• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arahan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) Sejalan dengan peran Pemerintah Pusat sebagai fasilitator dalam

PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN LUWU TIMUR MENUJU KABUPATEN AGROINDUSTRI TAHUN 2015 ”

7.3 Arahan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) Sejalan dengan peran Pemerintah Pusat sebagai fasilitator dalam

era otonomi daerah dan dalam kaitan dengan diterbitkannya Undang- Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, Pemerintah telah menerbitkan produk pengaturan setingkat peraturan pemerintah

dan pihak lainnya yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan air minum maupun kepada masyarakat sebagai pengguna layanan air minum, yaitu Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM). Adapun wewenang dan tanggung jawab pemerintah dalam penyelenggaraan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) adalah meliputi: (i) menetapkan kebijakan dan strategi nasional, (ii) menetapkan norma, standar, pedoman, dan manual (NSPM), (iii) memfasilitasi pemenuhan kebutuhan air baku.

Penyediaan air minum merupakan salah satu kebutuhan dasar dan hak sosial ekonomi masyarakat yang hares dipenuhi oleh Pemerintah, baik itu Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat. Ketersediaan air minum merupakan salah satu penentu peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang masih diharapkan dengan ketersediaan air minum dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dan dapat mendorong peningkatan produktivitas masyarakat, sehingga dapat terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, penyediaan sarana dan prasarana air minum menjadi salah satu kunci dalam pengembangan ekonomi wilayah.

Menilik dari permasalahan tumpang tindihnya program pengembangan sarana dan prasarana air minum yang terjadi di masa lampau, memberi suatu pemikiran untuk menyelesaikan permasalahan tersebut secara sistemik. Di sisi lain, kondisi geografis,- topografis dan geologis dan juga aspek sumber daya manusia yang berbeda di setiap wilayah di Indonesia, menyebabkan ketersediaan air baku dan kondisi pelayanan air minum yang berbeda dapat memberikan implikasi penyelenggaraan SPAM yang berbeda untuk masing-masing wilayah. Untuk itu dibutuhkan suatu konsep dasar yang kuat guna menjamin ketersediaan air minum bagi masyarakat sesuai dengan tipologi dan kondisi di daerah tersebut. Rencana Induk Air Minum merupakan

Diharapkan, dengan adanya Rencana Induk Air Minum, dapat menjadi dasar tersusunnya suatu program pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum wilayah yang berkelanjutan (sustainable) dan terarah.

Berkenaan dengan paparan yang dikemukakan di atas dan memfasilitasi pengembangan SPAM di beberapa kabupaten/kota, maka dilakukan kegiatan Pendampingan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan SPAM Kabupaten/Kota Sulawesi Selatan.

Maksud:

1. Mengidentifikasi kebutuhan air minum pada daerah studi.

2. Membantu Pemkab/Pemkot daerah studi dalam menyusun masterplan SPAM di daerahnya.

3. Mengetahui program yang dibutuhkan untuk pencapaian target pelayanan SPAM di setiap Kabupaten/Kota daerah studi.

4. Memberikan masukan bagi pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota dalam upaya mengembangkan prasarana dan sarana air minum di kabupaten / kota baru melalui program yang terpadu dan berkelanjutan.

Tujuan:

Menghasilkan program investasi pengembangan sistem sampai tahun 2025, yang diharapkan secara operasional akan memberikan pedoman dalam menentukan komposisi pembiayaan program dan pelaksanaan pembangunan dan pemeliharaan prasarana dan sarana air minum perkotaan dan perdesaan.

Keluaran Pelaksanaan Pekerjaan :

1. Peningkatan cakupan dan kualitas air minum;

2. Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundang- undangan.

Kegiatan ini adalah kegiatan pendampingan penyusunan rencana induk yang dilaksanakan dengan :

dengan fungsi strategis kawasan dan ketersediaan sumber air baku secara regional.

2. Meng inventarisasi prasarana dan sarana SPAM eksisting di lokasi studi.

3. Melakukan survey (teknis, sosial-ekonomi, kelembagaan, dan finansial (investasi/anggaran dan pembiayaan) terhadap rencana pengembangan dan penyediaan prasarana dan sarana air minum di daerah perencanaan.

4. Melakukan identifikasi permasalahan dan evaluasi terhadap sistem penyediaan air minum di kawasan daerah atau calon daerah pelayanan air minum. Permasalahan ini meliputi permasalahan di sumber, unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan. 5. Menyusun rencana kebutuhan air minum dan kebutuhan air baku. 6. Melakukan pengukuran terhadap kualitas dlan kuantitas air baku

yang potensial menjadi sumber air baku di wilayah pelayanan regional.

7. Menentukan rencana sumber air baku dan menganalisis alokasi penyediaan air baku di potensi sumber air baku bagi wilayah pelayanan regional.

8. Menyusun rencana pengembangan SPAM dan penentuan alternatif pengembangan SPAM. Termasuk dalam hal ini rencana jenis pelayanan baik ditinjau dari aspek teknis (perpipaan dan non-- perpipaan), aspek kelembagaan (PDAM maupun non-PDAM), serta rekomendasi penggunaan jenis teknologi yang digunakan.

9. Menyusun program dan investasi pengembangan SPAM untuk jangka pendek (2 tahun), jangka menengah (5 tahun), dan jangka panjang (10-15 tahun) di wilayah studi baik untuk kawasan perkotaan maupun perdesaan berupa rencana tahapan pengembangan, rencana pengembangan kelembagaan clan SDM, rekayasa awal sistem, rekomendasi langkah-langkah penguasaan

dan pengamanan sumber air baku, serta rencana tindak lanjut studi kelayakan.

10. Menyusun rencana pembiayaan dan investasi, yang berupa indikasi besar biaya tingkat awal, sumber pembiayaan, dan pola pembiayaan bagi pengembangan SPAM.

11. Menvusun rencana konsep pengembangan kelembagaan penyelenggara SPAM dan rencana berjalannya penyelenggaraan SPAM tersebut. Konsep ini mencakup tinjauan terhadap struktur organisasi dan kebutuhan SDM termasuk latar belakang keahliannya.

Adapun jenis Rencana induk pengembangan SPAM dapat berupa: a) Rencana induk pengembangan SPAM di Dalam Satu Wilayah

Administrasi Kabupaten atau Kota Rencana induk pengembangan SPAM di dalam satu wilayah administrasi kabupaten atau kota ini mencakup wilayah pelayanan air minum melalui jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan yang terdapat di dalam satu wilayah administrasi kabupaten atau kota.

b) Rencana induk pengembangan SPAM Lintas Kabupaten dan/atau Kota Rencana induk pengembangan SPAM lintas kabupaten dan/atau kota mencakup wilayah pelayanan air minum melalui jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan yang terdapat di dalam lebih dari satu wilayah administrasi kabupaten dan/atau kota dalam satu provinsi.

Rencana induk pengembangan SPAM lintas provinsi mencakup wilayah pelayanan air minum melalui jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan yang terdapat di dalam lebih dari satu wilayah administrasi kabupaten dan/atau kota serta di dalam lebih dari satu provinsi.Suatu sistem penyediaan air minum harus direncanakan dan

a) Tesedianya air dalam jumlah yang cukup dengan kualitas yang memenuhi persyaratan air minum.

b) Tersedianya air setiap waktu atau kesinambungan.

c) Tersedianya air dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat atau pemakai.

d) Tersedianya pedoman operasi atau pemeliharaan dan evaluasi Kriteria perencanaan untuk suatu wilayah dapat disesuaikan dengan kondisi setempat.

Rencana Induk Pengembangan SPAM harus memenuhi syarat sebagai berikut:

 Berorientasi ke depan;

 Mudah dilaksanakan atau realistis; dan  Mudah direvisi atau fleksibel.

Proyeksi kebutuhan air bersih untuk suatu wilayah diperhitungkan dengan memperhatikan beberapa faktor yang dapat menyebabkan bertambahnya jumlah kebutuhan air bersih. Faktor tersebut adalah:

a) Pertambahan jumlah penduduk

b) Tingkat kehidupan dan aktivitas penduduk c) Keadaan iklim daerah setempat

d) Rencana daerah pelayanan pada tiap tahapan perencanaan dan kemungkinan perluasannya

e) Keadaan sosial ekonomi daerah setempat

Berdasarkan keadaan daerah setempat, sosial ekonomi, dan tahapan periode pelayanan yang direncanakan, maka kebutuhan air bersih diklasifikasikan manjadi:

1) Kebutuhan air domestik (rumah tangga), yaitu dari sambungan langsung dan keran umum

2) Kebutuhan air non domestik

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Luwu Timur, standar kebutuhan air bersih untuk masing-masing komponen kegiatan adalah sebagai berikut :

1) Kebutuhan air bersih rumah tangga (domestik) 120 liter/orang/hari 2) Kebutuhan air bersih untuk fasilitas pemerintahan dan pelayanan

umum 1/8 x kebutuhan air bersih domestik

3) Kebutuhan air bersih untuk fasilitas perdagangan/komersial 1/6 x kebutuhan air bersih domestik

4) Kebocoran pipa dan pemadam kebakaran 10-20 %

Kebutuhan air bersih domestik merupakan kebutuhan air untuk keperluan rumah tangga baik berupa sambungan langsung maupun keran umum. Dalam menghitung jumlah kebutuhan air bersih domestik, maka terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan. Diantaranya adalah:

1) Jumlah penduduk

2) Prosentase jumlah penduduk yang akan dilayani 3) Cara pelayanan air

4) Konsumsi pemakaian air

Direncanakan tingkat pelayanan kebutuhan air domestik Kabupaten Luwu Timur akan mencakup 80% dari jumlah penduduk.Kebutuhan air bersih non domestik adalah kebutuhan air untuk melayani fasilitas- fasilitas kota. Fasilitas kota yang direncanakan akan mendapat pelayanan air bersih di Kecamatan Malili, Wotu dan Burau diantaranya adalah :

 Fasilitas pemerintahan dan pelayanan umum terdiri atas kantor kelurahan, pos hansip, kantor pos pembantu, pos pemadam kebakaran, parkir umum, MCK, dan gedung serbaguna

 Fasilitas kesehatan terdiri atas rumah sakit, puskesmas, pustu, dan polindes

 Fasilitas peribadatan

 Fasilitas olah raga dan ruang terbuka hijau

Perencanaan sistem penyediaan air bersih untuk wilayah Kecamatan Malili, Burau dan Wotu dilakukan dalam 3 (tiga) tahap selama 15 tahun dari tahun 2010 sd tahun 2025 dengan rincian sebagai berikut :

 Tahap I : dari tahun 2010 sd tahun 2015  Tahap II : dari tahun 2016 sd tahun 2020  Tahap III : dari tahun 2021 sd tahun 2025