• Tidak ada hasil yang ditemukan

p5 adat padoe luwu timur

N/A
N/A
Olivia Gabriel

Academic year: 2023

Membagikan "p5 adat padoe luwu timur"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

ADAT ISTIADAT DAN BUDAYA 1. HUKUM ADAT PADOE

Suku Padoe, memiliki Falsafah adat, yaitu nilai, norma atau kaidah yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Adat sejak dahulu kala yang dijunjung tinggi sebagai aturan dan petunjuk yang mengandung inti: a. Etika adalah aturan dan petunjuk tentang nilai dan perilaku.

a. Moral adalah aturan dan petunjuk tentang pola hidup dan pola tindak yang baik (budi pekerti yang baik).

b. Etiket adalah aturan dan petunjuk tentang sopan santun dan akhlak dalam pergaulan.

c. Adab adalah aturan dan petunjuk tentang tatakrama kesopanan dan akhlak yang baik.

d. Jati diri adalah aturan dan petunjuk tentang identitas dan kpribadian.

e. Harga diri adalah aturan dan petunjuk tentang martabat dan kehormatan.

Falsafh Adat adalah pandangan hidup (ponggito'a tuwua) atau way of life yang menjadi panutan, aturan dan petunjuk dalam pola pikir, pola sikap dan pola tindak masyarakat Adat.

2. ADAT ISTIADAT PADOE

Adat istiadat adalah seperangkat nilai atau norma, kaidah dan keyakinan sosial yang bertumbuh dan berkembang bersamaan dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat dan atau satuan masyarakat lainnya, serta nilai atau norma lain yang masih dihayati dan dipelihara masyarakat adat sebagaimana terwujud dalam berbagai pola kelakuan yang merupakan kebiasaan-kebiasaan dalam kehidupan masyarakat Adat. Adat istiadat Masyarakat Hukum Adat Padoe, adalah nilai, norma atau kaidah yang tumbuh dan berkembang sejak dahulu kala yang dijunjung tinggi karena mengandung etika, moral, adab, etiket, jati diri dan harga diri sebagai perwujudan peranan Hukum Adat yang sangat luas dalam pelestarian dan pengembangan Adat istiadat Masyarakat Hukum Adat Padoe, maka lebih lanjut pada perkembangannya memiliki Hukum Adat Padoe, sebagai dasar dan petunjuk dalam pola pikir, pola sikap dan pola tindak sehari - hari.

Hukum Adat Padoe ini, memuat aturan dan petunjuk tentang Peminangan Adat Padoe, Perkawinan Adat Padoe, dan penyelesaian masalah dalam masyarakat Adat Padoe, seperti Pelanggaran suami istri, pelanggaran karena kesalahan, pelanggaran karena tindakan, pemberian sanksi denda, hubungan orang muda dengan orang tua, hubungan suami istri, hubungan sesama manusia.

tatakrama, sopan santun, larangan, etika, etiket, moral, adab, jati diri, harga diri, dan budaya (kebiasaankebiasaan masyarakat).

(2)

3. FUNGSI HUKUM ADAT DALAM PEMBANGUNAN HUKUM

Dalam masyarakat Hukum Adat, kita mengenal beberapa fungsi pokok Hukum Adat dalam pembangunan Hukum, yaitu:

a. Hukum Adat atau hukum tidak tertulis, berfungsi sebagai pola untuk mengorganisasikan serta memperlancar proses interaksi dalam masyarakat, b. Hukum Adat tetap berfungsi secara efektif dalam mengatur kehidupan

masyarakat, walaupun Hukum tertulis dalam perkembangannya telah mengatur bagian terbesar dalam aspek kehidupan masyarakat.

c. Hukum Adat memegang peranan merumuskan keteraturan perilaku, dengan segala akibat-akibatnya,

d. Hukum Adat memberikan solusi dalam pola penyelesaian sengketa yang kadang-kadang bersifat simbolis.

4. PEMINANGAN ADAT PADOE

a. Peminangan Adat Padoe adalah kegiatan yang mengupayakan terjadinya hubungan perjodohan antara seorang laki - laki dengan seorang perempuan,

b. Peminangan Adat Padoe dilaksanakan apabila ada persetujuan antara seorang laki - laki dan seorang perempuan. Juga harus ada persetujuan antara anak laki- laki dan anak perempuan dengan orang tua kedua belah pihak,

c. Sebelum peminangan Adat Padoe dilaksanakan, orang tua laki laki mengunjungi orang tua perempuan untuk membicarakan rencana pelaksanaan Peminangan Adat Padoe, dan persiapan lainnya yang harus diketahui bersama.

d. Cara peminangan Adat Padoe

Orang tua dan keluarga laki-laki berkunjung ke orang tua dan keluarga perempuan membawa/menaikkan/menyerahkan materi peminangan Adat Padoe (posoro pesikeno) dengan memakai tatacara peminangan Adat Padoe yang telah baku,

e. Materi peminangan Adat Padoe

Materi peminangan Adat Padoe, terdiri dari buah pinang, daun sirih, kapur sirih, tembakau/rokok yang diletakkan dalam suatu bingka (taru- taru). Selain itu kalung emas, cincin emas, antinganting emas dan gelang emas yang diletakkan dalam suatu salapa. Kemudian pisau dapur, yang diletakkan di luar/di samping salapa, Kesemuanya diletakkan di dalam

(3)

sempedawa dan dibungkus dengan kain putih, disiapkan terlebih dahulu dan dibawa keluarga laki-laki pada waktu pelaksanaan peminangan Adat.

Sedangkan arti materi peminangan Adat dan sanksi sesudah peminangan Adat, akan dijelaskan pada waktu pelaksanaan peminangan Adat.

f. Pelaksanaan Peminangan Adat Padoe.

Pada saat pelaksanaan peminangan Adat Padoe, laki-laki dan perempuan harus hadir karena ada acara pemasangan cincin dan kalung dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Setelah selesai peminangan Adat Padoe ditanda tangani Berita Acara Serah Terima Materi Peminangan Adat Padoe.

5. PERKAWINAN ADAT PADOE a. Tujuan perkawinan.

Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha esa.

b. Perkawinan dapat dilakukan dengan syarat berdasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai.

c. Suami istri memikul kewajiban luhur untuk menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat.

d. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat.

e. Perkawinan Adat Padoe ialah ikatan lahir batin antara seorang lakilaki dengan seorang perempuan sebagai suami istri. Dan menurut Hukum Adat Padoe tentang perkawinan, maka sebagai masyarakat

Adat, dilakukan Perkawinan Adat Padoe sesuai dengan Hukum Adat Padoe dengan maksud memperkokoh dan melengkapi Perkawinan melalui Pencatatan Sipil, Gereja maupun KUA.

f. Materi perkawinan Adat Padoe

Dalam pelaksanaan perkawinan Adat Padoe disiapkan materi perkawinan Adat Padoe (mas kawin) atau Pentoroano Gau

Pesombori'a yang terdiri dari:

* Satu ikat mas kawin berisi satu potong kain rok, satu potong kain baju, satu lembar handuk dan satu lembar kain sarung untuk Ibu (tia ine).

(4)

* Satu ikat mas kawin berisi satu potong kain celana, satu potog kain baju, satu lembar handuk, satu lembar kain sarung untuk ayah (tia uma)

* Satu ikat mas kawin berisi satu potong kain rok, satu potong

kain baju, satu lembar handuk, satu lembar kain sarung untuk istri (tia sombori)

* Kesemuanya dibungkus menjadi satu dengan kain putih.

* Arti materi perkawinan Adat Padoe dan sanksi, akan dijelaskan pada saat pelaksanaan perkawinan Adat Padoe.

g. Pelaksanaan perkawinan Adat Padoe

Penyerahan bungkusan mas kawin atau materi perkawinan Adat dari Ibu laki-laki kepada pelaksana Adat Padoe.

Pelaksana Adat Padoe membuka bungkusan mas kawin lalu menghitung dan member! penjelasan dan tuntunan. Dan selanjutnya acara dipimpin langsung oteh Pelaksana Adat Padoesampai selesai. Dalam pelaksanaan perkawinan Adat Padoe ditandatangani Surat Kawin Adat Padoe

6. PELANGGARAN HUKUM ADAT PADOE.

a. Pelanggaran karena perzinaan.

Apabila seorang laki-laki atau perempuan yang belum kawin berzina dengan seorang istri atau suami orang lain, suaminya atau istrinya keberatan dan menjadikan perkara, tetapi dalam penyelesaian perkara, masih bersedia menerima kembali istrinya atau suaminya (tidak cerai), maka laki-laki atau perempuan yang berzina dikenakan sanksi denda dua ekor kerbau/sapi. Kalau terjadi perceraian, maka dikenakan sanksi denda, sekurangkurangnya tiga ekor kerbau/sapi dan setinggi-tingginya lima ekor kerbau/sapi.

b. Pelanggaran karena penghamilan

Apabila seorang laki-laki yang belum kawin menghamili seorang perempuan yang belum kawin dan tidak mau mengawininya, maka dikenakan sanksi denda setinggi-tingginya tiga ekor kerbau/sapi, sekurang-kurangnya dua ekor kerbau/sapi.

c. Pelanggaran karena merusak nama baik masyarakat / kampung.

Apabila seorang laki-laki belum kawin tapi sudah kawin kumpul kerbau (suami istri yang tidak resmi), dengan seseorang perempuan yang belum kawin, atau sebaliknya (perempuan belum hamil), maka harus segera dikawinkan, namun kalau tidak mau, maka laki-laki atau perempuan yang tidak mau dikawinkan, akan dikenakan denda dua ekor kerbau/sapi. Tetapi kalau perempuan sudah hamil, maka ditambah sanksi denda satu ekor kerbau/sapi berbulu kain yang ditanggung oleh laki-laki dan perempuan

(5)

yang mau kawin, karena sama-sama sudah melakukan pelanggaran, sehingga perempuan menjadi hamil. Apabila suami istri yang masih terikat dalam perkawinan, mereka mau cerai, karena ada pelanggaran yang dilakukan suami atau istri, maka yang melanggar akan dikenakan sanksi denda menurut berat ringannya pelanggaran yang diputuskan oleh Dewan Adat. Apabila seorang perempuan dan seorang laki-laki telah melakukan hubungan sebagai suami istri, tetapi belum kawin secara resmi, sehingga perempuan hamil, tetapi mereka sama-sama tidak mau kawin secara resmi, maka laki-laki dan perempuan dikenakan sanksi denda, satu ekor kerbau/sapi hidup yang ditanggung bersama, dan satu ekor kerbau / sapi berbulu kain. Apabila seorang laki-laki membawa lari seorang perempuan, padahal mereka belum kawin resmi di hadapan orang tua dan keluarga kedua belah pihak dan di hadapan Dewan Adat, biarpun kemudian mereka kawin, tapi mereka sudah melakukan pelanggaran berat. Untuk itu laki- laki dikenakan sanksi denda tiga ekor kerbau/sapi.

d. Pelanggaran karena perselingkuhan.

Apabila seorang suami/istri masih terikat dalam perkawinan berselingkuh dengan istri/suami yang masih terikat dalam perkawinan dan apabila suami/istri berkeberatan dan menjadikan perkara, tetapi suami/istri yang berselingkuh masih mau diterima kembali oleh suami/istri masing-masing, maka yang berselingkuh dikenakan sanksi denda tiga ekor kerbau/sapi yang ditanggung oleh yang berselingkuh.

Apabila suami dan istri yang berselingkuh, tidak mau lagi diterima oleh suami dan istri masing-masing (cerai), maka yang berselingkuh dikenakan sanksi denda berat, lima ekor kerbau/sapi yang ditanggung oleh yang berselingkuh.

e. Pelanggaran karena pencurian.

Apabila salah seorang suami/istri mencuri dan yang tidak mencuri mengadukan untuk minta cerai, namun yang mencuri bersedia didenda asalkan tetap sebagai suami istri, artinya mereka berdamai, maka yang mencuri akan dikenakan sanksi denda berupa satu lembar kain sarung sebagai penutup malu, dan barang curian dikembalikan atau diganti kalau sudah dipakai. Apabila salah seorang suami/istri mencuri dan yang tidak mencuri mengadukan untuk minta cerai, dan tetap tidak mau damai berarti tetap minta cerai, maka yang mencuri akan dikenakan sanksi denda berupa satu ekor kerbau/sapi berbulu kain yang nilainya sama dengan empat potong kain, masing-masing dua meter dan satu lembar kain sarung serta tinggalkan rumah tanpa membawa apa-apa.

f. Pelanggaran karena merusak hewan dan tanaman. Apabila seseorang menciderai/membunuh/mencuri hewan orang lain, maka orang tersebut dikenakan sanksi denda dengan mengganti atau membayar hewan yang diciderai, dibunuh, dicuri kepada pemilik hewan.

(6)

Apabila ada hewan seseorang merusak/memakan tanaman orang lain, maka pemilik hewan tersebut dikenakan sanksi denda dengan mengganti atau membayar tanaman yang dirusak/dimakan kepada pemilik tanaman.

Apabila seseorang merusak tanaman orang lain, maka orang tersebut dikenakan sanksi denda dengan mengganti atau membayar tanaman yang dirusak kepada pemilik tanaman.

7. BUDAYA PADOE

Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi atau akal. Jadi budaya adalah daya dari budi berupa karya, cipta dan rasa.

Kebudayaan berasal dari kata budaya (budhayah). Jadi

kebudayaan adalah hasil dari karya, cipta dan rasa manusia yang hidup bersama.

Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan, yang diperlukan dan digunakan manusia untuk menguasai alam sekitarnya.

Cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berpikir manusia menghasilkan filsafat dan ilmu pengetahuan.

Rasa meliputi jiwa manusia mewujudkan kaidah dan nilai - nilai kemasyarakatan yang diperlukan untuk mengatur manusia.

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang / masyarakat dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Budaya terbentuk dari banyak unsur yang bersifat kompleks/ rumit berupa segala kegiatan manusia mencakup mengolah dan menguasai alam, akal budi, pikiran, agama / kepercayaan, politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, karya seni, pengetahuan, moral, hukum, hasil karya, rasa dan cipta masyarakat, olah raga, makanan, tabiat, akhlak, watak, daya upaya, kebaikan dan kemampuan kemampuan lainnya.

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh, kompleks, abstrak, luas, bertujuan membantu manusia untuk menimbang mana yang baik dan yang buruk dan membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

8. TUJUAN MEMPELAJARI BUDAYA.

Kita perlu mempelajari budaya, agar kita mengenal perilaku dan keragaman budaya, dengan pengertian dan pemahaman yang mendalam, tentang apa yang sudah dimiliki, dipakai dan diterapkan sejak dahulu kala oleh nenek moyang atau para leluhur.

Dengan maksud untuk melestarikan, memberdayakan, dan mengembangkan budaya yang ada, sehingga budaya yang telah ada, tetap dipertahankan, dan dipelihara disesuaikan dengan perkembangan zaman.

(7)

9. MANFAAT MEMPELAJARI BUDAYA

1. Untuk mengetahui dampak akulturasi, adalah suatu proses yang timbul manakala suatu kelompok manusia, dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri.

2. Untuk mengetahui dampak modernisasi, adalah perubahanperubahan masyarakat yang bergerak dari keadaan tradisional atau dari masyarakat pra modern, menuju masyarakat modern, dengan kemajuan yang rasional dan tinggi nilai peradabannya.

3. Untuk mengetahui dampak multiculturalisme, adalah pandangan manusia tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap adanya keragaman dan berbagai macam budaya, dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai - nilai, sistem, budaya, kebiasaan dan politik.

10.RUMAH TRADISIONAL PADOE

Rumah tradisional Padoe, adalah rumah yang dipakai oleh nenek moyang orang Padoe, dahulu kala. Memiliki bentuk, ukuran, motif khas yang konstruksinya sangat erat hubungannya dengan zaman dan lokasi pada waktu dibangun.

Rumah tradisional Padoe, memiliki ciri khas, yaitu memiliki ruang

bawah kolong (totodolo), serambi bawah depan (topoka), serambi atas depan ( ulua ), ruang tamu ( ulu kombia), ruang keluarga (kombia), ruang dapur (ponahua, awu, tonga), tingkap (tinungga), pintu (ono), jendela ( pemoa), tangga (ise), kayu batas antara ulu kombia dengan kombia ( tudua), lantai (horo), dinding (rere), tempat barang di bagian atas dinding ( sambi), loteng (tonete), atap (ato), bubungan (wuwunge), batu / beton dudukan (umpak), serta listplank.

Rumah tradisional yang berada di kebun, sawah bentuk dan konstruksinya sangat sederhana. Tiang dan tangganya dari kayu bulat, Lantainya dari bahan bambu dan batang pinang, dinding dan atapnya dari daun rumbia atau bahan bambu, mempunyai pintu, jendela, tingkap, dan ukurannya relatif lebih kecil.

Tinggi tiang rumah antara dua meter sampai dengan tiga meter, jarak antara lantai dengan plafon antara dua setengah meter sampai dengan tiga meter, dan jarak antar tiang antara tiga meter sampai dengan tiga setengah meter. Panjang dan lebar bangunan tergantung kebutuhan dan situasi.

Rumah tradisional Padoe, yang berada di kampung, bentuk dan konstruksinya lebih baik dari pada yang di kebun atau di sawah, halus dan kuat.

(8)

Tiang dan tangganya dari kayu balok dan papan tebal. Lantainya dan dindingnya dari papan. Atapnya dari daun rumbia tua yang dijahit, ditata / disusun secara rapat, sehingga tebal dan tahan lama, tidak rusak bertahun-tahun lamanya. Tetapi sebahagian lagi masyarakat mulai memakai atap seng (Rumah Mokole).

Mempunyai pintu dan jendela dari papan yang tebal dan kuat. Bentuk konstruksinya ukurannya lebih besar dan kuat dibandingkan dengan rumah tradisional Padoe yang ada di kebun/sawah.

11.RUMAH ADAT PADOE

Rumah Adat Padoe, bentuknya rumah panggung, tiangnya tinggi tiga meter dari tanah/lantai dasar ke lantai dua.

Asal mulanya pada zaman dahulu, kuda berada di bawah kolong

rumah dan kalau pemilik kuda mau naik kuda untuk bepergian atau mau berperang, maka ia naik kuda langsung dari bawah kolong rumah. Begitupun kalau pemilik kuda pulang dari bepergian atau berperang, maka ia turun langsung di bawah kolong rumah. Supaya kepala tidak kena lantai, maka tiang rumah harus memiliki tinggi tiga meter. Selain itu pula untuk kepentingan keamanan para pemangku Adat/pemilik rumah pada saat itu, sehingga terhindar dari gangguan musuh.

Bagian-bagian serta bentuk Rumah Adat Padoe, mempunyai nilai filosofi, makna dan simbol yang menggambarkan ciri khas Adat, budaya, seni dan peradaban masyarakat Adat Padoe.

Rumah Adat Padoe dibangun berdasarkan arsitek yang mengandung filosofi angka sebagai berikut:

Tinggi tiang, tiga meter dari lantai dasar sampai lantai dua mengandung filosofi bahwa angka tiga melambangkan jiwa dan surga, melambangkan sifat venus, cinta, artistik, pengertian dan sebagai alat pemersatu, perlindungan, ketenangan, keamanan dan keselamatan.

Tinggi bangunan dari lantai dua sampai plafon, empat meter mengandung filosofi bahwa angka empat melambangkan bumi dan tubuh, melambangkan sifat bumi, sabar, telaten, kreatif dan cekatan.

Tinggi bangunan dari lantai dasar sampai plafon, tujuh meter, mengandung filosofi bahwa angka tujuh melambangkan angka kesempurnaan dari maha sempurna, keamanan dan keselamatan, penopang, sebagai simbol alam rohani dan spiritualitas, angka yang memperlihatkan dimensi metafisika, angka kepenuhan, angka syukur dan tiang syukur serta sebagai simbol yang menyatakan langit dan bumi.

Mempunyai banyak tiang yang tingginya tiga meter dari lantai dasar/tanah ke lantai dua bangunan dengan ukuran tiang, lebar 25 x 25 cm, 20 x 20 cm, 18 x 18 cm (bisa dipilih) dan jumlahnya disesuaikan dengan panjang dan lebar bangunan.

Kalau panjang tiang masih ada kayu yang panjangnya 7 meter dapat dibuat tiang langsung dari lantai dasar sampai ke plafon yang tingginya, tujuh meter,

(9)

Mengandung makna bahwa Rumah Adat berdiri dengan kokoh karena didukung tiang yang banyak. Mengandung filosofi, bahwa kita kuat kalau didukung orang banyak.

Bangunan terdiri dari tangga, serambi bawah depan (topoka), yang tingginya satu setengah meter dari lantai dasar, bangunan serambi atas depan (ulua), bangunan tengah dan bangunan belakang.

Ukuran bangunan Rumah Adat Padoe (panjang x lebar), disesuaikan dengan keadaan dan luas tanah serta biaya yang tersedia. Ukuran bangunan dapat dipilih 15mx6m; 15mx7m; 17,5mx7m; 18mx9m; 21 mx9m, 21mx12m

Jumlah tiangnya tergantung pada panjang dan lebar bangunan dengan jarak antar tiang 3 m x 3 m atau 3,5 m x 3,5 m (bisa dipilih). Tiang rumah memakai alas/dudukan (umpak) dari beton dengan tinggi 20 cm atau 30 cm (bisa dipilih)sesuai dengan kebutuhan.

Mempunyai tangga naik ke serambi bawah depan (topoka) dan ke serambi atas depan (ulua) dan naik ke bagian belakang bangunan (untuk bangunan yang panjangnya di atas dua puluh meter).

Mempunyai serambi bawah depan (topoka) yang tingginya satu setengah meter dari dasar dan serambi atas depan (ulua) yang tingginya satu setengah meter dari serambi bawah depan (topoka). Mulanya tujuan serambi bawah depan (topoka), sebagai tempat lesung untuk menumbuk padi dan menampi beras.

Filosopinya menyatakan bahwa untuk naik ke Rumah Adat harus melalui proses, penyaringan dan pengawasan kemudian naik ke lantai dua Rumah Adat, mengikuti tangga serta bertahap, dan berurutan, harus meminta izin sebelumnya dan menghormati tatakrama yang ada pada Rumah Adat.

Mempunyai serambi atas depan (ulua) untuk tempat menerima tamu dan meminta izin sebelum masuk ke dalam Rumah Adat.

Filosopinya menyatakan bahwa harus meminta izin sebelum masuk ke dalam Rumah Adat sesuai dengan tatakrama yang ada.

Mempunyai pintu yang lebar dan tinggi di depan dan di belakang (untuk bangunan yang panjangnya di atas dua puluh meter), melambangkan hati yang lapang, terbuka dan memiliki harga diri.

Mempunyai jendela yang lebar dan tinggi, di dinding sebelah kiri kanan, depan dan belakang , melambangkan hati yang lapang, terbuka dan memiliki harga diri.

Mempunyai tingkap, di sebelah kiri dan kanan atap, yang berfungsi sebagai lubang penerangan, ventilasi udara dan tempat menikmati panorama/pemandangan dari tempat ketinggian. Juga digunakan untuk tempat memantau, mengintip, mengawasi apa yang terjadi disekitarnya.

Filosopinya, tingkap merupakan lambang pengayoman, perhatian, perlindungan dan pengawasan serta pemantauan. Mempunyai atap, di mana

(10)

punggung/bubungan rumah berbentuk pelana. Atap berfungsi untuk mengayomi dan melindungi orang atau barang yang ada di dalamnya/ dibawahnya.

Filosofinya adalah sebagai pengayoman dan perlindungan. Atap bubungan mempunyai listplank berbentuk tanduk kerbau. Di mana kerbau sering dipakai petani pada saat membajak. Filosopinya adalah sebagai lambang kerja keras, tangguh dan suka menolong.

Pada zaman dahulu, atap dibuat dari daun rumbia, kemudian menyusul atap sirap (atap dari kayu ulin), dan terakhir dari atap seng, sesuai dengan perkembangan zaman.

Rumah Adat Padoe bagian depannya berbentuk payung yang terbuka.

Atap bagian atas dekat bubungan berbentuk segitiga kecil sama kaki, sedangkan atap bagian bawahnya berbentuk trapesium. Tepi ujung atap rumah induk bersambung langsung dengan tepi atap depan yang berbentuk trapesium. Yang bentuknya seperti payung terbuka.

Rumah Adat Padoe

12. MANFAAT RUMAH ADAT PADOE.

Rumah Adat Padoe dimanfaatkan sebagai tempat acara dan atau upacara Adat Padoe, tempat menerima tamu khusus, tempat peminangan Adat Padoe,

(11)

tempat perkawinan Adat Padoe, dan tempat penyelesaian masalah pelanggaran Hukum Adat Padoe, tempat pertemuan khusus dan musyawarah Adat Padoe.

Selain itu Rumah Adat Padoe dapat pula digunakan untuk kegiatan sanggar seni dan budaya serta pagelaran Adat, budaya dan seni. Disamping itu Rumah Adat Padoe, sebagai tempat memamerkan benda benda budaya (museum), peralatan dan perlengkapan Adat, budaya, kesenian dan menjadi tujuan wisata .

Rumah Adat Padoe adalah lambang, simbol atau ikon peradaban dan Adat budaya Masyarakat Hukum Adat Padoe.

13. PAKAIAN ADAT PADOE

Pakaian Adat Masyarakat Hukum Adat Padoe, dipakai pada saat acara / upacara Adat, peminangan Adat, perkawinan Adat, acara-acara resmi, acara kesenian, pagelaran budaya dan kesenian.

Pakaian Adat Mohola, Baju model jas tutup, warna merah maron, pakai asesoris/renda mas/hiasan lain, celana hitam dan pakai pasapu.

Pakaian Adat Dewan Adat (pemangku Adat). Untuk laki - laki, baju model jas tutup, warna hitam, pakai asesoris/renda mas/hiasan lain, celana hitam, pakai pasapu. Untuk perempuan, baju model jas tutup, warna hitam, pakai asesoris/renda mas/hiasan lain, pakai topi khusus. Rok dari kain sarung warna kehitam-hitaman dan motif menyesuaikan. Filosofi pakaian Adat Pemangku Adat (Dewan Adat):

1. Dua renda emas yang melingkari keliling leher, dada, perut, lengan tangan menggambarkan pagar yang merupakan koridor yang membatasi segala sesuatu. Yang memiliki filosofi yang menyatakan bahwa segala tindakan dan perbuatan harus sesuai dengan Hukum Adat Padoe.

2. Batu permata putih dan bambu ulir kuning yang menghubungkan permata- permata tersebut, yang ada di dalam dua pagar, menggambarkan orang -orang yang sedang bergandengan tangan molaemba. Hal tersebut memiliki filosofi yang menyatakan bahwa setiap pekerjaan/kegiatan dilakukan secara bersama-sama, bersifat gotong royong, mengutamakan kebersamaan, persatuan dan kesatuan.

3. Daun Matanggoa yang bergerigi enam yang ada di dada, perut dan lengan tangan menggambarkan enam buah falsafah Adat, meliputi moral, etika, adab, etiket, jati diri dan harga diri. Hal tersebut memiliki filosofi yang menyatakan bahwa dalam setiap tindakan dan perbuatan harus selalu memperhatikan Hukum Adat Padoe yang menjunjung tinggi moral, etika, adab, etiket, jati diri dan harga diri.

(12)

4. Renda putih yang menghubungkan dua daun Matanggoa, menggambarkan hubungan yang lurus, bersih antara dua daun Matanggoa. Hal ini memiliki filosofi, yang menyatakan bahwa dalam setiap tindakan dan perbuatan harus dilakukan dengan jujur, bersih dan bijaksana.

5. Mengapa memakai daun Matanggoa, karena nama Matanggoa.ada hubungannya dengan sejarah suku Padoe, sebagai tempat pertemuan pertama suku Padoe untuk membicarakan rencana masa depan suku Padoe sekitar abad ke enam belas. Daun Matanggoa sangat berguna bagi manusia, sebagai alat pembungkus sayuran dan Iain-Iain biar awet, dan sebagai tudung apabila hujan atau panas. Filosofinya adalah sebagai alat pemersatu dan pelindung.

Pakaian Adat Pengantin, untuk laki- laki, baju model jas tutup, warna putih/merah/kuning/hitam, pakai asesoris, renda mas hiasan lain dan topi khusus.

Celana panjang menyesuaikan, dengan warna putih/merah/kuning/hitam. Untuk perempuan, baju model kebaya, warna menyesuaikan, dengan pasangannya dan kain sarung, pakai asesoris, renda mas dan hiasan lainnya dan topi khusus.

Pakaian Adat, untuk masyarakat umum suku Padoe, Laki - laki,

baju model jas, tanpa renda mas dan hiasan lainnya, Warna hitam, celana hitam dan pakai topi khusus atau pasapu, Celana hitam. Untuk perempuan, baju model jas, tanpa renda mas dan hiasan lainnya. Rok warna kehitam - hitaman atau menyesuaikan, dengan topi khusus.

Pakaian Adat untuk kesenian Padoe, untuk laki-laki, baju model biasa, tangan pendek atau tangan panjang, warna merah atau kuning, atau warna lainnya sesuai kebutuhan dengan asesoris dan celana pendek atau panjang warna merah, kuning atau hitam, pakai topi khusus. Untuk perempuan, baju model kebaya, tangan pendek atau tangan panjang, warna kuning, merah, putih, hitam atau warna lainnya sesuai kebutuhan dan pakai asesoris. Pakai topi khusus.

Pakaian Adat Padoe

(13)

14.BENDA - BENDA BUDAYA.

Dari sekian banyak benda-benda budaya, ada beberapa benda budaya yang sering digunakan antara lain:

Taru-taru (bingka), yaitu sejenis anyaman yang pada bagian atas ( mulutnya) bundar dan pada dasarnya persegi empat. Terbuat dari daun pandan hutan. Gunanya sebagai tempat beras, sayur dan bahan - bahan lainnya.

Salapa, yaitu sejenis peralatan rumah tangga berbentuk kotak persegi panjang dan ada juga yang bulat, ada yang besar dan ada yang kecil. Terbuat dari kuningan/tembaga dan perak. Digunakan untuk tempat daun sirih, buah pinang yang sudah dibelah-betah, kapur sirih, dan tempat materi peminangan (kalung emas, anting-anting emas, cincin emas, dan gelang emas) pada waktu peminangan Adat

15.BENDA - BENDA BUDAYA ALAT PERANG

Benda-benda budaya alat perang Padoe, sudah langka ditemukan, sehingga sekarang ini sudah dilindungi (cagar budaya). Yang masih ada sampai sekarang:

(14)

a. Ponai (pedang besar dan panjang), sejenis peralatan perang, berbentuk parang panjang yang dibuat khusus dari besi khusus, memakai hulu (tangkai) dari tanduk atau kayu. Besi khusus berbeda dengan besi biasa, karena tidak bisa ditempa lagi. Gunanya untuk senjata berperang dan untuk mempertahankan diri

b. Kasai (tombak), yaitu sejenis peralatan perang berbentuk lembing dengan ujung besi yang tajam, ada yang lurus, dan ada pula yang berkait. Ujung besi yang tajam disambung dengan kayu lurus, yang panjangnya kira - kira 1,5-2 meter, sebagai tangkainya untuk tempat memegang pada waktu menombak.

Bahannya terbuat dari besi yang berujung tajam atau berkait dan sepotong kayu lurus sebagai tangkai atau tempat pegangan. Gunanya sebagai alat berperang, dan berburu binatang.

c. Tobo (badik), yaitu sejenis peralatan perang atau pertahanan diri, berbentuk keris, dengan tangkai dan tampi (sarung badik) khusus yang ujungnya tajam dan kiri kanan tajam tapi ada juga yang hanya kiri atau kanan yang tajam.

Ukurannya lebih kecil atau lebih pendek dari keris. Bahannya dari besi khusus dengan tangkai dan tampi khusus. Gunanya dipakai alat perang dan pertahanan diri,

d. Kawali (keris), yaitu sejenis peralatan perang atau pertahanan diri, berbentuk tobo (badik), tapi ukurannya lebih besar dan lebih panjang, memilki bentuk dan tangkai khusus. Kiri kanan matanya tajam berukir dan ujungnya tajam.

Bahannya dari besi khusus dan tangkai kayu khusus. Gunanya untuk pertahanan diri dan membunuh lawan.

e. Kanta (perisai), yaitu sejenis peralatan perang, berbentuk tameng. Bentuknya seperti segitiga panjang yang memiliki pegangan sebagai tempat berpegang orang yang berperang sambil memegang ponai atau kasai pada tangan lainnya. Bahannya dari papan keras dilapisi kulit kayu khusus atau kulit binatang yang kering dan diberi hiasan ukiran khusus. Gunanya sebagai pelindung diri (perisai) pada waktu perang atau berkelahi

16.ALAT - ALAT OLAH RAGA TRADISIONAL

Alat - alat olah raga tradisional yang sering dipakai antara lain : a. Huloi (gasing),

(15)

Huloi adalah sejenis alat permainan menggunakan sepotong kayu keras yang dibentuk khusus dan menggunakan koloro ewi yang dibuat dari kulit kayu wunu yang dipintal sebagai alat pemutar huloi (gasing). Ada gasing tinggi (Huloi medongke) dan gasing pendek ( huloi kadepe). Bahannya dari sepotong kayu keras seperti kayu hitam, kayu langara, kayu gampu dan lain - lain serta seutas tali khusus (koloro ewi huloi). Gunanya dipakai sebagai alat permainan masyarakat pada saat selesai panen, pesta rakyat dan lain sebagainya.

b. Sambalako (Enggran),

Sambalako adalah seperangkat alat permainan menggunakan dua batang kayu atau dua batang bambu, yang diberi tempat injak pada batang tersebut yang diikat kuat dengan rotan atau tali.Orang naik dengan kaki menginjak pada tempat injak yang tersedia dan berjalan cepat atau lari bahkan bisa juga dipakai bermain bola sesuai dengan aturan permainan yang tefah disepakati.

Bahannya terbuat dari dua potong kayu atau bambu yang kuat dengan ukuran sedang. Panjangnya disesuaikan dengan kebutuhan.Tinggi rendahnya tempai injak yang diikat pada kayu atau bambu disesuaikan dengan kebutuhan.

Tempat injak dibuat dari cabang kayu kuat dan diikat dengan rotan atau tali yang kuat. Gunanya, dipakai alat permainan untuk Iari dengan jarak tertentu atau untuk main bola.

c. Logo ( Melogo).

Logo adalah sejenis alat permainan bentuknya seperti gambar jantung, (bentuk biasa), metindu satu, metindu dua, yang dibuat dari tempurung kelapa, dan memiliki singku dari kayu atau belahan bambu patu yang tebal sebagai alat pendorong / pemukul logo. Bahannya terbuat dari tempurung kefapa yang tua, dan sepotong kayu atau belahan bambu khusus sebagai singku (pendorong / pemukul logo).

Gunanya sebagai alat permainan laki - laki pada acara selesai panen.

17.SENI TARI

Beberapa seni tari, yang masih sering dipakai atau masih populer dewasa ini:

a. Tari Ende ( Mo'ende) yaitu sejenis tarian yang hampir sama dengan tari Laemba. Peserta / penari yang melakukan gerakan I tarian ( mo'ende) berbentuk lingkaran. Tari ende tidak berpegang tangan, dan gerakan kakinya berbeda dengan laemba. Penarinya diiringi oieh musik atau orang bernyanyi sambil berpantun yang diiengkapi dengan tabuhan gendang dan gong.

Gunanya untuk mengungkapkan rasa gembira dan suka cita pada acara tertentu seperti padungku, pesta kawin, pengucapan syukur, penerimaan tamu dan lain sebagainya.

(16)

b. Tari Laemba (Molaemba), kalau sudah melakukan tarian Laemba disebut Molaemba, merupakan kata kerja yaitu sejenis tarian tradisional yang populer dan sangat digemari oleh orang muda dan orang tua Masyarakat Hukum Adat Padoe, bahkan sudah banyak masyarakat umum yang tertarik akan tarian ini. Tarian ini hampir sama dengan tarian ende, menari berbentuk lingkaran. Tari laemba berpegang tangan, tangan digerakkan naik turun serta kaki menari ke arah kanan, ikut irama musik. Diiringi tabuhan gendang dan gong. Tarian bersifat masal dan bergembira ria. Dapat diikuti oleh banyak orang terdiri dari orang muda, orang tua, laki - laki dan peremuan. Tarian laemba diiringi musik, dengan tabuhan gendang dan gong, sedangkan peserta menyanyi sambil berpantun, berbalasan dengan beberapa orang. Gunanya untuk mengungkapkan rasa gembira dan sukacita pada acara tertentu seperti, pada saat padungku, pesta kawin, pengucapan syukur, penerimaan tamu dan lain sebagainya.

c. Tari Riringgo (Moriringgo).

Tarian ini sangat populer dan disenangi anak muda, sering ditampilkan pada acara - acara tertentu. Pada mulanya tarian Riringgo adalah tarian syukuran kepada sang pencipta, pemberi hasil pertanian seperti padi. Pada saat panen, petani menumbuk padi, sebagian menapis padi, sebagian lagi menari dengan memakai alu. Untuk mengantar tarian supaya lebih meriah, maka lesung diketuk - ketuk dengan alu sebagai gendang.

Pada perkembangannya, tarian Riringgo atau tarian menghalangi merupakan tarian sukacita / kegembiraan atas kemenangan atau keberhasilan tertentu dan menyambut tamu misalnya menyambut pasukan perang yang menang. Tarian dan materinya dimodifikasi sesuai dengan situasi dan kondisi.

Penari terdiri dari dua pasang muda mudi, atau lebih, yang meloncat loncat di antara tiga pasang alu, yang dipukul - pukulkan menutup dan membuka (menghalang - halangi para penari yang meloncat di antara tiga pasang alu).

Gendang dan gong yang ditabuh untuk memberi semangat kepada para penari. Juga diiringi nyanyian yang berisikan syair puja dan puji serta syukur kepada sang pencipta atas kemenangan dan keberhasilan serta kekayaan alam yang dimiliki. Selain itu diiringi nyanyian dengan syair lagu yang berisikan puja dan syukur kepada sang pencipta yang telah menganugerahkan tanah kelahiran yang indah, damai dan tidak pernah dilupakan.

Tarian Riringgo ditampilkan karena ada kegembiraan dan syukur pada saat selesai panen. Selain itu ditampilkan karena ada kegembiraan dan syukur pada saat menyambut pasukan perang menang. Dewasa ini digunakan

(17)

pula untuk menyambut tamu, para pejabat, atau pada acara perayaan tertentu, seperti HUT Proklamasi dan lain -lain.

d. Tari Kaliboe ( Mongkaliboe ) yaitu tarian berbentuk barisan bersaf, berbanjar dan lingkaran. Mula - mula lingkaran kecil dan akhirnya berbentuk lingkaran besar. Diiringi teriakan keras secara bersama sama. Pada saat penampilan, diiringi oleh satu orang pemegang tombak, satu orang pemegang ponai, untuk momomaani. Para penari memakai rambuti. Juga disiapkan babi untuk diinjak dan ditusuk pada saat menari. Mongkaliboe, berarti menari sambil menginjak babi. Tarian ini ditampilkan untuk menyambut pasukan dari medan perang.

Kalau menang (membawa kepala orang), suara teriakannya besar. Dan kalau kalah suara teriakannya kecil. Juga dipakai untuk menyambut Mokole atau tamu terhormat. Gerakan -gerakan tarian menggambarkan walaupun kita berbeda - beda tetapi kita tetap satu. Tepo'aso kato memoroso, teposuangako kato tekokale. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.

e. Tari Momaani. ( Momomaani).

Tari momaani, adalah sejenis tarian perang yang memainkan ponai ( pedang) dan kasai (tombak) serta kanta (perisai) di tangannya serta berjongkok sedikit dan meloncat-loncat sambil mengayung-ayungkan pedang dan tombak serta perisai diiringi teriakan yang menyeramkan seperti orang berkelahi. Memakai pakaian Adat tradisional dan pasapu. Diiringi tabuhan gendang dan gong, yang memberi semangat kepada penari. Tarian momaani, ada dua macam yaitu, momomaani ponai dan momomaani kasai.

Pada saat menari, satu orang penari memegang ponai, dan satu orang penari memegang kasai. Selain memegang ponai atau kasai, juga memegang kanta dan berpakaian adat tradisional serta diiringi satu orang penabuh gendang dan seorang penabuh gong.

Momomaani ponai, dipakai pada waktu menyambut pejabat, Datu, pembesar, mokole, dan lain-lain. Sedangkan momomaani kasai, dipakai pada waktu menyambut pasukan yang pulang dari medan perang. Dan biasanya dilaksanakan momomaani bersamaan dengan tarian mongkaliboe.

18.MUSIK TRADISIONAL.

a. Tambolo (musik bambu )

Tambolo, adalah seperangkat musik yang dibuat dari bambu, yang terdiri dari suling kecil, suling besar, naturel, kruis, mol, bas kecil, bas besar, kontra bas, terang bone, gendang dan dirigen. Musik ini menyanyikan lagu mars, umum, dan lain sebagainya.

(18)

Musik ini terdiri dari tiga buah suling kecil, lima buah suling besar, lima buah naturel (tenor), tiga buah kruis, tiga buah mol, tiga buah kontra bas, lima buah bas setengah, lima buah bas kecil, satu buah terang bone, satu buah gendang, seorang pembawa panji, dan seorang dirigen. Pemain musik jumlahnya antara 34 -37 orang.

Musik ini ditampilkan pada saat menjemput tamu, pesta panen, pesta rakyat, pesta Adat dan perlombaan kesenian. b. Siloli (suling)

Siloli adalah alat musik dari bambu, yang memiliki satu lubang, dekat ujung sebagai tempat meniup, dan di bagian tengah, memiliki enam lubang dengan jarak tertentu, untuk mengatur nada, dengan memainkan jari menutup dan membuka ke enam lubang. Terbuat dari bambu yang kecil dan lurus, bulat dengan panjang tertentu.

Untuk mesiloli, (bersuling), menyanyikan lagu-lagu tertentu, dilaksanakan dengan jalan meniup lubang yang pertama dan memainkan jari - jari diatas enam lubang berikutnya sesuai dengan nada yang ada. Mesiloli dapat dilaksanakan secara tunggal atau bisa bergabung dengan Tim Tambolo. Mesiloli diharapkan dapat menghibur diri sendiri, maupun orang yang mendengar.

19.MAKANAN DAN MINUMAN KHAS PADOE 1. Lehodo (Nasi dimasak di dalam bambu).

Lehodo adalah makanan yang terbuat dari beras ketan putih, merah, atau ketan hitam, direndam, ditiriskan kemudian dimasukkan ke dalam bambu yang telah diisi daun pisang yang muda Ialu diberi santan yang telah diberi garam, dan perasan daun pandan. Kemudian bambu yang berisi beras santan diangkat untuk dibakar pada tempat pembakaran khusus yang sudah disiapkan. Nasi bambu yang sudah matang, dibelah kemudian nasinya di taruh di piring siap dimakan.

2. Winalu (nasi bungkus dimasak di dalam bambu).

Winalu adalah beras dibungkus dengan daun khusus ( lewe), kemudian dimasukkan ke dalam bambu, Ialu dibakar. Beras yang dibungkus ukurannya satu genggam satu bungkus. Setelah beberapa bungkus selesai diisi beras, kemudian disatukan/diikat Ialu dimasukkan ke dalam bambu secara bersusun. Ukuran bambunya lebih besar, dari pada bambu lehodo. Setelah diisi air, kemudian bambunya dibakar sampai matang. Setelah matang, bambunya dibelah dan nasi bungkusnya disuguhkan di piring siap dimakan.

3. Winuho.

Winuho adalah makanan yang dimasak di dalam bambu, yang terdiri dari bahan daging dicampur dengan daun ubi, tiwo dan sayur lainnya ditambah dengan bumbu seperlunya. Selain winuho tersebut ada juga winuho ikan.

Winuho daun ubi, adalah winuho dengan bahan dasar daging dengan daun ubi. Daging dan daun ubi dipotong kecil-kecil, kemudian daun ubi diojok, lalu

(19)

daging, daun ubi, bawang merah, bawang putih, lombok, serai muda dan jahe yang kesemuanya dihaluskan kemudian ditambah daun jeruk, daun kemangi, dan daun bawang diiris-iris halus, lalu dicampur dengan garam dan bumbu penyedap.

Setelah kesemuanya sudah dicampur, baru dimasukkan ke dalam bambu yang ukurannya lebih besar dibandingkan dengan bambu lehodo. Lalu bambunya dibakar sampai winuho matang. Setelah matang, isinya dikeluarkan dan disuguhkan di piring, siap untuk dimakan.

Winuho Tiwo, adalah winuho dengan bahan dasar daging dengan tiwo (batang pisang muda). Daging dipotong kecil-kecil dan batang pisang muda (pisang kapok/manurung, pisang Australia, pisang monyet) diiris halus, kemudian diojok dengan garam sedikit. Lalu daging, tiwo, bawang merah, bawang putih, lombok, serai muda, jahe yang kesemuanya dihaluskan kemudian ditambah daun jeruk, daun kemangi, dan daun bawang diiris-iris halus, kemudian dicampur dengan bumbu penyedap.

Setelah kesemuanya sudah dicampur, bam dimasukkan ke dalam bambu yang ukurannya lebih besar dibandingkan dengan bambu lehodo. Lalu bambu winuho dibakar sampai matang. Setelah matang, isinya dikeluarkan dari bambu dan disuguhkan di piring, siap untuk dimakan.

4. Sayur Padole

Adalah sayur, dari bahan pucuk muda pohon kelapa, pohon enau, pohon sagu, yang diiris dan dipotong-potong halus. Kemudian dimasak campur santan dan daging labu dll kemudian bumbu seperlunya.

5. Dinui (modui).

Dinui (kapurung) adalah makanan khas tradisional yang terbuat dari tepung sagu (rombia) yang diseduh/dicampur dengan sedikit air minum dingin di dalam baskom atau dulang (baskom kayu pada saat itu), kemudian cairan tepung sagu disiram dengan air mendidih, sampai matang lalu diaduk sampai tercampur secara merata. Pada saat menyiram cairan sagu dengan air mendidih harus diatur sedemikian rupa supaya jangan terlalu encer dan jangan terlalu kental.

Kemudian kita makan dinui dengan istilah yang dikenal modui, dengan memindahkan dinui dengan dui (sumpit), dahulu dui dibuat dari belahan bambu atau kayu yang dibuat halus seperti sumpit, ke dalam piring yang diisi kuah sayur / ikan yang dicampur dengan garni (sambal). Dinui diputar-putar dengan sumpit agar bentuknya bulat-bulat dan tidak jatuh, kalau dipindahkan ke piring, kemudian dipotong-potong di dalam piring yang sudah diberi sambal. Lalu bulatan dinui itu ditelan langsung tanpa dikunyah. Supaya lebih mantap disediakan ikan dan sayur secara terpisah untuk dimakan silih berganti dengan menelan bulatan dinui yang tersedia di piring . Begitu selanjutnya sampai kenyang.

6. Woke (tape).

Woke adalah makanan yang terbuat dari beras ketan hitam, putih atau merah yang dimasak lalu di didinginkan di nyiru, lalu dicampur dengan ragi

(20)

secukupnya. Setelah itu dimasukkan ke dalam bakul yang telah dialas pada dasar dan dindingnya, dengan daun pisang kemudian ditutup. Pada hari yang ketiga woke sudah matang, sedangkan airnya yang sangat manis ditampung di bawah bakul. Ada dua macam woke yaitu woke untuk dimakan dan woke untuk pongasi.

Woke untuk dimakan.

Woke untuk dimakan adalah woke yang dibuat dengan campuran ragi dengan perbandingan tertentu. Prosesnya sama dengan pembuatan woke pada umumnya. Woke untuk pongasi.

Woke untuk pongasi adalah woke yang dibuat dengan campuran ragi dengan perbandingan tertentu untuk pongasi. Prosesnya sama dengan pembuatan woke pada umumnya. Hanya saja bahan woke dimasukkan kedalam guci dan ditutup dengan daun pisang. Pada hari ketiga, woke sudah matang. Kemudian wokenya diambil lalu diperas dan disaring, kemudian airnya dimasukkan ke dalam botol, terkenal dengan nama mata pongasi.

Kemudian wokenya dimasukkan kembali ke dalam guci dan ditambah air minum yang matang dan dibiarkan satu malam. Kemudian ditutup dan setelah dibiarkan satu malam, baru dibuka, kemudian wokenya diperas dan disaring lalu airnya dimasukkan ke dalam botol, terkenal dengan nama pongasi klas dua.Setelah itu diulang lagi untuk ketiga kalinya dan airnya terkenal dengan nama pongasi klas tiga. Pongasi adalah minuman khas suku Padoe, pada acara padungku (pesta panen).

Referensi

Dokumen terkait

Untuk Keterangan lebih lanjut dapat diperoleh di Kantor Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Daerah BKPPD Kabupaten Luwu Timur, No. BAHRI SULI, MM. Pangkat

Beberapa jenis bahan galian yang terdapat di wilayah Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Luwu Utara adalah berupa batuan ultrabasa, marmer, lempung, sirtu, pasir kuarsa, granit,

Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisast dan Tata Ke{a Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, dan lrmbaga Teknis Daerah Kabupaten Luwu Timur, tetaP

Beberapa jenis bahan galian yang terdapat di wilayah Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Luwu Utara adalah berupa batuan ultrabasa, marmer, lempung, sirtu, pasir kuarsa, granit,

bahwa dengan berubahnya bagian Otonomi Desa menjadi Bagian Pemerintahan sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Timur Nomor 2 Tahun 2008 tentang Organisasi

sebesar Rpxxxxxxxxxxxxx (...) adalah bersumber dari dana APBD Kabupaten Luwu Timur Tahun Anggaran ..., dengan tujuan untuk mengoptimalkan dana uang milik

(1) Setiap bangunan baik milik perorangan, swasta maupun milik Pemerintah dalam wilayah Daerah Kabupaten Luwu Timur harus diberi nomor bangunan secara berurutan

Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Timur Nomor 6 Tahun 2011 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan, mengurangi indeks, tingkat penggunaan jasa dan tarif ini