KETERPADUAN STRATEGI
PENGEMBANGAN KABUPATEN LUWU TIMUR
7.1 ArahanRencanaTataRuangWilayahKabupaten Luwu Timur BerdasarkanamanatUndang-Undang No.26Tahun2007tentang
Penataan Ruang, Kabupaten Luwu Timurwajib menyusun Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW)Kabupaten Takalar
yangditetapkanoleh PeraturanDaerahKabupaten Luwu Timur.Dalam
penyusunanRPI2-JMBidang
CiptaKarya,beberapayangperludiperhatikan dariRTRW Kabupaten
Luwu Timur adalahsebagaiberikut:
Arahan Pola Ruang Arahan Struktur Ruang
(1) (2)
(1) Kawasan hutan produksi
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, terdiri atas:
a. Kawasan Hutan Produksi
Terbatas di Kecamatan
Angkona, Malili, Nuha, Towuti
dan Wasuponda dengan luas
72.052,42 Ha;
b. Kawasan Hutan Produksi
Tetap di Kecamatan Angkona,
Malili, Mangkutana, Tomoni
dan Wasuponda dengan luas
8.613,20 Ha; dan
c. Kawasan hutan produksi
konversi, di Kecamatan Burau,
Mangkutana dan Tomoni
dengan luas 16.902,21
Ha.seluas 37.083,00 Ha terdiri
(2) Kawasan pertambangan
seluas37.083,00 Ha
(3)Kawasan permukiman perkotaan
meliputi:
a. kawasan permukiman
perkotaan didominasi oleh
(1) Sistem Jaringan Sumberdaya
Air meliputi :
a. sistem jaringan sumberdaya air
nasional meliputi WS, DAS,
bendungan, DI dan DR;
b. sistem jaringan sumberdaya air
lintas Provinsi meliputi WS, DAS;
c. sistem jaringan sumberdaya air
Provinsi terdiri atas bendung,
bendungan, DI dan Instalasi
Pengolahan Air (IPA);
d. sistem pengelolaan sumberdaya
air.
(2) Sistem Jaringan Sumber Daya Air
terdiri atas :
a. sungai dan rawa;
b. daerah irigasi;
c. prasarana air baku untuk air
bersih; dan
d. sistem pengendalian banjir.
(3) Pengelolaan wilayah sungai dan
rawa terdiri atas:
a. pengelolaan sungai Sinngeni,
permukiman yang terdiri dari
sumberdaya buatan seperti
perumahan, fasilitas sosial,
fasilitas umum, prasarana
dan sarana perkotaan.
b. bangunan permukiman di
tengah kota terutama di PKN
dan PKW yang padat
penduduknya diarahkan
pembangunan
perumahannya vertikal.
c. pola permukiman perkotaan
yang paling rawan terhadap
tsunami harus menyediakan
tempat evakuasi pengungsi
bencana alam baik berupa
lapangan terbuka di tempat ketinggian ≥30 m di atas permukaan laut atau berupa
bukit penyelamatan.
d. pada PKN Metropolitan
Mamminasata direncanakan
pengembangan Kota Baru
Mamminasata.
Kawasan permukimanperkotaan
yang berada di Kota Malili dan
kota kecamatan; dankawasan
permukiman perdesaan yang
berada di wilayah pedesaan.
(4) Kawasan peruntukan lainnya
berupa kawasan perdagangan
meliputi:
a. kawasan perdagangan skala
kabupaten meliputi: kawasan
perdagangan PKL Malili,
kawasan perdagangan PKL
Surowako, dan seluruh PKLp;
sungai Bambalu, sungai
Tomoni, sungai Cerekang dan
sungai Larona;
b. pengelolaan rawa di
Kecamatan Burau, Wotu,
Angkona dan Malili; dan
c. pelestarian bentuk dan fungsi
sungai dan rawa dengan
pengawasan ruang sempadan
secara ketat.
(4) Sistem Daerah Irigasi (DI)
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, terdiri:
DI Angkona; DI
DI Cerekang II;
DI Cerekang III;
DI Cerekang IV;
DI Kondube;
DI Senggeni II;
DI Singgeni;
a. peningkatan pengelolaan
Instalasi Pengolahan Air (IPA)
di Kecamatan Malili;
b. peningkatan pelayanan air
bersih dengan menggunakan
sistem jaringan perpipaan dan
pengembangan sistem baru
pada kawasan perkotaan yang
belum terlayani jaringan
dan Nuha.
(6) Sistem pengendalian banjir
meliputi:
1) pengoptimalan sistem drainase;
2) pengoptimalan sistem irigasi.
Sistem Jaringan Prasarana
Persampahan Wilayah Provinsi
meliputi :
a. lokasi TPA regional diarahkan
untuk melayani lebih dari satu
kawasan perkotaan
kabupaten/kota, yang dalam hal ini
di Kecamatan Pattallassang
Kabupaten Gowa yang melayani
kawasan Metropolitan
Mamminasata.
b. fungsi TPA regional sebagai
tempat pengolahan sampah dan
industri daur ulang.
Sistem prasarana persampahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, meliputi:
a. penyusunan rencana induk
pengelolaan persampahan
Kabupaten;
b. penampungan, pengangkutan,
dan pengolahan sampah
dilakukan untuk kawasan
permukiman perkotaan yang
telah terlayani sistem
pengangkutan sampah, yaitu
Tempat
PenampunganSementara (TPS)
dan dilanjutkan ke Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA);
c. TPS ditempatkan di pusat
perkantoran, dan fasilitas sosial
lainnya di semua kecamatan;
d. optimalisasi sistem pengelolaan
sampah dan rencana
pengembangan industri
pengolahan sampah terpadu
dilakukan di Kawasan TPA di
Malili; dan
e. peningkatan alat angkut
sampah, kontainer/TPS sistem
transfer depo di Kecamatan
Malili, Nuha, Wotu, Mangkutana
dan wasuponda.
(7) Sistem jaringan drainase meliputi:
a. penyusunan rencana induk
sistem drainase wilayah
kabupaten, dan rencana
penanganan kawasan tertentu
yang rawan banjir;
b. sistem drainase primer di
semua kota kecamatan;
c. pembuatan saluran drainase
sekunder tersendiri pada
kawasan industri,
perdagangan, perkantoran,
dan pariwisata, yang
terhubung ke saluran primer,
sehingga tidak menganggu
saluran drainase permukiman;
d. pembuatan saluran drainase
tersier yang layak pada
kawasan permukiman dan
sepanjang sisi jalan;
e. mengoptimalkan daya resap
air ke dalam tanah untuk
mengurangi beban saluran
drainase dengan penghijauan
saluran drainase khususnya
pada saluran drainase
permanen di kawasan
perkotaan, baik yang terbuka
maupun tertutup.
(8) Sistem pengelolaan limbah
industri, meliputi :
1) perpipaan Air Limbah
diarahkan ke sistem kluster
yang berada di Kota Malili dan
Ibukota Kecamatan Lainnya;
2) rencana Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Kabupaten
diarahkan ke sistem kluster
yang berada di kawasan
Perkotaan;
3) rencana Instalasi Pengolahan
Lumpur Tinja (IPLT)
diarahkan ke sistem kluster
yang berada di ibukota
kabupaten dan ibukota
kecamatan.
(9) Rencana jalur evakuasi bencana
alam meliputi:
a. jalur evakuasi bencana
longsor di Desa Kasintuwu
Kecamatan Mangkutana;
b. jalur evakuasi bencana banjir
di Desa Malili Kecamatan
Malili dan di Desa Kasintuwu
Kecamatan Mangkutana; dan
c. jalur evakuasi bencana gempa
di Desa Atue Kecamatan
Malili.
Tabel 7.1
Kabupaten/Kota Kepentingan
Kecamatan Wotu
dan Kecamatan
Burau.
Pertumbuhan
Ekonomi
1) Kecamatan Malili
2) Kecamatan Tomoni,
Kecamatan Tomoni
Timur, Kecamatan
Kalaena, dan Kecamatan
Mangkutana
3) Kecamatan Malili,
Kecamatan Angkona,
Kecamatan Wotu dan
Kecamatan Burau.
1) pelestarian
nilai-nilai budaya
Kawasan Wisata
Pesisir Pantai
Lemo di Burau
dan Batu
Menggoro di
Sosial Budaya 1) Malili, Wotu dan Burau
2) Desa Harapan Kecamatan
1) kawasan cagar alam dengan luas
101.453,89
hektar, tersebar
di Kecamatan
Angkona,
Kalaena,
Mangkutana,
Nuha, Towuti,
dan Kecamatan
Wasuponda;
1) Kecamatan Angkona, Kalaena, Mangkutana, Nuha,
Towuti, dan Kecamatan
Wasupon
1) Kecamatan Nuha
2) Kecamatan Malili
4. Indikasi Program
Tabel 7.2
MATRIK USULANINDIKASIPROGRAUTAMRENCANA TATARUANG WILAYAHKABUPATENLUWU TIMUR TAHUN 2011-2031
No PROGRAM UTAMA
MERUPAKAN
KSK (YA/TIDAK) LOKASI
PERKIRAA
N
BIAYA
SUMBE
R
D
A
N
A
INSTAN
SI
PELAKS
ANA
A.
PERWUJUDANS
TRUKTURRUAN
G WILAYAH
1.
Perwujudan Pusat
a.Peningkatan
peranMalilisebagaipu
sat PKL, regional
danantarregional.
Ya Malilisebagai
pusat 10Milyar
APBD I
Mahalona 50Milyar
APBN/
Malili 5Milyar
kumuhperkotaan
e.Program peningkatan
pelayananumum
danpemerintahan
Ya
Malili 2Milyar APBD
Bappeda,
Setda,
Instansi
Terkait
f. Program
pengembangandan
peningkatankawasan
pusat
perdagangandanjasamin
apolitan,
regionaldanantarregional
Ya
Malili 50Milyar
APBN/P
&/APBD
Bappeda
Dis.
Tarkim
g.Program
pembangunandan Ya
Malili 5Milyar APBD
Bappeda
dikawasan perkotaan
h.PengembanganRuma
hSakit Umum Tipe C
Ya
Wotu 5Milyar
APBD I
&/APBD Dis.
Kesehata
n, Dis.
Tarkim
i. Pengembangan
SMA/SMK/ Perguruan
Tinggi
Ya
Malili,Tomoni 10Milyar APBD I &/APBD
Dikb
udp
ar-
mud
oraDi
s
Tarki
j.
PembangunanSistemMit
igasi Bencana Gempa
Ya
Malili 1Milyar
APBN/P
&/APBD
BPBD,
Disnaker
transos,
Bapedal
da
1.2 Pusat
PelayananLokalPromosi
(PKLp)
a.Program
pengembangandan
peningkatankawasanind
ustri
perikanan(Minapolitan). Ya
Malili,
Angkona,
Wotu dan
Burau.
5Milyar
APBD I
b.Program
pengembangandan
peningkatankawasan
pendidikan
Ya
SeluruhWilay
ah
Kecamatan 2Milyar
APBD I
&/APBD
Dikb
udpa
r-
mudo
ra,
Dis.
Tarki
m
c.Program
pengembangandan
peningkatankawasanpari
wisata
Ya Burau,
Mangkutana,
Malili,
Wasuponda,
Towutidan
Nuha
1Milyar
APBD I
&/APBD
/Swasta
Dikbudp
armudor
d.Program
pengembangandan
peningkatanfasilitas
kesehatanregional
Ya
Wotu,Malilida
n
Nuha 2Milyar
APBD I
&/APBD Dis.
Kesehata
n, Dis.
Tarkim
e.Program
pengendaliankawasance
pat berkembang
Ya
SeluruhWilay
ah
Kecamatan 1Milyar
APBD I
&/APBD
/Swasta
Bappeda,
Dis. PU,
Dis. Tarkim
f.
Programrehabilitasikawa
san pertambangan
Ya
SeluruhWilay
ah
Kecamatan
5Milyar
APBD I
&/APBD
/Swasta
g.Program
pengembangankawasan
agropolitan
Ya Kecamatan
Tomoni,
Tomoni
Timur,
Kalaena, dan
Mangkutana
5Milyar APBN/P &/APBD
Dis.
Pertania
n
1.3 Pusat
PelayananLingkungan(P
PL)
a.Mendorong
pengembangankawasan
sentra
produksipertanian,
perdagangan,pariwisata,
agroindustri,
danpermukimansecara
berimbangdan lestaridi Ya
Ibukota
Kecamatan
sebagaipusat 8Milyar
APBD I
&/APBD
Bappeda, &
Dis
Burau,
Wonorejo,Kalaena,
Kertohardjo, Solo,
Wawondula,
Wasuponda.
b.Program
penyeimbanganpemban
gunan
perkotaandanperdesaan
kecamatan.
Ya
Seluruh
kecamatan 2Milyar
APBD I
&/APBD
Bappeda,
Dis. PU,
Dis. Tarkim
2.
PerwujudanSistem
2.1
Transportasi Darat
(peningkatan ruas jalan)
a.
Peningkatanjalandanjem
batanporos
Parepare-Mangkutana, perbatasan
Sulteng-Ya Burau, Wotu,
Tomoni,
Mangkutana,
Angkona,
Malili,
Wasuponda,
1,25–
1.45
Milyar/K
m
APBN
&/APBD
I Dis. PU
b.JalanarteriMalili-Tarengge,sepanjang
44km
Ya
Malili –
Tarengge
1,25–
1.45
Milyar/K
m
APBN
&/APBD
I Dis. PU
c.Jalan kolektor dan
lokal perkotaan
Ya
d.Jalan lokal primer
Burau-Tomoni-
Mangkutana,
sepanjang30km
Ya
Burau–
Tomoni –Mangkutana
1,0-1,5
Milyar/K
m
APBD Dis. PU
e. Jalan lokal primer
Mangkutana –
Kalaena-Angkona,lokal primer,
sepanjang42km
Ya
Mangkutana–
Kalaena-
Angkona
1,0-1,5
Milyar/K
m
APBD Dis. PU
f. Jalan lokal primer
Mangkutana - Kalaena,
sepanjang10km
Ya
Mangkutana-
Kalaena
1,0-1,5
Milyar/K
m
APBD
g.Jalan lokal primer
Tomoni Timur - Wotu,
sepanjang18km
Ya
Tomoni
Timur- Wotu
1,0-1,5
Milyar/K
m
APBD
Dis. PU
h.Jalan lokal primer
internal Wotu
sepanjang10km
Ya
Wotu
1,0-1,5
Milyar/K
m
APBD Dis. PU
i.
Jalanlokalprimerinternal
Angkona10 km
Ya
Angkona
1,0-1,5
Milyar/K
m
j.
Jalanlokalprimerinternal
Wasuponda 10km
Ya
Wasuponda
1,0-1,5
Milyar/K
m
APBD Dis. PU
k.Jalanlokalprimerintern
alTowuti10 km
Ya
Towuti
1,0-1,5
Milyar/K
m
APBD Dis. PU
l. Jalanlokalprimer
internal Nuha 10km
Ya
Nuha
1,0-1,5
Milyar/K
m
APBD Dis. PU
m.Peningkatanpengada
Ya APBN
sekolah &/APBD Perhubungan
n.Pembangunandan
peningkatanfasilitas
terminalInduk(TipeA)
Ya
Wotu 1Milyar
APBN
&/APBD Dis.
Perhubungan
2.2 Kereta Api
Pembangunanrel KA
poroslintasutama
Timur Bulukumba-
Burau, Wotu,
Angkona,
Malili
3,750
Ribu/M
APBN
&/APBD
I
Dis. PU, Dis.
Perhubungan Ya
2.2 Transportasi Laut (Pembangunan/Peningk
atan)
a.Prasarana& sarana
Pelabuhan
NasionalLampia
Ya
Malili 35Milyar
APBN
&/APBD
I/K,
Dis.
Perhubungan
b.Prasarana&
saranaPelabuhanLangk
ea
Ya
Malili 10Milyar
APBN
Malili 10Milyar
APBN
pelabuhan 7Milyar
f.
2.4
TransportasiASDP
(Pembangunan/Peningk a.Prasarana&sarana
dermaga
penyeberanganMatano,
penyeberangan
Nuha, Towuti,
Burau 20Milyar
APBN
/APBD I Dis.
Perhubungan
, Dis PU Ya
b.Pelayananjasapenyeb
erangan
Ya
Nuha, Towuti,
Burau 4Milyar
APBD I
/APBD Dis.
Perhubungan
, Dis PU
c.Penataanruangkawasa
nsekitar
pelabuhanpenyeberanga
n(budidaya, alur
pelayarandan
konservasi)
Ya
Nuha, Towuti,
Burau 1,5Milyar
APBD I
/APBD Dis.
Perhubungan
a.Peningkatankapasitas
Kecamatan 10Milyar
APBN/
14Milyar APBN/ Swasta
Dis. ESDM,
e.ProgramFSdaerahpote
nsiPLTMH
Ya
Seluruh
Kecamatan 2Milyar
APBN/
Swasta
Bappeda,Dis.
ESDM, PLN
f.
ProgramFSpotensienerg
i listriksurya
Ya
Seluruh
Kecamatan 1Milyar
APBN/
Swasta
Bappeda,Dis.
ESDM, PLN
g.Peningkatandayasamb
ung listrik
Ya
Seluruh
Kecamatan 10Milyar
APBN/
Swasta PLN
h.Peningkatangardu
induklistrik
Ya
Malili, Wotu,
Nuha,
Tomoni
i.
Kecamatan 25Milyar
APBN/
atan sistem air bersih
diperkotaandan
perdesaan
Ya
Malilidan
seluruhibukot
a kecamatan 50Milyar APBD
Bappeda,
Dis. Tarkim,
c.Rehabilitasisistem air
bersih yang sudahada
Ya
Malilidan
seluruhibukot
a kecamatan 5Milyar APBD
Bappeda,
Dis. Tarkim,
PDAM
d.Program
konservasisumber-sumber air bakudanmata
air potensil
Ya
Seluruh
kecamatan 5Milyar APBD
Bappeda,
Dis. Tarkim,
PDAM
2.7
Telekomunikasi
a.Pembangunandan
peningkatanBTS Swasta SeluruhWP 15Milyar
APBN/
Swasta
Bappeda,
Dis.
Perhubunga
n, Telkom,
b.Peningkatandayasamb
ung telepon ke fas.
sosial, ekonomi, umum,
permukimandandaerahb
aru
Ya
SeluruhWP 13Milyar APBN/
Swasta
Bappeda,
Dis.
Perhubungan
, Telkom,
Swasta
2.8
Drainase
a. Program peningkatan
kualitas dan kuantitas
drainase
Ya
SeluruhWP
Kawasan
perkotaan
50Milyar APBD I/ APBD II
Dis. PU, Dis.
Tarkim
b.Penanganankawasanb
anjir akibat
drainaseburuk
Ya
SeluruhWP 5Milyar
APBD I/
APBD II
Dis. PU, Dis.
Tarkim
Plan Sistem
Drainase
Perkotaan 2,5Milyar APBD II Tarkim
d.Peningkatansistem
drainase perkotaan
(terbuka)
Ya
Kawasan
Perkotaan 10Milyar APBD II
Dis. PU, Dis.
Tarkim
2.9 Persampahan&Limbah a.Peningkatan
SistemTPA Regional(re-
design,controlledlandfill) Ya
Ds. Ussu
Malili 50Milyar APBD II
Dis. Tarkim,
b.Peningkatanalat
angkutsampah,
kontainer/TPS,
sistemtransfer depo
Ya Malili,Nuha,
Wotu,
Mangkutana
danWasupon
da
10Milyar APBD II
Dis. Tarkim,
Bapedalda
c.PenerapanR3untuknila
iekonomis sampahTPA
Regional
Malili 3Milyar
APBD II
/Swasta
Dis. Tarkim,
Bapedalda Ya
d.StudiFS dan
PembangunanTPA baru Ya
Semua
Kecamatan 50Milyar APBD II
Bappeda,Dis.
Tarkim,
Bapedalda
e.Peningkatansistem
manajemen
persampahan
Ya
SeluruhWP
1Milyar
APBD II Bappeda,Dis
. Tarkim,
c. Pembangundan
peningkatanpasar
SelainMalili, Wotu
dan Tomoni 11Milyar APBD II Bappeda,
Dis.
Malili, Wotu, Nuha,
Tomoni,
f. Pembangunandan
peningkatanfasilitas
pertokoan,
Ibukota
kecamatandan desa 22Milyar
APBD
1.1
dan Burau, seluas
240.775,89
- Rehabilitasidan
perlindungan hutan
mangrove
1.5
SempadanSungai
- Penataan
ruangsekitarsungai
(rekayasa teknis
1.7
KawasanDanau
Matano, Mahalona,
TowutiDsk
-
Rehabilitasidankon
servasilahanpada
kawasanyangrawa
nerosi untuk
mencegah
percepatansedimen
tasi pada danau.
Kecamatan Towuti,
Nuha danKecamatan
Wasuponda.
2Juta/M APBN/ APBD
I/
APBD
II
Bappeda,
Dis.
Kehutana
n,
Dis. PU,
Dis. Tarkim,
Bapedalda Ya
2. PERWUJUDANKAKawasanPertanian
-Pengembangansar
Tersebar di seluruh
kecamatandi
Kabupaten Luwu
Ya
50Milyar
APBD
anadan prasarana
pertanian
-Pengembanganinfr
astruktur pertanian
Timur I/
APBD
II/
Swasta
Dis.
Pertanian
2.2
KawasanPerkebun
an
-Perluasandan
peremajaanareal
perkebunan
-Pengembangan
kawasan
perkebunan
secaraoptimalsesu
aidengan potensi
lainnya
Tersebar di seluruh
kecamatandi
Kabupaten Luwu
Timur.
50 Milyar APBD I/
APBD
II/
Swasta
Dis.
Perkebuna
n
2.3
10Milyar APBD I/
- Pengembangan
produksiperikanan
dengantetapmenja
gakelestariannya
Tersebar di Burau,
2.5
Luas 8.078,18 hektar
tersebar di
hektar tersebar di
Kecamatan Angkona,
Malili, Nuha, Towuti
2.7
hektar tersebar di
No. PROGRAM UTAMA LOKASI
- Pemanfaatandan
No. PROGRAM UTAMA LOKASI
No. PROGRAM UTAMA LOKASI
- Perencanaandan
PenetapanKawasan
3. PerwujudanKawasan
3.1
PengembanganKSN
Sorowako dan
sekitarnya(khusus
yang beradadi
No. PROGRAM UTAMA LOKASI
II/ Swasta Bappeda,
Dis. PU
II/ Swasta Bappeda, Dis. PU
II/ Swasta Bappeda, Dis. PU,
Dis. Ya
No. PROGRAM UTAMA LOKASI
PERKIRA
AN
BIAYA
SUMBER
DANA
INSTANSI
PELAKSANA MERUPAKAN
KSK
(YA/TIDAK)
3.5 PengembanganKaw
asanStrategis
Perkotaan
Malili,
Sorowako
dan
Perkotaan
Wotu
Ya 0Milyar II/ Swasta Bappeda,
Dis. PU
3.6 PengembanganKaw
asanStrategis Danau
Matano,
MahalonadanTowuti
Kecamata
n Towuti,
Nuha
danWasu
ponda
5Milyar
PBD I/ APBD
II/ Swasta Bappeda, Dis. PU,
Dis.
Kehutana
7.2 Arahan Rencana Pembangunan Jangka menengah Daerah (RPJMD)
Ditetapkannya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, mengamanatkan bahwa
setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara
sistematis, terarah, terpadu, dan tanggap terhadap perubahan (Pasal 2
Ayat 2), dengan jenjang perencanaan jangka panjang (25 tahun),
jangka menengah (5 tahun), dan jangka pendek atau tahunan (1
tahun). Selain itu, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, Bab VII Pasal 150 bahwa daerah wajib memiliki
dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD),
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
Prasarana dan sarana daerah merupakan salah satu instrumen
penting dalam rangka mendukung kelancaran penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan publik, sekaligus merupakan cerminan
terhadap perkembangan pembangunan suatu daerah. Olehnya itu
pengembangan prasarana dan sarana daerah lebih diarahkan pada
kegiatan yang menunjang distribusi komoditi ekonomi (perdagangan,
industri, pertanian dalam arti luas), ekspor, dan pelayanan publik.
ketersediaan prasarana dan sarana daerah.
Sebagaimana disebutkan dalam Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Luwu Timur 2005-2025 terdapat
beberapa issu-issu strategis yang dikemukakan. Dengan melihat
perkembangan lingkungan strategis dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2011-2015, maka issu-issu yang
sangat mendasar untuk dijadikan landasan dalam perumusan strategi
untuk mendukung keberadaan agenda utama pembangunan lima
tahun yang akan datang adalah :
PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN LUWU TIMUR MENUJU KABUPATEN AGROINDUSTRI TAHUN 2015”.
Misi Kabupaten Luwu Timur Tahun 2011 – 2015 sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan,
pelaksanaan pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat;
2. Menjaga suasana kebersamaan antar komponen warga agar tetap
harmonis, tertib dan aman guna menunjang hidup dan kehidupan
masyarakat yang lebih maju dan bermartabat;
3. Memperluas aksessibilitas dan meningkatkan daya saing daerah
untuk mengantisipasi perkembangan situasi perekonomian
nasional dan internasional;
4. Memperkuat kompetensi dan kapasitas sumberdaya manusia di
daerah untuk dapat menjadi handal, berdayaguna dan berhasil
guna dalam kesesuaian tatanan nilai-nilai budaya luhur dan
tuntutan agama.
Strategi dasar pembangunan Kabupaten Luwu Timur tercantum
pada visi pembangunan Kabupaten Luwu Timur 2011-2015, yaitu
Kabupaten Agroindustri yang dilakukan pemerintah melalui
penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien, pelaksanaan
pembangunan disetiap sektor dan pembenahan sarana dan sumber
daya pelayanan publik yang mendukung agroindustri.
Kebijakan umum pembangunan daerah Kabupaten Luwu Timur
dijabarkan kedalam 3 agenda pembangunan yang saling terkait dan
saling memperkuat satu dengan yang lainnya, sehingga secara
bersama-sama diharapkan akan semakin mendekatkan Kabupaten
Luwu Timur kepada visi pembangunan yang dirumuskan pada RPJPD
Kabupaten Luwu Timur 2005-2025, yaitu Kabupaten Luwu Timur Yang
Maju Melalui Pembangunan Berkelanjutan Dengan Berlandaskan Nilai
Pembangunan dan Pelayanan Publik Menuju Kabupaten Agroindustri.
Pembangunan infrastruktur lebih difokuskan pada pembangunan
dan peningkatan kualitas serta kuantitas infrastruktur jalan dan
jembatan, perumahan dan pemukiman serta sumberdaya air.
Adapun program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut : Program pembangunan jalan dan jembatan;
Program pembangunan saluran drainase/plat duicker; Program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan; Program tanggap darurat jalan dan jembatan;
Program pembangunan sistem informasi/data base jalan dan jembatan;
Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan; Program perencanaan pembangunan jaringan irigasi dan
pintu-pintu air;
Program normalisasi saluran;
Program rehabilitasi/pemeliharaan jaringan irigasi, pintu-pintu air dan normalisasi saluran;
Program optimalisasi fungsi jaringan irigasi yang telah dibangun; Program pemberdyaan petani pemakai air;
Program pembangunan prasarana pengambilan dan saluran pembuang;
Program pembangunan sumur-sumur air tanah;
Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan air dan distribusi air baku;
Program penyediaan sarana dan prasarana air minum bagi masyarakat berpenghasilan rendah;
Program penyediaan sarana dan prasarana air limbah;
Program rehabilitasi sarana dan prasarana pengelolaan air minum dan air limbah;
Program pembangunan saluran drainase/gorong-gorong;
Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah;
Program pembangunan infrastruktur pedesaan; Program pengembangan perumahan;
Program lingkungan sehat perumahan;
Program pemberdayaan komunitas perumahan;
Program perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial; Program perencanaan tata ruang;
Program pemanfaatan ruang;
Program pengendalian pemanfaatan ruang;
Program peningkatan kinerja pengelolaan sampah; Program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH).
Peningkatan kualitas pembangunan yang dilakukan berdasarkan
rencana tata ruang agar pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi dan
berkelanjutan dengan program-program sebagai berikut: Program perencanaan tata ruang;
Program pemanfaatan ruang;
Program pengendalian pemanfaatan ruang; Program kerjasama pemanfaatan ruang;
7.3 Arahan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) Sejalan dengan peran Pemerintah Pusat sebagai fasilitator dalam
era otonomi daerah dan dalam kaitan dengan diterbitkannya
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, Pemerintah
dan pihak lainnya yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan air
minum maupun kepada masyarakat sebagai pengguna layanan air
minum, yaitu Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 16 Tahun 2005
tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM).
Adapun wewenang dan tanggung jawab pemerintah dalam
penyelenggaraan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM) adalah meliputi: (i) menetapkan kebijakan dan strategi
nasional, (ii) menetapkan norma, standar, pedoman, dan manual
(NSPM), (iii) memfasilitasi pemenuhan kebutuhan air baku.
Penyediaan air minum merupakan salah satu kebutuhan dasar dan
hak sosial ekonomi masyarakat yang hares dipenuhi oleh Pemerintah,
baik itu Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat. Ketersediaan
air minum merupakan salah satu penentu peningkatan kesejahteraan
masyarakat, yang masih diharapkan dengan ketersediaan air minum
dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dan dapat
mendorong peningkatan produktivitas masyarakat, sehingga dapat
terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Oleh karena
itu, penyediaan sarana dan prasarana air minum menjadi salah satu
kunci dalam pengembangan ekonomi wilayah.
Menilik dari permasalahan tumpang tindihnya program
pengembangan sarana dan prasarana air minum yang terjadi di masa
lampau, memberi suatu pemikiran untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut secara sistemik. Di sisi lain, kondisi geografis,- topografis dan
geologis dan juga aspek sumber daya manusia yang berbeda di setiap
wilayah di Indonesia, menyebabkan ketersediaan air baku dan kondisi
pelayanan air minum yang berbeda dapat memberikan implikasi
penyelenggaraan SPAM yang berbeda untuk masing-masing wilayah.
Untuk itu dibutuhkan suatu konsep dasar yang kuat guna menjamin
ketersediaan air minum bagi masyarakat sesuai dengan tipologi dan
Diharapkan, dengan adanya Rencana Induk Air Minum, dapat menjadi
dasar tersusunnya suatu program pengembangan Sistem Penyediaan
Air Minum wilayah yang berkelanjutan (sustainable) dan terarah.
Berkenaan dengan paparan yang dikemukakan di atas dan
memfasilitasi pengembangan SPAM di beberapa kabupaten/kota,
maka dilakukan kegiatan Pendampingan Penyusunan Rencana Induk
Pengembangan SPAM Kabupaten/Kota Sulawesi Selatan.
Maksud:
1. Mengidentifikasi kebutuhan air minum pada daerah studi.
2. Membantu Pemkab/Pemkot daerah studi dalam menyusun
masterplan SPAM di daerahnya.
3. Mengetahui program yang dibutuhkan untuk pencapaian target
pelayanan SPAM di setiap Kabupaten/Kota daerah studi.
4. Memberikan masukan bagi pemerintah pusat, provinsi dan
kabupaten/kota dalam upaya mengembangkan prasarana dan
sarana air minum di kabupaten / kota baru melalui program yang
terpadu dan berkelanjutan.
Tujuan:
Menghasilkan program investasi pengembangan sistem sampai
tahun 2025, yang diharapkan secara operasional akan memberikan
pedoman dalam menentukan komposisi pembiayaan program dan
pelaksanaan pembangunan dan pemeliharaan prasarana dan sarana
air minum perkotaan dan perdesaan.
Keluaran Pelaksanaan Pekerjaan :
1. Peningkatan cakupan dan kualitas air minum;
2. Pengembangan kelembagaan, peraturan dan
perundang-undangan.
Kegiatan ini adalah kegiatan pendampingan penyusunan rencana
dengan fungsi strategis kawasan dan ketersediaan sumber air baku
secara regional.
2. Meng inventarisasi prasarana dan sarana SPAM eksisting di lokasi
studi.
3. Melakukan survey (teknis, sosial-ekonomi, kelembagaan, dan
finansial (investasi/anggaran dan pembiayaan) terhadap rencana
pengembangan dan penyediaan prasarana dan sarana air minum
di daerah perencanaan.
4. Melakukan identifikasi permasalahan dan evaluasi terhadap sistem
penyediaan air minum di kawasan daerah atau calon daerah
pelayanan air minum. Permasalahan ini meliputi permasalahan di
sumber, unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan.
5. Menyusun rencana kebutuhan air minum dan kebutuhan air baku.
6. Melakukan pengukuran terhadap kualitas dlan kuantitas air baku
yang potensial menjadi sumber air baku di wilayah pelayanan
regional.
7. Menentukan rencana sumber air baku dan menganalisis alokasi
penyediaan air baku di potensi sumber air baku bagi wilayah
pelayanan regional.
8. Menyusun rencana pengembangan SPAM dan penentuan alternatif
pengembangan SPAM. Termasuk dalam hal ini rencana jenis
pelayanan baik ditinjau dari aspek teknis (perpipaan dan
non--perpipaan), aspek kelembagaan (PDAM maupun non-PDAM), serta
rekomendasi penggunaan jenis teknologi yang digunakan.
9. Menyusun program dan investasi pengembangan SPAM untuk
jangka pendek (2 tahun), jangka menengah (5 tahun), dan jangka
panjang (10-15 tahun) di wilayah studi baik untuk kawasan
perkotaan maupun perdesaan berupa rencana tahapan
pengembangan, rencana pengembangan kelembagaan clan SDM,
dan pengamanan sumber air baku, serta rencana tindak lanjut studi
kelayakan.
10. Menyusun rencana pembiayaan dan investasi, yang berupa indikasi
besar biaya tingkat awal, sumber pembiayaan, dan pola
pembiayaan bagi pengembangan SPAM.
11. Menvusun rencana konsep pengembangan kelembagaan
penyelenggara SPAM dan rencana berjalannya penyelenggaraan
SPAM tersebut. Konsep ini mencakup tinjauan terhadap struktur
organisasi dan kebutuhan SDM termasuk latar belakang
keahliannya.
Adapun jenis Rencana induk pengembangan SPAM dapat berupa:
a) Rencana induk pengembangan SPAM di Dalam Satu Wilayah
Administrasi Kabupaten atau Kota Rencana induk
pengembangan SPAM di dalam satu wilayah administrasi
kabupaten atau kota ini mencakup wilayah pelayanan air minum
melalui jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan yang
terdapat di dalam satu wilayah administrasi kabupaten atau
kota.
b) Rencana induk pengembangan SPAM Lintas Kabupaten
dan/atau Kota Rencana induk pengembangan SPAM lintas
kabupaten dan/atau kota mencakup wilayah pelayanan air
minum melalui jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan
yang terdapat di dalam lebih dari satu wilayah administrasi
kabupaten dan/atau kota dalam satu provinsi.
Rencana induk pengembangan SPAM lintas provinsi mencakup
wilayah pelayanan air minum melalui jaringan perpipaan dan bukan
jaringan perpipaan yang terdapat di dalam lebih dari satu wilayah
administrasi kabupaten dan/atau kota serta di dalam lebih dari satu
a) Tesedianya air dalam jumlah yang cukup dengan kualitas yang
memenuhi persyaratan air minum.
b) Tersedianya air setiap waktu atau kesinambungan.
c) Tersedianya air dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat
atau pemakai.
d) Tersedianya pedoman operasi atau pemeliharaan dan evaluasi
Kriteria perencanaan untuk suatu wilayah dapat disesuaikan
dengan kondisi setempat.
Rencana Induk Pengembangan SPAM harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
Berorientasi ke depan;
Mudah dilaksanakan atau realistis; dan Mudah direvisi atau fleksibel.
Proyeksi kebutuhan air bersih untuk suatu wilayah diperhitungkan
dengan memperhatikan beberapa faktor yang dapat menyebabkan
bertambahnya jumlah kebutuhan air bersih. Faktor tersebut adalah:
a) Pertambahan jumlah penduduk
b) Tingkat kehidupan dan aktivitas penduduk
c) Keadaan iklim daerah setempat
d) Rencana daerah pelayanan pada tiap tahapan perencanaan dan
kemungkinan perluasannya
e) Keadaan sosial ekonomi daerah setempat
Berdasarkan keadaan daerah setempat, sosial ekonomi, dan
tahapan periode pelayanan yang direncanakan, maka kebutuhan air
bersih diklasifikasikan manjadi:
1) Kebutuhan air domestik (rumah tangga), yaitu dari sambungan
langsung dan keran umum
2) Kebutuhan air non domestik
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Luwu
Timur, standar kebutuhan air bersih untuk masing-masing komponen
kegiatan adalah sebagai berikut :
1) Kebutuhan air bersih rumah tangga (domestik) 120 liter/orang/hari
2) Kebutuhan air bersih untuk fasilitas pemerintahan dan pelayanan
umum 1/8 x kebutuhan air bersih domestik
3) Kebutuhan air bersih untuk fasilitas perdagangan/komersial 1/6 x
kebutuhan air bersih domestik
4) Kebocoran pipa dan pemadam kebakaran 10-20 %
Kebutuhan air bersih domestik merupakan kebutuhan air untuk
keperluan rumah tangga baik berupa sambungan langsung maupun
keran umum. Dalam menghitung jumlah kebutuhan air bersih
domestik, maka terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan.
Diantaranya adalah:
1) Jumlah penduduk
2) Prosentase jumlah penduduk yang akan dilayani
3) Cara pelayanan air
4) Konsumsi pemakaian air
Direncanakan tingkat pelayanan kebutuhan air domestik Kabupaten
Luwu Timur akan mencakup 80% dari jumlah penduduk.Kebutuhan air
bersih non domestik adalah kebutuhan air untuk melayani
fasilitas-fasilitas kota. Fasilitas kota yang direncanakan akan mendapat
pelayanan air bersih di Kecamatan Malili, Wotu dan Burau diantaranya
adalah :
Fasilitas pemerintahan dan pelayanan umum terdiri atas kantor
kelurahan, pos hansip, kantor pos pembantu, pos pemadam
kebakaran, parkir umum, MCK, dan gedung serbaguna
Fasilitas kesehatan terdiri atas rumah sakit, puskesmas, pustu,
Fasilitas peribadatan
Fasilitas olah raga dan ruang terbuka hijau
Perencanaan sistem penyediaan air bersih untuk wilayah
Kecamatan Malili, Burau dan Wotu dilakukan dalam 3 (tiga) tahap
selama 15 tahun dari tahun 2010 sd tahun 2025 dengan rincian
sebagai berikut :
Tahap I : dari tahun 2010 sd tahun 2015 Tahap II : dari tahun 2016 sd tahun 2020 Tahap III : dari tahun 2021 sd tahun 2025
A. Kecamatan Malili
Program pengembangan yang direncanakan untuk sistem
penyediaan air bersih Kota Malili ini meliputi: Pembangunan Intake
Pembangunan Perpipaan Transmisi Pembangunan Reservoir
Pembangunan Jaringan Perpipaan Distribusi Pemasangan Sambungan Pelayanan
Selain itu direncanakan juga dibangun Hidran Umum dengan
kapasitas 2 m3 sebanyak 25 unit.
Pemasangan Hidran Kebakaran. Hidran Kebakaran yang
direncanakan adalah hidran single dengan diemeter 150 mm
sebanyak 93 unit.
Penyusunan DED Air Bersih. Untuk menunjang rencana
pembanguna sistem penyediaan air bersih sesuai dengan
program pengembangan tersebut maka perlu disusun Detail
Engineering Design (DED).
Hal ini dimaksudkan agar program tersebut dapat direalisasikan.
Dengan meningkatnya status PDAM tersebut maka karyawan yang
menjadi 10 orang, dimana perbandingan karyawan dengan jumlah
sambungan adalah 1 : 1000. Selain itu dengan status PDAM menjadi
Kantor Pusat yang akan membawahi semua cabang di wilayah Luwuk
Timur, maka organisasi PDAM setidaknya terdiri dariseorang Direktur
Utama yang membawahi :
Direktur Tenik: Bagian Perencanaan, Bagian Distribusi, Bagian
Hubungan Langganan, Kepala Cabang.
Direktur Administrasi & Keuangan: Bagian Administrasi, Bagian
Keuangan.
Guna mencapai sasaran tersebut maka perlu dilaksanakan
pembangunan atau penyusunan kelembagaan. Selain penyusunan
kelembangaan tersebut maka disusun program antara lain Pelatihan
SDM mencakup : Teknis, Adminstrasi dan Keuangan.
Program pendukung yang diperlukan untuk mencapai sasaran
peningkatan pelayanan sesuai dengan yang diharapkan maka
diperlukan program antara lain:
Pembangunan Kantor PDAM. Pembangunan Kantor PDAM
direncanakan seluas 200 m2 dengan status milik sendiri,
dimana saat ini Kantor PDAM berupa rumah dengan status
sewa (kontrak).
Pembangunan Bengkel & Gudang. Sarana pendukung lain yang
diperlukan adalah gudang perlatan dan bengkel
Sarana lain yang diperlukan untuk mendukung kegiatan pelayanan
PDAM adalah
Sarana Truk Tangki Air. Truk Tangki Air yang direncanakan
adalah 2 (dua) unit dengan kapasitas masing-masing 3 m3. Sarana Mobil Pemadan Kebakaran. Mobil Pemadam Kebakaran
yang direncanakan adalah 2 (dua) unit.
senantiasa dapat dimanfaatkan secara terus menerus sebagai sumber
air. Kegiatan ini penting dilakukan agar kualitas air dari sumber dapat
terus terjaga tetap baik, sehingga air tersebut tidak memerlukan
pengolahan untuk digunakan sebagai sumber air bersih. Selain itu
agar kapasitas sumber air dapat terus terjaga sehingga jumlah air yang
dapat diambil sebagai sumber air dapat terus sesuai dengan
kebutuhan.
B. Kecamatan Wotu
Sumber air baku yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
air bersih Kecamatan Wotu dan Kota Wotu terletak di Kecamatan
Wotu. Permasalahan yang perlu mendapat perhatian adalah besarnya
penggunaan energi listrik oleh pompa distribusi, sehingga perlu
dipertimbangkan adalah perlunya pembangunan bak
penampung/reservoar pada daerah ketinggian di Kecamatan Wotu dan
Kota Wotu. Bak penampung/reservoar yang berada pada ketinggian
cukup selain akan diperoleh pengaliran secara gravitasi juga akan
menghemat pemakaian pompa intake/energi listrik, karena pompa
akan berhenti dengan sendirinya saat bak penuh (Jam tidak sibuk)
kemudian akan bekerja lagi saat jam sibuk (resevoar mulai kosong).
C. Kecamatan Burau
Sumber air baku yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
air bersih Kecamatan Burau dan Kota Burau terletak di Desa Cendana
Kecamatan Burau . Reservoar utama yang ada saat ini dengan
kapasitas 1000 M3 terletak di Desa Jalajja dengan sumber air dari
bendungan yang terletak di Desa cendana Kecamatan Burau, tidak
bermasalah dari aspek kuantitas air baku, demikian pula dengan
kualitas air tersebut, ada satu parameter yang melewati standar baku
mutu dan ini diharapkan teratasasi dengan sistim pengolahan paket
sepenuhnya untuk keperluan sekolah tersebut. Bak lainnya yang juga
terletak di Desa Jalajja dengan kapasitas 50 M3, digunakan
sepenuhnya untuk masyarakat.
Dari uraian diatas maka rencana
pengembangan/pembangunan/rehabilitas sarana dan prasarana yang
ada saat ini dirinci :
Pengadaan dan Pemasangan Pompa Distribusi di Kecamatan
Wotu dan Kecamatan Burau Bak Penampungan/Reservoar
Pengadaan dan pemasangan pipa transmisi dan distribusi
Sesuai dengan hasil proyeksi penduduk tahun 2020 maka
kebutuhan air bersih sampai dengan akhir tahun perencanaan adalah
untuk Kecamatan Wotu ± 28 Ltr/dtk, sehingga dibutuhkan pipa
transmisi dan pipa distribusi dalam Kota Wotu.
Sesuai dengan hasil proyeksi penduduk tahun 2025 maka
kebutuhan air bersih sampai dengan akhir tahun perencanaan adalah
untuk Kecamatan Burau sebesar 30 Ltr/dtk, sehingga dibutuhkan pipa
transmisi dan pipa distribusi dalam Kota Burau.
Untuk Pengembangan Air Bersih di Kabupaten Luwu Timur telah
dilakukan penyusunan Master Plan Pengembangan Air Bersih di 12
Kecamatan di Kabupaten Luwu Timur yang terbagi dalam 3 zone
masing-masing terdiridari: Zone I : Malili
Zone II : Burau
Zone III : Tomoni, Tomoni Timur, Wotu, Angkona, Kalaena,
Mangkutana
Cakupan pelayanan yang dilakukan PDAM Luwu Timur terhadap
masyarakat kota dan sekitarnya mengalami peningkatan setiap
Pelayanan air bersih tersebut sudah menjangkau berbagai lapisan
masyarakat, baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun untuk
industri. Jumlah pelanggan yang dilayani pihak PDAM Luwu Timur
sebanyak 2220 sambungan. Dengan pengembangan diharapkan
nantinya tingkat pelayanan PDAM sudah mampu untuk melayani
sekitar 80% masyarakat Luwu Timur.
Proyeksi kebutuhan air bersih untuk suatu wilayah diperhitungkan
dengan memperhatikan beberapa faktor yang dapat menyebabkan
bertambahnya jumlah kebutuhan air bersih. Berdasarkan keadaan
daerah setempat, sosial ekonomi, dan tahapan periode pelayanan
yang direncanakan, maka kebutuhan air bersih diklasifikasikan
manjadi:
Kebutuhan air domestik (rumah tangga), yaitu dari sambungan
langsung dan keran umum Kebutuhan air non domestik
Perkiraan kemungkinan kehilangan air
Tabel 7. 3
Kebutuhan Air domestik Kabupaten Luwu Timur
NO Kecamatan
Kebutuhan Air Rata-rata Domestik (l/d)
2010 2015 2020 2025
Jiwa (l/d) Jiwa (l/d) Jiwa (l/d) Jiwa (l/d)
1 KEC. BURAU 1,405 1.5 11,884 15.1 14,772 18.8 21,692 27.6
2 KEC. WOTU 1,296 1.4 10,783 13.7 13,187 16.8 19,049 24.3
3 KEC. TOMONI 22,511 24.5 26,596 33.9 31,422 40.0 37,124 47.3
4 KEC. TOMONI TIMUR 12,101 13.2 12,972 16.5 13,905 17.7 14,905 19.0
5 KEC. ANGKONA 5,500 6.0 12,268 15.6 13,825 17.6 18,695 23.8
6 KEC. MALILI 13,381 14.6 28,769 36.6 47,835 60.9 61,863 78.8
7 KEC. TOWUTI 6,292 6.8 25,417 32.4 36,478 46.4 46,535 59.2
8 KEC. NUHA 21,963 23.9 27,447 34.9 34,301 43.7 42,867 54.6
10 KEC. MANGKUTANA 20,961 22.8 23,933 30.5 27,327 34.8 31,202 39.7
11 KEC. KALAENA 1,807 2.0 6,326 8.1 7,088 9.0 9,529 12.1
Sumber : RISPAM Kab Luwu Timur
Alternatif rencana pengembangan didasarkan pada : rencana tata
ruang wilayah, kebutuhan air minum, penyebaran permukiman, kondisi
topografi dan ketersediaan sumber air.Pada dasarnya Pola rencana
pengembangan sistem penyediaan air minum akan dibagi menjadi 2,
yaitu:
1) Sistem terpadu, yaitu SPAM dengan wilayah pelayanan meliputi
lebih dari satu kampung yang salah satunya adalah wilayah
pelayanan eksisting dan atau ibu kota kecamatan.
2) Sistem individual, yaitu SPAM dengan wilayah pelayanan terdiri
dari satu kampung atau lebih namun terpisah dari wilayah
pelayanan eksisting dan atau ibu kota kecamatan.
Alternatif rencana pengembangan dibagi menjadi 2, yaitu:
1) Alternatif 1. Seluruh wilayah administrasi dilayani oleh sistem
perpipaan. Sistem non perpipaan dikembangkan untuk mencapai
cakupan pelayanan air minum menjadi 100%.
2) Alternatif 2. Wilayah yang akan dikembangkan SPAM perpipaannya
adalah yang memiliki kebutuhan air per kampung pada tahun 2025
lebih besar dan sama dengan 1 lpd. Wilayah yang tidak dilayani
sistem perpipaan direncanakan akan menggunakan sistem non
perpipaan untuk mencapai cakupan pelayanan air minum menjadi
100%.
7.4 ArahanStrategiSanitasiKota(SSK)
Strategi Sanitasi Kota (SSK) adalah suatu dokumen perencanaan
yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara
Kota Malili dengan tujuan agar pembangunan sanitasi dapat
berlangsung secara sistematis, terintegrasi, dan berkelanjutan .
Guna menghasilkan strategi sanitasi kota sebagaimana tersebut di
atas, maka diperlukan suatu kerangka kerja yang menjadi dasar dan
acuan bagi penyusunan strategi sanitasi kota dengan tujuan agar
strategi sanitasi tersebut memiliki dasar hukum yang jelas dan dapat
diimplementasikan. Kerangka kerja strategi sanitasi Kota Malili
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Strategi Sanitasi Kota
Malili. Kerangka kerja sanitasi ini merupakan salah satu produk yang
dihasilkan oleh kelompok kerja sanitasi.
Tujuan dari penyusunan dokumen SSK ini adalah:
a. Tujuan Umum
SSK ini disusun sebagai rencana pembangunan 5 tahunan
bidang/sektor sanitasi dan dijadikan sebagai pedoman
pembangunan sanitasi mulai tahun 2012 sampai dengan tahun
2017.
b. Tujuan Khusus
1. SSK ini dapat memberikan gambaran tentang kebijakan
pembangunan Sanitasi Kota Malili selama 5 tahun yaitu tahun
2012 sampai dengan tahun 2017.
2. Dipergunakan sebagai dasar penyusunan Rencana Operasional
tahapan pembangunan sanitasi.
3. Dipergunakan sebagai dasar dan pedoman bagi semua pihak
(instansi, masyarakat dan pihak swasta) yang akan melibatkan
diri untuk mendukung dan berpartisipasi dalam pembangunan
sanitasi daerah Kota Malili.
Kota Malili adalah Ibu Kota Kabupaten Luwu Timur sebagai Pusat
Pengembangan Utama merupakan pusat pelayanan umum baik
pemerintahan maupun dunia usaha sehingga dalam beberapa tahun
Kondisi sanitasi saat ini secara umum masih sangat kurang memadai,
hal ini dapat dianggap wajar sebagai daerah pemekaran baru berusia
kurang dari sepuluh tahun.
Pelayanan fasilitas sektor sanitasi di Kota Malili saat ini tidak
ditangani oleh suatu lembaga secara ekslusif tetapi sebagai sub-sektor
oleh beberapa SKPD sesuai dengan bidang tugas masing-masing
seperti pada tabel sebagai berikut:
Tabel 7.4
Bidang Sanitasi dan Penanggungjawabnya
No Bidang Penanggung jawab
1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Dinas Kesehatan
2. Air Limbah Kota Badan Lingkungan Hidup
3. Sampah Kota Binas Kebersihan dan
Pertamanan
4. Drainase Kota Dinas Pekerjaan Umum
5. Konservasi Air Badan Lingkungan Hidup
6. Pelayanan Air Bersih PDAM
7. Perencanaan makro BAPPEDA
8. Legalisasi Bagian Hukum Setda
Dengan mengetahui berbagai unsur yang mempengaruhi dan
menyelenggarakan sanitasi, maka dapat ditemukan kesamaan cara
pandang terhadap obyek yang akan ditangani sebagai dasar
penyusunan strategi yang akan dijalankan selama kurun waktu 5 tahun
mulai tahun 2012 sampai dengan 2017
7.5 Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
penyusunan maka dokumen ini ditulis berdasarkan pedoman
penyusunan RTBL dan merupakan Laporan Antara. Secara garis
besar Buku Laporan ini berisi Antara, struktur dan sistematika
dokumen, kondisi wilayah perencanaan dan arsitektur kawasan, serta
arahan pengembangan menurut rencana tata ruang yang sudah ada.
RTBL ini digunakan lebih lanjut sebagai pedoman dalam penataan
bangunan dan lingkungan.
Berbagai permasalahan yang mungkin timbul perlu diantisipasi dan
ditata dalam sebuah Rencana Ketataruangan. Apabila berbagai
kegiatan ini dibiarkan tanpa kendali akan memberikan dampak
pembangunan yang kurang terarah, termasuk juga faktor kelestarian
dan kenyamanan lingkungan. Kerangka pengembangan (urban
guidelines) amatlah diperlukan di Kabupaten Luwu Timur untuk
mengantisipasi pembangunan yang kurang tertib, munculnya
ketidakselarasan lingkungan, serta perangkat pengendali
perkembangan kota. Diharapkan melalui melalui upaya penataan
dengan disiapkannya kerangka pengembangan dalam bentuk
dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) dapat
mencapai kualitas lingkungun yang lebih baik, serta memberi arahan
terhadap pemanfaatan lahan sesuai Tata Ruang yang berlaku. RTBL
tersebut juga merupakan arahan arsitektur lingkungan setempat yang
melengkapi peraturan bangunan yang ada.
Mengingat potensi serta kecenderungan pertumbuhan fisik secara
cepat sering terjadi diruang yang dialokasikan sebagai kawasan
pengembangan pembangunan, maka prioritas penanganan penataan
terutama dilakukan pada kawasan yang padat, kawasan tumbuh cepat,
daerah pusat perdagangan, kawasan dengan fungsi campuran, atau
pada kawasan dengan kondisi geografis memerlukan perhatian khusus
atas pertimbangan keamanan serta keserasian terhadap lokasi
Gagasan ideal ruang perkotaan merupakan satu kesatuan sistem
organisasi yang mampu mengakomodasi kegiatan sosial ekonomi,
budaya, memiliki citra fisik maupun non fisik yang kuat, keindahan
visual serta terencana dan terancang secara terpadu seimbang
dengan upaya pelestarian lingkungan. Untuk meningkatkan
pemanfaatan ruang kota disatu sisi dan sekaligus sebagai
pengendalian, tata ruang kota harus dilengkapi dengan Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan (RTBL). Hal tersebut sebagai bagian dari
pemenuhan terhadap persyaratan Tata Bangunan seperti tercantum
dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/N/2007.
Dalam peraturan tersebut tercantum pengertian RTBL yaitu
panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang
dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan
bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan
program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan
rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana dan
pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan
lingkungan/kawasan.
RTBL diperlukan sebagai kerangka pengendali pertumbuhan serta
memberi panduan terhadap wujud bangunan dan lingkungan pada
suatu kawasan. RTBL disusun setelah suatu produk perencanaan tata
ruang kota di sah kan oleh Pemerintah Daerah setempat sebagai
Peraturan Daerah (Perda). Dalam lingkup kawasan yang lebih terinci
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan merupakan hasil dari proses
identifikasi, perencanaan dan perancangan suatu lingkungan/kawasan.
Termasuk didalamnya adalah identifikasi dan apresiasi kontek
lingkungan, program peran masyarakat dan pengelolaan serta
pemanfaatan aset properti kawasan.
Rinci Tata Ruang, serta sebagai panduan rancangan kawasan dalam
rangka perwujudan kualitas bangunan gedung dan lingkungannya.
Dengan demikian RTBL akan memberikan arahan terhadap wujud
pemanfaatan lahan, langgam arsitektural pada bangunanbangunan
sebagai hasil rencana teknis rancang bangunan (buildingdesign),
terutama pada kawasan tertentu yang memiliki karater khas seperti
dimaksud di atas.
Dengan arahan tersebut, perencana kawasan dan bangunan yaitu
urban designer dan arsitek akan mempunyai kejelasan menyangkut
kebijaksanaan pembangunan fisik dari Pemerintah Daerah setempat,
termasuk di dalamnya yang menyangkut kepentingan umum, citra, dan
jati diri lokasi yang perlu dikemukakan. Pada gilirannya seluruh tatanan
bangunan dan lingkungan yang dirancang akan memberikan kontribusi
positif terhadap kawasan.
Di dalam proses penyusunan RTBL harus memperhatikan dan
memenuhi kriteria sebagai berikut:
Kepentingan umum atau aspirasi masyarakat Pemanfaatan sumber daya setempat
Kemampuan daya dukung lahan yang optimal
Memperhatikan kriteria diatas, maka RTBL harus memuat hal
sebagai berikut:
Pedoman Rencana Teknik dalam bentuk arahan desain tiga
dimensional
Program Tata Bangunan dan Lingkungan
Pedoman-pedoman untuk mengendalikan perwujudan
bangunan (Urban/environmelital building design and
development guidelines)
Sebagai arahan rinci maka RTBL dilengkapi dengan paket investasi
yang menunjukkan prioritas pengembangan kawasan, fungsi kawasan
menghasilkan panduan umum yang menyeluruh dan memiliki
kepastian hukum tentang perencanaan tata bangunan dan lingkungan
sesuai dengan arahan pengembangan dan fungsi kawasan yang
diemban. Tujuan dari kegiatan Penyusunan RTBL adalah untuk
memberikan :
1. Pengendalian dalam penyelenggaraan penataan bangunan dan
lingkungan untuk suatu lingkungan atau kawasan agar
memenuhi kriteria perencanaan tata bangunan dan lingkungan
yang berkelanjutan;
2. Kriteria pemenuhan bagi persyaratan tata bangunan dan
lingkungan;
3. Arahan peningkatan kualitas hidup bagi masyarakat di dalam
Kawasan Perkotaan Malili melalui perbaikan kualitas lingkungan
dan ruang publik;
4. Perwujudan perlindungan terhadap lingkungan hidup;
5. Peningkatan vitalitas ekonomi lingkungan.
Sasaran dari kegiatan Penyusunan RTBL adalah :
1. Tersusunnya Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan untuk
mengarahkan jalannya pembangunan sejak dini di kawasan
tersebut;
2. Mewujudkan pemanfaatan ruang secara efektif, tepat guna,
spesifik setempat dan konkret sesuai dengan rencana tata
ruang wilayah;
3. Melengkapi peraturan daerah tentang bangunan gedung;
4. Mewujudkan kesatuan karakter dan meningkatkan kualitas
bangunan gedung dan lingkungan/kawasan;
5. Mengendalikan pertumbuhan fisik lingkungan/kawasan;
6. Menjamin implementasi pembangunan agar sesuai dengan
7. Menjamin terpeliharanya hasil pembangunan karena dukungan
dan rasa memiliki dari masyarakat sebagai efek positif pelibatan
masyarakat dalam proses penyusunan RTBL.
Sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
melalui:
1. Perwujudan kualitas lingkungan yang layak huni (liveable);
sangat berkaitan dengan kualitas ruang-ruang fungsional
(functional quality).
2. Perwujudan kualitas lingkungan yang berjatidiri (imageable);
sangat berkaitan dengan kualitas visual dari suatu ruang (visual
quality).
3. Perwujudan kualitas lingkungan yang produktif (enduring);
sangat berkaitan terutama dengan kualitas lingkungan dari
suatu ruang (environmental quality).
Sesuai dengan kandungan materinya maka kedudukan RTBL bisa
diwujudkan dalam bentuk-bentuk sebagai berikut:
1. Rencana kegiatan komunitas atau community action plan.
2. Rencana penataan lingkungan atau neighbourhood
development plan.
3. Panduan rancangan kota atau urban design guidelines.
Seluruh rencana, rancangan, aturan, dan mekanisme dalam
penyusunan dokumen RTBL harus merujuk pada pranata
pembangunan yang lebih tinggi, baik pada lingkup kawasan, kota,
maupun wilayah. Kedudukan RTBL dalam pengendalian bangunan
gedung dan lingkungan sebagaimana digambarkan dalam gambar
Gambar 7.1
Kedudukan RTBL dalam Pengendalian Bangunan Gedung dan Lingkungan
Sesuai dengan ketentuan yang tercantum di dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 35 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
pasal 27 ayat (2), struktur dan sistematika dokumen RTBL
sebagaimana dijelaskan dalam bagian berikut ini.
Secara umum Dokumen RTBL berisi Program Bangunan dan
Lingkungan. Program bangunan dan lingkungan merupakan
penjabaran lebih lanjut dari perencanaan dan peruntukan lahan yang
telah ditetapkan untuk kurun waktu tertentu. Program tersebut memuat
jenis, jumlah, besaran dan luasan bangunan gedung, serta kebutuhan
ruang terbuka hijau, fasilitas umum, fasilitas sosial, prasarana
aksesibilitas, sarana pencahayaan, dan sarana penyehatan
perencanaan termasuk mengenai pengendalian dampak lingkungan,
dan analisis pengembangan pembangunan berbasis peran
masyarakat, yang menghasilkan konsep dasar perancangan tata
bangunan dan lingkungan.
Analisis kawasan dan wilayah perencanaan merupakan proses
mengidentifikasi, menganalisis, memetakan dan mengapresiasikan
konteks lingkungan dan nilai lokal dari kawasan perencanaan dan
wilayah sekitarnya. Manfaat analisis kawasan dan wilayah
perencanaan adalah:
1. Mendapatkan gambaran kemampuan daya dukung fisik dan
lingkungan serta kegiatan sosial ekonomi dan kependudukan yang
tengah berlangsung.
2. Mendapatkan kerangka acuan perancangan kawasan yang
memuat rencana pengembangan program bangunan dan
lingkungan, serta dapat mengangkat nilai kearifan dan karakter
khas lokal sesuai dengan spirit dan konteks kawasan perencanaan.
Analisis secara sistematis meninjau aspek sebagai berikut:
1. Perkembangan SosialKependudukan. Merupakan gambaran kegiatan sosial kependudukan dengan memahami beberapa aspek
antara lain: tingkat pertumbuhan penduduk, Jumlah keluarga,
Kegiatan sosial penduduk, Tradisi-budaya lokal, dan
perkembangan yang ditentukan secara kultur-tradisional.
2. Prospek Pertumbuhan Ekonomi. Merupakan gambaran sektor pendorong perkembangan ekonomi, kegiatan usaha, prospek
investasi pembangunan dan perkembangan penggunaan tanah,
produktivitas kawasan, dan kemampuan pendanaan pemerintah
daerah.
3. Daya Dukung Fisik dan Lingkungan. Merupakan analisis kemampuan fisik, lingkungan dan lahan potensial bagi
kawasan, lokasi geografis, sumberdaya air, status-nilai tanah, ijin
lokasi, dan kerawanan kawasan terhadap bencana alam.
4. Aspek LegalKonsolidasi Lahan Perencanaan. Menunjukkan kesiapan administrasi dari lahan yang direncanakan dari segi
legalitas hukum.
5. Daya Dukung Prasarana dan Fasilitas Lingkungan. Menganalisis kemampuan pelayanan infrastruktur, jenis
infrastruktur, jangkauan pelayanan, jumlah penduduk yang
terlayani, dan kapasitas pelayanan.
6. Kajian Aspek Signifikansi Historis Kawasan. Berkaitan dengan kedudukan nilai historis kawasan pada konteks yang lebih besar,
misalnya sebagai aset pelestarian pada skala regional bahkan
skala Nasional.
Prinsip analisis kawasan dan wilayah perencanaan salah satunya
dengan metode SWOT, dijelaskan sebagai berikut:
1. Kekuatan atau Potensi (Strength) yang dimiliki wilayah perencanaan, yang selama ini tidak atau belum diolah secara
maksimal, atau pun terabaikan keberadaannya.
2. Kelemahan atau Permasalahan (Weakness) internal yang selama ini dihadapi dalam kawasan perencanaan.
3. Prospek atau Kesempatan (Opportunity) pengembangan yang lebih luas (pada skala perkotaan atau perdesaan pada masa
mendatang.
4. Kendala atau Hambatan (Threat) yang dihadapi wilayah perencanaan, terutama yang berasal dari faktor eksternal.
Hasil analisis kawasan dan wilayah perencanaan mencakup
indikasi program bangunan dan lingkungan yang dapat dikembangkan
pada kawasan perencanaan, termasuk pertimbangan dan