• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA KEMITRAAN PETANI SELADA (

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "POLA KEMITRAAN PETANI SELADA ("

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

POLA KEMITRAAN PETANI SELADA (Lactuca sativa L.) PADA ERA PANDEMI COVID-19 DI KECAMATAN PACET

KABUPATEN CIANJUR PROVINSI JAWA BARAT

LAPORAN TUGAS AKHIR

RESKA LESTARI 020118042

PROGRAM STUDI

PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN JURUSAN PERTANIAN

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR

2022

(2)

ii

POLA KEMITRAAN PETANI SELADA (Lactuca sativa L.) PADA ERA PANDEMI COVID-19 DI KECAMATAN PACET

KABUPATEN CIANJUR PROVINSI JAWA BARAT

RESKA LESTARI 020118042

LAPORAN TUGAS AKHIR

Sebagai salah satu syarat memperoleh sebutan profesional Sarjana Terapan Pertanian (S.Tr.P)

pada Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan

PROGRAM STUDI

PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN JURUSAN PERTANIAN

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR

2022

(3)

iii

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI

(4)

iv

HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR

(5)

v

LEMBAR PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil „alamin saya panjatkan puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia nya saya dapat menyelesaikan penelitian dan laporan Tugas Akhir. Setiap cobaan yang Allah SWT berikan pastilah sesuai dengan kemampuan

hambanya. Selanjutnya saya persembahkan karya tulis ini untuk Ayahanda tercinta Bapak Suwaji dan Almarhumah Ibunda tersayang yaitu Ibu Wanti yang

tak sempat menyaksikan anak bungsunya ini dalam wisudah sarjana Terapan Pertanian yang selama ini beliau impikan karena tuhan memanggil beliau lebih dulu. Kemudian kepada kelima kakak saya yaitu Lita Atmawati, Agus Kristianto,

Tri Kismawati, Aan Nuriyanto, dan Ristiya Ningsih yang selalu support dan menemani penulis ketika keadaan sulit sekalipun.

Terima kasih kepada Alm Mama tercinta yang telah melahirkan, merawat, mendidik serta selalu mendukung kemana kaki ini melangkah dengan iringan do‟a

yang selalu beliau panjatkan siang dan malam untuk keberhasilan anak nya.

Izinkan anak mu untuk mewujudkan satu persatu impian Mama. Selanjutnya terima kasih kepada Bapak atas semua pengorbanan dan kerja keras membanting

tulang untuk memenuhi kebutuhan anak mu. Bapak, engkau rela melalukan apa saja demi mewujudkan kesuksesan anak mu ini, saya bersyukur dan berdoa

semoga Bapak selalu diberi kesehatan dan umur yang panjang. Aamiin.

Kupersembahkan karya tulis ini juga untuk Almarhumah Nenek tercinta Ibu Mujirah yang selalu memperhatikan kesehatan dan keselamatan cucu nya hingga

tuhan memanggil beliau sebelum menyaksikan keberhasilan cucunya. Terima kasih kepada keluarga besar yang selalu mendukung dan mensuport saya dalam

menggapai cita-cita hingga sampai pada titik ini.

Terimakasih saya ucapkan kepada Bapak Dedy Kusnadi, SP., M.Si selaku pembimbing I dan bapak Dr. Yoyon Haryanto, SST., MP selaku pembimbing II yang telah ikhlas memberikan bimbingan dan motivasi, serta teman tugas akhirku

Rahmawati, Reza Arfi Pangestu, Rifky Meidy Pratama, Wahyu Binarti, dan Sahabatku Ranni Dhea Septiani yang saling berbagi dan membantu demi terselesainya tugas akhir ini. Kehadiran kalian membuat perjalanan hidup dan

(6)

pelaksanaan kegiatan pendidikan ini semakin berkesan.

Selanjutnya terima kasih kepada Bapak Ibu penyuluh Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur yaitu Ibu Lela Komala, SP, Bapak Deni Juwaeni, SP, dan Bapak Ilyas

Munawir, SP selaku pembimbing eksternal selama kegiatan penelitian Tugas Akhir terlaksana. Terimakasih kepada Ibu Ait Maryani, SP., M.Pd selaku konselor

dan teman teman seperjuangan Colocasia Esculenta yang menjadikan perjalanan selama menempuh pendidikan di Polbangtan Bogor ini menjadi indah dan menyenangkan. Terima kasih juga kepada Bima Reza Pangestu, S.Kom selaku kekasih, teman, sahabat, kakak yang selalu sabar, mengayomi, mendukung dan memberi semangat dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih kepada pihak yang mendukung dan tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang berperan

mengantarkan saya menjadi seorang sarjana. Semoga Tuhan yang membalas kebaikan kalian semua dan semoga menjadi ladang amal yang terus mengalir

nantinya.

Sekali lagi terima kasih atas do‟a dan dukungannya yang telah mengantarkan saya menjadi seorang sarjana Str.P di Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor semoga ilmu dan gelar ini dapat memberi manfaat dan perubahan yang lebih baik

bagi semua orang. Aamiin Ya Robbala‟alamiin.

(7)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan tugas akhir berjudul Pola Kemitraan Petani Selada (Lactuca sativa L.) Pada Era Pandemi Covid-19 di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat adalah karya saya sendiri yang dibuat dibawah arahan dan bimbingan Dosen Pembimbing. Judul ini belum pernah diajukan dalam bentuk penelitian apapun di perguruan tinggi manapun.

Bahan rujukan yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir tulisan ini.

Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan plagiarisme tulisan ini, maka saya siap menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Bogor, 28 Juni 2022

(8)

iv

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyusun Laporan Tugas Akhir dengan judul “Pola Kemitraan Petani Selada (Lactuca sativa L.) pada Era Pandemi Covid-19 di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat” ini dengan baik serta tepat pada waktunya.

Laporan Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan D-IV Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan di Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor. Laporan ini dapat diselesaikan berkat bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Dedy Kusnadi, SP., M.Si selaku pembimbing I dan bapak Dr. Yoyon Haryanto, SST., MP selaku pembimbing II yang telah secara intensif membimbing penyusunan proposal ini. Tak lupa penulis juga menyampaikan terimakasih yang sebesar-besar nya kepada Ibu Dr.Ir.

Dwiwanti Sulistyowati, M.Si selaku penguji III dalam Ujian Akhir Program Studi (UAPS). Terimakasih yang sebesar-besar nya kepada Dr. Detia Tri Yunandar, SP., M.Si selaku Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor yang telah memfasilitasi berbagai hal untuk mendukung penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan laporan ini. Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Bogor, 28 Juni 2022

Reska Lestari

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Rejodadi Kecamatan Sembawa Kabupaten Banyuasin pada tanggal 28 Juni 2000 dari pasangan Bapak Suwaji dan Ibu Wanti sebagai anak bungsuh dari enam bersaudara. Pendidikan Sekolah Dasar ditempuh di SDN 15 Sembawa dan lulus pada tahun 2012.

Kemudian Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SMP N 1 Sembawa dan lulus pada tahun 2015. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) di Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Pembangunan Negeri (SMK-PP N) Sembawa dan lulus pada tahun 2018. Kemudian pada tahun 2018 penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan Program DIV Beasiswa Kementerian Pertanian di Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor pada Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan. Laporan Tugas Akhir ini adalah salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Pendidikan Diploma IV di Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor untuk mendapat sebutan profesional sebagai Sarjana Terapan (S.Tr). Dengan selesainya Laporan Tugas Akhir ini disusun, menandakan Penulis berhasil menyelesaikan jenjang pendidikan di Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor.

Bogor, 28 Juni 2022 Penulis

Reska Lestari

(11)

ABSTRAK

RESKA LESTARI, Pola Kemitraan Petani Selada (Lactuca sativa L.) pada Era Pandemi Covid-19 di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat.

Dibimbing oleh DEDY KUSNADI dan YOYON HARYANTO.

Penelitian dilakukan karena terdapat permasalahan yang ada di lapangan pada pandemi Covid-19 ini yaitu sulitnya pemasaran produk pertanian terlebih jika produk tersebut sedang banyak dan harus segera dipanen serta dipasarkan sehingga harga dapat jatuh dan menyebabkan kerugian pada petani. Salah satu cara untuk menyelesaikan permasalahan ini adalah menghubungkan petani dengan perusahaan mitra untuk menjalin kemitraan khususnya di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur ini. Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan pola kemitraan yang sedang berlangsung, menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penentuan pola kemitraan petani, dan menemukan strategi dalam menentukan pola kemitraan petani selada. Metode pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif yang didukung oleh pendekatan kualitatif. Pengambilan populasi dan sampel menggunakan Sensus sejumlah 65 orang. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah deskripsi dan regresi linear berganda. Untuk menemukan model dan strategi menggunakan hasil analisis regresi linier berganda, dan dianalisis kembali menggunakan analisis deskriptif, mulai dari yang terendah hingga yang tertinggi berdasarkan sekala prioritas. Hasil terendah akan dijadikan acuan untuk melakukan penyuluhan kepada petani. R square 0.525 memiliki makna bahwa faktor internal (X1), faktor eksternal (X2) secara simultan (bersama- sama) berpengaruh terhadap variabel pola kemitraan petani (Y) sebesar 52,5%, sedangkan 47,5% dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti.

Kata Kunci: Pola Kemitraan, Petani selada, Pandemi Covid-19

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR

LEMBAR PERSEMBAHAN v

SURAT PERNYATAAN iii

KATA PENGANTAR iv

RIWAYAT HIDUP v

ABSTRAK vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR TABEL x

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 2

Tujuan 3

Manfaat 3

TINJAUAN PUSTAKA 4

Kemitraan 4

Pemasaran 6

Petani 8

Kelompok Tani 9

Selada (Lactuca sativa L.) 11

Pandemi Covid-19 13

Penyuluhan Pertanian 14

Pertanian Berkelanjutan 15

Faktor Internal (X1) 17

Faktor Eksternal (X2) 20

Pola Kemitraan Petani (Y) 23

Kerangka Berpikir 25

(13)

viii

METODE PELAKSANAAN 26

Pendekatan Penelitian 26

Waktu dan Tempat 26

Populasi dan Sampel 26

Instrumen 28

Pengumpulan dan Analisis Data 31

Rencana Kegiatan Penyuluhan 32

HASIL DAN PEMBAHASAN 33

Keragaman Wilayah Penelitian 33

Sumber Daya Manusia Pertanian 36

Sumber Daya Aparatur Penyuluh 36

Kelembagaan Penyuluhan 36

Deskripsi Variabel Karakteristik Individu (X1) 37

Deskripsi Variabel Karakteristik Eksternal (X2) 40

Deskripsi Variabel Pola Kemitraan Petani (Y) 40

Faktor-faktor yang mempengaruhi Penentuan Pola Kemitraan Petani 41 Strategi Menentukan Pola Kemitraan Petani Selada 48

RANCANGAN DAN PELAKSANAAN PENYULUHAN 50

Rancangan Penyuluhan 50

Pelaksanaan Penyuluhan 51

Petak Percontohan 52

KESIMPULAN DAN SARAN 56

Kesimpulan 56

Saran 56

DAFTAR PUSTAKA 57

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berpikir Pola Kemitraan Petani Selada (Lactuca sativa L.) pada Era Pandemi Covid-19 di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. 25 Gambar 2. Strategi menentukan Pola Kemitraan Petani Selada 48

Gambar 3. Petak percontohan tanaman selada 52

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Populasi Kelompok Sampel 26

Tabel 2.Populasi Kelompok Sampel 27

Tabel 3.Indikator, parameter dan skala pengukuran karakteristik individu 30 Tabel 4. Indikator, parameter dan skala pengukuran faktor eksternal. 30 Tabel 5.Indikator, parameter dan skala pengukuran pola kemitraan petani. 31 Tabel 6. Karakteristik kelembagaan pelaku utama pertanian 36

Tabel 7. Kategori Umur Petani 37

Tabel 8. Penggolongan Tingkat Pendidikan 38

Tabel 9. Kategori Pengalaman Bertani 38

Tabel 10. Kategori Luas Lahan 39

Tabel 11. Jumlah Tanggungan Keluarga 39

Tabel 12. Keragaan faktor eksternal 40

Tabel 13. Tingkat menentukan pola kemitraan 41

Tabel 14. Descriptive Statistics 41

Tabel 15. Model Summary 42

Tabel 16. Table Koefisien 42

Tabel 17. Table Anova 48

Tabel 18. Pelaksanaan penyuluhan pertanian 51

Tabel 19. Asumsi Analisis usaha budidaya selada 55

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Palang 61

Lampiran 2. Kuesioner 62

Lampiran 3. Uji Validitas & Reliabilitas 68

Lampiran 4. Tabulasi Data 69

Lampiran 5. Data SPSS 70

Lampiran 6. Dokumentasi Kegiatan 72

Lampiran 7. Jurnal Konsultasi Pembimbing 75

Lampiran 8. LPM dan Sinopsis penyuluhan 78

Lampiran 9. Media Penyuluhan Pertanian 84

Lampiran 10. Daftar hadir penyuluhan 85

(16)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hubungan kontrak atau kemitraan pertanian telah banyak dilakukan di berbagai negara dan secara nyata mampu meningkatkan kesejahteraan petani melalui peningkatan produksi maupun melalui akses pasar dan harga yang lebih baik sehingga mampu menyerap banyak tenaga kerja. Kemitraan juga menjadi sumber motivasi dibalik pengambilan keputusan petani skala kecil untuk meninggalkan pertanian tradisional dan berorientasi pada pasar yang lebih luas.

Susanti, et.al. (2014) mengungkapkan bahwa kemitraan pertanian memungkinkan berbagai faktor produksi dikontrol dan berpengaruh pada pendapatan yang semakin positif. Petani yang ikut berpatisipasi dalam kemitraan memperoleh peningkatan pendapatan bersih rata-rata 75% atau setara dengan 12,5% dari total pendapatan rumah tangga. Peningkatan pendapatan ini terkait dengan peluang petani untuk mengakses premi harga yang telah dijamin kemitraan.

Menurut Programa Kecamatan Pacet (2021) pelaku utama maupun pelaku usaha sudah saling terjalin kemitraan, baik dalam produksi suatu komoditas maupun pembelian komoditas dari pelaku utama ke pelaku usaha, target utama programa pada tahun 2022 ini adalah meningkatkan kemitraan pelaku usaha dengan pihak hotel, restoran, pasar-pasar di luar wilayah Kabupaten Cianjur dan supermarket-supermarket, dengan target peningkatan aspek kemitraan mencapai 30%. Pentingnya memastikan bahwa rantai pasokan pangan global dan khususnya rantai pasok pangan nasional terus berfungsi untuk menyediakan pasokan pangan, serta mencegah terjadinya krisis pangan domestik. Kendala-kendala logistik dalam rantai pasokan khususnya lintas batas dan adanya pembatasan pergerakan dalam negeri serta persoalan ketenagakerjaan sehingga dapat mengakibatkan gangguan dalam pemasokan pangan. Komoditas pertanian bernilai tinggi, dan khususnya yang mudah rusak seperti buah-buahan dan sayur-sayuran segar yaitu salah satunya tanaman selada yang bersentra produksi di Kecamatan Pacet untuk Kabupaten Cianjur harus segera mendapatkan akses produksi yang baik.

Namun, hingga hari ini pandemi Covid-19 masih terus berlangsung dan belum ada tanda-tanda akan berakhir dalam waktu dekat, bahkan adanya varian

(17)

2

baru seperti Omicron ini membuat pemerintah menambah waktu PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat). Pandemi Covid-19 telah memberikan dampak yang luas di hampir semua aktivitas kehidupan manusia.

Awalnya, pandemi ini terlihat hanya berdampak pada aspek kesehatan saja, namun seiring dengan berjalannya waktu dampaknya meluas di hampir semua aktivitas kehidupan. Proses bisnis di semua sektor ekonomi secara perlahan sangat terdampak secara sifgnifikan. Pada sektor pertanian, khususnya subsektor hortikultura, yaitu distribusi pasokan produk dari wilayah produsen ke wilayah konsumen mengalami gangguan. Petani hortikultura, khususnya petani sayuran selada dihadapkan pada situasi sulit dalam memasarkan produknya karena sifat produk sayuran selada yang mudah rusak dan di sisi lain juga terjadi hambatan dalam distribusi sehingga secara simultan telah menekan harga jual di tingkat petani dan mengakibatkan pendapatan yang diterima petani tidak mampu untuk menutupi biaya produksi yang telah dikeluarkan. Selain itu, petani juga mengalami kesulitan dalam memperoleh pinjaman dana dari perbankan akibat tidak adanya agunan serta seringkali tidak dapat memenuhi audit akuntansi dari bank.

Oleh karena itu, dibutuhkan solusi yang tepat dan efektif agar proses bisnis sayuran selada pada masa pandemi ini dapat segera pulih kembali sehingga petani dapat lebih bersemangat kembali dalam menjalankan usahataninya. Pemecahan permasalahan tersebut dibutuhkan jalinan kerjasama antara petani dan perusahaan yaitu dengan membentuk pola kemitraan pertanian. Sehubungan dengan hal tersebut, untuk mengetahui dampak pandemi Covid-19 terhadap pola kemitraan petani hortikultura terkhusus komoditas selada maka dilakukan pengkajian mengenai “Pola Kemitraan Petani Selada (Lactuca sativa L.) pada Era Pandemi Covid-19 di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Jawa Barat”.

Rumusan Masalah

1. Seberapa jauh pengaruh Pandemi Covid-19 terhadap penentuan pola kemitraan petani selada (Lactuca sativa L.) di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur.

2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi penentuan pola kemitraan petani selada (Lactuca sativa L.) pada Era Pandemi Covid-19 di kecamatan

(18)

3 Pacet, kabupaten Cianjur?

3. Bagaimana strategi dalam menentukan pola kemitraan petani selada (Lactuca sativa L.) pada Era pandemi Covid-19 di kecamatan Pacet, kabupaten Cianjur?

Tujuan

1. Mendeskripsikan pola kemitraan petani selada (Lactuca sativa L.) pada Era pandemi Covid-19 di kecamatan Pacet, kabupaten Cianjur.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan pola kemitraan petani selada (Lactuca sativa L.) pada Era Pandemi Covid-19 di kecamatan Pacet, kabupaten Cianjur.

3. Merumuskan strategi untuk menentukan pola kemitraan petani selada (Lactuca sativa L.) pada Era Pandemi Covid-19 di kecamatan Pacet, kabupaten Cianjur.

Manfaat

1. Mahasiswa mampu mendeskripsikan, menganalisis faktor-faktor, dan menemukan strategi untuk menentukan pola kemitraan petani selada (Lactuca sativa L.) pada Era Pandemi Covid-19 di kecamatan Pacet, kabupaten Cianjur serta mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh kelompok tani dan upaya pemecahannya.

2. Petani di kecamatan Pacet, kabupaten Cianjur dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi terkait pola kemitraan komoditas selada (Lactuca sativa L.) pada Era Pandemi Covid-19 ini.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam penyusunan atau perencanaan program selanjutnya. Mencarikan jalan keluar atau solusi dari setiap permasalahan yang dihadapi oleh petani, khususnya dalam aspek kemitraan pada Era Pandemi Covid-19.

(19)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Kemitraan

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia no.9 tahun 1995 yang menyebutkan bahwa kemitraan adalah kerjasama antara usaha kecil dan usaha menengah atau usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.

Menurut para ahli, kemitraan adalah hubungan antara dua pihak atau lebih yang bertujuan untuk mencari keuntungan dimana suatu pihak berada dalam kondisi yang lebih rendah dari yang lainnya namun membentuk suatu hubungan yang mendudukkan keduanya berdasarkan kata sepakat untuk mencapai suatu tujuan. Pola kemitraan usaha terampil dalam pembangunan guna kesejahteraan rakyat. Kemitraan juga dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo, yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu.

Menurut Irawan (2018) yang berpendapat bahwa, bagi Indonesia kemitraan sangat diperlukan dan sebagai wujud pelaksanaan amanat UU No. 9/1995 tentang usaha kecil. Dengan berbagai modifikasi terhadap konsep awalnya, kemitraan di Indonesia diharapkan dapat memenuhi suatu kondisi, antara lain :

1. Memberdayakan usaha kecil untuk mengurangi kesenjangan sosial sekaligus mendorong pemerataan.

2. Memperkukuh struktur ekonomi nasional menghadapi globalisasi.

3. Mendorong keterkaitan usaha antara usaha besar dengan usaha kecil sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi kedua belah pihak.

Pembangunan jaringan kemitraan diperlukan adanya prinsip-prinsip yang harus disepakati bersama agar terjalin kuat dan berkelanjutan. Prinsip-prinsip tersebut diantaranya adalah :

1. Kesamaan Visi Misi

Kemitraan dibangun atas dasar kesamaan visi dan misi, serta tujuan organisasi. Kesamaan visi dan misi menjadi motivasi dan perekat pola kemitraan

(20)

5 tersebut.

2. Kepercayaan (Trust)

Setelah adanya kesamaan visi dan misi, maka prinsip penting berikutnya adalah rasa saling percaya antar pihak yang bermitra. Kepercayaan merupakan modal dasar dalam membangun kemitraan yang sinergis dan mutualis. Untuk dapat dipercaya, maka komunikasi yang dibangun harus dilandasi oleh niat yang baik dan menjunjung tinggi kejujuran.

3. Saling Menguntungkan

Asas saling menguntungkan merupakan pondasi yang kuat dalam pembangunan kemitraan. Jika dalam bermitra ada salah satu pihak yang merasa dirugikan atau merasa tidak mendapatkan manfaat lebih, maka akan mengganggu keharmonisan dalam bekerjasama. Antara pihak yang bermitra harus saling memberi kontribusi sesuai peran masing-masing dan harus saling merasa diuntungkan dengan adanya jalinan kemitraan.

4. Efisiensi dan Efektifitas

Dengan mensinergikan beberapa sumber untuk mencapai tujuan yang sama diharapkan mampu meningkatkan efisiensi waktu, biaya dan tenaga. Efisiensi tersebut tentu saja tidak mengurangi kualitas proses dan hasil, justru sebaliknya malah dapat meningkatkan kualitas proses dan produk yang dicapai. Tingkat efektifitas pencapaian tujuan menjadi lebih tinggi jika proses kerja kita melibatkan mitra kerja. Dengan kemitraan dapat dicapai kesepakatan-kesepakatan dari pihak yang bermitra tentang siapa melakukan apa sehingga pencapaian tujuan diharapkan akan lebih efektif.

5. Komunikasi Dialogis

Komunikasi timbal balik dilaksanakan secara dialogis atas dasar saling menghargai. Komunikasi dialogis adalah pondasi dalam membangun kerjasama.

Tanpa komunikasi dialogis, maka berkemungkinan akan terjadi dominasi pihak yang satu terhadap pihak yang lainnya dan pada akhirnya dapat merusak hubungan yang sudah dibangun.

6. Komitmen yang Kuat

Kemitraan akan terbangun dengan kuat dan permanen jika ada komitmen satu sama lain terhadap kesepakatan yang dibuat bersama.

(21)

6

Kemitraan akan berjalan dengan baik bila pihak-pihak yang bermitra sama- sama memperoleh manfaat. Konsep tentang kemitraan tersebut sudah disepakati walaupun pada jangka pendek, ada pihak atau salah satu pihak memperoleh manfaat lebih banyak dari pihak lain.

Mengutip pasal 4 keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor:

940/KPTS/OT.210/10/97 tentang pedoman kemitraan usaha pertanian, kemitraan usaha pertanian dilaksanakan dengan pola sebagai berikut:

1. Pola inti plasma, merupakan hubungan kemitraan antar kelompok mitra dengan perusahaan mitra, yang di dalamnya perusahaan mitra bertindak sebagai inti dan kelompok mitra bertindak sebagai plasma.

2. Pola sub-kontrak, merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, yang di dalamnya kelompok mitra memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya.

3. Pola dagang umum, merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitraperusahaan mitra, yang di dalamnya perusahaan mitra memasarkan hasil produksi kelompok mitra atau kelompok mitra memasok kebutuhan yang diperlukan perusahaan mitra.

4. Pola keagenan, merupakan hubungan kemitraan yang di dalamnya kelompok mitra diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa usaha perusahaan mitra.

5. Pola kerjasama, merupakan hubungan kemitraan yang di dalamnya perusahaan mitra menyediakan biaya, modal dan sarana untuk mengusahakan atas budidaya suatu komoditas pertanian.

Pemasaran

Pemasaran adalah salah satu kegiatan penting yang harus dilakukan perusahaan untuk meningkatkan usaha dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Disamping kegiatan pemasaran, perusahaan juga perlu mengkombinasikan fungsi-fungsi dan menggunakan keahlian mereka agar perusahaan berjalan dengan baik. Dalam hal ini perlu diketahui beberapa definisi pemasaran.

Menurut Kotler “Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka

(22)

7

butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain”. Sedang definisi menurut William J.

Stanton, “Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang yang memuaskan keinginan dan jasa baik kepada para konsumen saat ini maupun konsumen potensial”. Jadi, pemasaran adalah proses dari kegiatan bisnis dalam merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, mendistribusikan barang dan menciptakan nilai bagi pelanggan.

Menurut Febrianti (2014) yang menyatakan bahwa seorang pemasar tidak dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan seseorang dalam satu pasar, karena tidak semua orang suka dan menginginkan hal yang sama. Oleh karena itu, pemasaran perlu dibagi ke dalam segmen-segmen. Tujuan dari dibaginya pasar ke dalam segmen-segmen ini adalah untuk mengidentifikasi dan membuat profil kelompok pembeli yang berbeda. Setelah mengidentifikasi segmen pasar, hal selanjutnya yang dilakukan pemasar adalah memutuskan segmen mana yang memberikan peluang besar dan segmen tersebut akan menjadi pasar sasarannya.

Pada kondisi ekonomi global saat ini, produk-produk pertanian yang dipasarkan tidak hanya merupakan produk primer pertanian, tetapi juga produk setengah jadi atau produk jadi dari pertanian. Berdasarkan hal tersebut, konsep dan pengertian pemasaran pertanian (marketing of agricultural) menjadi lebih luas yaitu pemasaran produk-produk agribisnis (marketing of agribusiness products) atau agrimarketing. Pemasaran dilihat dari aspek ilmu ekonomi menurut Asmarantaka (2012) merupakan suatu proses dari satu pergerakan, serangkaian atau tahapan aktivitas dan peristiwa dari fungsi-fungsi yang juga akan melibatkan beberapa tempat. Selain itu, pemasaran merupakan bentuk koordinasi yang diperlukan dari serangkaian (tahapan) aktivitas atau dalam pergerakan mengalirnya produk dan jasa dari tangan produsen primer hingga ke tangan konsumen akhir.

Pengertian lain pemasaran dari aspek ilmu ekonomi yaitu serangkaian fungsi yang diperlukan dalam menggerakkan input atau produk dari tingkat produksi primer hingga konsumen akhir. Marketing channel merupakan aliran atau saluran pemasaran mulai dari farm input processing, wholesalers, retailers,

(23)

8

dan consumers yang menciptakan nilai. Dengan demikian, pemasaran pertanian merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub-sub sistem dari fungsi-fungsi pemasaran (fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas). merupakan kegiatan produktif yang pelaksana fungsi tersebut dilakukan oleh lembaga- lembaga pemasaran. Rangkaian fungsi-fungsi tersebut merupakan aliran produk/jasa pertanian dalam saluran pemasaran (marketing channel) yang juga merupakan aktivitas bisnis dan kegiatan produktif karena proses meningkatkan atau menciptakan nilai (value-added process). Nilai tersebut yaitu nilai guna bentuk (form utility), tempat (place utility), waktu (time utility) dan kepemilikan (possession utility) yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran atau perusahaan-perusahaan. Dari pendekatan sistem agribisnis, pemasaran agribisnis merupakan salah satu sub-sistem dari sistem tersebut. Sistem agribisnis terdiri dari sub-sistem: sarana produksi pertanian (sub-sistem input), usahatani (on farm), pemasaran dan pengolahan hasil pertanian, serta sub-sistem penunjang (penelitian, penyuluhan, pembiayaan/kredit, intelijen pemasaran atau informasi pemasaran, kebijakan pemasaran).

Kondisi yang global untuk pemasaran produk pertanian menyebabkan tingkat kompetisi yang tinggi diantara perusahaan-perusahaan yang terlibat, sehingga untuk memenangkan persaingan perusahaan dapat melakukan kerjasama atau koordinasi oleh satu perusahaan penghela (perspektif mikro) dalam jejaring yang sama untuk meningkatkan kepuasan konsumen akhir dan meningkatkan persaingan diantara unit entitas.

Petani

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan mendefinisikan bahwa Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarga atau korporasi yang mengelola usaha di bidang pertanian, wanatani, minatani, agropasture, penangkaran satwa dan tumbuhan di dalam dan di sekitar hutan, yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang.

Menurut Rodjak (2006) dalam Nopitasari, L (2020), petani sebagai unsur hara tani memegang peranan yang sangat penting dalam pemeliharaan tanaman atau ternak agar dapat tumbuh dengan baik dan berperan sebagai pengelola

(24)

9

usahatani. Petani sebagai pengelola usahatani berarti ia harus mengambil berbagai keputusan dalam memanfaatkan lahan yang dimiliki atau disewa dari petani lainnyauntuk kesejahteraan hidup keluarganya. Petani yang dimaksud dalam hal ini adalah orang yang bercocok tanam hasil bumi atau memelihara ternak yang bertujuan untuk memperoleh kehidupan dari kegiatan itu. Menurut Mosher (1997:28) dalam Nopitasi, L (2020), setiap petani memegang tiga peranan yaitu:

1) Petani sebagai juru tani (Cultivator), yaitu seseorang yang mempunyai peranan memelihara tanaman dan hewan guna mendapatkan hasil-hasil yang berfaedah; 2) Petani sebagai pengelola (Manager), yaitu segala kegiatan yang mencakup pemikiran dan didorong oleh kemauan terutama dalam mengambil keputusan atau penepatan pemilihan dari alternatif yang ada; 3) Petani sebagai manusia, selain sebagai juru tani dan pengelola, petani adalah seorang manusia biasa. Petani adalah manusia yang menjadi anggota dalam kelompok masyarakat.

Kelompok Tani Pengertian Kelompok Tani

Dikutip dari Nopitasari, L (2020) yaitu kelompok adalah kumpulan manusia yang merupakan kesatuan beridentitas dengan adat istiadat dalam sistem norma yang mengatur pola-pola dan interaksi antara manusia. Menurut Departemen Pertanian, kelompok tani diartikan sebagai kumpulan orang-orang tani/petani yang terdiri atas petani-petani dewasa (pria atau wanita) maupun petani taruna (pemuda atau pemudi) yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh pemimpinan kontak tani.

Secara kompleks, kelompok tani adalah kelembagaan petani atau peternak yang dibentuk atas dasar kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, Sumberdaya) kepentingan, kesamaan dan keakraban untuk meningkatkan serta mengembangkan usaha-usaha anggota. Kelompok tani dikembangkan dari, oleh dan untuk petani yang saling mengenal, akrab, saling percaya, mempunyai kepentingan dalam berusahatani, kesamaan baik dalam hal tradisi pemukiman, maupun hamparan lahan usahatani (Pusat Penyuluhan Pertanian, 2012).

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 67/Permentan/Sm.050/12/2016 Tentang Pembinaan Kelembagaan Petani

(25)

10

mendefinisikan kelompok tani yang selanjutnya disebut Poktan adalah kumpulan petani atau peternak atau pekebun yang dibentuk oleh para petani atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, sumberdaya, komoditas, dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Kelompok tani merupakan kumpulan orang- orang tani (dewasa, wanita, pemuda) yang terikat secara informal atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama, serta dalam lingkungan pengaruh yang dipimpin oleh seorang kontak tani.

Ciri-ciri Kelompok Tani

Kelompok tani memiliki ciri-ciri saling mengenal, akrab dan saling percaya antara sesama anggota, mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam berusaha tani serta memiliki kesamaan dalam tradisi atau pemukiman, hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi atau sosial, bahasa, pendidikan dan juga terdapat pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota berdasarkan kesepakatan bersama.

Unsur Pengikat Kelompok Tani

Selain dari ciri-ciri kelompok tani juga mempunyai unsur pengikat yaitu adanya kepentingan yang sama diantara para anggotanya dan memiliki kawasan usaha tani yang menjadi tanggungjawab bersama diantara para anggotanya dengan kader tani berdedikasi untuk menggerakkan para petani sehingga kepemimpinanya diterima oleh sesama petani lainya serta memiliki kegiatan yang dapat dirasakan mampaatnya oleh sekurang-kurangnya dari sebagian besar anggotanya dan tidak terlepas dari adanya dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat untuk menunjang program yang telah ditentukan.

Fungsi Kelompok Tani

Adapun fungsi kelompok tani sebagai kelompok belajar, yaitu wadah mengajar bagi anggotanya guna menimgkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan menjadi lebih sejahtera. Kelompok tani sebagai wahana kerja sama untuk memperkuat kerja sama diantara sesama petani didalam kelompok tani serta dengan kelompok lain, sehingga usaha taninya akan lebih efesien serta lebih

(26)

11

mampu menghadapi tantangan, hamnbatan, dan gangguan. Kelompok tani sebagai unit produksi usaha tani yang dilaksanakan secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

Selada (Lactuca sativa L.)

Selada merupakan tanaman sayuran yang berumur pendek dan termasuk dalam famili humus, pasir ataupun lumpur dengan pH tanah 5- 6,5. Pada tanah yang masam selada akan tumbuh kerdil dan pucat karena kekurangan unsur (Mg) magnesium dan (Fe) besi. Tanaman selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang termasuk dalam famili Compositae. Daun selada memiliki bentuk, ukuran dan warna yang beragam tergantung varietasnya. Tinggi tanaman selada daun berkisar antara 30-40 cm dan tinggi tanaman selada berkisar antara 20- 30 Cm. Selada memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar serabut menempel pada batang dan tumbuh menyebar ke semua arah pada kedalaman 20-50 Cm atau lebih (Novriani, 2014).

Tahapan budidaya selada yang dikutip dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi (2010) yaitu sebagai berikut:

1. Pengolahan Lahan

Lahan diolah terlebih dahulu dengan cangkul sedalam 20-30 Cm supaya gembur. Selanjutnya dibuat bedengan dengan arah membujur dari Barat ke Timur, untuk mendapatkan cahaya penuh. Jarak antar bedeng 30 Cm. Lahan yang asam (pH rendah) dilakukan pengapuran dengan kapur kalsit atau dolomite, 3-4 minggu sebelum tanam, dosis 1,5 t/ha, kapur diaduk rata dengan tanah permukaan bedengan.

2. Persemaian

Biji dapat langsung ditanam dilapangan, akan tetapi lebih baik melalui persemaian. Kebutuhan benih yang digunakan yaitu 400 gram per hektar.

Sebelum disemai, benih direndam dalam larutan Previcur N dengan konsentrasi 0,1% selama ± 2 jam kemudian dikeringkan. Benih disebar merata pada bedengan persemaian dengan media berupa campuran tanah dengan pupuk organik (1:1), kemudian ditutup dengan alang-alang atau jerami kering selama 2-3 hari.

Sebaiknya bedengan persemaian diberi naungan/atap. Setelah berumur 7-8 hari,

(27)

12

bibit juga dapat dipindahkan kedalam bumbunan yang terbuat dari daun pisang atau pot plastik dengan media yang sama.

3. Penanaman

Setelah berumur 3-4 minggu atau sudah memiliki 4-5 helai daun tanaman dapat dipindahkan ke bedengan yang sudah dipersiapkan dengan jarak tanam 20x20 Cm atau 25x25 Cm, tergantung varietas karena semakin tinggi varietas maka akan semakin lebar jarak tanamnya.

4. Pemupukan

Tiga hari sebelum tanam diberikan pupuk organik (kotoran ayam yang telah difermentasi) dengan dosis 2-4 Kg/m2. Dua minggu setelah tanam dilakukan pemupukan susulan Urea 150 Kg/Ha (15gr/m2). Agar pemberian pupuk lebih merata maka pupuk Urea diaduk dengan pupuk organik kemudian diberikan secara larikan disamping barisan tanaman. Selanjutnya dapat ditambahkan pupuk cair NPK cair vertigrow 3 liter/ha (0,3 ml/m2) pada umur 10 dan 20 hari setelah tanam.

5. Pemeliharaan

Penyiraman dilakukan setiap hari sampai selada tumbuh normal, kemudian diulang sesuai kebutuhan. Bila ada tanaman yang mati maka segera disulam pada usia 10 hari. Penyiangan dilakukan sesuai dengan pertumbuhan gulma.

6. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Hama yang sering ditemui adalah ulat daun, belalang, dan nyamuk kecil bila keadaan lembab. Pengendalian hama dapat dilakukan secara mekanik yaitu dipungut dengan tangan, jika terpaksa menggunakan pestisida maka yang aman dan mudah terurai seperti pestisida biologi, pestisida nabati atau pestisida piretroik sintetik. Penggunaan pestisida tersebut harus dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval dan waktu aplikasinya. Penyakit yang sering menyerang tanaman selada yaitu bercak hitam daun dan cacar daun.

7. Panen dan Pasca Panen

Selada dapat dipanen setelah berumur ± 2 bulan, dengan cara mencabut batang tanaman atau memotong pangkal batang. Tanaman yang baik dapat menghasilkan ± 15 ton/ha. Tanaman selada mudah layu, sehingga untuk menjaga

(28)

13

kualitasnya agar tetap segar dan baik maka setelah panen segera dilakukan rendaman pada bagian akar tanaman atau pengiriman produk ketempat tujuan secepatnya.

Pandemi Covid-19

COVID-19 merupakan penyakit yang berasal dari turunan coronavirus baru.

Pada awal kemunculannya di sebut „2019 novel coronavirus‟ atau 2019 nCoV.

Virus COVID-19 termasuk ke dalam jenis virus baru yang masih satu keluarga dengan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan beberapa jenis virus flu biasa (Bender, 2020).

Pada 11 Maret 2020, World Health Organization mengkategorikan Covid- 19 menjadi pandemi, dimana penyebarannya membuat WHO menyatakan situasi darurat dan digolongkan menjadi pandemi kronis (WHO, 2020). Kondisi pandemi Covid-19 telah menekan pertumbuhan ekonomi global dan menimbulkan dampak sosial dan ekonomi khususnya di sektor pertanian. Adanya pembatasan pergerakan dan distribusi di tengah-tengah masyarakat yang bertujuan untuk memutus rantai penyebaran virus Covid-19 yang rentan akan interaksi manusia terbukti telah memberikan dampak kepada sektor pertanian.

International Labour Organization (ILO) menyatakan bahwa sektor pertanian adalah salah satu sektor yang memiliki risiko rendah terhadap pandemi Covid-19 dibandingkan sektor industri lainnya, namun proporsi terbanyak pekerja yang terkena dampak dengan adanya pandemi Covid-19 adalah pekerja yang bekerja di sektor pertanian dengan persentase 29,6% (ILO, April 2020).

Kementerian Pertanian dalam Publikasi Buletin Vol. 1 No. 2 tahun 2020 menyatakan bahwa telah terganggunya rantai pasokan global dan ketersediaan pangan pokok baik harga dan kuantitas di kota-kota tertentu. Hal ini didorong dengan timbulnya panic buying dan diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Petani sebagai produsen usahatani tentunya terkena dampak dikarenakan terhambatnya akses menyebabkan penurunan serapan hasil tani dan menurunkan permintaan pada konsumen akhir. Dampaknya adalah penurunan harga pada hasil panen yang mempengaruhi total pendapatan petani. Besar kecilnya penerimaan pendapatan ini tentu menentukan jenis pangan dan pola yang dikonsumsi oleh rumah tangga petani. Dalam menghadapi krisis yang disebabkan

(29)

14

oleh pandemi Covid-19 tentunya dibutuhkan strategi untuk mempertahankan ketersediaan produk sayuran seperti selada ini berupa penelitian dan pengkajian.

Penyuluhan Pertanian

Menurut Kusnadi (2011), Penyuluhan pertanian adalah upaya pemberdayaan petani dan nelayan beserta keluarganya malalui peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap dan kemandirian agar mereka mau dan mampu, sanggup dan berswadaya memperbaiki/meningkatkan daya saing usahanya, kesejahtaraan sendiri serta masyarakatnya.

Departemen Pertanian menyatakan bahwa Penyuluhan pertanian adalah pemberdayaan petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal di bidang pertanian agar mereka mampu menolong dirinya sendiri, baik di bidang ekonomi, sosial maupun politik sehingga peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat dicapai.

Dalam UU RI No. 16, tentang SP3K, Tahun 2006 disebutkan bahwa sistem penyuluhan pertanian merupakan seluruh rangkaian pengembangan kemampuan, pengetahuan, keterampilan serta sikap pelaku utama (pelaku kegiatan pertanian) dan pelaku usaha melalui penyuluhan. Penyuluhan pertanian adalah suatu proses pembelajaran bagi pelaku utama (pelaku kegiatan pertanian) serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Pengertian tersebut mengandung makna bahwa didalam proses pembelajaran inheren adanya proses-proses lain yang terjadi secara simultan, yaitu:

a. Proses komunikasi persuasif, yang dilakukan oleh penyuluh dalam memfasilitasi sasaran (pelaku utama dan pelaku usaha) beserta keluarganya guna membantu mencari pemecahan masalah berkaitan dengan perbaikan dan pengembangan usahan mereka, komunikasi ini sifatnya mengajak dengan menyajikan alternatif-alternatif pemecahan masalah, namun keputusan tetap pada sasaran.

b. Proses pemberdayaan, maknanya adalah memberikan “kuasa dan wenang”

(30)

15

kepada pelaku utama dan pelaku usaha serta mendudukkannya sebagai

“subyek” dalam proses pembangunan pertanian, bukan sebagai “obyek”, sehingga setiap orang pelaku utama dan pelaku usaha (laki-laki dan perempuan) mempunyai kesempatan yang sama untuk 1). Berpartisipasi; 2).

Mengakses teknologi, sumberdaya, pasar dan modal; 3). Melakukan kontrol terhadap setiap pengambilan keputusan; dan 4). Memperoleh manfaat dalam setiap lini proses dan hasil pembangunan pertanian.

c. Proses pertukaran informasi timbal-balik antara penyuluh dan sasaran (pelaku utama maupun pelaku usaha). Proses pertukaran informasi timbal-balik ini mengenai berbagai alternatif yang dilakukan dalam upaya pemecahan masalah berkaitan dengan perbaikan dan pengembangan usahanya.

Proses penyuluhan tersebut dilakukan oleh seorang penyuluh. Menurut Haryanto (2018) yang menyatakan bahwa peran penyuluh swadaya sebagai mitra pemasaran yaitu peran penyuluh swadaya dalam menjembatani petani dengan pasar, menerima dan menampung hasil usaha petani, serta membantu memasarkan hasil usaha petani dengan saling menguntungkan. Pernyataan tersebut sesuai dengan tujuan penelitian ini bahwa penyuluh sangat berperan dalam kegiatan pertanian yang sedang berjalan.

Pertanian Berkelanjutan

Dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 2019 tentang Sistem Budidaya Pertanian Berkelanjutan yang merupakan pengganti Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman , dijelaskan bahwa sistem pembangunan berkelanjutan perlu ditumbuhkembangkan dalam pembangunan di bidang pertanian melalui sistem budidaya pertanian untuk mencapai kedaulatan pangan dengan memperhatikan daya dukung ekosistem, mitigasi, dan adaptasi perubahan iklim guna mewujudkan sistem pertanian yang maju, efisien, tanggunh, dan berkelanjutan.

Ada banyak istilah dalam upaya mengenalkan pola pertanian berkelanjutan.

Definisi mengenai sistem pertanian berkelanjutan tidak sedikit (Lagiman,2020) seperti berikut :

Pertanian berkelanjutan didefinisikan sebagai usaha pertanian yang memanfaatkan dan sekaligus melestarikan sumberdaya secara optimal guna

(31)

16

menghasilkan produk panensecara optimal, menggunakan masukan sarana dan biaya yang wajar, mampu memenuhi kriteria sosial, ekonomi dan kelestarian lingkungan, serta menggunakan sarana produksi yang terbarukan dan produktivitas sumberdaya sepanjang masa.

Pertanian berkelanjutan secara umum berarti bahwa pemanfaatan sumberdaya lahan, air dan bahan tanaman untuk usaha produksi bersifat lestari menghasilkan produk pertanian secara ekonomis dan menguntungkan. Ahli egronomi memaknai pertanian berkelanjutan berarti usaha pertanian dapat dilaksanakan pada sumberdaya lahan yang bersangkutan secara terus-menerus dan menguntungkan. Ahli lingkungan menghendaki pertanian berkelanjutan dengan menekankan pada kelestarian mutu lingkungan, keseimbangan agrosistem dan kelestarian keanekaragaman hayati. Pelaku pasar memaknai pertanian berkelanjutan sebagai usaha pertanian yang mampu memasok produk bermutu tinggi, aman konsumsi, stabil dan kontinyu sepanjang masa. Bagi petani, memaknai usaha pertanian berkelanjutan sebagai usaha produksi yang mampu menghasilkan produk secara stabil dan optimal, dengan masukan sarana produksi yang relatif rendah serta hasil jual produk memberikan keuntungan ekonomis yang layak bagi kehidupan keluarga. Walaupun dimensi cakupan kepentingan pertanian berkelanjutan oleh empat golongan masyarakat tersebut berbeda, namun keempatnya menekankan terjaminnya kelestarian fungsi sumberdaya lahan dan lingkungan.

Definisi pertanian berkelanjutan untuk Indonesia disarankan sebagai usaha pertanian yang mampu memberikan hasil panen secara optimal dari segi kuantitas dan kualitas, disertai upaya pelestarian mutu sumberdaya pertanian dan lingkungan agar sumberdaya pertanian tetap produktif dan mutu lingkungan terjaga bagi kehidupan generasi mendatang.

Suatu kegiatan pembangunan dinyatakan berkelanjutan, jika kegiatan tersebut secara ekonomis, ekologis dan sosial bersifat berkelanjutan.

Berkelanjutan secara ekonomis berarti suatu kegiatan pembangunan harus dapat membuahkan pertumbuhan ekonomi, pemeliharaan kapital (capital maintenance), dan penggunaan sumber daya serta investasi secara efisien. Berkelanjutan secara ekologis mengandung arti bahwa kegiatan tersebut harus dapat mempertahankan

(32)

17

integritas ekosistem, memelihara daya dukung lingkungan dan konservasi sumber daya alam termasuk keanekaragaman hayati (biodiversity). Sementara itu berkelanjutan secara sosial, mensyaratkan bahwa suatu kegiatan pembangunan hendaknya dapat menciptakan pemerataan hasil-hasil pembangunan, mobilitas sosial, kohesi sosial dan pengembangan kelembagaan. Pertanian berkelanjutan yang diterima secara luas ialah yang bertumpu pada tiga pilar : ekonomi, sosial, dan ekologi.

Pembangunan pertanian berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat tani secara luas melalui peningkatan produksi pertanian yang dilakukan secara seimbang dengan memperhatikan daya dukung ekosistem sehingga berkelanjutan produksi dapat terus dipertahankan dalamjangka panjang dengan meminimalkan terjadinya kerusakan lingkungan.

Tujuan pertanian berkelanjutan yaitu (1) Menjaga dan meningkatkan keutuhan sumberdaya alam lahan dan melindungi lingkungan, (2) Menjamin penghasilan bagi petani, (3) Menjamin konservasi energy, (4) Meningkatkan produktivitas, (5) Meningkatkan kualitas dan keamanan bahan pangan, dan (6) Menciptakan keserasian antara petani dan faktor sosial ekonominya (Lagiman, 2020).

Faktor Internal (X1) Umur (X1.1)

Umur merupakan informasi mengenai tanggal, bulan dan tahun lahir seseorang. Informasi umur berisi ukuran lamanya hidup seseorang dalam ukuran tahun. Umur dapat mempengaruhi seseorang dalam mengambil sebuah keputusan.

Umur juga dapat menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan kegiatan berusahatani. Petani yang memiliki umur yang produktif biasanya akan bekerja lebih baik dan lebih maksimal dibandingkan dengan petani yang sudah berusia tidak produktif (Gusti, I. M et al., 2021).

Menurut Kusnadi, dkk (2011) umur diklasifikasikan menjadi tiga kelas sesuai dengan Angkatan Kerja Nasional yaitu usia belum produktif (< 15), usia produktif (15 – 64) dan usia tidak produktif (> 64). Umur responden pada penelitian merupakan lama responden hidup hingga penelitian dilakukan. Menurut Ryan, Dkk (2018), petani dengan usia produktif akan bekerja lebih baik dan lebih

(33)

18

maksimal dibandingkan dengan petani non produktif. Namun, petani yang usianya lebih tua dapat memahami kondisi lapangan dengan lebih baik.

Umur dalam penelitian ini berhubungan dengan jumlah tahun bertani dan pengalaman berusaha tani. Kekuatan fisik seseorang untuk melakukan aktivitas pertanian sangat erat kaitannya dengan umur karena bila umur seseorang telah melewati masa produktif, maka semakin menurun kekuatan fisiknya sehingga produktivitasnya pun menurun dan kegiatan usaha tani juga ikut turun.

Pendidikan (X1.2)

Pendidikan merupakan kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan pada diri seseorang. Tingkat pendidikan dapat dikatakan sebagai pendidikan terakhir formal seperti SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi yang pernah ditempuh seseorang.

Pendidikan dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap pola pikir seseorang.

Petani dengan latar belakang pendidikan yang tinggi akan memiliki kecenderungan pemikiran yang lebih maju dibandingkan petani dengan latar belakang pendidikan rendah (Gusti, I. M et al., 2021).

Pendidikan dalam penelitian ini berkaitan dengan tingkat kemudahan dalam berkomunikasi dan menerima informasi seputar kemitraan pertanian dan cara mengakses informasi seperti yang dijelaskan oleh Novia (2011) bahwa petani dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mudah dalam menerima penjelasan–penjelasan yang diberikan sehingga petani dengan pendidikan formal yang lebih tinggi akan lebih baik dalam aspek pemahaman, perasaan dan kecenderungan bertindak. Selain itu. petani dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung lebih aktif bertanya, mengeluarkan pendapat di forum serta mencari informasi seputar pertanian.

Pengalaman Bertani (X1.3)

Pengalaman bertani merupakan lama waktu yang digunakan petani dalam menekuni usaha usahataninya. Petani yang sudah lama berkecimpung dalam kegiatan berusahatani biasanya memiliki pemahaman dan pengetahuan mengenai kondisi lahan yang lebih baik dibandingkan dengan petani yang baru saja berkecimpung dalam dunia pertanian (Gusti, I. M et al., 2021).

Pengalaman bertani terkait dengan penelitian ini yaitu dapat mempengaruhi perusahaan mitra dalam menjalin kerjasama karena petani yang telah lama

(34)

19

berkecimpung dalam kegiatan pertanian biasanya memiliki tingkat pengalaman dan keterampilan yang tinggi dalam melaksanakan kegiatan pertanian.

Hal tersebut didukung oleh pendapat Agatha & Wulandari (2018) yang menyatakan bahwa petani yang lama berkecimpung dalam kegiatan berusahatani akan lebih selektif dan tepat dalam memilih jenis inovasi yang diterapkan, serta lebih berhati – hati untuk proses pengambilan keputusan dalam melaksanakan kegiatan usahataninya, namun sebaliknya bagi petani yang kurang berpengalaman biasanya akan lebih cepat mengambil keputusan karena biasanya akan lebih banyak menanggung risiko.

Luas Lahan (X1.4)

Menurut Malta (2016) lahan pertanian yang dimiliki petani merupakan modal utama dalam berusahatani dan sangat menentukan kemandirian petani dalam menentukan keputusan sendiri yang terbaik bagi pengembangan dan kegiatan usahatani. hal yang berkaitan dengan kegiatan usaha tani akan bisa diterapkan atau petani dengan bebas membuat keputusan, jika lahan tersebut milik sendiri. Lahan sewa akan menyulitkan petani untuk bebas membuat keputusan tentang kegiatan usaha tani. Luas penguasaan lahan pertanian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah luas lahan yang dimiliki oleh petani dan digunakan untuk berusahatani yang dihitung dalam hektar.

Luas lahan merupakan ukuran tingkat kesejahteraan rumah tangga. Semakin luas lahan pertanian yang digarap petani, maka akan semakin tinggi curahan waktu kerjanya, dikarenakan petani akan cenderung menambah waktu kerjanya apabila luas lahan yang digarap semakin luas. Hal ini sesuai dengan teori curahan waktu bahwa besar kecilnya produksi dipengaruhi oleh luas sempitnya lahan yang digunakan. Semakin luas lahan pertanian maka semakin inefisien lahan tersebut karena lemahnya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi, terbatasnya persediaan tenaga kerja, dan terbatasnya persediaan modal. Semakin sempit lahannya, upaya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi semakin baik, penggunaan tenaga kerja tercukupi, dan modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar.

Jumlah Tanggungan Keluarga (X1.5)

(35)

20

Menurut Purwanto, A (2018), jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan dari keluarga tersebut, baik itu saudara kandung maupun saudara bukan kandung yang tinggal dalam satu rumah tapi belum bekerja. Jumlah tanggungan khususnya anak biasanya akan menjadi harapan bagi sebuah keluarga untuk dapat menyelamatkan mereka dari keterpurukan, hal itu berbasis pada istilah “banyak anak banyak rezeki”. Namun semakin banyak jumlah tanggungan yang dimiliki oleh sebuah keluarga biasanya akan berpengaruh pada tingkat pengeluaran keluarga tersebut. Bisa jadi jika makin banyak tanggungan maka alokasi dana masing-masing anak akan berkurang jika tidak dibarengi dengan pendapatan yang cukup. Selain itu jumlah tanggungan bisa menjadi alasan seseorang untuk bisa bekerja.

Badan Pusat Statistik mengelompokkan jumlah tanggungan kedalam tiga kelompok yakni tanggungan keluarga kecil 1-3 orang, tanggungan keluarga sedang 4-6 orang dan tanggungan keluarga besar adalah lebih dari 6 orang.

Jumlah tanggungan ini biasanya akan dipengaruhi oleh aspekgeografis, pendidikan dan budaya. Karenaletak geografis biasanya akan mempengaruhi jumlah tanggungan, misalnya saja keluarga yang berada di kota dengan di desa.

Di kota biasanya orang-orang akan berpikiran bahwa memiliki anak 2 saja sudah cukup karena mereka memperhitungkan berapa biaya yang harus mereka keluarkan nantinya sedangkan di desa biasanya mereka memiliki banyak anak karena berpikir mereka yang akan menjadi penerus dari keluarga tersebut terlepas dari berapa jumlahnya.

Faktor Eksternal (X2) Ketersediaan SDA (X2.1)

Sumber Daya Alam (SDA) adalah semua material atau bahan yang disediakan oleh alam baik dari wujud padat, cair dan gas dan memiliki manfaat terhadap makhluk lainnya terutama manusia. SDA harus tetap ada untuk menopang dan mendukung kehidupan manusia. Kebutuhan dan ketergantungan manusia terhadap SDA sifatnya mutlak, artinya bahwa kehidupan manusia tergantung pada daya dukung material alam. Ketergantungan dan kebutuhan manusia terhadap SDA yang semakin bervariasi, memberi penetrasi pada

(36)

21

pengelolaan, penyediaan dan pemenuhan kebutuhan tersebut baik SDA yang terbarukan maupun tidak terbarukan (Simarmata et al., 2021)

Ketersediaan Sumber Daya Alam (SDA) pada penelitian ini berkaitan pada penentuan komoditas pertanian yang akan diusahakan oleh petani mitra dan perusahaan. Melihat dari kondisi wilayah Kecamatan Pacet yang merupakan dataran tinggi pegunungan akan sangat berpotensi besar pada produk hortikultura terutama sayuran.

Kegiatan Penyuluhan (X2.2)

Undang-undang Nomor 16/2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan mengartikan penyuluhan sebagai berikut: “proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup”. Pada hakekatnya, berbicara tentang penyuluhan setidaknya menyangkut lima unsur yaitu: (1) proses pembelajaran, (2) ada subyek yang belajar, (3) pengembangan kesadaran dan kapasitas diri dan kelompok, (4) pengelolaan sumberdaya untuk perbaikan kehidupan, dan (5) diterapkannya prinsip berkelanjutan dari sisi sosial, ekonomi, dan menerapkan fungsi kelestarian lingkungan.

Menurut Sundari et al. (2015) Penyuluhan pertanian telah memainkan peranan penting dalam peningkatan produksi pertanian di Indonesia.

Penyelenggaraan kegiatan penyuluhan pertanian akan berjalan dengan baik apabila ada persamaan persepsi antara penyuluh dan petani serta pihak-pihak yang berkepentingan.

Kegiatan penyuluhan pertanian pada penelitian ini ditujukan sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai media pembelajaran bagi petani terkait dengan kegiatan kemitraan selada yang sedang terjalin.

Akses Informasi (X2.3)

Beberapa masalah informasi yang dihadapi petani adalah informasi teknologi masih terbatas, informasi stok kebutuhan komoditas belum terbangun, pemanfaatan teknologi informasi belum menyentuh petani, minat petani mencari

(37)

22

informasi lemah, dan penggunaan informasi pertanian belum meluas. Upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan meningkatkan layanan informasi bagi petani dan mendorong motivasi petani untuk menggali dan menguasai informasi. Peningkatan layanan informasi tidak terlepas dari ketersediaan informasi, kelembagaan komunikasi, di setiap Desa/Kecamatan, serta ketersediaan sarana komunikasi/akses informasi. Peningkatan layanan informasi terhadap petani akan mempercepat proses transfer teknologi yang telah dihasilkan oleh lembaga-lembaga penelitian, termasuk badan litbang pertanian.

Menurut Andriaty, E (2012) informasi teknologi hasil penelitian pertanian sangat dibutuhkan petani untuk mendukung kegiatan usaha tani. Jenis informasi yang paling banyak tersedia di lapangan adalah teknologi produksi, sementara sumber informasi lebih banyak diperoleh dari kegiatan penyuluhan pertanian.

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, petani menyatakan bahwa telepon genggam tersedia sebagai sarana akses informasi, diikuti media pertemuan.

Dukungan Pemerintah (X2.4)

Dukungan pemerintah dalam penelitian ini yaitu pada petani yang menjalankan kemitraan dalam berusahatani. Dukungan pemerintah tersebut dilihat dari tersedia atau tidaknya sarana dan pra sarana transportasi yang memadai, peralatan usaha tani yang memadai, kelancaran pemasaran hasil panen dengan harga jual yang layak, tersedia atau tidaknya modal usaha dalam pelaksanaan kegiatan usaha tani berkelanjutan, tersedia atau tidaknya energi (bahan bakar minyak dan listrik) yang menopang kegiatan usaha tani berkelanjutan, dan terjamin atau tidaknya harga sarana produksi pertanian berkelanjutan yang terjangkau oleh petani, serta terjamin atau tidaknya harga pasar hasil usaha tani yang memenuhi kebutuhan petani sehingga menunjang kegiatan usaha tani yang berkelanjutan (Virianita Ratri et al., 2017).

Ketersediaan Sarana dan Prasarana (X2.5)

Sarana produksi pertanian (saprotan) merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mendukung perkembangan atau kemajuan pertanian terutama untuk mencapai tujuan terciptanya ketahanan pangan. Banyak sekali fungsi dari alat dan mesin pertanian misalnya saja untuk pengolahan tanah,

(38)

23

menaikkan kadar air serta dapat mengolah hasil pertanian. Banyak cara yang bisa digunakan oleh petani untuk mempermudah pekerjaan mereka salah satunya yaitu dengan cara menggunakan alat yang modern selain dapat memudahkanpekerjaan juga dapat mempersingkat waktu dan menaikkan hasil produksi dalam bidang pertanian. Sarana-sarana tersebut harus sudah dipersiapkan sebelum memulai kegiatan budidaya tanaman. Penerapan sarana produksi yang baik dapat memberikan hasil yang baik bagi pertanian Indonesia. Sarana produksi dapat dikembangkan dengan pengetahuan yang ada, seperti benih unggul. Suatu hal yang paling mendasar yang masih belum diperhatikan dalam pengembangan teknologi pertanian di Indonesia hingga kini adalah kurang memadainya dukungan prasarana pertanian karena belum dikelola dengan baik, sehingga masih agak sulit dan lambat dalam melakukan introduksi mesin-mesin pertanian.

Pemanfaatan potensi alat dan mesin pertanian, maka pembangunan pertanian khususnya target peningkatan produksi dan produktivitas pertanian kedepan masih diperlukan adanya dukungan prasarana dan sarana pertanian melalui pengolahan lahan dan air, peningkatan akses permodalan bagi petani, penyediaan pupuk pestisida yang memenuhi azas 6 (enam) tepat serta peningkatan pemanfaatan dan fasilitasi penyediaan alat mesin pertanian (Mustabsir, B. 2017)

Sarana dan prasarana yang berperan penting dalam kegiatan penelitian ini akan berpengaruh pada pola kemitraan petani selada serta dengan tingkat produktivitas usahatani dan pendapatan petani.

Pola Kemitraan Petani (Y) Keterlibatan (Y1.1)

Pada berbagai penelitian telah mendefinisikan keterlibatan dari berbagai macam sudut pandang. Keterlibatan sebagai niat atau bagian motivasional yang ditimbulkan oleh stimulus atau situasi tertentu, dan ditujukan melalui ciri penampilan. Keterlibatan sebagai hubungan seseorang terhadap sebuah objek berdasarkan kebutuhan, nilai, dan ketertarikan. Keterlibatan sebagai pribadi yang dirasakan penting dan atau keinginan konsumen terhadap disposisi barang, ide, jasa, perolehan, dan konsumsi. Berdasarkan beberapa definisi keterlibatan tersebut dapat disimpulkan bahwa keterlibatan sebagai tingkat hubungan individu pada suatu produk atau jasa mulai dari aspek kebutuhan hingga pengambilan

(39)

24

keputusan. Keterlibatan dipandang sebagai motivasi untuk memperoleh informasi (Dessy, D. 2016)

Keterlibatan dalam penelitian ini yaitu terkait dengan seberapa besar petani Kecamatan Pacet terlibat dalam kegiatan kemitraan pada saat pandemi Covid-19 berlangsung.

Keaktifan (Y1.2)

Keaktifan dalam kelompoktani yang dikutip dari Painneon, E (2022) yaitu dapat dilihat dari variabel tingkat kehadiran dalam pertemuan kelompoktani, keterlibatan dalam kegiatan kelompoktani dan keterlibatan dalam diskusi yang dilakukan kelompoktani. Tingkat keaktifan petani dalam kelompoktani berhubungan positif dan nyata dengan tingkat kemampuan petani dalam mengelola lahan pertaniannya. Dengan bergabung dan aktifnya petani dalam berkelompok tentunya dapat menjalin kerjasama yang baik antara sesama petani.

Kerjasama dalam kelompok tani merupakan cara yang dianggap paling ideal dalam mengelola hasil usahatani dibandingkan dengan kerja sendirian yang tentunya akan menguras tenaga.

Keaktifan petani dalam penelitian ini yaitu berperan aktif dalam kegiatan kelompoktani, termasuk dalam kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh atau instansi terkait yang bertugas dan bertanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian, kegiatan budidaya, pertemuan kelompok, dan aktif dalam kegiatan kemitraan.

Konsistensi (Y1.3)

Konsisten adalah kebiasaan penting untuk dimiliki. Kecil kemungkinan mencapai hal-hal hebat jika tidak secara konsisten membuat keputusan yang cerdas dan mengambil tindakan yang tepat. Konsisten adalah perilaku yang berkaitan dengan dedikasi dan komitmen. Menurut Malik, Rika Jayanti (2020) menyatakan bahwa konsistensi sikap petani dapat terwujud apabila petani terlibat aktif dalam uji coba teknologi pertanian yang dilaksanakan oleh sumber informasi.

Konsistensi petani pada penelitian ini yaitu dalam menghasilkan produk pertanian yang bermutu dan berkualitas melalui kemitraan yang terjalin.

(40)

25

Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir ini merupakan bentuk dari gambaran seberapa banyak faktor yang berpengaruh pada kemitraan kelompok tani dalam memasarkan produk pertanian pada Era Pandemi Covid-19. Penelitian ini memuat pemikiran yang bertujuan untuk menemukan strategi penyuluhan yang akan digunakan untuk dapat meningkatkan pengetahuan sikap serta keterampilan kelompok tani dalam bermitra, sehingga pada output nya petani dalam kelompok tani mampu meningkatkan kesejahteraannya. Kemitraan kelompok tani ditentukan oleh beberapa faktor baik yang berasal dari faktor internal individu maupun faktor eksternal berupa agribisnis dan faktor pendukung. Berdasarkan rumusan yang akan dikaji terdapat faktor X dan Y yang saling berpengaruh pada penentuan pola kemitraan kelompok tani dalam memasarkan produk pertanian di Era pandemi Covid-19. Kerangka berfikir ini dapat digunakan untuk mempermudah dalam mengkaji, menentukan instrumen pengkajian, dan menemukan strategi penyuluhan yang akan diberikan kepada kelompok tani.

Dalam penelitian ini, Pola Kemitraan Kelompok Tani sebagai variabel (Y) meliputi keterlibatan, keaktifan, dan konsistensi. Karakteristik Individu sebagai variabel (X1) meliputi umur, Pendidikan, Pengalaman Bertani, luas lahan, dan jumlah tanggungan keluarga. Faktor Eksternal (X2) meliputi ketersediaan sumberdaya alam (SDA), kegiatan penyuluhan, akses informasi, dukungan dari pemerintah, serta ketersediaan sarana dan prasarana. Kerangka berpikir pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Berpikir Pola Kemitraan Petani Selada (Lactuca sativa L.) pada Era Pandemi Covid-19 di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur.

Referensi

Dokumen terkait

Belum dilaksanakannya kemitraan ini sesuai dengan mekanisme yang seharusnya, disebabkan oleh kurangnya pemahaman petani mengenai konsep yang dikembangkan perusahaan

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pola Kemitraan antara Petani dengan UBH-KPWN dalam Usaha Hutan Rakyat Jati Unggul Nusantara di Desa

Skripsi berjudul “Efektivitas dan Kepuasan Petani Cabai Merah Besar terhadap Pola Kemitraan dengan Koperasi Hortikultura Lestari di Desa Dukuh Dempok Kecamatan

Petani yang tidak bermitra sebagian besar (52,6 persen) menyatakan bahwa produktivitas lahan yang digunakan pada pola kemitraan sama dengan sebelumnya, sedangkan

(3) Mengembangkan pola kemitraan yang saling menguntungkan baik bagi perusahaan inti dan petani, (4) Menciptakan sinergi yang baik antara perusahaan dan petani mitra, (5)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pola Kemitraan antara Petani dengan UBH-KPWN dalam Usaha Hutan Rakyat Jati Unggul Nusantara di Desa

Pola kemitraan yang dilakukan petani sebagai keterlibatan mental dan emosional dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan sumbangan kepada tujuan

Tingkat keberdayaan petani kelapa sawit pola swadaya Variabel dan Indikator Skor Kategori SDM 3,07 Cukup Baik Peningkatan pengetahuan 3,13 Cukup Baik Perubahan sikap kearah