-jenis kecelakaan kerja yang paling umum terjadi di lingkungan perusahaan:

1. Terjatuh atau terpeleset

Jenis-jenis kecelakaan kerja yang paling umum terjadi adalah terjatuh atau terpeleset.

Entah itu di perkantoran atau pabrik, selalu ada area tidak rata atau licin yang menyebabkan pegawai berisiko terjatuh. Selain itu, risiko terjatuh juga cukup besar di area kerja yang mengharuskan bekerja dari ketinggian seperti terjatuh dari tangga.

Untuk itu, jika Pekerja bekerja di daerah yang licin dan rawan terpeleset, gunakanlah alas kaki yang permukaannya cukup kesat.

2. Cedera otot

Kecelakaan kerja yang juga umum dialami saat Pekerja bekerja adalah cedera otot.

Biasanya, ini kerap terjadi di lingkungan kerja yang mengharuskan membawa beban cukup berat. Cedera otot paling sering terjadi di area punggung dan juga leher.

Untuk menghindari hal ini, ada baiknya Pekerja mencari tahu bagaimana teknik mengangkat barang berat. Pekerja bisa bertanya pada rekan sekerja dan juga kepada tim K3 di tempat Pekerja bekerja.

3. Tertimpa objek

Bukan hanya di lingkungan kerja dengan konsep pabrik saja, kecelakaan kerja berupa tertimpa objek bisa terjadi di manapun. Bahkan, objek yang jatuh dari bagian atas lemari bisa menyebabkan cedera apabila terjadi tanpa ada antisipasi sebelumnya. Untuk itu, penting menyediakan tempat penyimpanan yang memadai serta cara penyusunan yang tidak membahayakan.

(8)

Saat melewati lorong atau tempat penyimpanan barang, pastikan tumpukan barang yang berpotensi menimpa Pekerja sudah berada dalam posisi yang benar dan aman. Hal ini akan mengurangi risiko Pekerja tertimpa.

4. Cedera karena gerakan repetitif

Bagi pekerja yang banyak menghabiskan waktu di depan komputer, waspadai juga risiko cedera karena gerakan repetitif. Istilahnya adalah repetitive strain injuries. Ini adalah cedera persendian karena kesalahan gerak atau ketegangan otot yang terjadi terus menerus atau dalam jangka panjang.

Untuk menghindarinya, pekerja harus mengetahui posisi duduk yang benar saat seharian berada di depan laptop atau komputer. Pastikan pula perlengkapan pendukung seperti meja atau kursi bersifat ergonomis. Melakukan peregangan otot secara berkala juga dapat membantu.

5. Luka gores

Perlengkapan yang umum ada di area kerja seperti pemotong kertas bisa menyebabkan luka gores yang tidak disangka. Bahkan ada istilah luka gores karena terkena bagian pinggir kertas atau paper cut. Jika kecelakaan kerja semacam ini kerap terjadi, sebaiknya sosialisasikan cara aman pengoperasian alat seperti pemotong kertas dan lainnya.

6. Menghirup gas beracun

Bagi Pekerja yang bekerja di lingkungan dengan zat kimia berbahaya bahkan beracun juga rentan mengalami kecelakaan kerja. Mulai dari mengalami reaksi alergi di kulit atau mata, hingga keluhan medis seperti fibrosis paru akibat terlalu sering menghirup gas beracun.

Agar meminimalisir risiko kecelakaan kerja, pastikan Pekerja menggunakan semua perlengkapan yang diwajibkan. Apalagi jika Pekerja berada di area berbahaya tersebut dalam jangka waktu yang lama

7. Terpapar suara bising

Kesehatan telinga menjadi taruhan bagi pekerja yang setiap harinya harus terpapar suara bising. Istilah bagi kondisi ini adalah industrial deafness jika tidak dilakukan penanganan yang tepat. Selain harus mengenakan alat pelindung telinga, pekerja juga harus mencari jeda untuk berada di tempat lebih sepi di tiap interval waktu tertentu.

Penyebab Kecelakaan Kerja

Baik perusahaan maupun karyawan harus paham apa saja penyebab kecelakaan kerja. Hal ini tidak bisa dianggap remeh, karena terjadinya kecelakaan kerja menjadi hal yang tidak terduga dan bisa menimbulkan kerugian bagi manusia, perusahaan, serta lingkungan.

(9)

Maka dari itu, setiap perusahaan dan karyawan haruslah mencari tahu apa saja penyebab kecelakaan kerja yang bisa dialami dan apa saja tindakan pencegahan yang bisa dilakukan.

Berikut informasi mengenai faktor penyebab kecelakaan kerja yang perlu diperhatikan:

a. Ingin Cepat Menyelesaikan Pekerjaan dan Mencari Cara Paling Mudah

Penyebab kecelakaan kerja sering disebabkan karena faktor mencari jalan pintas atau mudahnya untuk menyelesaikan pekerjaan, sehingga tidak melakukan prosedur kerja yang seharusnya. Bagi pekerja yang bekerja di pabrik yang penuh dengan mesin atau bahan kimia berbahaya atau tempat-tempat yang rentan dengan kecelakaan kerja, cara ini sebaiknya dihindari.

b. Persiapan Kerja yang Tidak Maksimal

Semua hal bila dilakukan tanpa persiapan tentu tidak akan menghasilkan sesuatu yang maksimal, begitu pula dengan hal-hal yang berkaitan pekerjaan. Olehnya itu, sebelum melakukan suatu pekerjaan, persiapkan segala sesuatunya dengan baik agar pekerjaan yang dilakukan juga maksimal dan kecelakaan kerja bisa dihindari.

c. Tempat Kerja yang Tidak Rapi

Penyebab kecelakaan kerja juga bisa dilatarbelakangi oleh tempat kerja yang berantakan.

Kondisi tempat kerja yang tidak rapi justru akan meningkatkan risiko kecelakaan kerja.

Cobalah biasakan untuk mengembalikan kembali barang yang sudah digunakan ke tempat semula. Tempat kerja yang rapi bisa membuat pekerjaan jadi lebih teratur dan proses bekerja jadi lebih nyaman, aman, bahkan bisa lebih cepat. Perlu ada kerjasama antara pihak perusahaan maupun seluruh karyawan untuk menjaga kerapian tempat kerja.

d. Menganggap Remeh Prosedur Kerja

Faktor yang mempengaruhi kecelakaan kerja juga bisa disebabkan oleh sikap karyawan yang menganggap enteng pekerjaan. Sering kali pekerja suka menganggap remeh prosedur kerja yang sudah ditetapkan bahkan terlalu percaya diri. Akibatnya membuat pekerja jadi kurang berhati-hati saat bekerja. Bukan tidak mungkin kondisi ini malah menjadi penyebab terjadinya kecelakaan di tempat kerja.

e. Faktor Lingkungan

Terakhir, faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja juga bisa dikarenakan situasi lingkungan seperti kebisingan, lantai yang licin, penerangan yang kurang, dan suhu udara yang sangat mengganggu pekerja. Hal-hal tersebut perlu diperhatikan oleh setiap perusahaan.

(10)

Cidera Akibat Kecelakaan Kerja

Pengertian cidera berdasarkan Heinrich et al. (1980) adalah patah, retak, cabikan, dan sebagainya yang diakibatkan oleh kecelakaan. Bureau of Labor Statistics, U.S. Department of Labor (2008) menyatakan bahwa bagian tubuh yang terkena cidera dan sakit terbagi menjadi:

 Kepala; mata.

 Leher.

 Batang tubuh; bahu, punggung.

 Alat gerak atas; lengan tangan, pergelangan tangan, tangan selain jari, jari tangan.

 Alat gerak bawah; lutut, pergelangan kaki, kaki selain jari kaki, jari kaki

 Sistem tubuh.

 Banyak bagian

Tujuan menganalisa cidera atau sakit yang mengenai anggota bagian tubuh yang spesifik adalah untuk membantu dalam mengembangkan program untuk mencegah terjadinya cidera karena kecelakaan, sebagai contoh cidera mata dengan penggunaan kaca mata pelindung.

Selain itu juga bisa digunakan untuk menganalisis penyebab alami terjadinya cidera karena kecelakaan kerja.

Klasifikasi Jenis Cidera Akibat Kecelakaan Kerja

Jenis cidera akibat kecelakaan kerja dan tingkat keparahan yang ditimbulkan membuat perusahaan melakukan pengklasifikasian jenis cidera akibat kecelakaan. Tujuan pengklasifikasian ini adalah untuk pencatatan dan pelaporan statistik kecelakaan kerja.

Banyak standar referensi penerapan yang digunakan berbagai oleh perusahaan, salah satunya adalah standar Australia AS 1885-1 (1990)1 . Berikut adalah pengelompokan jenis cidera dan keparahannya:

1. Cidera fatal (fatality) Adalah kematian yang disebabkan oleh cidera atau penyakit akibat kerja

2. Cidera yang menyebabkan hilang waktu kerja (Loss Time Injury) Adalah suatu kejadian yang menyebabkan kematian, cacat permanen, atau kehilangan hari kerja selama satu hari kerja atau lebih. Hari pada saat kecelakaan kerja tersebut terjadi tidak dihitung sebagai kehilangan hari kerja.

3. Cidera yang menyebabkan kehilangan hari kerja (Loss Time Day) Adalah semua jadwal masuk kerja yang mana karyawan tidak bisa masuk kerja karena cidera, tetapi tidak termasuk hari saat terjadi kecelakaan. Juga termasuk hilang hari kerja karena cidera yang

(11)

kambuh dari periode sebelumnya. Kehilangan hari kerja juga termasuk hari pada saat kerja alternatif setelah kembali ke tempat kerja. Cidera fatal dihitung sebagai 220 kehilangan hari kerja dimulai dengan hari kerja pada saat kejadian tersebut terjadi.

4. Tidak mampu bekerja atau cidera dengan kerja terbatas (Restricted duty) Adalah jumlah hari kerja karyawan yang tidak mampu untuk mengerjakan pekerjaan rutinnya dan ditempatkan pada pekerjaan lain sementara atau yang sudah di modifikasi. Pekerjaan alternatif termasuk perubahan lingungan kerja pola atau jadwal kerja.

5. Cidera dirawat di rumah sakit (Medical Treatment Injury) Kecelakaan kerja ini tidak termasuk cidera hilang waktu kerja, tetapi kecelakaan kerja yang ditangani oleh dokter, perawat, atau orang yang memiliki kualifikasi untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan.

6. Cidera ringan (first aid injury) Adalah cidera ringan akibat kecelakaan kerja yang ditangani menggunakan alat pertolongan pertama pada kecelakaan setempat, contoh luka lecet, mata kemasukan debu, dan lain-lain.

7. Kecelakaan yang tidak menimbulkan cidera (Non Injury Incident) Adalah suatu kejadian yang potensial, yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja kecuali kebakaran, peledakan dan bahaya pembuangan limbah.

Pencegahan kecelakaan berdasarkan pengetahuan tentang sebab-sebab kecelakaan. Sebab- sebab kecelakaan disuatu perusahaan diketahui dengan mengadakan analisa kecelakaan.

Maka dari itu sebab-sebab dan cara analisa harus betul-betul diketahui.

Pencegahan ditujukan kepada lingkungan, mesin-mesin, alat-alat kerja dan manusia.

Lingkungan kerja harus memenuhi syarat-syarat lingkungan kerja yang baik, pemeliharaan rumah tangga yang baik, keadaan gedung yang selamat dan perencanaan yang baik. Syarat- syarat lingkungan kerja meliputi ventilasi, penerangan cahaya, sanitasi dan suhu udara.

Pemeliharan rumah tangga perusahaan meliputi penimbunan, pengaturan mesin, bejana- bejana dan lain-lain. Gedung harus memiliki alat pemadam kebakaran, pintu keluar darurat, lubang ventilasi, dan lantai yang baik. Perencanaan yang baik terlihat dari pengaturan operasi, pengaturan tempat mesin, proses yang selamat, cukup alat-alat, dan cukup pedoman- pedoman pelaksanaan dan aturan-aturan. Mesin-mesin, alat-alat dan perkakas kerja harus memenuhi perencanaan yang baik, cukup dilengkapi alat-alat pelindung, dan lain-lain.

Perencanaan yang baik terlihat dari baiknya pelindung pada bagian-bagian mesin atau perkakas-perkakas yang bergerak, antara lain berputar. Bila ada pengaman tersebut, harus diketahui efektif tidaknya, atau terlihat pula dari potongan, bentuk dan ukurannya, alat-alat

(12)

atau perkakas kerja. Kurangnya perawatan sering mengakibatkan bencana besar seperti peledakan mesin diesel.

Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri adalah perlengkapan yang wajib digunakan untuk melindungi pekerja dari bahaya yang bisa menyebabkan cedera atau penyakit serius terkait pekerjaannya. Alat pelindung diri telah didesain khusus sesuai dengan jenis pekerjaannya, misalnya APD untuk pekerja konstruksi tidak akan sama dengan APD untuk pekerja di laboratorium.

Semua perlengkapan APD harus memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku, seperti bersih, pas, dan nyaman dikenakan oleh pekerja, serta harus diganti secara berkala jika sudah tidak berfungsi dengan baik dan sudah habis masa pakainya.

Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri

Kewajiban mengenakan APD ini sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. Bentuk dari alat tersebut tergantung pada fungsinya, yakni:

1. Alat Pelindung Kepala

Alat pelindung kepala berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan, pukulan, atau cedera kepala akibat kejatuhan benda keras. Alat ini juga bisa melindungi kepala dari radiasi panas, api, percikan bahan kimia, ataupun suhu yang ekstrem. Jenis alat pelindung kepala terdiri dari helm pengaman (safety helmet), topi atau tudung kepala, dan pelindung rambut.

a. Safety Helmet

Safety helmet sendiri memiliki empat jenis yaitu Hard Hat kelas A, kelas B, Kelas C dan Bump cap. Bagian dalam topi pengaman ini umumnya ada hammock/ cradle yang berfungsi untuk menyerap keringat. Untuk beberapa kondisi seperti pekerja yang membutuhkan penerangan seperti pekerja diterowongan atau tambang, safety helmetnya dilengkapi dengan lampu penerangan dibagian depannya.

(13)

Berdasarkan ANSI/ISEA Z89.1-2014 Safety Helmet dibagi menjadi beberapa bagian yaitu sebagai berikut:

 Tipe 1 : Tipe 1 merupakan safety helmet yang digunakan untuk melindungi kepala dari bahaya yang berasal dari arah atas misalnya kejatuhan benda.

 Tipe 2 : Tipe 2 merupakan safety helmet yang digunakan untuk melindungi kepala dari bahaya yang berasal baik dari arah atas atau samping.

Selain kedua tipe diatas, berdasarkan ANSI/ISEA Z89.1-2014 Safety Helmet juga dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

Kelas G : Merupakan jenis safety helmet yang dirancang untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh dan melindungi arus listrik sampai 2.200 volt

Kelas E : Merupakan jenis safety helmet yang dirancang untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh dan melindungi arus listrik sampai 20.000 volt

Kelas C: Merupakan jenis safety helmet yang dirancang untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh namun tidak untuk kejutan listrik ataupun bahan korosif.

Bum Cap : Pelindung kepala ini terbuat dari plastik sehingga hanya digunakan untuk melindungi benturan dari benda yang menonjol. Bump cap tidak cocok untuk melindungi kepada dari benda yang jatuh atau bisa dikatakan tidak dapat menggantikan peran hard hat kelas G, E dan C.

(14)

Kita juga harus memperhatikan tanda-tanda yang terdapat di helm. Dari beberapa tanda dibawah ini juga dapat menunjukkan bahwa masing-masing helm memiliki peruntukkan yang berbeda-beda pula.

 LT : Digunakan untuk Suhu Bawah (sampai -30 C atau -22 F)

 HT : Digunakan untuk Suhu Tinggi

 HV : Digunakan Visibilitas Tinggi (Lebih dari 140 F)

Untuk warna helm safety sebenarnya tidak ada standar baku yang ditetapkan. Hal ini merupakan bentuk improvement dari tempat kerja masing-masing. Namun pada umumnya yang digunakan adalah seperti gambar dibawah ini:

(15)

b. Hood

Jika bahaya-bahaya yang ada ditempat kerja anda adalah berupa bahan kimia, api, dan panas radiasi yang tinggi, maka type Hood adalah yang paling tepat. Pelindung kepala ini biasanya terbuat dari bahan asbes, kulit, wool, katun yang dicammpuri aluminium dan lain-lain. Sehingga bahan ini akan sangat padat dan tidak ada celah lubangnya.

c. Hair Cap

Di perusahaan farmasi, atau perusahaan-perusahaan yang sangat critical dengan kontiminasi terhadap produknya.

Biasanya menggunakan hair cap untuk melindungi rambut pekerjanya. Selain melindungi produk mereka, hair cup juga difungsikan untuk melindungi kepala dari debu ataupun bahaya terjeratnya rambut pada mesin-mesin berputar. Dengan menggunakan hair cap, umumnya rambut akan lebih rapi karena berada didalam hair cap tersebut.

Dalam menggunakan safety helmet juga harus memperhatikan ukuran agar sesuai dengan ukuran kepala. Safety helmet yang terlalu besar atau terlalu kecil tidak akan sesuai untuk digunakan, meski dalam hal keselamatan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

Beberapa safety helmet juga dilengkapi dengan beberapa aksesoris seperti slot untuk penutup telinga, kacamata pengaman,, pelindung wajah dan lampu terpasang.

Pembersihan dan inspeksi secara berkala penting dilakukan untuk memastikan kondisi safety helmet dalam kondisi baik Penyimpanan yang salah dapat mengakibatkan safety helmet mengalami kerusakaan yang lebih cepat. Misalnya penyimpanan diarea yang bawah sinar matahari langsung. Karena panas yang ekstrim dalam waktu yang lama dapat merusaknya.

Setiap safety helmet yang sesuai dengan persyaratan ANSI Z89.1-2014 harus ditandai dengan tepat untuk memverifikasi kepatuhannya. Informasi harus ditandai di dalam safety helmet yaitu:

(16)

 Nama pabrikan atau tanda pengenal

 Tanggal produksi

 Legenda, “ANSI Z89.1-2014”

 Penunjukan Tipe dan Kelas

 Kisaran ukuran kepala perkiraan

2. Alat Pelindung Mata dan Muka

Alat pelindung ini berfungsi untuk melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya, misalnya amonium nitrat, gas dan partikel yang melayang di udara atau air, percikan benda kecil, panas, atau uap. Alat pelindung diri yang menutup wajah dan mata juga penting digunakan untuk mengurangi risiko munculnya gangguan kesehatan atau cedera akibat paparan radiasi, pancaran cahaya, dan benturan atau pukulan benda keras atau tajam.

Alat pelindung mata yang umumnya digunakan adalah kacamata khusus atau spectacles dan goggles. Sedangkan alat pelindung muka terdiri dari tameng muka (face shield) atau full face masker, yaitu masker yang menutupi seluruh bagian wajah.

Standar yang paling banyak digunakan dan direkomendasikan oleh OSHA adalah standar ANSI (American National Standard Institute) dengan nomor ANSI Z87.1-1989. Beberapa jenis alat pelindung mata dan wajah adalah sebagai berikut:

a. Kacamata Safety; bahan kacamata ini memiliki kemampuan untuk melindungi mata dengan lensa yang tahan benturan dan frame dari palstik atau logam. Beberapa model memiliki perisai samping

b. Goggles; adalah kacamata pelindung yang menutupi semua area disekitar mata. Goggles dapat melindungi mata dari debu dan percikan bahan kimia cair. Goggles juga bisa digunakan bersamaan dengan kacamata resep karena disainnya yang lebih besar.

(17)

c. Perisai Pengelasan (Welding);

umumnya dibuat dari fiberglass dan dilengkapi dengan lensa saring sehingga bisa melindungi mata dari luka bakar akibat radiasi sinar inframerah yang berasal dari pengelasan, perisai ini juga dapat melindungi wajah dari percikan api dan logam panas dari pengelasan. OSHA mensyaratkan lensa filter memiliki nomor peneduh (shade number) yang bisa diatur sesuai dengan radiasi sinar pada saat pengelasan.

d. Kacamata Pengaman Laser; kacamata ini khsusus dibuat untuk melindungi mata dari sinar laser. Pemilihan jenis kacamata ini tergantung pada peralatan dan kondisi operasi ditempat kerja.

e. Perisai Wajah; terbuat dari lembaran plastic transparan yang dapat menutupi semua wajah yang dapat melindungi semua wajah dari percikan atau semprotan cairan atau debu berbahaya. Tetapi perisai wajah tidak dapat melindungi dari bahaya benturan dan karena itu harus digunakan bersamaan dengan kacamata safety untuk perlindungan terhadap benturan

3. Alat Pelindung Telinga

Kita harus memakai pelindung pendengaran (hearing protection) jika kebisingan atau tingkat suara di tempat kerja melebihi 85 desibel. Pelindung pendengaran berfungsi mengurangi tingkat kebisingan paparan dan risiko gangguan pendengaran.

(18)

Jika perlindungan pendengaran (hearing protection) diperlukan, maka program konservasi pendengaran yang lengkap sebaiknya dikembangkan. Sebuah program konservasi pendengaran meliputi penilaian kebisingan, pemilihan alat pelindung pendengaran, pelatihan karyawan, pengujian audiometri, pemeliharaan, inspeksi, pencatatan, dan evaluasi program.

Efektivitas perlindungan pendengaran (hearing protection) akan sangat berkurang jika alat pelindungan pendengaran tidak fit atau tepat saat digunakan atau jika hanya dikenakan sebagian waktu selama periode paparan kebisingan. Untuk menjaga efektivitas alat pelindung, maka alat pelindung pendengaran tersebut tidak boleh dimodifikasi

Ada tiga jenis alat pelindung pendengaran (hearing protection), yaitu:

a. Ear Plug dimasukkan untuk memblokir saluran telinga. Ear plug berbentuk premolded (preformed) atau moldable (busa). Ear plug umumnya dijual sebagai produk sekali pakai (disposable) atau dapat digunakan kembali (reusable).

b. Semi-insert ear plugs terdiri dari dua ear plug yang dipasang diujung head band.

c. Ear muff . Penutup telinga yang terbuat dari bahan yang lembut yang dapat menurunkan kebisingan dengan cara menutupi semua bagian telinga dan ditahan/dipegang oleh head band.

(19)

4. Alat Pelindung Saluran Pernapasan

Fungsi alat ini adalah untuk melindungi organ pernapasan dengan cara menyalurkan udara bersih atau menyaring paparan zat atau benda berbahaya, seperti mikroorganisme (virus, bakteri, dan jamur), debu, kabut, uap, asap, dan gas kimia tertentu, agar tidak terhirup dan masuk ke dalam tubuh.

Alat pelindung pernapasan terdiri dari beberapa komponen, yaitu:

 Masker.

 Respirator.

 Tabung atau cartridge khusus untuk menyalurkan oksigen.

 Tangki selam dan regulator, untuk pekerja yang bekerja di dalam air.

 Jika pekerja mengalami gangguan pernapasan di tempat kerja, idealnya juga tersedia alat bantu pernapasan, seperti masker dan tabung oksigen.

5. Alat Pelindung Tangan

Pelindung tangan atau sarung tangan berfungsi untuk melindungi jari-jari tangan dari api, suhu panas atau dingin, radiasi, arus listrik, bahan kimia, benturan atau pukulan, tergores benda tajam, atau infeksi.

Sarung tangan ini terbuat dari material yang beraneka macam, tergantung pada kebutuhan dan pekerjaan. Sarung tangan ini ada yang terbuat dari logam, kulit, kanvas, kain, karet, atau bahan khusus untuk melindungi tangan dari zat kimia tertentu.

(20)

6. Alat Pelindung Kaki

Alat ini berfungsi untuk melindungi kaki dari benturan atau tertimpa benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau dingin dan bahan kimia berbahaya, serta terpeleset karena permukaan yang licin. Jenis alat pelindung kaki berupa sepatu karet (boot) dan safety shoes.

7. Pakaian Pelindung

Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi tubuh dari suhu panas atau dingin yang ekstrim, paparan api dan benda panas, percikan bahan kimia, uap panas, benturan, radiasi, gigitan atau sengatan binatang, serta infeksi virus, jamur, dan bakteri.

Jenis pakaian pelindung terdiri dari rompi (vests), celemek (apron atau coveralls), jaket, dan pakaian terusan (one piece coverall).

8. Sabuk dan tali keselamatan

(21)

Beberapa pekerjaan mengharuskan pekerjanya untuk bekerja pada posisi yang cukup berbahaya, seperti di ketinggian atau dalam ruangan yang sempit di bawah tanah. Sabuk dan tali keselamatan ini berfungsi untuk membatasi gerakan pekerja agar tidak terjatuh atau terlepas dari posisi yang aman.

9. Pelampung

Pelampung digunakan oleh pekerja yang bekerja di atas air atau di permukaan air supaya bisa mengambang dan tidak tenggelam. Pelampung ini terdiri dari life jacket atau life vest.

Selain digunakan saat bekerja, APD juga penting digunakan saat membersihkan rumah atau tempat tertentu dari sarang binatang pembawa kuman atau virus, misalnya hantavirus.

Pemakaian APD selama wabah COVID-19 juga penting untuk mencegah dan mengendalikan infeksi virus Corona.

Penting untuk diingat bahwa penggunaan alat pelindung diri sangat penting untuk melindungi diri dari kecelakaan kerja. Namun sayangnya, masih banyak pekerja yang enggan memakai APD dengan alasan tidak nyaman, repot, berat, atau sesak.

(22)

Daftar Pustaka

Departemen Pekerjaan Umum. (2005). Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Departemen Pekerjaan Umum.

Tarwaka. (2008). Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja, Harapan Press, Surakarta.

International Labour Organization. (2013). Keselamatan dan Kesehatan di Tempat Kerja, Sarana Untuk Produktivitas, International Labour Organization, Jakarta.

International Labour Organization. (2018). Manajemen Risiko Kebakaran, International Labour Organization, Jakarta.

Redjeki, S. (2016). Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Suma’mur. (1994). Keselamatan Kerja & Pencegahan Kecelakaan, CV HAJI MASAGUNG, Jakarta.

British Stpekerjard Institution. 2018. ISO 45001:2018 Occupational Health & Safety management systems Requirements with guidance for use. Geneva, March 31.

Referensi

Dokumen terkait

Penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh.. pekerjaan atau

Kasus penyakit kulit akibat kerja (dermatosis) pada penjual ikan basah disebabkan. oleh kondisi lingkungan dan

Penyakit akibat kerja dan/atau berhubungan dengan pekerjaan dapat disebabkan oleh pemajanan di lingkungan kerja. Fakta di lapangan menunjukkan terdapat kesenjangan antara

Penyakit akibat kerja yang berhubungan dengan pekerjaan dapat disebabkan.. oleh pemajanan

)paya preBentif dilakukan untuk men$egah terjadinya penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh alatmesin dan masyarakat yang berada di sekitar lingkungan

Kebutuhan pekerja terhadap pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja pada pekerjaan pembersihan kaca jendela yang diperoleh dari hasil penelitian terhadap 10 pekerja diketahui

Penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Terdapat jaminan seperti

Penyakit paru kerja akibat debu adalah penyakit atau kelainan pada paru yang timbul sehubungan dengan pekerjaan yang disebabkan oleh debu.