Regardless of the confirmation of the health effect, the functional food in the modern term must consider environmental sustainability. The development of image analysis to quantify physical changes and neural morphological changes in the consumption of β-carotene-rich emulsion.
ANALISIS TINGKAT
Kajian literatur tentang manfaat vitamin E untuk kesehatan kulit dan jantung; (2) Hasil analisis pasar; (3) Hasil analisis penerimaan konsumen terhadap formulasi (formula I dan II). Tinjauan pustaka tentang manfaat kesehatan karotenoid: sumber pro-vitamin A dan sumber antioksidan tinjauan manfaat kesehatan tokoferol: sumber vitamin e dan sumber antioksidan.
KESIAPAN TEKNOLOGI 2
Potensi Pasar dan Segmen Pasar yang Dituju Produk Emulsi Berbasis yang Dituju Produk Emulsi Berbasis
Dalam proses industrialisasi produk emulsi berbasis beta-karoten dan alfa-tokoferol, perlu dilakukan konsep dan implementasi produksi produk baru yang memiliki empat kriteria: (1) rasa diterima, (2) terjangkau, (3) praktis, dan (4) terbukti manfaatnya.
ANALISIS POTENSI PASAR 4
Dalam pengembangan produk ini dilakukan riset pasar terhadap produk emulsi berbahan dasar betakaroten dan alfatokoferol dengan jumlah responden sebanyak 140 orang, terdiri dari 74 laki-laki (61,7%) dan 46 perempuan (38,3%). Hasil kajian pasar terhadap potensi pemasaran produk dalam bentuk jelly atau emulsi dapat dilihat pada Gambar 2.
TINJAUAN TEKNOLOGI 5
Buah naga memiliki sifat antioksidan dengan senyawa aktif yang berasal dari beta-karoten dan alfa-tokoferol.
TAHAPAN RISET 6
Untuk mengatasi kekurangan vitamin A, sekaligus untuk diversifikasi pangan berbasis lokal, dilakukan perancangan produk emulsi kaya provitamin A dengan bahan dasar labu kuning dan minyak sawit merah. Dalam hal ini, minyak sawit merah hanya diambil dari fraksi olein dengan rendemen 60-70% CPO. Salah satu metode yang digunakan adalah pengolahan pada suhu 180°C selama 20 menit untuk menghasilkan minyak sawit merah dengan kandungan karotenoid 249 ppm dan asam lemak bebas 0,2%.
Deodorisasi pada suhu 160°C selama 120 menit dengan tekanan 15 cmHg menghasilkan minyak sawit berwarna merah dengan kandungan karoten 518 ppm dan asam lemak bebas 0,171%.
DESAIN PRODUK
CPO harus diperiksa kadar asam lemak bebas awal, dimana standar CPO segar memiliki kadar FFA <3%. Proses penetralan asam lemak bebas dan penghilangan gom dilakukan dengan penambahan air panas dan penambahan NaOH 10% dalam jumlah kira-kira ml secukupnya untuk menetralkan kadar FFA semula (3%). Proses deodorisasi dilakukan menggunakan rotary evaporator dengan beberapa alternatif cara, tergantung kemampuan dan kapasitas produksi alat.
Deodorisasi dilakukan pada suhu sekitar titik didih air (100°C) dibantu dengan kondisi tekanan rendah (60 mmHg) untuk mempertahankan kadar karotenoid total olein dan stearin minyak sawit merah hingga 6 jam. deodorisasi.
SUPLEMEN PRO-VITAMIN A 7
Proses formulasi emulsi labu kuning dan minyak sawit merah dilakukan dengan menambahkan bahan penstabil yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi. Produk emulsi ini selanjutnya dikarakterisasi berdasarkan parameter daya terima yang terdiri dari rasa, aroma, tekstur, warna dan daya terima keseluruhan. Dari 10, profil emulsi labu kuning 90% memiliki tingkat penerimaan aroma netral (skor mendekati nol) dan cenderung lebih disukai (skor mendekati 1) untuk parameter hedonik lainnya.
Profil produk emulsi labu kuning 90% memiliki tingkat penerimaan netral untuk aroma mentah dan rasa asam mendekati manis, tidak pahit dan tidak asam (Gambar 11).
PROFIL PRODUK 8
Total karoten tertinggi terdapat pada formulasi segar tanpa penambahan sari buah naga merah (0%) dengan rata-rata ppm dan total karoten terendah terdapat pada formulasi segar dengan sari buah naga merah 75% dengan rata-rata ppm. ). Hasil analisis menunjukkan bahwa penambahan sari buah naga merah tidak berpengaruh nyata terhadap produk emulsi. Nilai kesukaan rasa paling rendah antara kesukaan ringan pada formulasi segar tanpa penambahan sari buah naga merah (0%).
Dari hasil analisis diketahui bahwa penambahan sari buah naga merah tidak berpengaruh nyata terhadap produk emulsi.
PROTOTIPE EMULSI 9
Bahan tambahan pangan komersial mengandung konsentrasi β-karoten yang cukup tinggi, meskipun masih lebih rendah dari kadar β-karoten pada FO-MSM dan SLK. Dibandingkan dengan formula yang hanya mengandung FO-MSM atau SLK, prototipe emulsi dari kombinasi kedua bahan tersebut menghasilkan konsentrasi β-karoten yang lebih baik. Faktor lain yang dapat mempengaruhi stabilitas fisika dan kimia β-karoten dalam produk emulsi adalah pH, kekuatan ionik, dan suhu.
Meski tidak signifikan, kadar β-karoten pada produk emulsi yang disuplementasi SBN biasanya lebih tinggi dibandingkan kadar β-karoten pada prototipe tanpa SBN.
Prototipe berisi: SLK = sari labu saja, SBN = sari buah naga saja, BTP = bahan tambahan pangan saja, FO-MSM = fraksi olein minyak sawit merah saja, PI = semua kecuali tanpa SBN, PII = semua. Asam lemak bebas dari emulsi minyak sawit merah, ekstrak labu kuning dan ekstrak buah naga berada di bawah baku mutu yang diperbolehkan yaitu 3%. Nilai peroksida dari produk emulsi akhir kurang dari 2%, menunjukkan bahwa produk akhir baru disiapkan dan layak untuk dikonsumsi.
Mengingat nilai bilangan asam, produk akhir emulsi tampak sedikit asam, sehingga sekitar 4 mg KOH diperlukan untuk menetralkan 100 ml bahan.
PERBAIKAN PROSES DEODORISASI SUMBER
MINYAK SAWIT DARI PRODUK 10
Kandungan β-karoten produk emulsi lebih rendah dari kandungan β-karoten bahan baku karena β-karoten terjerat dalam matriks bahan emulsi. Terdapat konsentrasi β-karoten pada fraksi olein menggunakan metode deodorisasi vakum dan nitrogen. Kandungan α-tokoferol yang berhasil diukur dari emulsi sekitar 50% dibandingkan kandungan α-tokoferol dari bahan baku fraksi olein.
Persentase penghambatan pengurangan ABTS dari produk emulsi adalah sekitar 20% dibandingkan dengan kontrol negatif ABTS.
PENGUJIAN TOKSISITAS PRODUK DENGAN
Nilai LC50 ini lebih besar dibandingkan perlakuan dengan penambahan karbon aktif 2 dan 4% yaitu 149,78 dan 69,93 ppm. Nilai LC50 yang diperoleh menunjukkan bahwa penambahan karbon aktif mempengaruhi nilai LC50, semakin banyak konsentrasi karbon aktif yang diberikan maka semakin rendah LC50 yang diperoleh sehingga bersifat toksik. Prinsip uji toksisitas adalah komponen bioaktif selalu toksik bila diberikan dalam dosis tinggi, sedangkan obat merupakan racun dari bahan bioaktif dosis rendah (Sari 2013).
ARTEMIA SALINA DAN MENCIT 11
Pada hari pengamatan pertama setelah aklimasi, jumlah mencit yang diamati mengalami penurunan sebanyak 25% pada perlakuan kontrol chow, 25% kuning telur, 25% kuning telur ditambah 100 ppm β-karoten dan 25% kuning telur ditambah produk emulsi 0,5 ml. Pada hari pengamatan pertama setelah aklimasi, parameter bobot badan tikus mengalami penurunan pada perlakuan 25% kuning telur dan meningkat pada pakan kontrol dan 25% kuning telur ditambah 100 ppm β-karoten dan 25% kuning telur ditambah 0,5 ml produk emulsi. Terjadi penurunan berat badan mencit pada perlakuan pakan 25% kuning telur dari 30,44% menjadi 29,746%, kemungkinan mencit mengalami proses diet setelah mendapat asupan kuning telur.
Pada pengamatan hari pertama setelah aklimasi, parameter kolesterol meningkat pada perlakuan pakan 25% kuning telur dan menurun pada perlakuan pakan kontrol, 25% kuning telur ditambah 100 ppm β-karoten, dan 25% kuning telur.
UJI EFIKASI DAN TOKSISITAS SUBKRONIS
Pada penelitian ini digunakan 30 ekor mencit Mus musculus jantan sebagai hewan coba mamalia yang berumur 2-3 bulan dengan berat 20-40 gram. Selama aklimatisasi, semua kelompok diberi ransum standar berupa biji-bijian pakan ham dan air minum ad libitum (secukupnya). Kolesterol diukur pada setiap mencit pada hari ke 0, 7 dan 15 dengan cara dipuasakan selama 16 jam.
Perlakuan ransum diberikan secara oral dengan galvalge (dengan pipet di mulut) pada pagi dan sore hari, selama hari 1-6 dan hari 8-14.
MENCIT TAHAP II 12
Secara keseluruhan rata-rata berat badan mencit yang diberi kuning telur mengalami penurunan rata-rata berat badan dari gram sebelum perlakuan menjadi gram pada hari ke-15. Penurunan berat badan yang lebih tinggi diamati pada tikus yang diberi β-karoten dan kuning telur pada hari ke-15 pengamatan. Secara total, pengobatan dengan β-karoten dan emulsi dianggap tidak cukup untuk mengatasi perubahan kolesterol pada hari ke-15.
Diduga metabolisme mencit mengalami perubahan, sehingga β-karoten dan emulsi tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan kolesterol pada hari ke-15.
EFIKASI PRODUK EMULSI TERHADAP ANTROPOMETRI DAN
Parameter antropometri yang diamati terdiri dari berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh, lingkar kepala dan lingkar badan. Namun, mencit yang diberi aloksan kontrol negatif mengalami penurunan berat badan, meskipun hasilnya tidak signifikan. Penambahan produk β-karoten dan emulsi terbukti mampu menjaga kestabilan berat badan mencit selama 15 hari pengamatan.
GULA DARAH TIKUS DIABETES 13
Dari hasil pengamatan terlihat bahwa mencit yang mendapat perlakuan kontrol negatif mengalami penurunan berat badan akibat perubahan metabolisme tubuh. Dari hasil pengamatan selama 15 hari, tidak ada perubahan lingkar tubuh yang signifikan pada semua kelompok mencit percobaan, kecuali kelompok tikus dengan ransum standar yang mengalami peningkatan lingkar tubuh yang signifikan pada hari ke-15. Dilihat dari indeks massa tubuh, ditemukan 3 (tiga) orang kurus, 5 (lima) orang normal, 5 (lima) orang lainnya kelebihan berat badan.
Berat badan para relawan rata-rata antara 56,2 dan 56,8 kg dengan mean error (SEM) 2,6 kg.
UJI PADA MANUSIA 14
Seperti halnya efek Oximata pada asam urat, Oximata tidak berpengaruh pada penurunan kadar gula darah. Saat mengamati perubahan kadar glukosa darah puasa per individu, terjadi peningkatan kadar glukosa darah puasa pada sembilan (9) dari 13 subjek (69,23%). Pada enam subjek lainnya, kadar glukosa darah puasa pada kondisi tes versus kondisi pretes cenderung menurun.
Ini membuktikan bahwa Oximata memiliki efek positif dalam menurunkan kadar gula darah antara dua periode pengamatan yang berdekatan.
EFEK PROTEKTIF
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya (Rahmadi, 2013) diketahui bahwa efek protektif all-trans retinoic acid (ATRA) pada konsentrasi 2-4 µM terhadap jumlah neurit per sel saraf Neuro2A-eGFP, neuroblastoma tikus, dan pada konsentrasi 4 µM untuk rata-rata panjang neurit rata-rata sel saraf. Catatan: (kiri) jumlah rata-rata neurit per sel saraf dalam sistem kokultur in vitro yang diobati dengan ATRA, (kanan) panjang rata-rata neurit dalam sistem kokultur in vitro yang diobati dengan ATRA.
TERHADAP SEL SARAF 15
Dalam perhitungan berdasarkan nilai setara retinol (setara aktivitas retinol, RAE) 1 IU retinol setara dengan 0,3 µg RAE, 1 IU β-karoten (suplemen) setara dengan 0,15 µg RAE, 1 IU β-karoten (makanan) setara hingga 0,05 µg RAE, dan 1 UI α-karoten atau β-cryptoxanthin setara dengan 0,025 µg RAE. Asupan maksimum yang direkomendasikan (RDA) vitamin A untuk remaja dan pria dewasa adalah 900 µg RAE atau setara dengan 3.000 IU dari suplemen retinol. Namun, RDA ini juga setara dengan 6.000 UI β-karoten dari suplemen, 18.000 UI β-karoten dari makanan, atau 36.000 UI alfa-karoten atau β-cryptoxanthin dari makanan.
Diet campuran yang mengandung 900 µg RAE harus menyediakan antara 3.000 dan 36.000 IU vitamin A, tergantung pada jenis makanan yang dikonsumsi.
ANALISIS
Rekomendasi asupan vitamin A dan nutrisi lain yang tercantum dalam Dietary Intake Recommendations (DRIs) bervariasi berdasarkan usia dan jenis kelamin. Batas asupan maksimum (recommended diet allowance, RDA) untuk vitamin A diberikan sebagai mcg (µg) retinol activity equivalent (RAE) untuk memperhitungkan bioavailabilitas yang berbeda antara retinol dan karotenoid sebagai provitamin A. Cara lain untuk mengukur aktivitas vitamin A dengan 1 UI dapat dicapai dengan konversi 0,6 µg β-karoten, sehingga 20-30 mg β-karoten sesuai dengan UI.
Apabila terdapat kekurangan vitamin A, penghidap akan mengalami rabun senja (fungsi penglihatan berkurangan), perubahan pada kulit, gangguan pertumbuhan, jangkitan.
ASPEK PRODUKSI 16
Asupan maksimum vitamin A ditentukan oleh usia, jenis kelamin, dan kondisi biologis seperti kehamilan dan menyusui. Artinya setiap liter emulsi labu kuning dan minyak sawit merah mengandung aktivitas vitamin A sebesar 236.667 IU atau 237 IU/ml produk. Menurut Institute of Medicine, asupan vitamin A harian maksimum adalah 3.000 IU untuk anak usia 4 hingga 8 tahun dan 10.000 IU untuk orang dewasa, ibu hamil dan ibu menyusui.
Berdasarkan analisis faktor produksi sederhana, harga dasar produk labu kuning dan emulsi minyak sawit merah ini adalah Rp.
DAFTAR PUSTAKA
Effects of dietary intake of red palm oil on fatty acid composition and lipid profiles in male Ristar rats, African Journal of Biotechnology. Red palm oil in the maternal diet increases provitamin A carotenoids in breast milk and serum of the mother-infant dyad. The effect of bleaching and physical refining on color and minor components of palm oil.
Effect of modifier on composition and antioxidant activity of carotenoid extracts from pumpkin (Cucurbita maxima) by supercritical CO2.
MONOGRAF
OXIMATA
EMULSI LABU, MINYAK SAWIT, DAN BUAH NAGA
Editor