• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilasari Savitri Jabatan - Repository UNISBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Nilasari Savitri Jabatan - Repository UNISBA"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

I. Lampiran 1 Transkrip Wawancara Narasumber I

Nama : Nilasari Savitri

Jabatan : Owner Gallery Studio Nila Photoworks

Alamat : Ruko Grand Galaxy Blok RSN 1, Jl. Boulevard Raya No. 19, Jaka Setia, Bekasi Selatan, Bekasi City, West Java.

Email : Nheela28@gmail.com

Penulis : Apa sih komunikasi menurut Bunda? Mengapa bentuk komunikasi tersebut dibutuhkan?

Narasumber I : Komunikasi sendiri sebuah proses menyampaian maksud dan tujuan yang kita inginkan terhadap orang lain melalui berbagai bentuk (verbal atau nonverbal). Ya dalam pemotretan pasti selalu ada komunikasi verbal dan nonverbal yang dilakukan sama fotografer ke modelnya, karna menurut bunda dalam komunikasi verbal selalu diimbangi sama nonverbalnya sebagai pelengkap. Soalnya kalo cuma dengan verbalnya aja, model belum tentu mengerti apa yang pengen kita sampaikan.

(2)

Penulis : Bunda gimana sih aplikasi komunikasi verbalnya saat pemotretan?

Narasumber I : Biasanya sih kalo ngarahin model secara verbal bunda selalu ngomong, contoh ni ya kaya „coba dong ekspresinya lebih greget lagi‟.

Nah biasanya kalo bunda udah ngomong gitu simodelnya udah mati gaya, jadi bunda ngelontarin kata-kata kaya gitu.

Penulis : Kan dalam komunikasi verbal ada komponen kata-kata dan bahasa, tadi aku denger bunda banyak ngarahin model lewat komunikasi verbal? Apakah kata-kata itu sering digunakan? Kenapa?

Narasumber I : Ya, karena dari ekspresi, fokus, mood model tersebut selalu sama aja jadi ya gitu-gitu aja. Makannya bunda kembali mengingatkan modelnya dengan kata-kata tersebut untuk mengarahkan.

Penulis : Mengapa komunikasi nonverbal harus berhubungan dengan komunikasi verbal?

Narasumber I : Kan tadi saya udah bilang, kalo komunikasi verbal dan nonverbal yang dilakukan oleh fotografer itu saling berhubungan atau melengkapi, soalnya kalau pake salah satu aja digunakan saat pemotetan rasanya ga afdol. Terus bunda kan banyak gunain mood board buat ngarahin gayanya, jadi ya aga terbantu lah buat penyampaian pesan yang di pengen sama bunda atau klien.

Penulis : Kenapa Nila menerapkan moodboard dibidang fotografi?

(3)

Narasumber I : Sebenernya mood board kan biasanya dipake buat diperfileman gitu, jadi kaya storyboard nah bunda sebelum jadi fotografer professional tuh bunda sempet kerja di PH (Productions House) selama 10 tahun. Jadi dari pengalaman bunda itu bunda coba terrapin mood board itu ke bidang fotografi, eh ternyata kepake banget mood board itu buat di fotografi kata bunda mah, soalnya untuk mengarahkan pose model sampe ke wardrobe buat modelpun ada. Jadi lebih detail lah buat kepentingan pemotretannya.

Penulis : Latar belakang Nila membuat mood board tuh dari mana?

Narasumber I : Jadi mood board tuh awalnya dari proses kreatif lalu menjadi ide atau konsep yang bunda pikirin, terus menjadi sebuah moodboard. Kebutuhannya juga diliat dari konsepnya kaya gimana dan apa aja yang dipake ketika pemotretan, lokasinya dimana, pose modelnya gimana, skejulnya jelas, ekspresi pun bunda sampein, sampe ke colour lighting pun bunda bikin. Kaya mood board buat foto boots temen bunda nih ya, Jadi waktu itu temen bunda minta tolong, dia itu produksi boots. Karna dia tau karakter foto bunda dia bilang „fotoin dong boots gue terserah lu mau bikin cerita apa, gua punya temen model juga orang prancis‟ gitu. „Ya udah gua mikir dulu‟. Bunda teh pengen motret couple mereka berdua

(4)

sebenernya mereka ga pacaran, motret couple berdua dengan property yang udah ada boots temen bunda ini, sama bunda sempet nyari juga wardrobenya, jadi si wardrobe ini teh bunda dapet dari sponsor ini dari esmot waktu itu, karna bunda ga mau setengah-setengah ya kalo ada project gitu loh. Akhirnya dapet, untuk nampilin si ini semua teh bunda pengen kalo si couple ini teh tidak terlihat sebagai lovers, bunda teh gamau kalo ini teh keliatan jadi prewedding gitu kan, pengennya teh ada ceritanya tapi apa gitu loh. Akhirnya diputuskan udah mikir segala macem, ceritain bahwa ini teh reingkarnasi, bunda siapin reingkarnasinya.

Penulis : Kapan pengerjaan mood board untuk satu foto konsep?

Narasumber I : Buat waktu pengerjaan mood board mah biasanya menyesuaikan sih sama keinginan klien, mau cepat atau santai. Nah setelah mood boardnya selesai biasanya bunda ngasih mood board ke modelnya h- 1 minggu. Soalnya biar modelnya bisa baca-baca dulu, terus paham sama karakter yang nanti dia peranin kaya gimana.

Penulis : Apakah ada kesulitan ketika udah ada mood board untuk ngarahin pose model?

Narasumber I : Bunda sih so far engga ya. Cuman pernah sih jadi kita mau workshop minta model ber 2, Cuma yang 1 model catalog, sementara dia tidak bisa berekpresi sesuai konsep dan cerita, jadi dia bukan model yang bisa mainin karakter. Jadi itu lumayan kesulitan juga gitu dari gayanya

(5)

gitu lagi gitu lagi dianya ga bisa improve emg modelnya begitu, itu pengalaman. Jadi berikutnya nanya dulu ke agensinya juga nanya dulu mana yang bisa acting, kalo sama bunda gitu.kalo bunda kan nyari model bukan yang geulis, tapi yang punya karakter.

Penulis : Ketika udah ada mood board, apakah model menjadi lebih aktif, luwes, atau yang lainnya?

Narasumber I : Sepengalaman bunda sih ya kalo bunda megang project, ketika model udah dapet mood board dari bunda terus dibaca sama dianya, waktu pemotretan tuh dianya jadi lebih gampang buat ekspresi dan ngeluarin karakter yang bunda pengen. Disamping yang emang modelnya teh bisa acting, karena kan mereka pada dasarnya udah bisa mengekspresikan jauh lebih baik dibanding model yang biasa.”

Penulis : Bun, apa sih yang membedakan foto bunda dengan fotografer lainnya? Atau ciri khas bunda?

Narasumber I : Aduh apa ya, mungkin yang bisa nilai orang lain ya. Tapi kalo bunda sendiri sih bunda menyukai foto yang berkonsep dan kalo bunda lebih ke simbol perasaan kali ya. Bunda seneng konsep tuh karena menurut bunda foto berkonsep itu lebih dapet menyampaikan pesan sesuai dengan apa yang di maksud ataupun sesui dengan keinginan pihak klien

Penulis : Mengapa mood board menjad acuan dalam proses pemotretan?

(6)

Narasumber I : Karena untuk mempermudah bunda dalam menyampaikan pesan yang ingin disingkronisasikan atau disamakan visualnya dengan model. Terus dari hasil fotonya juga bunda pengen keliatan si fotonya tuh lebih natural gitu ga di buat-buat acting nya. Terus kan balik lagi karena bunda sudah terbiasa dari dulu sebelum jadi fotografer pro tuh lama di productions house sebagai gambaran.

Penulis : Apakah moodboard menambah efektifitas waktu saat pemotretan antara fotografer dengan model? Kenapa?

Narasumber I : Ya. Karena mood board teh mempermudah model menangkap imaginasi apa yang harus dia lakukan, maksud imaginasi itu bayangan dari visual. Kelemahan dari verbal yaitu kaya ngarahin posisi kepala ke kiri, ke kanan, dll. Karena arahan verbal lebih sulit untuk dibayangkan oleh model jika tidak dibarengi dengan mood board. Jadi komunikasi verbal didukung dengan komunikasi nonverbal agar imaginasi dari seorang fotografer bisa terealisasikan oleh modelnya.

Penulis : Dengan adanya mood board untuk dijadikan acuan, apakah memudahkan model menentukan pose saat pemotretan? Kenapa?

Narasumber I : Iyaa itu jadi ngemudahin model buat berpose di depan kamera, jadi dia ga bingung saat pemotretan dan waktu juga kan lebih efektif ketimbnag ga pake mood board.

(7)

Penulis : Bagaimana hambatan yang dirasakan Nila saat pelaksanaan pemotretan, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi?

Narasumber I : Kalo dari tahap perencanaan kesulitannya memikirkan konsep foto yang akan di buat seperti apa, dan dari pembuatan mood board beserta isinya juga sih kaya mikirin wardrobe, makeup, setting lighting, karakter yang di paenin sama model. Nah kalo dari pelaksanaannya sih paling suka ngaret aja waktu pemotretan, terus dari bahasa juga ketika pemotretan, sama yang tadi bunda ceritain kalo modelnya ga punya karakter. Tahap evaluasinya kalo modelnya ga pro bunda jelasin sedetail mungkin mau dari mood board nya atau secara langsung agar ga keulang kejadian yang pertama, terus dari persiapan alat-alat dllnya itu disiapin dengan matang dari h-1 udah siap buat pemotretan besoknya, terus dari konsep selalu di pikirin jauh-jauh hari agar bisa berkembang lagi konsep yang bunda bikin, oh iya modelnya juga udah minta ke agensi setelah moodboard beres jadi lebih siap nyari modelnya mau seperti apa.

Penulis : Gimana cara mananggulangi hambatan itu agar tidak terjadi kembali?

Narasumber I : Tadi kaya tahap evaluasi sih, bunda lebih mempersiapkan segalanya dengan matang dari jauh-jauh hari dan lebih detail lagi biar tidak ada kejadian misscomm antara fotografer, team, dan model ataupun agensi.

(8)

Penulis : Dalam proses pembuatan mood board mendapatkan ide dari mana?

Apakah ada kesulitan saat pembuatan mood board?

Narasumber I : Pembuatan mood board adalah bagian dari proses kreatif. Mood board merupakah “blueprint” untuk kita melakukan sebuah proses dari Ide menjadi karya Visual. Dengan adanya mood board komunikasi verbal dengan pihak ketiga yang tergabung dalam team kita bekerja (model, mua, lighting, client, stylish, wardrobe, dll) dapat lebih mudah tersampaikan dari saat pra produksi sampai eksekusi. Diharapkan dengan adanya mood board, konsep yang direncanakan dan disepakati bersama dapat tervisualisasikan dengan sempurna.

Ide cerita yang kemudian masuk dalam proses kreatif dan dibuat mood board bisa dating dari mana saja. Misalnya: sesuatu yang kita rasakan mendesak untuk dikemukakan melalui visualisasi fotografi (kesedihan, rasa cinta, gembira, dll), dari film yang menurut kita dapat diimprovisasi menjadi karya fotografi, dari lagu, dari isu sosial yag sedang menjadi trend/viral, dari pihak ketiga/ client yang membutuhkan media fotografi sebagai komunikasi verbal untuk menyampaikan pesan dari visi dan misi produknya, dll.

(9)

Narasumber II

Nama : Rd Agus Muharam

Jabatan : Tim Pengajar Gallery Studio Nila Photoworks

Alamat : Jl. Pangeran Sogiri No. 4 RT 06/05, Kelurahan Tanah Baru, Kec. Bogor Utara, Kota Bogor

Email : Agusmuharam193@gmail.com

Penulis : Menurut kang agus, apasih itu fotografi dan fotografer?

Narasumber II : Menurut saya fotografi itu visual, dan fotografer orang yang membuat visual foto.

Penulis : Sudah berapa lama berada di dunia fotografi/ menjadi fotografer?

Narasumber II : Mulai kenal fotografi sejak tahun 2008

Penulis : Apa yang membuat bunda jadi tertarik untuk lebih dalam di dunia fotografer?

Narasumber II : Saya suka berimajinasi, dan fotografi itu menjadi media saya untuk bisa mewujudkan imajinasi saya.

Penulis : Ciri khas apa yang membedakan nila photoworks dengan yg lainnya menurut kang Agus ?

Narasumber II : GSNP menurut saya beda, karna setiap pekerjaannya diorganisir secara matang, mulai dari konsep, manajemen produksi, post produksi, hingga after salesnya.

Penulis : Apakah kang Agus tau definisi dari komunikasi?

(10)

Narasumber II : Aktivitas penyampaian informasi dari satu orang ke orang lain.

Penulis : Sebelumnya, apakah mengetahui apa itu komunikasi verbal dan nonverbal?

Narasumber II : Verbal menurut saya seperti berbicara secara lisan , non verbal itu seperti isyarat, bisa gerakan tubuh, peragaan, ke benda atau objek lain.

Penulis : Kenapa komunikasi saat pemotretan sangat penting?

Narasumber II : Untuk mendapatkan hasil foto yang diinginkan baik secara teknis maupun non teknis ya wajib untuk berkomunikasi, sehingga setiap unsur yang terlibat dalam pembuatan sebuah karna bisa mengerti dan faham tujuan akhir dari kegiatan ini.

Penulis : Apa saja yang perlu disampaikan, sebelum dan saat pemotretan?

Narasumber II : Yang jelas pra produksi dan produksi itu sangat penting, seperti menyiapkan setting lokasi, properti, lighting, kamera, wardrobe, make up, model kemudian briefing. supaya semua unsur bekerja sesuai jobdesk nya. hasilnya saat pemotretan akan lancar karna sudah singkron.

Penulis : Ketika mengarahkan model, kang agus lebih banyak menggunakan komunikasi apa yang dipakai?

Narasumber II : Verbal dan non verbal karna keduanya jadi sangat penting ketika melakukan pemotretan. kita berhadapan langsung dengan model dan dia harus mengikuti apa yang kita inginkan (pose) kadang bahasa itu sulit untuk diungkapkan jadi dibantu dengan peragaan.

(11)

Penulis : Saat model itu susah di arahkan, apa yang biasanya dilakukan?

Narasumber II : Sejauh ini, karna sebelum pemotretan saya ngobrol dulu dengan model untuk mencairkan suasana jadi cukup mudah untuk mengarahkan si model.

Penulis : Gerakan badan/ tubuh mana yang sering diguakan kang agus ketika melakukan pemotretan untuk mengarahkan gaya? Apakah terjun langsung atau dari jauh?

Narasumber II : Kebanyakan tangan dan ekspresi wajah. tetap berada di area foto Penulis : Hambatan apa yang sering terjadi?

Narasumber II : Sejauh ini bukan hambatan yang berarti karna setiap pemotretan kita mempersiapkannya secara matang.

(12)

Narasumber III

Nama : Jessica Allen Jabatan : Model

Alamat : Jl. Patuha No 3 Gatot Subroto Bandung Email : Jessicaallenh@gmail.com

Penulis : Menurut kamu, gimana sih proses pemotretan yang dilakukan sama Bunda?

Narasumber III : Proses pemotretan dari awal sampai akhir menyenangkan.

bunda kan orangnya teliti banget, kaya ga boleh ada yang missed gitu. Apalagi saya jauhkan dari Bandung sedangkan bunda di Bekasi jadi dari komunikasi pun bunda orangnya gak asal. Dari awal scheduling pun gak membebankan ke model, karena memang friendly kan jadi ngaturnya tuh sampe mikirin timing perjalanan, nyampenya jam berapa ya mulainya jam berapa, sedetail itu.banyak fotografer diluar sana yang ga mikirin sampe situ, taunya pokoknya harus on set jam sekian, membebankan ke model gamau tau harus berangkat jam berapapun. Intinya sih tenang dan nyaman sih. Tapi walaupun friendly, ga mengurangi profesionalitas bekerja kok. Saya sebagai modelpun jadinya lebih respect, malah ngerasa ga enak

(13)

kalo datengnya on time banget, pengennya sebelum waktu yang ditetapkan tuh aku udah on set gitu.

Penulis : Apa yang kamu rasain sebagai model waktu bunda ngarahin saat pemotretan?

Narasumber III : Percaya diri udah pasti. Saya sebagai model lokal tapi setengah bule, sering banget ngerasa ga pede kalo job bareng fotografer yang udah biasa motion model bule beneran. Apalagi bunda kan emang banyaknya fotoin model bule ya. Tapi saya selalu yakinsama bunda kalo hire model emang sesuai dengan konsep yang dibuat. Ngarahinnya juga enak sih, gak menjatuhkan model gak membandungkan. Kadang ada fotografer yang membandingkan model ini dengan model itu langsung di depan modelnya. Jadi langsung insecure sih, mau explore pose pun gak nyaman. Bunda gak gitu, jadi ngarahinnya ya sesuai kemampuan dan kebiasaan modelnya seperti apa.

Penulis : Kamu tau ga kalo bunda saat pemotretan selalu pake mood board sebagai acuan untuk berkomunikasi nonverbal dengan model?

Narasumber III : Tau banget. Diawal bikin schedule pun bunda udah kasih sneakpeak mood board lewat chat, jadi saya sebagai model juga bisa cari-cari referensi pose lain yang sesuai dengan mood board bunda. Terus on set dijelaskan lagi mood boardnya yang

(14)

lebih detail. Jadi saya juga gak asal pose, bunda juga dapet mood yang bunda mau dari si modelnya.

Penulis : Mood boardnya ngemudahin kamu ga saat pemotretan?

Kenapa? Kaya gaya kamu lebih luwes kah, lebih bisa ngembangin pose yang udah dikasih atau jadi lebih ga bingung Narasumber III : Iya dong. Jadi bisa kebayang gitu angle seperti apa yang

diinginkan fotografer, face expression kaya gimana yang dominan di mood board, ga bikin mati gaya juga. Malah seringnya buat saya ya dapet referensi baru buat pose yang ternyata cocok sama saya terus kepake buat di job lain. Intinya mood board ngembangin banget kemampuan model juga sih.

Penulis : Apakah dalam mood board yang bunda buat berbeda dengan mood board fotografer lainnya? Apa yang membedakannya?

Narasumber III : Kurang lebih inti dari mood board yang dibuat fotografer kan sama ya. Bedanya bunda sama yang lainnya, kalo bunda ngasih detail quote gitu, yang tadinya samar-samar cuma ngebayangin pose doing, jadinya bisa lebih nyampe lagi gitu keinginan bunda tuh dapet mood yang gimana dari model.

Penulis : Apakah saat pemotretan mood model dibikin lebih baik atau lebih stabil sama bunda? Kenapa?

Narasumber III : Karena banyak pujian! Model dibikin nyaman, dibikin ngerasa paling cantik dan hebat yang pernah bunda foto. Padahal tau sih

(15)

kalo ngeliat model lainnya kadang minder juga, tapi kalo udah on set mah lupa kok. Jadinya seneng difotoinnya.

Penulis : Apakah kamu dibuat nyaman sama bunda dan tim saat pemotretan berlangsung? Kaya diajak ngobrol atau becanda.

Narasumber III : Banyak banget obrolan sama candaan yang malah jadinya lanjut buat job berikutnya juga. Kenalan sama fotografer baru temen bunda juga buka opportunity gitu. Pengalamanku banyak fotografer yang cuma foto jepret-jepret doang, tapi ga banyak ngomong. Lama-lama jadi mati gaya, jadi kaku, jadi gak mood di foto, pengennya cepet pulang padahal dealing on set berapa jam gitu. Kalo bunda engga sih, malah banyak ngobrolnya penting ga penting pokoknya jadi ga kerasa waktunya, tau-tau udah beres aja. Tapi magically hasil fotonya bagus-bagus semua jadinya malah ngerasa aku jadi client yang bayar fotografernya buat fotoin dari pada mdoel.

Penulis : Pernah ga terjadi hambatan waktu pemotretan? Hambatan atau kendala apa yang terjadi?

Narasumber III : Kalo sama bunda sih saya belum pernah ada hambatan apapun, mungkin karena memang persiapan bunda yang udah matang dari awal. Pernah ngalamin sama fotografer lain, dimana si fotografer kurang jelas saat komunikasinya, gak kasih referensi apa yang ingin dihasilkan dari hire saya sebagai modelnya,

(16)

akhirnya sama-sama badmood karena fotografer jadi lama (kadang melebihi jam kerja yang disepakati) take shootnya, hasil akhir fotografer kurang suka dan akhirnya jadi jelek juga nama modelnya karena mungkin jadi dikira ga bisa pose dll.

Ada juga yang minta saya bawa wardrobe sendiri, yang mana pastinya selera fashion fotografer dan modelkan berbeda, ini paling gak nyaman sih.

(17)

II. Lampiran II Dokumentasi dengan Narasumber

Gambar Bersama dengan Narasumber I dan Narasumber II

(18)

Lampiran 3 Curiculum Vitae Narasumber

Gambar CV dari Nilasari Savitri

(19)

Gambar CV dari Rd Agus Muharam

(20)

Lampiran 4 Hasil Dokumentasi Penelitian

Gambar Nilasari Savitri mengarahkan pose model

Gambar Nilasari Savitri mengingatkan kembali pose yang seharusnya

(21)

Gambar ketika Nilasari Savitri mengarahkan lansung nonverbal kepada model

Gambar Nilasari Savitri mengkombinasikan komunikasi verbal dan nonverbal kepada model

(22)

Gambar Nilasari Savitri mengarahkan pose model sesuai yang diinginkan fotografer secara langsung ke posisi model

Gambar Rd Agus Muharam mengarahkan pose model dengan nonverbal dari tempat fotografer

(23)

Gambar Rd Agus Muharam memberikan arahan nonverbal agar model mengikuti keinginan fotografer

(24)

Lampiran 5 Contoh Mood Board Dari Nilasari Savitri

(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)

Gambar Mood Board Nilasari Savitri

(32)

Gambar Menghubungi Narasumber I

(33)

Gambar Menghubungi Narasumber III

Gambar

Gambar Bersama dengan Narasumber I dan Narasumber II
Gambar CV dari Nilasari Savitri
Gambar CV dari Rd Agus Muharam
Gambar Nilasari Savitri mengarahkan pose model
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pemaparan hasil penelitian tersebut, akan dilakukan penelitian untuk melihat perbandingan hasil keputusan prestasi belajar mahasiswa antara perhitungan bobot pada setiap

Characteristics of Chronic and Transient Poor Households A comparison of the characteristics of the two groups of households revealed that chronic poor households generally have: a