• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KABUPATEN LUWU TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PROFIL KABUPATEN LUWU TIMUR"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

bab4

PROFIL KABUPATEN LUWU TIMUR

4.1 Geografis dan Adminitrasi Wilayah

Kabupaten Luwu Timur merupakan kabupaten yang berbatasan dengan dua propinsi yaitu Propinsi Sulawesi Tenggara Tengah di sebelah utara dan timur dan Propinsi Sulawesi Tenggara di sebelah selatan. Selain itu Kabupaten Luwu Timur juga berbatasan langsung dengan laut yaitu dengan Teluk Bone di sebelah selatan. Kabupaten Luwu Timur terletak di sebelah selatan garis khatulistiwa di antara 2o03’00” - 2o03’25” Lintang Selatan dan 119o28’56” - 121o47’27” Bujur Timur. Kabupaten Luwu Timur merupakan kabupaten paling timur di Propinsi Sulawesi Selatan. Adapun batas-batas wilayah administrasi Kabupaten Luwu Timur sebagai berikut;

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Bone, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan.

(2)

Tabel 4.1

Pembagian Daerah Administratif di Kabupaten Luwu Timur Tahun 2013

No Kecamatan Desa Kelurahan Dusun Luas(km2)

1 Burau 18 - 66 256,23

2 Wotu 16 - 70 130,52

3 Tomoni 12 1 52 105,91

4 Tomoni Timur 8 - 24 168,09

5 Angkona 10 - 48 147,24

6 Malili 14 1 56 921,20

7 Towuti 18 - 56 1.820,46

8 Nuha 4 1 17 808,27

9 Wasuponda 6 - 29 1.244,00

10 Mangkutana 11 - 47 1.300,96

11 Kalaena 7 - 27 41,98

Jumlah 124 3 492 6.944,88

Sumber: Kabupaten Luwu Timur Dalam Angka 2014

(3)
(4)

4.2 Demografi

Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Penduduk, Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Laju Pertumbuhan PendudukKabupaten Luwu Timur dapat dilihat pada tabel 4.2, tabel 4.3 dan tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Penduduk Kabupaten Luwu Timur Tahun 2013

No Kecamatan Luas

Sumber: Kabupaten Luwu Timur Dalam Angka 2014

Jumlah penduduk Kabupaten Luwu Timur berdasarkan dokumen Luwu Timur Dalam Angka 2014 mencapai 275.523 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebanyak 64.457 rumah tangga. Rata-rata jumlah jiwa setiap rumah tangga sebanyak 4 jiwa. Kecapatan yang terbanyak jumlah penduduknya adalah Kecamatan Malili sebesar 39.566 jiwa. Disusul Kecamatan Burau sebesar 34.346 jiwa dan Kecamatan Towuti sebesar 33.427 jiwa.

(5)

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk Kabupaten Luwu Timur Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013

No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio

1 Burau 17.387 16.959 34.346 102,52

Sumber: Kabupaten Luwu Timur Dalam Angka 2014

Secara umum jumlah penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan, terlihat dengan rasio jenis kelamin (sex ratio) penduduk 105,61 dimana setiap 100 perempuan di Luwu Timur terdapat sekitar 106 laki-laki. Rasio jenis kelamin tertinggi terdapat di Kecamatan Wosuponda yaitu sebesar 115,05 dan rasio terendah di Kecamatan Mangkutana yaitu 100,61.

Tabel 4.4

Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Luwu Timur Tahun 2012-2013

No Kecamatan 2012 2013 Laju Pertumbuhan

(6)

Sumber: Kabupaten Luwu Timur Dalam Angka 2014

4.3 Topografi

Kondisi topografi mempengaruhi aspek pemanfaatan lahan di Kabupaten Luwu Timur. Sebagian besar wilayah Kabupaten Luwu Timur merupakan daerah yang bertopografi pegunungan dan beberapa tempat yang merupakan daerah pedataran hingga rawa-rawa. Kondisi datar sampai landai terdapat pada semua wilayah kecamatan dengan yang terluas di Kecamatan Angkona, Burau, Wotu, Malili dan Mangkutana. Sedangkan kondisi bergelombang dan bergunung yang terluas di Kecamatan Nuha, Mangkutana dan Towuti.

Berdasarkan ketinggiannya, wilayah Kabupaten Luwu Timur diklasifikasikan ke dalam tujuh kategori ketinggian dimana luas tiap-tiap ketinggian tersebut yakni dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5

Kondisi Topografi di Kabupaten Luwu Timur

No. Ketinggian(mdpl) Luas (Km2) Persentase(%)

1 0-300 1.546,18 22.26

Sumber : Peta Topografi Kabupaten Luwu Timur

Adapun dalam spasial kemiringan lereng di wilayah Kabupaten Luwu Timur yakni dikategorikan ke dalam kelerengan 0–8%, 8-15%, 15-25%, 25-40% dan di atas 40% dimana dapat dilihat pada “Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Luwu Timur“

bahwa wilayah dengan kelerengan 15-25% merupakan kategori kemiringan lereng yang paling dominan di wilayah Kabupaten Luwu Timur. Untuk lebih

9 Wasuponda 18.744 20.604 9,92

10 Mangkutana 20.377 21.650 6,25

11 Kalaena 10.787 11.379 5,49

(7)

jelasnya mengenai keadaan kelerengan di Kabupaten Luwu Timur dapat dilihat pada tabel 6.4 berikut:

Tabel 4.6

Kemiringan Lereng di Kabupaten Luwu Timur

No. Kemiringan Lereng Luas (Km2) Persentase (%)

1 0-8 % 409,29 5,89

2 8 - 15 % 1.578,03 22,72

3 15 - 25 % 2.497,21 35,96

4 25 – 40 % 1.301,24 18,74

5 > 40 % 1.159,11 16,69

Jumlah 6.944,88 100

Sumber : Peta Kemiringan Lereng Kab. Luwu Timur

(8)
(9)
(10)

4.4 Geohidrologi

Kabupaten Luwu Timur memiliki 5 danau dan 14 sungai. Danau yang terdalam adalah Danau Matano (589 m) yang berada di Kecamatan Nuha. Danau terluas adalah Danau Towuti (585 km2) yang terletak di Kecamatan Towuti. Sungai terpanjang di Luwu Timur adalah sungai Bambalu dengan panjang 15 km. Kondisi hidrologi di Kabupaten Luwu Timur dibedakan atas air permukaan dan air tanah dalam. Air permukaan adalah air yang mengalir di permukaan bumi yang di pengaruhi oleh kondisi klimatologi atau curah hujan, kecepatan evavorasi, kedalaman muka air dan tutupan lahan sedangkan air tanah dalam atau air di bawah permukaan yaitu air yang terdapat di dalam celah-celah batuan dan tanah yang digunakan oleh mayoritas penduduk Kabupaten Luwu Timur untuk membuat sumur bor dan sumur gali berupa mata air dengan jumlah debit yang bervariasi.

Secara garis besar, kondisi hidrologi di Kabupaten Luwu Timur dipengaruhi oleh keberadaan sungai dan danau. Adapun danau tersebut sangat potensial untuk pengembangan kegiatan budidaya perikanan, pembangkit listrik, budidaya tambak dan kegiatan pariwisata. Disamping itu juga, terdapat dua buah telaga, yaitu Telaga Tapareng Masapi seluas 243 Ha, dan Telaga Lontoa seluas 172 Ha. Untuk lebih jelasnya data mengenai sungai dan danau yang menjadi elemen paling berpengaruh dalam aspek hidrologi di Kabupaten Luwu Timur dapat dilihat pada tabel 4.7 dan tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.7

Danau, Kedalaman, Luas dan Lokasi Danau di Wilayah Kabupaten Luwu Timur

No Nama Danau Kedalaman

Sumber : Kabupaten Luwu Timur dalam Angka 2012

(11)

Tabel 4.8

Nama Sungai, Panjang dan Kecamatan yang dilintasi di Wilayah Kabupaten Luwu Timur

No. Nama Sungai Panjang (Km)

Kecamatan yang dilintasi

1 Larona 60 Kecamatan Nuha

2 Ussu 30 Kecamatan Nuha

Kecamatan Malili

3 Cerekang 50 Kecamatan Nuha

Kecamatan Malili

4 Angkona 48

Kecamatan Nuha Kecamatan Malili Kecamatan Angkona

5 Kalaena 85 Kecamatan Mangkutana

6 Powosoi 18 Kecamatan Mangkutana

Kecamatan Wotu

7 Senggeni 24 Kecamatan Mangkutana

Kecamatan Wotu

8 Bambalu 15 Kecamatan Wotu

9 Lepa-Lepa - Kecamatan Burau

10 Lumbewe - Kecamatan Burau

11 Langkara - Kecamatan Angkona

12 Malili - Kecamatan Malili

13 Pongkeru - Kecamatan Malili

(12)
(13)

4.5 Geologi

Kondisi geologiwilayah Luwu Timur diuraikan berdasarkan tinjauan morfologi, stratigrafi dan struktur geologi.

Geomorfologi

Morfologi daerah ini dapat dibagi atas 4 satuan : Daerah Pegunungan, Daerah Perbukitan, Daerah Kars dan Daerah Pedataran.

 Daerah Pegunungan menempati bagian barat dan tenggara pada lembar Buyu Baliase, Salindu, Lawangke, Pendolo, Mangkutana dan Rauta, Ballawai, Ledu ledu dan Tapara Masapi. Pada bagian tenggara lembar peta terdapat Pegunungan Verbeck dengan ketinggian 800-1346 m di atas permukaan laut, dibentuk oleh batuan ultramafik dan batugamping meliputi lembar Ledu-Ledu, Tara Masapi, Malili, Tolala dan Rauta. Puncak-puncaknya antara lain G. Tambake (1838 m), bulu Nowinokel (1700 m), G. Kaungabu (1760 m), Bulu Taipa (1346 m), Bulu ladu (1274 m), Bulu Burangga (1032 m) dan Bulu Lingke (1209 m). Sungai-sungai yang mengalir di daerah ini yaitu S. Kalaena, S. Pincara, S. Larona dan S. Malili merupakan sungai utama. Pola aliran sungai umumnya dendritik.

 Daerah perbukitan menempati bagian meliputi lembar Bone-Bone, Mangkutana, Wotu sebagian lembar Malili, dengan ketinggian antara 200-700 m di atas permukaan laut dan merupakan perbukitan yang agak landai yang terletak di antara daerah pegunungan dan daerah pedataran. Perbukitan ini dibentuk oleh batuan vulkanik, ultramafik dan batupasir. Puncak-puncak bukit yang terdapat di daerah ini diantaranya Bulu Tiruan (630 m), Bulu Tambunana (477 m) dan Bulu Bukila (645 m).

 Daerah Kras menempati bagian timurlaut pada peta lembar Matano dengan ketinggian antara 800-1700 m dari permukaan laut dan dibentuk oleh batugamping. Daerah ini dicirikan oleh adanya dolina, “sinkhole” dan sungai bawah permukaan. Puncak yang tinggi di daerah ini di antaranya Bulu Empenai (1185 m).

(14)

endapan aluvium. Pada umumnya merupakan daerah pemukiman dan pertanian yang baik. Sungai yang mengalir di daerah ini di antaranya S. Salonoa, S. Angkona dan S. Malili, menunjukkan proses berkelok.

Sungai-sungai yang bersumber di daerah pegunungan mengalir melewati daerah ini terus ke daerah pedataran dan bermuara di Teluk Bone. Pola alirannya dendrit. Terdapatnya pola aliran subdendritit dengan air terjun di beberapa tempat, terutama di daerah pegunungan, aliran sungai yang deras, serta dengan memperhatikan dataran yang agak luas di bagian selatan peta dan adanya perkelokan sungai utama, semuanya menunjukkan morfologi dewasa.

Stratigrafi

Berdasarkan himpunan satuan batuan, struktur dan biostratigrafi, secara regional lembar Malili termasuk dalam Mandala Geologi Sulawesi Timur dan Mandala Geologi Sulawesi Barat dibatasi oleh sesar Palu Koro yang membujur hampir utara – selatan. Mandala Geologi Sulawesi Timur dapat dibagi menjadi dua jalur (belt) : lajur batuan malihan dan lajur ofiolit Sulawesi Timur yang terdiri dari batuan ultramafik dan batuan sedimen pelagos mesozoikum. Mandala Geologi Sulawesi Barat dicirikan oleh lajur gunungapi Paleogen dan Neogen, intrusi Neogen dan sedimen flysch Mesozoikum yang diendapkan di pinggiran benua (Paparan Sunda).

Mandala Geologi Sulawesi Timur, berdasarkan jenis batuannya dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) bagian yaitu : 1) batuan ofiolit, 2) lajur metamorphic, 3) kompleks batuan campur aduk.

Batuan ofiolit ; merupakan batuan tertua di lembar ini, terdiri dari ultramafik termasuk harzburgit, dunit, piroksenit, wehrlit dan serpentinit, setempat batuan mafik termasuk gabro dan basal. Umurnya belum dapat dipastikan, tetapi diperkirakan sama dengan ofiolit di lengan timur Sulawesi yang berumur Kapur – Awal Tersier (Simandjuntak, 1986).

(15)

radiolaria, argilit dan batulempung napalan, sedangkan bagian bawah tediri dari rijang radiolaria dengan sisipan kalsilutit yang semakin banyak ke bagian atas. Berdasarkan kandungan fosil formasi ini menunjukkan umur Kapur.

Komplek batuan bancuh (Melange Wasuponda) ; terdiri dari bongkahan asing batuan mafik, serpentinit, pikrit, rijang, batugamping terdaunkan, sekis, amfibolit dan eklogit berbagai ukuran yang tertanam di dalam massa dasar lempung merah bersisik. Batuan tektonika ini tersingkap baik di daerah Wasuponda serta di daerah Ensa, Koro Mueli dan Petumbea, diduga terbentuk sebelum Tersier (Simandjuntak, 1980).

Pada Kala Miosen Akhir batuan sedimen pasca orogenesa Neogen (kelompok Molasa Sulawesi) diendapkan tak selaras di atas batuan yang lebih tua. Kelompok ini termasuk Formasi Tomata yang terdiri dari klastikahalus sampai kasar, dan Formasi Larona yang umumnya terdiri dari klastika kasar yang diendapkan dalam lingkungan dangkal sampai darat. Pengendapan ini terus berlangsung sampai Kala Pliosen.

Struktur Geologi

Struktur utama yang berkembang di daerah ini berupa lipatan, sesar dan kekar. Sesar meliputi sesar turun, sesar geser dan sesar naik. Daerah ini memiliki tektonik yang cukup kompleks dengan pengaruh dua sesar besar yaitu Sesar Palu-Koro dan Sesar Matano. Sesar Palu-Koro berarah relatif utara-selatan, sedangkan sesar Matano berarah barat laut – tenggara.

Ditinjau dari arah sumbunya pelipatan di wilayah ini dapat dibagi menjadi dua yaitu perlipatan yang berarah baratdaya-timurlaut dan perlipatan yang berarah baratlaut –tenggara. Jenis perlipatan yang teridentifikasi melalui kedudukan batuan adalah jenis antiklin.

(16)
(17)
(18)
(19)

1.6.1.1. Potensi Sumberdaya Mineral

Jenis-jenis potensi sumberdaya mineral yang terdapat di Kabupaten Luwu Timur, berdasarkan UU No.11 Tahun 1967 (tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan) dan PP No.27 Tahun 1980 (tentang Penggolongan Bahan-Bahan Galian), adalah:

 Bahan galian golongan A, yaitu batubara.

 Bahan galian golongan B, meliputi: emas (Au), tembaga (Cu), seng (Zn) nikel (Ni), kromit (Cr), dan besi (Fe).

(20)

Tabel 1.1. Tabel Potensi Sumberdaya Mineral di Wilayah Kabupaten Luwu

Kadar rata-rata Ni 1,68%, kobal (Co) 0,15% serta besi (Fe) 23%

11 Besi (belum dapat

ditentukan)

Di ds. Harapan dijumpai dalam bentuk endapan besi limonit, sedangkan di Laoli sebagai endapan pasir besi di pantai.

Sumber: Rencana Induk Sumberdaya Mineral

Sumberdaya Mineral Belum Ditambang

(21)

Batubara, endapan batubara ditemukan dalam bentuk lensa atau sisipan

pada singkapan batulempung anggota satuan batupasir kasar (F. Larona) di Daerah Kawasule, Kecamatan Malili dengan kedudukan perlapisan N215oE/20o, dan tebal tidak kurang dari 10 cm.

Kromit, hasil kajian Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral RI

Lembaga Penelitian Unhas (2003), menyimpulkan bahwa kromit di Luwu Timur juga ditemukan di Kecamatan Towuti dengan sumberdaya hipotesis (hasil penelitian tahapan prospeksi) sebesar 50.000 ton, dengan kadar Cr2O3 32,5-45,0

%.

Besi, Endapan pasir besi di daerah ini berwarna hitam, ukuran pasir

halus-sedang, komposisi mineral berat (besi dan kromit), felspar, dan kuarsa; tersebar sebagai endapan pasir pantai; berbatasan dengan singkapan batuan ultrabasa dan lapukannya dalam bentuk laterit.Lokasi singkapan besi limonit adalah di Desa Harapan, Kecamatan Malili, dan endapan pasir besi tersebar di Pantai Teluk Bone, sekitar Jalan Poros Malili-Karebbe-Sultra, Daerah Laoli, Desa Lampia, Kecamatan Malili.Pada tahun 2004 sebuah investor lokal, yaitu PT. Gema Nusantara Sakti, telah melakukan kegiatan Penyelidikan Umum endapan laterit besi di Kecamatan Malili, dengan luas wilayah 10.000 ha (Laporan Akhir “Profil Daerah dan Daya Saing Investasi Kabupaten Luwu Timur”, LP UNHAS dan Bappeda Kabupaten Luwu Timur, 2006).

Marmer dan Batugamping, penyebaran cukup luar pada topografi kars,

terdapat pada satuan batugamping dan marmer, tekstur bervariasi, komposisi kimia: CaO 45,88%, MgO 8,00%, Fe2O3 0,06%, MnO 0,01%, P2O5 0,01%; dan

SiO2 0,8%. Besar sumberdaya hipotetiknya adalah 544.500.000 m³.

Fosfat, terdapat di Gua Panning, Gunung Batuputih, Kecamatan Burau.

Kenampakan lapangannya berwarna coklat tua, berukuran butir halus (lempung), dan bersifat tak padu (un-consolidated). Luas sebaran endapan fosfat di daerah ini adalah 145,92 m2, dengan volume total sebesar 358,78 m3. Data laboratorium menunjukkan rata-rata berat jenis conto endapan sebesar 1,24, maka jumlah tonase endapan fosfat adalah : volume total x berat jenis = 358,78 m3 x 1,24 = 444,89 ton. Data kimia diketahui rata-rata kandungan P2O5 adalah 16,68%,

dengan demikian maka sumberdayanyaadalah: Tonase x % P2O5 = 444,89 ton x

(22)

Gabro, Serpentin, Peridotit dan Dunit ; bahan galian ini dapat menjadi

batuan induk dari unsur-unsur yang bernilai ekonomis seperti nikel, cobal, dll. Disamping itu dapt pula sebagai bahan galian golongan c untuk keperluan bahan bangunan dan kontruksi.

Sumberdaya Mineral Tertambang

Sumberdaya mineral yang dimaksud adalah telah melalui penyelidikan pada tahap eksplorasi rinci (sumberdaya mineral terukur) dan sebagian cadangan telah ditambang (mineable), yaitu : Nikel, Silika (Chert) dan endapan pasir batu.

Nikel, sumberdaya mineral ini telah ditambang oleh PT. Inco Tbk

Sorowako. tersebar di daerah Sorowako, Kecamatan Nuha, memiliki cadangan 180.000.000 ton bijih, 3.024.000 ton logam (kadar Ni 1,68%), dengan asosiasi kobal (Co) 0,15% serta besi (Fe) 23%. Nikel di Sorowako merupakan salah satu komoditas andalan di daerah ini, yang telah dieksplorasi sejak tahun 1968 dan dieksploitasi, diproses, diproduksi, serta diekspor ke Jepang sejak 1978 oleh PT. Inco Tbk Sorowako. Kegunaan utama bijih nikel adalah untuk raw material pada industri besi dan baja, terutama untuk besi-baja anti karat. Secara keseluruhan luas wilayah Kontrak Karya PT. Inco Tbk untuk Periode I (1968) dan Periode II (1995-2005) adalah 218.528 ha, di mana 118.400 ha di antaranya masuk dalam wilayah Luwu Timur. Selain PT. Inco Tbk, pada tahun 2004 sebuah investor lokal, yaitu PT. SETIA MULIA BAKTI, juga melakukan kegiatan Penyelidikan Umum endapan nikel di Kecamatan Nuha, Malili, dan Towuti, dengan luas wilayah 22.210 ha (Laporan Akhir “Profil Daerah dan Daya Saing Investasi Kabupaten Luwu Timur”, LP UNHAS dan BAPPEDA Kabupaten Luwu Timur, 2006).Di daerah Larona, Kecamatan Towuti, terdapat juga endapan nikel laterit dengan sumberdaya terindikasi sebesar 370.000.000 ton, dengan kadar Ni (0,39-0,93)%, serta asosiasi besi (Fe2O3) 41%, krom (Cr2O3) (2,5-4,8)%, dan titanium

(Ti) 0,15%.

Slika (Chert), silika yang terdapat dalam batu rijang (chert) telah ditambang oleh pihak PT. Inco Tbk di wilayah Wasuponda, tidak ada informasi mengenai kualitas dan cadangan sumberdaya mineral ini.

(23)

Bandung), sirtu dijumpai di : Sungai Tomoni, Kecamatan Mangkutana, panjang endapan sirtu yang prospek untuk di kembangkan hanya sepanjang ± 2 km, dengan lebar endapan ± 150 m, setebal 2 m. Sungai Kalaena, Desa Kasintuwu, Kecamatan Mangkutana. Terdiri atas 80% pasir yang didominasi komponen kuarsa berukuran halus – kasar. Sumberdaya ± 56.000 m³, dan khusus pasirnya layak sebagai bahan bangunan. Sungai Singgeni, Dusun Tembaga, Desa Jalajja, Kecamatan Burau. Mempunyai sumberdaya hipotetik ± 60.000 m³, layak sebagai bahan bangunan. Sungai Bambalu, Desa Bambalu, Kecamatan Burau. Mempunyai sumberdaya hipotetik mencapai ± 45.000 m³, dan layak sebagai bahan bangunan.

1.6.1.2. Jenis Tanah

(24)

Tabel 1.2. Kompleks Jenis Tanah Kabupaten Luwu Timur

No. Kompleks Jenis Tanah Tingkat Kepekaan Luas (ha)

1. Aluvial hidromorf, Gley humus Tidak peka 26.010 2. Aluvial hidromorf kelabu Tidak peka 8.622 3. Aluvial hidromorf, Organosol Tidak peka 52.085

4. Aluvial hidromorf, Brown Forest

soil Tidak peka sampai kurang peka 22.286 5. Brown Forest soil, Aluvial Kurang peka sampai tidak peka 11.166 6. Grumusol, Mediteran merah kuning Peka sampai kurang peka 15.459

7. Latosol Agak peka 234.787

8. Latosol, Litosol Agak peka sampai sangat peka 21.602 9. Latosol, Andosol Agak peka sampai peka 5.014

10. Mediteran merah kuning Kurang peka 931

11. Podsolik kelabu coklat Peka 9.329

12. Podsolik merah kuning, Litosol Peka sampai sangat peka 102.463

13. Podsolik merah kuning Peka 18.721

14. Rendsina, Mediteran merah kuning Sangat peka sampai kurang

peka 67.048

Sumber: Bantek RTRW Kab. Luwu Timur Tahun 2004

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa jenis tanah Latosol dan komplkes Podsolik merah kuning, Litosol mendominasi wilayah Kabupaten Luwu Timur dengan luas areal masing-masing sebesar 234.787 ha dan 102.463 ha, sedangkan jenis tanah yang mempunyai sebaran areal terkecil adalah kompleks jenis tanah Litosol, andosol dengan luas areal hanya mencapai 5.014 ha. Peta sebaran jenis tanah di Kabupaten Luwu Timur, diperlihatkan pada gambar berikut.

(25)

1. Geologi

 Peta Geologi beserta penjelasannya  Peta Jenis Tanah beseta penjelasannya

Struktur penyusun geologi di wilayah Kabupaten Luwu Timur memiliki formasi batuan yang beragam. Ditinjau dari aspek morfologi, secara umum kondisi geologi di wilayah ini dibedakan atas empat kategori yakni struktur batuan pada daerah pegunungan, daerah perbukitan, daerah kars dan daerah pedataran.

Untuk lebih jelasnya kondisi geologi di wilayah Kabupaten Luwu Timur berdasarkan formasi dan penjabaran proporsi luas wilayahnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6.7

Struktur Penyusun Geologi di Kabupaten Luwu Timur

No. Formasi Batuan Luas (Km2)

1. Formasi Walanae Batu pasir, konglomerat, tufa, batu lanau,

batu lempung, batu gamping, napal 0.57

2. Endapan Aluvium dan Pantai

Kerikil, pasir, lempung, lumpur, batu gamping

koral 145.09

3. Formasi Tonasa Batu gamping 48.69

4. Formasi Sekala

Batu pasir hijau, grewake, napal, batu lempung dan tuf, sisipan lava bersisipan andesit-basal

0.59

5. Formasi Camba Batuan sedimen laut berselingan dengan

batuan gunung api 12.11

6.

Batuan Gunung Api Formasi Camba

Breksi, lava, konglomerat, tufa 591.79

7. Kompleks Pompangeo

Sekis, genes, pualam, serpentin, kuarsit, batu

sabak, pilit dan setempat breksi 865.26

8. Kompleks Ultrabasa

Hastburgit, lhersolite, wehrite, websterit,

serpentint, dunit, gabro dan diabas 1664.19

9. Formasi Larona Batu pasir, konglomerat, batu lempung

dengan sisipan tufa 179.03

10. Batuan Gunung

Api Pusat Erupsi 10.49

11. Endapan Danau Lempung, pasir dan kerikil 58.16

12. Formasi Matano Batu gamping hablur dan kalsiut, napal dan

serpi dengan sisipan rijang dan batu sabak 662.11 13. Aluvium Kerikil, pasir, lempung dan lumpur, kerakal 679.99

14. Melange Wasuponda

Berbagai bongkah asing serpentint, sekis

(26)

terdaunkan, batuan ultramatic, eklogit dan masa dasar lempung merah bersisik

15. Formasi Tomata Perselingan serpi, batu pasir, dan

konglomerat dengan sisipan napal dan ligmit 14.10

16. Formasi Larona Batu pasir, konglomerat, batu lempung

dengan sisipan tufa 0.31

17. Formasi Bone-Bone

Perselingan batu pasir, konglomerat, napal

dan lempung tupaan 331.23

18. Batu Gamping

Meta Pualam, batu gamping terdaunkan 354.30

Jumlah 6.944,88

Pada daerah pegunungan dibentuk oleh batuan ultramafik dan batugamping meliputi lembar Ledu-Ledu, Tara Masapi, Malili, Tolala dan Rauta. Sedangkan pada daerah perbukitan Kabupaten Luwu Timur memiliki struktur batuan yang terdiri atas batuan vulkanik, ultramafik dan batupasir. Struktur geologi daerah-daerah Kras merupakan formasi batugamping. Serta pada daerah pedataran meliputi wilayah bagian selatan Kabupaten Luwu Timur yakni terdiri atas endapan aluvium.

Gambar 6.7 Peta Geologi Kabupaten Luwu Timur

4.6 Klimatologi

A. Klimatologi

(27)

meningkat dari tahun ke tahun. Variasi tempertaur rata-rata bulanan diperlihatkan pada gambar berikut.

2. Kelembaban Udara. Kelembaban (relatif) bulanan rata-rata berkisar pada 88,4-93,8%. Kelembaban relatif tertinggi terjadi pada hampir semua bulan (100%) terutama pada bulan Juli, dan terendah pada bulan September (80,8%). Variasi kelembaban relative rata-rata bulanan diperlihatkan pada gambar berikut.

3. Penguapan. Penguapan yang terjadi cukup tinggi dengan nilai rata-rata

bulanan sekitar 2,7-4,3 mm, walaupun demikian diimbangi oleh curah hujan harian yang tinggi pula. Penguapan tertinggi terjadi pada bulan Oktober (4,3 mm/hari), sedang penguapan terendah teramati pada Bulan Juni (2,7 mm/hari). Periode dengan tingkat penguapan tinggi terjadi mulai bulan Agustus sampai April ( 3 mm/hari), sedangkan periode dengan penguapan rendah mulai bulan Mei sampai dengan bulan Juli (3 mm/hari). Profil penguapan di daerah studi diperlihatkan pada gambar berikut.

4. Curah Hujan. Curah hujan rata-rata bulanan dari tahun 1990 sampai 2001

berkisar di antara 111,3-409.7 mm dengan curah hujan tertinggi pada bulan Mei dan terendah pada bulan September. Jumlah rata-rata hari hujan setiap bulan antara 12-25 hari. Periode dengan tingkat curah hujan tinggi terjadi mulai bulan Maret sampai Mei ( 300 mm), sedangkan periode dengan curah hujan rendah mulai bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober ( 200 mm). Periode dengan tingkat curah hujan sedang terjadi dari bulan November sampai Februari (200 – 300 mm). Variasi curah hujan bulanan diperlihatkan padagambar berikut.

5. Angin. Dalam penelitian ini data kecepatan dan arah angin setiap jam

(28)

Data angin selama 7 tahun terakhir menunjukkan bahwa antara pukul 07.00 sampai 18.00 (siang) arah angin dominan dari arah tenggara (24,8 %) dan dari utara (24,13 %), sedangkan antara pukul 19.00 sampai 06.00 (malam) arah angin dominan dari arah utara (36,8 %) dan dari arah tenggara (19,1 %). Kecepatan angin selama 7 tahun terakhir antara pukul 07.00 sampai 18.00 sebagian besar berkisar 0 sampai 2 m/s (69,1 %), sedangkan antara pukul 19.00 sampai 06.00 besar berkisar 0 sampai 2 m/s (73.16 %). Hasil perhitungan data angin secara rinci dapat dilihat pada gambar berikut.

1. Klimatologi

 Tabel keadaan cuaca bulanan kabupaten/kota, antara laintemperatur, kelembaban, dan curah hujan

 Narasi mengenai kondisi klimatologi di kabupaten/kota

Kondisi klimatologi di Kabupaten Luwu Timur digambarkan dengan temperatur udara, kelembaban udara, musim, curah hujan, angin dan jumlah hari hujan yang berbeda-beda tiap bulannya. Berdasarkan data curah hujan Kabupaten Luwu Timur pada tahun 2011 menunjukkan bahwa curah hujan tertinggi yakni terjadi pada bulan April-Mei dan bulan November-Desember dengan kisaran 18-23 jumlah hari hujan. Untuk lebih jelasnya kondisi klimatologi Kabupaten Luwu Timur pada tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6.8

Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan Menurut Bulan Di

(29)

No. Bulan Jumlah Hari Hujan

Curah Hujan (mm)

1 Januari 16 208

2 Februari 17 192

3 Maret 21 239

4 April 22 339

5 Mei 19 359

6 Juni 15 165

7 Juli 14 257

8 Agustus 13 223

9 September 14 201

10 Oktober 10 108

11 November 18 349

12 Desember 23 452

(30)
(31)

4.7 Sosial dan Ekonomi

A. Perkembangan Tingkat Pendidikan

Salah satu komponen yang berkaitan langsung dengan peningkatan SDM adalah pendidikan. Karena itu, kualitas SDM selalu diupayakan untuk ditingkatkan melalui pendidikan yang berkualitas. Sumber daya manusia (SDM) yang handal merupakan salah satu faktor keberhasilan pembangunan. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan peningkatan mutu pendidikan diantaranya adalah ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan.

Tabel 1.3. Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun Keatas Menuru Status Pendidikan dan Jenis Kelamin, 2013

Jenis

Sumber: Kabupaten Luwu Timur Dalam Angka 2014

Pada tahun 2013, untuk pendidikan pra sekolah Pemerintah Kabupaten Luwu Timur telah menyediakan 153 unit Taman Kanak-Kanak. Pada tingkat Sekolah Dasar tersedia 144 unit SD Negeri, 9 SD Swasta dan 20 Madrasah Ibtidaiyah (MI). Pada tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) tersedia 24 unit SLTP Negeri, 10 unit SLTP Swasta dan 23 Madrasah Tsanawiyah (MTs). Pada tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) tersedia 12 unit SLTA Negeri, 7 unit SLTA Swasta dan 9 Madrasah Aliyah (MA). Selain itu juga tersedia 3 unit Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk mendapatkan sumber daya manusia yang siap kerja. Pada tingkat sekolah tinggi, tersedia 2 unit Akademi yang berada di Kecamatan Wotu dan Kecamatan Nuha.

(32)

Kemiskinan merupakan masalah pembangunan kesejahteraan sosial masyarakat yang berkaitan dengan berbagai bidang pembangunan lainnya yang ditandai dengan adanya pengangguran, keterbelakangan dan ketidakberdayaan. Oleh karena itu kemiskinan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam mensejahterakan masyarakat. Kemiskinan dapat dilihat dari keterbatasan kemampuan ekoonomi masyarakat, sedangkan keterbatasan kemampuan ekonomi masyarakat dilihat dari jumlah keluarga sejahtera.

Tabel 6.1

Jumlah Penduduk Pra Sejahtera dan Sejahtera Kabupaten Luwu Timur Tahun 2013

No Kecamatan Pra

Sumber: Kabupaten Luwu Timur Dalam Angka 2014

(33)

Keluarga pra sejahtera yang berjumlah 13.177 keluarga terdiri dari 24.981 jiwa laki-laki dan 23.761 jiwa perempuan, sedangkan keluarga sejahtera I yang berjumlah 14.079 keluarga terdiri dari 26.781 jwa laki-laki dan 25.378 jiwa perempuan. Jika berdasarkan status pekerjaannya pada tahun 2013 jumlah keluarga pra sejahtera yang bekerja ada 84% atau 11.071 keluarga, sedangkan jumlah keluarga sejahtera I yang bekerja berjumlah 12.537 keluarga atau 89%.

Tabel 1.4. Persentase Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I Menurut Status Pendidikan Kepala Keluarga, 2013

Jenis Kelamin Persentase (%)

Pra sejahtera Sejahtera I

Tidak Tamat SD 26 20

Tamat SD-SLTP 59 59

Tamat SLTA 14 19

Tamat Akademi /PT 1 2

Jumlah 100 100

Sumber: Kabupaten Luwu Timur Dalam Angka 2014

Pada tabel terlihat bahwa berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan kepala keluarga pada keluarga pra sejahtera, 26% diantaranya adalah tidak tamat SD, 59% tamat SD-SLTP, 14% tamat SLTA dan sisanya 1% tamat Akademi/PT. Ini menunjukkan bahwa secara umum tingkat pendidikan di keluarga pra sejahtera masih tergolong rendah. Persentase keluarga sejahtera I yang kepala keluarganya tidak tamat SD adalah 20%, 59% tamat SD-SLTP, 19% tamat SLTA dan 2% tamat Akademi/PT.

jumlah keluarga sejahtera.

Tabel 6.1

(34)

7 Towuti 847 256 1.273 246

Sumber: Kabupaten Luwu Timur Dalam Angka 2014

Pada tabel menunjukkan bbahwa pada tahun 2013 di Kabupaten Luwu Timur

C. Perkembangan PDRB

Pada tahu 2013, PDRB Kabupaten Luwu Timur atas dasar harga berlaku encapai 12.789.845,56 juta rupiah. Dibandingkan dengan tahun 2012, selisihnya mencapai sekiitar 2.324.195,95 juta rupiah. Peningkatan angka PDRB atas dasar harga berlaku ini masih dipengaruhi oleh perkembangan harga.

Pada tahun 2013 PDRB per kapita berasarkan harga berlaku mencapai 48.628.373 rupiah. Sedangkan PDRB per kapita berdasaarkan harga konstan 2000 mencapai 20.038.944 rupiah. PDRB per kapita yang sangat tinggi karana adanya pertambangan nikkel yang dikelola oleh PT. Vale. Olehnya itu angka ini tidak menggambarkan keadaan dan kondisi riil masyarakat di Kabupaten Luwu Timur.

Pertumbuhan ekonomi riil tercermin dari peningkatan PDRB atas dasar harga konstan. Pada tahun 2013, kondisi perekonomian lebih baik. Nilai tambah bruto yang dihasilkan di daerah ini dapat mengangkat pertumbuhan ekonomi menjadi 9,62%.

Distribusi persentase PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan bahwa sektor dominan dengan kontribusi mencapai lebih dari 70% adalah sektor pertambangan dan penggalian, sub sektor pertambangan tanpa migas (nikel). Sementara sektor pertanian menempati urutan kedua dengan kontribusi sebesar 15,63%.

(35)

pembentukan PDRB Luwu Timur. Sumbangan terbesar pada tahun 2014, sama seperti tahun-tahun sebelumnya, dihasilkan oleh lapangan usaha pertambangan dan panggalian kemudian pertanian, kehutanan dan perikanan.

Tabel 4

Peranan PDRB Menurut lapangan Usaha (persen), 2010-2014

No Kategori/Subkategori 2010 2011 2012 2013 1014

1 Pertanian, Kehutanan

dan Perikanan 15,57 15,36 15,21 15,94 15,60

2 Pertambangan dan

Penggalian 66,15 67,14 66,46 64,60 66,42 3 Industri Pengolahan 2,04 2,01 2,08 2,31 2,29

4 Pengadaan Listrik dan

Gas 0,04 0,03 0,03 0,03 0,03

16 Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial 0,76 0,77 0,80 0,83 0,80

17 Jasa lainnya 0,07 0,07 0,07 0,08 0,08

PDRB 100 100 100 100 100

Sumber: PDRB Kabupaten Luwu Timur 2010-2014

(36)

Luwu Timur tahun 2014 mencapai 8,47%, sedangkan tahun 2013 sebesar 6,31%. Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh lapangan usaha real estate sebesar 12,79%. Sedangkan seluruh lapangan usaha ekonomi PDRB yang lain pada tahun 2014 mencatat pertumbuhan yang positif.

PDRB per kapita Luwu Timur tahun 2014 mencapai 75,6 juta Rupiah, mengalami peningkatan sekitar 12 juta rupiah dari tahun sebelumnya.

Tabel 4.4 PDRB per Kapita Kabupaten Luwu Timur, 2010-2014

Kategori 2010 2011 2012 2013* 2014 *

1. PDRB per Kapita 48.538.668 55.281.457 59.472.230 63.203.026 75.587.294 2. PDRB per Kapita tanpa

Pertambangan Nikel 16.789.448 18.551.683 20.397.225 22.930.174 26.111.272

Sumber: PDRB Kabupaten Luwu Timur 2010-2014 *) : Angka sementara

D. Grafik laju tingkat investasi (ICOR)

E. Tabel dan grafik laju inflasi daerah

peningkatan sekitar 12 juta rupiah dari tahun sebelumnya.

Tabel 4.4 Inflasi PDRB Menurut Lapangan Usaha, 2009-2013

Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013 *

(37)
(38)

Tabel 4.4 Inflasi Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Luwu Timur Tahun 2009-2013 (%)

Tanpa Pertambangan

Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013 *

1. Pertanian 9,90 6,76 5,80 4,33 10,69

2. Pertambangan dan Penggalian 22,08 13,77 3,04 7,27 14,62

3. Industri Pengolahan 6,16 6,16 4,57 4,85 7,16

4. Listrik, Gas & Air Bersih 2,62 7,31 1,76 2,61 6,59

5. Bangunan 16,17 10,60 3,20 10,86 10,56

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 1,18 5,53 6,97 6,80 8,68

7. Pengangkutan & Komunikasi 26,90 4,38 4,53 9,15 9,38

8. Keu. Persewaan & Jasa Perusahaan 15,25 7,48 8,08 8,01 9,96

9. Jasa-Jasa 37,25 55,92 13,63 11,13 6,30

Produk Domestik Regional Bruto 12,39 12,34 6,58 5,77 9,26

(39)

F. Potensi Ekonomi (pertanian, pertambangan dan industri)

Pertanian

Lahan sawah di Kabupaten Luwu Timur seluas 24.074 hektar, terdapat 22.110 ha yang menggunakan irigasi, 1.699 ha merupakan sawah tadah hujan dan pasang surut 265 ha. Lahan kering di Kabupaten Luwu Timur diantaranya digunakan untuk berbagai keperluan. Sebanyak 25.404 ha digunakan sebagai tegal/kebun, 11.934 ha untuk ladang/huma, 33.487 ha untuk perkebunan, 2.871 ha untuk hutan rakyat, 9.092 ha untuk tanah gembala/padang rumput.

Rata-rata produktivitas padi (padi sawah dan padi ladang) di Kabupaten Luwu Timur pada tahun 2013 sebesar 68,39 kwintal/ha dengan luas panen sebesar 38.571 ha dan produksi 263.818,98 ton. Kecamatan penyumbang produksi padi terbesar adalah Kecamatan Wotu dengan total produksi 50.352,10 ton dari luas panen sebesar 5.761 ha.

Kommoditi tanaman pangan Paawija juga dihasilkan Kabupaten Luwu Timur seperti jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Produksi jagung sebanyak 14.704,78 ton dari luas paanen 2.933 ha. Produksi kedelai sebesar 77,85 ton dari 69 ha luas panen. Produksi kacang tanah sebesar 82,25 ton dari 60 ha luas panen. Produksi kacang hijau sebesar 9,38 ton dari 13 ha luas panen. Sedangkan komoditas ubi kayu dan ubi jalar mencapai produksi masing-masing 1.525,43 ton dan 832,88 ton.

Selama kurun waktu 5 tahun, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan selalu memberikan kontribusi diatas 15%. Pada tahun 2014, persentase sektor ini terhadap total sedikit menurun dari tahun sebelumnya, yaitu dari 15,94% di tahun 2013 menjadi 15,60% tahun berikutnya. Pertumbuhan ekonomi tahun 2014 pada kategori ini merupakan yang tertinggi selama kurun waktu 5 tahun terakhir, mencapai 8,59%. Pertumbuhan sektor ini pada tahun-tahun sebelumnya berkisar 4%-7%.

Pertambangan

(40)

Industri

Gambar

Tabel 4.1 Pembagian Daerah Administratif
Gambar 4.1 Peta Adminitrasi Kabupaten Luwu Timur
Tabel 4.2
Tabel 4.4 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Luwu Timur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa jenis bahan galian yang terdapat di wilayah Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Luwu Utara adalah berupa batuan ultrabasa, marmer, lempung, sirtu, pasir kuarsa, granit,

PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 6 TAHUN 201 I TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN.. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

bahwa dengan berubahnya bagian Otonomi Desa menjadi Bagian Pemerintahan sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Timur Nomor 2 Tahun 2008 tentang Organisasi

Seminggu Yang Lalu Menurut Lapangan Pekerjaan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Luwu Timur, 2016/Population Ages 15 Years and Over Who Worked During The Previous Week by Main Industry

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Luwu Timur dan Mamuju Utara di Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Timur Nomor 5 Tahun 2005 tentang Penerimaan Sumbangan Pihak Ketiga Kepada Daerah (Lembaran

Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Timur Nomor 6 Tahun 2011 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan, mengurangi indeks, tingkat penggunaan jasa dan tarif ini

menceritakan bagaimana awal mula suku padoes masuk di luwu