• Tidak ada hasil yang ditemukan

Monitoring dan Evaluasi Pola Kemitraan Pt.Sumatra Tobacconesia Trader Company (PT. STTC) Dengan Petani Tembakau di Kabupaten Humbang Hasundutan Kasus: Desa Sosor Gonting Kec. Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Monitoring dan Evaluasi Pola Kemitraan Pt.Sumatra Tobacconesia Trader Company (PT. STTC) Dengan Petani Tembakau di Kabupaten Humbang Hasundutan Kasus: Desa Sosor Gonting Kec. Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pola kemitraan yang terjalin antara PT.STTC dengan petani tembakau di daerah penelitian adalah pola Sub Kontrak. Tingkat keberhasilan pelaksanaan kemitraan antara PT STTC dengan petani tembakau di wilayah penelitian sampai ±5 tahun kemitraan berada pada kategori tinggi.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

  • Karakter, Integritas dan Kejujuran 2. Kepercayaan
  • Komunikasi yangterbuka 4. Adil
  • Keinginan pribadi dari pihak yang bermitra
  • Keseimbangan antara insentif dan resiko ( Hafsah,2000: 47-50)
  • Pemerintah Humbang Hasundutan sebagai pihak pertama mempersiapkan petani/kelompok tani peserta pengembangan tanaman tembakau
  • PT.STTC sebagai pihak kedua membeli semua produksi tembakau rakyat dalam bentuk daun kering (krosok) yang memenuhi kriteria dan mutu
  • Pihak kedua membantu petani untuk pengadaan sarana produksi berupa
  • Pihak pertama dan pihak kedua, secara bersama-sama meninjau dan menetapkan perubahan harga setiap musim tanam
  • Pihak pertama dan pihak kedua, bersama-sama melaksanakan pembinaan dan pengawasan kepada petani menyangkut kultur teknis, mutu, panen dan

Salah satu lembaga yang menjalin kerjasama adalah Perusahaan Pedagang Tembakau Sumatera (PT.STTC), salah satu perusahaan rokok di Sumatera Utara yang bermitra dengan Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan dalam pengembangan tanaman tembakau White Burley (tembakau rokok ). PT.STTC sebagai pihak kedua membeli seluruh hasil produksi tembakau rakyat dalam bentuk daun kering (krosok) yang memenuhi kriteria dan mutu dalam bentuk daun kering (krosok) yang memenuhi kriteria dan mutu sesuai kesepakatan. harga.

Identifikasi Masalah

Bagaimana pola kemitraan antara PT. STTC dengan petani tembakau yang sudah berjalan 5 tahun di daerah penelitian?

Bagaimana keberhasilan pelaksanaan kemitraan PT. STTC dengan petani tembakau di daerah penelitian?

Apakah usahatani tembakau secara ekonomi layak diusahakan oleh petani?

Upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam bermitra?

Tujuan Penelitian

  • Untuk mengetahui pola kemitraan antara PT. STTC dengan petani tembakau di daerah penelitian
  • Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan kemitraan PT. STTC dengan petani tembakau di daerah penelitian
  • Untuk mengetahui layak tidaknya usahatani tembakau diusahakan di daerah penelitian
  • Untuk mengetahui masalah-masalah apa saja yang dihadapi oleh PT
  • Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh PT.STTC dan petani tembakau di daerah

Dengan adanya perjanjian kerjasama ini, penulis tertarik untuk menyelidiki bagaimana kerjasama antara PT. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh PT.STTC dan petani tembakau di wilayah permasalahan yang dihadapi oleh PT.STTC dan petani tembakau di lapangan penelitian.

Kegunaan Penelitian

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Bahan masukan bagi para pengambil keputusan untuk pengembangan kemitraan PT. STTC dengan petani tembakau

Bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan

TINJAUAN PUSTAKA

Usaha Tani Tembakau

  • Pembibitan
    • Penetapan Tempat pembibitan
    • Persiapan Tempat Pembibitan
    • Penaungan
    • Pengadaan Benih
    • Penyemaian Benih
    • Pemeliharaan Bibit
  • Penanaman
    • Penentuan saat tanam
    • Persiapan dan Pengolahan Tanah
    • Penentuan Jarak Tanam
    • Cara Penanaman
    • Waktu Tanam
    • Penyulaman
  • Pemeliharaan Tanaman
  • Panen

Penyiapan bedengan meliputi kegiatan pengolahan tanah untuk penanaman bibit, bedengan dapat bersifat permanen, semi permanen, dan non permanen. Persemaian permanen merupakan persemaian yang bersifat permanen sehingga dapat digunakan berkali-kali. Dengan merawat benih dengan baik pada saat berada di persemaian, maka benih tersebut dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan kualitas daun tembakau yang baik.

Kemitraan

Jika digabungkan kedua pernyataan tersebut akan menghasilkan definisi yang lebih sempurna bahwa kemitraan adalah suatu kolaborasi bisnis, yaitu suatu strategi bisnis yang dilakukan antara dua pihak atau lebih dengan prinsip saling membutuhkan, saling memperluas dan saling menguntungkan (Anonymus b, 2011). 9 Tahun 1995 Pasal 1 ayat 8 yang berbunyi: “kerja sama antara usaha kecil dan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai dengan pembinaan dan pengembangan usaha menengah/besar secara berkesinambungan, dengan memperhatikan asas saling membutuhkan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan.”

Landasan Teori

  • Pola inti plasma
  • Pola Sub-Kontrak
  • Pola Dagang Umum
  • Pola Keagenan
  • Waralaba

Merupakan pola hubungan kemitraan antara perusahaan mitra usaha dengan kelompok mitra usaha yang menghasilkan kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan perusahaan sebagai bagian dari komponen produksinya. Merupakan pola hubungan kemitraan antara sekelompok mitra usaha dengan perusahaan mitra usaha yang memberikan hak lisensi dan merek dagang atas saluran distribusi perusahaan kepada kelompok mitra usaha sebagai penerima.

Monitoring dan Evaluasi

Sedangkan pewaralaba hanya mengikuti pola pemilik waralaba dan memberikan sebagian pendapatannya. Evaluasi merupakan kegiatan penting untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai, apakah program sesuai dengan rencana dan/atau dampak apa yang terjadi setelah program dilaksanakan (Anonim c, 2011).

Analisis Usaha Tani

Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besar

Evaluasi dapat dilakukan secara terus menerus, berkala dan/atau sewaktu-waktu sebelum, selama dan/atau setelah pelaksanaan program.

Biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi, yang diperoleh

Tenaga kerja pria dewasa, dengan usia ≥15 tahun, bekerja selama 7 jam/hari

1HKP

Tenaga kerja wanita dewasa, dengan usia ≥15 tahun, bekerja selama 7 jam/hari = 0,8 HKP

Analisis Kelayakan Usaha Tani

R/C Ratio

R/C merupakan singkatan dari Cost Recovery Ratio atau dikenal juga sebagai rasio (rasio) antara pendapatan dan biaya.

Return On Investment (ROI)

Produktivitas Tenaga Kerja

Pada kelayakan pertanian, produktivitas tenaga kerja diperoleh dengan membandingkan total pendapatan tenaga kerja (TPT) dengan total input tenaga kerja per unit. usahatani dalam satuan Rp/HKO.

Pendapatan

Kerangka Pemikiran

STTC akan menerapkan sistem manajemen petani tembakau yaitu monitoring dan evaluasi yang akan memantau dan mengevaluasi bagaimana kemitraan ini dilaksanakan. Pemantauan merupakan kegiatan mengamati berjalannya kinerja suatu kemitraan, termasuk permasalahan-permasalahan yang dihadapi kemitraan dan upaya-upaya untuk mengatasi permasalahan yang timbul.

Humbang Hasundutan

Hipotesis Penelitian

Tingkat keberhasilan pelaksanaan kemitraan antara PT. STTC dengan petani tembakau adalah tinggi

Usaha tani tembakau secara ekonomi layak untuk diusahakan oleh petani

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode Penentuan Sampel Penelitian

Metode Pengumpulan Data

Kuesioner, data direkam dengan menggunakan kuesioner yang telah dibuat dan disebarkan kepada responden

Wawancara, dilakukan apabila jawaban yang diberikan oleh responden dalam kuesioner belum terungkap jelas sehingga perlu menggunakan

Metode Analisis Data

Dolok Sanggul), dari data yang diperoleh, Desa Sosor Gonting merupakan desa yang memiliki areal perkebunan tembakau terluas dan telah bermitra dengan PT sejak tahun 2006. memiliki STTC yang diimplementasikan dalam bentuk Memorandum of Understanding (MoU). Pengukuran tingkat keberhasilan kemitraan PT.STTC dengan petani tembakau dilaksanakan dari Memorandum of Understanding (MoU).

No Perencanaan sesuai MoU (Memorandum

  • Pemerintah mempersiapkan petani dalam menetapkan jadwal
  • Pemerintah mempersiapkan petani untuk menentukan lokasi
  • Pemerintah mempersiapkan
  • Pemerintah mempersiapkan petani dalam tata cara
  • Pemerintah mempersiapkan sarana/ alat-alat pertanian yang
  • Pemerintah mempersiapkan/
  • Apabila produksi tembakau petani tidak sesuai mutu/kriteria,
  • Ada jaminan atau berupa ganti rugi dari Pihak PT.STTC kepada
  • PT. STTC membantu petani dalam pengadaan benih
  • PT. STTC membantu petani dalam pembibitan tanaman
  • PT. STTC membantu petani cara-cara penanaman tanaman
  • PT. STTC membantu petani cara-cara pemeliharaan tanaman
  • PT. STTC membantu petani cara-cara pemanenan tanaman
  • PT. STTC membantu petani dalam penyediaan sarana pasca
  • Pemberian sarana produksi sesuai dengan luas lahan petani
  • Petani ikut terlibat dalam penetapan harga per musim
  • Harga yang di tetapkan per musim tanam sesuai dengan
  • Pernahkah PT.STTC mengurangi harga produksi petani dari harga
  • Penetapan perubahan harga dilakukan per musim tanam
  • Perusahaan dan pemerintah bersama-
  • Pemerintah dan PT.STTC melaksanakan pembinaan dan
  • Pemerintah dan PT.STTC melaksanakan pembinaan dan

Pemerintah dan PT STTC melakukan pelatihan serta memberikan bimbingan dan pengawasan kepada petani untuk meningkatkan kualitas krosok (daun kering). Pemerintah dan PT STTC melakukan pembinaan dan pemberian bimbingan serta pengawasan kepada petani dalam pemanenan daun tembakau3.

Definisi Dan Batasan Operasional

27-35 = Rendahnya tingkat keberhasilan pelaksanaan kemitraan 36-45 = Rata-rata tingkat keberhasilan pelaksanaan kemitraan 46-54 = Tingginya tingkat keberhasilan pelaksanaan kemitraan. Hipotesis 5, dianalisis secara deskriptif menjelaskan upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam kemitraan.

Definisi

  • Monitoring adalah suatu kegiatan untuk memastikan dan mengendalikan keserasian pelaksanaan program dengan perencanaan
  • Evaluasi adalah sebuah proses pengumpulan informasi dengan menggunakan standart dan seperangkat kriteria untuk menarik
  • Kemitraan adalah kerjasama yang dilakukan oleh PT. STTC dengan petani tembakau, dilihat dari pola kemitraannya
  • Curahan tenaga kerja adalah besarnya penggunaan tenaga kerja pada setiap tahapan pekerjaan pengolahan
  • Pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya
  • Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual
  • Kelayakan yang digunakan untuk menilai kelayakan usaha adalah Analisis Titik Return Of Investment (ROI), Revenue Cost Ratio (R/C

Hipotesis 3, dianalisis menggunakan analisis kelayakan usahatani yaitu: R/C Ratio, Return On Investment (ROI), Produktivitas Tenaga Kerja dan Pendapatan. Kelayakan yang digunakan untuk menentukan kelayakan usaha adalah Analisa Return on Investment (ROI) Point, Revenue Cost Ratio (R/C) Analisa Return on Investment (ROI) Point, Revenue Cost Ratio (R/C Ratio), Produktivitas Tenaga Kerja dan Pendapatan.

Batasan Operasional

Daerah penelitian adalah desa Sosor gonting, Kec.Doloksanggul, Kab

Evaluasi adalah suatu proses pengumpulan informasi dengan menggunakan standar dan seperangkat kriteria untuk menarik kesimpulan dan merumuskan pertimbangan.

Waktu penelitian adalah Juli-September Tahun 2011

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

Luas dan Letak Geografis

Jenis dan Penggunaan Lahan

No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

Keadaan Penduduk

Jadi dapat disimpulkan bahwa pada kota penelitian jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan.

No Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Tabel 5 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk desa penelitian bermatapencaharian sebagai petani yaitu sebanyak 217 KK atau 68,23%, sedangkan terdapat 55 KK atau 17 penduduk yang bermatapencaharian dari kegiatan lain (wirausaha, supir, perajin). .29%. , dan 46 KK atau 14,46% penduduknya bermatapencaharian dari pekerjaan PNS/pensiunan.

No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase(%)

Jika dilihat dari tingkat pendidikan, jenjang pendidikan tertinggi adalah SLTA dan SLTA yaitu sekitar 42,81. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk di wilayah studi memandang pendidikan formal sangat penting untuk mengubah pola pikir dan cara pandang serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pemerintahan Desa

Sarana dan Prasarana Desa

SLTP

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pola Kemitraan PT.Sumatra Tobacconesia Trader Company (PT. STTC) Dengan Petani Tembakau

  • Pemerintah mempersiapkan petani ataupun kelompok tani dalam hal pengorganisasian, bimbingan teknis, penyediaan sarana dan prasarana
  • Perusahaan membeli semua produk tembakau rakyat dalam bentuk daun kering atau krosok yang memenuhi kriteria dan mutu dengan harga yang
  • Perusahaan membantu petani dalam pengadaan sarana produksi berupa : benih, bimbingan teknis, sarana pasca panen, dan sarana pendukung
  • Pemerintah dan Perusahaan bersama-sama meninjau dan menetapkan perubahan harga setiap musim tanamnya
  • Perusahaan dan Pemerintah melaksanakan pembinaan dan pengawasan kepada petani menyangkut kultur teknis, mutu, panen dan pengawasan
  • Rp.30.000,-/Kg untuk daun tembakau kering tanpa tulang daun dengan kualitas yang paling baik ( I )

Dengan adanya kemitraan, masyarakat semakin mudah memasarkan hasil produksinya karena perusahaan datang langsung ke petani untuk membeli daun tembakau kering dua kali sebulan di lokasi yang disepakati, biasanya di tengah pekarangan desa. Untuk proses penjualannya, petani mengemas sendiri daun tembakau keringnya menjadi bola-bola, yang ukurannya tergantung keinginan petani karena tidak ada peraturan dari perusahaan mengenai ukuran setiap bola. Yang dimaksud dengan kerjasama harga, mutu dan waktu ini adalah petani menjual tembakau kepada perusahaan sesuai dengan harga yang disepakati, karena di wilayah penelitian terdapat 5 tingkat harga tembakau yaitu : Rp.30.000,- untuk tembakau kering, tanpa biji. daun kualitas sama terbaik (I), Rp.

Dalam hal ini PT.STTC sebagai perusahaan mitra membeli seluruh hasil tembakau petani dengan harga dan waktu yang disepakati.

Keberhasilan Pelaksanaan Kemitraan Antara PT. STTC Dengan Petani Keberhasilan kemitraan dapat dilihat dari sejauhmana kedua belah pihak

Kemitraan selalu berkembang sesuai dengan tantangan dan permasalahan, agar kemitraan dapat bertahan, kemitraan selalu memerlukan gagasan, gagasan dan informasi untuk dapat berkembang lebih jauh. Pertukaran informasi yang bebas antar aktor mitra akan melahirkan ide-ide cemerlang yang akan memicu kreativitas sehingga mempengaruhi kegiatan/kesepakatan yang akan dilaksanakan. Hal ini juga dirasakan oleh perusahaan dan petani ketika mereka bekerja sama, jika petani mempunyai permasalahan dalam menanam tembakau maka mereka akan berkomunikasi dengan perusahaan untuk mencari alternatif solusi bersama, begitu pula sebaliknya jika perusahaan merasa tidak puas dengan kualitas, waktu dan kuantitas. produk pertanian, maka pihak perusahaan akan mengkomunikasikan hal tersebut kepada para petani agar komunikasi tetap baik dan kemitraan berjalan dengan baik dan lancar.

Untuk mengukur tingkat keberhasilan kerjasama ini, penulis menggunakan kuesioner berdasarkan kesepakatan yang telah ditentukan atau Memorandum of Understanding (MoU).

Understanding

Jumlah Parameter

Skor Harapan Hasil Skor

MoU)

Analisis Usahatani tembakau

Keterangan

Pantas

  • HKO 14,07HKO

5,63HKO 26,32HKO

Total - Sewa Lahan

31,52HKO 38,79HKO

63,23HKO 75,90HKO

Analisis Kelayakan Usahatani Tembakau

No Analisi Kelayakan

Kriteria Kelayakan

NOK 1,940 Berdasarkan kriteria investasi yang menyatakan bahwa suatu perusahaan dapat dikatakan layak dijalankan apabila mempunyai nilai R/C > 1, maka budidaya tembakau di daerah penelitian layak dijalankan. Berdasarkan kriteria yang menunjukkan bahwa suatu usaha dapat dikatakan layak dijalankan apabila mempunyai nilai ROI yang lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku, maka suatu usaha pertanian tembakau di daerah penelitian memiliki nilai ROI sebesar 12,77% dan minat. suku bunga 8% layak dijalankan (indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah suku bunga pinjaman Bank Sumut yaitu 16%/tahun; 8% untuk setengah tahun atau untuk musim tanam tembakau). Berdasarkan kriteria yang menunjukkan bahwa suatu usaha dapat dikatakan layak untuk diusahakan, apabila pendapatan mempunyai nilai yang lebih besar dibandingkan dengan sewa tanah, maka rata-rata sewa tanah per petani Rp.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa budidaya tembakau di daerah penelitian layak secara ekonomi, dilihat dari analisis kriteria kelayakan budidaya yaitu: R/C Ratio, Return of Investment (ROI), Produktivitas Tenaga Kerja dan Pendapatan. .

Pada awal kemitraan sarana produksi petani disediakan oleh perusahaan akan tetapi untuk saat ini petani mengusahakan sendiri sarana produksi yang

Petani menerima perbedaan harga yang cukup besar untuk setiap tingkatan harga krosok, dan tingkatan atau kategori untuk krosok terlalu banyak, hal ini

PT. STTC

Perusahaan sering kewalahan pada saat membeli krosok dari petani, ada kalanya petani menjual produk dalam jumlah yang cukup banyak tetapi

Perubahan harga tidak dilakukan setiap musim tanam, padahal dalam MoU tertulis perubahan harga dilakukan setiap musim tanam, sebagai gambaran

Petani tidak pernah dilibatkan dalam penetapan dan perubahan harga krosok

Upaya-Upaya Yang Dapat Dilakukan Untuk Mengatasi Masalah Dalam Bermitra

Untuk meningkatkan kualitas bibitnya pengambilan bibit dilakukan saat tanaman sudah berumur 5-6 bulan, buah dijemur sampai kering sebelum

Agar kualitas produk lebih seragam petani merawat tanamannya dengan baik, dan berdiskusi dengan penyuluh pada saat kegiatan kelompok tani. Selain itu

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

  • Tingkat keberhasilan pelaksanaan kemitraan antara PT.STTC dengan petani tembakau di daerah penelitian selama 5 tahun berjalan termasuk dalam
  • Usaha tani tembakau layak untuk diusahakan di daerah penelitian, karena
  • Masalah-masalah yang dihadapi PT.STTC dengan petani tembakau di daerah penelitian selama dalam bermitra adalah
  • Pada awal kemitraan sarana produksi petani disediakan oleh perusahaan akan tetapi untuk saat ini petani mengusahakan sendiri sarana produksi
  • Petani menerima perbedaan harga yang cukup besar untuk setiap tingkatan harga krosok,dan tingkatan atau kategori untuk krosok terlalu
  • Perubahan harga tidak dilakukan setiap musim tanam, tetapi harga yang ada dipetani saat ini sudah berlaku kurang lebih 1 tahun, dan hingga
  • Petani tidak pernah dilibatkan dalam penetapan dan perubahan harga krosok
  • Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah diatas adalah
  • Untuk meningkatkan kualitas bibitnya pengambilan bibit dilakukan saat sudah benar-benar matang dan kering dari pohonnya, untuk mencegah
  • Agar kualitas produk lebih seragam petani merawat tanamannya dengan baik, dan berdiskusi dengan penyuluh pada saat kegiatan kelompok tani

Petani mendapatkan perbedaan harga yang cukup besar pada setiap tingkat harga krosok dan tingkat atau kategori krosok terlalu tinggi dan tingkat atau kategori krosok terlalu banyak, hal ini disebabkan kualitas produk yang tidak seragam akibat bibit yang tidak terjamin. , bimbingan teknis hanya diberikan oleh perusahaan pada awal kemitraan, dan terdapat kekurangan modal. Perusahaan seringkali kewalahan ketika membeli krosok dari petani, ada kalanya petani menjual produk dalam jumlah yang cukup banyak, namun terkadang petani menjual produk dalam jumlah yang cukup banyak, namun ada kalanya petani menjual krosok dalam jumlah yang sangat sedikit, hal ini dikarenakan petani sering menjual krosok dari petani. menimbun hasil panennya dan tidak menjualnya secara penuh pada waktu yang telah disepakati. Petani melakukan penimbunan dengan alasan pada saat tertentu membutuhkan uang yang cukup banyak untuk membiayai pendidikan anaknya atau untuk keperluan tertentu.

STTC membuat kontrak produksi dengan petani tembakau agar petani menjual krosoknya pada setiap jangka waktu yang ditentukan dan tidak menumpuk produksinya.

Saran

DAFTAR PUSTAKA

Biaya pemakaian obat per petani tembakau dalam 1 musim tanam no. Ha) Teruskan 45. Layak mendapatkan Hiss Prepaton. Luas Penelitian dalam 1 Musim Tanam Per Petani di Daerah Penelitian dalam 1 Musim Tanam Lanjutan Lampiran 6a. Tidak ada areal pembibitan Biaya pengolahan Biaya penanaman Biaya pupuk Biaya penyemprotan Biaya penyiangan Biaya panen Biaya pasca Total biaya.

Volume dan biaya tenaga kerja budidaya tembakau per hektar di wilayah penelitian dalam 1 musim tanam Lanjutan Lampiran 6b. Biaya penyusutan alat tanam tembakau per petani dan per hektar di wilayah penelitian dalam 1 musim tanam Lanjutan Lampiran 7. Biaya sarana produksi per petani dan per hektar penanaman tembakau dalam 1 musim tanam No. Luas lahan.

Total biaya budidaya tembakau per petani di wilayah penelitian dalam 1 musim tanam. Tidak ada biaya variabel untuk area tersebut. Pendapatan bersih budidaya tembakau per petani dan per hektar di wilayah penelitian dalam 1 musim tanam.

Gambar

Tabel 1. Pengukuran Tingkat Keberhasilan Kemitraan PT.STTC dengan  Petani Tembakau Yang Diimplementasikan dari Memorandum of  Understanding (MoU)
Tabel 2. Jenis Penggunaan Lahan di Desa Penelitian Tahun 2011
Tabel 3. Keadaan Penduduk di Desa Penelitian Tahun 2011  No  Jenis Kelamin  Jumlah (Jiwa)  Persentase (%)
Tabel 3 menunjukkan keadaan penduduk desa penelitian yang terdiri dari  laki-laki berjumlah 930 jiwa (53,82%) dan perempuan berjumlah 798 jiwa  (46,18%)
+6

Referensi

Dokumen terkait

1. Pola kemitraan petani selada di Desa Sukatani, Desa Ciherang, dan Desa Ciputri sudah cukup baik dengan kategori rata-rata sedang. Pola kemitraan petani selada