• Tidak ada hasil yang ditemukan

MONITORING STATUS KESEHATAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS MAKKASAU KOTA MAKASSAR DALAM MERANCANG APLIKASI E-RPS (RISK PREGNANCY STATUS) - UMI Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "MONITORING STATUS KESEHATAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS MAKKASAU KOTA MAKASSAR DALAM MERANCANG APLIKASI E-RPS (RISK PREGNANCY STATUS) - UMI Repository"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

64 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Gambaran Geografi

Puskesmas Makkasau terletak di kelurahan Mangkura dengan wilayah kerja meliputi 10 kelurahan dengan luas 3,02 KM2 berupa daratan dan 0,22 KM2 berupa pulau, terletak -5,150136 LS/LU dan 119.417193 BT. Sepuluh kelurahan yang menjadi wilayah kerja Puskesmas Makkasau antara lain Kelurahan Baru, Kelurahan Bulogading, Kelurahan Lae-Lae, Kelurahan Maloku, Kelurahan Losari, Kelurahan Mangkura, Kelurahan Sawerigading, Kelurahan Pisang Selatan, Kelurahan Lajangiru, Kelurahan Pisang Utara.Kecamatan Ujung Pandang mempunyai 37 RW dan 139 RT.

Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Makkasau adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Selat Makasssar b. Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Wajo

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Makassar d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Mariso 2. Gambaran Demografi

Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Makkasau tahun 2021 berjumlah 24.526 jiwa. Terdiri dari laki–laki 11.893 jiwa dan

(2)

perempuan 12.633 jiwa. Adapun jumlah penduduk perkelurahan dapat dilihat pada tabel.

Tabel 5.1

Jumlah kelurahan, Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Laki- laki dan Perempuan Di wilayah Kerja Puskesmas Makkasau

Tahun 2022

No Kelurahan Luas Wilayah (km2)

Penduduk

Jumlah

L P

1. Lae-lae 0,22 932 885 1.817

2. Losari 0,27 590 713 1.303

3. Mangkura 0,37 549 607 1.156

4. Pisang Selatan 0,18 1.760 1.986 3.746

5. Lajangiru 0,20 2.397 2.499 4.896

6. Sawerigading 0,41 583 621 1.204

7. Maloku 0,20 1.052 1.120 2.172

8. Bulugading 0,23 1.161 1.294 2.455

9. Baru 0,21 695 665 1.360

10. Pisang Utara 0,34 2.174 2.243 4.417

Jumlah 2,63 11.893 12.633 24.526

Sumber : Data Primer,2022

3. Visi dan Misi Puskesmas Makkasau a. Visi

Dalam fungsinya sebagai penyelenggara pembangunan kesehatan di wilayah kecamatan Ujung Pandang, Puskesmas

(3)

Makkasau mempunyai Visi; Menjadi puskesmas terdepan dalam memberikan pelayanan yang nyaman, ramah dan mandiri menuju kecamatan Ujung Pandang Sehat. Tercapainya visi ini dinilai dari 4 indikator utama yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata dan derajat kesehatan penduduk kecamatan Ujung Pandang yang setinggi-tingginya.

b. Misi

Untuk mewujudkan visi ini, Puskesmas Makkasau mengusung misi pembangunan kesehatan di wilayah kecamatan Ujung Pandang yang akan memberikan dukungan tercapainya visi pembangunan nasional yaitu:

1) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah

2) Mendorong kemadirian untuk hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Makkasau.

3) Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan.

4) Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.

B. Hasil Penelitian

Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif dan diolah menggunakan SPSS yang mana hasil penelitian dapat dilihat sebagai berikut :

(4)

1. Umur

Tabel 5.2

Distribusi Status Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Kelompok Umur Di Puskesmas Makkasau Kota Makassar

Umur n %

< 20 Tahun 5 4,5

20-35 Tahun 96 87,3

>35 Tahun 9 8,2

Total 110 100

Sumber : Data Primer, 2023

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa jumlah responden terbanyak yaitu responden yang berusia 20-35 tahun sebanyak 96 responden (87,3%) dan yang paling sedikit yaitu responden yang berusia < 20 Tahun sebanyak 5 responden (4,5%).

2. Usia Kehamilan

Tabel 5.3

Distribusi Status Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Usia Kehamilan Di Puskesmas Makkasau Kota Makassar

Usia Kehamilan n %

Trimester Pertama 21 19,1

Trimester Kedua 34 30,9

Trimester Ketiga 55 50,0

Total 110 100

Sumber : Data Primer, 2023

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa usia kehamilan pada saat ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan didominasi oleh ibu hamil yang telah memasuki usia kehamilan trimester ketiga yaitu sebanyak 55 responden (50,0%) dan ibu hamil dengan usia kehamilan pada trimester pertama sebanyak 21 responden (19,1%).

3. Pendidikan

(5)

Tabel 5.4

Distribusi Status Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Pendidikan Di Puskesmas Makkasau Kota Makassar

Pendidikan n %

SD 5 4,5

SMP 16 14,5

SMA 64 58,2

Diploma 4 3,6

Sarjana 21 19,1

Total 110 100

Sumber : Data Primer, 2023

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa pendidikan ibu hamil di puskesmas makkasau yang paling banyak yaitu SMA sebanyak 64 responden (58,2%) dan yang paling sedikit yaitu diploma sebanyak 4 responden (3,6%).

4. Pekerjaan

Tabel 5.5

Distribusi Status Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Pekerjaan Di Puskesmas Makkasau Kota Makassar

Pekerjaan n %

IRT 87 79,1

Wiraswasta 5 4,5

Karyawan Swasta 9 8,2

PNS 2 1,8

Lainnya 7 6,4

Total 110 100

Sumber : Data Primer, 2023

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa pendidikan ibu hamil di puskesmas makkasau yang paling banyak yaitu IRT sebanyak 87 responden (79,1%) dan yang paling sedikit yaitu PNS sebanyak 2 responden (1,8%).

5. Status Kesehatan

(6)

Tabel 5.6

Distribusi Pertanyaan Status Kesehatan Ibu Hamil Di Puskesmas Makkasau Kota Makassar

No Status Kesehatan

Tidak Pernah

Kadang-

Kadang Sering Selalu

n % n % n % n %

1. Saya melakukan pemeriksaan

kehamilan ke petugas kesehatan 0 0 11 10,0 37 33,6 62 56,4 2. Saya mengkonsumsi vitamin

penambah darah (zat besi) 1 0,9 20 18,2 34 30,9 55 50,0 3. Saya melakukan senam ibu hamil 97 88,2 11 10,0 2 1,8 0 0 4.

Saya melakukan kunjungan untuk mendapat informasi dari petugas kesehatan tentang perawatan yang harus dilakukan ibu hamil

29 26,4 34 30,9 17 15,5 30 27,3

5. Saya mengalami depresi 108 98,2 2 1,8 0 0 0 0

6.

Saya mengkonsumsi makanan yang mengandung asam folat. yaitu makanan seperti buah-buahan, sayur-sayuran hijau, kedelai, kacang-kacangan

1 0,9 14 12,7 30 27,3 65 59,1

7.

Saya mengkonsumsi makanan yang mengandung kalsium, seperti susu, dan produk-produk susu, brokoli, bayam.

3 2,7 28 25,5 46 41,8 33 30,0

8.

Saya mengkonsumsi makanan yang mengandung seng/zinc, Seperti suplemen/vitamin, kacang- kacangan, biji-bijian, susu.

2 1,8 31 28,2 42 38,2 35 31,8

9. Saya mengonsumsi makanan yang

mengandung protein 0 0 21 19,1 49 44,5 40 36,4

10.

Saya mengkonsumsi makanan yang mengandung yodium, seperti kentang, susu sapi.

4 3,6 50 45,5 33 30,0 23 20,9 11. Saya merasakan sakit fisik (leher /

punggung, lengan, kaki, dll) 7 6,4 37 33,6 45 40,9 21 19,1 12.

Saya melakukan pemeriksaan tekanan darah ke tenaga kesehatan.

0 0 18 16,4 42 38,2 50 45,5 13. Saya mengalami kegelisahan 47 42,7 45 40,9 13 11,8 5 4,5 14. Saya melakukan pemeriksaan gula

darah ke tenaga kesehatan 1 0,9 58 52,7 38 34,5 13 11,8 15. Saya mengalami susah tidur 20 18,2 43 39,1 36 32,7 11 10,0 16.

Saya melakukan olahraga, seperti jalan kaki, renang, yoga, latihan beban, peregangan.

51 46,4 47 42,7 11 10,0 1 0,9 17. Saya mengalami alergi, seperti

alergi makanan 109 99,1 0 0 1 0,9 0 0

18. Saya menderita flu 36 32,7 52 47,3 22 20,0 0 0

19. Saya mengalami pusing 8 7,3 32 29,1 60 54,5 10 9,1 20. Saya mengalami mual muntah 9 8,2 39 35,5 38 34,5 24 21,8

Sumber : Data Primer, 2023

(7)

Berdasarkan tebal 5.6 menunjukkan bahwa dari 110 responden ibu hamil di puskesmas makkasau yang paling banyak menjawab tidak pernah terdapat pada pertanyaan nomor 17 sebanyak 109 responden (99,1%) dan yang paling sedikit menjawab tidak pernah terdapat pada pertanyaan nomor 1, 9 dan 12 sebanyak 0 responden. Responden yang paling banyak menjawab kadang-kadang terdapat pada pertanyaan nomor 14 sebanyak 58 responden (52,7%) dan yang terendah menjawab kadang-kadang terdapat pada pertanyaan nomor 17 yaitu sebanyak 0 responden. Responden yang paling banyak menjawab sering terdapat pada pertanyaan nomor 19 sebanyak 60 responden (54,5%) dan yang paling sedikit menjawab sering terdapat pada pertanyaan nomor 5 yaitu sebanyak 0 responden.

Dan responden yang paling banyak menjawab selalu terdapat pada pertanyaan nomor 6 sebanyak 65 responden (59,1%) dan yang paling sedikit terdapat pada pertanyaan nomor 3,5,17 dan 18 yaitu sebanyak 0 responden.

Status kesehatan dibagi dalam tiga kategori yaitu buruk, cukup dan baik. Adapun deskriptif untuk ketegori status kesehatan sebagai berikut :

(8)

Tabel 5.7

Distribusi Kategori Status Kesehatan Ibu Hamil Di Puskesmas Makkasau Kota Makassar

Status Kesehatan n %

Buruk 11 10,0

Cukup 89 80,9

Baik 10 9,1

Total 110 100

Sumber : Data Primer, 2023

Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa ibu hamil di puskesmas makkasau yang memiliki status kesehatan buruk sebanyak 11 responden (10,0%), yang berstatus kesehatan cukup sebanyak 89 responden (80,9%) dan yang berstatus kesehatan baik sebanyak 10 responden (9,1%).

6. Paritas

Tabel 5.8

Distribusi Status Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Paritas Di Puskesmas Makkasau Kota Makassar

Jumlah Anak n %

0 42 38,2

1 36 32,7

2 14 12,7

3 12 10,9

4 5 4,5

5 1 0,9

Total 110 100

Sumber : Data Primer, 2023

Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan bahwa jumlah anak ibu hamil di puskesmas makkasau dengan jumlah anak terbanyak yaitu 0 anak sebanyak 42 responden (38,2%) dan jumlah anak yang paling sedikit yaitu 5 anak sebanyak 1 responden (0,9%)

(9)

Tabel 5.9

Distribusi Status Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Kategori Paritas Di Puskesmas Makkasau Kota Makassar

Paritas n %

Aman 26 23,6

Tidak Aman 84 76,4

Total 110 100

Sumber : Data Primer, 2023

Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan bahwa ibu hamil di puskesmas makkasau dengan paritas yang tidak aman sebanyak 84 responden (76,4%) dan yang aman sebanyak 26 responden (23,6%)

7. Jarak kehamilan

Tabel 5.10

Distribusi Status Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Jarak Kehamilan Di Puskesmas Makkasau Kota Makassar

Jarak Kehamilan n %

< 2 Tahun 70 63,6

≥ 2 Tahun 40 36,4

Total 110 100

Sumber : Data Primer, 2023

Berdasarkan tabel 5.10 menunjukkan bahwa ibu hamil di puskesmas makkasau dengan jarak kehamilan < 2 tahun sebanyak 70 responden (63,6%) dan yang memiliki jarak kehamilan ≥ 2 Tahun sebanyak 40 responden (36,4%)

(10)

Tabel 5.11

Distribusi Status Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Kategori Jarak Kehamilan Di Puskesmas Makkasau Kota Makassar

Jarak Kehamilan n %

Berisiko 70 63,6

Tidak Berisiko 40 36,4

Total 110 100

Sumber : Data Primer, 2023

Berdasarkan tabel 5.11 menunjukkan bahwa ibu hamil di puskesmas makkasau dengan jarak kehamilan berisiko sebanyak 70 responden (63,6%) dan yang tidak berisiko sebanyak 40 responden (36,4%)

8. Status Gizi

Tabel 5.10

Distribusi Status Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Status Gizi Di Puskesmas Makkasau Kota Makassar

LILA n %

Normal 78 70,9

Kurang 32 29,1

Total 110 100

Sumber : Data Primer, 2023

Berdasarkan tabel 5.10 menunjukkan bahwa status gizi berdasarkan Lingkar Lengan Atas (LILA) ibu hamil di puskesmas makkasau dengan LILA normal sebanyak 78 ibu hamil (70,9%) dan yang kurang sebanyak 32 ibu hamil (29,1%)

(11)

9. Hipertensi

Tabel 5.11

Distribusi Status Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Tekanan Darah Di Puskesmas Makkasau Kota Makassar

Tekanan Darah n %

Hipertensi 4 3,6

Tidak Hipertensi 106 96,4

Total 110 100

Sumber : Data Primer, 2023

Berdasarkan tabel 5.11 menunjukkan bahwa hampir semua ibu hamil di puskesmas makkasau tidak mengalami hipertensi yaitu sebanyak 106 ibu hamil (96,4%) dan ibu hamil yang mengalami hipertensi sebanyak 4 ibu hamil (3,6%).

10. Anemia

Tabel 5.12

Distribusi Status Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Kadar HB Di Puskesmas Makkasau Kota Makassar

HB n %

Anemia 9 8,2

Tidak Anemia 101 91,8

Total 110 100

Sumber : Data Sekunder, 2023

Berdasarkan tabel 5.12 menunjukkan bahwa hampir seluruh ibu hamil yang memeriksakan kehamilan ke puskesmas makkasau memiliki kadar hemoglonin yang normal (tidak anemia) yaitu sebanyak 101 ibu hamil (91,8%), tetapi ada pula ibu hamil yang memiliki kadar hemoglobin yang rendah (anemia) yaitu sebanyak 9 ibu hamil (8,2%).

(12)

11. Dukungan Keluarga

Tabel 5.13

Distribusi Status Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Pertanyaan Dukungan Keluarga Di Puskesmas

Makkasau Kota Makassar

No. Dukungan Keluarga Ya Tidak Total

n % n % n %

Dukungan Emosional 1. Anggota keluarga mencemaskan

saya apabila saya datang ke Puskesmas sendirian

110 100 0 0 110 100

2. Anggota keluarga merasa ada manfaat bagi saya mengenai pemeriksaan di Puskesmas

110 100 0 0 110 100

Dukungan Informasi 3. Anggota keluarga menginatkan

saya tentang jadwal pemeriksaan kehamilan

106 96,4 4 3,6 110 100

4. Anggota keluarga mengingatkan saya untuk minum obat atau anjuran yang diberikan dari bidan di Puskesmas

100 90,9 10 9,1 110 100

5. Anggota keluarga menanyakan hasil pemeriksaan saya di Puskesmas

110 100 0 0 110 100

Dukungan Instrumental 6. Anggota keluarga mengantarkan

saya ke Puskesmas untuk memeriksakan kehamilan

110 100 0 0 110 100

7. Dari kunjungan pertama sampai sekarang keluarga bersedia mengantar saya memeriksakan kehamilan di Puskesmas

109 99,1 1 0,9 110 100

8. Anggota keluarga mengusahakan dana untuk keperluan kehamilan

110 100 0 0 110 100 Dukungan Penghargaan

9. Anggota Keluarga mengatakan senang apabila saya mengikuti pemeriksaan di Puskesmas

110 100 0 0 110 100

10. Anggota keluarga menunggu saya setiap mengikuti pemeriksaan di Puskesmas

104 94,5 6 5,5 110 100

11. Keluarga turut menjaga

kesehatan saya dan bayi di dalam kandungan

110 100 0 0 110 100

Sumber : Data Primer, 2023

Berdasarkan tabel 5.13 menunjukkan bahwa pada dukungan semosional semua responden menjawab YA sebanyak

(13)

110 ibu hamil (100%), pada dukungan informasi yang paling banyak menjawab YA terdapat pada pertanyaan nomor 5 yaitu sebanyak 110 ibu hamil (100%) dan yang menjawab tidak terdapat pada pertanyaan nomor 4 yaitu sebanyak 10 ibu hamil (9,1%), pada dukungan instrumental yang paling banyak menjawab YA terdapat pada pertanyaan nomor 6 dan 8 yaitu sebanyak 110 ibu hamil (100%) dan yang menjawab tidak terdapat pada pertanyaan nomor 7 yaitu sebanyak 1 ibu hamil (0,9%), pada dukungan penghargaan yang paling banyak menjawab YA terdapat pada pertanyaan nomor 9 dan 11 yaitu sebanyak 110 ibu hamil (100%) dan yang menjawab tidak terdapat pada pertanyaan nomor 10 yaitu sebanyak 6 ibu hamil (5,5%)

Dukungan keluarga dibagi dalam dua kategori yaitu cukup dan kurang. Dalam penelitian ini status kesehatan ibu hamil berdasarkan kategori dukungan keluarga menunjukkan bahwa ibu hamil di puskesmas makkasau mendapatkan dukungan yang cukup dari keluarga yaitu sebanyak 100%

12. Kunjungan ANC

Tabel 5.14

Distribusi Status Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Kunjungan ANC Di Puskesmas Makkasau

Kota Makassar

Kunjungan ANC n %

Memenuhi Standar ANC 47 42,7

Tidak Memenuhi Standar ANC 63 57,3

Total 110 100

Sumber : Data Primer, 2023

(14)

Berdasarkan tabel 5.14 menunjukkan bahwa responden yang tidak memenuhi standar ANC sebanyak 63 responden (57,3%) dan yang memenuhi standar ANC sebanyak 47 responden (42,7%)

C. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status kesehatan ibu hamil di Puskesmas Makkasau Kota Makassar. Variabel yang diteliti yaitu paritas, jarak kehamilan, status gizi, hipertensi, anemia, dukungan keluarga dan kunjungan ANC. Adapun pembahasan hasil analisis data yang telah dilakukan sebagai berikut :

1. Kelompok umur

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 96 ibu hamil (87,3%) memiliki rentan umur diantara 20-35 tahun, dan masih terdapat ibu hamil yang memiliki umur lebih dari 35 tahun dan kurang dari 20 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Arini &

Widiastuti (2021) juga memberikan hasil serupa dimana sebagian besar ibu hamil berumur antara 20-35 tahun. Usia mempunyai pengaruh terhadap kehamilan dan persalinan dan umur sangat menentukan kesehatan seseorang. Kehamilan paling ideal bagi seorang wanita adalah saat berada pada rentang usia 20-35 tahun.

Usia 20-35 tahun merupakan usia yang dianggap aman untuk menjalani proses kehamilan sampai dengan persalinan dan nifas

(15)

sebab pada usia tersebut fungsi alat resproduksi dalam keadaan yang optimal (I. M. Putri & Ismiyatun, 2020)

Ibu dikatakan memiliki risiko tinggi apabila hamil pada usia di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun. Usia di bawah 20 tahun memiliki risiko komplikasi yang erat kaitannya dengan kesehatan reproduksi wanita, sedangkan jika umur ibu di atas 35 tahun, maka ibu hamil memiliki risiko tinggi yang berhubungan dengan adanya kemunduran fungsi alat reproduksi. Faktor usia memegang peranan penting terhadap derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu hamil serta bayi, maka sebaiknya merencanakan kehamilan pada usia antara 20-35 tahun. Hal ini didukung dengan hasil penelitian dari Hipni (2021) yang menyatakan bahwa usia berisiko < 20 dan >35 tahun dapat mempengaruhi status kesehatan ibu hamil menjadi kurang sehat dan ibu yang hamil dengan usia tidak berisiko akan membuat status kesehatan ibu hamil menjadi sehat.

Berkaitan dengan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa usia ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan yaitu pada 20-35 tahun, hal ini disebabkan karna usia tersebut merupakan usia yang ideal dan aman untuk hamil dan mudah untuk mendapatkan kehamilan. Pada usia ini, rahim dan organ-organ tubuh yang lainnya sudah siap untuk menerima kehamilan, siap dalam kondisi mental dan fisik. Sedangkan kelompok usia 20 tahun kebawah rata-rata memiliki fisik dan mental yang belum siap untuk mendapatkan

(16)

kehamilan dimana fisik cenderung masih memerlukan banyak asupan nutrisi. Sementara kelompok usia 35 tahun keatas kemampuan fungsi tubuh tidak optimal dan dapat mengalami berbagai masalah kesehatan.

2. Usia Kehamilan

Usia kehamilan merupakan lamanya kehamilan yang dapat dihitung mulai dari hari pertama haid yang terakhir sampai dengan saat pemeriksaan pada ibu hamil. Usia kehamilan di bagi menjadi 3 trimester. Trimester pertama adalah 1-13 minggu atau 1-3 bulan, trimester kedua dimulai pada minggu ke 14-26 minggu atau 4-6 bulan dan trimester ketiga dimulai pada 27-40 atau 7-9 bulan.

Pada penelitian ini sebagian besar responden memiliki usia kehamilan yaitu 27-40 minggu yang termasuk dalam trimester ketiga yaitu sebesar 55 responden (50,0%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Qomar (2021) yang mengatakan bahwa sebagian besar usia kehamilan ibu adalah trimester III sebanyak 19 ibu hamil (54,3%). Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aksari & Imanah (2022) yang mengatakan bahwa mayoritas usia kehamilan ibu adalah trimester III yaitu sebanyak 264 ibu hamil (45,5%)

Frekuensi kunjungan ibu hamil pada trimester ketiga yang ideal adalah setiap satu minggu sekali mengingat waktu persalinan

(17)

sudah semakin dekat dan untuk dapat mendeteksi kegawatan yang terjadi pada trimester ketiga, namun jika menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014, maka frekuensi pemeriksaan kehamilan pada trimester ketiga yakni sebanyak dua kali kunjungan (Arini & Widiastuti, 2021)

Dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini didominasi oleh ibu hamil pada trimester III karena semakin bertambah usia kehamilan, akan semakin rentan terhadap gangguan kesehatan, seperti sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur, bengkak diwajah dan jari-jari tangan, keluar cairan pervaginam, gerakan janin tidak terasa dan nyeri perut yang hebat, maka dari itu pada usia ini ibu hamil lebih rutin memeriksakan kehamilan untuk persiapan persalinan.

3. Pendidikan

Distribusi pendidikan ibu hamil dalam penelitian ini sebagaian besar berpendidikan SMA yaitu sebanyak 64 responden (58,2%). Pendidikan juga merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat diperlukan untuk pengembangan diri seseorang kearah yang lebih baik dimana semakin tinggi pendidikan seseorang maka seseorang tersebut akan semakin mudah untuk menerima informasi yang diberikan.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Corneles & Losu (2015) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan

(18)

mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang dalam menerima dan memahami informasi. Tingkat pendidikan ibu hamil sangat berperan dalam kualitas perawatan bayinya, maka dari itu informasi yang berhubungan dengan perawatan kehamilan sangat dibutuhkan bagi para ibu khususnya saat kehamilan sedang berlangsung.

Rendahnya pendidikan membuat wanita kurang peduli terhadap kesehatan. Mereka tidak mengenal tanda bahaya atau ancaman kesehatan yang mungkin terjadi terhadap diri mereka, sehingga walaupun sarana yang baik tersedia mereka kurang dapat memanfaatkan secara optimal karena rendahnya pengetahuan yang mereka miliki. Perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan nonformal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu objek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari objek yang diketahui, maka akan menumbuhkan sikap semakin positif terhadap objek tersebut.

Selain itu, orang yang berpendidikan tinggi cenderung memiliki pola pikir yang baik dalam memahami informasi-informasi kesehatan, sehingga orang yang berpendidikan tinggi akan lebih

(19)

sadar dan merasa perlu untuk mencari informasi kesehatan secara mandiri yang penting bagi dirinya saat menghadapi kehamilan dan cenderung akan lebih memilih ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. Teknologi yang berkembang pesat juga memudahkan seseorang untuk mengakses informasi kesehatan, sehingga pendidikan formal tidak lagi menjadi faktor yang utama terkait pengetahuan kesehatan ibu dan anak (Neny & Endang, 2022)

Berkaitan dengan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan sangat penting untuk seorang ibu dan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan ibu terutama dalam hal kesehatan ibu hamil. Ibu dengan pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan lebih baik dalam hal kesehatan khususnya kesehatan ibu. Semakin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi, sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki dan sebaliknya bila pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan. Tingkat pendidikan yang tinggi akan mempermudah seseorang menerima informasi, sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

4. Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas pekerjaan ibu hamil adalah sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 87 responden (79,1%). Hasil penelitian ini sejalan dengan

(20)

penelitian yang dilakukan oleh Purba & Azizah (2019) bahwa sebagian besar ibu hamil bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 56 orang (90,3%). Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulianda & Mustiana (2019) bahwa mayoritas pekerjaan ibu hamil adalah Ibu Rumah Tangga yaitu sebanyak 14 orang (46,7%).

Status pekerjaan akan memudahkan seseorang mendapatkan pelayanan kesehatan. Faktor pekerjaan dapat menjadi faktor ibu dalam melakukan kunjungan ANC dalam melakukan pemanfaatan kesehatan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nova & Ningsih (2022) menyatakan bahwa ibu rumah tangga juga mempengaruhi status kesehatan nya karena ibu rumah tangga banyak menghabiskan waktunya dirumah dan melakukan pekerjaan rumah tangga sehingga menyulitkan bagi ibu tersebut untuk mencari informasi khususnya tentang kehamilannya, sedangkan bagi ibu yang bekerja cukup menyulitkan bagi ibu untuk mengikuti kegiatan seputar kehamilan seperti contoh kelas ibu hamil sehingga ibu bekerja lebih cenderung mencari informasi dari membaca sendiri buku KIA dirumah atau melalui media lain seperti buku kehamilan dan internet.

Ibu hamil sebaiknya menghindari pekerjaan yang dapat menyebabkan dirinya mengalami tekanan fisik. Ibu hamil sebaiknya menghindari melakukan pekerjaan yang dapat menyebabkan

(21)

dirinya merasa sangat lelah dan selama bekerja sebaiknya ibu dapat meluangkan waktu untuk beristirahat dengan cukup. Ibu hamil yang memiliki riwayat penyulit dalam kehamilannya yang mungkin berulang seperti bayi dengan berat badan lahir rendah harus meminimalkan pekerjaan fisiknya. Selama masa kehamilan ibu akan mudah untuk merasa lelah. Istirahat yang cukup sangat baik untuk ibu hamil.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa ibu yang memiliki pekerjaan yang terlalu berat menyebabkan ibu merasa lelah dan asupan gizi yang dikonsumsi juga lebih banyak hal itu dapat berdampak pada status kesehatan kehamilan dan kesehatan janinnya. Maka dari itu ibu hamil sebaiknya mengurangi beban kerja pada saat hamil, tanpa mengurangi produktivitas ibu.

5. Status kesehatan

Dari hasil penelitian dengan 110 responden ibu hamil diperoleh hasil dengan status kesehatan baik sebanyak 10 responden (9,1%), status kesehatan ibu hamil dengan kategori cukup sebanyak 89 responden (80,9%) dan status kesehatan ibu hamil dengan kategori buruk sebanyak 11 responden (10,0%).

Status kesehatan ibu hamil merupakan suatu proses yang membutuhkan perawatan khusus agar kehamilan dapat berlangsung dengan baik, karena kehamilan mengandung unsur kehidupan ibu maupun janin. Kesehatan ibu hamil dapat terwujud

(22)

dengan berperilaku hidup sehat selama kehamilan yaitu merawat kehamilan dengan baik melalui asupan gizi yang baik, memakan tablet zat besi, melakukan senam hamil, perawatan jalan lahir, dan menghindari merokok. Melakukan kunjungan minimal empat kali untuk mendapat informasi dari petugas kesehatan tentang perawatan yang harus dilakukan (Astuti, 2023)

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wardana (2018) bahwa ibu hamil yang berstatus kesehatan baik sebanyak 15 orang, status kesehatan ibu hamil dengan kategori cukup 29 orang, dan status kesehatan ibu hamil dengan kategori buruk sebanyak 6 orang.

Penelitian Ratna (2018) menunjukkan bahwa sebagian besar (53,1%) ibu hamil berstatus cukup sehat dan hampir setegahnya (45,7%) berstatus sehat. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Penelitian Hipni (2021) menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil berstatus kesehatan kurang yaitu sebanyak 57 ibu hamil dan 43 ibu hamil yang berstatus kesehatan baik.

Sehingga disimpulkan bahwa status kesehatan ibu hamil masih tergolong kurang baik karena ibu hamil kurang merawat hamilannya, tidak memenuhi asupan gizinya dengan baik, tidak rutin memeriksakan kehamilan dan hal itu dapat berpengaruh terhadap janin yang di kandungnya, maka dari itu ibu hamil perlu lebih rutin

(23)

memeriksakan kehamilan, memenuhi asupan gizi agar terciptanya status kesehatan yang lebih baik. Karena semakin baik kondisi kesehatan ibu ketika hamil maka keadaan janin yang dikandung juga akan semakin baik.

6. Paritas

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 84 ibu hamil (76,4%) dengan paritas tidak aman dan yang aman sebanyak 26 ibu hamil (23,6%). Paritas adalah keadaan wanita berkaitan dengan jumlah anak yang dilahirkan. Paritas anak kedua dan anak ketiga merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Persalinan pertama atau lebih dari tiga mempunyai dampak buruk terhadap ibu dan janinnya. Ibu yang memiliki paritas 1 mempunyai kekurangsiapan dalam menghadapi persalinan disebabkan ibu belum pernah melahirkan seperti kurang mempersiapkan kondisi fisik maupun psikologis menjelang persalinan sehingga ibu rentan mengalami berbagai komplikasi seperti anemia dan perdarahan. Kurangnya pengalaman pada ibu dengan paritas <2 juga dapat berdampak pada kurangnya ibu dalam menjaga kesehatan kehamilan termasuk dalam menjaga status gizi ibu dan janin yang dikandungnya, sehingga berdampak pada kurangnya berat bayi yang dilahirkan (Hariyani et al., 2019)

Mempunyai anak lebih dari tiga meningkatkan resiko kesehatan ibu hamil dan bersalin sehingga bisa menimbulkan

(24)

komplikasi baik pada ibu maupun bayinya. Paritas > 3 dapat meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan, seperti meningkatnya resiko terjadinya kematian janin didalam kandungan dan perdarahan sebelum dan setelah melahirkan dimana hal tersebut dapat berakibat fatal, sebab wanita yang sudah sering melahirkan dapat berakibat kerusakan pada pembuluh darah dan vaskularisasi dinding uterus akibat persalinan yang lampau, sehingga aliran darah ke plasenta tidak memadai, yang akhirnya dapat menurunkan fungsinya dan mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin (Permatasari et al., 2021)

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Komariah & Nugroho (2020) yang menunjukkan bahwa ada hubungan paritas dengan kejadian komplikasi kehamilan pada ibu hamil. Penelitian Hariyani (2019) menunjukkan bahwa Terdapat hubungan antara paritas dan komplikasi kehamilan dan persalinan.

Penelitian Nova & Ningsih (2022) menyatakan bahwa paritas juga dapat mempengaruhi status kesehatan ibu hamil ketika ibu hamil tersebut sudah memiliki pengalaman hamil sebelumnya maka ibu hamil akan lebih mengerti akan apa yang harus dilakukannya untuk menjaga kehamilannya selama ibu tersebut hamil. Penelitian yang dilakukan oleh Hipni (2021) menyatakan bahwa Paritas atau jumalah anak yang dilahirkan baik

(25)

dalam kategori aman atau tidak aman tidak mempengaruhi status kesehatan ibu hamil.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa ibu hamil dengan paritas tidak aman (1 atau >3) kebanyakan belum mempunyai pengalaman sebelumnya dalam kehamilan dan persalinan, hal ini juga berkaitan dengan kondisi biologis seorang ibu sehingga mempengaruhi status kesehatannya. Paritas yang tinggi akan berdampak pada timbulnya berbagai masalah kesehatan baik bagi maupun bayi yang dilahirkan. Semakin sering ibu hamil dan melahirkan, elastisitas uterus semakin terganggu, akibatnya uterus tidak berkontraksi secara sempurna dan mengakibatkan perdarahan pasca kehamilan dan kelahiran prematur atau BBLR, serta semakin tinggi paritas seorang ibu semakin berisiko mengalami komplikasi kehamilan. Oleh sebab itu ibu yang sedang hamil anak pertama dan lebih dari anak ketiga harus memeriksakan kehamilan sesering mungkin agar tidak beresiko terhadap kematian maternal.

7. Jarak kehamilan

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 70 ibu hamil (63,6%) dengan jarak kehamilan berisiko dan yang tidak berisiko sebanyak 40 ibu hamil (36,4%). Jarak kehamilan adalah waktu sejak kehamilan sebelumnya sampai terjadinya kehamilan berikutnya.

Menurut teori, Jarak kehamilan yang dianjurkan pada ibu hamil yang

(26)

ideal di hitung dari sejak ibu persalinan hingga akan memasuki masa hamil selanjutnya yaitu 2-5 tahun, Hal ini didasarkan karena beberapa pertimbangan yang akan berpengaruh pada ibu dan anak (Tuzzahro, 2021)

Menurut Hariyani (2019) didalam penelitiannya menyatakan bahwa jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang berdekatan (dibawah dua tahun) akan mengalami peningkatan risiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, anemia, ketuban pecah dini, keguguran,bayi lahir belum waktunya, cacat bawaan, tidak optimal tumbuh kembang balita dan dapat melahirkan bayi dengan berat bayi rendah serta waktu/lama menyusui berkurang untuk anak sebelumnya. Sedangkan jarak kehamilan >5 tahun beresiko besar terjadinya preeklamsi dan eklamsi, hal terseburt dikarenakan terjadinya proses degeneratif atau melemahnya kekuatan fungsi-fungsi otot uterus dan otot panggul yang sangat berpengaruh pada proses persalinan apabila terjadi kehamilan lagi.

Kurniawan & Melaniani (2019) menyatakan bahwa Jarak kehamilan memilki hubungan dengan status kehamilan, namun hasil penelitian yang dilakukan oleh Hipni (2021) menyatakan

(27)

bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jarak kehamilan dengan status kesehatan ibu hamil.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu hamil memiliki jarak kehamilan berisiko yaitu <2 tahun. Jarak kehamilan yang terlalu dekat dapat mempengaruhi status kehesahan karenajarak kehamilan <2 tahun alat reproduksi belum kembali pulih sehingga asupan nutrisi kejanin kurang dan akan mempengaruhi perkembangan janin. Untuk itu disarankan kepada ibu hamil mengatur jarak kehamilan yang ideal (minimal 2 tahun) dengan kehamilan sebelumnya agar status kesehatan menjadi lebih baik.

8. Status Gizi

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa sebanyak 32 ibu hamil (29,1%) dengan LILA kurang dan sebanyak 78 ibu hamil (70,9%) yang memiliki LILA normal. Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang di kandung. Status gizi ibu hamil dapat dilihat dari hasil pengukuran terhadap lingkar lengan atas (LILA). Pengukuran LILA bertujuan untuk mendeteksi apakah ibu hamil termasuk kategori kurang energi kronis (KEK) atau tidak. Ibu hamil yang berstatus gizi kurang baik menyebabkan ibu anemia karena tidak mampu memenuhi kebutuhan makanan berupa gizi seimbang sehingga

(28)

dapat berpengaruh terhadap kesehatan ibu selama hamil (Akbarani

& Pritasari, 2020)

Pada penelitian ini status gizi dinilai berdasarkan ukuran lingkar lengan atas (LILA). Di Indonesia batas ambang LILA dengan resiko KEK adalah 23,5 cm. Jika lingkar lengan atas ibu hamil kurang dari 23,5 cm, maka ibu hamil tersebut dikatakan kekurangan energi kronis (KEK). Ibu hamil yang menderita kekurangan energi kronis memiliki risiko kesakitan yang lebih besar terutama pada kehamilan trimester III. Kebutuhan energi sepanjang trimester II dan III terus meningkat sampai akhir kehamilan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Abadi & Putri (2020) menyatakan bahwa pada trimester III kebutuhan ibu hamil akan semakin besar untuk pertumbuhan janin.

Adapun masalah yang dapat ditimbulkan apabila ibu hamil mengalami kekurangan gizi antara lain anemia, perdarahan, persalinan premature, abortus, bayi lahir mati, cacat bawaan, asfiksia intra partum (kematian dalam kandungan) dan lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Berdasarkan hasil penelitian Oktaviani (2021) menyatakan bahwa ada hubungan antara status gizi ibu hamil dengan berat badan lahir rendah artinya ibu yang berstatus gizi KEK saat hamil mempunyai risiko 7,000 kali lebih besar melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan ibu yang saat hamil tidak KEK.

(29)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Dauhan (2014) menyatakan bahwa terdapat 10 ibu hamil dengan gizi kurang mempunyai status kesehatan yang kurang (17,5%) dan menyatakan bahwa gizi mempengaruhi status kesehatan ibu hamil. Hasil penelitian Dhilon (2019) status gizi berhubungan dengan status kesehatan ibu hamil. Ibu hamil yang berstatus gizi kurang baik menyebabkan ibu anemia karena tidak mampu memenuhi kebutuhan makanan berupa gizi seimbang sehingga dapat berpengaruh terhadap kesehatan ibu selama hamil.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hipni (2021) menunjukkan bahwa status gizi tidak ada hubungan yang bermakna terhadap kesehatan ibu hamil. Untuk mencegah resiko KEK pada ibu hamil sebelum kehamilan wanita usia subur sudah harus mempunyai gizi yang baik, misalnya dengan LILA tidak kurang dari 23,5 cm.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa status gizi berdasarkan hasil pengukuran lingkar lengan atas berhubungan dengan status kesehatan ibu hamil disebabkan karena ibu hamil tidak mengkonsumsi makanan yang seimbang yang sesuai dengan kebutuhan tubuh pada wanita hamil. Status gizi kurang selama hamil akan berisiko pada janin yang dikandungnya, melahirkan anak dengan berat badan lahir rendah, dan anak berisiko stunting. Oleh

(30)

karena itu, disarankan bagi wanita untuk memenuhi kebutuhan gizinya dengan mengkonsumsi makanan gizi seimbang.

9. Hipertensi

Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian yang paling sering terjadi selain perdarahan dan infeksi saat kehamilan.

Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar ibu hamil memiliki tekanan darah yang normal (tidak hipertensi) yakni sebesar 106 ibu hamil (96,4%) dan didapatkan 4 ibu hamil (3,6%) yang mengalami hipertensi. Prevalensi hipertensi pada kehamilan di Indonesia yakni sebesar 12,7% dengan persentase hipertensi pada kelompok umur

<18 tahun dan >35 tahun sebesar 24,3%. Hipertensi pada saat hamil akan berdampak pada ibu dan janin. Dengan tingginya tekanan darah maka arus darah akan mengalami gangguan begitu pula pada organ ginjal, hati, otak, rahim dan juga plasenta (Herliana, 2019)

Salah satu faktor yang dapat menyebabkan hipertensi pada kehamilan adalah usia ibu pada saat hamil. Hal ini didukung dengan hasil penelitian dari Marlina (2022), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara usia ibu saat hamil dengan kejadian hipertensi pada kehamilan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Naibaho (2021), menyatakan bahwa faktor penyebab hipertensi pada ibu hamil antara lain umur ibu hamil, riwayat hipertensi, status gizi dan paritas. Hal ini sejalan dengan teori yang

(31)

dipaparkan oleh Annisa (2022) bahwa semakin bertambahnya umur, berisiko meningkatkan kejadian hipertensi. Umur > 40 tahun berisiko mengalami hipertensi dikarenakan adanya perubahan alamiah dalam tubuh yang mempengaruhi elastisitas pembuluh darah berkurang dan penurunan daya tahan tubuh, semakin bertambahnya umur karena proses penuaan yang menyebabkan seseorang rentan terhadap penyakit dan risiko hipertensi semakin tinggi ketika masuk umur lanjut atau lansia.

Menurut Latipah & Wahyuni (2022) dalam penelitiannya menyatakan bahwa Hipertensi dalam kehamilan dapat menyebabkan BBLR, keguguran, persalinan prematur, gagal organ, kosgulasi intravaskuler hingga kematian. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Agustin et al (2020) menyatakan bahwa tekanan darah pada ibu hamil dapat mempengaruhi tingkat kecemasan yang berhubungan dengan status kesehatan ibu.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa hipertensi dapat menyebabkan status kesehatan ibu tidak baik, karena hipertensi pada wanita hamil dapat mempengaruhi beberapa hal seperti aliran darah ke plasenta berkurang, pertumbuhan janin terhambat hingga bayi meninggal dalam kandungan, dan masih adanya ibu hamil yang hipertensi karena tidak menerapkan pola hidup yang sehat. Untuk itu ibu hamil harus memperhatikan pola hidupnya agar tidak menderita hipertensi selama kehamilannya.

(32)

10. Anemia

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data bahwa 9 ibu hamil (8,2%) mengalami anemia dengan kadar hemoglonin kurang dari 11 gr/dl. Anemia ibu hamil merupakan kondisi ibu dimana kadar hemoglobin di bawah 11 gr/dl. Penyebab anemia adalah kurang gizi, kurang zat besi dalam darah dan kurangnya nutrisi. Selain itu anemia pada Ibu Hamil juga disebabkan oleh beberapa faktor yaitu status gizi, paritas, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, usia Ibu yang tinggi juga akan memicu terjadinya anemia pada Ibu Hami. Di Indonesia prevalensi anemia pada kehamilan masih tinggi.

Tingginya prevalensi anemia pada ibu hamil merupakan masalah yang tengah dihadapi oleh pemerintah Indonesia. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sjahriani & Faridah (2019) mendapatkan sebanyak 53,1% ibu hamil yang mengalami anemia. Sedangkan ibu hamil yang tidak mengalami anemia disebabkan oleh kondisi tubuh yang sudah siap menerima kehadiran calon buah hati, tidak hanya kondisi tubuh seperti rahim dan alat reproduksi lainnya.

Pada umumnya penyebab paling sering terjadinya anemia pada kehamilan adalah defisiensi zat besi. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sulaiman (2022) menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara defisiensi zat besi terhadap kejadian anemia pada ibu hamil.

(33)

Anemia memberikan pengaruh yang kurang baik bagi ibu maupun janin karena akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Selain itu anemia juga berdampak pada kelahiran yang prematur, penyakit infeksi dan kematian pada ibu dan janinnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Amini (2018) menyatakan bahwa kekurangan kadar hemoglobin akan berdampak pada komplikasi yang lebih serius dalam kehamilan, persalinan dan nifas sehingga menyebabkan abortus, partus, kelahiran prematur, BBLR yang lebih rendah, pendarahan post partum dan terjadinya infeksi intrapartum maupun post partum.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa anemia dapat menyebabkan kehamilan ibu memiliki risiko yang tidak baik untuk janin seperti abortus, perdarahan antepartum, dan ketuban pecah dini. Adapun risiko yang terjadi apabila ibu mengalami anemia, seperti ibu merasa pusing, wajah nampak pucat, mual dan muntah yang disebabkan oleh kekurangnya asupan nutrisi untuk ibu dan janin. Sementara itu anemia terhadap janin dapat menyebabkan terjadinya kematian janin intrauterin, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal. Oleh karena itu, disarankan untuk ibu hamil menjaga kesehatannya pada masa kehamilan dengan memenuhi nutrisi dan zat besi yang dibutuhkan selama masa kehamilan agar tidak mengalami kejadian anemia dalam kehamilan.

(34)

11. Dukungan keluarga

Dukungan keluarga adalah suatu sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya. Pada umumnya keluarga yang mengharapkan dan mendukung kehamilan akan memperlihatkan dan memberikan dukungan pada semua sisi, dengan dukungan tersebut akan meningkatkan kepercayaan diri, serta ibu akan lebih menerima kehamilannya, dukungan yang diberikan dapat berupa dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi maupun dukungan penghargaan.

Hal ini berarti bahwa keluarga harus mencari informasi dan memberikan informasi tersebut kepada ibu. Keluarga juga perlu memberikan dukungan penghargaan pada ibu meliputi memberikan rasa aman dan lingkungan yang kondusif. Keluarga perlu meningkatkan dukungan emosional pada ibu yaitu dengan memberikan support/semangat melalui kalimat pujian atau kata- kata. Selain itu keluarga juga harus memberikan dukungan instrumental yaitu bantuan fisik kebutuhan Ibu. Dalam penelitian ini ibu hamil mendapatkan dukungan yang berbeda-beda dari masing- masing bentuk dukungan.

Berdasarkan hasil penelitian dukungan keluarga yang ibu hamil dapatkan adalah cukup mendukung yaitu sebesar 100% dan bentuk dukungan yang memiliki presentasi tertinggi adalah dukungan emosional dimana dukungan ini berupa anggota keluarga

(35)

cemas apabila datang ke Puskesmas sendirian dan anggota keluarga merasa ada manfaat mengenai pemeriksaan di Puskesmas. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyana (2017) menyatakan bahwa bentuk dukungan keluarga ibu hamil yang paling banyak adalah dukungan emosional seperti mendo’akan dan motivasi yang terus menerus diberikan oleh keluarga yang sangat memperhatikan kehamilannya dan dukungan emosi dari anggota keluarga merupakan faktor penting dalam mencapai keberhasilan perkembangan kehamilan.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ike et al (2021) yang menyatakan bahwa dukungan keluarga yang ibu hamil dapatkan yang terbanyak adalah dukungan instrumental, dimana dukungan ini berupa anggota keluarga bersedia mengantarkan ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan di puskesmas serta mengusahakan dana untuk keperluan kehamilan.

Penelitian Marcer menyatakan salah satu dari enam factor yang berhubungan dengan status kesehatan ibu adalah peran keluarga. Dukungan keluarga yang ditunjukkan memberikan efek yang bermanfaat bagi kesehatan fisik dan mental pada wanita hamil.

Dukungan keluarga sangat mendukung dalam pembentukan perilaku kesehatan ibu karena ibu hamil akan mengara pada apa yang disarankan oleh keluarga terutama suaminya, sehingga

(36)

dorongan sosial keluarga menjadi faktor yang besar hubungannya dengan keikutsertaan ibu dalam mengikuti kegiatan apapun.

Keterlibatan keluarga sejak awal masa kehamilan akan mempermudah dan meringankan ibu dalam menjalani kehamilannya (Febriati & Zakiyah, 2022)

Dampak dukungan keluarga dapat membuat kehamilan yang baik, seperti ibu melahirkan bayi dengan berat badan ideal dan mencegah kelahiran prematur, serta meningkatkan kualitas hidup ibu. Dibandingkan dengan ibu hamil yang mendapat dukungan keluarga yang kurang, ibu hamil yang kurang mendapat dukungan keluarga lebih mungkin mengalami gejala depresi antenatal, dan akibatnya dapat melahirkan bayi yang premature (Putri & Hastutik, 2022)

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa dukungan dari keluarga berperan sangat besar dalam menentukan status kesehatan ibu. Keterlibatan anggota keluarga atau orang terdekat terutama pasangan/suami dapat membantu terjadinya perubahan untuk berperilaku dan juga meningkatkan kesadaran untuk berubah ke arah hidup sehat serta peran aktif keluarga untuk memberikan dukungan pada ibu yang sedang hamil berpengaruh terhadap kepedulian ibu atas kesehatan diri dan janinnya. Ibu hamil akan merasa lebih percaya diri, bahagia dan siap dalam menjalani proses kehamilan, persalinan, dan masa nifas.

(37)

12. Kunjungan ANC

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 57,3% responden yang tidak memenuhi standar ANC dan 42,7% responden yang memenuhi standar ANC. Antenatal care merupakan suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi, dan pelayanan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan agar saat pemeriksaan kehamilan bisa mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberian ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar. Dengan tujuan untuk memenuhi hak setap ibu hamil memproleh pelayanan kesehatan yang berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang berkualitas (Risa & Wayan, 2022)

Menurut WHO dan Depkes RI 2015, kunjungan ANC sebaiknya dilakukan 4 kali selama kehamilan yaitu satu kali pada trimester pertama (K1) dengan usia kehamilan 1–12 minggu untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan, perencanaan persalianan dan pelayanan kesehatan. Satu kali pada trimester kedua (K2) dengan usia kehamilan 13 – 24 minggu untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar selama satu periode berlangsung dan dua kali pada trimester ketiga (K3 & K4) dengan

(38)

usia kehamilan >24 minggu untuk memantapkan rencana persalinan dan mengenali tanda–tanda persalinan. Kunjungan antenatal bisa lebih dari 4 kali sesuai kebutuhan dan jika ada keluhan, penyakit dan gangguan kehamilan (Fatkhiyah et al., 2020) Berdasarkan hasil penelitian Hipni et al (2021) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara frekuensi ANC terhadap status kesehatan ibu hamil dimana frekuensi anc yang teratur minimal 4 kali selama hamil yang dapat mendeteksi dan mencegah terjadi anemia pada kehamilan. Menurut Dolang (2020) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pemeriksaan ANC pada ibu hamil dapat mempengaruhi status kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya, terutama berpengaruh terhadap penurunan kejadian kehamilan beresiko tinggi. Pemeriksaan ANC secara rutin mampu membantu menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin rutin ibu hamil melakukan kunjungan ANC maka cenderung akan menghasilkan status kesehatan yang lebih baik, karena melakukan pemeriksaan dapat membantu ibu terhindar dari suatu masalah atau penyakit penyerta kehamilan serta dapat menambah pengetahuan ibu. Sehingga ibu dan janin sehat sampai melahirkan.

D. Perancangan Aplikasi E-RPS (Risk Pregancy Status)

Perancangan Aplikasi E-RPS (Risk Pregancy Status) menggunakan metode waterfall dengan tahapan requirement, analysis,

(39)

design, implementation dan testing. Pelaksanaan keseluruhan prosedur pengembangan penelitian ini secara rinci dapat dilihat sebagai berikut:

1. Requirement

Pada tahapan requirement yang dilakukan yaitu mengumpulkan informasi menggunakan kuesioner terkait aplikasi yang akan di rancang. Berdasarkan data yang diperoleh dari ibu hamil di puskesmas makkasau didapatkan bahwa responden yang membutuhkan aplikasi sebanyak 108 responden (98,2%) dan yang tidak membutuhkan sebanyak 2 responden (1,8%). Dari data yang di peroleh dapat disimpulkan bahwa ibu hamil membutuhkan adanya aplikasi E-Risk Pregnancy Status

2. Analysis

Setelah melakukan pengumpulan data dengan ibu hamil selanjutnya dilakukan analisa mengenai fitur apa saja yang dibutuhkan dalam aplikasi. Peneliti juga melakukan analisa mengenai data-data apa saja yang dibutuhkan dalam sistem. Data tersebut kemudian di masukan kedalam database dan selanjutnya diolah menggunakan bahasa pemroraman untuk ditampilkan dan dilihat oleh petugas kesehatan dan ibu hamil secara mudah dan terperinci.

(40)

3. Design

Pada tahap ini dilakukan perancangan dan pembuatan desain tampilan sistem. Adapun bentuk tampilan sistem yaitu sebagai berikut :

a) Tampilan Splash Screen

Splash Screen merupakan tampilan awal sebelum aplikasi terbuka. Tampilan splash screen dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 5.1

Tampilan Splash Screen b) Tampilan Login

Halaman Login merupakan halaman yang muncul setelah splash screen. Tampilan login dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 5.2 Tampilan Login

(41)

c) Tampilan beranda

Perancangan menu beranda merupakan halaman menu pertama kali muncul setelah login. Halaman beranda ini terdiri dari info kehamilan, cek status kesehatan, skrining dan konsultasi. Rancangan tampilan beranda sebagai berikut:

Gambar 5.3 Tampilan beranda 4. Implemetation

Pada tahap ini dilakukan pembangun sistem aplikasi sesuai dengan perancangan sistem yang telah dilakukan sebelumnya.

Pembangunan sistem sesuai dengan hasil perancangan yang sudah dibuat kedalam bentuk kode program.Berikut hasil kode program pada halaman home, skrining dan info kehamilan :

Gambar 5.4

Codingan Halaman Home

(42)

Gambar 5.4 merupakan potongan kode program halaman home pada aplikasi E-RPS setelah melakukan login yang terdiri dari fitur skrining, info kehamilan, status kesehatan dan konsultasi.

Gambar 5.5

Codingan Halaman Skrining

Gambar 5.5 merupakan potongan kode program halaman skrining pada aplikasi E-RPS. Pada halaman codingan ini menampilkan fitur berupa 22 pertanyaan skrining untuk mendeteksi kehamilan yang berisiko.

Gambar 5.6

Codingan Halaman Info Kehamilan

(43)

Gamber 5.6 merupakan potongan kode program halaman info kehamilan pada aplikasi E-RPS. Pada halaman codingan ini terdapat informasi berupa tanda bahaya kehamilan, faktor risiko kehamilan dengan risiko tinggi, bahaya kehamilan risiko tinggi dan pencengan kehamilan risiko tinggi.

5. Testing

Tahap ini merupakan tahap dimana akan dilakukan sebuah pengujian terhadap sistem yang telah dibangun. Adapun pengujian sistem yang dilakukan ialah dengan menggunakan metode pengujian sistem berupa blackbox testing.

Pengujian blackbox (blackbox testing) adalah salah satu metode pengujian yang berfokus pada sisi fungsionalitas. Tahap pengujian atau testing merupakan salah satu tahap yang harus ada dalam sebuah siklus pengembangan sistem (selain tahap perancangan atau desain). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah sistem sudah berjalan dengan baik atau tidak yang dimana pengujian pada sistem yang dirancang ini melibatkan beberapa responden selaku aktor yang terlibat di dalam sistem.

Berikut pengujian sistem dengan metode blackbox testing yang dilakukan pada seluruh tampilan aplikasi yang disajikan kedalam tabel-tabel pengujian sesuai fitur-fitur dalam aplikasi.

(44)

Tabel 5.15

Blacbox Testing Aplikasi E-RPS

No Item Hasil pengujian Hasil uji coba 1 Halaman

Login

User berhasil masuk ke

aplikasi Berhasil

2 Halaman Skrining risiko

Sistem berhasil

menampilkan kuesioner skirining

Berhasil

3 Halaman info kehamilan

Sistem berhasil menampilkan info

kehamilan sepeti bahaya kehamilan risiko tinggi dll

Berhasil

4

Halaman Status kesehatan

Sistem berhasil

manampilkan data-data status kehamilan

Berhasil 5. Halaman

Konsultasi

Sistem berhasil

menampilkan fitur chat Berhasil Berdasarkan tabel 5.15 menunjukkan bahwa seluruh fitur yang ada pada aplikasi E-RPS (Risk Pregnancy Status) bekerja dengan baik sesuai dengan apa yang diinginkan.

Setelah dilakukan uji coba kepada responden didapatkan beberapa ulasan yaitu : aplikasi Risk Pregnancy Status sangat bermanfaat untuk para ibu hamil karna dapat berkomunikasi dengan bidan tentang keluhan, hasil pemeriksaan dan informasi tentang kehamilan dan tampilan aplikasinya yang sederhana sehingga mudah dipahami dalam penggunaannya. Namun aplikasi Risk Pregnancy Status ini masih terdapat beberapa kekurangan yaitu tidak adanya fitur progres untuk mengetahui status kesehatan tiap bulannya dan pada fitur info kehamilan menyediakan lebih banyak informasi berupa tulisan-tulisan daripada vidio penjelasan.

(45)

6. Langkah-langkah Penggunaan Aplikasi E-RPS (Risk Pregnancy Status)

a) Pertama-tama pengguna masuk melalui website dengan menggunakan link https://www.e-riskpragnancystatus.online/

b) Kemudian dengan memasukkan link maka akan mengantarkan pengguna ke halaman beranda

c) Kemudian bagi pengguna yang belum mempunyai akun, diharapkan untuk melakukan pendaftaran dengan mengklik daftar pada pojok kanan atas, kemudian pengguna resgister dengan memasukkan nama lengkap, email, dan password.

d) Setelah pengguna login maka akan muncul pada fitur Home yang berisikan Informasi, Skrining, Cek Kehamilan dan Konsultasi

e) Jika pengguna ingin melakukan skiring dan cek kesehatan masukkan email dan pasword yang telah dibuat setelah itu pengguna dapat mengisi pertanyaan-pertanyaan skrining dan cek kesehatan setelah itu akan muncul hasil apakah kesehatan pengguna baik atau buruk dan apakah pengguna termasuk pada kehamilan risiko rendah, tinggi ataupun sangat tinggi.

(46)

E. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti adalah :

1. Pengambilan sampel ibu hamil di Puskesmas Makkasau Kota Makassar tidak dapat dilakukan setiap hari dan keterbatasan waktu dalam pengambilan sampel menyebabkan peneliti merasa kurang cepat dalam menyelesaikan pengambilan sampel

2. Keterbatasan dalam merancang desain aplikasi menggunakan coding yang mengharuskan peneliti bekerja sama dengan mahasiswa IT untuk menyelesaikan desain website aplikasi.

3. Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membuat rancangan, dan perancangan aplikasi ini bersifat online sehingga hanya bisa di akses menggunakan koneksi internet serta terkadang terjadi masalah sistem saat mengakses website.

Gambar

Gambar 5.3  Tampilan beranda  4.  Implemetation
Gambar 5.4 merupakan potongan kode program halaman  home pada aplikasi E-RPS setelah melakukan login yang terdiri dari  fitur skrining, info kehamilan, status kesehatan dan konsultasi

Referensi

Dokumen terkait