• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR UJI KARAKTERISTIK BRIKET TATAL KARET DENGAN PARAMETER (KADAR KARBON, KADAR AIR, DAN NILAI KALOR)

N/A
N/A
Widia Anggraini

Academic year: 2023

Membagikan "TUGAS AKHIR UJI KARAKTERISTIK BRIKET TATAL KARET DENGAN PARAMETER (KADAR KARBON, KADAR AIR, DAN NILAI KALOR) "

Copied!
70
0
0

Teks penuh

Terima kasih kepada rekan-rekan DPM UII atas doanya, khususnya kepada Sekjen DPM UII, terima kasih atas pengertiannya untuk dapat memberikan izin untuk fokus pada pengerjaan tugas akhir ini. Kepada ibu, terima kasih banyak atas motivasi ibu selama ini dan juga kesediaan ibu meminjamkan kamar untuk persiapan tugas akhir ini.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ada beberapa sumber energi alternatif terbarukan, termasuk biomassa atau bahan sampah organik. Oleh karena itu perlu adanya penelitian mengenai biomassa atau briket, dimana bahan dasar yang digunakan adalah limbah tar hasil pencucian dan pengendapan karet.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Batasan Masalah

Manfaat Penelitian

Meningkatkan pengetahuan para peneliti dan meningkatkan masukan pengetahuan kepada perguruan tinggi mengenai kandungan karbon, kadar air dan nilai kalor pada briket.

Penelitian Briket

Setiawan Y (2010) meneliti karakteristik arang sampah organik dan anorganik hasil pirolisis, dari hasil penelitian diperoleh nilai kalor awal bambu 4.001.564 kal/gr, daun 4.189.169 kal/gr, kemasan plastik 8.326.184 kal /gr, setelah dilakukan pirolisis bahan penghasil arang, nilai kalor bambu sebesar 6.215.405 kal/gr, daun 3.982.392 kal/gr, dan kemasan plastik 5.649.980 kal/gr. Pirolisis pada daun dan bahan pengemas justru menurunkan nilai kalor, hal ini mungkin disebabkan oleh abu yang terjadi pada saat pirolisis sehingga arang yang dihasilkan lebih banyak mengandung abu dibandingkan karbon padat.

Energi

  • Energi terbarukan
  • Keuntungan Energi terbarukan

Sumber energi terbarukan adalah sumber energi yang produksinya akan konstan dalam kurun waktu jutaan tahun. Teknologi energi terbarukan bersifat fleksibel dan modular, sehingga dapat dipasang dan dioperasikan dengan relatif cepat.

Tatal

Biomassa

Selain memperhatikan faktor internal, biofuel yang dihasilkan juga harus memperhatikan faktor eksternal, seperti persaingan global yang memerlukan teknologi yang dapat meningkatkan nilai tambah dan kualitas produk (Hendra dan Darmawan 2000).

Briket Bioarang

Menurut Widarto dan Suryanta (1995), briket yang berasal dari bioarang mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan yaitu. Bentuk dan ukurannya seragam karena briket bioarang dibuat dengan menggunakan printer khusus yang bentuk dan ukurannya bisa disesuaikan dengan keinginan kita. Tampilannya lebih menarik karena bentuk dan ukurannya bisa dibuat sesuai keinginan kita dan kemasannya juga lebih mudah.

Tabel 2.3 Standarisai Briket
Tabel 2.3 Standarisai Briket

Kualitas Briket

  • Kadar Karbon
  • Kadar Air
  • Nilai Kalor
  • Kadar Abu

Nilai kalor, yang dinyatakan sebagai nilai kalor, merupakan parameter penting batubara termal (Lubis, 2008). Menurut Sinurat (2011), nilai kalor adalah jumlah panas yang diperoleh dari pembakaran sejumlah bahan bakar dalam suatu asam. Kadar abu briket arang dipengaruhi oleh kadar abu, silika, bahan baku serbuk dan lem yang digunakan.

Semakin tinggi kadar abu maka semakin buruk kualitas briket tersebut, karena kadar abu yang tinggi dapat menurunkan nilai kalor briket arang (Afianto, 1994 dalam Lubis, 2008). Semakin banyak zat yang mudah menguap dalam biobriket, semakin mudah terbakar dan terbakar.

Sifat Briket Arang yang Baik

Salah satu unsur utama komposisi abu ialah silika dan pengaruhnya tidak baik terhadap nilai unsur utama arang silicified.

Proses Pengarangan

Reaksi eksoemik terjadi di mana dekomposisi intensif terjadi dalam larutan parolignat gas kayu dan sedikit tar. Asam perolignat merupakan asam organik yang memiliki titik didih rendah seperti cuka dan metanol, sedangkan gas kayu terdiri dari CO2 dan CO c. Terjadi penguraian lignin sehingga menghasilkan tar lebih banyak sedangkan larutan perolignat berkurang gas CO2 berkurang sedangkan CO, CH4 dan H2 meningkat.

Tingginya kandungan kalori pada suatu biobriket pada saat proses pembakaran biobriket akan mempengaruhi tercapainya temperatur yang tinggi pada biobriket tersebut, namun temperatur optimal tersebut dapat dicapai dalam jangka waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, biobriket dengan berat jenis yang tinggi memiliki kecepatan pembakaran yang lebih lama dan nilai kalor yang lebih tinggi dibandingkan dengan biobriket dengan berat jenis yang lebih rendah. Apabila menggunakan biobriket untuk kebutuhan sehari-hari, sebaiknya gunakan biobriket dengan tingkat kontaminasi paling rendah dan paling cepat mencapai suhu maksimum.

Dengan kata lain, briket yang baik untuk keperluan rumah tangga adalah briket yang rendah kontaminan, cepat mencapai suhu puncak, dan mudah terbakar jika tersulut.

Bahan Perekat

Lem aci memang murah, namun produk jadinya sering berjamur sehingga terkesan kualitas briket yang dihasilkan buruk. Lem jenis ini merupakan lem yang harganya paling murah, karena tanah liat hanya dicampur dengan air lalu diaduk. Proses pembuatan lem ini adalah dengan memanaskan getah pinus terlebih dahulu kemudian mencampurkannya dengan bubuk arang untuk dijadikan briket.

Namun biaya produksinya mahal, asap yang dihasilkan cukup besar dan mengeluarkan bau yang menyengat hidung. Lem ini merupakan lem produksi pabrik yang memiliki daya rekat kuat, namun harganya sangat mahal sehingga jarang digunakan.

Lokasi Penelitian

Alat dan bahan a. Alat

Jenis Data

Tahap Penelitian

Proses pembuatan briket

Bahan baku briket arang terlebih dahulu menggunakan proses pirolisis, berat awal rubber mat pada saat pirolisis adalah 2,5 kg pada suhu 5000C, karena dengan menggunakan suhu 5000C pada saat pirolisis akan menghasilkan arang yang sempurna. Rendemen arang yang diperoleh setelah dilakukan pirolisis bahan baku sebesar 1226,9 gram, terjadi penurunan berat setelah dilakukan produksi arang pada proses pirolisis. Arang yang diperoleh dari hasil pirolisis kemudian dihancurkan secara manual menggunakan alat lumping dan alu, sehingga memudahkan dalam pembuatan briket dan memperoleh butiran arang.

Proses pengayakan dilakukan untuk mendapatkan butiran arang yang sama, dalam hal ini alangkah baiknya dibuat briket dengan ukuran butiran yang sama agar tidak ada arang yang mempunyai butiran terlalu besar. ukuran 35 sampah. Pembriketan ini dilakukan dengan bantuan alat bertekanan di laboratorium dengan diameter pipa 23hl dan tekanan yang diperlukan dalam proses pembriketan sebesar 75 gr/cm.

Gambar 3.3 pirolisis
Gambar 3.3 pirolisis

Parameter yang diuji

Umum

UJI PROKSIMAT

Hasil pengujian menunjukkan nilai kadar air pada lem sangat besar, hal ini dipengaruhi oleh bahan lem yang digunakan yaitu ampas koran yang masih banyak menyerap air pada saat proses pembuatan pulp koran, dan proses pengeringannya yang tidak terlalu banyak. optimalnya, pengeringan ampas koran berlangsung dalam 1 hari. Tingginya kadar air pada pulp karan disebabkan oleh bahan perekat berupa kertas koran dan daya serap air yang banyak serta proses pengeringan yang dilakukan tidak mampu mengeringkan air secara maksimal sehingga berdampak pada rendahnya kalori. nilai pulp koran.

Rendemen Tatal

Hasil penggilingan ini untuk mengetahui hasil proses pirolisis bahan baku dan mengetahui berapa banyak bahan baku yang menjadi arang setelah proses pirolisis. Dari hasil rendemen yang dilakukan pada roll tersebut, masih terlihat bahwa persentase rendemen yang diperoleh dari roll tersebut masih tinggi yaitu sebesar 49,07% Pengaruh tingginya rendemen tersebut disebabkan oleh rendahnya kepadatan bahan baku. Hal ini sejalan dengan penelitian Bahri (2007) yang menyatakan bahwa kayu dengan berat jenis yang tinggi paling baik untuk memperoleh arang dengan kadar yang tinggi, sedangkan kayu dengan berat jenis dan kepadatan yang rendah akan menghasilkan rendemen dan kualitas yang juga rendah.

Rendahnya kualitas arang dipengaruhi oleh proses pirolisis yang tidak sempurna, dimana masih banyak bahan organik atau bahan baku yang belum terbakar sempurna. Oleh karena itu, hal ini mempengaruhi kadar air, nilai kalor dan parameter briket lainnya.

Tabel 4.3 Hasil Rendemen Tatal  NO  Berat bahan baku
Tabel 4.3 Hasil Rendemen Tatal NO Berat bahan baku

Briket Tatal

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap briket dengan parameter kadar karbon, kadar air dan nilai kalor dengan mencampurkan perekat pulp koran dengan variasi perekat yang berbeda-beda, maka penambahan perekat pada proses briket akan meningkatkan nilai kadar karbon, kadar air dan kalor. nilai dalam briket. .

Briket Tatal

Kadar karbon Terikat

Karbon tetap adalah fraksi karbon (C) yang terikat pada arang, selain fraksi air, uap, dan abu. Kandungan karbon terikat akan tinggi jika kadar abu dan kandungan zat mudah menguap pada briket arang rendah. Menurut Bahri (2007), kandungan karbon terikat mempengaruhi nilai pembakaran briket arang, Nilai kalor briket arang tinggi apabila nilai karbon terikatnya juga tinggi.

Pada penelitian ini sejalan dengan pengaruh nilai kalor dimana hasil nilai kalor tertinggi sebesar 3286,76 kal/gr perlakuan 1:7, sedangkan nilai kadar karbon terikat sebesar 42,59%. Menurut Penelitian dan Industri Hasil Hutan, Sugiri (1981) dalam Bahri (2007), menyatakan bahwa briket arang yang baik minimal mengandung 75% kandungan karbon terikat.

Tabel 4.8  Kadar Karbon Terikat  N
Tabel 4.8 Kadar Karbon Terikat N

Nilai kalor

Menurut penelitian ini, kadar abu yang tinggi berkontribusi terhadap penurunan nilai kalor. Rendahnya nilai kalor yang dicapai briket tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh kadar air dan kandungan karbon terikat, tetapi juga kadar abu. Nilai kalor briket arang juga dipengaruhi oleh jenis bahan baku yang digunakan untuk membuat briket arang.

Nilai kalori yang dihasilkan pada gulungan ini masih jauh dari penelitian yang dilakukan oleh Onu F dkk. Nilai kalor briket arang dipengaruhi oleh jenis bahan baku yang digunakan untuk membuat briket arang (Onu F dkk, 2010).

Tabel 4.9 Uji awal nilai kalor
Tabel 4.9 Uji awal nilai kalor

Kelayakan Briket Tatal Untuk Bahan Bakar

Analisis Lingkungan

Analisis Ekonomi

  • Perhitungan biaya
  • Perhitungan Laba-Rugi
  • Analisa Kelayakan Usaha

Dari hasil perhitungan di atas diketahui bahwa untuk setiap satuan modal ditempatkan akan tercipta pendapatan sebesar 4,05 kali lipat. Dari analisa keekonomian yang dilakukan, proses pembuatan briket dari bahan baku tatal (limbah karet) layak untuk diproduksi, namun dilihat dari hasil yang diperoleh pada penelitian ini untuk briket tatal dalam pemasarannya tidak akan mampu bersaing dengan briket tatal. briket lainnya seperti briket dari batok kelapa, bambu, tempurung pala, sisa kelapa sawit karena masih terdapat kekurangan terhadap briket tersebut.

Tabel 4.11 Biaya Tetap
Tabel 4.11 Biaya Tetap

Kesimpulan

Saran

Pemanfaatan limbah industri pengolahan kayu untuk pembuatan briket arang guna mengurangi pencemaran lingkungan di Nangroe Aceh Darussalam. Transformasi cangkang kelapa sawit dari mikropar ke mesopary terhadap nilai kalor briket arang cangkang kelapa sawit. Pengukuran Nilai Kalor Bahan Bakar Briket Arang Kombinasi Cangkang (Myristica Fragan Houtt) dan Limbah Sawit (Elaeis Guenensis, Seminar Nasional Teknik Mesin UMY.

Sundari Dian w., 2009, Karakteristik briket arang serbuk gergaji dengan penambahan arang tempurung kelapa sawit, Skripsi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Pengaruh komposisi campuran bahan pengikat pada batubara tandan kosong kelapa sawit terhadap mutu briket (kadar air, kadar karbon dan nilai kalor), Skripsi, Jurusan Teknik Lingkungan, Universitas Islam Indonesia.

Gambar

Tabel 2.1 Potensi energi fosil nasional 2005  Jenis energi
Tabel 2.2 SNI 01-6235-2000
Tabel 2.3 Standarisai Briket
Gambar 3.3 pirolisis
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait