Dari tabel IV.4 terlihat penerimaan pajak pertambahan nilai setiap tahunnya mengalami peningkatan. Dalam analisis verifikasi akan dilakukan pengujian untuk menguji pengaruh jumlah pengusaha kena pajak, inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap penerimaan PPN. Sedangkan nilai korelasi nilai tukar Rupiah sebesar 0,875 yang menunjukkan bahwa hubungan nilai tukar Rupiah dengan penerimaan PPN sangat kuat.
Untuk membuktikan apakah Pengusaha Kena Pajak, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah berpengaruh signifikan terhadap penerimaan Pajak Pertambahan Nilai baik secara parsial maupun simultan maka dilakukan uji hipotesis. Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh variabel independen yaitu Pengusaha Kena Pajak, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Pajak Pertambahan Nilai. Pengujian hipotesis secara parsial digunakan untuk melihat lebih jelas variabel independen yaitu Pengusaha Kena Pajak, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah yang berpengaruh signifikan terhadap Pajak Pertambahan Nilai.
H1 = H0 : β1 = 0 yang berarti variabel Pengusaha Kena Pajak tidak mempunyai pengaruh signifikan secara parsial terhadap penerimaan Pajak Pertambahan Nilai. Ha : β1 ≠ 0 artinya variabel Kontraktor Kena Pajak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Pajak Pertambahan Nilai. Hal ini menunjukkan bahwa pengusaha kena pajak secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai.
Hipotesis inflasi terhadap pemungutan Pajak Pertambahan Nilai secara parsial H1 = H0 : β1 = 0 yang berarti variabel inflasi tidak berpengaruh signifikan. Ha : β1 ≠ 0 yang berarti variabel Pengusaha Kena Pajak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Pajak Pertambahan Nilai. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang tidak signifikan secara parsial antara inflasi terhadap penerimaan PPN.
H1 = H0 : β1 = 0 yang berarti variabel Nilai Tukar Rupiah tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Pajak Pertambahan Nilai. Ha : β1 ≠ 0 yang berarti variabel Nilai Tukar Rupiah berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Pajak Pertambahan Nilai. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang tidak signifikan secara parsial antara nilai tukar rupiah terhadap pajak pertambahan nilai.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Sinebela & Rahmawati, 2019) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara nilai tukar Rupiah terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai. Maka H0 diterima yang berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara Pengusaha Kena Pajak, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Pajak Pertambahan Nilai. Maka H0 ditolak yang berarti terdapat pengaruh signifikan secara bersama-sama antara Pengusaha Kena Pajak, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Pajak Pertambahan Nilai.
Dapat disimpulkan bahwa Pengusaha Kena Pajak, Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah secara simultan atau bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap penerimaan Pajak Pertambahan Nilai.
Pembahasan
Jumlah PKP
Berdasarkan Gambar IV.1 dapat disimpulkan bahwa jumlah Pengusaha Kena Pajak di KPP Pratama Bandung setiap tahunnya mengalami peningkatan. Jumlah Pengusaha Kena Pajak terendah terjadi pada tahun 2014 sebanyak 3944 orang, dan jumlah Pengusaha Kena Pajak tertinggi terjadi pada tahun 2018 sebanyak 4545 orang. Dapat disimpulkan bahwa jika jumlah Pengusaha Kena Pajak meningkat setiap tahunnya maka akan berdampak pada penerimaan Pajak Pertambahan Nilai karena pengusaha kena pajak harus membayar dan melaporkan pajak yang terutang.
Tingkat Inflasi
Naik turunnya tingkat inflasi disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah peningkatan jumlah uang beredar dan kenaikan harga barang serta kenaikan harga jual yang berdampak pada menurunnya minat beli masyarakat.
Nilai Tukar Rupiah
Nilai tukar Rupiah tertinggi terjadi pada tahun 2018 yaitu dengan nilai sebesar 14.710 Rupiah, sedangkan nilai tukar Rupiah terendah terjadi pada tahun 2014 yaitu dengan nilai sebesar 12.440 Rupiah. Naik turunnya nilai tukar Rupiah disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya karena masih bergantung pada pembelian bahan baku impor dan akan mempengaruhi kenaikan dan penurunan Pajak Pertambahan Nilai.
Penerimaan PPN
Artinya besarnya pengaruh antara Jumlah Pengusaha Kena Pajak terhadap Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai sebagian adalah sebesar 92%. Hasil pengujian pengaruh jumlah pengusaha kena pajak terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai lebih besar dari tabel (4,355> dengan nilai signifikan 0,144 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa secara parsial pengusaha kena pajak tidak mempunyai pengaruh penting terhadap penerimaan pertambahan nilai. pajak di KPP Pratama Cicadas Bandung.
Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan (Lubis, 2016) yang menyatakan bahwa jumlah pengusaha kena pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan (Sinebela & Rahmawati, 2019) yang menyatakan bahwa jumlah pengusaha kena pajak tidak berpengaruh terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai. Dengan pengaruh yang relatif kecil yaitu sebesar 0,07% antara pengaruh inflasi terhadap Pajak Pertambahan Nilai maka dapat disimpulkan bahwa tingginya tingkat inflasi tidak meningkatkan Pajak Pertambahan Nilai.
Hasil pengujian pengaruh inflasi terhadap penerimaan pajak diperoleh lebih kecil dari tabel (0,044 < 4,302), dengan nilai signifikan 0,972 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa inflasi secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Renata et al., 2016) yang menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai.
Artinya besarnya pengaruh antara Nilai Tukar Rupiah terhadap Penerimaan PPN secara parsial sebesar 0,90%. Hasil pengujian pengaruh nilai tukar Rupiah terhadap penerimaan PPN diperoleh lebih kecil dari ttabel (0,474 < 4,302), dengan nilai signifikansi 0,718 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai tukar Rupiah secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan PPN.
Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh (Warnita et al., 2015) yang menyatakan bahwa Nilai Tukar Rupiah tidak berpengaruh signifikan terhadap Pajak Pertambahan Nilai. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan (Renata et al., 2016) yang menyatakan bahwa Nilai Tukar Rupiah berpengaruh signifikan terhadap Pajak Pertambahan Nilai. Pengaruh Jumlah Pengusaha Pajak, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai secara simultan.
Berdasarkan hasil penelitian sejauh mana pengaruh jumlah pengusaha kena pajak, inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai, dapat disimpulkan bahwa pengaruh variabel X terhadap Y sebesar 99,1%. asumsi 100%, sisanya 0,09% dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel dalam penelitian. Pengaruh jumlah wirausaha terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai sebesar 0,923 dengan arah positif, kemudian pengaruh inflasi terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai.