• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA KEMITRAAN PETANI DALAM PEMASARAN RUMPUT LAUT DI DESA KOLESE KECAMATAN PASIKOLAGA KABUPATEN MUNA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "POLA KEMITRAAN PETANI DALAM PEMASARAN RUMPUT LAUT DI DESA KOLESE KECAMATAN PASIKOLAGA KABUPATEN MUNA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

2023: 3(2): 42 – 49

https://ojs.uho.ac.id/index.php/JIPPM doi: http://dx.doi.org/10.56189/jippm.v3i2.

CONTACT Putu Arimbawa putu.arimbawa_faperta@uho.ac.id Vol 3. No 2. Mei 2023

POLA KEMITRAAN PETANI DALAM PEMASARAN RUMPUT LAUT DI DESA KOLESE KECAMATAN PASIKOLAGA KABUPATEN MUNA

Hikmanila Sarvini1, Sukmawati Abdullah1, Putu Arimbawa1*

1 Jurusan Penyuluhan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara

* Corresponding Author : putu.arimbawa_faperta@uho.ac.id ABSTRACT

This study aims to: (1) analyze the pattern of farmer partnerships in seaweed marketing in Kolese Village, Pasikolaga District, Muna Regency, (2) Analyze how partnerships in the seaweed marketing sector in Kolese Village, Pasikolaga District, Muna Regency, affect farmers' income. This study was carried out in November 2022 in the Kolese Village, Pasikolaga District, Muna Regency, with a total of 20 respondents chosen by a straightforward random selection method. data analysis using class intervals and descriptive statistics. The results of this study show that (1) In Kolese Village, Pasikolaga District, and Muna Regency, farmer partnerships in the overall trade pattern are fairly excellent, and client patron partnership patterns in seaweed marketing channels are good. The price in both partnership models used by seaweed farmers in the Kolese Village, Pasikolaga District, and Muna Regency is quite good, (2) Seaweed plan income is relatively low below the average monthly net income of informal workers in Muna Regency agricultural farming. However, from a nominal, the income of farmers who carry out the client-patron partnership pattern is higher than farmers who carry out the general trade partnership pattern.

Keywords: Partnership Pattern, Farmer, Marketing, Seaweed Farming, Income.

PENDAHULUAN

Sulawesi Tenggara merupakan salah satu daerah penghasil rumput laut di Indonesia; volume dan nilai produksi rumput laut Sulawesi Tenggara pada tahun 2018 sebesar 492.495 ton/Rp. 3.798.791.804; pada tahun 2019 sebesar 346.886 ton/Rp. 1.482.164.793; dan pada tahun 2020 adalah 272. 325 ton/Rp. 1.024.684.109. Data menunjukkan bahwa nilai produksi rumput laut Sulawesi Tenggara mengalami penurunan setiap tahunnya (BPS Sultra 2021).

Kabupaten Muna merupakan kabupaten kepulauan dengan panjang garis pantai 337 km dan luas perairan laut 2.559,4 km2. Potensi pengembangan industri budidaya perikanan, khususnya budidaya rumput laut, terletak pada pengaturan geografis ini. Terdapat 55 desa/kelurahan yang dapat dimanfaatkan sebagai lokasi penanaman rumput laut dengan total 34.000 hektar. Hanya 9.000 hektar lahan potensial ini yang benar-benar telah digunakan. Kabupaten Muna adalah industri budidaya rumput laut yang cukup berkembang. Kegiatan budidaya rumput laut dapat ditemukan di hampir setiap daerah pesisir. (Wordpress, 2019). Volume dan nilai produksi rumput laut Kabupaten Muna pada tahun 2018 sebesar 178.051 ton/Rp. 2.180.253.142, tahun 2019 sebanyak 136.439 ton/Rp. 779.448.505 dan pada tahun 2020 sebanyak 89.589 ton/Rp. 485.573.294, data tersebut menunjukkan bahwa nilai produksi rumput laut di Kabupaten Muna mengalami penurunan setiap tahunnya dan harga rumput laut di setiap daerah tidak menentu (BPS Sultra, 2021).

Hasil observasi peneliti di lapangan, harga rumput laut di Kabupaten Muna sering berfluktuasi dan berdampak pada harga rumput laut yang diperoleh petani. Hal ini menyebabkan posisi tawar petani rumput laut menjadi lemah dan keterbatasan petani dalam mengakses informasi pasar di luar daerah, untuk meminimalisir permasalahan tersebut petani rumput laut di Desa Kolese memilih bermitra dengan pedagang, dalam mendapatkan kepastian harga pemasaran produk rumput laut dan mendapatkan akses pasar yang mudah, serta pedagang mendapatkan pasokan rumput laut dari petani. Seperti yang dikemukakan oleh Porter (1980) menyatakan bahwa keberadaan mitra bisnis dapat meningkatkan penyebaran informasi, transaksi yang efisien, penghematan biaya, mempersingkat waktu pengembangan produk, manajemen logistik, dan program pemasaran lainnya.

(2)

Fidar Susilawati jet jal. j e-ISSN: j2809-9850

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti bertujuan (1) Untuk menganalisis pola kemitraan petani dalam pemasaran rumput laut di Desa Kolese Kecamatan Pasikolaga Kabupaten Muna dan (2) Untuk menganalisis pendapatan petani sebagai dampak dari kemitraan yang terjadi dalam pemasaran rumput laut di Desa Kolese Kecamatan Pasikolaga Kabupaten Muna.

MATERI DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2022, yang berlokasi di Desa Kolese Kecamatan Pasikolaga Kabupaten Muna. penentuan lokasi dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa (1) Desa Kolese merupakan salah satu daerah penghasil rumput laut di Kabupaten Muna, (2) Petani rumput laut Desa Kolese mengalami permasalahan dalam pemasaran rumput laut seperti rendahnya posisi tawar dan kurangnya akses informasi pasar dan (3) Petani rumput laut di Desa Kolese malakukan kemitraan dalam pemasaran rumput laut. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 198. Dari jumlah populasi sebanyak 198 orang pengambilan sampel sebesar 10% sehingga diperoleh sebanyak 20 petani dengan rincian yaitu 10 petani yang melakukan pola kemitraan dagang umum dan 10 petani yang melakukan pola kemitraan patron klien. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak dari populasi karena populasi dianggap homogen. Adapun menurut Arikunto, (2006) bahwa apabila jumlah subyeknya kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, tetapi apabila jumlahnya lebih besar maka diambil sebanyak 10-15 % atau 20-25 % atau lebih”. Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Metode ini digunakan untuk mengkaji variabel yang ada pada penelitian yaitu:

1. Mengetahui bagaimana pola kemitraan petani rumput laut di Desa Kolese Kecamatan Pasikolaga yaitu menggunakan rumus interval kelas. Adapun rumus interval kelas yaitu sebagai berikut:

𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 (𝑖) =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 + 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑇𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠

2. Mengetahui pendapatan petani rumput laut sebagai dampak dari kemitraan yang terjadi dengan menggunakan rumus pendapatan yaitu: (Soekartawi, 2016).

Total = TR – TC Keterangan :

TR = total pendapatan/penerimaan (Rp) TC = total biaya (Rp)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Kemitraan Petani dalam Pemasaran Rumput Laut

Kemitraan merupakan hubungan kerjasama antara pelaku agribisnis berdasarkan gagasan kebutuhan dan manfaat bersama mitra dari tahap pra-produksi melalui produksi dan pemasaran. (Armunanto et al., 2014).

Tujuan kemitraan agribisnis untuk mengatasi masalah klasik yang dihadapi oleh petani skala kecil, termasuk kurangnya sumber daya dan teknologi, kualitas produk di bawah standar, dan ketidakpastian pasar. (Mardia et al., 2021).

Ada lima jenis kemitraan antara petani dan pengusaha besar dalam sistem agribisnis Indonesia, menurut Sumardjo et al (2010) pola kemitraan inti plasma, pola kemitraan subkontrak, pola kemitraan perdagangan umum, pola kemitraan keagenan, dan pola kemitraan kerjasama operasional agribisnis. Selain kelima pola kemitraan di atas, ada satu pola kemitraan yang umum terbentuk di masyarakat pesisir, yaitu pola kemitraan klien-patron (Kusnadi, 2009). Sementara itu, kerja sama yang dilakukan antara petani dan pedagang rumput laut termasuk dalam kategori pola kemitraan dagang umum dan pola kemitraan patron klien.

Petani rumput laut di Desa Kolese menjalin dua kemitraan, yaitu kemitraan perdagangan umum dan kemitraan patron klien. Petani berpartisipasi dalam kerja sama ini untuk memperluas usaha mereka dan meningkatkan pendapatan. Kemitraan yang dibangun oleh masing-masing petani rumput laut di Desa Kolese tumbuh dan berkembang secara alami karena kebutuhan kedua belah pihak. Pihak-pihak yang terlibat dalam

(3)

Fidar Susilawati jet jal. j e-ISSN: j2809-9850

kemitraan ini adalah petani rumput laut dan pedagang mitra. Kemitraan antara petani dan pedagang mitra dilakukan dalam pemasaran rumput laut yang meliputi saluran pemasaran dan penentuan harga. Karena hubungan sosial yang diciptakan oleh fakta bahwa petani dan pedagang sama-sama tinggal di desa yang sama dan sering memberikan bantuan kepada petani ketika mereka membutuhkannya, hubungan kemitraan antara petani dan pedagang rumput laut biasanya berlangsung lama pada pola hubungan patron klien.

Pola Kemitraan dalam Pemasaran Rumput Laut

Kemitraan adalah hubungan kerja sama antara dua pihak, atau antara usaha kecil dan menengah dan perusahaan besar, yang mendukung dan melengkapi satu sama lain untuk menghasilkan hasil yang sangat menguntungkan. (Nasution., 2017). Petani rumput laut di Desa Kolese bekerja sama dalam pola kemitraan dagang umum dan hubungan patron klien. Petani rumput laut di Desa Perguruan Tinggi Kecamatan Pasikolaga bekerja sama untuk memasarkan produk mereka, yang melibatkan pemilihan metode distribusi dan menetapkan harga yang wajar untuk produk mereka.

Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran adalah hasil dari proses untuk menghasilkan nilai, bertukar informasi, dan mengelola hubungan yang dikembangkan melalui tindakan yang mungkin menguntungkan bagi perusahaan atau seluruh lembaga yang bersangkutan (Kotler dan Keller 2014). Pola kemitraan dalam saluran pemasaran rumput laut di Desa Kolese Kecamatan Pasikolaga Kabupaten Muna dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pola Kemitraan Petani Dalam Saluran Pemasaran Rumput Laut Di Desa Kolese

No Pola Kemitraan Kategori Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

1. Pola Kemitraan Dagang Umum Baik (20-25) - -

Cukup (14-19) 10 100

Kurang (8-13) - -

2. Pola Kemitraan Patron Klien Baik (20-25) 10 100

Cukup (14-19) - -

Kurang (8-13) - -

Sumber: Data Primer yang Diolah 2022

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan adanya dua pola kemitraan, yaitu pola kemitraan dagang umum dan pola kemitraan patron klien, pada saluran pemasaran rumput laut di Desa Kolese Kecamatan Pasikolaga Kabupaten Muna.

Pola Kemitraan Dagang Umum

Pada pola kemitraan dagang umum dalam saluran pemasaran dalam kategori cukup baik sebanyak 10 (100%) responden. Pola kemitraan petani dalam saluran pemasara rumput laut cukup baik dilihat dari Petani yang melakukan pola kemitraan ini bermitra dengan pedagang besar yang berada di Kota Bau-Bau. Dalam proses distribusi hasil produksi dan pembiayaan transportasi dilakukan oleh petani sendiri. Menurut penelitian Harisman (2017), kemitraan dagang umum membutuhkan pendanaan yang kuat dari mitra, termasuk mitra perusahaan besar dan mitra bisnis kecil yang membiayai operasi mereka sendiri. Adapun skema saluran pemasaran rumput laut dalam pola kemitraan dagang umum di Desa Kolese Kecamatan Pasikolaga Kabupaten Muna sebagai berikut:

Gambar 1. Saluran Pemasaran I Rumput Laut di Desa Kolese

Pada Gambar 1 menunjukkan bahw saluran pemasaran ini melibatkan satu lembaga perantara yaitu pedagang besar dalam penyaluran rumput laut dari petani sampai ke konsumen akhir (pabrik). Eucheuma sp dan Eucheuma Cattoni adalah dua varietas rumput laut yang diproduksi oleh petani Desa Kolese. Dengan rata-rata produksi petani rumput laut di Desa Kolese per musim panen, yaitu panen I sebanyak 512 kg, panen II sebanyak 401 kg, dan panen III sebanyak 582 kg, rumput laut dijual dalam bentuk kering kepada pedagang besar yang berlokasi di Kota Bau-Bau seharga Rp. 29.500 untuk rumput laut Eucheuma sp dan Rp. 13.500 untuk rumput laut

Produsen/Petani

Rumput Laut Konsumen Akhir

(Pabrik Industri) Pedagang

Besar

(4)

Fidar Susilawati jet jal. j e-ISSN: j2809-9850

Eucheuma Cattoni. Selain itu, pedagang besar memberi petani karung kemasan rumput laut gratis dan informasi pasar tentang harga rumput laut dan berbagai jenis rumput laut yang diminati di pasaran. Mereka bahkan memperoleh informasi ini dari petani dan pedagang besar lain yang merupakan mitra bisnis. Informasi adalah input utama dalam sistem pengambilan keputusan (Perwita., Darwis & Suhartini., 2019).

Karena jarak antara petani dan pedagang besar di Kota Bau-Bau 116 km, sehingga transportasi pengangkutan rumput laut menggunakan mobil pickup, yang biayanya Rp.1000 per/kg. Pemilik mobil mengantarkan rumput laut petani ke pedagang besar di Kota Bau-Bau, kemudian pedagang besar menjual rumput laut tersebut ke konsumen akhir (pabrik) dengan pengiriman menggunakan keti kemas (kontener). Pabrik yang membeli rumput laut dalam bentuk kering berada di wilayah Surabaya.

Pola Kemitraan Patron Klien

Pada pola kemitraan patron klien dalam saluran pemasaran dalam kategori baik sebanyak 10 (100%) responden. Pola kemitraan petani dalam salauran pemasara rumput laut baik dilihat dari petani yang melakukan pola kemitraan ini bermitra dengan pedagang pengumpul baik itu yang berada di dalam desa maupun di luar desa.

Untuk petani yang bermitra dengan pedagang pengumpul di dalam desa, membawa sendiri hasil produksi rumput lautnya kepedagang pengumpul karena jarak antara rumah petani dan pedagang mitra berdekatan sehingga petani tidak mengeluarkan biaya. Hal ini sejalan dengan sudut pandang yang diungkapkan oleh Hanafiah dan Saefuddin pada tahun 1986, bahwa jarak akan antara wilayah pemasaran ke daerah produksi akan berpengaruh terhadap biaya tataniaga. Sedangkan bagi petani yang bermitra dengan pedagang pengumpul di luar desa, pedagang pengumpul sendiri datang langsung ke tempat petani untuk membeli rumput laut petani, dan biaya transportasi ditanggung oleh pedagang mitra. Adapun skema saluran pemasaran rumput laut dalam pola kemitraan patron klien di Desa Kolese Kecamatan Pasikolaga Kabupaten Muna sebagai berikut:

1.

Gambar 2. Saluran Pemasaran II Rumput Laut Di Desa Kolese

Pada Gambar 2 menunjukkan bahwa dua lembaga perantara, yaitu pedagang pengumpul dan pedagang besar, terlibat dalam saluran pemasaran ini untuk distribusi rumput laut dari petani ke konsumen akhir (pabrik).

Pada saluran ini petani bermitra dengan pedagang pengumpul. Rumput laut dari spesies Eucheuma sp. dan Eucheuma Cattoni diproduksi oleh petani di Desa Kolese. Dengan rata-rata produksi petani rumput laut di Desa Kolese setiap musim panen, yaitu sebanyak 685 kg untuk panen I, 580 kg untuk panen II, dan 260 kg untuk panen III, rumput laut dijual dalam bentuk kering dengan harga Rp. 28.000 untuk rumput laut Eucheuma sp dan Rp.

12.000 untuk rumput laut Eucheuma Cattoni. Selain itu juga pedagang pengumpul memberikan karung kemasan rumput laut ke petani secara gratis serta informasi pasar mengenai harga rumput laut dan jenis rumput laut yang diminati di pasaran petani mendapatkannya dari pedagang pengumpul. Pada hasil penelitian Masela & Lusnarnera (2022) juga menjelaskan bahwa karena sudah ada keterkaitan antara petani rumput laut dan pedagang pengumpul, petani dapat memperoleh informasi tentang harga rumput laut dari pedagang yang sudah menjadi pelanggannya. Informasi adalah input utama dalam sistem pengambilan keputusan (Perwita., Darwis & Suhartini., 2019).

Pembelian rumput laut dilakukan ditempat petani, dimana pedagang pengumpul yang berada di luar desa membeli rumput laut langsung di tempat petani. Petani cukup mengemas rumput laut sebelum ditimbang, dan diangkut oleh pedagang sehingga petani tidak mengeluarkan biaya transportasi pengangkutan rumput laut.

Sedangkan untuk pedagang pengumpul yang berada di dalam desa, petani sendiri yang membawa rumput laut ke pedagang pengumpul karena berada di desa yang sama. Pedagang pengumpul menggunakan trukp atau mobil pick up dengan biaya bensin Rp. 420.000 per bulan dan biaya tenaga kerja Rp. 800.000 per bulan untuk mengantarkan rumput laut ke pedagang besar di Kota Bau-Bau. Untuk pedagang pengumpul tanpa akses kendaraan sendiri, menyewa mobil biayanya Rp 500/kg dan tenaga kerja Rp 10.000/karung. Pedagang besar mengirimkan rumput laut menggunakan kontainer (peti kemas) langsung ke lokasi konsumen akhir (pabrik) di Surabaya.

Produsen/Petani Rumput Laut

Konsumen Akhir (Pabrik Industri) Pedagang

Pengumpul

Pedagang Besar

(5)

Fidar Susilawati jet jal. j e-ISSN: j2809-9850

Penentuan Harga

Proses penetapan harga melibatkan perkiraan jumlah uang yang akan dihasilkan atau diperoleh bisnis dari barang atau jasa yang dihasilkannya. Jika keputusan untuk menentukan harga jual tidak diperhitungkan, bisa berdampak negatif pada pendapatan atau penjualan yang akan dilakukan, atau bahkan kerugian. (Soemarsono., 1990). Kemitraan petani dalam penentuan harga rumput laut dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Pola Kemitraan Petani Dalam Penetapan Harga Rumput Laut Di Desa Kolese

No Pola Kemitraan Kategori Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

1. Pola Kemitraan Dagang Umum Baik (15-19) - -

Cukup (10-14) 10 100

Kurang (6-9) - -

2. Pola Kemitraan Patron Klien Baik (15-19) - -

Cukup (10-14) 10 100

Kurang (6-9) - -

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2022

Berdasarkan Tabel 2 Menunjukan bahwa pola kemitraan dagang umum dalam penetuan harga kategori cukup baik sebanyak 10 (100%) responden. Pola kemitraan petani dalam penentuan harga rumput laut cukup baik dilihat dari harga rumput laut yang ditetapkan sepihak oleh pedagang mitra, artinya petani tidak mendapatkan keuntungan yang signifikan dari penetapan harga tersebut. Hasil penelitian Nurwidodo et al., (2017) bahwa pedagang besar mengendalikan harga rumput laut. Sementara itu, banyak petani menyesalkan posisi negosiasi mereka yang lemah dalam hal penjualan komoditas (baik basah maupun kering), terutama ketika memutuskan harga jual rumput laut. Sedangkan pembayaran hasil penjualan rumput laut, dimana petani mendapatkan uang penjualan langsung ketika menjual rumput lautnya. Hasil penelitian ini berbeda dengan pendapat Hafsah (2000) bahwa sistem perdagangan dalam pola kemitraan dagang umum sering berubah menjadi konsinyasi atau jual titip.

Pola kemitraan patron klien dalam penentuan harga rumput laut kategori cukup baik sebanyak 10 (100%) responden. Pola kemitraan petani dalam penentuan harga rumput laut cukup baik dilihat dari harga rumput laut disesuaikan dengan harga rumput laut di Kota Bau-Bau, pedagang tidak bisa menjamin harga rumput laut dikarenakan sering mengalami fluktuatif. Temuan penelitian ini identik dengan penelitian Radjab (2014), yang menemukan bahwa hanya karena pedagang menetapkan harga secara sepihak tidak berarti mereka memainkan harga sesuka mereka. Pedagang menggambarkan harga pasar saat ini dan keuntungan yang terjamin, hanya keuntungan kecil. Selain itu pada penelitian Hamid, (2012) juga menjelaskan dengan menggunakan sistem berbasis ikatan kerjasama berupa pinjaman modal dan pinjaman untuk kebutuhan sehari-hari petani rumput laut, pedagang pengumpul lokal memilih harga beli di tingkat petani rumput laut. Oleh karena itu, setiap pedagang pengumpul memiliki petani rumput laut yang dengan patuh terus menjual hasil panennya kepada pedagang pengumpul yang menjadi langganannya, dengan petani bertindak sebagai penerima harga.

Pendapatan Petani Rumput Laut

Pendapatan adalah penilaian bisnis tentang manfaat dari menggunakan faktor-faktor produksi, tenaga kerja, manajemen, dan modal sendiri atau pinjaman yang diinvestasikan di dalamnya. Hal tersebut merupakan selisih antara penerimaan dan semua pengeluaran manajemen yang dikeluarkan dalam menjalankan bisnis.

(Soekertawi 2002). Pendapatan petani dalam kemitraan pemasaran rumput laut dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata Pendapatan Per Musim pada Usaha Budidaya Rumput Laut di Desa Kolese

No Variabel Uraian Rata-Rata (Rp/Musim)

1. Pola Kemitraan Dagang Umum Biaya Variabel 2.811.833

Biaya Tetap 401.940

Biaya Total 3.213.773

Penerimaan 9.777.184

Pendapatan 6.563.411

2. Pola Kemitraan Patron Klien Biaya Variabel 2.471.000

Biaya Tetap 634.987

Biaya Total 3.105.987

Penerimaan 9.753.333

Pendapatan 6.647.346

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2022

(6)

Fidar Susilawati jet jal. j e-ISSN: j2809-9850

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata penerimaan usahatani rumput laut petani yang melakukan pola kemitraan dagang umum dalam satu kali musim panen Rp. 9.100.000 dengan total biaya Rp.

3.213.773 dan diperoleh pendapatan Rp. 6.563.411. Sedangkan rata-rata penerimaan usahatani rumput laut petani yang melakukan pola kemitraan patron klien dalam satu kali musim panen Rp. 9.753.333 dengan totla biaya Rp. 3.105.987 dan diperoleh pendapatan Rp. 6.647.346.

Musim panen dilakukan tiga kali dalam setahun antara bulan April – Oktober, sehingga pendapatan petani rumput laut di Desa Kolese Kecamatan Pasikolaga Kabupaten Muna dalam sebulan dapat diakumulasikan menjadi Rp. 546.951 untuk petani yang melakukan pola kemitraan dagang umum dan Rp. 553.946 untuk petani yang melakukan pola kemitraan patron klien. Berdasarkan data BPS Sulawesi Tenggara (2021) rata-rata pendapatan bersih perbulan pekerja informal pada petanian agricultural sebesar Rp. 854.937.

Berdasarkan uraian di atas bahwa pendapatan petani rumput laut di Desa Kolese masih kurang dari rata- rata pendapatan bersih bulanan pekerja informal pada petanian agricultural Kabupaten Muna. Petani yang mengikuti pola kemitraan patron klien adalah yang memperoleh sebagian besar pendapatan dari kedua kemitraan pertanian tersebut karena menerima bantuan pinjaman untuk biaya produksi, dimana biaya produksi menentukan berapa banyak bahan baku input yang digunakan dalam produksi dan berdampak pada output yang dihasilkan.

Semakin banyak output yang dihasilkan, semakin banyak barang yang terjual, dan pendapatan produsen meningkat sebagai akibat dari alokasi biaya produksi yang terjadi (Aprilia, 2019).

Biaya Produksi

Dalam penelitian ini, biaya produksi mewakili biaya penuh untuk usahatani rumput laut. besarnya pendapatan akan tergantung pada biaya produksi yang dikeluarkan. Mursyidi (2008) menegaskan bahwa semua biaya yang dikeluarkan oleh petani selama satu musim tanam termasuk dalam biaya produksi budidaya rumput laut. Jumlah pendapatan yang dihasilkan petani rumput laut juga tergantung pada biaya produksi. Biaya dalam usahatani rumput dibedakan menjadi dua yaitu:

Biaya Variabel (Variabel Cost)

Adapun biaya variable yang dikeluarkan petani rumput di Desa Kolese dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata Biaya Variabel Per Musim pada Usaha Budidaya Rumput Laut di Desa Kolese

No Variabel Uraian Rata-Rata

1. Pola Kemitraan Dagang Umum Bibit 1.200.000

Bensin 611.500

Makanan 300.000

Rokok 202.000

Tranportasi Pengangkutan 498.333

Jumlah 2.811.833

2. Pola Kemitraan Patron Klien Bibit 1.500.000

Bensin 473.000

Makanan 300.000

Rokok 198.000

Jumlah 2.471.000

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2022

Berdasarkan Tabel 4 Menunjukan bahwa biaya variable yang digunakan petani rumput laut di Desa Kolese sebesar Rp. 2.811.833 pada pola kemitraan dagang umum, dengan rata-rata pengeluran meliputi biaya bibit sebesar Rp. 1.200.000, biaya bensin sebesar Rp. 611.500, biaya makanan sebesar Rp. 300.000, biaya rokok sebesar Rp. 202.000 dan trasportasi pengangkutan sebesar Rp. 498.333. sedangkan biaya variable pada petani rumput laut yang melakukan pola kemitraan patron klien sebesar Rp. 2.471.000, dengan rata-rata pengeluaran meliputi biaya bibit sebesar Rp. 1.900.000, biaya bensin sebesar Rp. 473.000, biaya makanan sebesar Rp.

300.000 dan biaya rokok sebesar Rp. 198.000.

(7)

Fidar Susilawati jet jal. j e-ISSN: j2809-9850

Biaya Tetap (Fixed Cost)

Adapun biaya tetap yang dikeluarkan petani rumput di Desa Kolese dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata Biaya Tetap Per Bulan pada Usaha Budidaya Rumput Laut di Desa Kolese

No Variabel Uraian Rata-Rata (Rp)

1. Pola Kemitraan Dagang Umum Katinting 54.810

Mesin 125.012

Tali 54.131

Tali Kecil 108.229

Pelampung 34.000

Para-para 11.944

Terpal 13.815

Jumlah 401.940

2. Pola Kemitraan Patron Klien Katinting 214.897

Mesin 183.788

Tali 55.225

Tali Kecil 105.917

Pelampung 27.925

Para-para 19.167

Terpal 28.068

Jumlah 634.987

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2022

Berdasarkan Tabel 5 menunjukan bahwa biaya tetap yang digunakan petani rumput laut di Desa Kolese sebesar Rp. 401.940 pada pola kemitraan dagang umum, dengan rata-rata pengeluran meliputi biaya katinting sebesar Rp. 54.810, biaya mesin sebesar Rp. 125.012, biaya tali sebesar Rp. 198.978, biaya tali kecil sebesar Rp. 108.229, biaya pelampung sebesar Rp. 34.000, para-para sebesar Rp. 11.944 dan biaya terpal sebesar Rp.

13.815. Sedangkan biaya tetap pada petani rumput laut yang melakukan pola kemitraan patron klien sebesar Rp.

634.987, dengan rata-rata pengeluaran meliputi biaya katinting sebesar Rp. 214.897, biaya mesin sebesar Rp.

183.788, biaya tali sebesar Rp. 220.919, biaya tali kecil sebesar Rp. 105.917, biaya pelampung sebesar Rp.

27.925, para-para sebesar Rp. 19.167 dan biaya terpal sebesar Rp. 28.068.

Penerimaan Petani Rumput Laut

Adapun penerimaan petani rumput di Desa Kolese dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rata-rata Penerimaan Per Musim pada Usaha Budidaya Rumput Laut di Desa Kolese

No Variabel Produksi (Kg/Musim) Penerimaan (Rp/Musim)

1. Pola Kemitraan Dagang Umum 512 10.232.850

401 8.635.400

582 10.463.303

Rata-rata 498 9.777.184

2. Pola Kemitraan Patron Klien 685 14.380.000

580 10.640.000

260 4.240.000

Rata-rata 508 9.753.333

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2022

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata penerimaan yang diperoleh petani rumput laut yang melakukan pola kemitraan dagang umum di Desa Kolese sebesar Rp. 9.777.184 dengan jumlah produksi 498 kg.

Sedangkan rata-rata penerimaan yang diperoleh petani rumput laut yang melakukan pola kemitraan patron klien sebesar 9.753.333 dengan jumlah produksi 508 kg.

KESIMPULAN

Pola kemitraan dagang umum dalam saluran pemasaran rumput laut di Desa Kolese Kecamatan Pasikolaga Kabupaten Muna kategori cukup baik, sedangkan pola kemitraan patron klien dalam saluran pemasaran rumput laut kategori baik. Penentuan harga pada kedua pola kemitraan kategori cukup baik.

(8)

Fidar Susilawati jet jal. j e-ISSN: j2809-9850

pendapatan petani yang melakukan pola kemitraan patron klien lebih tinggi dibandingkan dengan petani yang melakukan pola kemitraan dagang umum. Berdasarkan rata-rata pendapatan bersih perbulan pekerja informal pada petanian agricultural Kabupaten Muna, pendapatan petani rumput laut di Desa Kolese tergolong rendah.

REFERENCES

Aprilia, M. (2019). Pengaruh Biaya Produksi Dan Harga Jual Terhadap Pendapatan Petani Menurut Perspektif Ekonomi Islam (Studi Pada Petani Jagung Desa Komering Putih Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah) (Doctoral Dissertation, Uin Raden Intan Lampung).

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Sebuah Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

BPS. 2021. Sulawesi Tenggara dalam Angka 2020. Badan Pusat Statistik. Kendari.

Formuna.wordpress.com. (2019, April 29) Urgensi Kebun Bibit Rumput Laut di Kabupaten Muna.

https://formuna.wordpress.com/2019/04/29/urgensi-kebun-bibit-rumput-laut-di-kabupaten-muna.

Hamid, S. K. (2012). Analisis efisiensi pemasaran rumput laut (Eucheuma cottonii) di Kota Tual Provinsi Maluku. Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan, 5(1), 57-70.

Harisman, K. (2017). Pola Kemitraan Antara Petani Dengan Pt Indofood Fryto-Lay Makmur Pada Usahatani Kentang Industri Varietas Atlantik (Suatu Kasus di Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut). Jurnal Istek, 10(1).

Jafar, Mohammad Hafsah. (2000). Kemitraan usaha: Konsepsi dan Strategi. Jakarta: PT. Pustaka Sinar Harapan.

Kotler dan Keller. 2014. Manajemen Pemasaran di Indonesia : Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Salemba Empat. Jakarta

Kusnadi. (2009). Keberdayaan Nelayan dan Dinamika Ekonomi Pesisir. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta.

Mardia, M., Nurlina, N., Alam, M. C., Sugiarto, M., Amruddin, A., Putra, D. E., ... & Utomo, B. (2021). Manajemen Agribisnis. Yayasan Kita Menulis.

Mursyidi. (2008). Akuntasi Biaya.. Refika Aditama. Bandung.

Masela, A., & Lusnarnera, K. F. G. B. (2022). Analisis Efisiensi Pemasaran Rumput (Eucheuma Cottonii) Di Kabupaten Kepulauan Tanimbar Pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Ilmiah Hospitality, 11(2), 963-974.

Nasution, W. (2017). Pola Kemitraan Antara CV. Lele Indomaju Bersama Dengan Pembudidaya Ikan Lele (Clarias Gariepinus) Dan Potret Kesejahteraan Rumah Tangga Mitra Di Desa Gondanglegi Kulon Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang Jawa Timur (Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya).

Nurwidodo, N., Rahardjanto, A., Husamah, H., Mas' odi, M. O., & Hidayatullah, M. S. (2018). Model pendampingan masyarakat kepulauan berbasis rumput laut (Best practices program IbW-CSR di Kepulauan Sapeken Sumenep).

Perwita, A. D., Darwis, V., & Suhartini, S. H. (2019). Dinamika Kelembagaan Kemitraan Usaha Rantai Pasok Buah Tropika Berorientasi Ekspor.

Porter, ME. 1980. Competitive Strategy Techniques for Analyzing Industrial and Competitors. New York: Free Press.

Radjab, M. (2014). Analisis model tindakan rasional pada proses transformasi komunitas petani rumput laut di Kelurahan Pabiringa Kabupaten Jeneponto. SOCIUS: Jurnal Sosiologi.

Soekartawi. (2002). Analisis Usahatani. Universitas Indonesia: Jakarta.

Soekartawi. (2016). Analisis Usahatani. Universitas Indonesia

Soemarsono. 1990. Peranan Pokok Dalam Menentukan Harga Jual. Jakarta: Rienika Cipta.17.

Sumardjo, dkk. (2010). Teori dan Praktik Kemitraan Agribisnis. Jakarta. Penebar Swadaya.

Referensi

Dokumen terkait

Kendala yang dihadapi Sekar Bumi Farm sebagai inti dalam melaksanakan kemitraan yaitu harga bunga yang sering berubah-ubah yang menjadi masalah yang cukup serius untuk dihadapi,

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pola Kemitraan antara Petani dengan UBH-KPWN dalam Usaha Hutan Rakyat Jati Unggul Nusantara di Desa

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang pola kemitraan yang di jalankan oleh Koperasi Hortikultura Lestari dengan petani cabai

Skripsi berjudul “Efektivitas dan Kepuasan Petani Cabai Merah Besar terhadap Pola Kemitraan dengan Koperasi Hortikultura Lestari di Desa Dukuh Dempok Kecamatan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kontribusi inti terhadap plasma dalam pola kemitraan ayam broiler dan mengetahui profitabilitas plasma dalam pola kemitraan ayam

Pengaruh ekspansi usaha, pola kemitraan, dan komunikasi pemasaran terhadap keberhasilan usaha Salman Agro Farm di Desa Rowosari, Kecamatan Sumber Jambe Kabupaten

Dengan demikian banyak faktor yang menyebabkan terbentuknya hubungan patron-klien antara toke dengan petani sawit pola swadaya seperti disebut di atas, antara lain adalah

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pola Kemitraan antara Petani dengan UBH-KPWN dalam Usaha Hutan Rakyat Jati Unggul Nusantara di Desa