• Tidak ada hasil yang ditemukan

OF DOING BUSINESS (EODB) DI ASEAN-5

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "OF DOING BUSINESS (EODB) DI ASEAN-5"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN FOREIGN DIRECT INVESTMENT (FDI) DAN EKSPOR: STUDI KASUS PERAN INDEKS EASE

OF DOING BUSINESS (EODB) DI ASEAN-5

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Mammad Wildan Fathi Najih 145020100111003

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2019

(2)
(3)

HUBUNGAN FOREIGN DIRECT INVESTMENT (FDI) DAN EKSPOR:

STUDI KASUS PERAN INDEKS EASE OF DOING BUSINESS (EODB) DI ASEAN-5

Muhammad Wildan Fathi Najih, Putu Mahardika Adi Saputra

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya

Email: m.w.fathi1996@student.ub.ac.id

ABSTRAK

Investasi asing langsung (FDI) dan ekspor perukpakan komponen sangat penting dalam perrkonomian terbuka diera saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan silmultan antara Foreign Direct Investment (FDI) dengan ekspor yang ada di ASEAN-5. Dengan menggunakan indeks EODB dan variable makroekonomi sebagai variable kontrolnya. Variable makroekonomi yang digunakan adalah inflasi, kurs, pertumbuhan ekonomi, indeks RCA, dan tenaga kerja. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Teknik analisis yang digunakan adalah two stage least square (2SLS). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut FDI dan ekspor hanya memiliki hubungan satu arah yaitu ekspor mempengaruhi FDI, sedangkan FDI tidak berpengaruh terhadap ekspor. Sedangkan variable indeks EODB berpengaruh terhadap FDI dan ekspor. Untu variable makroekonomi yang mempengaruhi FDI adalah inflasi, kurs, dan pertumbuhan ekonomi tetapi hanya kurs yang tidak berpengaruh terhadap FDI. Semtara itu inflasi dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap FDI. Sedangkan variable makroekonomi yang mempengaruhi ekspor adalah inflasi, tenaga kerja, dan indeks RCA. Variable makroekonomi tersebut baik inflasi, indeks RCA, dan tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap ekspor.

Kata kunci: FDI, ekspor, EODB, dan variable makroekonomi.

A. PENDAHULUAN

Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan ekonomi suatu negara. Menurut teori pertumbuhan Harrod-Domar pertumbuhan ekonomi bisa meningkat dengan adanya tambahan investasi atau stok modal (Todaro, 2011 ). Di negara maju seperti Amerika Serikat investasi merupakan konsumsi terbesar. Pengeluaran konsumsi investasi mencapai 62% dari GNP dengan demikian pengeluaran terbesar dari permintaan agregat (Dornbusch, 1989:

267). Sehingga pada masa resesi yang hebat di Amerika pada tahun 1981 pengeluaran barang dan jasa turun pada waktu tersebut. Penurunan pengeluaran ini berkaitan dengan menurunnya pengeluaran investasi. Pada masa pemulihan pasca resesi di amerika pengeluaran terbesar tersebut kembali di duduki oleh investasi. Dalam penelitian ini menggunakan sample di lima negara Asean yaitu Singapura, Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Philippines.

Gambar 1. Perkembangan FDI di ASEAN-5 tahun 2004 sampai 2017 (dalam juta US dolar) 0

200.000 400.000 600.000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Dalam jjuta US$

Indonesia Malaysia Philippines Singapore Thailand

(4)

Perdagangan internasional merupakan cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara karena tidak semua negara memiliki faktor produksi seperti sumber daya alam, sumber daya manusia dan peralatan produksi (teknologi) yang mencukupi baik dari segi kualitas ataupun kuantitasnya dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat (Tadoro, 2000:26).

Gambar 2. Perkembangan ekspor di ASEAN-5 tahun 2004 sampai 2017 (dalam juta US dolar) Investasi asing (foreign direct investment/FDI) dan ekspor memiliki hubungan yang berlawanan (hubungan negatif) dengan FDI karena bila ekspor meningkat dampaknya adalah FDI akan tertekan sehingga akan menurun. Dari penelitian Sajid Anwar dan Lan Phi Nguyen (2017) mendapatkan hasil bahwa ekspor berpengaruh negatif terhadap FDI akan tetapi dalam kondisi tertentu akan bebpengaruh secara positif seperti keadaan pasca krisis keuangan.

Akan tetapi ada perbedaan antara penelitan Paola Conconi dkk (2015) dengan penelitan Sizhong Sun (2012). Perbedaan ini terdapat pada penagruh FDI terhadap ekspor yang ditemukan oleh Sizhong Sun sementara itu penemuan Paola Conconi dkk masyarakat asing akan menginvestasikan dananya kepada negara yang berpengalan terhadap ekspornya.

Dalam penelitian ini menggunakan variable iklim bisnis yang digambarkan melalui Ease Of Doing Business (EODB) dan variable makroekonomi sebagai variable independennya. Variable makroekonomi tersebut antaralain adalah inflasi, kurs, pertumbuhan ekonomi, tenaga kerja dan indeks Revealed Comparative Advantage (RCA).

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan silmultan antara FDI dengan ekspor.

Akan tetapi bukan hanya itu saja tetapi juga mengtahui pengaruh EODB dan variable makroekonomi.

Besaran tingkat FDI yang masuk juga dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi, saat ekonomi tumbuh atau stabil FDI yang masuk juga akan naik berbeda dengan negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang tidak stabil. Dalam penelitian yang berjudul “The dynamic relationship between energy consumption, investment and economic growth in China's rural area: New evidence based on provincial panel data” (Yu Hao et al., 2018) membuktikan bahwa pertumbuhan ekonomi dan FDI dalam jangka panjang memiliki hubungan kasualitas granger dua arah, artinya pertumbuhan ekonomi di perdesaan yang ada di China dapat merangsang pertumbuhan FDI perdesaan.

Dalam invetasi asing selalau berkaitan antara FDI dengan tingkat kurs atau nilai tukar. Tentu saja nilai tukar memiliki pengaruh besar dalam FDI asing karena saat nilai tukar melemah banyak FDI asing yang masuk. Dalam penelitian dari Yahya Waqas dkk (2015) yang berjudul Macroeconomic factors and foreign portofolio investment volatility: A case of south Asia countries membuktikan bahwa di negara China nilai tukar berpengaruh terhadap FDI.

Faktor besar atau kecilnya FDI yang masuk sangat tergantung dari tingkat inflasi. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat dari Boediono (1982:162) tentang inflasi adalah pajak atas saldo yang dipegang oleh masyarakat. Semakin tinggi pajak maka banyak masyarakat yang akan menghidari.

Selain itu inflasi akan menaikkan tingkat bunga, sehingga kenaikan bunga akan mengurangi tingkat FDI yang diharapkan. Untuk kasus ekspor inflasi juga memiliki dampak terhadap ekspor. Menurut Ambarini (2015) inflasi dapat menimbulkan masalah pada neraca pebayaran. Artinya dengan adanya inflasi ini dapat menggangu kinerja ekspor. Selain itu inflasi membuat harga barang dalam negeri

0 20.000 40.000 60.000 80.000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

dalam juta US$

Indonesia Malaysia Philippines Singapore Thailand

(5)

menjadi semakin mahal dan membuat negara mengimpor barang agar dapat menurunkan harga. Bagi perusahaan pengekspor membuat barang yang diproduksi menjadi tidak kompetitif karena harga semakin mahal.

Penelitian Aziz (2017) yang berjudul “Institutional quality and FDI inflows in Arab economies

menyatakan bahwa kualitas kelembagaan yang ada di Arab menetukan besarnya aliran FDI. Dari penelitian ini dapat dikatakan bahwa faktor kelembagaan utamanya ease of doing business memegang peranan penting dalam mempengaruhi tingkat FDI yang masuk. Namun, dampak dari EODB tidak hanya menciptakan iklim FDI tatapi juga dapat menigkatkan tingkat ekspor. Pernyataan ini didasari oleh temuan dari Zhu dan Fu (2013) yang berjudul “Drivers of Export Upgrading” yang menyatakan bahwa kualitas kelembagaan juga berpengaruh terhadap peningkatan ekspor.

Selain variable diatas ada variable yang hanya mempengaruhi tingkat ekspor seperti dalam penelitian ini adalah indeks Revealed Comparative Advantage atau biasa disebut indeks RCA.

Penjelasan ini didukung oleh temuan dari Erkan dan Sarıçoban (2014). Indeks RCA menunjukkan keunggulan komparatif atau daya saing ekspor dari suatu negara dalam suatu komoditas terhadap dunia (Tambunan, 2001).

Variable lain yang mempengaruhi tingkat ekspor adalah tenaga kerja yang tersedia. Pernyataan ini terdapat dalam asumsi keunggulan absolut (absolute advantage) milik Adam Smith, yang mana teori ini lebih fokus pada teori nilai tenaga kerja. Menurut Nopirin (2014) teori nilai tenaga kerja merupakan satu-satunya faktor produksi dan bersifat homogen, sehingga secara sederhana teori nilai tenaga kerja digunakan pada teori absolute advantage.

Tujuan dari penulisan ini adalah unruk mengetahui hubungan silmultan antara FDI dengan ekspor.

Selain itu juga untuk mengtahui pengaruh EODB terhadap FDI dan ekspor yang ada di ASEAN-5.

B. TINJAUAN PUSTAKA A.Teori Investasi asing (Foreign Direct Investment/FDI)

Penanaman modal asing adalah investasi yang dananya berasal dari masyarakat luar negeri. Sama seperti dengan penanaman modal dalam negeri di Indonesia telah diatur dalam UU 25 tahun 2007.

Menurut perundangan tersebut arti dari penananman modal asing adalah pananman modal asing yang berada di Indonesia oleh masyarakat luar negeri baik dengamn modal sepenuhnya dari luar negeri maupun patungan dengan masyarakat dalam negeri. Menurut Kurniati dkk (2007) Investasi Asing Langsung (FDI) didefinisikan sebagai investasi jangka panjang yang dilakukan secara langsung oleh investor asing di dalam suatu bidang usaha warga negara lain.

Investasi di dalam bentuk FDI merupakan investasi yang relatif stabil di dalam jangka panjang.

FDI ini guna memepercepat pemulihan perekonomian karena mendapat bantuan dana dan penyerapan tenaga kerja yang cukup luas. Selain itu, masuknya FDI menunjukkan kepercayaan investor asing untuk melakukan kegiatan ekonominya di negara tujuan sehingga mendorong capital inflow (arus modal masuk).

Menurut Kurniati dkk (2007) FDI juga dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: greenfield dan akuisisi. Investasi dengan jenis greenfield akan membangun unit produksi yang baru sementara FDI dengan tipe akuisisi akan membeli sebagian kepemilikan dari perusahaan yang sudah ada sebelumnya.

Sementara itu, FDI juga dapat dibedakan berdasarkan motivasi yang melatarbelakangi invetor asing, yaitu ( Kurniati dkk, 2007):

1) Resource seeking: Investasi dilakukan untuk mencari faktor-faktor produksi yang lebih efisien di negara lain dibandingkan dengan menggunakan faktor produksi di dalam negeri yang lebih mahal.

2) Market seeking: Investasi yang dilakukan dengan tujuan mencari pasar yang baru atau mempertahankan pasar yang lama. Strategi ini dapat juga dilakukan sebagai strategi pertahanan. Investasi dengan latar belakang untuk mencari pasar direalisasikan di dalam bentuk merger dan akuisisi.

(6)

3) Efficiency seeking: Investasi dimana perusahaan berusaha untuk meningkatkan efisiensinya dengan mengambil keuntungan dari economic scale dan scope. Tipe FDI ini banyak digunakan di negara-negara berkembang.

B. Ekspor

Ekspor merupakan salah satu komponen perdagangan internasional. Terjadinya ekspor disebabkan oleh perbedaan karakteristik suatu negara. Selain juga dirasakan adanya manfaat dari perdangan atau gain from trade (Boediono, 1981). Karena ada banyak sekali manfaat dari perdaganagn internasional. Selain itu menurut Nopirin (2014) perdagangan internasional terjadi karena faktor produksi yang berbeda sehingga menyebabkan perbedaan harga.

Perdagangan awalnya tibul karena pola konsumsi masyarakat yang berbeda akan tetapi lambat laun teori ini sudah tidak sesuai karena pada era sekarang yang mendasari terjadinya perdaganagn internasional adalah karena faktor produksi. Dari kasus tersebut muncullah bayak argumen dari banyak sekali ekonom.

1) Teori keunggulan Absolut

Dalam teori absolut menurut Adam Smith ini didasarkan pada keunggulan absolut. Teori ini menjalaskan bahwa negara satu lebih efisien dalam memproduksi barang satu daripada negara lain, akan tetapi kurang efisien dalam memproduksi barang yang kedua. Sedangkan negara yang lain lebih efisien memproduksi barang kedua. Dengan demikian kedua negara memanfaatkan keunggulan atas produksi barang mereka dan bertukar barang. Pada akhirnya akan terjadi spesialisasi antar negara atas barang yang di produksinya (Salvatore, 2014).

2) Teori keunggulan Komparatif

Setelah teori keunggulan absolut pada tahun 1817 muncul teori baru dari David Ricardo tentang teori keunggulan komparatif dalam bukunya yeng berjudul principle of political economy and taxation. Dalam teori ini ketika suatu negara kurang efisien dalam memproduksi barang (keunggulan absolut) masih ada landasan saling menguntungkan. Menurut Salvatore (2014) negara pertama harus mengkhususkan diri dalam produksi dan ekspor komoditi yang mempunyai kerugian absolut yang lebih kecil (menjadi kerugian keunggulan komparatif) dan mengimpor komoditas yang mempunyai kerugian absolut yang lebih besar (menjadi kerugian komparatif). Menurut Boediono (1981) dalam teori keunggulan komparatif negara akan mengekspor komoditi yang memiliki komparatif yang tinggi dan impor komoditi yang memiliki komparatif rendah.

C. Ease Of Doing Business (EODB)

Ease Of Doing Business atau yang lebih dikenal dangan EODB merupakan indikator yang digunakan mempermudah masyarakat luar negeri ketika ingin membangun bisnis atau beinvestasi ke negara lain. Ease of doing business ini merupakan indikator penenilaian bisnis yang diterbitkan oleh bank dunia pada tahun 2004. Sampai saat ini telah ada 190 negara yang telah tercatat di EODB.

Indikator ini menghubungkan investasi atau bisnis dengan faktor kelembagaan atau peraturan yang ada di setiap negara. Faktor peraturan tersebut meliputi kemudahan dalam perizinan dan penekanan biaya, misalnya memperpendek waktu perizinan dan menekan biaya pajak. Tujuan dari adanya ease of doing business adalah untuk mengukur kesederhanaan, efisiensi dan aksesibilitas dari peraturan.

EODB merupakan salah satu dari faktor indikator yang mempengaruhi iklim bisnis. Menurut Haryotejo dan Rayadiani (2009) menyebutkan bahwa indiktor iklim usaha yang buruk dipengaruhi oleh kelembagaan yang buruk. Sedangkan dalam penelitian dari Aziz (2017) Institutional Quality and FDI Inflow in Arab Economies menggunakan EODB sebagai pengganti dari kelembagaan itu sendiri.

Sehingga dalam penelitian ini menggunakan iklim bisnis yang diwakilkan oleh EODB itu sendiri.

Peringkat EODB ini mencerminkan keadaan peraturan yang ada dinegara tersebut. Semakin tinggi peringkat EODB suatu negara makan negara tersebut semakin kondusif dalam peraturannya dan mencerminkan kondisi ekonomi sosial yang membaik. Peningkatan di dalam indikator ease of doing business biasanya digunakan untuk proksi perubahan dari peraturan dan regulasi yang akan berdampak

(7)

terhadap proses administrative, biaya dan waktu berdasarkan peraturan yang berlaku (eodb.go.id, 2016). Tinggi tendahnya peringkat EODB ini tergantung dari sepuluh indikator yang ada dalam EODB, berikut adalah indikator: 1) Starting a business 2) Dealing with contruction 3) Registering property 4) Paying taxes 5) Getting credit 6) Enforcing contract 7) Getting electricity 8) Trading across bolders 9) Resolving insolvency 10) Protecting minority

D. Inflasi

Inflasi adalah kenaikan harga barang yang sifatnya umum dan terus menerus (Ambarini, 2015).

Selain itu menurut Nopirin inlasi adalah proses kenaikan harga secara umum dan terus menerus, akan tetapi barang dan jasa tidak naik dalam presentase yang sama (Natsir, 2014). Sedangkan menurut Natsir sendiri peresetase kenaikan harga barang atau jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga (Natsir, 2014). Dari pengertian para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa inflasi merupakan kenaikan harga barang atau pun jasa yang secara umum (agregat) dan terus menerus

E. Nilai Tukar / Kurs

Nilai tukar tidak lepas dari perkonomian terbuka karena dalam perkonomian terbuka selalu menggunakan mata uang asing. Hal ini disebabkan karena pembayaran untuk perdagangan internasional tidak mungkin menggunakan mata uang domestik. Pada zaman dulu negara menggunakan emas sebagai acuan akan tatapi pada zaman sekarang menggunakan dollar sebagai acuan mata uang asing di dunia. Dalam buku karya sukirno (2004) arti dari kurs sendiri adalah sebagai jumlah uang domestik, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan, untuk memeperoleh mata uang negara lain.

Untuk menentukan tinggi rendahnya suatu nilai tukar ada tiga sistem yang sering digunakan (Gilarso, 2004) sebagai berikut:

1) Sistem tetap (fixed exchange rate)

Pada sistem ini nilai tukar telah ditentukan oleh pemerintah, sehingga nilai dari kurs tersebut tetap. Artinya ketika nilai mata uang jatuh pemerintah akan mengembalikan pada harga yang telah ditentukan begitu pun sebaliknya.

2) Sistem bebas (floating exchange rate)

Sitem bebas ini adalah sistem yang dibentuk oleh pemerintah dan penawaran valuta asing di pasar bebas, lepas dari kaitan emas dan campur tangan pemerintah. Artinya nilai tukar mata uang dengan bebas naik dan turun. Dengan kebijakan ini kurs-kurs dibiarkan bergerak bebas sesuai denga permintaan.

3) Sistem distabilan/mengambang terkendali (managed floating)

Sistem ini didasarkan pada perjanjian internasional, yaitu ditetapkan oleh pemerintah dalam perbandingan tertentu. Dalam sistem ini tinggi rendahnya nilai tukar tergan tung pada permintaan pasar valuta. Akan tetapi masih ada campur tangan pemerintah yang membatasi pergerakan kurs tesebut.

F. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah sebagai cerminan dari tingkat keberhasilan dari tujuan kebijakan ekonomi pada periode tertentu. Tujuan dari pertuhitungan dari pertumbuhan ekonomi adalah untuk mengetahui penikatan kondisi perekonomian suatu negara. Cara perhitungan dari pertumbuhan sendiri adalah dengan menggunakan nilai GDP karena penaksiran perubahan output dengan menilai moneter yang tercermin dalam GDP. Selain itu penggunaan GDP sebagai perhitungan pertumbuhan karena dalam realita sangat sulit untuk mencatat jumlah produksi barang dan jasa. Perubahan dari GDP sudah menunjukan perubahan jumlah kuantitas dari barang dan jasa dari periode pengamatan (Rahardja dan Manurung, 2008).

G. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting karena dalam produksi barang dan jasa tenaga kerja pasti sangat dibutuhkan terutama perusahaan yang berbasis padat karya.

(8)

Tenaga kerja adalah mereka yang bekerja untuk diri sendiri maupun untuk keluarga yang sedang tidak bekerja (Sumarsono, 2003). Artinya disini tenaga kerja merupakan seseorang yang siap bekerja untuk mendapatkan upah. Tenaga kerja di Indonesia juga telah diatur dalam undang-undang nomor 13 tahun 2003. Menurut undang-undang tersebut arti dari tenaga kerja adalah Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.

H. Revealed Comparative Advantage (RCA)

Daya saing suatu komoditas ekspor suatu negara atau industri dapat dianalisis dengan berbagai macam metode atau diukur dengan sejumlah indikator. Salah satu diantaranya adalah Revealed Comparative Advantage(RCA). Demikian juga dapat dilakukan dengan metode Constant Market Share dan Real Effective Exchange Rate. Disamping itu, laporan tahunan dari World Economic Forum (WEF) mengenai Global Competitiveness Index (GCI) juga dapat sebagai ukuran daya saing suatu negara setiap tahunnya. GCI adalah indeks gabungan dari sejumlah indikator ekonomi yang telah teruji secara empiris memiliki korelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi (PDB) untuk jangka menengah dan panjang. Secara teoritis juga mempunyai korelasi positif dengan kinerja atau tingkat daya saing ekspor. (Tambunan, 2001). Adapun cara mengjitung RCA adalah sebagai berikut:

𝑅𝐶𝐴 =(𝑋(𝑋𝑖𝑎/𝑋𝑎)

𝑖𝑤/𝑋𝑤)

(1)

Dimana: X : Ekspor a : Negara asal

i : Jenis komoditi w : Dunia

Bila hasil indeks RCA dari suatu negara untuk komoditas tertentu lebih besar dari 1, maka berarti negara yang bersangkutan mempunyai keunggulan komparatif di atas rata-rata dunia dalam komoditas tersebut. Sebaliknya, bila hasilnya lebih kecil dari 1 berarti keunggulan komparatif untuk komoditas tersebut rendah atau di bawah rata-rata dunia.

C. MODEL PENELITIAN A. Model Penelitian

Metode penelitian dengan pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik tertentu (Sugiyono, 2013). Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder. Data tersebut diperoleh dari world bank dan doing busines.

Pada penelitian ini menggunakan datapanel dengan 5 negara di kawasan Asean pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2017. Negara kawasan Asean tersebut meliputi Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Philippines. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui hubungan silmultan antara tingkat FDI yang masuk disuatu negara dengan tingkat ekspornya. Model yang cocok untuk permasalahan ini adalah dengan menggunakan model 2SLS atau 2 Stage Least Square. 2SLS adalah metode malalui dua tahap regresi dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square).

Variabel bebas (independent variable), yaitu variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah ease of doing business (EODB), inflasi (INF), kurs (KRS), pertumbuhan ekonomi (EGR), indeks RCA (RCA), dan tenaga kerja (TKR). Dalam model data panel persamaan model dengan menggunakan data cross-section dapat ditulis sebagai berikut:

FDI𝑖𝑡= α + β(KRS)𝑖𝑡+ β(EGR)𝑖𝑡+ β(EODB)𝑖𝑡+ β(INF)𝑖𝑡 + β(EKS)𝑖𝑡+ 𝑢1 (2) EKS𝑖𝑡= α + β(TKR)𝑖𝑡+ β(RCA)𝑖𝑡+ β(EODB)𝑖𝑡+ β(INF)𝑖𝑡+ β(FDI)𝑖𝑡+ 𝑢2 (3)

dengan FDI (Investasi langsung asing) dan EKS (ekspor) merupakan variabel dependen yang saling tergantung (hubungan timbal balik) atau bersifat endogen, variabel TKR (tenaga kerja), INF (inflasi), KRS (kurs), RCA (indeks RCA), EGR (pertumbuhan ekonomi), dan EODB (indeks EODB) merupakan variabel explanatoris yang bersifat eksogen.

(9)

Yang perlu di ingit bahwa persamaan (2) dan (3) tersebut adalah overidentifiid. Untuk menerapkan 2 sls ada beberapa tahap, pertama melakukan regresi variable endogen pada seluruh variable predetermined dalam sistem tersebut, jadi:

𝐹𝐷𝐼̂𝑖𝑡 = π + π(EODB)𝑖𝑡+ π(INF)𝑖𝑡+ π(EGR)𝑖𝑡+ π(TKR)𝑖𝑡+ π(RCA)𝑖𝑡+ û1 (4) 𝐸𝐾𝑆̂𝑖𝑡 = π + π(ERT)𝑖𝑡+ π(EODB)𝑖𝑡+ π(INF)𝑖𝑡+ π(TKR)𝑖𝑡+ π(RCA)𝑖𝑡+ û2 (5)

Tahap selajutnya adalah mengganti FDI dan EKS dalam persamaan semula (structural) dengan nilai estimasinya dari dua regresi sebelumnya dan selanjutnya memperoses regresi OLS, jadi:

FDI𝑖𝑡= α + β(𝐸𝐾𝑆̂)𝑖𝑡+ β(KRS)𝑖𝑡+ β(EODB)𝑖𝑡 + β(INF)𝑖𝑡+ β(EGR)𝑖𝑡+ ɛ1 (6) EKS𝑖𝑡= α + β(𝐹𝐷𝐼̂ )𝑖𝑡+ β(TKR)𝑖𝑡+ β(RCA)𝑖𝑡+ β(EODB)𝑖𝑡+ β(INF)𝑖𝑡+ ɛ2 (7)

Dimana ɛ1 = 𝑢1+ 𝛽û2 dan ɛ2 = 𝑢2+ 𝛽û1. Jadi estimasi tersebut sudah akan menjadi konsisten.

Sebelum melakukan estimasi 2SLS ada tahapan yang harus dilakukan yaitu uji identifikasi, dan uji silmultanitas. Suatu persamaan dikatakan identified hanya jika persamaan tersebut dinyatakan dalam bentuk statistik unik dan menghasilkan taksiran parameter yang unik. Masalah identifikasi berkaitan dengan apakah estimasi numerik parameter persamaan struktural dapat diperoleh dari mengestimasi koefisien persamaan reduced form. Dalam model M persamaan simultan agar persamaan tersebut identified, maka jumlah variabel eksogen yang dikeluarkan dari persamaan tidak boleh lebih kecil dari jumlah variabel endogen yang dimasukkan dalam persamaan dikurangi 1 atau ditulis dengan rumus sebagai berikut:

 Jika (K – k) ≥ (m -1), maka disebut underidentified

 Jika (K – k) = (m -1), maka disebut just atau exactly identified

 Jika (K – k) > (m – I), maka disebut overidentified.

Uji silmultanitas dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan simultan antar persamaan. Analisis ini menguji apakah variabel endogen regressor berkorelasi dengan error atau tidak. Jika persamaan tidak ada hubungan simultanitas (simultaneity problem), maka Ordinary Least Squares estimator menghasilkan konsisten dan efisien estimator. Namun demikian sebaliknya jika ada hubungan simultan antar persamaan, OLS bukanlah suatu estimator yang efisien dan konsisten. Metode Two- Stage Least Square (2SLS) dan variabel instrumental akan memberikan hasil estimasi yang konsisten dan efisien (Ghozali, 2009).

Pengujian Asumsi Klasik digunakan agar tidak terjadi penyimpangan yang cukup serius dari asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dalam metode Ordinary Least Square (OLS) yang meliputi uji antara lain: Uji Multikoliniaritas, Uji Autokorelasi, dan Uji Heteroskedastisitas (Ghozali, 2006).

B. Definisi Operasional

Tabel 1. Rangkuman definisi operasional

Nama variable Pengertian Prosentase

Foreign Direct Investment (FDI)

Investasi asing langsung mengacu pada aliran ekuitas investasi langsung dalam ekonomi pelaporan. Ini merupakan jumlah modal ekuitas, investasi kembali pendapatan, dan modal lainnya.

Dolar AS ($)

Ekspor Ekspor barang mengacu pada semua barang bergerak yang terlibat dalam perubahan kepemilikan dari penduduk menjadi bukan penduduk

Dolar AS ($)

(10)

Ease Of Doing Business (EODB)

Kemudahan dalam melakukan bisnis dengan mempermudah aliran birokrasi serta mengefisiensikan waktu dengan indikator nilai DTF 1 (paling buruk) sampai 100 (paling baik).

Distance to Frontier (DTF)

Inflasi Inflasi yang diukur dengan indeks harga konsumen dimana mencerminkan persentase perubahan tahunan dalam biaya terhadap rata-rata konsumen dalam memperoleh barang dan jasa.

Persen (%)

Kurs Nilai tukar resmi mengacu pada nilai tukar yang ditentukan oleh otoritas nasional atau nilai tukar yang ditentukan dalam pasar nilai tukar yang disetujui secara hukum. Dihitung dengan rata-rata tahunan berdasarkan rata-rata bulanan (mata uang lokal terhadap dolar A S)

Dolar AS ($)

Pertumbuhan Ekonomi

Tingkat pertumbuhan persentase tahunan PDB dengan harga pasar berdasarkan pada mata uang lokal yang konstan. PDB adalah jumlah nilai tambah yang ditambahkan oleh semua produsen dalam perekonomian ditambah pajak produk apa pun dan minus subsidi apa pun yang tidak termasuk dalam nilai produk. Itu dihitung tanpa membuat pengurangan untuk depresiasi aset palsu atau untuk penipisan dan degradasi sumber daya alam.

Persen (%)

Revealed Comparative Advantage(RCA)

Merupakan suatu indeks untuk mengukur tingkat keunggulan (comparative advantage) suatu negara terhadap negara lain akan suatu komoditas.

Tenaga Kerja Total keseluruhan orang siap memasokkan diri untuk produksi barang dan jasa pada periode tertentu.

Jiwa

Sumber: Penulis, 2019

D.HASILDANPEMBAHASAN A. Hasil Uji Estimasi

Teknik analisis yang digunakan untuk menjawap tujuan dari penelitian ini adalah panel Two Stage Least Square (2SLS). Sebelum melakukan analisis tersbut ada tahapan untuk menunjukan bahwa metode 2SLS adalah metode yang tepat. Tahapan tersebut:

1) Uji Silmultanitas

Uji silmultanitas ini bertujuan untuk mengatahui apakah endogen berkorelasi dengan residual. Dari perhitungan tersebut didapatkan bahwa koefisien unstandardized residual signifikan di bawah α (0.05) yaitu sebesar 0.0000 untuk persamaan 2. sedangkan untuk persamaan 3 mendapatkan hasil sebesar 0,009, sehingga dari perhitungan tersebut dapat menggunakan 2SLS untuk mengestimasi model.

(11)

2) Uji Identifikasi

Sebelum melakukan uji 2SLS model harus dilakukan uji identifikasi pada persamaan struktural. Berdasarkan uji yang dilakukan persamaan 2 dan 3 overidentified dengan nilai K- k>m-1 (2>1), sehingga metode estimasi 2SLS dapat digunakan pada model tersebut agar lebih efisien.

3) Uji Asumsi Klasik

Berdasarkan perhitungan penelitian ini telah lolos uji asumsi klasik. Peerhitungan asumsi klasik terdapat pada lampiran.

4) Estimasi 2SLS

Berdasarkan hasil uji dari silmultanitas dan identifikasi telah menunjukan bahwa kedua persamaan tersebut overidentified, sehingga estimasi untuk persamaan tersebut menggunakan 2SLS. Berdasarkan hasil estimasi tersebut didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil estimasi 2SLS

Variable ASEAN - 5 ASEAN-4 (Tanpa Singapura)

Prob. Coefficient Prob. Coefficient Dependen Foreign Direct Investment (FDI)

C 0.0569*** 6.21E+10 0.4918 2.97E+10

Ekspor 0.0006* 0.308005 0.0712*** 0.311762

EODB 0.0283** -1.55E+09 0.2753 -1.15E+09

Inflasi 0.0290** -1.29E+09 0.6799 2.33E+08

Kurs 0.2950 1768356. 0.2506 1821601.

Pretumbuhan ekonomi

0.0417** 1.05E+09 0.1535 8.32E+08 Dependen Ekspor

C 0.4695 5.46E+11 0.4879 -1.02E+11

FDI 0.5372 -4.959408 0.2367 2.236374

EODB 0.0436** 6.91E+09 0.0012* 4.24E+09

Inflasi 0.4140 4.05E+09 0.7963 -5.75E+08

RCA 0.3029 -8.39E+11 0.7907 -2.35E+10

Tenaga Kerja 0.6751 1779.438 0.7781 -505.4685

Sumber: Hasil olah data (2019)

Ket: *) signifikan pada α 1%; **) signifikan pada α 5%; ***) signifikan pada α 10%

Adapun penjelasan dari faktor-faktor yang mempengaruhi dari FDI dan ekspor dijelaskan sebagai berikut:

 Nilai R square yang ditunjukan nilai 0.802 atau 80,2% artinya FDI di ASEAN-5 dipengaruhi sebesar 80,2% oleh ekspor, inflasi, kurs, EODB, suku bunga, dan pertumbuhan ekonomi. Sementara itu sisanya dipengaruhi oleh faktor diluar variable yang ada dalam penelitian. Serdangkan nilai R square dari estimasi ekspor menunjukan nilai 0.359 atau 35,9% artinya investasi asing di ASEAN-5 dipengaruhi sebesar 35,9% oleh ekspor, inflasi, kurs, EODB, suku bunga, dan pertumbuhan ekonomi. Sementara itu sisanya dipengaruhi oleh faktor diluar variable yang ada dalam penelitian.

 Nilai dari uji F adalah sebesar 0.0000 yang artinya nilai probabilitasnya < α 5%.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara besama-sama ekspor, inflasi, kurs, EODB, suku bunga dan pertumbuhan ekonomi dapat mempengaruhi investasi asing (FDI) di ASEAN-5. Sesangkan untuk estimasi dari ekspor nilai dari uji F adalah sebesar

(12)

0.7470 yang artinya nilai probabilitasnya > α 5%. Sehingga dapat disimpulkan FDI, inflasi, kurs, EODB, tenaga kerja, dan RCA tidak mempengaruhi secara bersama- sama terhadap ekspor di ASEAN-5.

B. Pembahasan

Adapun beberapa hipotesis yang dijawab untuk menjawab tujuan penelitian, melalui estimasi 2SLS ini. Hasil dari pembahasan ini akan dikaitkan dengan teori sebumnya adalah:

1) Hubungan FDI dengan Ekspor

Dalam penelitian ini menunjukan pentingnya ekspor disetiap negara. Hal ini ditunjukan dengan pengaruh yang positif dari ekspor terhadap investasi asing langsung. Investor yang menginvestasikan dananya dikawasan negara ASEAN karena negara tersebut memiliki pangsa pasar ekspor yang cukup luas. Sehingga menjadikan negara di kawasan ini sangat banyak digandrungi para investor dari luar negeri. Sehingga dapat dikatakan bahwa ekpor bisa menjadi acuan masyarakat luar negeri untuk nemanamkan modalnya.

Akan tetapi dalam penelitian ini FDI yang masuk tidak dapat mempengaruhi kinerja dari ekspor. Hal ini disebabkan karena investasi asing langsung yang masuk umumnya berjenis horizontal platform dan memiliki motif market seeking. Market seeking menjelaskan bahwa perusahaan memilih suatu negara sebagai tujuan investasinya karena mengejar potensi pasar yang ada di negara tersebut. Sehingga FDI tersebut cenderung mengejar potensi pasar domestik yang besar jika dibandingkan dengan menjadikan negara tujuan sebagai basis ekspor (export base). Keadaan tersebut menjadikan pergesaran dari ekspor-impor menjadi pembukaan fasilitas produksi guna menekan biaya perdagangan antar negara (trade cost) dan/atau meningkatkan efisiensi.

Pendapat ini juga telah didukung dari penelitian terdahulu seperti Sun (2012) yang mana menjelaskan bahwa masyarakat asing akan menginvestasikan dananya terhadap negara yang berpengalan terhadap ekspornya. Selain itu juga diperkuat oleh Muslim (2016) mendapatkan hasil bahwa pertumbuhan FDI juga dipengaruhi oleh pertumbuhan ekspor. Penelitian Xu dan Chen dalam tulisan Muslim mengatakan bahwa negara yang ada di Eropa termotivasi untuk menginvestasikan dananya di ASEAN karena kawasan ini merupakan daerah yang berorientasi pada ekspor, memiliki perkembangan ekonomi yang pesat serta memiliki cakupan daerah tujuan ekspor yang sangat luas. Temuan lain dari Soekro dan Widodo (2015) menyatakan bahwa investasi asing langsung yang masuk pada dasarnya bersifat horizontal platform, dalam arti investor asing yang semula melakukan ekspor-impor bergeser operasinya dengan membuka fasilitas produksi.

2) Hubungan Ease Of Doing Business (EODB ) dengan FDI dan Ekspor

Dalam penelitian ini telah ditunjukan bahwa sangat pentingnya indeks EODB ini bagi setiap negara sampel penelitian. Hal tersbut terbukti dengan signifikannya EODB terhadap ekpor dan FDI. Meskipun signifikansi EODB terhadap FDI negatif signifikan. EODB ini merupakan cerminan dari iklim bisnis yang digambarkan melui faktor kelembagaan. EODB ini dapat berpengaruh terhadap ekspor dan FDI karena dengan adanya indeks ini dapat dapat memotong atau mengurangi alur birokrasi yang dapat menghambat serta mengurangi biaya.

Seperti contohnya Dengan ilustrasi tersebut membuat lebih efisien waktu dan biaya.

Penyataan ini juga didukung dari penelitian dari Corcoran dan Gillanders (2015) menjelaskan bahwa EODB memiliki pengaruh terhadap FDI. Hal ini dikarenakan permudahan dalam ngurus administrasi dan menghemat biaya. Selain itu penelitian Zhu dan Fu (2013) faktor kelembagaan juga memiliki pengaruh terhadap ekspor, yang mana dalam penelitian ini OEDB sebagai faktor kelembagaan tersebut. Artinya dapat disimpulkan bahwa indeks EODB ini memang diperlukan untuk negara seperti Malaysia, Thailand, Indonesia, dan Philippina.

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja ekspor dan FDInya.

(13)

3) Hubungan variable Makro Ekonomi terhadap FDI dan Ekspor

Untuk variable makro yang dalam penelitian ini meliputi kurs, inflasi, tenaga kerja, RCA, suku bunga, dan pertumbuhan ekonomi. Penjelasan penagruh variable makroekonomi terhadap FDI dan ekspor adalah sebagai berikut:

a. Pengaruh kurs, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi terhadap FDI

Penelitian ini menunjukan kurs tidak berpengaruh terhadap FDI. Hal ini karena investasi merupakan instrumen jangka panjang. Sehingga instrumen yang bersifat jangka pendek tidak terlalu memiliki pengaruh terhadap investasi. Pergerakan kurs berubah setiap waktu sehingga dalam penanaman modal jarang dipakai sebagai acuan. Sehingga para investor tidak terlalu merespon perubahan kurs yang sewaktu-waktu. Selain itu para investor masih memiliki banyak pertimbangan untuk menginvestasikan dananya. Seperti contonya perkembangan kurs di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2011 kurs rupiah terhadap dolar sebesar 8770 rupiah dan pada tahun 2016 sebesar 13308 rupiah, tetapi pada tahun 2011 investasi Indonesia mengalami kenaikan dari 20 milyar dolar menjadi 25 milyar dolar pada tahun 2014. Dari kejadian tersebut dapat dikatakan bahwa pergerakan kurs yang besfiat jangka pendek kurang direspon oleh investor sebagai acuan untuk berinvestasi yang besifat jangka panjang. Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Waqas (2015) bahwa nilai tukar tidak mempunyai pengaruh terhadap investasi di negara Pakistan.

Berdasarkan tabel 2 pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap FDI si ASEAN-5.

Pertumbuhan ekonomi yang bagus akan merangsang investor untuk menanamkan modalnya. Hal tersebut terjadi karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi menunjukkan kemampuan dari negara tersebut dalam meningkatkan kemampuan perekonomian, sehingga dapat menarik bagi investor untuk menginvestasikan dananya karena pertumbuhan ekonomi yang besar akan berdampak pada meningkatnya kemampuan negara tersebut untuk menghasilkan barang dan jasa. Hal ini merupakan situasi yang menguntungkan dan positif bagi investor untuk menanamkan modalnya di negara tersebut.

Pernyataan ini didukung oleh penelitian dari Hao dkk. (2018) yang telah membuktikan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat merangsang iklim investasi. hal ini terjadi karena pertumbuhan ekonomi mencerminkan keadaan negara tersebut. Sehingga dengan melihat pertumbuhan yang bagus maka investor dapat pemrediksi sebagi peluang yang baik untuk investasi.

Sementara ituberdasarkan tabel 2 inflasi berpengaruh terhadap FDI si ASEAN-5.

Dalam penelitian ini inflasi merupakan cerminan dari tingkat suku bunga (Ambarini, 2015). Yang mana dalan teori dikatakan bahwa hubungan antara suku bunga dengan investasi adalah negatif. Inflasi yang tinggi akan mengakibatkan kenaikan suku bunga yang tinggi pula. Kenaikan sukubunga akan berdampak pada penurunan investasi sehingga dengan naiknya inflasi juga akan berdampak pada penurunan FDI juga. Temuan ini didukung dengan pernyataan dari Asiamah dkk (2018) yang menemukan bahwa inflasi memiliki pengaruh terhadap investasi asing langsung.

b. Pengaruh inflasi, RCA, dan tenaga kerja terhadap ekspor

Dalam penelitian ini indeks RCA sebagai indeks keunggulan komparatif tidak memiliki dampak terhadap kinerja ekspor. Peramsalahan ini terjadi karena setiap negara mempunyai perjanjian perdagangan dengan negara importir. Perjanjian tersebutlah yang menyebabkan keterikatan antara kedua negara untuk melakukan perdagangan. Jadi dengan adanya perjanjian tersebut membuat negara importir harus mengimpor barang dari eksportir meski barang tersebut memiliki daya saing yang rendah dibandingkan dengan negara lainnya. Temuan penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Rosita (2017) yang mengatakan bahwa pertumbuhan RCA tidak dapat mempengaruhi pertumbuhan ekspor.

(14)

Inflasi tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja ekspor hal ini ditunjukan bahwa komoditas utama ekspor negara seperti Indonesia, Philippina, Thailand, dan Malaysia bukan barang primer. Sehingga ketika barang ekspor dari negara tersebut mengalami kenaikan harga maka para importir utama tidak perlu mengimpor barang tersebut atau bisa mengimpor barang sibtitusinya. Sehingga dari pernyataan tersebut gejolak inflasi tidak berpengaruh terhadap kinerja ekspor. Hal ini dapat dilihat bahwa seperti Indonesia komoditas utama hanya hasil pertania dan perikana seperti udang, kopi, kakao, teh, dan hasil hutan. Selain itu seperti malaysia, philippina dan thailand memiliki komoditas utama perlatan suku cadang, produk elektronik, tekstil, alas kaki dan kerajian kayu. Dari komoditas tersebut merupakan bukan moditas yang paling penting dalam kehidupan sehingga ketika mengalami kenaikan harga maka tidak perlu impor dari negara tersebut.

Pernyataan tersebut didukung dengan temuan dari Khoroni dan Saskara (2017) yang mengatakan bahwa inflasi tidak berpengaruh tehadap ekspor dalam penelitiannya tersebut.

Hal ini dikarenakan ekspor yang bukan barang primer tidak dapat dipengaruhi oleh gejolak inflasi.

Permasalah utama pada negara berkembang adalah melimpahnya jumlah penduduk.

Sehingga dari melimpahnya penduduk mengakibatkan jumlah tenaga kerja juga melimpah.

Akan tetapi yang sering dihadapi oleh negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, Malaysia, Philippina dan Thailand adalah banyaknya tenaga kerja dengan produktifitas yang masih sedikit. Selain itu kemampuan penguasaan teknologi maupun peralatan di negara yang sedang berkembang masih lemah serta keahlian yang belum memadai.

Keahlian dan ketrampilan yang rendah menjadi hambatan tersendiri bagi hampir semua tenaga kerja untuk dapat bersaing di saat teknologi canggih sudah mulai digunakan pada setiap industri. Sehingga perlu penikatan kualitas dari SDM yang ada dinegara tersebut. Ditambah lagi dengan era transisi seperti Thailand dan Malaysia yang menuju perubahan menjadi industri manukfaktur dari yang semula hanya mengandalkan pertanian sebagai komoditas ekspornya. Kondisi ini sama dengan penelitian dari Suardani dan Karmini (2017) yang mengatakan bahwa tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap ekspor.

Hal ini disebabkan karena masih rendahnya tingkat produktivitas tenaga kerja yang ada dinegara berkembang seperti Indonesia, Thailand, dan Philippines. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Adam (2016) yang mengatakan bahwa negara seperti Indonesia masih memiliki produktivitas tenaga kerja yang masih rendah.

E.KESIMPULAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengtahui dampak dari EODB dan variable makroekonomi terhadap FDI dan ekspor di ASEAN-5. Dari penelitian yang sudah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu: Dalam analisis silmultan hanya terdapat hubungan satu arah yaitu: eskpor berpengaruh terhadap FDI, sedangkan untuk pengaruh FDI tidak memiliki pengaruh terhadap ekspor. Artinya dalam penelitian ini FDI dapat dipengaruhi oleh besar kecilnya ekspor, akan tetapi perubahan FDI tidak berdapak terhadap ekspor. Variable EODB sebagai salah satu indikator iklim bisnis mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap FDI maupun ekspor di ASEAN-5. Dapat dikatan bahwa eksistensi EODB berpengaruh terhadap FDI dan ekspor,artinya jika terjadi perubahan terhadap EODB maka pasti akan FDI dan ekspor juga akan mengalami perubahan. Sehingga memperbaiki sistem iklim bisnis ini sangat diperlukan untuk meningkatkan ekspor dan menarik FDI. Variable makro ekonomi seperti, pertumbuhan ekonomi, inflasi berpengaruh signifikan terhadap FDI sedangkan untuk variable kurs tidak memiliki pengaruh terhadap FDI. Di ASEAN-5 perlu meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta menjaga inflasi agar tidak mengkat agar dapat menarik investor untuk menenamkan modalnya di negara kawasan ASEAN-5. Sedangkan variable seperti inflasi, tenaga kerja, dan RCA tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ekspor. Dapat dikatakan bahwa perubahan pada variable tersebut tidak akan berdampak terhadap ekspor di ASEAN-5..

(15)

DAFTARPUSTAKA Ambarini, Lestari. 2015. Ekonomi Moneter. Bogor: In Media.

Anwar, Sajid dan Phi Nguyen, Lan. 2017. Foreign direct investment and trade: The case of Vietnam.

Research in International Business and Finance. Vol.25 januari: 39-52.

Asiamah, Michael., Ofori, Daniel. dan Afful, Jacob. 2018. Analysis of the determinants of foreign direct investment in Ghana. Journal of Asian Business and Economic Studies. Vol. 26 (1), November: 56-75.

Aziz, Omar Ghazy. 2018. Institutional quality and FDI inflows in Arab economies. Finance Research Letters. Volume 25, Juni: 111-123.

Barcilar, Mehmet., Gupta, Rangan. dan Jooste, Charl. 2017. The growth-inflation nexus for the u.s.

from 1801 to 2013: a semiparametric approach. Journal of Applied Economics, Vol. 20, may:

105-120.

Boediono. 1982. Ekonomi Makro. Yogyakarta: BPFE UGM.

Boediono. 1981. Ekonomi Internasional, Edisi 1. Yogyakarya: BPFE Universitas Gajah Mada.

Conconi, Paola., Sapir, André. dan Zanardi, Maurizio. 2015. The internationalization process of firms:

From exports to FDI. Journal of International Economics, Vol.99 maret: 16-30.

Corcoran, Adrian. dan Gillanders, Robert. 2015. Foreign direct investment and the ease of doing business. Review of World Economics, vol. 151(1), 103-126.

Doing Business. 2018. Historical Data Sets and Trends Data. http://www.doingbusiness.org/Custom- Query/. Diakses 08 juni 2018.

Dornbusch, Rudiger. dan Fischer, Stanley. 1989. Makro-ekonomi, Edisi keempat. Jakarta: Erlangga.

Erkan, Birol. dan Sariçoban, Kazim. 2014. Comparative Analysis of the Competitiveness in the Export of Science-Based Goods Regarding Turkey and the EU+13 Countries. International Journal of Business and Social Science, Vol. 5.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Cetakan Keempat.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Edisi Keempat.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gilarso, T. 2004. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro, Edisi Revisi. Yogyakarta: Kanisius.

Gujarati, Damodar. 2010. Ekonometrika Dasar buku 1 edisi 5. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Gujarati, Damodar. 2010. Ekonometrika Dasar buku 2 edisi 5. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Hao, Yu., Wang, Ling’ou., Zhu, Lingyun., dan Ye, Minjie. 2018. The dynamic relationship between energy consumption, investment and economic growth in China's rural area: New evidence based on provincial panel data. Energy, Vol. 154, july: 374-382.

(16)

Haryotejo, Bagas. dan Rayadiani, Sefiani. 2009. Kajian Indikator Iklim Usaha Perdagangan DKI Jakarta. Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, vol.3 no.2 Desember: 175-201.

Khoironi, Fitria Eviana. dan Saskara, Ida Ayu Nyoman. 2017. Analisis Pengaruh Kurs Dollar, Inflasi, Dan Produksi Terhadap Ekspor Ikan Hias Di Provinsi Bali. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana, Vol.6(3), Maret: 286-471.

Kurniati, Yati., Prasmuko, Andry. dan Yanfitri. 2007. Determinan FDI (faktor-faktor yang memnentukan investasi asing langsung. Working paper Bank Indonesia. Working Paper No.

6/2007, Agustus.

Lee, Jim. 2011. Export specialization and economic growth around the world. Economic Systems, Vol.

35, issue 1, maret: 45-63.

Morris, Rosetta. dan Aziz, Abdul. 2011. Ease of doing business and FDI inflow to Sub-Saharan Africa and Asian countries. Cross Cultural Management An International Journal, vol. 18(4) October:400-411.

Muslim, Aziz. 2016. Apakah Perdagangan Menjadi Pertimbangan Investasi?. Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 20(2) Agustus: 97-109.

Natsir, M. 2014. Ekonomi Moneter & Kebanksentralan. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Nopirin. 2014. Ekonomi Internasional, Edisi 3. Yogyakarta: BPFE Universitas Gajah Mada.

Orji, Anthony. dan Mba, Peter N. 2011. Foreign Private Investment, Capital Formation and Economic Growth in Nigeria: a two stage least square approach. Journal of Economics and Sustainable Development, Vol. 2(2), Januari.

Oskooee, M. Bahmanc. dan Hajilee, Massomeh. 2013. Exchange rate volatility and its impact on domestic investment. Research in Economics, Vol. 67(1) maret:1–12 .

Prasetyo, Agung., Marwanti, Sri. dan Darsono, Nfn. 2017. Keunggulan Komparatif dan Kinerja Ekspor CPO Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi, Vol 35, No 2. Oktober: 89-103.

Rahardja, Prathama. dan Manurung, Mandala. 2008. Teori Ekonomi Makro, Edisi keempat. Jakarta:

Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Lembaran negara RI tahun2007, No. 39. Sekretaris Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Lembaran Negara RI Tahun 2007, No. 67. Sekretariat Negara. Jakarta.

Rosita, Nani. 2017. Analysis of Work Performance and Export Competitiveness in Province of Indonesia. Sriwijaya International Journal of Dynamic Economics and Business, Vol.1 No. 3, September:277-296

Salvatore, Dominick. 2014. Ekonomi Internasional, Edisi 9| buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

Sarwedi. 2010. Analisis determinan perubahan penawaran barang ekspor Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Vol. 12 (3), Januari:355-376

(17)

Soekro, Shinta R. I. dan Widodo, Triono. 2015. Pemetaan Dan Determinan Intra-Asean Foreign Direct Investment (FDI): Studi Kasus Indonesia. Working paper Bank Indonesia, WP/12/2015.

Suardani, Ni Luh Anik. dan Karmini, Ni Luh. 2017. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Kerajinan Perak Di Provinsi Bali. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol.6(11), November: 2264-2291.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukirno, Sardono. 2004. Makroekonomi Teori Pengantar, Edisi ketiga. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sumarsono, Sonny. 2003. Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia & Ketenagakerjaan.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sun, Sizhong. 2012. The role of FDI in domestic exporting: Evidence from China. Journal of Asian Economics. Vol.23 agustus: 434-441.

Tambunan, Tulus. 2001. Perekonomian Indonesia: teori dan temuan empiris. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Todaro, Michale P. dan Smit, Stephen C. 2011. Pembangunan Ekonomi, Edisi kesebelas jilid 1.

Jakarta: Erlangga.

Waqas, Yahya., Hashmi, Shujahat Haider. dan Nazir, Muhammad Imran. 2015. Macroeconomic factors and foreign portofolio investment volatility: A case of south Asia countries. Future Business Journal, Vol. 1 desember: 65-74.

World Bank. 2018. GDP (Current US$). https://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.MKTP.CD.

Diakses 01 agustus 2018.

World Bank. 2018. Exports of goods and services (BoP, current US$).

https://data.worldbank.org/indicator/BX.GSR.GNFS.CD. Diakses 01 agustus 2018.

World Bank. 2018. Inflation, consumer prices (annual %).

https://data.worldbank.org/indicator/FP.CPI.TOTL.ZG. Diakses 01 agustus 2018.

World Bank. 2018. Foreign direct investment, net inflows (BoP, current US$).

https://data.worldbank.org/indicator/BX.KLT.DINV.CD.WD. Diakses 01 agustus 2018.

World Bank. 2018. Labor force, total. https://data.worldbank.org/indicator/SL.TLF.TOTL.IN.

Diakses 01 agustus 2018

World Bank. 2018. Official exchange rate (LCU per US$, period average).

https://data.worldbank.org/indicator/PA.NUS.FCRF. Diakses 01 agustus 2018

Xu, Jiayun., Mao, Qilin. dan Tong, Jiadong. 2016. The Impact of Exchange Rate Movements on Multi- Product Firms’ Export Performance: Evidence from China. China Economic Review. Vol.

39, jully: 46-62.

Zhu, Shujin. dan Fu, Xiaolan. 2013. Drivers of export upgrading. World Development, vol.51: 221- 233.

(18)

Lampiran Uji Asumsi Klasik

a. Uji Autokorelasi

Pengujian Autokorelasi ini bertujuan untuk mengetahui apakah suatu model terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu (diaturbace error) pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. . Dalam penelitian ini menggunakan uji Durbin Watson sebagai deteksi asumsi autokorelasi. Kriteria pengujian meyatakan apabila nilai uji durbin watson (DW) berada pada nilai dU≤d≤4-dU maka persamaan regrasi tidak terkena masalah autokorelasi. Berikut merupakan hasil dari pengujian Durbin Watson:

Gambar 3. Hasil Uji asumsi autokorelasi persamaan 2 (persamaan FDI)

Dari gambar diatas dapat bahwa persamaan 2 telah terbebas dari asumsi autokorelasi. Dengan nilai DW sebesar 2,171. Akan tetapi nilai tersebut didapat dengan persamaan Cochrane Orcutt.

prosedur Cochrane-Orcutt, yang dinyatakan dengan ρ (rho). Metode perulangan dalam cochrane- orcutt dilakukan dengan dua tahapan antara lain; (1) menentukan korelasi ρ antar beberapa pasang pengamatan dalam model, kemudian (2) menjalankan persamaan regresi dengan AR(1) atau sampai AR(2), untuk menghilangkan korelasi antar error.

Gambar 4. Hasil uji asumsi autokorelasi persamaan 3 (persamaan ekspor)

Sama halnya dengan persamaan 2 persamaan 3 juga sudah memenuhi syarat untuk lolos asumsi autokorelasi dengan nilai sebesar 2,120. Nilai tersebut juga didapt dengan menggunakan persamaan Cochrane Orcutt.

b. Uji multikolinieritas

Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui apakah terjadi hubungan yang linier antar variabel independen dalam model penelitian.

Tabel 3. Hasil pengujian asumsi multikolinieritas persamaan FDI

Coefficient Uncentered Centered

Variable Variance VIF VIF

C 1.36E+20 118.3819 NA

EKSPOR_HAT 0.012535 6.002299 3.080308

EODB 2.89E+16 121.2106 3.925386

INFLASI 2.81E+17 4.649942 1.687481

KURS 1.17E+11 2.292279 1.838049

PERTUMBUHAN EKONOMI 1.97E+17 5.591688 1.078087

Sumber: Data olah, 2019

(19)

Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa persamaan 2 telah terbebas dari asumsi multikolinieritas dengan nilai VIF setiap dari variable tidak lebih dari 10 artinya variable bebas pada persamaan 2 telah terbebas dari asumsi multikolinieritas.

Tabel 4. Hasil pengujian asumsi multikolinieritas persamaan ekspor

Coefficient Uncentered Centered

Variable Variance VIF VIF

C 2.82E+21 149.6434 NA

FDI_HAT 0.279927 8.164130 4.189734 EODB 1.09E+18 277.2349 8.978212 INFLASI 4.78E+18 4.817316 1.748222 RCA 4.43E+21 241.0419 2.357051 TENAGAKERJA 48344.24 8.688967 4.144971

Sumber: Hasil olah data, 2019

Tabel diatas merupakan hasil uji multikolinieritas dari persamaan 3. dilihat dari tabel tersebut dapat bahwa persamaan ini telah terbebas dari asumsi multikolinieritas karena nilai VIF tidak lebih dari 10. Dengan demikian telah memnuhi syarat lolos dari asumsi multikolinieritas.

c. Uji heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Pengujian asumsi heteroskedastisitas dihapkan memiliki ragam yang homogen. Pengujian asumsi ini dapat dilihat dengan pengujian White, dengan kriteria bila nilai probabilitas chi-square> dari nilai signifikan (α=5%) maka model telah terbebas dari asumsi heteroskedastisitas. Berikut merupakan hasil pengujian asumsi heteroskedastisitas:

Tabel 5. Hasil Pengujian White

Persamaan 2 3

Prob. Chi-Square 0,2065 0,1354

Sumber: Hasil olah data (2019)

Dari tabel tersebut dapat dikatakan bahwa persamaan 2 dan 3 telah memenuhi persyaratan untuk terbebas dari asumsi heteroskedastisitas.

Referensi

Dokumen terkait

In your answer you will be assessed on how well you: ■ demonstrate an informed understanding of the ideas expressed in the text evaluate the text’s language, content and construction