• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PROFIL KABUPATEN LUWU TIMUR - DOCRPIJM 1478843710BAB 6 PROFIL KABUPATEN LUWU TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB VI PROFIL KABUPATEN LUWU TIMUR - DOCRPIJM 1478843710BAB 6 PROFIL KABUPATEN LUWU TIMUR"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

FINAL REPORTVl-1

BAB VI

PROFIL KABUPATEN LUWU TIMUR

6.1 Geografis dan Adminitrasi Wilayah

Gambar 6.1 Peta Adminitrasi Kabupaten Luwu Timur

Kabupaten Luwu Timur merupakan salah satu kabupaten

yang berada dalam lingkup administratif Provinsi Sulawesi Selatan

yang memiliki luas 6.944,88 Km2 atau meliputi sekitar 11,14

persen dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Secara

geografis, letak wilayah Kabupaten Luwu Timur terletak antara 20 03’ 00’’ – 30 03’ 25’’ Lintang Selatan dan 1190 28’ 56’’ sampai 1210 47’27’’ Bujur Timur. Adapun batas-batas wilayah administrasi Kabupaten Luwu Timur adalah sebagai berikut;

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah

(2)

FINAL REPORTVl-2

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Bone, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan.

Kabupaten Luwu Timur terdiri dari 11 Kecamatan yakni

Kecamatan Burau, Wotu, Tomoni, Angkona, Malili, Towuti, Nuha,

Mangkutana, Kalaena, Tomoni Timur, dan Wasuponda.

Tabel 6.1

Pembagian Daerah Administratif di Kabupaten Luwu Timur Tahun 2011

No Kecamata

Sumber: Kabupaten Luwu Timur Dalam Angka

6.2 Demografi

Populasi (2011) : 266.532 Jiwa

Populasi (2015) : 301.679 Jiwa

Jumlah Kepadatan : 1.300Jiwa/km2

Jenis Kelamin

Laki : 49 %

Perempuan : 51 %

(3)

FINAL REPORTVl-3 Lulusan Perguruan Tinggi (S1-S3) : 3,28 %

Lulusan Pendidikan Dasar (SD-SMA) : 68,41 %

Upah Minimum Regional : Rp 1. 200.000

Gambar 6.2 Grafik Distribusi Usia

Tabel 6.2

Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Menurut

Kabupaten Luwu Tahun 2012

No Kecamatan

Luas

Wilayah % Penduduk % Kepadatan %

(km2) (Jiwa) (Jiwa/km2)

1 Larompong 225,5 7,52 18.834 5,66 84 2,25

2 Larompong Selatan 131 4,37 15.800 4,75 121 3,25

3 Suli 81,75 5,12 18.479 5,56 26 6,09

4 Suli Barat 153,5 5,12 8.491 2,55 55 1,49

5 Belopa 59,26 1,98 14.812 4,45 250 6,74

6 Kamanre 52,44 1,75 11.238 3,38 214 5,78

7 Belopa Utara 34,73 1,16 14.545 4,37 419 11,29

8 Bajo 68,52 2,28 14.238 4,28 208 5,60

(4)

FINAL REPORTVl-4 Sumber: Kabupaten Dalam Angka

6.3 Topografi

Kondisi topografi mempengaruhi aspek pemanfaatan lahan di

Kabupaten Luwu Timur. Sebagian besar wilayah Kabupaten Luwu

Timur merupakan daerah yang bertopografi pegunungan dan

beberapa tempat yang merupakan daerah pedataran hingga

rawa-rawa. Kondisi datar sampai landai terdapat pada semua wilayah

kecamatan dengan yang terluas di Kecamatan Angkona, Burau,

Wotu, Malili dan Mangkutana. Sedangkan kondisi bergelombang dan

bergunung yang terluas di Kecamatan Nuha, Mangkutana dan

Towuti.

Berdasarkan ketinggiannya, wilayah Kabupaten Luwu Timur

diklasifikasikan ke dalam tujuh kategori ketinggian dimana luas

tiap-tiap ketinggian tersebut yakni dapat dilihat pada tabel berikut:

10 Bassesang Tempe 301 10,03 14.115 4,25 47 1,26

11 Latimojong 467,75 15,59 5.457 1,64 12 0,31

12 Bupon 182,67 6,09 14.451 4,35 79 2,13

13 Ponrang 107,09 3,57 26.114 7,85 244 6,57

14 Ponrang Selatan 99,98 3,33 23.744 7,14 237 6,40

15 Bua 204,01 6,80 30.955 9,31 152 4,09

16 Walenrang 94,6 3,15 17.433 5,24 184 4,97

17 Walenrang Timur 63,65 2,12 15.281 4,60 240 6,47

18 Lamasi 42,2 1,41 20.364 6,12 483 13,01

19 Walenrang Utara 259,77 8,66 17.744 5,34 68 1,84

20 Walenrang Barat 247,13 8,24 8.897 2,68 36 0,97

21 Lamasi Timur 57,65 1,92 12.166 3,66 211 5,69

(5)

FINAL REPORTVl-5 Tabel 6.3

Kondisi Topografi di Kabupaten Luwu Timur

No. Ketinggian

Sumber : Peta Topografi Kabupaten Luwu Timur

Adapun dalam spasial kemiringan lereng di wilayah Kabupaten

Luwu Timur yakni dikategorikan ke dalam kelerengan 0–8%, 8-15%,

15-25%, 25-40% dan di atas 40% dimana dapat dilihat pada “Peta

Kemiringan Lereng Kabupaten Luwu Timur“ bahwa wilayah dengan

kelerengan 15-25% merupakan kategori kemiringan lereng yang

paling dominan di wilayah Kabupaten Luwu Timur. Untuk lebih

jelasnya mengenai keadaan kelerengan di Kabupaten Luwu Timur

dapat dilihat pada tabel 6.4 berikut;

Tabel 6.4

Kemiringan Lereng di Kabupaten Luwu Timur

(6)

FINAL REPORTVl-6 4. 25 – 40 % 1.301,24 18,74

5. > 40 % 1.159,11 16,69

Jumlah 6.944,88 100,00

Sumber :Peta Kemiringan Lereng Kab. Luwu Timur

Gambar 6.3 Diagram Persentase Kemiringan Lereng di

Wilayah Kabupaten Luwu Timur

Berdasarkan pada tabel 6.4 dan gambar 6.3 diketahui bahwa

wilayah dengan kemiringan 0-8% yakni memiliki luas 409,29 Km2,

sedangkan luas wilayah yang kemiringan lereng 8-15% yakni

1.578,03 Km2 dan 2.497,21 Km2 untuk wilayah dengan kemiringan

lereng 15-25% serta 1.159,11 Km2 diatas 40%.

5.89

22.72

35.96 18.74

16.69

0-8 %

8-15%

15-25%

25-40%

(7)

FINAL REPORTVl-7 Gambar 6.4 Peta Topografi Kabupaten Luwu Timur

Gambar 6.5 Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Luwu

Timur

6.4 Geohidrologi

Kondisi hidrologi di Kabupaten Luwu Timur dibedakan atas air

permukaan dan air tanah dalam.Air permukaan adalah air yang

mengalir di permukaan bumi yang di pengaruhi oleh kondisi

klimatologi atau curah hujan, kecepatan evavorasi, kedalaman muka

air dan tutupan lahan sedangkan air tanah dalam atau air di bawah

permukaan yaitu air yang terdapat di dalam celah-celah batuan dan

tanah yang digunakan oleh mayoritas penduduk Kabupaten Luwu

Timur untuk membuat sumur bor dan sumur gali berupa mata air

dengan jumlah debit yang bervariasi.

Secara garis besar, kondisi hidrologi di Kabupaten Luwu Timur

dipengaruhi oleh keberadaan sungai dan danau.Adapun danau

(8)

FINAL REPORTVl-8 perikanan, pembangkit listrik, budidaya tambak dan kegiatan

pariwisata.Disamping itu juga, terdapat dua buah telaga, yaitu Telaga

Tapareng Masapi seluas 243 Ha, dan Telaga Lontoa seluas 172 Ha.

Untuk lebih jelasnya data mengenai sungai dan danau yang menjadi

elemen paling berpengaruh dalam aspek hidrologi di Kabupaten

Luwu Timur dapat dilihat pada tabel 6.5 dan tabel 6.6 berikut;

Tabel 6.5

Nama Sungai, Panjang dan Kecamatan yang dilintasi di Wilayah Kabupaten Luwu Timur

No. Nama

5. Kalaena 85 Kecamatan Mangkutana

6. Powosoi 18 Kecamatan Mangkutana Kecamatan Wotu

7. Senggeni 24 Kecamatan Mangkutana Kecamatan Wotu

8. Bambalu 15 Kecamatan Wotu

9. Lepa-Lepa - Kecamatan Burau

10. Lumbewe - Kecamatan Burau

(9)

FINAL REPORTVl-9 12. Malili - Kecamatan Malili

13. Pongkeru - Kecamatan Malili

Sumber :Kabupaten Luwu Timur dalam Angka

Tabel 6.6

Danau, Kedalaman, Luas dan Lokasi Danau di Wilayah Kabupaten Luwu Timur

No Nama Danau Kedalaman

(m)

Luas

(Km2) Lokasi

1. Matano 589 245,70 Kecamatan Nuha

2. Mahalona 95 25,00 Kecamatan Towuti

3. Towuti 95 585,00 Kecamatan Towuti

4. Taparang

Masapi * 2,43 Kecamatan Towuti

5. Lontoa * 1,72 Kecamatan Towuti

Sumber : Kabupaten Luwu Timur dalam Angka 2012 Ket. *) data tidak diketahui

(10)

FINAL REPORTVl-10 6.5 Geologi

Struktur penyusun geologi di wilayah Kabupaten Luwu Timur

memiliki formasi batuan yang beragam. Ditinjau dari aspek morfologi,

secara umum kondisi geologi di wilayah ini dibedakan atas empat

kategori yakni struktur batuan pada daerah pegunungan, daerah

perbukitan, daerah kars dan daerah pedataran.

Untuk lebih jelasnya kondisi geologi di wilayah Kabupaten Luwu

Timur berdasarkan formasi dan penjabaran proporsi luas wilayahnya

dapat dilihat pada tabel berikut;

Tabel 6.7

Struktur Penyusun Geologi di Kabupaten Luwu Timur

No. Formasi Batuan Luas (Km2)

1. Formasi Walanae Batu pasir, konglomerat, tufa, batu lanau,

batu lempung, batu gamping, napal 0.57

2. Endapan Aluvium dan Pantai

Kerikil, pasir, lempung, lumpur, batu

gamping koral 145.09

3. Formasi Tonasa Batu gamping 48.69

No. Formasi Batuan Luas (Km2)

4. Formasi Sekala

Batu pasir hijau, grewake, napal, batu lempung dan tuf, sisipan lava bersisipan andesit-basal

0.59

5. Formasi Camba Batuan sedimen laut berselingan dengan

batuan gunung api 12.11

6.

Batuan Gunung Api Formasi Camba

Breksi, lava, konglomerat, tufa 591.79

7. Kompleks Pompangeo

Sekis, genes, pualam, serpentin, kuarsit,

batu sabak, pilit dan setempat breksi 865.26

8. Kompleks Ultrabasa

Hastburgit, lhersolite, wehrite, websterit,

serpentint, dunit, gabro dan diabas 1664.19

9. Formasi Larona Batu pasir, konglomerat, batu lempung

dengan sisipan tufa 179.03

10. Batuan Gunung

Api Pusat Erupsi 10.49

(11)

FINAL REPORTVl-11 serpi dengan sisipan rijang dan batu sabak

13. Aluvium Kerikil, pasir, lempung dan lumpur, kerakal 679.99

14. Melange Wasuponda

Berbagai bongkah asing serpentint, sekis ampibolit, doloritmalin batu gamping terdaunkan, batuan ultramatic, eklogit dan masa dasar lempung merah bersisik

191.06

15. Formasi Tomata

Perselingan serpi, batu pasir, dan konglomerat dengan sisipan napal dan ligmit

14.10

16. Formasi Larona Batu pasir, konglomerat, batu lempung

dengan sisipan tufa 0.31

17. Formasi Bone-Bone

Perselingan batu pasir, konglomerat, napal

dan lempung tupaan 331.23

18. Batu Gamping

Meta Pualam, batu gamping terdaunkan 354.30

Jumlah 6.944,88

Pada daerah pegunungan dibentuk oleh batuan ultramafik dan

batugamping meliputi lembar Ledu-Ledu, Tara Masapi, Malili, Tolala

dan Rauta.Sedangkan pada daerah perbukitan Kabupaten Luwu

Timur memiliki struktur batuan yang terdiri atas batuan vulkanik,

ultramafik dan batupasir.Struktur geologi daerah-daerah Kras

merupakan formasi batugamping.Serta pada daerah pedataran

meliputi wilayah bagian selatan Kabupaten Luwu Timur yakni terdiri

atas endapan aluvium.

(12)

FINAL REPORTVl-12 6.6 Klimatologi

Kondisi klimatologi di Kabupaten Luwu Timur digambarkan

dengan temperatur udara, kelembaban udara, musim, curah hujan,

angin dan jumlah hari hujan yang berbeda-beda tiap bulannya.

Berdasarkan data curah hujan Kabupaten Luwu Timur pada tahun

2011 menunjukkan bahwa curah hujan tertinggi yakni terjadi pada

bulan April-Mei dan bulan November-Desember dengan kisaran

18-23 jumlah hari hujan. Untuk lebih jelasnya kondisi klimatologi

Kabupaten Luwu Timur pada tahun 2011 dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 6.8

Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan Menurut Bulan Di

Kabupaten Luwu Timur Tahun 2011

No. Bulan Jumlah

Hari Hujan

Curah Hujan (mm)

1 Januari 16 208

2 Februari 17 192

3 Maret 21 239

4 April 22 339

5 Mei 19 359

6 Juni 15 165

7 Juli 14 257

8 Agustus 13 223

9 September 14 201

10 Oktober 10 108

11 November 18 349

12 Desember 23 452

(13)

FINAL REPORTVl-13 Gambar 6.8 Peta Klimatologi Kabupaten Luwu Timur

6.7 Sosial dan Ekonomi

6.7.1 Sosial

Ketersediaan sarana sosial dan ekonomi di suatu wilayah

adalah sesuatu hal yang mutlak memenuhi kelayakan.Sarana ini

sebagai aspek yang penting dalam pembangunan suatu wilayah

yang berperan sebagai pemacu pertumbuhan wilayah dan

memenuhi kebutuhan aktivitas masyarakat Kabupaten Luwu

Timur.Adapun sarana yang dimaksud yakni sarana pendidikan,

peribadatan, kesehatan, perdagangan dan pariwisata.

A. Pendidikan

Dalam ilmu penataan ruang, sarana pendidikan berperan dalam

peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk mengendalikan

dan mengatur tata letak serta pembangunan di suatu wilayah.

Sarana pendidikan sebagai wadah dalam mewujudkan masyarakat

yang terampil dan berintegritas. Di kabupaten Luwu Timur, sarana

(14)

FINAL REPORTVl-14 pendidikan yang beragam. Jumlah sarana pendidikan jenjang TK

yakni berjumlah 155 unit, SD 171 unit, dan 54 unit sarana

pendidikan jenjang SMP serta jenjang SMA 31 unit. Tabel berikut

menguraikan sarana pendidikan berdasarkan jenjang pendidikan

dan pembagian administratif kecamatan di Kabupaten Luwu Timur.

Tabel 6.9

Sarana Pendidikan di Kabupaten Luwu Timur Tahun 2011

No Kecamatan Sarana Pendidikan Jumlah

TK SD SMP SMA

1. Burau 26 19 7 3 55

2. Wotu 19 22 6 3 50

3. Tomoni 16 14 2 2 34

4. Tomoni Timur 11 12 1 1 25

5. Angkona 15 16 5 3 39

6. Malili 21 22 7 5 55

7. Towuti 12 20 8 3 43

8. Nuha 7 10 6 4 27

9. Wasuponda 7 12 4 2 25

10. Mangkutana 14 16 5 4 39

11. Kalaena 7 8 3 1 19

Jumlah 155 171 54 31 411

Sumber : Kabupaten Luwu Timur Dalam Angka

B. Sarana Peribadatan

Sarana peribadatan menjadi sebuah pemberi informasi tentang

agama yang mayoritas di anut oleh penduduk di wilayah

tersebut.Penyediaan sarana peribadatan dimaksudkan untuk upaya

meningkatkan kualitas hidup beragama dalam kehidupan

bermasyarakat, sehingga nilai-nilai perikehidupan yang telah ada

dapat dipertahankan.Adapun ketersediaan sarana peribadatan di

(15)

FINAL REPORTVl-15 agamis masyarakat Kabupaten Luwu Timur. Berikut tabel 6.10 yang

menjabarkan ketersediaan sarana peribadatan di Kabupaten Luwu

Timur pada tahun 2011.

Tabel 6.10

Sarana Peribadatan di Kabupaten Luwu Timur Tahun 2011

No Kecamatan

Sumber : Kabupaten Luwu Timur Dalam Angka

Berdasarkan tabel yang menjabarkan ketersediaan sarana

peribadatan di Kabupaten Luwu Timur diketahui bahwa jumlah

fasilitas peribadatan yang berada di Kabupaten Luwu Timur yakni

sejumlah 776 unit dimana sarana peribadatan penganut muslim

meliputi mesjid dan mushola lebih mendominasi berkesinambungan

dengan penduduk Kabupaten Luwu Timur yang mayoritas adalah

(16)

FINAL REPORTVl-16 Kabupaten Luwu Timur yakni terdiri atas empat jenis yakni mesjid

sebanyak 311 unit, musholla atau langgar 155 unit, 227 unit geraja

dan pura sejumlah 83 unit.

C. Sarana Kesehatan

Upaya untuk memenuhi pelayanan kesehatan terhadap

masyarakat Kabupaten Luwu Timur ditentukan oleh jumlah dan

kualitas pelayanan fasilitas kesehatan.Jumlah dan kualitas yang

dimaksud berkaitan dengan jumlah fasilitas, jangkauan pelayanan,

tenaga dan peralatan medis.Tingkat partisipasi masyarakat

terhadap kesehatan di suatu wilayah dapat dilihat pada

ketersediaan dan kelayakan sarana kesehatan yang ada di wilayah

tersebut. Ketersediaan sarana kesehatan sebagai bentuk

perwujudan masyarakat yang sehat.

Adapun sarana kesehatan di Kabupaten Luwu Timur dapat

dilihat pada tabel berikut;

Tabel 6.11 Sarana Kesehatan

di Kabupaten Luwu Timur Tahun 2011

(17)

FINAL REPORTVl-17 Sumber : Kabupaten Luwu Timur Dalam Angka 2012

Berdasarkan tabel diatas jumlah sarana kesehatan di

Kabupaten Luwu Timur yakni sejumlah 543 unit meliputi dua unit

rumah sakit, 15 unit puskesmas, 255 unit posyandu, empat unit

klinik/balai pengobatan, 14 unit apotik, enam unit praktek dokter

spesialis, 15 unit praktek dokter gigi, 55 unit praktek dokter umum,

43 unit praktek bidan, 60 unit pustu, 71 unit poskesdes, dan lima

unit polindes.

6.7.2 Ekonomi

Struktur ekonomi suatu daerah yang digambarkan dengan

besarnya peranan sektor-sektor ekonomi (pembangunan) dalam

mengasilkan output berupa barang dan jasa adalah sangat penting

untuk diketahui karena dari gambaran tersebut kita akan dapat

melihat kondisi perekonomian suatu daerah. Semakin besar peran

atau kontribusi yang diberikan oleh sektor bersangkutan terhadap

PDRB, maka semakin besar pula pengaruh sektor tersebut dalam

perkembangan perekonomian daerah.

Dalam melihat struktur ekonomi dan besarnya kontribusi sektor

terhadap PDRB dapat dilihat dalam dua kondisi yakni pada kondisi

PDRB dinilai atas harga berlaku dan pada kondisi PDRB dinilai atas

harga konstan. Namun demikan, kedua kondisi ini dapat

menggambarkan hal yan sama tentang peran sektor-sektor terhadap

PDRB, walaupun nilai PDRBnya berbeda. Kondisi Perekonomian

Daerah dapat dijelaskan berdasarkan grafik dalam Profil Bidang Cipta

Karya Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2012 sebagai berikut : 0 a Listrik, Gas & Air

(18)

FINAL REPORTVl-18 Profil Bidang Cipta Karya Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2012

Gambar 6.9 Grafik Distribusi Kegiatan Ekonomi Kab. Luwu Timur

Pertanian : 65,94 %

Listrik, Gas dan Air Bersih : 0,74 %

Bangunan : 1,77 %

Industri Pengolahan : 9,34 %

Keuangan : 5,28 %

Pengangkutan dan Komunikasi : 3,25 %

Jasa - Jasa : 6,46 %

Perdagangan, Hotel, dan Restoran : 6,94 %

Pertambangan dan Penggalian : 0,28 %

Selanjutnya khusus di Kabupaten Luwu Timur, dalam melihat

struktur ekonominya, selalu dilihat dari dua aspek yakni ; yang

pertama : dengan memasukkan PDRB pertambangan nikel dan yang

kedua : tampa memasukkan PDRB pertambangan nikel. Alasan

mengapa struktur ekonomi daerah ini harus dilihat dari dua sisi

terswebut, karena PDRB pertambangan nikel ini memegang peran

sekitar 80,06 % dari PDRB Kabupeten Luwu Timur, sementara PDRB

pertambangan nikel ini dikuasai oleh PT.INCO TBK sebesar 79,79 %

(19)

FINAL REPORTVl-19 Struktur ekonomi dan kontribusi sektor-sektor dalam pemdapatan

daerah yang merupakan nilai dari PDRB pada tahun 2003 dan tahun

2007 digambarkan dalam tabel berikut :

Tabel 6.12

Struktur Ekonomi daerah kabupaten Luwu Timur 2003

(Termasuk Pertambangan Nikel )

LAPANGAN USAHA 2003

Pertambanggan/Penggalian 76,98 80,06

Industri Pengolahan 2,29 1,71

Listrik, Gas & Air Minum 0,19 0,18

Bangunan 0,31 0,30

Perdaganggan,Hotel&Restoran 1,32 1,30

Angkutan & Komunikasi 0,57 0,76

Keuanan, Persewaan Dan Jasa

Perusahaan 0,84 0,96

Jasa - Jasa 1,34 1,46

T O T A L 100,00 100,00

Sumber : BPS, Kabupaten Luwu Timur Dalam Angka, 2009

Dengan memasukkan pertambanan nikel, maka terlihat bahwa sektor

pertambangan/penggalian memberikan kontribusi terhadap PDRB

sebesar 80.06 % pada tahun 2007 dan pada tahun 2003 sebesar

76,98 % Angka ini menggambarkan bahwa pengaruh sektor

pertambangan / penggalian terhadap perekonomian daerah

kabupaten Luwu Timur adalah sangat besar, sehingga struktur

ekonomi daerah ini dapat dikatakan sebagai struktur ekonomi

pertambangan, sementara yang mewarnai struktur ekonomi ini hanya

pertambanggan nikel ( PT.INCO TBK ) yang berlokasi di Kecamatan

Nuha. Sementara itu, pada tahun yang sama sektor pertanian hanya

memberikan kontribusi PDRB sebesar 13,23 % pada tahun 2007,

(20)

FINAL REPORTVl-20 memberikan gambaran yang terbalik, karena kenyataan dilapangan

ternyata sektor pertanian adalah sektor yang memberikan

pendapatan terbesar terhadap masyarakat.

Selanjutya struktur ekonomi dan kontribusi sektor-sektor tehadap

PDRB kabupaten pada tahun 2003 dan tahun 2007 tampa

memasukkan pertamnggan nikel dapat dilihat pada tabel. Tabel ini

menggambarkan bahwa sektor pertanian memberikan kontribusi

terbesar terhadap PDRB kabupaten yaitu 69,97 % pada tahun 2003

dan 66,18 % pada tahun 2007. Hal ini berarti sektor pertanian adalah

sektor yang memberikan pengaruh terbesar dalam perekonomian

daerah .dibanding dengan sektor- sector lainnya.Pada kondisi seperti

ini, struktur ekonomi daerah adalah struktur ekonomi agraris atau

pertanian. Sementara itu sektor pertambangan / pengalian hanya

memberikan kontribusi sebesar 0,27 % pada tahun 2003 dan 0,25 %

pada tahun 2007.

Tabel 6.13

Struktur Ekonomi daerah kabupaten Luwu Timur 2003 dan2007(Tanpa Pertambangan Nikel )

LAPANGAN USAHA 2003

( Dalam%)

2007

( Dalam % )

Pertanian 69,97 66,18

Pertambanggan/Penggalian 0,27 0,25

Industri Pengolahan 9,92 8,58

Listrik, Gas & Air Minum 0,82 0,89

Bangunan 1,36 1,48

Perdaganggan, Hotel & Restoran 5,74 6,53

Angkutan & Komunikasi 2,48 3,79

Keuanan, Persewaan Dan Jasa

Perusahaan 3,64 4,82

Jasa – Jasa 3,64 7,50

T O T A L 100,00 100,00

Sumber : BPS, Kabupaten Luwu Timur Dalam Angka, 2009

(21)

FINAL REPORTVl-21 perkembangan atau pertumbuhan Out-put sektor yang digambarkan

dalam PDRB sektor-sektor setiap tahun. Perkembangan atau

pertumbuhan sektor ini akan berbeda-beda karena proses aktivitas

ekonomi setiap sektor menggunaka faktor-faktor produksi yang

berbeda beda untuk menghasilkan barang dan jasa ( out-put).

Pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan sektor-sektor dihitung

berdasarkan nilai PDRB masing-masing atas dasar harga konstan

untuk memperoleh angka pertumbuhan yang mencerminkan

pertumbuhan rill yang dihasilkan oleh kegiatan sektor

tersebut.Perhitunggan dengan dasar harga konstan ini pada dasarnya

menghilangkan pengaruh harga yang terjadi setiap tahunnya,

sehingga pertumbuhan yang nyata dapat dihasilkan setiap tahun.

Berkaitan dengan penyerapan dan kecenderungan investasi /

penanaman modal daerah, mka investasi itu harus dapat menjadi

bagian dari penyelenggaraan perekonomian daerah dan ditempatkan

sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah

dalam rangka menciptakan lapangan kerja, meningkatkan

pembangunan ekonomi berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan

kemampuan teknologi, mendorong pembangunan ekonomi

kerakyatan, serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam

suatu sistem perekonomian yang berdaya saing.

Tujuan penyelenggaraan penanaman modal hanya dapat tercapai

apabila faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal

dapat diatasi, antara lain melalui perbaikan koordinasi antar instansi /

lembaga pemerintah dan daerah, penciptaan birokrasi yang efesien,

kepastian hukum di bidang penanaman modal, biaya ekonomi yang

berdaya saing tinggi, serta iklim usaha yang kondusif di bidang

ketenagakerjaan dan keamanan berusaha. Dengan perbaikan

berbagai faktor penunjang tersebut, diharapkan realisasi penanaman

modal akan membaik secara signifikan.

(22)

FINAL REPORTVl-22 investasi daerah pada tahun 2007 adalah sekitar Rp.998,8

Milyaryang terbagi dalam sektor-sektor. Untuk sektor industri telah

menyerap investasi Rp. 9,07 milyar, sektor perdagangan sebesar

Rp. 24,40 milyar dan sektor pertambangan penyerapan investasi

sekitar Rp. 869,62 milyar. ( termasuk didalamnya pertambangan nikel

yang dikelola oleh P.T. INCO TBK ). Sementara sekto-sektor lainnya;

Pertanian, Listrik, gas dan air minum, Bangunan, Perdagangan,hotel

dan restoran, Angkutan dan komunikasi, Keuangan,persewaan dan

jasa perusahaan serta sector Jasa-jasa hanya menyerap investasi

sekitar Rp. 95,71 milyar.

Kecenderungan Investasi tahun 2003 – 2007 diluar perhitungan

pertambangan nikel PT. INCO TBK, adalah pada sektor Jasa-Jasa,

sektor Perdagangan,hotel dan restoran, sektor Angkutan dan

komunikasi serta sektor Keuangan,persewaan dan jasa perusahaan,

sementara kecenderungan pada sektor Industri pengolahan masih

terlihat relatif kecil.

Dengan melihat perkembangan pembangunan diberbagai sekto,

terutama dalam pembenahan sarana dan prasarana wilayah yang

langsung menunjang berbagai kegiatan ekonomi daerah, maka di

perkirakan pertumbuhan sektor-sektor akan mengalami perubahan

peningkatan yang lebih normal dan diperkirakan akan terdapat

beberapa sektor yang memiliki perkembangan PDRB yang cukup

besar dalam priode 2009 – 2014 dan priode 2014-2019 mendatang

yakni : sector Pertanian, Pertambangan/penggalian ( tidak termasuk

PT.INCO TBK ), Industri, Perdagangan dan Jasa-Jasa. Sektor-sektor

ini diharapkan akan berkembang dengan kebijakan pemerintah

daerah dalam memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi

penanam modal, terutama dalam upaya pengembangan penanaman

modal untuk usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi, serta

penjaminan hak, dan kemudahan dalam memenuhi kewajiban, dan

(23)

FINAL REPORTVl-23 modal dalam proses perizinan.

Disamping itu, dengan semakin membaiknya sarana dan prasarana

wilayah serta semakin berkembangnya sektor-sektor unggulan /

potensial dan semakin membaiknya iklim berusaha di daerah ini,

maka diharapkan akan mengalirnya masuk ke daerah ini sejumlah

investasi berupa penanaman modal yang diperkirakan rata-rata 10%

dari PDRB Kabupaten Luwu Timur selama priode 20 ( dua puluh

tahun ) mendatang.

Berdasarkan Profil Bidang Cipta Karya Provinsi Sulawesi Selatan

Tahun 2012, pada tahun 2010, PDRB kabupaten Luwu Timur atas

dasar harga berlaku mencapai Rp. 8.334.560,32,- juta rupiah.

Dibandingkan dengan tahun 2009, selisihnya mencapai sekitar Rp.

1.918.525,90,- juta rupiah. Peningkatan angka PDRB atas dasar

harga berlaku ini masih dipengaruhi oleh perkembangan harga.

Pertumbuhan ekonomi riil tercermin dari peningkatan PDRB atas

dasar harga konstan. Setelah dua tahun berturut-turut yaitu antara

tahun 2008 – 2009 mengalami pertumbuhan negatif, tetapi pada

tahun 2010 PDRB Kabupaten Luwu Timur mengalami pertumbuhan

yang cukup signifikan yaitu mencapai 16,15 persen. Angka ini

merupakan tertinggi dari seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi

Selatan

Distribusi presentase PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan

bahwa sektor pertambangan dan pengalian, sub sektor

pertambangan tanpa migas (nikel). Sementara sektor pertanian

menempati urutan kedua dengan kontribusi sebesar 15,49 persen.

Pada tahun 2010, PDRB perkapita Kabupaten Luwu Timur

berdasarkan harga berlaku mencapai Rp 34.288.866,- dengan

tambang nikel dan Rp. 9.101.866 tanpa tambang nikel. Sedang

PDRB perkapita berdasarkan harga konstan 2000 menca dan Rp.

(24)

FINAL REPORTVl-24 Timur yang sangat tinggi karena adanya pertambangan yang dikelola

oleh PT. INCO, Tbk. Olehnya itu masyarakat ini tidak mengambarkan

Gambar

Gambar 6.1 Peta Adminitrasi Kabupaten Luwu Timur
Tabel 6.1 Pembagian Daerah Administratif
Tabel 6.2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Menurut
Tabel 6.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Tegal, tahun 2014-2016 dapat dilihat pada tabel berikut ini...

Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi lahan di Kabupaten Sragen Tahun 2012, dapat dilihat pada tabel berikut :...

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Timur Nomor 22 Tahun 2005 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah (Lembaran Daerah

bahwa dengan berubahnya bagian Otonomi Desa menjadi Bagian Pemerintahan sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Timur Nomor 2 Tahun 2008 tentang Organisasi

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Luwu Timur dan Mamuju Utara di Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003

mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. Data Potensi Bencana di Wilayah Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel struktur penduduk.. berdasarkan umur pada tahun 2011

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Timur Nomor 5 Tahun 2005 tentang Penerimaan Sumbangan Pihak Ketiga Kepada Daerah (Lembaran