• Tidak ada hasil yang ditemukan

PADA PT. BUMI SARANA BETON MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PADA PT. BUMI SARANA BETON MAKASSAR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK BATA RINGAN DENGAN METODE FULL COSTING DAN VARIABEL COSTING

PADA PT. BUMI SARANA BETON MAKASSAR

Irfan1, Sultan Iskandar2, Syarifuddin3

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPUP Makassar

[email protected]1, [email protected]2, [email protected]3

ABSTRACT

This research aimed to analyze the cost of light brick production at PT Bumi Sarana Beton Makassar. The research method used was quantitative descriptive analysis method which can provide a clear description of the analysis of product cost calculation at PT. Bumi Sarana Beton Makassar. The results of data analysis, it indicated that the calculation of the price of this light brick product was already appropriate in doing its calculations by using the full costing method because the company can calculate the overall costs for the production process so that the company can see all the total costs to be incurred by the company for the production process of each cubic meter making light brick every year.

Keywords: product cost calculation, full costs, and variable costs.

PENDAHULUAN

Perkembangan perusahaan didunia moderen ini mengalami persaingan yang sangat ketat. Hal itu dtandai dengan adanya persaingan dalam dunia usaha ini mempertahankan dan meningkatkan usaha dalam perusahaan tersebut. Maka dari itu perusahaan dituntut agar mampu menghadapi persaingan yang ada.

Dalam dunia usaha khususnya di bidang industri beton, bata ringan, paving block, dan batako yang diharapkan dapat membuat bahan bangunan kualitas yang baik agar dapat bersaing.

Perusahaan industri saat ini saling berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik, terutama dalam menjual produknya. Hal tersebut merupakan ancaman yang serius karena secara langsung akan mempengaruhi kelangsungan usaha perusahaan, melihat dari penjualan produk adalah sumber pendapatan utama bagi perusahaan.

Perusahaan diharapkan dapat

mewaspadai segala resiko kemungkinan yang akan terjadi dalam persaingan.

Sebagian besar perusahaan ingin mengoptimalkan pencapaian laba.

Pencapaian laba ini dianggap penting dikarenakan berkaitan langsung dengan salah satu konsep akuntansi. yaitu kesinambungan perusahaan (going concern), bagaimana perusahaan agar tetap dan secara terus menerus melakukan kegiatan usahanya.

Manajemen perusahaan harus merencanakan dan mengendalikan secara baik dengan salah satu faktor penentu laba yaitu biaya, agar menjamin usaha perusahaan mampu menghasilkan laba. Agar mencapai laba yang lebih optimal adalah dengan memperhatikan faktor biaya diantaranya harga pokok penjualan diusahakan dapat ditekan seminimal mungkin. Harga pokok produksi merupakan faktor penting dalam pertimbangan untuk menetapkan harga jual yang akan diharapkan untuk memperoleh laba. Memperhitungkan biaya produksi sebagai dasar dalam menghitung harga pokok produksi perusahaan dapat menggunakan dua metode yaitu full costing dan variabel costing.

Dalam metode full costing semua biaya-biaya diperhitungkan baik yang bersifat variabel maupun yang bersifat tetap. Biaya-biaya produksi tersebut yaitu terdiri dari biaya bahan baku,

(2)

biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik baik yang bersifat variabel maupun yang bersifat tetap sedangkan pada metode variabel costing biaya produksi yang diperhitungkan hanyalah yang bersifat variabel saja.

“Biaya produksi juga merupakan dasar yang memberikan perlindungan bagi perusahaan dari kemungkinan kerugian.

Untuk menghindari kerugian, salah satu cara adalah dengan berusaha memperoleh pendapatan yang paling tidak dapat menutup biaya produksi.

Dengan demikian, sangat penting memperhitungkan biaya produksi dan menetapkan harga jual produk dengan tepat untuk memberikan perlindungan bagi perusahaan dari kemungkinan kerugian”.

Kesalahan dalam perhitungan harga pokok produksi dapat mengakibatkan penentuan harga jual pada suatu perusahaan menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah. Kedua kemungkinan tersebut dapat mengakibatkan keadaan yang tidak menguntungkan bagi perusahaan, karena dengan harga jual yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan produk yang ditawarkan perusahaan akan sulit bersaing dengan produk sejenis yang ada di pasar, sebaliknya jika harga jual produk terlalu rendah akan mengakibatkan laba yang diperoleh perusahaan rendah pula. Oleh karena itu, Kegiatan perhitungan harga pokok produksi dari suatu perusahaan merupakan kegiatan yang sangat penting. Berkaitan dengan pentingnya masalah perhitungan harga pokok produksi maka peneliti menentukan objek penelitian pada PT. Bumi Sarana Beton Makassar, yakni sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi dan penjualan bata ringan dll.

Perhitungan harga pokok pada perusahaan ini yaitu dengan menghitung keseluruhan biaya yang dikeluarkan, dengan menggunakan metode full costing.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perhitungan

Harga Pokok Produk Bata Ringan dengan Metode Full Costing dan Variabel Costing pada PT. Bumi Sarana Beton Makassar”

TINJAUAN LITERATUR Menurut Simamora (2012:40), biaya (cost) adalah kas atau nilai setara kas yang di korbankan (dibayarkan) untuk barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat pada saat ini atau masa mendatang bagi perusahaan.

Disebut setara kas (cash equivalent) karena sumber daya non kas dapat ditukarkan dengan barang atau jasa yang dikehendaki.Biaya dikeluarkan ketika suatu sumber daya dikonsumsi untuk tujuan tertentu.

Syarifuddin (2019) menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, dan transaksi-transaksi keungan yang terjadi selama satu tahun buku yang bersangkutan.

Menurut Horngren (2006) biaya adalah sumber daya yang dikorbankan atau dilepaskan untuk mencapai tujuan tertentu.

Mursyidi (2008:14) menyatakan bahwa Biaya diartikan sebagai suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai tujuan, baik yang dapat dibebankan pada saat ini maupun pada saat yang akan datang.

Menurut Mulyadi (2012:8) defenisi dari biaya adalah, “Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.”

Menurut Salman (2013:20). “Biaya (cost) didefinisikan sebagai suatu nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan yang dilakukan untuk menjamin perolehan manfaat.”

Jadi, kesimpulan dari defenisi biaya di atas adalah nilai atau sumber ekonomi yang dikorbankan untuk memperoleh manfaat di masa yang akan datang.

Menurut Bastian Bustami, Nurlela (2013:12) suatu proses pengelompokkan

(3)

biaya secara sistematis atas keseluruhan elemen biaya yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih ringkas dan penting

.

Ada beberapa cara penggolongan atau klasifikasi biaya yang pokok, yaitu :

1. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran

Penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut “biaya bahan bakar”.

2. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan

Dalam perusahaan manufaktur ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum.

3. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan suatu yang dibiayai.

Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen.

Dalam hubungan dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan : menurut Lestari, Wiwik dan Dhyka Bagus Permana.

(2017:15).

a. Biaya langsung (direct cost) Biaya yang dapat ditelusuri langsung pada suatu objek biaya.

b. Biaya tidak langsung (indirect cost).

Biaya yang sulit untuk dapat ditelusuri secara langsung pada suatu objek biaya.

4. Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat digolongkan menjadi : a. Biaya variabel adalah biaya yang

jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

b. Biaya semi variabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume

kegiatan. Biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel.

c. Biaya semi fixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.

d. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu.

5. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya

Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dibagi menjadi dua :

a. Pengeluaran modal (capital expenditures) pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kelender).

b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures) pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.

Menurut Bastian, Bustami, dan Nurlela (2006:60), mengungkapkan harga pokok produksi adalah biaya produksi yang terdiri dari bahan baku,tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik ditambah persediaan produk dalam proses awal dan dikurang persediaan produk dalam proses akhir.

Menurut (Mulyadi, 2012:17) adalah dengan cara memperhitungkan unsure- unsur biaya kedalam kos produksi. Jadi perhitungan harga pokok produksi adalah menghitung besarnya biaya atas pemakaian sumber ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Tujuan dari perhitungan harga pokok produksi yaitu :

1. Untuk menentukan harga jual suatu produk

2. Menentukan kebijakan dalam penjualan

3. Pedoman dalam pembelian alat-alat perlengkapan.

(4)

Penetapan harga pokok produksi yang tepat sangat penting bagi perusahaan dalam menjalankan usahanya. Terdapat dua kemungkinan yang akan di temui jika perushaan tidak teliti dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi, adalah :

1. Harga pokok yang diperhitungakn terlalu rendah

Rendahnya harga pokok yang ditetapkan dapat merugikan perusahaan karena dengan harga pokok yang rendah maka harga jual pun akan menjadi rendah. Meskipun perusahaan dapat menjual produknya dengan cepat karena harga jual yang terlalu rendah, akan tetapi dapat merugikan perusahaan karena keuntungan yang diperoleh tidak dapat menutupi biaya produksi produk yang dikeluarkan oleh perusahaan.

2. Harga pokok yang diperhitungkan terlalu tinggi

Kondisi ini juga dapat memunculkan masalah bagi perusahaan karena harga pokok yang terlalu tinggi yang akan menyebabkan harga jual produk di perusahaan menjadi mahal. Sehingga akan sulit bagi perusahaan dalam memasarkan produknya dan kalah bersaing dengan perusahaan lain.

Dalam proses produksi produk, biaya digolongkan kedalam dua kelompok biaya, yaitu biaya produksi dan biaya non-produksi. Biaya produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk proses pengolahan bahan baku menjadi produk jadi, seperti bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Sedangkan biaya non-produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan non- produksi, seperti biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum.

Metode penilaian harga pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya kebutuhan dalam harga pokok produksi. Terdapat dua pendekatan untuk perhitungan harga pokok produksi dimana untuk menentukan unsur-unsur biaya produksi.

Pendekatan tersebut adalah metode full costing dan metode variable costing.

Metode full costing adalah metode penentuan biaya produksi yang memperhitungkan unsur-unsur biaya produksi ke dalam kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik baik bersifat variabel maupun tetap. Sedangkan metode variable costing adalah penentuan biaya produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel.

Terdapat dua pendekatan yang digunakan untuk menghitung harga pokok produksi yaitu dengan metode full costing dan metode variable costing.

Dimana, Metode full costing biasa disebut dengan absorption costing atau conventional, sedangkan metode variable costing biasanya disebut direct costing.

1. Metode full costing

Full costing menurut V. Wiratna Sujarweni (2015:148) metode untuk menentukan harga pokok produksi, dengan membebankan semua biaya produksi tetap maupun variabel pada produk yang dihasilkan. Metode Full costing juga disebut metode absortion atau Convensional Costing.

Full Costing menurut Daljono (2011) adalah sebagai berikut Full Costing dalam menentukan Harga Pokok Produksi memasukan semua biaya produksi baik yang bersifat Variabel maupun bersifat tetap terhadap produk.

Metode full costing menurut (Mulyadi, 2012 : 122) adalah metode harga pokok produksi, yang membebankan seluruh biaya produksi, baik yang berperilaku tetap maupun variabel kepada produk.

Dalam metode full costing, biaya overhead pabrik (BOP) baik yang berperilaku tetap maupun variabel,

(5)

dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar tarif yang ditentukan dimuka pada kapasitas normal atau dasar BOP sesungguhnya. Oleh karena itu, BOP tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk dalam porses dan persediaan produk jadi yang belum laku dijual, dan baru dianggap sebagai biaya (unsur harga pokok penjualan) apabila produk tersebut telah terjual.Karena BOP dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan dimuka pada kapasitas normal, maka dalam 1 (satu) periode BOP yang sesungguhnya berbeda dengan yang dibebankan tersebut, akan terjadi pembebanan overhead lebih (overapplied factory overhead) atau pembebanan BOP kurang (underapplied factory overhead).

Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual maka pembebanan BOP lebih atau kurang tersebut digunakan untuk mengurangi atau menambah harga produk yang masih dalam persediaan tersebut (baik yang berupa persediaan produk dalam proses maupun produk jadi). Namun jika dalam suatu periode akuntansi tidak terjadi pembebanan overhead lebih ataukurang, maka BOP tetap tidak mempunyai pengaruh terhadap perhitungan laba rugi sebelum produknya laku dijual. Manfaat informasi metode full costing sebagai berikut :

1. Pelaporan keuangan

2. Analisis kemampuan menghasilkan laba (profitability analysis).

3. Penentuan harga jual dalam cost- type contract.

4. Penentuan harga jual normal 5. Penentuan harga jual yang diatur

dengan peraturan pemerintah 6. Penyusunan program

Adapun karakteristik dari metode full costing terdiri dari :

1. Perhitungan biaya produksi dengan memasukkan biaya tetap dan biaya variabel.

2. Menganut konsep biaya produk untuk perhitungan biaya produksi variabel, dan menganut konsep biaya periodik untuk perhitungan biaya produksi non variabel.

3. Laporan biaya untuk memenuhi pihak Eksternal.

4. Laporan Rugi Laba disajikan dengan format tradisional.

5. Analisa biaya dilakukan oleh pihak Internal untuk perhitungan biaya persediaan, penentuan laba dan pelaporan keuangan untuk pihak Eksternal. Langkah-langkah yang ditempuh dalam menggunakan metode full costing sebagai berikut :

a. Menggolongkan penghasilan penjualan ke dalam setiap pusat laba yang akan dianalisis.

b. Menggolongkan harga pokok penjualan kedalam setiap pusat laba.

c. Menghitung laba kotor atas penjualan setiap pusat laba.

d. Mengalokasikan biaya pemasaran setiap fungsi pada setiap pusat laba.

e. Menghitung laba bersih sebelum diperhitungkan biaya administrasi dan umum untuk setiap pusat laba.

f. Memperhitungkan biaya administrasi dan umum.

g. Menghitung laba bersih setiap pusat laba.

2. Metode variabel costing

Variabel costing menurut Hansen dan Mowen (2009) adalah perhitungan biaya langsung, hanya membebankan biaya manufaktur variabel ke produk, biaya-biaya ini meliputi bahan baku overhead variabel.

Metode variable costing menurut (Mulyadi, 2010:122) adalah metode penentuan harga pokok produksi yang hanya membebankan biaya- biaya produksi variabel saja ke dalam harga pokok produk.

Metode variable costing ini telah dikenal dengan nama direct costing.

(6)

Istilah direct costing sebenarnya sama sekali tidak berhubungan dengan istilah cost (biaya langsung).

Dalam metode variable costing, biaya overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period cost dan bukan sebagai unsur harga pokok produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya.

Dengan demikian biaya overhead pabrik tetap didalam metode variable costing tidak melekat pada persediaan produk yang belum laku dijual, tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadi.

1. Manfaat metode variable costing : a. Perencanaan laba

Bagi manajemen dapat bermanfaat untuk perencanaan laba jangka pendek. Dengan dipisahkannya semua elemen biaya produksi ke dalam biaya variabel dan biaya tetap serta perhitungan batas kontribusi, manajemen akan dapat menyusun laba melalui persamaan break-even atau hubungan biaya-volume-laba.

b. Penentuan harga jual produk

Bagi manajemen

bermanfaat dalam rangka penentuan harga jual produk dalam jangka pendek, dengan menggunakan hubungan biaya-volume-laba. Dan untuk menentukan harga jual minimal atas pesanan-pesanan khusus (special orders) yang ungkin akan diterima perusahaan dalam jangka pendek, agar perusahaan tidak memperoleh rugi dari pesanan khusus tersebut.

c. Pengambilan kesimpulan

Bermanfaat bagi

manajemen dalam menyajikan data relevan untuk pengambilan keputusan dalam jangka pendek. Biaya tetap dalam jangka pendek jumlah totalnya tetap konstan, sedangkan biaya variabel

merupakan biaya relevan, kecuali beberapa jenis elemen biaya tetap yang dapat dihindarkan juga merupakan elemen biaya relevan.

2. Adapun Karakteristik metode variable costing terdiri dari : a. Perhitungan biaya produksi

yang hanya memasukkan biaya variabel saja.

b. Menganut konsep biaya produk untuk perhitungan biaya produksi variabel, dan menganut konsep biaya periodik untuk perhitungan biaya produksi non variabel.

c. Laporan biaya untuk memenuhi pihak Internal.

d. Laporan Laba Rugi disajikan dengan format kontribusi.

e. Analisa biaya dilakukan pihak Internal untuk perencanaan laba, penetapan harga pokok, pengendalian biaya dan pengambilan keputusan Internal.

3. Langkah-langkah yang ditempuh dalam menggunakan metode variable costing sebagai berikut : a. Menggolongkan penghasilan

penjualan ke dalam setiap pusat laba yang akan dianalisis.

b. Menggolongkan harga pokok penjualan variabel untuk setiap pusat laba.

c. Menghitung batas kontribusi kotor untuk setiap pusat laba.

d. Mengalokasikan biaya pemasaran variabel dari setiap fungsi kedalam setiap pusat laba.

e. Menghitung batas kontribusi (bersih) untuk setiap pusat laba.

f. Memperhitungkan biaya tetap langsung yang dapat diidentifikasikan kepada setiap pusat biaya.

g. Menghitung laba bersih setiap pusat biaya sebelum dipertemukan dengan biaya

(7)

tetap tidak langsung dan biaya administrasi dan umum.

h. Memperhitungkan biaya tetap tidak langsung dan biaya administrasi dan umum.

i. Menghitung laba bersih.

Perbedaaan antara metode full costing dengan variabel costing terletak pada tujuan utama dari kedua konsep tersebut, konsep penentuan harga pokok metode variabel mempunyai tujuan utama untuk pelaporan internal sedangkan konsep penentuan harga pokok metode full costing mempunyai tujuan utama untuk pelaporan eksternal.

Adanya perbedaan tersebut mengakibatkan perbedaan perlakuan terhadap biaya prouksi tetap yang selanjutnya mempengaruhi :

Dengan adanya perbedaan elemen biaya produksi kepada produk antara harga pokok penuh dengan harga pokok variabel, mengakibatkan pula perbedaan harga pokok persediaan. Pada penentuan harga pokok penuh biaya overhead pabrik tetap dibebankan ke dalam harga pokok, oleh karena itu apabila sebagian biaya overhead pabrik tetap masih

melekat pada harga pokok persediaan.

METODE PENELITIAN Menurut Widodo. (2017). Data kuantitatif merupakan data yang berbentuk angka yang diperoleh dari hasil penelitian yang berupa tabel atau laporan-laporan keuangan yang berkaitan dengan penelitian.

1. Data sekunder merupakan pengumpulan data yang diperoleh dari data yang diberikan oleh perusahaan agar dapat membantu peneliti untuk melakukan analisis terhadap permasalahan yang akan diteliti lebih lanjut, termasuk pula

2. Data primer yang telah diubah lebih lanjut menjadi bentuk-bentuk seperti tabel, gambar, dan laporan keuangan.

Adapun metode pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Dokumentasi. Pengumpulan data dengan mencatat serta menyimpan data yang dibutuhkan dalam penelitian, yang telah diberikan oleh pihak objek penelitian.

2. Studi Pustaka. Pengumpulan data melalui sumber bacaan dengan membaca buku-buku literature, serta media teknologi yang berhubungan dengan permasalahan yang ada dalam penelitian.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan deskriptif. Data yang diperoleh oleh peneliti disusun dan di analisis, sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai analisis perhitungan harga pokok produk pada PT. Bumi Sarana Beton Makassar. Data yang telah diolah akan memudahkan penulis untuk mengambil kesimpulan. Dari kesimpulan itu tentunya diharapkan dapat memberikan beberapa saran yang berguna bagi perusahaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Total HPP / m3 (Suryawinarwan,

2016)

Tabel 1. Total HPP / m3

Jadi, total harga pokok penjualan pada periode tahun 2013 / m3 sebesar Rp. 595,884.25. adapun dua jenis ukuran bata ringan yang diproduksi yaitu ukuran 60 x 20 x 7,5 dimana setiap 1 m3 terdiri dari 111 pcs, jadi untuk harga per satuan bata ringan yaitu Rp. 5,368.33, dan untuk ukuran 60 x 20 x 10 setiap 1 m3 terdiri dari 83,3 pcs, jadi untuk harga per satuan bata ringan yaitu Rp. 7,153.47. Periode tahun 2014 / m3 sebesar Rp. 579,246.53. untuk ukuran 60 x 20 x 7,5 dimana setiap 1 m3 terdiri dari 111 pcs, jadi harga per satuan bata ringan yaitu Rp. 5,218.44 dan untuk ukuran 60 x 20 x 10 setiap 1 m3 terdiri dari 83,3 pcs, jadi untuk harga per

Keterangan Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2015

Full costing 54% 66% 70%

Variabel

costing 63% 72% 74%

(8)

satuan bata ringan yaitu Rp. 6,953.74.

dan tahun 2015 / m3 sebesar Rp.

561,777.43. untuk ukuran 60 x 20 x 7,5 dimana setiap 1 m3 terdiri dari 111 pcs, jadi harga per satuan bata ringan yaitu Rp. 5,061.06 dan untuk ukuran 60 x 20 x 10 setiap 1 m3 terdiri dari 83,3 pcs, jadi untuk harga per satuan bata ringan yaitu Rp. 6,744.03.

1. Table persentase perbandingan gross profit margin menggunakan full cosing dengan variabel costing (Eprilianti, Silvania, 2011).

Tabel 2. persentase

Berdasarkan table-tabel diatas persentase perbandingan Gross Profit margin pada tahun 2013 dengan menggunakan full costing sebesar 54%, dan jika menggunakan variabel costing sebesar 63%, pada tahun 2014 dengan menggunakan full costing sebesar 66%, dan jika menggunakan variabel costing 72%. Dan persentasi margin pada tahun 2015 dengan menggunakan full costing sebesar 70%, dan jika menggunakan variabel costing sebesar 74%.

PENUTUP

PT Bumi Sarana Beton telah melakukan perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing dan peneliti membandingkan dengan menggunakan variabel costing.

Dari perbandingan perhitungan margin dengan menggunakan full costing dan varibel costing diatas dapat dilihat perbedaan persentase. Dimana pada perhitungan metode full costing semua biaya telah dirinci secara jelas, baik itu biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan beban overhead baik variabel maupun tetap. Namun pada perhitungan dengan menggunakan metode variabel costing tidak menghitung beban overhead tetap. Jadi menurut peneliti perusahaan tersebut sudah tepat dalam melakukan perhitungan harga pokok produknya dengan menggunakan metode full costing karena dengan menggunakan metode tersebut perusahaan dapat

menghitung biaya-biaya secara rinci dari keseluruhan untuk proses produksi sehingga perusahaan dapat melihat semua total biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk biaya proses produksi setiap meter kubik pembuatan bata ringan setiap tahunnya.

Menurut peneliti, perusahaan harus tetap menjaga kualitas guna memenuhi tuntutan kebutuhan yang semakin meningkat seiring dengan pesatnya pembangunan di bidang konstruksi, khususnya di Sulawesi.

DAFTAR PUSTAKA

Bustami, Bastian dan Nurlela. (2006).

Akuntansi Biaya, Edisi Pertama.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Bustami, Bastian dan Nurlela. (2013).

Akuntansi Biaya, Edisi 4.

Jakarta : Mitra Wacana Media.

Daljono. (2011). Akuntansi Biaya Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian. Semarang:

Universitas Diponegoro.

Eprilianti, S. (2011). Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Tahu dengan Metode Full Costing pada Industri Kecil (Studi Kasus CV Laksa Mandiri). Bogor : Skripsi.

https://repository.ipb.ac.id/jspu i/bitstream/123456789/51972/

1/H11sep.pdf

Hansen. Mowen. (2009). Akuntansi Manajerial. Jakarta : Salemba Empat.

Keteranga n

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2015

Total HPP/Biay a pokok

10,185,578, 262.32

11,965,682, 676.26

14,514,1 89,719.7

1

Total

Produksi 17,093.22 20,657.32 25,836.1 9

Total HPP / m3

Rp.

595,884.25

Rp.

579,246.53

Rp.

561,777.

43

(9)

Horngren. Datar. Foster. 2006.

Akuntansi Biaya : Penekanan Manajerial Edisi 12: Jakarta, Erlangga.

Lestari. Wiwik dan Dhyka Bagus Permana. (2017). Akuntansi Biaya Dalam Perspektif Manajerial. Depok: PT Raja Grafindo Persada.

Mulyadi. (2012). Akuntansi Biaya Edisi 5. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Mursyidi. (2008). Akuntansi Biaya, Cetakan Pertama. Penerbit : Refika Aditama, Bandung.

Salman Kautsar Riza. (2013). Akuntansi Biaya, Pendekatan Product Costing. Cetakan Pertama.

Penerbit : Akademia Permata, Jakarta.

Simamora. (2012). Akuntansi Manajemen, Edisi Ketiga, Cetakan Pertama, Penerbit .Yogyakarta: Star Gate Publisher.

Soemarso S, R. (2016). Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta : Salemba Empat.

Sujarweni, V. Wiratna. (2015).

Akuntansi Biaya Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Suryawinarwan. (2016). Analisis Perhitungan Harga Pokok Rumah Pada Pt. Malomo Megah Lestari Di Makassar.

Makassar : Skripsi.

http://repository.unhas.ac.id/disc over

Syarifuddin. (2019). Analisis Rasio Laporan Arus Kas untuk Mengukur Kinerja Keuangan pada PT Karya Mandiri Surya Sejahtera Makassar. Jurnal

Akmen. https://e-

jurnal.stienobel-

indonesia.ac.id/indeks.php/alme n/article/view/668

Widodo. (2017). Metode Penelitian Populer & Praktis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

“Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Menggunakan Metode Full Costing Sebagai Dasar Penentuan Harga Produksi Rumah Panggung Pada CV Manguni Perkasa

Peneliti dalam hal ini ingin membantu pemilik usaha dalam menentukan harga pokok produksi menggunakan metode full costing pada UMKM Pempek Fanisa, karena metode ini memperhitungkan