• Tidak ada hasil yang ditemukan

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya…

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya… "

Copied!
73
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Penelitian

Biasanya praktik leasing ini dilakukan oleh breeder yang memiliki berbagai jenis hewan peliharaan. Berbicara mengenai persewaan sapi jantan untuk dikawinkan, dalam Islam diharamkan karena sperma jantan yang menjadi objek sewa tidak dapat dipindahtangankan, dan sperma tidak dapat diperjualbelikan secara terpisah, karena tidak diketahui jumlah dan kualitasnya.

Fokus Penelitian

Atas dasar itulah menjadi alasan bagi peneliti untuk mengkaji sewa-menyewa laki-laki tersebut lebih dalam lagi agar masyarakat dapat lebih memahami sewa-menyewa tersebut dan bagaimana cara bertransaksi sewa-menyewa yang benar menurut konsep Fiqh muamalah. Mengingat pentingnya hal tersebut, maka penulis menetapkan judul “Kajian fiqh muamalah tentang praktik persewaan ternak jantan dengan metode inseminasi langsung di Desa Banyu Urip Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat”.

Tujuan dan Manfaat

  • Tujuan Penelitian
  • Manfaat Penelitian

Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

Telaah Pustaka

Skripsi M.Sholahuddin Hendhi tentang “Urf Review Jual Beli Sperma Hewan di Desa Batealit Kabupaten Jepara”. Sedangkan peneliti pada penelitian kali ini lebih fokus pada transaksi persewaan sapi jantan untuk inseminasi di Desa Banyu Urip Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat.

Kerangka Teoritik

  • Pengertian Sewa menyewa
  • Rukun dan Syarat sewa menyewa atau Ijarah
  • Sifat-sifat Ijarah dan Hukumnya
  • Macam-macam Ijarah
  • Hak dan Kewajiban
  • Pembatalan dan Berakhirnya Ijarah

Analisis alasan untuk membuat perjanjian sewa pemilik dan penyewa ternak jantan untuk membuat perjanjian sewa. Analisis bentuk kontrak sewa antara pemilik dan penyewa ternak jantan Penyewa ternak jantan.

Metode Penelitian

  • Pendekatan Penelitian
  • Jenis dan Sumber Data
  • Pengumpulan Data
  • Teknik Analisis Data
  • Validatas Data

Sistematika Pembahasan

Penulisan skripsi yang digunakan oleh peneliti ini mengacu pada pedoman penulisan skripsi di Fakultas Syariah UIN Mataram. BAB I Pendahuluan yang berisi tentang masalah-masalah yang ada yang harus diteliti guna memunculkan judul penelitian, selanjutnya ditentukan masalah pokok dari judul yang diperoleh, yang kemudian dirumuskan dengan metode penelitian. Bab ini juga berisi tujuan penelitian dan manfaat yang diperoleh dari penelitian ini, kerangka teori dan tinjauan literatur.

BAB II Penyajian data dan temuan, berisi tentang gambaran data yang ditemukan selama penelitian.Penyajian data meliputi gambaran umum lokasi penelitian yang meliputi profil desa BanyuUrip dan temuan yang meliputi gambaran lingkungan penelitian, di bentuk praktik persewaan hewan jantan untuk inseminasi di Desa Banyu Urip Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat. BAB III Pembahasan yang menjadi inti dari penelitian ini, pembahasan yang dilakukan meliputi praktik ternak jantan sewa sendiri untuk inseminasi di Desa Banyu Urip Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat. BAB 1V, Kesimpulan berisi hasil penelitian dari pembahasan Bagian penutup ini juga berisi saran-saran yang bermanfaat bagi pemilik ternak di Desa Banyu Urip Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat.

PRAKTIK SEWA HEWAN TERNAK PEJANTAN MELALUI

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Jarak dari desa Banyu Urip ke pusat pemerintahan kecamatan Gerung sekitar 5 km, ditempuh sekitar 10 menit dengan sepeda motor dan 1,5 jam berjalan kaki. Sebagai salah satu wilayah desa yang memiliki lima belas dusun, Desa Banyu Urip memiliki kepengurusan yang terstruktur dan terorganisir, dimulai dari kepala desa dan kepala dusun. Cita-cita nasional yang terkandung dalam UUD 1945 yaitu kesejahteraan manusia bagi seluruh rakyat Indonesia dapat tercapai. Dengan 15 dusun, Banyu Urip merupakan desa yang cukup padat penduduknya.

Menurut Kepala Desa Banyu Urip, hal ini dikarenakan banyak perempuan yang menikah di luar Desa Banyu Urip. Menurut data terakhir yang diperoleh penulis, jumlah penduduk desa Banyu Urip adalah 6.921 jiwa, yang terdiri dari 3.742 laki-laki dan 3.179 perempuan dengan total 2.307 kepala keluarga. Masyarakat Desa Banyu Urip merupakan masyarakat yang mampu menjaga kerukunan antar umat beragama, karena masyarakat Banyu Urip sebenarnya terdiri dari masyarakat yang berbeda keyakinan, meskipun sebenarnya didominasi oleh umat Islam.

Kerukunan ini terlihat jelas ketika masyarakat melakukan transaksi jual beli di pasar tradisional desa Banyu Urip. Berdasarkan fakta geografis, Desa Banyu Urip merupakan desa yang didominasi oleh persawahan dan perkebunan, sehingga mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani.

Praktik Sewa Menyewa Hewan Ternak Pejantan

Dalam prakteknya, proses atau tahapan akad dilakukan oleh para pihak yaitu pemilik dan penyewa lembu. Hal inilah yang menjadi dasar para petani Desa Banyu Urip, khususnya yang tidak memiliki modal lagi (ekonomi menengah), untuk menyewakan sapi jantan ke sapi jantan. Hal inilah yang melatarbelakangi keinginan saya untuk menyewa hewan banteng dari pemilik hewan.

Karena hanya mereka yang memiliki sapi jantan dari jenis yang berbeda dan mahal di pasaran saat dijual. Yaitu ketika ternak jantan dibawa oleh penyewa dan dikawinkan dengan ternak betinanya. Bagi dirinya sendiri yang terpenting adalah ternak jantan yang disewa dirawat dan dirawat serta dikembalikan sesuai dengan penyerahan di awal.

Selama ini dalam proses perekrutan bulls belum pernah terjadi hal yang membuat saya rugi. Karena hanya mereka yang memiliki sapi jantan dari jenis yang berbeda dan mahal di pasaran saat dijual. Bagi dirinya sendiri yang terpenting adalah ternak jantan yang disewa dirawat dan dirawat serta dikembalikan sesuai dengan penyerahan di awal.

Oleh karena itu, adanya keuntungan yang lebih tinggi menjadi alasan utama mengapa peternak menyewakan ternak sapi jantan.

TINJAUAN FIKIH MUAMALAH TERHADAP PRAKTIK

Analisis Terhadap Prosedur Perjanjian Sewa Menyewa Ternak

Pada hakekatnya kegiatan penyampaian maksud ini diawali atas permintaan penyewa, dalam hal ini pemilik sapi betina jenis biasa. Kondisi inilah yang menjadi awal terjadinya sewa antara pemilik dan penggarap ternak sapi di Desa Banyu Urip, dimana pelelangan biasanya dilakukan oleh penggarap atau pemilik ternak betina jenis biasa. Dalam praktiknya, hal yang paling krusial ditanyakan oleh para penyewa ketika mereka sudah mengutarakan niatnya di awal adalah biaya sewa sapi jantan.

Karena sampai saat ini ketentuan sewa untuk objek yang digunakan tidak jelas dari pemilik ternak laki-laki. Ini membuat isi dan ketentuan sesederhana mungkin untuk diingat oleh pemilik dan penyewa. Apabila dasar penafsiran di atas adalah bahwa apa yang telah dilakukan oleh kedua belah pihak dalam isi dan syarat-syarat perjanjian secara tidak langsung telah dipenuhi oleh pemilik dan penyewa sapi jantan di desa Banyu Urip, meskipun pada hakekatnya isi atau syarat-syarat dari perjanjian tersebut kesepakatan tetap mengacu pada kegiatan yang telah dilakukan masyarakat Desa Banyu Urip secara turun temurun.

Selama ini saya sendiri hampir tidak pernah mengalami kejadian yang membuat sapi sewaan sakit atau mati. Kondisi di atas jika berdasarkan teori fikih muamalah sesuai dengan praktek yang dilakukan oleh kedua belah pihak dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama mengenai penyewaan sapi jantan untuk dikawinkan dengan hewan betina biasa milik penyewa. .

Analisis Terhadap Alasan Pemilik dan Penyewa Hewan Ternak

Namun, yang tentunya ditetapkan dalam praktek yang dilakukan oleh pemilik ternak jantan adalah pemilik harus lebih tegas dan jelas terhadap perjanjian yang dibuat. Sebab, menurut peneliti, pengaturan yang dilakukan pemilik dan penyewa ternak jantan jenis tertentu untuk dikawinkan dengan betina biasa merupakan fikih muamalah yang belum jelas. Sementara itu, dalam perjanjian sewa yang dirundingkan antara pemilik pejantan dan penangkar, disepakati keuntungan tersebut diambil dari induk jantan yang kawin dengan betina sampai betina mengalami inseminasi langsung.

Menurut informasi yang peneliti peroleh dari para peternak, alasan dilakukannya kontrak sewa-menyewa indukan bagi para peternak tidak lain adalah keuntungan yang lebih besar dari hasil pembuahan pejantan spesies tertentu dan betina. spesies umum. Ketika proses inseminasi berhasil dan nantinya anak betina mengikuti jenis jantan, otomatis harga akan naik, tidak seperti jenis ternak biasa. Menurut Amaq Muhdar, masyarakat Desa Banyu Urip sudah lama menggunakan praktik sewa ternak, dimana ternak disewakan untuk dikawinkan.

Yaitu menyewa pejantan pemilik breeder lain untuk mengawinkan sapi jantan dengan betinanya agar nantinya betina tersebut menghasilkan keturunan seperti hewan sewaan, tentunya sewa ini dilakukan sampai hewan betina mengalami pembuahan langsung. Mengenai masalah harga sewa, seringkali antara pemilik dan penyewa yang melakukan perjanjian sewa guna usaha lembu jantan untuk disewakan, mereka tidak mengungkapkan hal yang jelas tentang hal tersebut.

Analisis Terhadap Bentuk Perjanjian Sewa Menyewa antara Pemilik

Namun fakta yang terjadi di lapangan seringkali ketika menggunakan sapi jantan, penyewa hanya membayar sesuai kemampuannya dan lebih-lebih ketika penyewa tidak mendapatkan hasil dari proses perkawinan, banyak dari mereka yang tidak membayar uang sewa dan mengembalikan pejantan. binatang secara gratis. Dan merupakan bukti tertulis adanya transaksi yang telah dilakukan oleh kedua belah pihak yang melakukan akad, khususnya oleh pihak yang melakukan akad sewa menyewa sapi jantan. Praktek pejantan dalam rangka pembuahan sapi betina oleh penduduk desa Banyu Urip dilakukan dengan proses mengawinkan hewan jantan dengan hewan betina melalui transaksi sewa hewan jantan yang berbeda spesies, dalam hal ini misalnya sapi jantan. dengan sapi (yang sama), tetapi memiliki jenis sapi jantan tipe smmental dan sapi betina dari jenis sapi biasa.

Leasing didefinisikan sebagai penggunaan barang atau jasa milik orang lain dengan membayar harga yang disepakati dan ditentukan bersama. Maka pemaknaan inilah yang terlintas di tengah-tengah masyarakat khususnya di Desa Banyu Urip yang lebih memilih untuk menggunakan persewaan hewan jantan karena pelaku usaha (masyarakat) memahami bahwa memanfaatkannya bukanlah menjadi milik mereka sepenuhnya. Menyewa laki-laki untuk kawin dilarang dalam Islam karena sperma laki-laki yang menjadi objek sewa tidak dapat dihibahkan, dan sperma tidak dapat diperdagangkan secara terpisah karena tidak dapat diketahui jumlah dan kualitasnya.

Ahmad Barozah, Kajian Hukum Islam Terhadap Jual Beli Sperma Ternak di Desa Bigaran, Borobudur, Magelang, Skenario: UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2010. Fermindo ZA, Jual Beli Hewan Jantan Menurut Perspektif Hukum Islam Skripsi Muamalah, Fakultas Syariah, IAIN Raden Intan Lampung, 2010.

PENUTUP

Kesimpulan

Saran-saran

Admin Alfa, "Process of Fertilization or Fertilization", i http://www.sangkoeno.com/2016/02/dinding-pemburan-atau-fertilisasi.html,. Helmi Karim, Fiqh muamalah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2002. Sholahuddin hendhi, „urf review of køb og salg af dyresperm i batealit, landsbyen, Jepara-distriktet, : UNISNU Japan, 2015.

Muhammad Ibnu Rusyd Al-Qurthubi, Bidayah Al-Mujtahid wa Nihayah Al-Muqtashid, Juz 2, Dar Al-Fikr, t.t.,. Wahhab Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islamiy wa Adillatuh, Juz 4, Dar Al-Fakr, Damaskus, Cet, III, 1989.

Referensi

Dokumen terkait

Bagi hasil yang di lakukan di Desa Moncongkomba Kecamatan Polongbangkeng Selatan Kabupaten Takalar adalah bagi hasil hewan ternak yaitu dalam pembagiannya jika

Hasil kegiatan menunjukan bahwa penyembelihan dan penanganan hewan kurban di Desa Kedung Umpal belum mengikuti aturan yang ditetapkan mengenai tata cara penyembelihan hewan