• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN. akteristik Tanah. Ungu) secara umum dapat dikatakan homogen. Solum tanah umumnya dalam (> 150 cm).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN. akteristik Tanah. Ungu) secara umum dapat dikatakan homogen. Solum tanah umumnya dalam (> 150 cm)."

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL DAN PEMBAHASAN

akteristik Tanah

Morfologi dan Klasifikasi Tanah

Morfoiogi Tanah

Sifat-sifat morfologi tanah penelitian disajikan pada Tabel Lampiran 1. Sifat morfologi pedon-pedon kelompok Oxisol pada sekuen Zipur dan Kait-Kait (Latosol Merah

Ungu) secara umum dapat dikatakan homogen. Solum tanah umumnya dalam ( > 150 cm). dan dicirikan oleh warnanya yang khas, yaitu merah ungu (10 R 312 - 3/3 atau

kadang-kadang 2.5 YR 3/2). Warna merah ungu ini terlihat homogen mulai dari lapisan

oIah (Ap) terns sampai solum bagian bawah.

Schwertmann dan Taylor (1 989) dan Torrent er aC(1 983) mengemukakan bahwa w a r m tanah sangat dipengaruhi oleh kadar relatif goetit dan hematit dan warna merah dari hematit sangat efektif dalam mempengaruhi warna kuning dari goetit. Dari Tabel Lampiran 3 dapat dilihat bahwa nilai Fe.k (Fe.d

- Fe.0) yang merupakan penduga dari

oksida besi kristalin (goetit dan hematit) relatif seragam pada semua horison tanah pada sekuen Zipur dan Kait-Kait. Keadaan ini rnendukung warna merah ungu yang homogen pada solum.

Lapisan olah (horison Ap) ketebalannya bervariasi antara 18 - 25 cm, yaitu sesuai dengan standar dalamnya pengolahan tanah untuk tanaman tebu di perkebunan ini. Tekstur bervariasi dari lempung sampai lempung berliat. Struktur kersai atau granular, berukuran halus dengan tingkat perkembangan lemah. Konsistensi dalam keadaan lembab sangat gernbur. Batas antara horison Ap dengan horison B jelas dan bentuk topografi batas horison rata.

(2)

berdebu. Konsistensi dalam keadaan lembab gembur dan mempunyai sifat tiksotropik, yaitu bila dipijit terasa licin dan mengeluarkan air. Sifat ini diduga ada kaitannya dengan adanya oksida besi dan alumunium amorf, karena molekul oksida-oksida ini mengandung gugus H,O. Kandungan oksida besi dan alumunium amorf diduga dari kadar Fe-o dan A1.o (besi/alumunium terekstrak asam oksalat) dan pada kelompok Oxisol ini masing-masing berkisar antara 1.08 - 1.09 % dan 0.55

- 0.68

% (Tabel 22) atau jauh lebih tinggi dari kelompok Oxisol lainnya yang tidak mempunyai sifat tiksotropik. Hasil perhitungan korelasi antara kadar besi dan alumunium amorf (Fe.0

+

A1.o) dengan kadar air tersedia menunjukkan korelasi positip dengan nilai r yang tertinggi (r =

+

0.75). memperteguh dugaan bahwa sifat tiksotropik karena adanya oksida besi dan alumunium amorf.

Karena tanahnya gembur, perakaran dapat masuk jauh kebawah tanah. Struktur kersai, berukuran halus dan tingkat perkembangan lemah. Makin ke bagian bawah solum tingkat perkembangan struktur makin lemah, sehingga kadang-kadang tampak seperti tidak berstruktur. Akan tetapi bila dipecah lagi, bentuk strukur kersai masih kelihatan, dengan ukuran sangat halus.

Di dalam satu sekuen, baik pada sekuen Zipur maupun Kait-Kait, sifat morfologi seperti warna, tekstur, struktur dan konsistensi tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata antara pedon yang berada pada lereng atas dengan pedon yang berada pada lereng tengah maupun pedon pada lereng bawah. Sifat morfologi yang berbeda, yaitu dijumpainyzt konkresi mangan pada horison B pada pedon yang berada di lereng tengah dan atau lereng bawah w o n ZP-3, KK-2 dan KK-3). Keberadaan konkresi mangan di lapangan di test dengan H,O,, yaitu bila ditambah H,O, akan memberikan reaksi (mendidih). Adanya kandungan mangan disertai kandungan besi yang cukup tinggi diduga memberikan sumbangan terhadap warna ungu pada kelompok Oxisol ini.

Pada ketiga pedon tersebut konkresi mangan terutama dijumpai pada kedalaman sekitar 75

-

110 cm. Bentuk konkresi agak bulat dengan diameter sekitar 0.5

-

0.75 cm.

(3)

Konkresi mangan merupakan kerikil kecil akibat konsentrasi setempat dari Mn. Terbentuknya konkresi ini pada keadaan potensial redoks tinggi (oksidasi), karena dalam kondisi lingkungan demikian mangan masih dalam bentuk M n + + yang bersifat mudah larut. Oleh karena itu bila terjadi pencucian di bagian punggung atau lereng atas, Mn dapat terus terbawa oleh aliran air bawah tanah yang kemudian diendapkan pada tempat-tempat yang lebih rendah (lereng bawah) sehingga terjadi konsentrasi Mn dan lambat laun membentuk konkresi. Untuk kelompok Oxisol sekuen Zipur dan Kait-Kait, kondisi potensial redoks yang tinggi mudah terpenuhi karena tanahnya sarang dan gembur sehingga udara mudah masuk jauh kedalam solum.

Pada kelompok Oxisol sekuen Pulau Sari dan Gunung Raja (Luferitik) sifat morfologinya sangat berbeda dengan Oxisol sekuen Zipur dan Kait-Kait (Latosol Merah Ungu) ataupun Oxisol sekuen Pantai Linoh dan Tanjung (Poiisolik Merah Kuning). Sifat

khas dari kelompok Oxisol yang termasuk Lateritik ini adalah adanya kandungan konkresi besi yang cukup banyak mulai dari horison Ap sampai horison B bagian bawah.

Kandungan kerikil yang berupa konkresi besi pada kelompok Oxisol ini pada tiap horison berkisar antara 30 - 80 %, dengan diameter umumnya 0.5

-

1.5 cm, bentuk gumpal bersudut. Dari pengamatan irisan tipis (Gambar 35) konkresi besi tersebut tercampur dengan mangan. Pada semua horison B dijumpai plintit dan kandungan plintit ini umumnya

> 5

% dan terletak pada kedalaman kurang dari 125 cm dari permukaan tanah, sehingga menempatkan tanah ini kedalam Sub Group plinthic.

Konkresi besi merupakan perkembangan lebih lanjut dari plintit. Bila terjadi keadaan basah dan kering yang berulang-ulang, maka pl intit akan mengeras membentuk konkresi besihatu besi. Plintit sendiri terbentuk akibat adanya segregasi dan translokasi besi karena pengaruh fluktuasi air dalam tanah yang relatif dekat permukaan.

Baik pada sekuen Pulau Sari maupun Gunung Raja solum tanah berkisar antara 115

- 155 cm, kecuali pedon PS-1 yang berada pada lereng atas mempunyai solum lebih dari 190 crn (Tabel Lampiran 1). Tebal lapisan olah (Ap) berkisar antara 11

-

22 cm clan

(4)

umumnya kurang dari 20 crn. Dangkalnya lapisan olah ini dibandingkan dengan standar dalarnnya pengolahan untuk tanaman tebu (25 cm) berkaitan dengan tanahnya yang sulit diolah karena mengandung konkresi besi yang cukup banyak, yaitu berkisar antara 3 0 -

40 %. Tekstur berkisar antara liat berkerikil, lernpung liat berpasir berkerikil atau liat berpasir berkerikil. W a r m berkisar antara coklat tua kekelabuan (10 YR 412 - 4/3) sampai coklat tua (7.5 YR 4/3

-

414). Struktur tanpa atau gumpal bersudut lernah dengan ukuran halus, sedangkan konsistensi dalarn keadaan lembab gembur sampai teguh. Antara horison A dan B dijumpai horison peralihan AB atau BA.

Horison B umumnya mempunyai ketebalan sekitar 70

-

110 crn, dimana pada pedon PS-1, GR-1 yang berada pada lereng atas umumnya berwarna coklat tua/kuat (7.5

YR 4/6

-

5/15), sedangkan pada pedon PS-3 dan GR-3 yang berada pada lereng bawah berwarna rnerah kekuningan (5 YR 516 - 518). Dengan dernikian ada tendensi w a r m tanah

cenderung makin merah ke arah lereng bawah. Tekstur horison B liat berkerikil, kecuali pedon PS-3 yang berada pada lereng bawah bertekstur Iernpung liat berpasir berkerikil. Tidak dijumpai selaput liat di dalam soIurn. Struktur umumnya homogen, yaitu gumpal bersudut dengan ukuran sangat halus sampai halus dan tingkat perkembangan iemah sampai sedang. Konsistensi dalam keadaan lembab teguh.

Kelompok Oxisol pada sekuen Pantai Linoh dan Tanjung (Podsolik Merah Kuning) sifat morfologinya dicirikan oleh solumnya yang dalam (

>

175 crn), warna tanah dibawah lapisan olah (Ap) homogen dan batas antar horion B baur (Tabel Lampiran 1). Tekstur lapisan olah sampai ke horison B bagian bawah liat berat dan terdapat kenaikan kadar liat, tetapi tidak rnemenuhi sarat sebagai hor ison argil ik ataupun kandik. Dernikian pula tidak terlihat selaput liat dari hasil pengamatan lapang, namun dari hasil pengamatan irisan tipis pedon PL-2 horison Bo2 tampak ada sedikit selaput liat (Gambar 3 3 , tetapi jumlahnya

lebih kecil dari 1 %.

Struktur

tanah

horison B berbentuk gumpal bersudut, ukuran halus atau sedang dan tingkat perkembangannya umumnya termasuk sedang. Konsistensi dalam keadaan

(5)

42

lembab teguh.

Warrla tanah lapisan olah (Ap) pada semua pedon kelompok Oxisol sekuen Pantai Linoh dan Tanjung

(Podsolik

Merah Kuning) ini seragam, yaitu coklat tua (7.5 YR 313 - 10 YR 4/3). Tekstur liat dan konsistensi dalam keadaan lembab gembur. Struktur

gumpal bersudut, berukuran halus dan tingkat perkembangannnya lemah. Tebal horison Ap berkisar antara 20 - 24 cm.

Warrla tanah horison B, meskipun relatif homogen di dalam pedon dari atas ke bawah, tetapi antar pedon sedikit berbeda. Pada Oxisol sekuen Pantai Linoh, pada pedon PL-1 yang berada di lereng atas berwarna coklat (7.5 YR 4/4), sedangkan pedon PL-2 (lereng tengah) coklat kemerahan (5 YR 4/4) dan PL-3 (lereng bawah) merah kekuningan (5 YR 416). Jadi ada tendensi makin ke arah lereng bawah warna tanah makin merah, seperti halnya terjadi pada Oxisol sekuen Pulau Sari dan Gunung Raja. Keadaan sebaliknya terjadi pada sekuen Tanjung yang mempunyai puncak lebih tajam. Warna tanah horison B pedon TJ-1 yang berada di lereng atas berwarna merah (2.5 YR 4/6), sedangkan pada pedon TJ-2 dan TJ-3 yang masing-masing berada pada lereng tengah dan bawah berwarna coklat kemerahan (5 YR 4/4). Adanya pola yang tidak jelas antara warna tanah dengan posisi pedon pada lereng, diduga ada hubungannya dengan kandungan goetitlhematit pada masing-masing pedon yang masih memerlukan penelitian lebih lanjut, karena goetit dan hematit dalam penelitian ini tidak ditentukan secara kuantitatif.

Dari uraian diatas tampaknya pengaruh umur dan bahan induk terhadap sifat morfologi sangat jelas. Pada kelompok Oxisol sekuen Zipur dan Kait-Kait

(Latosol

Merah Ungu) yang terbentuk dari batuan metamorfik dan berumur paling tua (Kapur Awal) dibandingkan dengan tanah sekuen lainnya (Kapur Akhir dan Kuarter), mempunyai warna tanah merall ungu, struktur kersai dan konsistensi gembur sampai sangat gembur. Pengaruh lereng terhadap warna tanah pada kedua sekuen ini tidak terlihat, yang diduga karena adanya pengaruh umur yang begitu dominan.

(6)

Kelompok Oxisoi sekuen Pulau Sari dan Gunung Raja (Luferitik) dan kelompok Oxisol sekuen Pantai Linoh dan Tanjung (Podsolik Merah Kuning) berbeda bahan, seperti telah dijelaskan pada bab bahan induk. Perbedaan sifat morfologi yang mencolok kedua kelompok tanah ini adalah keIas besar butirnya, dimana kelompok pertama skeletal dan kelompok kedua tidak, meskipun kelas teksturnya sama-sama liat. Hal ini menyangkut perbedaan proses pedogenesis, dan akan dijelaskan pada bab pedogenesis.

Kla@Xasi

Tanah

Berdasarkan sifat-sifat morfologi tanah (Tabel Lampiran 1) yang telah dibahas sebelumnya dan ditunjang hasil analisis laboratorium, semua pedon yang diteliti mempunyai horison oksik sebagai horison bawah penciri. Epipedon pada kelompok Oxisol sekuen Zipur dan Kait-Kait (Latosol Merah Ungu) termasuk umbrik, sedangkan pada kelompok Oxisol sekuen Pulau Sari dan Gunung Raja (Lareririk) dan kelompok Oxisol sekuen Pantai Linoh dan Tanjung (Podrolik Merah Kuning) termasuk okrik. Berdasarkan sistim klasifikasi Taksonomi Tanah (Soii Survey Staff, 1994) tanah-tanah yang mempunyai horison bawah penciri o k i k termasuk Ordo Oxisol. Hasil pengklasifikasian semua pedon yang diteliti disajikan pada Tabel 6.

Pada sernua pedon kelompok Oxisol sekuen Zipur dan Kait-Kait (Latosol Merah Ungu) epipedonnya dicirikan oleh warna value dan chroma

<

3, tanahnya gernbur dan tidak keras atau masif jika kering dan ketebalannnya

>

18 cm. Nilai kejenuhan basa (KB)

<

50 % (NH,OAc 1

N

pH 7) dan kadar karbon organik

>

0.6

46.

Data iklim memberi petunjuk tanah dalam keadaan lembab

>

3 bulan dalarn setahun, karena bulan kering hanya 3 bulan. Sifat tanah demikian mencirikan epipedon u h r i k .

Pada pedon kelompok tanah sekuen Zipur dan Kait-Kait (Latosol Merah Ungu) tidak terjadi kenaikan liat yang memenuhi sarat untuk horison argilik maupun horison kandik. Karena tidak terrnasuk horison argilik ataupun kandik dan ditunjang dengan nilai KTK I 16 cmol

(+)

per kg liat dan KTK efektif I 12 cmol (+) per kg liat serta batas

(7)

horison baur dan kandungan mineral mudah lapuk

<

10 %, maka horison bawah pencirinya termasuk oksik.

Tabel 6. Klasifikasi Tanah pada Kategori Famili berdasarkan Sistim Taksonomi Tanah (Soil Survey Staff, 1994).

Pedon Famili Tanah

Sekuen Zipur (Latosol Merah Ungu)

ZP- 1 Anionic Acrudox, halus, campuran*), isohipertermik

ZP-2 Anionic Acrudox, halus, campuran'), isohipertermik ZP-3 Anionic Acrudox, halus, campuran*), isohipertermik Sekuen Kait-Kait (Latosol Merah Ungu)

KK- 1 Anionic Acrudox, halus, campuran*), isohiperterrnik

KK-2 Anionic Acrudox, halus, campuran*), isohipertermik KK-3 Rhodic Hapludox, halus, campuran'), isohipertermik Sekuen Pulau Sari (Laten'tik)

PS- 1 Plinthic Hapludox, berliat skeletal, kaolinitik, isohipertermik PS-2 Plinthic Hapludox, berliat skeletal, kaolinitik, isohipertermik PS-3 Plinthic Hapludox, berlempung skeletal, kaolinitik, isohipertermik Sekuen Gunung Raja (Lateritik)

GR-1 Plinthic Hapludox, berliat skeletal, kaolinitik, isohipertermik

GR-2 Plinthic Hapludox, berliat skeletal, kaolinitik, isohipertermik

GR-3 Plinthic Hapludox, berliat skeletal, kaolinitik, isohipertermik Sekuen Pantai Linoh (Podsolik Merah Kuning)

PL- 1 Typic Hapiudox, sangat halus, kaolinitik, isohipertermik PL-2 Typic Hapludox, sangat halus, kaolinitik, isohiperterrnik PL-3 Typic Hapludox, sangat halus, kaotinitik, isohipertermik Sekuen Tanjung (Podrolik Merah Kuning)

TJ-I Inceptic Hapludox, sangat halus, kaolinitik, isohipertermik TJ-2 Typic Hapludox, sangat halus, kaolinitik, isohipertermik TJ-3 Typic Hapludox, sangat halus, kaolinitik, isohipertermik Keterangan:

(8)

Tabel 7 . Beberapa Sifat Pmentu Klasifikasi Oxisol Sekuem Zipur dan

Kait-Kait (Latusol Merah Ungu)

Hm- K a b d m w m IiA KB I2dxg Fed MML KTKL KTKEL pH-HZ0 pH-KC1 Ddts KodiPa sm (cm) ... ( % ) ... (&md(+W lip) pH EMm ZP-l & 0-25 51 33 1.97 12.22 0 13 5.05 1 1 4 4.78 -0.36 sd Bol 25-57 48 15 0.76 12.26 0 7 1.14 4.92 5.56 0.64 Bo2 57-95 49 12 0.39 12.14 0 5 0.91 5.10 5.89 0.79 sd Bo3 95-130 52 23 0.33 12.12 0 4 1.17 5.39 6.03 0.64 Bo4 130-170 50 25 0.30 12.22 0 4 L.33 5.33 6.05 0.72 Bo5 170-200 41 38 0.23 12.32 0 3 2.05 5.17 6.02 0.85 sd -on ZP-2 4' 0-20 41 26 2.08 11.84 0 I5 4.73 5.26 4.89 -0.37 sd a01 20-56 44 20 0.78 11.98 0 6 1.51 5.78 5.90 0.12 t)oZ 56-95 40 14 0.41 12.16 0 5 101 5.98 6.06 0.08 sd Bo3 95-130 38 28 0.38 12.34 0 6 2.38 5.89 6.03 0.14 sd Bo4 130-1651178 39 22 0.36 12.11 0 5 1.76 5.89 6.03 0.14 won ZP-3 4' 0-24 48 19 2.27 12.20 0 19 3.02 5.03 5.03 0.00 Bol 2449 50 14 1.37 12.00 0 10 1 . 4 5.55 5.88 0.33 sd BoZ 4944 51 16 0.67 11.82 0 6 1.11 6.14 6.16 0.02 sd B a l 84-112 50 13 0.37 11.94 0 6 0.82 5.92 6.28 0.36 BaZ 112-143 53 18 0.26 12.18 0 4 0.85 6.09 6.42 0.33 sd BC 143-180 52 26 0.30 12.02 0 3 0.96 6.17 6.40 0.23 PrdonIM-1 AP 0-20 49 21 1.73 12.22 0 12 2.86 5.46 5.00 4 . 4 6 sd BoI 2044 45 10 0.72 12.12 0 7 1.04 4.67 5.69 1.02 sd Bo2 44-82 53 12 0.42 12.38 0 5 0.69 4.96 6.06 1.10 ad Bo3 82-110 52 22 0.32 12.40 0 4 1.03 5.30 6.31 1.01 sd Bo4 110-151 5 24 0.27 12.32 0 4 1.16 5.36 6.30 0.94 BC 151-200 51 23 0.39 12.18 1 5 1.53 5.54 6.18 0.64 sd -don ILK-2 -4 0-18 49 24 2.23 12.12 0 19 4.46 5.33 4.75 -0.58 Bol 1x45 54 25 1.34 12.18 0 1 1 3.08 5.35 5.17 4 . 1 8 sd Bo2 45-75 52 27 0.65 11.96 0 7 2.31 6.13 6.16 0.03 sd Bocl 7.5-1101135 54 32 0.41 12.10 0 4 1.33 6.03 6.07 0.04 sd BocZ 110/135-160 49 26 0.41 12.12 0 6 1.71 5.88 6.18 0.30 BC 160-200 47 37 0.38 12.16 0 8 2.94 5.77 6.08 0.31 Prdon KK-3 AP 0-20 50 25 1.26 12.16 0 12 3.32 5.20 5.23 0.03 Bol 2041 51 30 0.91 11.80 0 10 3.14 5.54 5.56 0.02 Bo2 41-75 53 32 0.55 11.94 0 6 1.94 6.09 6.15 0.06 sd Boel 75-110 55 41 0.37 12.22 0 4 1.92 5.84 6.17 0.33 sd Bof2 11-155 57 37 0.38 12.06 0 S 1.88 5.85 6.28 0.43 BC 155-200 54 49 0.42 12.26 1 6 2.98 6.07 6.17 0.10 Kctrrsnga :

L i a - J C l i P L ~ ~ ( ~ d i l i & t b i k a & m a ) carg =v. I c u r b m w

Kf3 = l ' o k + u h P l ~ ( N K 4 0 A c 1 N p H 7 ) sd =seakit

MML -16miucralmudahlrpulr

KTKL

-

kzpnrilar h k w karim Lisa (NH40Ac 1 N pH 7)

KTKEL =lupnritnstukarkatimliar(j~bssD~(NH40AcINpH7 dmAl(KCl1N))

(9)

Pada kategori Ordo semua pedon kelompok tanah ini termasuk Oxisol. sedangkan pada kategori Sub Ordo termasuk Udox, karena tidak memiliki sifat akuik. aridik. ustik dan perudik. Hal ini terlihat dari w a r m matrik tanah yang berwarna merah (warna hue lebih merah dari 5 YR) dan data iklim menunjukkan rejim kelembaban udik. Udox ini tidak mempunyai horison sombrik, pada horison oksik KTK efektif

<

1.5 cmol

(+)

per kg liat dan pH-KC1 2 5.0 sehingga pada kategori Great Group termasuk Acrudox, kecuali pedon KK-3. Pada kategori Sub Group termasuk Anionic Acrudox karena mempunyai rnuatan positip (pH-H,O

< pH-KCI) pada kedalaman

5 125 c m dari permukaan tanah disamping tidak mempunyai sifat akuik, petroferik dan litik.

Pedon KK-3 pada kategori Great Group termasuk Hapludox, karena selain tidak memiliki horison sombrik dan kandik, KTK efektif

>

1.5 cmol

(+)

per kg liat serta KB sampai kedaiaman 84 c m

<

35 %. Hapludox ini pada kategori Sub Group termasuk Rhodic Hapludox karena mempunyai w a r m hue lebih merah dari 2.5 YR (10 R) dan value 3, serta tidak memiliki sifat akuik, petroferik, litik, plintik, inseptik, andik dan humik.

Perbedaan Rhodic Hapludox (pedon KK-3) dengan Anionic Acrudox (pedon K K - 1

dan KK-2) pada sekuen Kait-Kait hanya pada nilai KTK efektifnya (1.8 cmol(+) k g liat), sedangkan sifat-sifat lainnya relatif sama. Sarat untuk Great Group Acrudox KTK efektifnya adalah

<

1.5 cmol (+) per kg liat, jadi hanya selisih 0.3 cmol (+) per kg , yaitu suatu nilai yang sangat kecil.

Dari pengamatan penulis di lapangan dan informasi dari Pabrik Gula Pelaihari, tanab pada kelompok sekuen Zipur dan Kait-Kait (Latosol Merah Ungu) merupakan tanah yang bermasalah untuk tanaman tebu. Secara harfiah tanah Anionic Acrudox mencerminkan tanah yang lebih bermasalah dibandingkan dengan tanah Rhodic Hapludox, karena pada Anionic Acrudox mempunyai KTK efektif sangat rendah d a n bermuatan positip. Oleli karena itu pedon KK-3. jika sedikit rnengabaikan nilai

KTK

efektifnya lebih sesuai masuk pada Anionic Acrua'ox seperti pedon-pedon lain yang termasuk kelompok

(10)

dalam ilmu tanah, yang seharusnya lebih mementingkan pada hubungan dengan penggunaannya.

Namun demikian agar dalam pengklasifikasian tanah tetap berpedoman pada kunci Taksonomi Tanah, untuk kasus-kasus seperti demikian, sebaiknya dipakai nama peralihan (intergrade). Untuk pedon KK-3 penulis mengusulkan nama Anionic Rhodic Hapludox, sehingga lebih mencerminkan sifatnya yang mempunyai muatan positip.

Pada kategori famili yang masih menjadi persoalan adalah kelas mineralogi. Untuk masuk kelas mineralogi ferruginous, kadar besi terekstrak sitrat ditionit bikarbonat (Fe-d) harus berkisar antara 12.6 - 28 % , akan tetapi hasil analisis Fe.d pada kelompok tanah ini hanya berkisar 11.80

-

12.38 % (Tabel 7). Namun untuk masuk kelas mineralogi lainnya juga tidak mungkin, karena kandungan relatif gibsit maupun kaolinit pada tanah ini rendah (Tabel 7, 13, 14 dan Gambar 4, 5). Dengan demikian kelas mineralogi yang paling mendekati adalah campuran antara ferruginous dun kaolinitik. Dengan kelas besar butir termasuk halus dan rejim temperatur isohipertemik, rnaka pada kategori famili, pedon-pedon kelompok Oxisol sekuen Zipur dan Kait-Kait (Latosol Merah Ungu) termasuk Anionic Acrudox, halus, campuran ferruginous dun kaolinitik), isohipertermik, kecuali pedon KK-3. Pedon KK-3 termasuk Famili Rhodic Hapludox, halus. campuran

ferruginous dun kaalinitik), isohipertennik.

Epipedon pada kelompok Oxisol sekuen Pulau Sari dan Gunung Raja (Laren'tik) semuanya mempunyai w a r m value 4 (lembab). Oleh karena itu dari warna value saja, epipedon ini tidak termasuk molik, urnbrik ataupun antropik. Demikian pula tidak dapat masuk epipedon melanik karena warnanya tidak gelap d a n kadar karbon organik rendah, sehingga termasuk epipedon okriz. Seperti halnya kelompok tanah sekuen Zipur dan Kait-Kait (Latosol Merah Ungu), pedon-pedon kelompok tanah sekuen Pulau

Sari

dan Gunung Raja (Lateritik). juga horison bawah pencirinya termasuk okrik, sehingga termasuk Ordo Oxisol. Pada kategori Sub Ordo juga masih termasuk Udox.

(11)

Tabel 8. Beberapa Sifat Penentu Klasifikasi Oxisol Sekuar Pulau Sari dan Gunung Raja (ZateritiW

H a i - KCdplpmpll Lka XB MML PL KTKL RTKEL pH-HZ0 pH-KC1 Delta C-ag K a d m a

S(P (a) ... (%) ...

<*+m

P H Or-) AIonPS-1 &C 0-11 58 33 1 0 13 6 4.18 3.83 -0.35 3.99 bn ABf I 1 -32 65 18 0 0 10 3 5.27 3.93 -1.34 6.10 ba Bocl 3268 69 32 0 0 8 5 4.47 4.34 -0.13 4.75 Bod. 68-1 I5 76 24 1 0 5 2 4.88 3.92 -0.96 2.13 ba Rod 115-165 76 32 1 0 5 2 5.12 3.96 -1.16 Boo4 165-190 68 33 0 0 6 4 4.64 3.93 -0.71 ba P d o n -2 k c 0-20 32 37 0 0 15 8 4.64 4.24 -0.40 5.23 bs A& 2040 37 22 0 0 11 5 4.79 4.26 0 . 5 3 3.86 Bocl 40-72 57 27 0 0 7 3 5.30 4.23 -1.07 3.19 ba Boc2 72- 1 I4 59 19 0 0 6 2 4.95 4.34 -0.61 1.49 ba BCvl 114-145 50 16 0 10 7 3 4.63 4.28 -0.35 BCv2 145-195 40 19 I 55 10 7 4.63 4.06 -0.57 ba man- &= C-17 17 56 0 0 20 16 4.76 4.30 -0.46 3.88 ba ABc 173U45 20 19 0 0 12 6 5.28 4.36 -0.92 3.28 Bod 33/45-80/95 32 21 0 0 7 3 4.99 4.44 -0.55 2.20 ba Baf2 804.5-120 32 25 0 0 6 2 4.95 4.44 -0.51 0.65 Bo 120-158 34 26 0 0 6 2 4.84 4.47 -0.37 ba BC 158-190 45 41 1 0 6 3 4.68 4.33 4.35 m o m GR-1 -@.PC C-15 48 25 0 0 16 6 4.74 4.23 4.51 5.70 ba BAE 15-41/46 55 14 0 0 14 5 5.08 4.22 -0.86 9.19 ba Bocl 41/46-70 61 13 I 0 11 4 5.28 4.21 -1.07 6.74 ba Bod. 70-105 66 26 0 0 8 5 5.21 3.95 -1.26 4.43 Rod 105-150 67 19 0 0 8 4 4.78 3.98 -0.80 ba E C c 150-190 74 30 0 0 8 3 4.98 4.11 4.87 Padom GR-2 A P E 0-16 56 22 0 0 I5 5 4.80 3.98 -0.82 4.12 ?%a Bofl 1641 63 1 1 0 0 12 4 4.89 4.04 -0.85 6.35 Boe2 41 -78 75 19 0 0 9 3 5.36 4.08 -1.28 6.36 ba Boc3 78-106 75 16 0 0 7 2 5.30 4.16 -1.14 2.30 Boc4 106-155 74 13 1 0 6 2 5.10 4.10 -1.00 ba BCc 155-190 69 18 0 0 7 3 4.80 4.05 -0.75 Pdon GR-3 40 0-22 36 42 0 0 18 9 5.16 4.20 -0.96 5.10 ba ABc 2246 37 41 0 0 13 7 5.52 4.32 -1.20 5.23 Bocvl 46-85 65 23 0 4 8 4 5.11 4.05 -1.06 2.89 ba Bocyz 85-116 68 24 1 8 10 4 5.08 4.06 -1.02 0.85 Bcvl 116-150 66 27 1 10 10 7 5.04 3.98 -1.06 ba BcvZ 150-190 36 23 0 20 13 9 4.94 3.92 -1.02 Kds- :

Lia = % m h i s i l d ~ b d r c-ag =lcgcabaocrgaiLpsmZ K B = % k j e u u h a b a s a ( M I 4 0 A c l N p H 7 ) ba = b m y &

MML -%miaezalamd&lapuk PL =%plied

KTKL =kqasirP~tuliarLatimlist(NH4OAclNpH7)

(12)

tidak mempunyai horison sombrik, KTK efektif dan pH-KC1 pada horison oksik masing-masing

>

1.5 cmol (+) per kg liat dan

<

5.0. Nilai KB pada horison oksik

<

35 % (NH,OAc 1

N

pH 7) dan juga tidak mempunyai horison kandik. Berdasarkan sifat-sifat tersebut, pada kategori Great Group mereka termasuk Hapludox.

Pada semua pedon kelompok Oxisol sekuen Pulau Sari dan Gunung Raja ditemukan plintit

> 5

% pada kedalaman kurang dari 125 cm dari permukaan. Karena juga tidak n~empunyai sifat akuik, petroferik dan litik, maka pada kategori Sub Group

semua p e d o ~ i tersebut termasuk Plinthic Hapludox.

Semila pedon pada kelompok Oxisol sekuen Pulau Sari dan Gunung Raja (Lateritik) mengandung fragmen batuan

>

35 % dan kadar liat

>

35 %, kecuali pedon PS-3. Dengan dernikian kelas besar butir pada kelompok tanah ini berliat skeletal, kecuali pedon

PS-3 termasuk berlempung skeletal karena mempunyai kadar liat

<

35 %. Kelas mineraIogi termasuk kaolinitik, karena liatnya didominasi mineral kaolinit (Tabel 8). Rejim temperatur tanah berdasarkan data iklim termasuk isohipenemzik. Hasil pengklasifikasian semua pedon kelompok tanah ini disajikan pada Tabel 6.

Seperti halnya pada kelompok Oxisol sekuen Pulau Sari dan Gunung Raja (Lateritik), epipedon pada sernua pedon kelompok Oxisol sekuen Pantai Linoh dan Tanjung (Podsolik Merah Kuning) termasuk okrik dan horison bawah pencirinya termasuk oksik. Pada pedon PL-3 kenaikan kadar liat halus dari horison permukaan ke horison B lebih dari 8 %. dan memenuhi sarat untuk kriteria horison argilik. Namun demikian baik dari pengamatan lapang maupun pengamatan secara mikroskopis dari irisan tipis tidak dijumpai adanya selaput liat, sehingga tetap horison bawah pencirinya oksik bukan argilik. Demikian pula tidak dapat masuk horison kandik, karena kenaikan liat total dari horison permukaan ke horison B kurang dari 8 %.

Pada kategori Sub Group termasuk Typic Hapludox, kecuali pedon TJ-1 termasuk

Inceptic Hapludox. Pada pedon TJ-1 batas bawah horison oksik

<

125 cm dari permukaan tanah mineral.

(13)

Tabel 9. Beberapa Sifat Penentu Klasifikasi Oxisof Sekuen Pantai Linoh

dan Tanjung (PodroZik M e r a h Kuning,

Hm- Kedelsman Lia XB MML K l X L RIXEL pH pH Ddta K o o l i d

-

(-) ... (%) ... (-*+yl;B, 1120 KCI PH W) P d o n PL-1 & 0-24 80 25 0 20 9 4.31 3.60 4 . 7 1 4.38 ba Bol 24-50 85 29 0 13 6 4.44 3.87 4 . 5 7 2.75 ba Bo2 60-88 87 25 0 12 5 4.47 3.87 4 . 6 0 1.56 ba Bn3 8S-125 80 20 0 12 5 4.72 3.90 -0.82 0.47 ba 804 125-I70 73 20 0 14 7 4.72 3.72 -1.M) ba BoS 170-190 62 18 0 17 9 4.84 3.55 -1.29 ba Fmlon PL-2 np 0-22 81 17 0 17 6 4.43 3.88 4 . 5 5 3.94 ba Bol 22-5 1 86 27 0 12 5 4.63 4.27 4 . 3 6 3.37 Bo2 5 1-77 89 23 0 10 4 4.67 4.21 -0.46 1.98 ba Bo3 77-106 85 18 0 12 5 4.74 4.18 4 . 5 6 1.20 ba Bo4 106154 81 18 0 12 6 4.78 4.07 4 . 7 1 BoS 154190 70 17 0 13 8 4.68 3.99 -0.69 ba PdonPL-3 AP 0-20 78 28 0 18 7 4.53 3.66 4 . 8 7 6.66 ba Bol 20-55 %3 31 0 10 4 4.71 3.93 4 . 7 8 3.92 Bo2 55-90 83 30 0 9 4 4.64 3.81 6 . 8 3 2.31 ba B03 90-125 84 25 0 9 4 4.61 3.83 4 . 7 8 0.51 Bo4 125-172 82 23 0 9 4 4.76 382 4 . 9 4 ba Bx 172+ 57 19 0 17 8 4.63 3.70 4 . 9 3 Psdon TJ-1 & 0-20 74 19 0 16 6 4.10 3.71 -0.39 3.48 ba BoI 20-55 77 17 0 12 4 4.79 3.88 -0.91 3.50 Bo2 55-86 60 I7 0 I5 7 4.63 3.87 4 . 7 6 1.43 ba Ba3 S 1 1 7 66 20 0 13 9 4.44 3.81 6 . 6 3 0.40 Bo4 117-160 57 15 0 18 12 4.60 3.83 6.77 aOS 1-190 49 13 0 20 13 5.15 3.81 -1.34 ba W o n TJ-2 & 0-20 IU 21 0 11 4 4.44 3.98 -0.46 3.28 ba Bol 2 0 4 8 82 18 0 8 2 4.63 4.20 4 . 4 3 3.09 Bo2 4 8 7 8 83 19 0 7 2 4.40 4.24 4 . 1 6 2.44 ba Bo3 78-112 85 31 0 6 3 4.50 4.33 4 . 1 7 1.20 E d 112-155 86 42 0 7 4 4.60 4.33 4 . 2 7 ba BoS 155-190 83 41 0 9 4 4.92 4.36 4 . 5 6 P d o n TJ-3 4 0-15/18 81 18 0 16 5 4.44 3.86 4 . 5 8 4.31 ba Bol 15/1S-i5 85 22 0 9 3 4.40 4.26 4 . 1 4 4.91 BoZ 45-78 83 37 0 6 2 4.7'7 4.81 0.04 2.63 ba Bo3 78115 85 48 0 5 3 4.88 4.85 4 . 0 3 0.93 ba Bo4 115-152 87 51 0 5 3 4.81 4.80 4 . 0 1 ba BoS 152-185 83 44 0 6 3 4.70 4.62 6 . 0 8 Ka-I : Li* = % l i a h a s i l m b a s r b u t b C u p =kgcnrbmagariLpcrmZ KB == % k j ~ u h a n bsss (NH40.4~ 1 N pH 7) ba =bmyak MML == Yo mip=nl ,nud& Isp*

KTKL == kap&tuLar katim Luo (NH40Ac 1 NpH 7)

(14)

5 1 Kadar liat pada kelompok OxisoI sekuen Pantai Linoh dan Tanjung (Podsalik Merah Kuning) lebih besar dari 60 %. Hal ini menempatkan kelas besar butirnya pada kelas sangar halus. Kelas mineralogi dan rejim temperatur sama dengan kelompok tanah sekuen Pulau Sari dan Gunung Raja (Lateritik), yaitu masing-masing kaolinirik (Tabel 9) dan isohiperremik. Karena itu pada kategori Famili Oxisol sekuen Pantai Linoh dan Tanjung termasuk Typic Hapludox, sangat halus, kaolinitik, isohipenennik, kecuali pedon

TJ-1. Pedon TJ- 1 termasuk Famil i Inceptic Hapludox, sangar halus, kaolinitik, isohipertemik.

Berdasarkan hasil pengklasifikasian semua tanah yang diteliti (Tabel 6 ) . terlihat bahwa pada kategori Ordo dan Sub Ordo namanya sama, yaitu Oxisol dan Udox. Bahkan untuk kelompok sekuen Pulau Sari dan Gunung Raja dan kelompok sekuen Pantai Linoh dan Tanjung sampai kategori Great Group namanya masih sama, yaitu Hapludox. Padahal tanah yang diteliti berasal dari 3 kelompok yang berbeda sifat-sifatnya (Lutosol Merah Ungu,Laten'tik, Poakolik Merah Kuning). Keadaan ini terlihat bahwa pada kategori tinggi (Ordo. Sub Ordo dan Great Group) dari sistim Talcsonomi Tanah (Soil Survey Staff,

1994). kurar~g peka dalam ha1 membedakan tanah.

Dari hasil pengklasifikasian juga terlihat bahwa pengaruh lereng terhadap klasifikasi tanah hanya terlihat pada sekuen Kait-Kait dan Tanjung. Pada lereng atadtengah sekuen Kait-kait tanahnya termasuk Anionic Acrudox, sedangkan pada lereng bawah termasuk Rhodic Hapludox. Perbedaan kedua tanah tersebut terletak pada nilai KTK efektifnya, dimana yang pertama

<

1.5 cmol

(+)

per 1 kg liat, sedangkan yang kedua 1.8 cmol

(+)

per kg liat. ha1 ini dapat terjadi karena tanah Rhodic Hapludox berada pada lereng bawah sehingga terjadi pernumpukan basa-basa akibat adanya pencucian dari lereng atas. namun pada sekuen lainnya ha1 ini tidak terjadi.

Pada lereng atas sekuen Tanjung tanahnya termasuk Inceptic Hapludox, sedangkan pada lereng tengahhawah termasuk Typic Hapludox. Inceptic Hapludox dibedakan dari Typic Hapludox karena mempunyai horison oksik pada kedalaman

<

125 cm dari

(15)

52

permukaan tanah. Hal ini terjadi karena posisinya pada lereng atas dan diduga terjadi permudaan akibat adanya proses erosi, sehingga horison oksiknya lebih dangkal dibandingkan dengan yang lain.

Mineral Fraksi Pasir dan Bahan Induk

Hasil analisis mineral fraksi pasir tanah penelitian disajikan pada Tabel 10, 11 dan 12. Dari Tabel tersebut terlihat bahwa susunan mineral pada semua pedon umumnya hampir seragam didominasi oleh mineral tahan lapuk (kuarsa) dan atau konkresi besi (rata-rata

> 90

%), sedangkan mineral mudah lapuk praktis tidak ada (rata-rata

<

1 %).

Pada tanah Oxisol sekuen Zipur dan Kait-Kait (Latosol Merah Ungu) pada fraksi pasir total (Tabel 10) didominasi oleh konkresi besi, dirnana rata-rata tiap pedon berkisar antara 87 - 93 %. Sedangkan yang lainnya adalah opak (rata-rata tiap pedon 2- 8%) dan kuarsa keruh (rata-rata tiap pedon 2 - 6 %). Mineral mudah lapuk enstatit umumnya dijumpai secara sporadis pada dua atau tiga horison pada setiap pedon. Mineral pengiring lainnya adalah fragmen batuan yang rnerupakan gabungan beberapa mineral yang belum teruraikan, rutil/anatas dan lapukan mineral yang juga umumnya dijumpai secara sporadis. Lapukan mineral adalah kumpulan dari mineral mudah lapuk yang secara individual saat ini tidak dapat terdeteksi dengan mikroskop polarisasi.

Melihat pola susunan mineral tersebut menandakan bahwa tanah tersebut telah mencapai tingkat hancuran iklim yang lanjut. Keadaan ini ditunjang oleh susunan fraksi pasir berat yang seluruhnya terdiri dari mineral opak, kecuali rutillanatas ditemukan secara sporadis.

Sebaran mineral di dalam pedon ataupun antar pedon tidak besar variasinya. Hal ini menunjukkan tanah Oxisol ini terbentuk dari bahan yang homogen dengan komposisi mineral yang samalhampir sama.

(16)

Tabel 10. Susunan Mineral Fraksi Pastr Oxisol S&en Zipur clan Kait-Kait

(Latasol M e r a h Ungu)

I

Fraksi Total

I

Fraksi Berat

4

.=

4 ("/oo) ("/.I Pedon ZP- 1 AP 7 3 89 1 Bol 6 sp 5 89 sp Bo2 13 s p 2 85 -3 8 6 86 SP SP Bo4 8 sp 3 89 SP BoS 6 5 89 PBdon ZP-2 Ap 9 sp 1 90 SP 301 6 sp 1 93 Bo2 6 2 92 sp 303 6 2 91 1 304 6 2 92 Pedon ZP-3 AP 4 5 91 SP SP Bol 10 2 88 Bo2 6 5 89 Bocl 7 7 86 Boc2 6 7 87 sp 3C 7 S 85 SP SP Pedon KK-1 AP 3 2 95 Bol 3 4 93 Bo2 5 4 91 Bo3 4 2 94 Bo4 6 1 93 BC 4 3 1 91 SP Pedon KK-2 Ap 3 2 95 Bol 3 4 sp 93 Bo2 5 4 90 1 Bocl 3 1 2 s p 8 5 sp Boc2 5 7 s p 8 8 SP BC 3 7 90 fedon KK-3 AP 5 7 89 1 Bol 3 5 92 sp Bo2 1 4 95 Bocl I 5 94 Boc2 2 6 92 BC 3 5 91 Keterangan: sp = sporadis SP sp s p 1 0 0 1 0 0 s p s p 100 sp 100 100 sp 100 sp sp 100 100 sp 100 sp 100 100 sp SP 100 100 100 sp 100 sp 1 0 0 1 0 0 s p s p 100 s p s p 1 0 0 1 0 0 sp 100 100 100 sp 100 SP sp 100 100 100 100 100 sp sp sp 100 SP sp sp 100 100 100

(17)

54 Konkresi besi terbentuk dari besi yang berasal dari hasil lapukan mineral mudah lapuk, khususnya mineral feromagnesium yang banyak mengandung besi. Oleh karena itu dapat diduga tanah yang mempunyai banyak konkresi besi berasal dari bahan yang mengandung banyak mineral feromagnesium.

Kuarsa tergolong mineral sisa akibat adanya hancuran iklim. Pada kasus tanah Oxisol sekuen Zipur dan Kait-Kait (Latosol Merah Ungu), meskipun tanahnya sudah terfapuk lanjut, jumlah mineral kuarsa sangat sedikit. Oleh karena itu diduga tanah Oxisol pada kedua sekuen ini berasal dari bahan induk yang miskin kuarsa. Bahan induk demikian biasanya mengandung banyak mineral feromagnesium, dan batuan yang banyak mengandung mineral feromagnesium adalah batuan basa-ultra basa. Pada fraksi pasir total dan berat dicemukan secara sporadis rutil/anatas yang merupakan ciri batuan metamorfik. Ini memberi petunjuk bahwa Oxisol pada kelompok sekuen Zipur dan Kait-Kait (Latosol Merah Ungrr) berasal dari campuran bahan lapukan batuan metamorfik dan batuan ultra basa. Keadaan ini sesuai dengan keterangan pada Peta Geologi (Peta 3).

Adanya pengaruh batuan metamorfik pada kelompok Oxisol ini diperkuat dengan kehadiran mineral ilit pada fraksi liat (Tabel 14). Ilit merupakan hasil pelapukan dari mika, baik muskovit maupun biotit, dimana kedua mineral ini biasa dijumpai pada batuan beku masam/intermedier atau batuan metamorfik (Coninck, 1978 dan Sys, 1977).

Kelompok Oxisol sekuen Pulau Sari dan Gunung Raja (Lareririk) dibandingkan dengan Oxisol pada kedua sekuen diatas (Latosol Merah Ungu) lebih bervariasi dalam ha1 jenis mineral pasir yang dijumpai (Tabel 11). Akan tetapi jenis mineral antar pedon dan di dalam pedon umumnya tidak besar variasinya. Pada fraksi pasir total mineral yang mendominasi pada sekuen Pulau Sari maupun sekuen Gunung Raja adalah kuarsa (keruh dan bening), yaitu umumnya lebih dari 90 % dari fraksi pasir total. Mineral lainnya dalam jumlah sedikit adalah opak, konkresi besi dan lapukan mineral. Zirkon, muskovit,

(18)

001 I ds

*

Z I Z t.6001 ds d s * & I & 9 L 8 I C T 6 3 8

001 E 1 ds E E600I

*

1 & 1 2 8 Z S * 9 ~ = 8

001 1 I Z 96 001 ds ds ds E 9 LS ds 1Am8

001 Z & & Z 1 S6 001 ds ds & & I E E 6 & E 3EV

001 Z d s d s Z Z t 6 001 ds ds & 1 I S 8 8 * S

*

E-XD -pad

001

z

z

t . z 6 0 0 1 * ds ds ds ds E or t 8 ds E 338

001 t Z 1 2 16 001 1 & & I ds ds I Z 61 SL ds 1 t3oE 001

z

s & I Z ~ O O I * * & ds

z

t s ~8 ds

z

r3oe

001 Z ds Z Z t 6 001 6s & ds I t 01 t 8 ds 1 ZDoa 0 0 1 Z Iis * E ds Z E6 001 ds ds ds Z t 5 88 ds 1 1-a 001 Z ds E ds Z E 6 0 0 1 b ds

*

* Z 8 L 8 & E ='dv Z-Xf) WPad 001 E 1 ds 1 E 26 001 & ds ds ds t 61 9L

*

I 33s 001 S 1 r E L8 001 ds ds 1 61 6L df I E 3 0 8 001 t I V E 88 001 ds ds Z 91 18 ds I Zm8 001 S & I S f 58 001 1 T ds I 6 S8 ds f 1508 001 9 d s d s 9 ds E 88 001 ds ds

*

1 6 68 ds 1 DV8 001 S * * t ds S 98 001 ds ds ds & E 8 6 8 * & I-XD "oped 001 E & Z t S 98 001 ds I & * ~ 0 6

z

3a 001 E & l Z S 68 001 ds ds ds 8 16 1 0 8 001 t & * L I 88 001 1 9 16 ds 2 2 x 8 001 S d s d s z ds

*

68 001 ds & Z 9 06 ds Z 1 m E

001 L 1 9 & S 18 001 ds & I 6 6 8 I DEV

00I t I 9 t S8 001 ds ds * k L f 6 * &

*

E-sd nopad 001 Z 1

*

r E 6 0 0 1 * I & * ds b 01 i 9 I L1 Z O E 001 Z ds Z d s * E £6001 ds E S LS ds S 1*38 001 1 d s d s z d s Z S6 001 ds I E 9 98 ds t Zm8 001 I d s d s 1 ds E S6 001

*

ds

*

s

s t 8 8 1508 001 Z I ds ds S 26 001 ds ds T S 2 08 ds Z1 38\1' 001 Z ds ds ds E 26 001 ds ds

* s

Z L 8 h 9

3w

Z S d WPad 001 I ds Z V E6001 1 ds 1 8 8 6L ds E t m 8

001 Z d s z d s d s Z MOO1 & 1 ds 1 9 f l SL

*

E Em8 o o r t & & I z E 06 001 ds ds I 1 9 ZI ti 9 z=a

0 0 l Z I * Z 1 06 001 ds ds ds Z S 01 18 Z 1308

O O I E * I I 1 t. 06 001 ds ds I t E l 6L E 3-

001 Z E E 26 001 1 & E 9 t 8 & 9

*

(19)

Melihat susunan mineral ini, tanah Oxisol sekuen Pulau Sari dan Gunung Raja (Latenntikj juga telah terlapuk lanjut, karena praktis hanya terdiri dari kuarsa yang merupakan mineral tahan Iapuk (resisten). Susunan mineral fraksi pasir berat juga didominasi opak.

Mineral opak pada fraksi berat merupakan mineral yang paling dominan pada semua pedon Oxisol sekuen Pulau Sari dan Gunung Raja (LatPritik), dimana rata-rata tiap pedon berkisar antara 86 - 95 %. Kemudian yang dijumpai dalam jumlah sedikit ialah zirkon, turmalin dan rutillanatase, rata-rata tiap pedon masing-masing 2 - 4 % : 1 - 5 % dan 2

- 5

%. Yang masih ditemukan pada hampir semua pedon meskipun dalam jumlah yang sangat sedikit sekali adalah andalusit/silimanit dan kyanit/stourolit.

Zirkon merupakan mineral yang terdapat pada hampir semua batuan beku, tetapi paling sering terdapat pada batuan yang bersifat masam seperti granit, granodiorit dan sienit (Hurlbut dan Klein, 1977), serta batuan metamorfik (Mohr dan van Baren, 1954). Zirkon merupakan mineral yang sukar lapuk, karena itu juga banyak dijumpai pada batuan sedimen. Turmalin banyak dijumpai sebagai mineral tambahan pada batuan beku atau batuan metamorfik, dan andalusit yang berasosiasi dengan silimanit biasa dijumpai pada batuan metamorfik. Rutil yang berasosiasi dengan anatas m e ~ p a k a n penciri dari batuan metamorfik, dan juga bisa dijumpai pada batuan beku masam (Mohr dan Van Baren, 1954). Kyanit/stourolit biasa dijumpai pada batuan metamorfik skis dan gneis (Stoops, 1992).

T e l a l ~ dibahas sebelumnya bahwa pada fraksi pasir total tanah Oxisol sekuen Pulau Sari dan Gunung Raja (Laten'n'k) mineral yang dominan ada1ah kuarsa. Ditunjang dengan adanya mineral zirkon, memberi kesan tanah pada sekuen ini berasal dari bahan kaya kuarsa atau bahan bersifat masam. Akan tetapi dari data morfologi (Tabel Lampiran 1) menunjukkan bahwa pada semua pedon ditemukan konkresi besi dengan ukuran cukup besar

(>

2 mm) dan dalam jumlah yang cukup banyak, dimana pada setiap horison berkisar ant;ua 40 - 80 %. Pada susunan mineral fraksi pasir konkresi ini tidak muncul,

(20)

karena berukuran lebih besar dari ukuran pasir ( > 2 mm). Jika konkresi besi ini dimasukkan kedalam perhitungan, maka y ang akan terlihat dorninan pada susunan mineral

fraksi pasir total bukan kuarsa melainkan konkresi besi tersebut. Dari fakta ini dapat diduga bahwa tanah-tanah ini berasal dari bahan lapukan metamorfik yang mengandung mineral feromagnesium, yaitu mineral yang kaya besi.

Melihat sebaran kuarsa pada fraksi total serta zirkon dan rutil pada fraksi pasir berat setiap pedon yang cenderung tidak teratur sesuai kedalaman, mencerminkan tanah terbentuk dari bahan endapan. Mohr dan van Baren (1954) mengemukakan bahwa pada tanah yang berasal dari bahan induk relatif homogen, sebaran kuarsa, zirkon dan rutil mempunyai pola menurun sesuai kedalaman, akibat dari intensitas hancuran yang semakin berkurang dengan semakin jauhnya jarak dari permukaan tanah, sehingga mineral mudah lapuk masih relatif banyak. Pada kasus tanah Oxisol yang diteliti, pola ini tidak terlihat. Ini memberi gambaran deposisi bahan induk tidak dalam waktu yang sama, meskipun jenisnya relatif sama.

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tanah Oxisol sekuen Pulau Sari dan Gunung Raja (Lateritik) berasal dari bahan lapukan batuan beku basa yang tercampur dengan batuan metamorfik yang kedua-duanya telah mengalami sedimentasi. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Mohr dan Van Baren (1954) bahwa mineral resisten seperti zirkon, rutil, turmalin, magnetit dan kuarsa banyak ditemukan pada batuan sedimen. Keterangan ini sesuai pula dengan keterangan pada peta Geologi (Peta 3), yang

termasuk Formasi Martapura yang berupa endapan kipas aluvium. Menurut Sikumbang dan Heryanro (1986) Formasi Martapura terdiri dari kerikil, kerakal dan pasir lepas. Kerikil dan kerakal berasal dari batuan beku, sedimen dan batuan metarnorfik.

Pada semua pedon yang termasuk kelompok tanah Oxisol sekuen Pantai Linoh dan Tanjung (Podsolik Meruh Kuning) praktis tidak dijumpai mineral mudah lapuk, baik pada fraksi pasir total maupun pada fraksi pasir berat (Tabel 12), kecuali yang ditemukan secara sporadis.

(21)

Susunan mineral fraksi pasir total pada Oxisol sekuen Pantai Linoh antar pedon sedikit bervariasi dalam ha1 jumlahnya, sedangkan jenis mineralnya temp tidak bervariasi. Demikian pula d i dalam pedon baik jumlah maupun jenisnya tidak begitu bervariasi. Pada pedon PL-1 opak mendominasi, yaitu antara 50 - 60 % (rata-rata 55 %), dan mineral lainnya adalah kuarsa keruh, konkresi besi. lapukan mineral , hidragilit dan fragmen batuan. MineraI opak pada pedon PL-2 masih mendominasi, yaitu berkisar antara 40 -62% (rata-rata 52 %). Kuarsa keruh menduduki urutan kedua yaitu 33 -40% (rata-rata 35%),

dan yang lainnya ialah konkresi besi, lapukan mineral dan fragmen batuan yang umumnya berjumlah cukup rendah ( < 5 %), kecuali fragmen batuan pada dua horison terahir. Untuk pedon PL-3 kuarsa keruh mendominasi susunan fraksi pasir totalnya, yaitu antara 45 - 63 % (rata-rata 5 4 %). Kemudian diikuti oleh mineral opak, yaitu 11-39 % (rata-rata

29 %), konkresi besi 8 -15 % (rata-rata 10 %), serta lapukan mineral dan fragmen batuan yang berkisar antara 1

-

7 %

.

Pada Oxisol sekuen Tanjung, jumlah mineral opak dan kuarsa cukup berimbang pada semua pedon. Pada pedon TJ-1 dan TJ-2 opak masih merupakan mineral yang terbanyak (39- 63 % atau ram-rata 49 % pada TJ-1 dan 38

-

5 8 % atau rata-rata 4 8 % pada TJ-2), dan kemudian diikuti oleh kuarsa keruh pada pedon TI-1 (30

-

46 % atau rata-rata 36 %) serta kuarsa keruh dan bening pada pedon TJ-2 (37

-

54 % atau rata-rata

46 %). Sedangkan pada pedon TJ-3 didominasi oleh kuarsa keruh dan bening (37

-

66 % atau rata-rata 49 %), kemudian diikuti mineral opak (28 - 54 % atau rata-rata 44 %). Mineral lainnya yang dijumpai pada semua pedon adalah konkresi besi, hidragiiit, lapukan mineral dan fragmen batuan.

Fraksi pasir berat tanah Oxisol sekuen Pantai Linoh dan Tanjung (Podsolik Meruh Kuning) hanya terdiri dari mineral opak (Tabel 12). Beberapa mineral yang dijumpai secara sporadis pada beberapa pedon antara lain zirkon, hornblende hijau, augit, enstatit, epidot serta andalusitlsilimanit dan rutillanatas. Hal ini diduga berkaitan dengan tingkat hancuran iklim yang sudah begitu lanjut. Keadaan ini sangat menyulitkan untuk interpretasi asal bahan induk.

(22)

Tabel 12. Susunan Mineral Fraksi Pasir Oxisoi Sekuen Pantai Linoh dan Tanjung

@%dolik Merah Kuning)

Pedon PL- 1 Ap 60 35 3 2 s p sp Bol 50 4 2 s p 2 s p 4 1 s p s p B02 51 41 4 2 1 Bo3 57 40 2 I s p Bo4 57 41 sp 1 sp Bo5 51 49 sp sp Pedon PL-2 Ap 62 2 9 s p 4 2 3 Bol 51 40 sp 3 1 5 Bo2 52 35 sp 5 3 5 B03 58 33 3 4 2 Bo4 50 34 5 4 7 Bo5 40 37 sp 3 2 18 Pedon PL-3 Ap 39 45 9 1 6 Bol 26 5 5 s p 1 0 4 5 Bo2 37 51 sp 10 1 1 Bo3 36 50 8 2 4 Bo4 27 57 8 3 5 Bx 11 6 3 s p I 5 4 7 Pedon TI- 1 Ap 39 38 6 7 9 s p Bol 41 46 6 1 6 Bo2 50 36 sp 5 5 3 Bo3 53 31 4 8 3 sp Bo4 46 33 10 5 6 Bo5 63 30 1 1 5 Pedon TJ-2 Ap 39 5 3 1 3 2 1 s p Bol 46 46 1 4 1 1 BoZ 50 40 1 8 sp 1 B03 43 sp 49 6 1 1 Bo4 5 8 s p 3 7 s p 4 sp 1 Bo5 55 43 1 1 sp sp P d o n TJ-3 Ap 28 6 5 1 3 1 1 Bol 46 sp 50 pp sp 3 sp Bo2 42 sp 46 1 5 3 2 Bo3 54 sp 37 sp 4 2 I sp Bo4 46 47 1 3 1 I Bo5 49 zp 44 sp 2 3 1 Keterangan : sp = sporadis sp sp 100 100 sp sp sp sp 100 100 100 100 LOO 100 100 sp 100 100 sp 100 100 100 sp 100 100 100 sp 100

(23)

Tanah Oxisol pada kelompok sekuen Pantai Linoh dan Tanjung (Podsolik Merah Kuning) masih mengandung besi cukup banyak seperti ditunjukkan oleh adanya konkresi besi dan opak (magnetit) dan dari h a i l analisis besi total ekstraksi sitrat ditionit bikarbonat (Tabel 22). Dengan masih dijurnpainya cukup kuarsa, diduga bahan induknya berasal dari batuan yang cukup banyak mengandung mineral feromagnesiurn dan kuarsa. Batuan demikian biasanya berupa batuan plutonik interrnedier. Akan tetapi bahan ini tercampur dengan batuan metamorfik seperti ditunjukkan oleh masih adanya mineral epidot, andalusit/silimanit dan rutil/anatas meskipun dalam jumlah sporadis. Percampuran tersebut terjadi pada waktu proses sedirnentasi akibat adanya proses erosi di hulu daerah penelitian (pegunungan Meratus). Oleh karena itu dugaan yang paling rnendekati berdasarkan data tersebut diatas, tanah Oxisol sekuen Pantai Linoh dan Tanjung (Podsolik Merah Kuning) berasal dari bahan induk sedimen batuan plutonik intermedier atau bahan induk yang bersifat andesitik. Dugaan ini sesuai dengan informasi dari peta Geologi (Peta 3). Jenis batuannya sulit ditentukan karena mineral utama lainnya baik dalarn fraksi pasir total maupun berat sudah habis.

Dari uraian tersebut diatas tedihat bahwa kandungan mineral fraksi pasir total dan berat dari pedon-pedon yang terletak pada lereng atas, tengah maupun bawah pada semua sekuen tidak memperlihatkan perbedaan yang cukup jelas. Hal ini karena tingkat pelapukan bahan induk dari semua tanah yang diteliti, seperti akan d b a h a s pada bab pelapukan, semuanya termasuk tingkat oksik atau tingkat pelapukan lanjut. Pada tanah berasal dari bahan dengan tingkat pelapukan lanjut, perubahan sifat mineral akibat perbedaan lereng yang tidak terlalu berbeda jauh tampaknya sudah tidak jelas lagi.

Mineral Fraksi Liat

Hasil analisis fraksi liat dengan memakai metoda XRD dan DTA dari horison terpilih pada pedon-pedon pewakil Oxisol sekuen Zipur dan Kait-Kait (Latosol Merah

(24)

Tabel 13. Hasil Analisis Mineral Liat dengan Metoda DTA pada Pedon Pewakil

Puncak Termogram DTA

Horison

...

Jenis

Endotermik Eksotermik Mineral

...

( " C )

...

.

.

...

Pedon ZP-2 Sekuen Zipur (Latosol Merah Ungu)

AP 75 300 520

Bo 1 75 300 515

Bo2 70 305 5 15

Bo3 70 305 5 10

Pedon KK-1 Sekuen Kait-Kait (Larosol Merah Ungu)

AP 70 3 18 520

Bol 70 315 510

Bo3 66 315 520

BC 70 3 15

Pedon PS- 1 Sekuen Pulau Sari (Laren'tik)

APC 60 285 360 540 945

ABc 60 285 355 535 940

Boc2 67 290 350 540 940

Boc4 60 290 350 543 945

Pedon GR-1 Sekuen Gunung Raja (Lateritik)

APc 60 292 365 540 940

BAc 60 288 363 535 94 1

Bocl 63 289 363 539 939

Boc2 60 288 358 537 941

Boc3 65 290 360 539 942

Pedon PL-1 Sekuen Pantai Linoh (Podsolik Merah Kuning)

AP 7 3 288 335 528 910

Bo 1 75 288 336 528 912

Bo3 73 287 336 529 911

Ex05 71 285 334 528 909

Pedon TJ-1 Sekuen Tanjung (Podsolik Merah Kuning)

AP 80 290 345 537 920 Bo2 70 285 335 530 921. Bo3 70 290 340 540 922 Bo5 70 280 530 920 K , Goe, Gb, A K, Goe, Gb, A K, Goe, Gb. A K, Goe, Gb, A K, Goe, Gb, A K, Goe, Gb, A K, Goe. Gb, A K, Goe, Gb, A K, Goe, Gb, A K , Goe, Gb, A K, Goe, Gb, A K . Goe, Gb, A Goe, K , A Keterangan : Goe = Goetit; Gb = Gibsit: K = Kaolinit; A = Bahan amorf

(25)

Tabel 14. Hasil Analisis Mineral Liat dengan Metoda XRD pada Contoh Terpil ih Tanah Oxisol Sekuen Zipur Kait-Kait (Latosol Merah U w . 4

Horison Puncak Difraksi XRD ( A ) Jenis Mineral Pedon ZP-1 Sekuen Zipur

AP 3.38 3.42 3.48 3.68 4.15 4.85 5.4 7.2 10.4

802 3.38 3.42 3.48 3.67 4.18 4.85 5.0 7.3 10.4 Bo5 3.4 3.48 3.68 4.20 4 85 5.4 7.3 10.4

Pedon ZP-2 Sekuen Zipur

AP 3.3K 3.48 3.58 3.68 4.18 4.85 5.4 7.15 10.4 14.2 602 3.34 3.3s 3.48 3.57 3.68 4.18 4.8 5.4 7.15 10.4 14.2 Bo3 3.40 3.48 3.58 3.68 4.15 4.8 7.2 10.4 14.2

Pedon ZP-3 Sekucn Zipur

Bol 3.38 3.42 3.48 3.66 4.18 4.85 5.4 7.15 10.2 Bo2 3.3% 3.48 3.65 4.18 4.85 5.4 7.15 10.2 1 4 2 Boc2 3.38 3.48 4.18 5.4 7.2 10.4

Pedon KK-1 ScLucn Kait-Kait

Ap 3.35 3.40 3.42 3.48 3.67 4.15 4.8 5.4 10.4 Bol 3.40 3.42 3.48 3.67 4.15 4.8 5.4 10.4 14 302 3.40 3.42 3.48 3.67 4.I5 5.4 7.2 10.4 Bo3 3.40 3.48 3.67 4.15 4.8 5.4 7.2 10.4

BC 3.40 3.48 3.67 4.15 5.4 7.2 10.4 14

Pedon KK-2 Sekucn Kait-Kail

Bol 3.38 3.42 3.48 4.16 5.4 7.2 10.4 BoZ 3.38 3.42 3.48 3.65 4.16 4.8 5.4 10.2 Bac 3.35 3.40 3.42 3.48 3.67 4.16 5.4 10.4

Pedon KK-3 SeCuen hit-Kait

AP 3.38 3.48 4.15 4.26 5.4 10.4 Bo2 3.38 3.42 3.47 3.67 4.17 4.85 5.4 10.4 Bocl 3.35 3.3'1 3.48 3.55 3.64 4.18 B-2 3.35 3.38 3.48 3.67 4.18 5.4 10.4 BC 3.38 3.42 3.48 3.67 4.15 5.4 10.4 Goc. K, Gb. U Goe, K, Gb. U Goe. K, Gb. II Goe, K, Gb. U Gee. K, Gb, U Goe. K. Gb. U Goe. K, Gb. II Goe, K, Gb. U Goe. K, U Goc, K, Gb, U Goe, K, Gb. II Goe. K, U Goe. K, Gb, U Goe. K. U Goe. K, I1 Gee, Gb, 11 Goe, I1 Goe, U Goc. Gb, 11 Goe Goe, u Goe, I1 - p p

(26)

Gambar 4. Kurva Termogram DTA Pedon ZP-2 (Anionic Acrudox)

Gambar 5. Kurva Termograrn DTA Pedon KK-1

(27)

Penjenuhan Mg++

AP

Gambar 6. Kurva Difraktogram Sinar-X Pedon ZP-2 (Anionic Acrudox)

3,m

I

Penjenuhan Mg+ +

3.6

(28)

65

Berdasarkan data pada Tabel dan Gambar tersebut susunan mineral liat pedon-pedon yang termasuk kelompok tanah Oxisol sekuen Zipur dan Kait-Kait didominasi oleh mineral dari oksida besi (goetit dan hematit). Mineral goetit pada kurva termogram DTA dicirikan oleh puncak endotermik suhu sedang, yaitu 300 - 400 "C (Tan, 1991).

Sedangkan Schwertmann (1988). Schwertmann dan Taylor (1989) mengemukakan bahwa suhu endotermik goetit berkisar antara 260

-

400

"C,

tergantung pada derajat kristalinitas dan luas permukaan mineral. Suhu endotermik makin tinggi dengan makin bertambahnya derajat kristalinitas dan berkurangnya luas permukaan mineral.

Suhu endotermik yang menunjukkan adanya goetit pada Oxisol sekuen Zipur dan Kait-Kait (Latosol Merah Ungu) berkisar antara 300

- 318

"C (Tabel 13 dan Gambar 4,

5). Kisaran suhu ini sesuai dengan suhu dehidroksilasi goetit dari tanah-tanah merah dari Jawa Barat yang diteliti oleh Prasetyo (1993). yaitu 290 - 320 " C . Suhu endotermik 300

- 318

" C , dapat saja diduga sebagai gibsit bukan goetit, karena kisaran suhu tersebut juga termasuk pada kisaran suhu endotermik gibsit, yaitu 300

-

330 "C (Hsu, 1982) atau 250

- 350 "C (Tan, 1991). Akan tempi kurva difraktogram X R D (Gambar 6, 7) lebih menguatkan goetit dari pada gibsit. Puncak difraksi sinar X pada 4.15 - 4.18

A

sebagai penciri goetit (Tan, 1991; SSLS, 1991; Schwertmann dan Taylor, 1989) intensitasnya lebih tinggi daripada puncak difraksi pada 4.8

-

4.85

A

sebagai penciri gibsit (Tan. 1991

dan SSLS, 1991). Keberadaan gibsit seperti terekam pada kurva difraktogram XRD tidak terdeteksi pada kurva termogram DTA karena gibsit jumlahnya sedikit. Ini sejalan dengan hasil analisis liat total (Tabel Lampiran 5 ) , yang menunjukkan bahwa senyawa besi jauh lebih banyak proporsinya daripada senyawa alumunium, yaitu sekitar 6 berbanding 1.

Data morfologi (Tabel Lampiran 1) menunjukkan bahwa semua tanah Oxisol pada kelompok sekuen Zipur dan Kait-Kait (Latosol Merah Ungu) tersebut mulai dari horison permukaan sampai kedalaman 150/200 c m umumnya berwarna merah ungu (10 R

3/2-3/3). Hasil analisis dengan ekstraksi sitrat ditionit bikarbonat (Tabel 22) juga menunjukkan adanya mineral oksida besi yang paling tinggi pada kelompok tanah Oxisol

(29)

ini dibandingkan dengan sekuen lainnya. Fakta ini menunjang keberadaan mineral oksida besi yang paling dominan pada kelompok tanah ini.

Keberadaan oksida besi selain goetit, dicirikan oleh puncak difraksi sinar X pada 3.65

-

3.68

A.

Puncak ini mendekati penciri hematit sepeni yang dikemukakan oleh Tan (1991); dan Schwenmann dan Taylor (1989). yaitu masing-masing 3.67

A;

3.62 - 3.66

A

dan 3.68

A.

Hematit tidak mempunyai ciri puncak realcsi pada kurva termogram (Schwertmann dan Taylor, 1989). Akan tetapi warna morfologi 10 R seperti yang dikemukakan diatas sangat menunjang keberadaan hematit. Menurut Torrent et al(1983) terdapat hubungan kuantitatif antara warna merah pada tanah dengan konsentrasi hematit dalam tanah. Bigham et al (1979) dan Davey et al (1975) dalam Torrent er al (1983) mengemukakan bahwa jika terdapat hematit, warna tanah biasanya 7 . 5 YR atau lebih merah.

Keberadaan lepidokrosit sebagai oksida besi lain pada kelompok tanah Oxisol ini diragukan, karena suhu endotermik 300

-

350 "C sebagai penciri mineral tersebut menurut Schwertmann dan Taylor (1989) tidak dapat dibedakan dengan adanya dehidroksilasi dari goetit. Selanjutnya mereka mengatakan bahwa difraksi pada 6.25

A

selalu muncul jika terdapat lepidokrosit meskipun daIam konsentrasi yang sedikit. Pada kasus tanah penelitian difraksi ini tidak muncul, sehingga dapat disimpulkan tidak dijumpai lepidokrosit.

Kesimpulan bahwa kelompok tanah Oxisol ini didominasi oleh mineral oksida besi (goetit dan hematit), sejalan dengan hasil penelitian Rachim (1994) dan Hardjowigeno et al (1989) yang meneliti beberapa pedon tanah yang sama.

Pada Gambar 4, 5 dan Tabel 13, kurva terrnogram DTA menunjukkan reaksi endotermik pada suhu sekitar 510

-

520 "C dengan intensitas yang sangat kecil. Didukung dengan adanya puncak difraksi 7.15 - 7 . 3

A

(Garnbar 6 ) , diduga sebagai petunjuk adanya mineral kaolinit. Pada kelompok tanah Oxisol sekuen Zipur dan Kait-Kait (Latosol Merah

Ungu) kaolinit dijumpai dalam jumlah yang sangat kecil. Hal ini diduga karena rendahnya unsur Si dibandingkan dengan unsur Al di dalam larutan tanah sebagai akibat adanya

Gambar

Tabel  7 .   Beberapa Sifat Pmentu Klasifikasi  Oxisol  Sekuem  Zipur  dan  Kait-Kait  (Latusol  Merah  Ungu)
Tabel 8.  Beberapa Sifat Penentu Klasifikasi Oxisol Sekuar Pulau Sari dan  Gunung Raja  (ZateritiW
Tabel  9.  Beberapa Sifat Penentu  Klasifikasi Oxisof  Sekuen  Pantai  Linoh  dan  Tanjung (PodroZik  M e r a h   Kuning,
Tabel  13.  Hasil  Analisis  Mineral  Liat dengan  Metoda DTA  pada  Pedon  Pewakil
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis kasus Malaria berdasarkan tempat, baik pada Tahun 2010 dan 2011, Desa Banjarpanepen merupakan desa dengan jumlah pasien yang diperiksa tertinggi dan

Pada perdagangan 14 Desember IHSG ditutup menguat sebesar +1.25% ke level 6,012 Sentimen penggerak pasar hari ini diantaranya bursa AS yang ditutup melemah membawa kabar

Dari dasil analisis yang sudah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara waktu reaksi dengan kelincahan tendangan samping pesilat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar gula darah sewaktu pada penderita diabetes mellitus sebelum dan sesudah dilakukan terapi bekam basah

b- Hasil pemeriksaan serkaria pada keong Jumlah keong yang dikumpulkan dari fokus Tomado adalah sebanYak

Dari beberapa uraian di atas mengenai karakteristik kemampuan bahasa anak usia dini maka dapat disimpulkan, perkembangan bahasa anak disesuaikan dengan usia dimana

(3) Dana pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk membiayai program pengembangan satuan pendidikan bertaraf internasional, bantuan operasional

Bagaimana pimpinan merangsang ide baru yang terkait dengan produk..