• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN LUWU TIMUR MENUJU KABUPATEN AGROINDUSTRI TAHUN 2015 ”

B. Kecamatan Wotu

7.5 Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

penyusunan maka dokumen ini ditulis berdasarkan pedoman penyusunan RTBL dan merupakan Laporan Antara. Secara garis besar Buku Laporan ini berisi Antara, struktur dan sistematika dokumen, kondisi wilayah perencanaan dan arsitektur kawasan, serta arahan pengembangan menurut rencana tata ruang yang sudah ada. RTBL ini digunakan lebih lanjut sebagai pedoman dalam penataan bangunan dan lingkungan.

Berbagai permasalahan yang mungkin timbul perlu diantisipasi dan ditata dalam sebuah Rencana Ketataruangan. Apabila berbagai kegiatan ini dibiarkan tanpa kendali akan memberikan dampak pembangunan yang kurang terarah, termasuk juga faktor kelestarian dan kenyamanan lingkungan. Kerangka pengembangan (urban guidelines) amatlah diperlukan di Kabupaten Luwu Timur untuk mengantisipasi pembangunan yang kurang tertib, munculnya ketidakselarasan lingkungan, serta perangkat pengendali perkembangan kota. Diharapkan melalui melalui upaya penataan dengan disiapkannya kerangka pengembangan dalam bentuk dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) dapat mencapai kualitas lingkungun yang lebih baik, serta memberi arahan terhadap pemanfaatan lahan sesuai Tata Ruang yang berlaku. RTBL tersebut juga merupakan arahan arsitektur lingkungan setempat yang melengkapi peraturan bangunan yang ada.

Mengingat potensi serta kecenderungan pertumbuhan fisik secara cepat sering terjadi diruang yang dialokasikan sebagai kawasan pengembangan pembangunan, maka prioritas penanganan penataan terutama dilakukan pada kawasan yang padat, kawasan tumbuh cepat, daerah pusat perdagangan, kawasan dengan fungsi campuran, atau pada kawasan dengan kondisi geografis memerlukan perhatian khusus atas pertimbangan keamanan serta keserasian terhadap lokasi setempat misal daerah tepian air atau waterfront, perbukitan dan

Gagasan ideal ruang perkotaan merupakan satu kesatuan sistem organisasi yang mampu mengakomodasi kegiatan sosial ekonomi, budaya, memiliki citra fisik maupun non fisik yang kuat, keindahan visual serta terencana dan terancang secara terpadu seimbang dengan upaya pelestarian lingkungan. Untuk meningkatkan pemanfaatan ruang kota disatu sisi dan sekaligus sebagai pengendalian, tata ruang kota harus dilengkapi dengan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). Hal tersebut sebagai bagian dari pemenuhan terhadap persyaratan Tata Bangunan seperti tercantum dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/N/2007.

Dalam peraturan tersebut tercantum pengertian RTBL yaitu panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana dan

pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan

lingkungan/kawasan.

RTBL diperlukan sebagai kerangka pengendali pertumbuhan serta memberi panduan terhadap wujud bangunan dan lingkungan pada suatu kawasan. RTBL disusun setelah suatu produk perencanaan tata ruang kota di sah kan oleh Pemerintah Daerah setempat sebagai Peraturan Daerah (Perda). Dalam lingkup kawasan yang lebih terinci Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan merupakan hasil dari proses identifikasi, perencanaan dan perancangan suatu lingkungan/kawasan. Termasuk didalamnya adalah identifikasi dan apresiasi kontek lingkungan, program peran masyarakat dan pengelolaan serta pemanfaatan aset properti kawasan.

Rinci Tata Ruang, serta sebagai panduan rancangan kawasan dalam rangka perwujudan kualitas bangunan gedung dan lingkungannya. Dengan demikian RTBL akan memberikan arahan terhadap wujud pemanfaatan lahan, langgam arsitektural pada bangunanbangunan sebagai hasil rencana teknis rancang bangunan (buildingdesign), terutama pada kawasan tertentu yang memiliki karater khas seperti dimaksud di atas.

Dengan arahan tersebut, perencana kawasan dan bangunan yaitu urban designer dan arsitek akan mempunyai kejelasan menyangkut kebijaksanaan pembangunan fisik dari Pemerintah Daerah setempat, termasuk di dalamnya yang menyangkut kepentingan umum, citra, dan jati diri lokasi yang perlu dikemukakan. Pada gilirannya seluruh tatanan bangunan dan lingkungan yang dirancang akan memberikan kontribusi positif terhadap kawasan.

Di dalam proses penyusunan RTBL harus memperhatikan dan memenuhi kriteria sebagai berikut:

 Kepentingan umum atau aspirasi masyarakat  Pemanfaatan sumber daya setempat

 Kemampuan daya dukung lahan yang optimal

Memperhatikan kriteria diatas, maka RTBL harus memuat hal sebagai berikut:

 Pedoman Rencana Teknik dalam bentuk arahan desain tiga dimensional

 Program Tata Bangunan dan Lingkungan

 Pedoman-pedoman untuk mengendalikan perwujudan bangunan (Urban/environmelital building design and development guidelines)

Sebagai arahan rinci maka RTBL dilengkapi dengan paket investasi yang menunjukkan prioritas pengembangan kawasan, fungsi kawasan serta perkiraan investasi untuk menata kawasan tersebut sesuai

menghasilkan panduan umum yang menyeluruh dan memiliki kepastian hukum tentang perencanaan tata bangunan dan lingkungan sesuai dengan arahan pengembangan dan fungsi kawasan yang diemban. Tujuan dari kegiatan Penyusunan RTBL adalah untuk memberikan :

1. Pengendalian dalam penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan untuk suatu lingkungan atau kawasan agar memenuhi kriteria perencanaan tata bangunan dan lingkungan yang berkelanjutan;

2. Kriteria pemenuhan bagi persyaratan tata bangunan dan lingkungan;

3. Arahan peningkatan kualitas hidup bagi masyarakat di dalam Kawasan Perkotaan Malili melalui perbaikan kualitas lingkungan dan ruang publik;

4. Perwujudan perlindungan terhadap lingkungan hidup; 5. Peningkatan vitalitas ekonomi lingkungan.

Sasaran dari kegiatan Penyusunan RTBL adalah :

1. Tersusunnya Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan untuk mengarahkan jalannya pembangunan sejak dini di kawasan tersebut;

2. Mewujudkan pemanfaatan ruang secara efektif, tepat guna, spesifik setempat dan konkret sesuai dengan rencana tata ruang wilayah;

3. Melengkapi peraturan daerah tentang bangunan gedung;

4. Mewujudkan kesatuan karakter dan meningkatkan kualitas bangunan gedung dan lingkungan/kawasan;

5. Mengendalikan pertumbuhan fisik lingkungan/kawasan;

6. Menjamin implementasi pembangunan agar sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat dalam pengembangan

7. Menjamin terpeliharanya hasil pembangunan karena dukungan dan rasa memiliki dari masyarakat sebagai efek positif pelibatan masyarakat dalam proses penyusunan RTBL.

Sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui:

1. Perwujudan kualitas lingkungan yang layak huni (liveable); sangat berkaitan dengan kualitas ruang-ruang fungsional (functional quality).

2. Perwujudan kualitas lingkungan yang berjatidiri (imageable); sangat berkaitan dengan kualitas visual dari suatu ruang (visual quality).

3. Perwujudan kualitas lingkungan yang produktif (enduring); sangat berkaitan terutama dengan kualitas lingkungan dari suatu ruang (environmental quality).

Sesuai dengan kandungan materinya maka kedudukan RTBL bisa diwujudkan dalam bentuk-bentuk sebagai berikut:

1. Rencana kegiatan komunitas atau community action plan.

2. Rencana penataan lingkungan atau neighbourhood development plan.

3. Panduan rancangan kota atau urban design guidelines.

Seluruh rencana, rancangan, aturan, dan mekanisme dalam penyusunan dokumen RTBL harus merujuk pada pranata pembangunan yang lebih tinggi, baik pada lingkup kawasan, kota, maupun wilayah. Kedudukan RTBL dalam pengendalian bangunan gedung dan lingkungan sebagaimana digambarkan dalam gambar berikut.

Gambar 7.1

Kedudukan RTBL dalam Pengendalian Bangunan Gedung dan Lingkungan

Sesuai dengan ketentuan yang tercantum di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung pasal 27 ayat (2), struktur dan sistematika dokumen RTBL sebagaimana dijelaskan dalam bagian berikut ini.

Secara umum Dokumen RTBL berisi Program Bangunan dan Lingkungan. Program bangunan dan lingkungan merupakan penjabaran lebih lanjut dari perencanaan dan peruntukan lahan yang telah ditetapkan untuk kurun waktu tertentu. Program tersebut memuat jenis, jumlah, besaran dan luasan bangunan gedung, serta kebutuhan ruang terbuka hijau, fasilitas umum, fasilitas sosial, prasarana aksesibilitas, sarana pencahayaan, dan sarana penyehatan lingkungan, baik berupa penataan prasarana dan sarana yang sudah

perencanaan termasuk mengenai pengendalian dampak lingkungan, dan analisis pengembangan pembangunan berbasis peran masyarakat, yang menghasilkan konsep dasar perancangan tata bangunan dan lingkungan.

Analisis kawasan dan wilayah perencanaan merupakan proses mengidentifikasi, menganalisis, memetakan dan mengapresiasikan konteks lingkungan dan nilai lokal dari kawasan perencanaan dan wilayah sekitarnya. Manfaat analisis kawasan dan wilayah perencanaan adalah:

1. Mendapatkan gambaran kemampuan daya dukung fisik dan lingkungan serta kegiatan sosial ekonomi dan kependudukan yang tengah berlangsung.

2. Mendapatkan kerangka acuan perancangan kawasan yang memuat rencana pengembangan program bangunan dan lingkungan, serta dapat mengangkat nilai kearifan dan karakter khas lokal sesuai dengan spirit dan konteks kawasan perencanaan. Analisis secara sistematis meninjau aspek sebagai berikut:

1. Perkembangan SosialKependudukan. Merupakan gambaran kegiatan sosial kependudukan dengan memahami beberapa aspek antara lain: tingkat pertumbuhan penduduk, Jumlah keluarga, Kegiatan sosial penduduk, Tradisi-budaya lokal, dan perkembangan yang ditentukan secara kultur-tradisional.

2. Prospek Pertumbuhan Ekonomi. Merupakan gambaran sektor pendorong perkembangan ekonomi, kegiatan usaha, prospek investasi pembangunan dan perkembangan penggunaan tanah, produktivitas kawasan, dan kemampuan pendanaan pemerintah daerah.

3. Daya Dukung Fisik dan Lingkungan. Merupakan analisis kemampuan fisik, lingkungan dan lahan potensial bagi pengembangan kawasan selanjutnya. Beberapa aspek yang harus

kawasan, lokasi geografis, sumberdaya air, status-nilai tanah, ijin lokasi, dan kerawanan kawasan terhadap bencana alam.

4. Aspek LegalKonsolidasi Lahan Perencanaan. Menunjukkan kesiapan administrasi dari lahan yang direncanakan dari segi legalitas hukum.

5. Daya Dukung Prasarana dan Fasilitas Lingkungan. Menganalisis kemampuan pelayanan infrastruktur, jenis infrastruktur, jangkauan pelayanan, jumlah penduduk yang terlayani, dan kapasitas pelayanan.

6. Kajian Aspek Signifikansi Historis Kawasan. Berkaitan dengan kedudukan nilai historis kawasan pada konteks yang lebih besar, misalnya sebagai aset pelestarian pada skala regional bahkan skala Nasional.

Prinsip analisis kawasan dan wilayah perencanaan salah satunya dengan metode SWOT, dijelaskan sebagai berikut:

1. Kekuatan atau Potensi (Strength) yang dimiliki wilayah perencanaan, yang selama ini tidak atau belum diolah secara maksimal, atau pun terabaikan keberadaannya.

2. Kelemahan atau Permasalahan (Weakness) internal yang selama ini dihadapi dalam kawasan perencanaan.

3. Prospek atau Kesempatan (Opportunity) pengembangan yang lebih luas (pada skala perkotaan atau perdesaan pada masa mendatang.

4. Kendala atau Hambatan (Threat) yang dihadapi wilayah perencanaan, terutama yang berasal dari faktor eksternal.

Hasil analisis kawasan dan wilayah perencanaan mencakup indikasi program bangunan dan lingkungan yang dapat dikembangkan pada kawasan perencanaan, termasuk pertimbangan dan rekomendasi tentang indikasi potensi kegiatan pembangunan kawasan

memerlukan penyusunan AMDAL sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Selain hal tersebut, Pembangunan berbasis peran masyarakat

community-based development) adalah pembangunan dengan

orientasi yang optimal pada pendayagunaan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung, masyarakat diberikan kesempatan aktif beraspirasi dan berkontribusi untuk merumuskan program bangunan dan lingkungan yang sesuai dengan tingkat kebutuhan.

Manfaat analisis pembangunan berbasis peran masyarakat sebagai berikut:

1. Memupuk pemahaman dan kesadaran masyarakat akan hak, kewajiban dan peranannya di dalam proses pembangunan, sehingga tumbuh rasa memiliki dan tanggungjawab yang kuat terhadap hasil pembangunan.

2. Meminimalkan konflik, sehingga mempercepat proses kegiatan secara keseluruhan, serta terbangunnya suatu ikatan di masyarakat.

3. Efisiensi dan efektivitas. Keputusan yang diambil akan bersifat efisien dan efektif jika sesuai dengan kondisi yang ada, baik kebutuhan, keinginan, maupun sumberdaya di masyarakat.

4. Memberdayakan masyarakat setempat, terutama dalam hal membentuk dan membangun kepercayaan diri, kemampuan bermasyarakat dan bekerjasama.

Prinsip utama analisis pembangunan berbasis peran masyarakat sebagai berikut:

1. Berdasarkan kesepakatan dan hasil kerjasama. Kesepakatan yang dicapai adalah hasil dialog dan negosiasi berbagai pihak yang terlibat atau pun pihak yang terkena dampak perencanaan.

2. Sesuai dengan aspirasi publik. Perencanaan disesuaikan dengan kebutuhan, keinginan dan kondisi yang ada di masyarakat.

3. Kejelasan tanggungjawab. Adanya sistem monitoring, evaluasi dan pelaporan yang transparan dan terbuka bagi publik. Terbuka kemungkinan untuk mengajukan keberatan dan gugatan melalui instansi yang berwenang menangani gugatan kepada pemilik, pengelola, dan atau pengguna atas penyelenggaraan bangunan gedung dan lingkungannya.

4. Kesempatan yang sama untuk berkontribusi dalam proses pembangunan. Setiap anggota masyarakat atau pemangku kepentingan (stakeholders), terutama yang akan terkena dampak langsung dari suatu kegiatan pembangunan, memiliki akses dan kesempatan yang sama untuk berkiprah.

Dalam Tahapan Perencanaan Partisipatif, Peran serta dan keterlibatan masyarakat dalam penyusunan rencana dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Persiapan. Berisi pengenalan program yang akan dilakukan kepada masyarakat, pembentukan kelompok, pendefinisian pihak terkait, penentuan pendekatan pihak terkait, dan penyusunan strategi pengumpulan informasi.

2. Identifikasi aspirasi dan analisis permasalahan. Berisi penyusunan tujuan, kebutuhan, dan kepentingan semua pihak, pelibatan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders), penciptaan dan sosialisasi mekanisme, serta analisis kebutuhan dan sumberdaya pengembangan kawasan.

3. Analisis perilaku lingkungan. Terutama berisi interaksi kawasan perkotaan yang sudah memiliki struktur kota yang solid pada kawasan perencanaan.

4. Rencana pengembangan. Pedoman utama, arahan pengembangan, kepentingan prioritas, identifikasi hambatan, identifikasi sumberdaya, dan visi pengembangan kawasan.

kerjasama dengan wakil komunitas, penyebaran informasi dan publikasi program.

6. Penerapan rencana. Berisi publikasi rencana pelaksanaan, adaptasi perubahan, peninjauan dan kaji ulang (review) berkala bersama dengan komunitas dan seluruh masyarakat.

Rencana umum dan panduan rancangan merupakan ketentuan tata bangunan dan lingkungan pada suatu lingkungan atau kawasan yang memuat rencana peruntukan lahan makro dan mikro, rencana perpetakan, rencana tapak, rencana sistem pergerakan, rencana aksesibilitas lingkungan, rencana prasarana dan sarana lingkungan, rencana wujud visual bangunan dan ruang terbuka hijau. Panduan rancangan bersifat melengkapi dan menjelaskan secara lebih rinci tentang rencana umum yang telah ditetapkan sebelumnya, meliputi ketntuan dasar implementasi rancangan dan prinsip-prinsip pengembangan rancangan kawasan.

Rencana umum merupakan ketentuan rancangan tata bangunan dan lingkungan yang bersifat umum dalam mewujudkan lingkungan atau kawasan perencanaan yang layak huni, berjatidiri, produktif dan berkelanjutan. Manfaat Rencana Umum adalah sebagai berikut:

1. Memberi arahan lugas dan sistematis bagi implementasi ketentuan dasar dari perancangan tata bangunan dan lingkungan.

2. Memberi gambaran simulasi bangunan secara keruangan atau tiga dimensional sebagai model penerapan seluruh arahan materi pokok rencana tata bangunan dan lingkungan.

3. Memudahkan pengembangan desain sesuai dengan visi dan arahan karakter lingkungan yang telah ditetapkan.

4. Memudahkan pengelolaan, pengendalian pelaksanaan dan pengoperasian kawasan sesuai dengan visi dan arahan karakter lingkungan yang telah ditetapkan.

6. Mencapai integrasi elemen desain yang berpengaruh pada perancangan kawasan.

Materi rencana umum mempertimbangkan potensi serta mengakomodasi komponen rancangan kawasan sebagai berikut: 1) Struktur Peruntukan Lahan; 2) Intensitas Pemanfaatan Lahan; 3) Tata Bangunan; 4) Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung; 5) Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau; 6) Tata Kualitas Lingkungan; dan 7) Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan.

Struktur Peruntukan Lahan adalah komponen rancang kawasan yang berperan penting dalam alokasi penggunaan dan penguasaan lahan atau tata guna lahan yang telah ditetapkan dalam kawasan perencanaan tertentu berdasarkan ketentuan dalam rencana tata ruang wilayah. Komponen Struktur Peruntukan Lahan terdiri dari beberapa hal sebagai berikut:

a. Peruntukan Lahan Makro. Merupakan rencana alokasi penggunaan dan pemanfaatan lahan pada suatu wilayah. Peruntukan lahan makro disebut juga dengan tata guna lahan. Peruntukan ini bersifat mutlak karena telah diatur pada ketentuan dalam rencana tata ruang wilayah.

b. Peruntukan Lahan Mikro. Merupakan peruntukan lahan yang ditetapkan pada skala keruangan yang lebih rinci termasuk secara vertikal berdasarkan prinsip keragaman yang seimbang dan saling menentukan. Hal yang diatur adalah peruntukan lantai dasar, lantai atas, maupun lantai basement serta peruntukan lahan tertentu.

Peruntukan lahan tertentu berkaitan dengan konteks lahan perkotaan-perdesaan, konteks bentang alam atau lingkungan konservasi, ataupun konteks tematikal pengaturan pada spot ruang bertema tertentu. Dalam penetapan peruntukan lahan mikro masih

pemilik lahan, ataupun pihak pemakai atau pengguna atau masyarakat untuk melahirkan lingkungan dengan ruang yang berkarakter sesuai dengan konsep struktur perancangan kawasan. Penetapan ini tidak berarti mengubah alokasi tata guna lahan pada aturan rencana tata ruang wilayah yang ada, namun berupa tata guna yang diterapkan dengan skala keruangan yang lebih rinci.

Dalam penataan struktur peruntukan lahan, prinsip penataan strukturnya adalah sebagai berikut:

1. Secara fungsional meliputi:

a. Keragaman tata guna yang seimbang saling menunjang (compatible) dan terintegrasi;

b. Pola distribusi jenis peruntukan yang mendorong terciptanya interaksi aktivitas;

c. Pengaturan pengelolaan area peruntukan;

d. Pengaturan kepadatan pengembangan kawasan dengan pertimbangan daya dukung dan karakter kawasan serta variasi atau pencampuran peruntukan.

2. Secara fisik meliputi:

a. Estetika , karakter, dan citra kawasan;

b. Skala ruang yang manusiawi dan berorientasi pada pejalan kaki serta aktivitas yang diwadahi;

c. Dari sisi lingkungan meliputi keseimbangan kawasan perencanaan dengan sekitarnya, keseimbangan peruntukan lahan dengan daya dukung lingkungan, serta kelestarian ekologis kawasan.

Tata Bangunan adalah produk dari penyelenggaraan bangunan gedung beserta lingkungannya sebagai wujud pemanfaatan ruang, meliputi berbagai aspek termasuk pembentukan citra atau karakter fisik lingkungan, besaran, dan konfigurasi dari elemen blok, kaveling atau petak lahan, bangunan, serta ketinggian dan elevasi lantai bangunan.

berbagai kualitas ruang kota yang akomodatif terhadap keragaman kegiatan yang ada, terutama yang berlangsung dalam ruang publik.

Tata bangunan juga merupakan sistem perencanaan bagian dari penyelenggaraan bangunan gedung beserta lingkungannya termasuk sarana prasarana pada suatu lingkungan binaan sesuai dengan peruntukan lahan yang diatur dengan aturan tata ruang yang berlaku dalam RTRW Kabupaten / Kota dan rencana detilnya.

Komponen Tata Bangunan yaitu:

1. Pengaturan Blok Lingkungan yaitu perencanaan pembagian lahan dalam kawasan menjadi blok dan jalan, dimana blok terdiri atas petak lahan atau kaveling dengan konfigurasi tertentu.

2. Pengaturan Kaveling atau Petak Lahan yaitu perencanaan pembagian lahan dalam blok menjadi sejumlah kaveling atau petak lahan dengan ukuran, bentuk, pengelompokan dan konfigurasi tertentu. Pengaturan ini terdiri atas: a) bentuk dan ukuran kaveling, b) pengelompokan dan konfigurasi kaveling; dan c) ruang terbuka dan tata hijau.

3. Pengaturan Bangunan, yaitu perencanaan pengaturan massa bangunan dalam blok atau kaveling. Pengaturan ini terdiri atas: a) pengelompokna bangunan; b) letak dan orientasi bangunan; c) sosok massa bangunan; dan d) ekspresi arsitektur bangunan. 4. Pengaturan Ketinggian dan Elevasi Lantai Bangunan yaitu

perencanaan pengaturan ketinggian dan elevasi bangunan baik pada skala bangunan tunggal maupun kelompok bangunan pada lingkungan yang lebih makro (blok atau kawasan). Pengaturan ini terdiri atas: a) ketinggian bangunan; b) komposisi garis langit bangunan; dan c) ketinggian lantai bangunan.

Prinsip pengendalian tata bangunan adalah sebagai berikut:

pada pejalan kaki, fleksibilitas, pola hubungan atau konektivitas, kejelasan orientasi dan kontinuitas, kemudahan layanan dan menghindari eksklusivitas.

2. Secara fisik dan non-fisik meliputi pola, dimensi dan standar umum; estetika, karakter dan citra kawasan; kualitas fisik; dan ekspresi bangunan dan lingkungan.

3. Dari Sisi Lingkungan meliputi keseimbangan kawasan perencanaan dengan sekitar, keseimbangan dengan daya dukung lingkungan, kelestarian ekologis kawasan, dan pemberdayaan kawasan.

Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau merupakan komponen rancang kawasan,yang tidak sekedar terbentuk sebagai elemen tambahan ataupun elemen sisa setelah proses rancang arsitektural diselesaikan, melainkan juga diciptakan sebagai bagian integral dari suatu lingkungan yang lebih luas. Penataan sistem ruang terbuka diatur melalui pendekatan desain tata hijau yang membentuk karakter lingkungan serta memiliki peran penting baik secara ekologis, rekreatif dan estetis bagi lingkungan sekitarnya, dan memiliki karakter terbuka sehingga mudah diakses sebesar-besarnya oleh publik.

Komponen penataan sistemRuang Terbuka dan Tata Hijau adalah sebagai berikut:

1. Sistem ruang terbuka umum (kepemilikan publik aksesibilitas publik);

2. Sistem ruang terbuka pribadi (kepemilikan pribadi aksesibilitas pribadi);

3. Sistem ruang terbuka privat yang dapat diakses oleh umum (kepemilikan pribadi aksesibilitas publik);

4. Sistem pepohonan dan tata hijau;

5. Bentang alam meliputi pantai dan laut, sungai, lereng dan perbukitan, puncak bukit dan pegunungan;

sepanjang area dibawah jaringan listrik tegangan tinggi, jalur hijau yang diperuntukkan sebagai jalur taman kota.

Prinsip penataan sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau adalah sebagai berikut:

1. Secara fungsional meliputi: pelestarian ruang terbuka kawasan; aksesibilitas publik; keragaman fungsi dan aktivitas; skala dan proporsi ruang yang manusiawi dan berorientasi bagi pejalan kaki; sebagai pengikat lingkungan atau bangunan; sebagai pelindung, pengaman dan pembatas lingkungan atau bangunan bagi pejalan kaki.

2. Secara Fisik dan Non-Fisik meliputi: peningkatan estetika, karakter dan citra kawasan; kualitas fisik; kelengkapan fasilitas penunjang lingkungan.

3. Dari sisi lingkungan meliputi: keseimbangan kawasan perencanaan dengan sekitar; keseimbangan dengan daya dukung lingkungan; kelestarian ekologis kawasan; dan pemberdayaan kawasan.

Tata Kualitas Lingkungan merujuk pada upaya rekayasa elemen kawasan yang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu kawasan atau sub-area dengan sistem lingkungan yang informatif, berkarakter khas, dan memiliki orientasi tertentu. Komponen penataan kualitas lingkungan terdiri dari:

1. Konsep identitas lingkungan, yaitu perancangan karakter lingkungan yang dapat diwujudkan melalui pengaturan dan perancangan elemen fisik dan non-fisik lingkungan atau subarea tertentu. Pengaturan ini terdiri dari: tata karakter bangunan atau lingkungan; tata penanda identitas bangunan atau lingkungan; dan tata kegiatan pendukung secara formal dan informal (supporting activities).

Pengaturan ini terdiri atas: sistem tata informasi (directory signage system) dan sistem tata rambu pengarah (directional signage system).

3. Wajah Jalan yaitu perancangan elemen fisik dan non-fisik guna membentuk lingkungan berskala manusia pemakainya pada suatu ruang publik berupa ruas jalan yang akan memperkuat karakter suatu blok perancangan yang lebih besar. Pengaturan ini terdiri