• Tidak ada hasil yang ditemukan

O4 M. THORIQ BAHTIAR A Materi 5

N/A
N/A
khandiyas

Academic year: 2024

Membagikan "O4 M. THORIQ BAHTIAR A Materi 5"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

SATUAN OPERASI TEKNIK LINGKUNGAN

ANALISIS WAKTU DETENSI PADA PROSES FLOTASI UNTUK MENGHILANGKAN TOTAL SUSPENDED SOLID

(TSS)

Oleh

NAMA : M. THORIQ BAHTIAR AS’ARI NIM : 225100907111027

KELOMPOK : O4

ASISTEN :

Muhammad Zidan Ghifari Kana Nawafila Eiski Ishma Yusrina Nur Hanifah Michael Teudas Tertius Tsania Naila Firdausi Shafa Ariza Agmi Putri Raullyno Ghozali Ilham Mellysa Machfiro Zhafran Kamal Sultani Tjokorda Istri Mahagita Aura Dinar Ramadhani Ariya Ratana Teja Windy Trisnawati Dewi Sabina Fitri Enggal Alhamdra Andika S

LABORATORIUM KUALITAS AIR DAN PENGOLAHAN LIMBAH DEPARTEMEN TEKNIK BIOSISTEM

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2024

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengolahan mineral dan pengolahan air limbah adalah dua bidang yang penting dalam industri modern, dan flotasi merupakan salah satu pengolahan dalam kedua proses tersebut.

Pada pengolahan mineral, flotasi digunakan untuk memisahkan mineral berharga dari bijih dan material berbatuan lainnya. Proses flotasi memungkinkan pemisahan mineral-mineral berharga seperti emas, tembaga, dan seng dari material yang kurang bernilai berkat perbedaan sifat permukaan antara mineral-mineral tersebut. Sementara dalam pengolahan air limbah, flotasi menjadi salah satu metode utama untuk menghilangkan zat padat dan kontaminan lainnya dari air limbah sebelum dibuang ke lingkungan.

Analisis waktu detensi dalam proses flotasi memegang peranan penting sebagai salah satu metode utama dalam mengatasi masalah kadar zat padat yang terlarut dalam air limbah.

Total Suspended Solid (TSS) merupakan indikator yang signifikan dalam mengevaluasi kualitas air limbah, karena konsentrasinya dapat mencerminkan tingkat pencemaran oleh partikel-partikel padat yang terdispersi dalam air. Dalam menganalisis waktu detensi, kita dapat mengevaluasi seberapa lama air limbah perlu berada dalam sistem flotasi agar proses pemisahan partikel-padat menjadi optimal.

1.2 Tujuan

a. Mahasiswa mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi flotasi dalam menghilangkan Total Suspended Solid (TSS)

b. Mahasiswa mampu mengetahui pengaruh flotasi dalam menghilangkan kadar Total Suspended Solid (TSS)

c. Mahasiswa mampu menganalisis hubungan antara waktu detensi dan kadar Total Suspended Solid (TSS)

(3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Flotasi

Flotasi merupakan proses pengelompokan yang digunakan untuk memisahkan antara fase cair atau padat dengan fase cair. Pemisahan partikel dari cairan dalam flotasi bergantung pada perbedaan berat jenisnya. Ketika berat jenis partikel lebih ringan daripada cairannya, partikel akan mengapung secara alami, sementara partikel yang lebih berat dari cairan akan dipisahkan dengan bantuan gelembung udara (Bessy dan Euis, 2018).

Flotasi adalah proses yang digunakan untuk memisahkan mineral dari bijihnya dengan cara membuat mineral tersebut mengapung sehingga terpisah dari mineral-mineral lain yang tetap berada dalam larutan. Proses ini dilakukan dalam sebuah perangkat yang disebut sel flotasi, dalam memastikan pemisahan yang efektif, udara harus diinjeksikan ke dalam sel flotasi sehingga membentuk gelembung-gelembung udara tempat melekatnya butiran mineral tertentu. Proses flotasi hanya dapat berhasil dilakukan untuk partikel-partikel yang berukuran relatif kecil (Astuti et al., 2018).

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Flotasi

Flotasi adalah suatu proses untuk memisahkan mineral dari suatu material, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses flotasi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses flotasi salah satunya yakni reagen flotasi. Reagen flotasi adalah senyawa kimia yang ditambahkan ke dalam suspensi bijih untuk meningkatkan selektivitas pemisahan mineral. Oleh karena itu, pemilihan reagen yang tepat dosis reagen yang digunakan dapat mempengaruhi proses flotasi tersebut (Astuti et al., 2018).

Proses flotasi merupakan metode penting dalam pemisahan mineral berharga dari bijih yang tidak diinginkan dalam industri pertambangan. Pada flotasi ion logam, beberapa faktor memainkan peran penting dalam menentukan efektivitas proses tersebut. Faktor yang dapat mempengaruhi proses flotasi ion logam termasuk ukuran gelembung udara, ukuran partikel, pH larutan, laju udara, dan konsentrasi collector. Ukuran gelembung udara, partikel, dan pH larutan memiliki peran penting dalam menentukan efektivitas proses flotasi. Selanjutnya, pH larutan memengaruhi muatan permukaan partikel mineral. Perubahan pH dapat mengubah sifat permukaan mineral, yang kemudian mempengaruhi afinitas mereka terhadap gelembung udara dan zat pengumpul (Widodo et al., 2021).

2.3 Jenis-jenis Flotasi

Metode flotasi digunakan untuk memisahkan logam berat dari fase cair. Metode ini menggunakan gelembung dengan surfaktan untuk memisahkan logam. Pada saat menghilangkan ion logam dari larutan, berbagai jenis flotasi telah dikembangkan, termasuk Dissolved Air Flotation (DAF), flotasi ion, dan flotasi sedimentasi. Pada bantuan surfaktan, flotasi memungkinkan ion logam dipisahkan secara efektif dari larutan (Widodo et al., 2021).

Flotasi memiliki berbagai jenis, di antaranya Dispersed Air Flotation (DAF) yang menggunakan gelembung besar terbentuk dari agitasi mekanik untuk pemisahan logam berat, seperti Fe, Ni, dan Cr. Lalu ada Dissolved Air Flotation dengan gelembung lebih kecil, berkisar antara 70-90 mikron, yang umumnya digunakan dalam pengolahan limbah cair untuk pemisahan fisik. Selanjutnya, Spontaneous Flotation terjadi secara tiba-tiba jika massa jenis partikel lebih kecil dari massa jenis air. Terakhir, Vacuum Flotation melarutkan udara dalam air buangan dengan tekanan atmosfer, kemudian menghilangkannya dengan tekanan rendah untuk menurunkan kelarutan udara dalam air dan menghasilkan gelembung halus (Warjito et al., 2015).

(4)

2.4 Pengertian Waktu Detensi

Waktu detensi merupakan periode yang diperlukan oleh suatu tahapan proses untuk mencapai tujuan pengolahan secara maksimal. Semakin panjang waktu retensi, semakin besar kemungkinan untuk mencapai tingkat penyisihan yang lebih tinggi. Waktu retensi juga dapat dijelaskan sebagai periode waktu yang diperlukan secara teoritis bagi sejumlah cairan tertentu untuk melewati suatu tangki pada laju aliran tertentu. Tingkat pencemaran yang terdapat dalam air dapat diminimalisir berdasarkan waktu retensi yang dibutuhkan. Waktu ini memiliki dampak signifikan terhadap tingkat optimalitas dalam percobaan penyisihan limbah air (Tasbieh et al., 2015).

Waktu detensi adalah durasi yang dibutuhkan dalam mencapai sasaran yang optimal selama proses pengolahan. Ini merupakan perbandingan antara volume yang terlibat dengan laju aliran cairan. Setiap daerah memiliki jarak retensi yang bervariasi, sehingga menghasilkan perbedaan dalam efisiensi efuent di berbagai tempat. Jarak retensi yang tepat dapat memastikan bahwa proses pengolahan berjalan dengan efisien dan efektif, serta menghasilkan efuent yang sesuai dengan standar yang ditetapkan (Nugraha, 2019).

2.5 Hubungan Waktu Detensi dengan Proses Flotasi

Satu contoh jenis proses flotasi adalah Flotasi Udara Terlarut (Dissolved Air Flotation).

Metode flotasi ini bisa diterapkan dalam pengolahan air limbah foodcourt. Berdasarkan sumber bacaan, pada tekanan 6 bar, proses pemisahan air limbah menunjukkan penurunan jumlah TSS (minyak-lemak) yang lebih sedikit dibandingkan dengan berbagai tekanan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tekanan dalam proses pemisahan dengan DAF, semakin baik hasilnya. Selain itu, waktu optimal untuk proses aerasi dalam flotasi adalah selama 20 menit, yang menghasilkan penurunan konsentrasi minyak sebanyak 20.433,33 mg/L (94,60%). Sementara waktu yang dibutuhkan untuk mengurangi konsentrasi minyak menjadi 450 mg/L adalah 60 menit. Oleh karena itu, proses flotasi memiliki waktu optimal yang berbeda tergantung pada jenis limbah yang sedang diolah (Hambandima, 2017).

Waktu detensi adalah hal penting dalam proses flotasi karena memastikan bahwa bahan-bahan yang terlibat memiliki kontak yang memadai dengan gelembung udara. Dengan memiliki waktu detensi yang ideal, proses flotasi dapat berlangsung secara efektif dan efisien, mengoptimalkan pemisahan bahan-bahan yang dapat mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu tahapan pengolahan berikutnya. Namun, manfaat flotasi tidak terbatas pada itu saja. Selain untuk tujuan penyaringan minyak dan lemak, flotasi juga bisa diterapkan dalam berbagai konteks lainnya. Misalnya, untuk membersihkan bahan-bahan tersuspensi dalam proses klarifikasi atau untuk memperkuat lumpur endapan dengan menggunakan aliran udara ke atas dalam proses pengentalan (Kusumawardana et al., 2022).

2.6 Prinsip dan Cara Kerja Colorimeter untuk Pengukuran Kadar TSS

Colorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi atau transmisi cahaya pada larutan. Pada pengukuran kadar Total Suspended Solids (TSS), colorimeter bekerja berdasarkan hukum Lambert-Beer, di mana absorbansi cahaya berbanding lurus dengan konsentrasi zat dan tebal larutan. Langkah-langkah pengukuran TSS meliputi persiapan sampel, pembuatan kurva kalibrasi, pengukuran absorbansi pada sampel, konversi nilai absorbansi menjadi konsentrasi TSS, dan analisis data, dengan menggunakan colorimeter, pengukuran konsentrasi TSS dapat dilakukan secara cepat dan akurat, memungkinkan pengawasan efektif terhadap kualitas air (Nasution, 2021).

Secara umum, semakin tinggi konsentrasi larutan, semakin banyak cahaya yang diserap, yang tercermin dalam perbedaan intensitas cahaya sebelum dan sesudah melewati larutan.

Pada saat dilakukan pengukuran total suspended solids (TSS) menggunakan colorimeter.

langkah awal yakni memulai dengan mengalirkan cahaya melalui larutan pada posisi terendah

(5)

dan kemudian mendeteksi cahaya yang dilewatkan melalui larutan. Secara umum, semakin tinggi konsentrasi larutan, semakin banyak cahaya yang diserap, yang tercermin dalam perbedaan intensitas cahaya sebelum dan sesudah melewati larutan. Konsentrasi sampel dihitung dengan membandingkannya dengan suatu larutan yang sudah diketahui konsentrasinya (Sakinah, 2016).

(6)

BAB III METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan serta Fungsi

Pada praktikum analisis waktu detensi pada proses flotasi untuk megnhilangkan total suspended solid (TSS) digunakan beberapa alat dan bahan untuk menunjang keberhasilan praktikum. Alat dan bahan tersebut berupa aerator diffuser, air limbah, bak pengadukan, DR900 hach colorimeter, kuvet, srynge, surfaktan, tawas, tisu. Adapun alat dan bahan beserta fungsinya dapat dilihat pada (Tabel 3.1) berikut.

Tabel 3.1 Alat Bahan dan Fungsinya

No. Alat dan Bahan Fungsi

1. Aerator diffuser Alat yang digunakan untuk menghasilkan gelembung

udara pada proses pengadukan

2. Air limbah Bahan perlakuan

3. Bak pengadukan Sebagai wadah untuk proses pengadukan

4. DR900 Hach Colorimeter Alat yang digunakan untuk mengukur kadar TSS

5. Kuvet Komponen DR900 yang digunakan untuk wadah air

sampel pada pengujian

6. Srynge Sebagai alat yang digunakan untuk mengambil

sampel dalam jumlah yang ditentukan

7. Sufaktan Bahan yang digunakan untuk menghasilkan tegangan

dalam air sampel

8. Tawas Sebagai koagulan air sampel

9. Tisu Sebagai alat untuk membersihkan/lap kuvet sebelum

dilakukan proses pengujian Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2024

3.2 Gambar Alat

Praktikum kali ini dilakukan analisis waktu detensi terhadap proses flotasi untuk menghilangkan padatan terlarut (TSS) pada air limbah. Proses analisis digunakan menggunakan beberapa alat dan bahan. Fungsi alat dan bahan tersebut dapat dilihat pada (Tabel 3.2) berikut.

Tabel 3.2 Alat Bahan dan Gambar

No. Alat dan Bahan Gambar

1. Aerator diffuser

Gambar 3.1 Aerator diffuser Sumber: Dokumtasi Pribadi, 2024 2. Air limbah

(7)

Gambar 3.2 Air limbah Sumber: Dokumtasi Pribadi, 2024 3. Bak pengadukan

Gambar 3.3 Bak pengadukan Sumber: Dokumtasi Pribadi, 2024 4. DR900 Hach Colorimeter

Gambar 3.4 Bak pengadukan Sumber: Dokumtasi Pribadi, 2024 5. Kuvet

Gambar 3.5 Kuvet

Sumber: Dokumtasi Pribadi, 2024 6. Srynge

Gambar 3.6 Srynge Sumber: Dokumtasi Pribadi, 2024 7. Sufaktan

Gambar 3.7 Sufaktan Sumber: Dokumtasi Pribadi, 2024 8. Tawas

Gambar 3.8 Tawas

(8)

Sumber: Dokumtasi Pribadi, 2024 9. Tisu

Gambar 3.9 Tisu

Sumber: Dokumtasi Pribadi, 2024 Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2024

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Proses Flotasi pada Sampel

Siapkan alat dan bahan

Siapkan sampel air limbah 500-1000 ml

Aduk sampel air limbah untuk menghomogenkan

Lakukan proses aerasi selama 120 menit dan ambil setiap 0, 12, 24, 36, 48, 60, 72, 84, 96, 108, dan 120 menit

Ambil sampel air limbah sebanyak 25 ml setiap waktu pengambilan sampel dan ukur kadar TSS

Buat tabel pengamatan perubahan kadar TSS terhadap waktu (t)

Gambar grafik hubungan antara TSS dan waktu (t) untuk mengetahui waktu dimana terjadi kenaikan konsentrasi solid secara signifikan.

Tentukan waktu yang diperlukan (waktu detensi) untuk mencapai konsentrasi optimum berdasarkan data pengamatan dan grafik yang telah dibuat.

↓ Hasil

3.3.2 Pengukuran Kadar TSS dengan DR900 Hach Colorimeter

Siapkan alat dan bahan

Masukkan aquades sebanyak 10 ml ke dalam kuvet sebagai sampel kontrol untuk kalibrasi alat

Kemudian bersihkan bagian luar kuvet dengan satu arah

Masukkan kuvet ke dalam alat

Kemudian tekan tombol ZERO sampai pada display tertera 0 mg/l TSS

(9)

Setelah melakukan kalibrasi tuangkan sampel ke kuvet lain untuk dilakukan uji

Lakukan langkah yang sama seperti melakukan kalibrasi untuk mendapatkan hasil tekan tombol READ sampai muncul angka dengan satuan mg/l TSS

↓ Hasil

(10)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Praktikum

Proses flotasi membutuhkan waktu optimal agar padatan terlarut pada air limbah dapat diuji kadarnya. Pada praktikum ini dilakukan analisis waktu detensi untuk menguji kadar TSS pada air limbah, estimasi waktu yang dipakai yakni tiap 10 menit selama 60 menit untuk pengamatan TSS sebagai data hasil praktikum. Adapun data hasil praktikum yang didapat dapat dilihat pada (Tabel 4.1) berikut.

Tabel 4.1 Data Hasil Praktikum

Waktu (Menit) TSS (mg/L) TSS Permukaan (mg/L)

0 167 100

10 84 74

20 45 41

30 49 44

40 43 144

50 40 132

60 37 265

Sumber: Data diolah Pribadi, 2024

Gambar 4.1 Hubungan Antara Waktu dan TSS Sumber: Data diolah Pribadi, 2024

Gambar 4.2 Hubungan Antara Waktu dan TSS Permukaan Sumber: Data diolah Pribadi, 2024

(11)

4.2 Analisis Data Hasil Praktikum

Berdasarkan data hasil praktikum yang terdapat pada (Tabel 4.1) menjelaskan tentang kadar total suspended solid yang terdapat pada air limbah. Kadar TSS diukur pada estimasi 60 menit dengan pengamatan setiap 10 menit. Pada 10 menit pertama didapat kadar TSS pada air limbah yakni 167 mg/L, lalu pengamatan dilanjut pada 20 menit setelahnya, didapat kadar TSS sekitar 84 mg/L, dan berlanjut sampai 60 menit setelahnya, didapat kadar TSS sebesar 37 mg/L. Pengamatan juga dilakukan terhadap kadar TSS permukaan pada air limbah, dengan estimasi waktu yang sama. Pada 10 menit pertama didapat kadar TSS permukaan sebesar 100 mg/L, 20 menit setelahnya didapat sebesar 74 mg/L, dan 60 menit setelahnya didapat kadar TSS sekitar 265 mg/L.

Data hasil praktikum pada (Tabel 4.1) kemudian akan diolah menjadi grafik untuk dilakukan pengamatan hubungan antara waktu dengan TSS dan TSS permukaan. Pada (Gambar 4.1), hubungan antara waktu dengan TSS yaitu berbanding terbalik. Hal tersebut diakibatkan karena kadar TSS semakin menurun pada tiap waktunya, sehingga pada pengujian air sampel didapat kadar TSS yang semakin sedikit. Namun, pada (Gambar 4.2), hubungan antara waktu dengan TSS permukaan justru berbanding lurus. Hal tersebut diakibatkan semakin banyak waktu yang dibutuhkan kadar TSS permukaannya semakin meningkat.

4.3 Hubungan Waktu Detensi Proses Flotasi dengan Kadar Total Suspended Solid (TSS) Menurut Bessy dan Euis (2018), dengan menggunakan flotasi, fasa cair atau fasa padat dapat dipisahkan dari fasa cair lainnya. Selama proses flotasi, partikel terpisah dari cairan berdasarkan perbedaan berat jenisnya. Secara alami, partikel akan mengalami flotasi jika berat jenis partikel lebih rendah daripada berat jenis cairan. Efisiensi pemisahan partikel dipengaruhi oleh lamanya detensi waktu flotasi. Semakin lama detensi waktu, partikel-partikel memiliki lebih banyak waktu untuk terflotasi atau terpisah dari cairannya. Literatatur tersebut telah sesuai dengan pengamatan pada praktikum, dimana semakin banyaknya waktu yang digunakan maka padatan pada air sampel akan tergabung lebih banyak sesuai banyaknya waktu yang ada.

Hubungan waktu detensi proses flotasi dengan kadar total suspended solid (TSS) tergantung pada proses flotasi yang digunakan. Dalam proses flotasi, gelembung udara diberikan ke dalam air sehingga terjadi penempelan pada partikel yang menyebabkan gaya buoyant meningkat sehingga partikel terangkat ke permukaan. Pada penelitian yang menggunakan proses elektrokoagulasi, pengaruh variasi rapat arus dan waktu kontak terhadap penyisihan TSS, menunjukkan bahwa penurunan konsentrasi TSS sangat baik dengan menggunakan proses elekrokoagulasi. Pada menit ke-2 rata-rata efisiensi penyisihan hampir mencapai 100% pada setiap variasi rapat arus dan cenderung konstan hingga menit ke-60. Tetapi pada rapat arus 21 A/m2 terjadi penurunan efisisensi penyisihan pada menit ke- 10 hingga ke-30. Pada rapat arus 42 A/m2 penurunan terjadi pada menit ke-15. Sedangkan pada rapat arus 63 A/m2 dan 83 A/m2 penurunan terjadi pada menit ke 30. Penyisihan terbaik tercapai pada rapat arus 104 A/m2 pada waktu waktu 30 menit yaitu 99,998 (Nur et al., 2020).

4.4 Waktu Detensi Optimum Proses Flotasi untuk Penghilangan Total Suspended Solid Menurut Bessy dan Euis (2018), pada penelitiannya dilakukan pengamatan pada konsentrase dan presentase penyisihan TSS pada proses flotasi. Estimasi waktu yang digunakan pada proses flotasi terhadap pengamatan kadar TSS yakni selama 16 jam. Pada 2 jam pertama didapat kadar TSS sebesar 55 mg/L dan pada 16 jam terakhir didapat kada TSS sebesar 29 mg/L. Oleh karena itu, praktikum yang telah dilaksanak sudah sesuai dengan literatur, dimana waktu detensi optimum terhadap proses flotasi untuk penghilangan total

(12)

suspended solid terdapat pada lamanya waktu yang dibutuhkan, semakin lama waktu yang digunakan kadar TSS pada air limbah akan semakin berkurang.

4.5 Faktor yang Mempengaruhi Kadar TSS dalam Proses Flotasi

Perubahan dalam konsentrasi TSS (Total Suspended Solids) mungkin terjadi akibat peningkatan durasi detensi selama proses flotasi. Meningkatkan durasi detensi umumnya akan meningkatkan efektivitas pemisahan partikel padat dari fasa cair. Hal tersebut disebabkan oleh adanya waktu tambahan bagi partikel-padat untuk mengendap atau mengalami flotasi menuju permukaan cairan. Dengan durasi detensi yang lebih panjang, partikel-padat memiliki lebih banyak peluang untuk berinteraksi dengan gelembung udara yang diinjeksikan ke dalam sistem flotasi, membantu mengangkat partikel-padat ke permukaan cairan. Oleh karena itu, praktikum dilakukan dengan beberapa estimasi waktu yang berbeda sehingga dapat mempengaruhi kadar TSS pada air limbah, sehingga pengamatan pada praktikum sudah sesuai dengan literatur yang ada (Bessy dan H Euis, 2018).

4.6 Penerapan Proses Flotasi di Bidang Teknik Lingkungan

Proses flotasi ini menggunakan gelembung udara sebagai bantuan untuk memisahkan partikel dari cairan. Dalam pengolahan limbah, proses flotasi digunakan untuk memisahkan logam berat, seperti besi, krom, tembaga, mangan, seng, dan nikel, dari fase cair. Proses flotasi juga digunakan dalam pengolahan limbah cair industri elektroplating, yang mengandung senyawa kimia berbahaya dan beracun. Pada proses flotasi, gelembung udara bantu menghilangkan ion logam dari suatu larutan (Widodo et al., 2021).

Menurut Sumatan (2018), enerapan proses flotasi dalam penelitiannya adalah untuk memisahkan minyak dari air. Proses flotasi digunakan karena memiliki keunggulan dalam pemisahan minyak dengan air dengan cara menginjeksikan udara ke dalam air di bawah tekanan, sehingga udara terlarut dan minyak naik ke permukaan air, setelah itu, air yang telah dipisahkan akan difiltrasi untuk dimanfaatkan kembali. Proses ini memerlukan perhitungan persentase removal kadar minyak yang dipisahkan dari air dan pengukuran jumlah udara optimum dalam proses flotasi untuk mengetahui kadar minyak yang berhasil dipisahkan.

(13)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Proses flotasi adalah metode pemisahan mineral atau ion melalui pengapungan dengan bantuan gelembung udara sampai ke permukaan air. Dalam proses flotasi, gelembung gas yang berfungsi untuk memisahkan komponen-komponen yang akan dipisahkan. Besarnya laju alir gas berpengaruh terhadap kapasitas dan waktu tinggal didalam kolom flotasi. Pada proses flotasi, kadar total suspended solid (TSS) berpengaruh terhadap efisiensi pemisahan. Lama waktu detensi dalam proses flotasi dapat berpengaruh terhadap kadar total suspended solid (TSS). Waktu detensi merujuk pada lamanya waktu yang dihabiskan oleh air atau air limbah dalam suatu sistem pengolahan. Waktu detensi (td) merupakan parameter penting yang menentukan berapa lama setiap tahap pengolahan perlu dilakukan agar tujuan pengolahan dapat tercapai secara optimal. Hubungan waktu detensi dengan proses flotasi melibatkan pentingnya waktu aerasi.

Data praktikum pada (Tabel 4.1) menggambarkan kadar total suspended solid (TSS) dalam air limbah selama 60 menit dengan pengamatan setiap 10 menit. Pada awal pengamatan, TSS dalam air limbah adalah 167 mg/L, kemudian menurun menjadi 84 mg/L pada 20 menit, dan pada 60 menit mencapai 37 mg/L. Pengamatan terhadap TSS permukaan juga dilakukan dengan hasil awal 100 mg/L pada 10 menit, kemudian 74 mg/L pada 20 menit, dan meningkat menjadi 265 mg/L pada 60 menit. Grafik dari data praktikum menunjukkan bahwa hubungan antara waktu dan TSS cenderung berbanding terbalik (Gambar 4.1), karena TSS menurun seiring berjalannya waktu. Namun, hubungan antara waktu dan TSS permukaan menunjukkan hubungan yang berbanding lurus (Gambar 4.2), karena semakin lama waktu yang berlalu, TSS permukaan cenderung meningkat.

5.2 Saran

Pada praktikum kali ini, praktikum telah berjalan dengan lancar namun karena terbatasnya tempat, sehingga para praktikan kurang maksimal dalam memperhatikan asisten praktikum. Oleh karena itu disarankan untuk praktikum diberikan video terkait materi yang akan dilaksanakan.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Astuti W, Isnugroho K, Mufakhir FR, Herlina U, Nurjanah I. 2018. Benefisiasi bijih emas dan perak kadar rendah menggunakan palong dan metode flotasi. Jurnal Rekayasa Proses. 12(2):59-67.

Bessy PAY, Euis NH. 2018. Pengolahan limbah dengan menggunakan sistem flotasi dan lumpur aktif, studi kasus: kawasan industri Ngoro. Jurnal Envirotek 10(2): 43-49.

Hambandima AP. 2017. Optimalisasi Kinerja Pengolahan Limbah Domestik pada MCK Plus Tlogomas. Skripsi. Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Nasional, Malang.

Kusumawardana H, Hariadi W, Djatmiko A. 2022. Permasalahan hukum limbah cair industri di Indonesia. Cakrawala Hukum Majalah Ilmiah Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma 24(2): 36-44.

Nasution ET. 2021. Analisis Kadar Total Suspended Solid (TSS) dan Total Dissolved Solid (TDS) pada Air Limbah di TPA Laempa Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng. Tugas Akhir. Kementrian Perindustrian R.I, Politeknik Ati Makassar.

Nugraha B. 2019. Variasi Waktu Detensi pada FIltrasi Pengolahan Air Limbah Grey Water dalam Penurunan Beban Pencemar. Skripsi. Program Studi Teknik Lingkungan, Jurusan Keteknikan Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang.

Sakinah RN. 2016. Metode Modifikasi dan Lama Perendaman pada Proses Modifikasi Tepung Sukun (Artocarpus Communis) yang Diaplikasikan pada Produk Snack Telur Gabus.

Tugas Akhir. Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan Bandung.Tamjidillah M dan Ramadhan MN. 2023. Teknologi Pengolahan Air Bersih. CV IRDH, Purwokerto.

Tasbieh H, Ahmad A, Muria SR. 2015. Pengaruh waktu detensi terhadap efisiensi penyisihan COD limbah air pulp dan kertas dengan reaktor kontak stabilisasi. Jom FTEKNIK, 2(1):

1-9.

Widodo LU, Sholekhah BA, Ilma HH. 2021. Pengolahan limbah cair industri elektroplating dengan proses flotasi menggunakan methyl ester sulfonate (MES) sebagai collector.

Journal of Research and Technology 7(2): 227-236.

(15)

DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Nur A, Komala PS, Anissa DU. 2020. Penyisihan senyawa organik pada air limbah tahu menggunakan proses elektrokoagulasi pasangan elektroda alumunium. DAMPAK:

Jurnal Teknik Lingkungan Universitas Andalas, 17(2): 62-71.

Sumatan EM. 2018. Pemisahan Emulsi dengan Penggumpalan Deterjen Memakai Metoda Flotasi dan Filtrasi. Tugas Akhir. Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

(16)

LAMPIRAN

(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)

LAMPIRAN TAMBAHAN

(29)
(30)
(31)
(32)
(33)

LAMPIRAN ACC DHP

Gambar

Tabel 3.1 Alat Bahan dan Fungsinya
Tabel 4.1 Data Hasil Praktikum
Gambar 4.1 Hubungan Antara Waktu dan TSS  Sumber: Data diolah Pribadi, 2024
Gambar 4.2 Hubungan Antara Waktu dan TSS Permukaan  Sumber: Data diolah Pribadi, 2024

Referensi

Dokumen terkait