• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam dokumen POLA KEMITRAAN PETANI SELADA ( (Halaman 48-65)

33

34 a. Desa Sukatani

Desa Sukatani memiliki luas wilayah 636 Ha yang terdiri menjadi 4 kedusunan, 9 Rukun Warga (RW) dan 35 Rukun Tetangga (RT). Secara administratif, Desa Sukatani mempunyai batas-batas wilayah seperti; Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Ciherang Kecamatan Pacet, Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Ciebereum Kecamatan Cugenang, Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Galudra Kecamatan Cugenang, Sebelah Barat berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Sebagian besar penggunaan lahan di desa Sukatani adalah areal pesawahan.

Kondisi Topografi Desa Sukatani yaitu dataran tinggi, berada pada ketinggian mulai dari 860 m dpl, dengan suhu udara rata-rata 20-30 0C, dengan rata-rata curah hujan 3.700 mm/thn dan jarak dari Kecamatan yaitu 3 KM.

b. Desa Ciherang

Desa Ciherang mempunyai luas wilayah 745,68 Ha yang terdiri dari 3 kedusunan. Secara administratif Desa Ciherang mempunyai batas-batas wilayah seperti; Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Cipendawa, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cipendawa, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cibeureum Kecamatan Cugenang, dan sebelah Barat berbatasan dengan Gunung Gede.

Karakteristik lahan di Desa Ciherang memiliki jenis tanah latosol dengan ciri-ciri solum tebal, tekstur halus berpasir, struktur gembur dan pH tanah 6 – 6.5 (netral). Curah hujan tahunan berdasarkan data 6 tahun terakhir berkisar sekitar 2000 mm per tahun dengan bulan basah 8 bulan, bulan kering 4 bulan. Dengan demikian menurut Oldeman bahwa iklim di Desa Ciherang tergolong iklim tipe C.

Suhu minimum 10º C dan suhu maksimum 30º C, dengan kelembaban antara 80%

sampai 95% serta ketinggian tempat dari permukan laut adalah 900 - 1000 m dpl.

c. Desa Ciputri

Desa Ciputri memiliki 4 Kedusunan dari 17 RT. Apabila ditinjau dari ketinggian rata-ratanya adalah 1.111 m. Letak Dusun yang teritinggi dari permukaan air laut yaitu Dusun Sarongge Girang dengan ketinggian 1.600 m, sedangkan terendah berada di Dusun Tungilis yaitu dengan ketinggian 1.100 m.

Desa Sukatani memiliki 3 Kedusunan dari 16 RT. Desa Sukatani mempunyai

35

batas-batas wilayah seperti; Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Ciherang Kecamatan Pacet, Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cijedil Kecamatan Cugenang, Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Galudra Kecamatan Cugenang, Sebelah Barat berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Kondisi Daya Dukung Tanah

Berikut jenis-jenis tanah yang terdapat di kecamatan Pacet kabupaten Cianjur:

a. Keadaan Tanah dan Jenis Tanah

Berdasarkan tingkat kesuburan luas lahan yang sangat subur seluas 8.272,87 ha, lahan dengan tingkat kesuburan sedang 782,33 ha, dan lahan yang tidak subur seluas 246,71 ha. Sehingga luas lahan yang tingkat kesuburannya sedang sampai dengan subur sebesar 97,56. Kondisi ini menunjukkan lahan yang ada di Kecamatan Pacet sangat potensial untuk kegiatan budidaya tanaman hortikultura.

Jenis tanah di kecamatan Pacet ini yaitu Andosol, Latosol, Podsolik, dan Regosol.

Andosol adalah jenis tanah yang memiliki warna hitam kelam, sangat berpori, mengandung bahan organik tinggi, tanah ini disebut juga tanah vulkanis yang berasal dari gunung berapi. Latosol merupakan tanah yang dihasilkan dari proses latosolisasi yang berwarna merah hingga kuning. Podsolik terbentuk akibat proses podsolisasi atau silifikasi yang berasal dari batuan pasir kuarsa.

b. Kedalaman Solum Tanah dan Tekstur tanah

Kedalaman solum tanah di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur rata-rata 100-200 cm seluas 2.571 ha, sedangkan yang mempunyai solum sangat dangkal 50 cm seluas 831,6 ha. Kondisi solum tanah yang dalam merupakan potensi untuk mengembangkan kegiatan budidaya tanaman hortikultura. Tekstur tanah di Kecamatan Pacet dengan struktur remah dan konsistensi gembur. Keasaman tanah (Ph) di Kecamatan Pacet ini rata-rata 5,5-7,5.

Kondisi Iklim dan Curah Hujan

Secara umum wilayah Kecamatan Pacet beriklim tropis dengan musim kemarau jatuh pada bulan April sampai September dan musim hujan jatuh pada bulan Oktober sampai Maret rata pertahunnya. Kondisi iklim dan suhu rata-rata di Kecamatan Pacet sangat dipengaruhi oleh curah hujan. Menurut data yang

36

diperoleh dari Instalasi Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan Pacet, menunjukkan rata-rata curah hujan pertahun di Kecamatan Pacet mencapai 2.967,84 mm/th, dengan suhu antara 12-30 derajat C dan kelembaban 71 persen atau tergolong basah.

Sumber Daya Manusia Pertanian

Penduduk merupakan sumberdaya yang sangat potensial dalam pembangunan pertanian. Jumlah keluarga, keluarga petani, dan buruh tani Kecamatan Pacet menurut data Programa tahun 2022 sebanyak 101.155 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 52.167 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 48.988 jiwa.

Sumber Daya Aparatur Penyuluh

Jumlah petugas penyuluhan di Kecamatan Pacet sebanyak 7 orang, dengan status PNS 1 orang, 4 orang sebagai P3K (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja), dan 1 orang sebagai POPT (Pengendali Organisme Penggaggu Tanaman) yang merupakan tenaga harian lepas.

Kelembagaan Penyuluhan

Karakteristik kelembagaan pelaku utama pertanian di Kecamatan Pacet terkhusus pada Desa Sukatani, Desa Ciherang dan Desa Ciputri berdasarkan kelas tingkat kemampuan kelompok dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Karakteristik kelembagaan pelaku utama pertanian

No Desa Jumlah

Poktan

Jumlah Poktan (Pemula)

Jumlah Poktan (Lanjut)

Jumlah Poktan (Madya)

Jumlah Poktan (Utama)

1. Sukatani 15 9 2 4 0

2. Ciherang 17 10 5 2 0

3. Ciputri 13 7 4 1 1

Sumber: Data Primer diolah Penulis 2022

Pada tabel 6 menunjukkan data kelembagaan diluar kelompok tani dewasa (kelembagaan lainnya) yang ada diwilayah Kecamatan Pacet sampai dengan Desember 2021 yaitu di Desa Sukatani terdapat 1 KWT (Kelompok Wanita Tani) yang sudah merangkap sebagai PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga), 1 kelompok taruna tani, dan 1 Gapoktan. Desa Ciherang terdapat 1 KWT/PKK, 1 Gapoktan, 1 asosiasi, 1 P4S (Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya), dan 1 kelompok lainnya. Desa Ciputri terdapat 1 KWT/PKK, 1 Gapoktan, 1 P4S, dan 2 kelompok lainnya.

37

Deskripsi Variabel Karakteristik Individu (X1) Umur (X1.1)

Umur merupakan informasi mengenai tanggal, bulan dan tahun lahir seseorang. Menurut Kusnadi, dkk (2011) umur diklasifikasikan menjadi tiga kelas sesuai dengan Angkatan Kerja Nasional yaitu usia belum produktif (<15), usia produktif (15–64) dan usia tidak produktif (>64). Dalam penelitian ini ditentukan empat kategori umur petani yang ada di Desa Sukatani, Desa Ciherang dan Desa Ciputri Kecamatan Pacet yang tersaji dalam Tabel 7.

Tabel 7. Kategori Umur Petani

No Kategori (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 34-43 3 4

2 44-52 39 53

3 53-61 25 34

4 62-70 7 9

Sumber: Data Primer diolah Penulis 2022

Tabel 7 tersebut menunjukkan bahwa responden umumnya berusia 44-52 tahun yaitu sebanyak 39 orang (53%). Kelompok usia terbesar ini merupakan usia produktif sehingga dapat diartikan bahwa 39 orang responden ini adalah yang memiliki semangat dan produktivitas tinggi dalam usahatani. Hal ini dapat menunjukan bahwa sebagian besar petani mitra selada desa Sukatani, Ciherang dan Ciputri pada usia yang produktif sehingga dalam penyampaian informasi inovasi mudah diterima dan dipahami, begitupun secara fisik mampu untuk berusahatani.

Terlebih pada masa pandemi Covid-19 ini, dimana pekerjaan selain pertanian dilakukan melalui rumah (Work From Home) sangat memberikan peluang bagi para petani untuk tetap memproduksi sayuran karena permintaan pasar akan semakin meningkat untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yang semakin meningkat pula.

Pendidikan (X1.2)

Pendidikan dalam penelitian ini berkaitan dengan tingkat kemudahan dalam berkomunikasi dan menerima informasi seputar kemitraan pertanian dan cara mengakses informasi untuk menentukan pola kemitraan yang digunakan.

Penggolongan tingkat pendidikan di di Desa Sukatani, Desa Ciherang dan Desa Ciputri Kecamatan Pacet yang tersaji dalam Tabel 8.

38

Tabel 8. Penggolongan Tingkat Pendidikan

No Kategori (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 <6 34 52

2 6-9 28 43

3 10-12 - -

4 >12 3 5

Sumber: Data Primer diolah Penulis 2022

Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa lamanya petani mitra selada dalam menempuh pendidikan di Desa Sukatani, Desa Ciherang dan Desa Ciputri dalam menempuh pendidikan formal yaitu bermayoritas <6 tahun yaitu sebanyak 34 orang (52%). Lamanya pendidikan formal tersebut merupakan petani yang menempuh pendidikan hanya sampai jenjang SD dan tidak melanjutkan ke jenjang selanjutnya yaitu SLTP karena berbagai alasan dan akhirnya memilih untuk bertani. Kategori tingkat pendidikan tersebut tergolong rendah.

Lamanya pendidikan dapat berpengaruh terhadap tingkat kemudahan menerima informasi, menerapkan inovasi, dan menjalin kemitraan pertanian terhadap perusahaan mitra serta menentukan pola kemitraan yang dapat saling menguntungkan, karena semakin rendah pendidikan maka semakin sulit dalam menerima pembaharuan dan kemajuan dalam pertanian. Tingkat pendidikan yang dimiliki petani menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan petani dalam menerapkan teknologi maupun inovasi untuk peningkatan kegiatan usahatani.

Pengalaman Bertani (X1.3)

Pengalaman bertani merupakan lama waktu yang digunakan petani dalam menekuni usahataninya. Penggolongan kategori pengalaman bertani di Desa Sukatani, Desa Ciherang dan Desa Ciputri Kecamatan Pacet tersaji dalam Tabel 9.

Tabel 9. Kategori Pengalaman Bertani

No Kategori (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 10-15 9 14

2 16-20 32 49

3 21-25 16 25

4 26-30 8 12

Sumber: Data Primer diolah Penulis 2022

pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa pengalaman bertani para petani mitra selada di Desa Sukatani, Desa Ciherang dan Desa Ciputri Kecamatan Pacet termasuk dalam kategori berpengalaman yakni jumlah responden 32 (49%).

39 Luas Lahan (X1.4)

Luas lahan merupakan ukuran tingkat kesejahteraan rumah tangga.

Penggolongan luas lahan petani mitra selada di Desa Sukatani, Desa Ciputri dan Desa Ciherang Kecamatan Pacet tersaji dalam Tabel 10.

Tabel 10. Kategori Luas Lahan

No Kategori (m2) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 2500-5000 6 9

2 6000-7500 15 23

3 7500- 10.000 41 63

4 > 10.000 3 5

Sumber: Data Primer diolah Penulis 2022

pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa luas lahan para petani mitra selada di Desa Sukatani, Desa Ciherang dan Desa Ciputri Kecamatan Pacet termasuk dalam kategori skala menengah yaitu antara 7500-10.000 m2 atau >0,5 hektar dengan 41 orang responden (63%) dari total responden penelitian. Hal ini mengindikasikan bahwa petani di desa tersebut sudah memiliki lahan yang cukup luas untuk berusahatani. Lahan pertanian merupakan penentu dari pengaruh komoditas pertanian. Secara umum dikatakan, semakin luas lahan ditanami maka semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut.

Jumlah Tanggungan Keluarga (X1.5)

Tanggungan keluarga merupakan salah satu alasan utama bagi para petani untuk bekerja memperoleh penghasilan. Semakin banyak responden mempunyai anak dan tanggungan, maka waktu yang disediakan responden untuk bekerja semakin efektif. Penggolongan jumlah tanggungan keluarga petani mitra selada di Desa Sukatani, Desa Ciherang dan Desa Ciputri Kecamatan Pacet tersaji dalam Tabel 11.

Tabel 11. Jumlah Tanggungan Keluarga

No Kategori (orang) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 2-3 5 8

2 4-5 41 63

3 6-7 19 29

4 8-9 - -

Sumber: Data Primer diolah Penulis 2022

Pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa jumlah tanggungan keluarga para petani mitra selada di Desa Sukatani, Desa Ciherang dan Desa Ciputri Kecamatan Pacet termasuk dalam kategori sedang yaitu jumlah responden terbesar 41 orang (63%)

40

pada kategori 4-5 orang tanggungan dari total keseluruhan responden penelitian.

Hal ini mengindikasikan bahwa petani di desa tersebut cukup mampu dalam memenuhi kebutuhan anggota keluarganya dengan berusahatani.

Deskripsi Variabel Karakteristik Eksternal (X2)

Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu yang mempengaruhi penentuan polakemitraan petani selada. Faktor eksternal yang diamati dalam penelitian ini meliputi, ketersediaan SDA, kegiatan penyuluhan, akses informasi, dukungan pemerintah, serta sarana dan prasarana.

Berikut skor faktor eksternal dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Keragaan faktor eksternal

Indikator

Tingkat 100 (%) Rendah Sedang Tinggi

Ketersediaan SDA 4 55 41

Kegiatan Penyuluhan 16 61 23

Akses Informasi 13 55 32

Dukungan pemerintah 19 51 30

Ketersediaan Sarana & Prasarana 25 44 31

Sumber: Data Primer diolah Penulis 2022

Tabel 12 menunjukkan bahwa persentase faktor eksternal tergolong pada tingkat sedang. Skor Indikator ketersediaan SDA memiliki persentase paling tinggi pada kategori sedang yaitu sebesar 55%. Indikator kegiatan penyuluhan memiliki persentase paling tinggi juga terletak pada kategori sedang yaitu 61%.

Indikator akses informasi memiliki persentase paling tinggi juga terletak pada kategori sedang yaitu sebesar 55%. Kemudian indikator dukungan pemerintah persentase nya terdapat sebesar 51% terletak pada kategori sedang. Indikator terakhir yaitu ketersediaan sarana & prasarana memiliki persentase paling tinggi juga terletak pada kategori sedang yaitu sebesar 44%.

Deskripsi Variabel Pola Kemitraan Petani (Y)

Pola kemiraan petani terdiri dari keterlibatan, keaktifan, dan konsistensi.

Persentase yang diperoleh masing-masing indikator tersaji dalam Tabel 13.

41

Tabel 13. Tingkat menentukan pola kemitraan

Indikator

Tingkat 100 (%) Rendah Sedang Tinggi

Keterlibatan 38 38 24

Keaktifan 20 57 23

Konsistensi 3 50 47

Rata-rata 20 48 31

Sumber: Data Primer diolah Penulis 2022

Dilihat dari tabel 13, penentuan pola kemitraan petani dari ketiga indikator tersebut tingkat persentasenya terdapat pada kategori sedang dengan rata-rata 48%. Hal ini mengindikasikan bahwa penentuan pola kemitraan petani masih perlu diperhatikan. Dengan hal ini, peran penyuluh juga menjadi salah satu faktor pendukung untuk menentukan pola kemitraan yang dapat digunakan petani agar memperoleh hasil yang maksimal dan terjalin saling menguntungkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Penentuan Pola Kemitraan Petani Mencari hasil analisis regresi ini diperlukan aplikasi SPSS 26 dengan cara memasukkan nilai-nilai dari tiap-tiap variabel sebagaimana yang telah diperoleh dari hasil perhitungan kuesioner oleh responden sejumlah 65 orang. Berikut ini merupakan tabel hasil analisis statistik deskriptif yang telah diolah menggunakan aplikasi SPSS 26 dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Descriptive Statistics Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Pola Kemitraan Petani Selada (Y) 58,7143 8,86547 65

Faktor Internal (X1) 13,1213 2,04082 65

Faktor Eksternal (X2) 78,6351 7,04018 65

Sumber: Data Primer diolah Penulis 2022

Pada tabel 14 menunjukkan bahwa N atau jumlah data setiap variabel yang valid adalah 65 dari 65 data sampel Pola Kemitraan Petani Selada (Y) memiliki standar deviasi sebesar 8,86547 yang artinya nilai mean lebih besar dari nilai standar deviasi sehingga penyimpangan data yang terjadi rendah sehingga penyebaran nilainya merata. Karakteristik individu dari 65 orang sampel diketahui nilai mean sebesar 13,1213, serta nilai standar deviasi sebesar 2,04082 artinya nilai mean karakteristik individu lebih besar dari nilai standar deviasinya sehingga

42

penyimpangan data yang terjadi rendah maka penyebaran nilainya merata. Faktor eksternal dari 65 orang sampel bahwa nilai mean sebesar 78,6351 serta nilai standar deviasi nya sebesar 7,04018 yang artinya nilai mean lebih tinggi dari nilai standar sehingga penyimpangan data yang terjadi rendah maka penyebaran nilainya merata.

Selanjutnya untuk mengetahui R square yang terdapat dalam penelitian ini maka perlu dilakukan uji SPSS 26 yang menunjukkan hasil model summary.

Berikut tabel model summary yang menunjukan nilai R square pada penelitian pola kemitraan petani selada dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Model Summary Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate R Square Change

1 ,724a ,525 ,509 6,20969 ,525

a. Predictors: (Constant), Faktor Eksternal, Faktor Internal b. Dependent Variable: Pola Kemitraan Petani Selada

Tabel 15 menjelaskan besarnya nilai regresi/pengaruh (R) yaitu 0,724 yang berarti tingkat pengaruh kuat antara variabel X dan variabel Y. Dijelaskan besarnya persentase pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) yang disebut koefisien determinasi yang merupakan hasil dari penguadratan R.

Dari output tersebut diperoleh koefisien determinasi (R2) sebesar 0,525 yang mengandung pengertian bahwa pengaruh variabel bebas (X1 dan X2) terhadap variabel terikat (Pola Kemitraan Petani) adalah sebesar 52,5%, sedangkan sisanya yakni 47,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar variabel X.

Koefisien memberikan gambaran tentang persamaan/model regresi. Berikut koefisien regresi yang dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Table Koefisien Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -17,738 10,288 -1,724 ,090

Faktor Internal ,361 ,381 ,083 ,947 ,347

Faktor Eksternal ,912 ,110 ,724 8,259 ,000

a. Dependent Variable: Pola Kemitraan Petani Selada

43

Pada Tabel Koefisien, pada kolom B Constant (a) adalah -17,136 sedangkan nilai Faktor Internal (b1) adalah 0,361 dan nilai Faktor Eksternal (b2) adalah 0,912. Sehingga persamaan /model regresinya dapat ditulis :

Ŷ= a + b1 X1 + b2 X2

atau Y = -17,136 +0,361 X1 + 0,912 X2 Nilai regresi diatas menunjukkan bahwa :

1. Nilai kostanta negatif sebesar -17,136 menunjukkan pengaruh negatif variabel independen (Faktor Internal dan Eksternal). Pada penelitian ini yaitu berarti jika nilai Faktor Internal dan Faktor Eksternal sama dengan 0, maka nilai tetap atau nilai awal turnover intention adalah -17,136 dan ketika variabel independen mengalami perubahan nilai, maka nilainya pun akan ikut berubah.

2. Koefisien regresi X1 sebesar 0,361 menyatakan bahwa jika Faktor Internal mengalami kenaikan satu satuan, maka Pola Kemitraan Petani Selada (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,361 atau 36,1%.

3. Koefisien regresi X2 sebesar 0,912 menyatakan bahwa jika Faktor Eksternal mengalami kenaikan satu satuan, maka Pola Kemitraan Petani Selada (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,912 atau 91,2%.

Pengaruh Faktor Internal terhadap Pola Kemitraan

Berdasarkan data deskriptif dan didapatkan bahwa karakteristik individu tidak ada pengaruh dengan pola kemitraan petani . Hal ini berarti semua faktor karakteristik individu tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap penelitian pola kemitraan di kecamatan Pacet. Dikaji kembali terkait seberapa besar pengaruh yang diberikan oleh variabel bebas (X1) yaitu karakterestik individu dalam mempengaruhi variabel pola kemitraan (Y) tidak memberikan pengaruh signifikan. Hal ini berarti karakteristik individu tidak mempengaruhi pola kemitraan petani selada dengan nilai signifikan sebesar 0,347 lebih besar dari taraf signifikan 0,05 (α=5%). Berikut pembahasan pengaruh indikator faktor internal pada penelitian ini.

Umur (X1.1)

Indikator umur pada penelitian pola kemitraan terhadap petani selada di Desa Sukatani, Ciherang dan Ciputri yaitu bahwa umur tidak berpengaruh nyata terhadap pola kemitraan yang digunakan dikarenakan berapapun usia para petani

44

tersebut dapat dengan bebas menentukan pola kemitraan yang akan dijalin dengan perusahaan mitra. Hal ini berbeda dengan yang dinyatakan oleh Ryan et al., (2018) bahwa petani dengan usia produktif akan bekerja lebih baik dan lebih maksimal dibandingkan dengan petani non produktif. Namun, petani yang usianya lebih tua dapat memahami kondisi lapangan dengan lebih baik.

Pendidikan (X1.2)

Pada indikator pendidikan terhadap pola kemitraan petani selada setelah dilakukan penelitian ternyata tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan yang rendah tidak menutup kesempatan petani untuk tetap menjalin kemitraan terhadap perusahaan mitra karena pendidikan dapat dilakukan secara non formal yaitu dengan dilakukan pelatihan dan penyuluhan di lapangan. Dengan demikian, petani yang berpendidikan berbeda dapat mengambil keputusan yang sama untuk menentukan pola kemitraan yang akan digunakan dalam menjalin kerjasama dalam proses budidaya dan pemasaran selada. Hal ini berbeda dengan yang dinyatakan oleh Gusti, I. M et al., (2021) bahwa petani dengan pendidikan yang tinggi akan memiliki pemikiran yang lebih maju dibandingkan dengan petani yang berpendidikan rendah.

Pengalaman Berusahatani (X1.3)

Indikator pengalaman bertani terhadap pola kemitraan petani selada setelah dilakukan penelitian ternyata tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Hal tersebut dikarenakan beragamnya lama pengalaman berusahatani dari seluruh responden penelitian namun kesempatan yang didapatkan untuk menjalin kemitraan terhadap perusahaan mitra tetap sama, dengan artian bahwa petani yang memiliki pengalaman usahatani 10 tahun akan mempunyai kesempatan yang sama seperti petani yang memiliki lama pengalaman berusahatani 34 tahun. Hal ini berbeda dengan yang dinyatakan oleh Gusti, I. M et al., (2021) bahwa petani yang sudah lama berusahatani biasanya memiliki pemahaman dan pengetahuan mengenai kondisi lahan yang lebih baik dibandingkan dengan petani yang baru berkecimpung dalam dunia pertanian.

Luas Lahan (X1.4)

Pada indikator luas lahan terhadap pola kemitraan petani selada setelah dilakukan penelitian juga tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Hal

45

tersebut karena petani yang memiliki lahan luas belum tentu dapat mengoptimalkan lahannya dengan maksimal bahkan memilih lahannya digarap oleh orang lain dengan sistem bagi hasil. Sedangkan petani yang memiliki luas lahan sempit memiliki kemungkinan lebih untuk mengoptimalkan dan memperhatikan penggunaan lahannya dengan maksimal. Sehingga petani yang memiliki luas lahan pada kategori terendah hingga pada kategori tertinggi memiliki kesempatan yang sama dalam menentukan pola kemitraan yang akan dijalankan dengan perusahaan mitra. Hal ini berbeda dengan yang dinyatakan oleh Malta (2016) bahwa luas lahan pertanian sangat menentukan kemandirian petani dalam menentukan keputusan sendiri yang terbaik bagi pengembangan dan kegiatan usahatani.

Jumlah Tanggungan Keluarga (X1.5)

Indikator jumlah tanggungan keluarga terhadap pola kemitraan petani selada setelah dilakukan penelitian ternyata tidak memberikan pengaruh yang signifikan.

Hal tersebut dikarenakan petani yang memiliki tanggungan keluarga banyak akan memilih mencari pekerjaan tambahan diluar pertanian karena aktivitas pertanian tidak dilakukan sepanjang hari. Sedangkan petani yang memiliki jumlah tanggungan keluarga sedikit biasanya kan memilih menggantungkan pendapatannya hanya pada pertanian saja. Sehingga petani yang memiliki jumlah tanggungan keluarga banyak ataupun sedikit tidak mempengaruhi penentuan pola kemitraan yang akan terjalin dengan perusahaan mitra, dengan artian bahwa mereka memiliki kesempatan yang sama dalam menentukan pola kemitraan yang akan dijalin. Hal ini berbeda dengan yang dinyatakan oleh Menurut Purwanto, A (2018) bahwa semakin banyak jumlah tanggungan yang dimiliki oleh sebuah keluarga biasanya akan berpengaruh pada tingkat pengeluaran keluarga tersebut.

Pengaruh Faktor Eksternal terhadap Pola Kemitraan

Melihat pengaruh Faktor eksternal dalam penelitian ini bertujuan untuk meneliti sejauh mana pengaruh yang dimiliki variabel bebas faktor eksternal terhadap pola kemitraan petani selada pada era pandemi covid-19 di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. Faktor ekstrenal sendiri memiliki beberapa indikator yaitu, ketersediaan SDA, kegiatan penyuluhan, akses informasi, dukungan pemerintah, serta sarana & prasarana.

46

Hasil regresi dari 65 responden yang dijadikan sampel penelitian menunjukkan bahwa faktor eksternal berpengaruh nyata terhadap pola kemitraan petani selada di Kecamatan Pacet dengan nilai signifikan sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari taraf signifikan 0,05 (5%).

Ketersediaan SDA (X2.1)

Analisis regresi menunjukan bahwa ketersediaan SDA berpengaruh terhadap pola kemitraan petani selada, dikarenakan Kecamatan Pacet memiliki sumberdaya alam yang memadai seperti ketersediaan air yang melimpah, tanah yang subur untuk budidaya sayuran, dan lokasi yang strategis untuk pemasaran.

Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan oleh Simarmata et al., (2021) yang menyatakan bahwa kebutuhan dan ketergantungan manusia terhadap SDA sifatnya mutlak, artinya bahwa kehidupan manusia tergantung pada daya dukung material alam.

Kegiatan Penyuluhan (X2.2)

Kegiatan penyuluhan di Kecamatan Pacet terhadap pola kemitraan petani selada juga berpengaruh nyata. Dengan adanya kegiatan penyuluhan, petani dapat menempuh pendidikan non formal seperti pelatihan dan demonstrasi cara. Hal ini sejalan dengan Undang-undang Nomor 16/2006 tentang SP3K yang menyatakan bahwa dengan kegiatan penyuluhan petani dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Dari penyataan tersebut disandingkan dengan kegiatan penyuluhan yang ada di kecamatan Pacet sudah cukup baik dengan katagori sedang namun, ini berarti kegiatan penyuluhan perlu adanya peningkatan sehingga penentuan pola kemitraan petani juga akan lebih tepat.

Akses Informasi (X2.3)

Akses informasi terhadap pola kemitraan petani selada juga memberikan pengaruh yang nyata dikarenakan dengan akses informasi petani bersama dengan penyuluh, antar petani, fasillitator pertanian, atau pada media elektronik akan memberikan wawasan dan pengetahuan baru tentang inovasi-inovasi budidaya selada untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Terlebih pada saat era pandemi covid-19 seperti saat ini, akses informasi tidak hanya dapat dilakukan dengan penyuluh, namun petani dapat berinisiatif untuk mencari sumber informasi pada

47

media informasi yang dapat diakses dari rumah. Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan oleh Andriaty, E. (2012) bahwa informasi teknologi hasil penelitian pertanian sangat dibutuhkan petani untuk mendukung kegiatan usaha tani.

Dukungan Pemerintah (X2.4)

Dukungan pemerintah terhadap pola kemitraan petani selada juga berpengaruh nyata dan berada pada posisi cukup baik (sedang) sehingga untuk meningkatkan manfaatannya diperlukan perhatian dan kesadaran oleh para petani.

Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan oleh Virianita Ratri et al., (2017) bahwa dukungan pemerintah yang tersedia seperti modal usaha, energi (minyak dan listrik), harga sarana produksi, serta harga pasar yang terjamin dapat menunjang keberhasilan petani dalam kegiatan berusahatani yang berkelanjutan.

Ketersediaan Sarana & Prasarana (X2.5)

Ketersediaan sarana dan prasarana terhadap pola kemitraan petani selada juga berpengaruh nyata dan berada pada posisi cukup baik (sedang) sehingga untuk meningkatkannya diperlukan bantuan dari berbagai pihak diantaranya yaitu penyuluh, fasilitator, dan pejabat daerah setempat. Hal ini dikarenakan ketersediaan sarana dan prasarana transportasi ini akan menjamin efisiensi (murah dan mudah) pengangkutan dari dan ke wilayah pertanian subsisten ini. Sejalan dengan yang dinyatakan oleh Mustabsir, B (2017) bahwa Penerapan sarana &

prasarana produksi yang baik dapat memberikan hasil yang baik bagi pertanian Indonesia.

Pengaruh Simultan terhadap Pola Kemitraan

Berdasarkan data deskriptif dan analisis menggunakan SPSS 26 didapatkan bahwa Faktor Eksternal ada pengaruh dengan Pola Kemitraan Petani Selada. Hal ini berarti semua Faktor Eksternal berpengaruh nyata terhadap penelitian Pola Kemitraan di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. Berikut tabel anova yang disajikan pada Tabel 17.

Dalam dokumen POLA KEMITRAAN PETANI SELADA ( (Halaman 48-65)

Dokumen terkait